Tinjauan Tentang Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Work Force

Hasil beban kerja juga dapat dijadikan tolak ukur untuk meningkatkan produktifitas kerja serta langkah-langkah lainnya dalam rangka meningkatkan pembinaan, penyempurnaan, dan pendayagunaan, baik dari segi kelembagaan, ketatalaksanaan, maupun kepegawaian. Analisis beban kerja ini banyak dipergunakan di antaranya dapat digunakan dalam penentuan kebutuhan pekerja man power planning ; analisis ergonomic ; analisis keselamatan dan kesehatan kerja ; hingga ke perencanaan penggajian dan sebagainya.

2.2.3 Tinjauan Tentang Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Work Force

Analysis Martoyo 1992 menyatakan bahwa analisis kebutuhan tenaga kerja adalah melakukan analisis terhadap kemampuan tenaga kerja yang sekarang ini untuk memenuhi kebutuhan karyawan. Dianalisis apakah tenaga kerja yang sekarang bisa diatur kembali dan dapat memenuhi kebutuhan atau tidak. Menurut Ardana, dkk 2011 mengungkapkan bahwa analisis kebutuhan tenaga kerja adalah menghitung banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan berdasarkan beban kerja produksi akan diperoleh jumlah tenaga kerja yang sesuai untuk menyelesaikan beban produksi yang ditetapkan. Manfaat analisis kebutuhan tenaga kerja atau sumber daya manusia bagi perusahaan meliputi beberapa hal sebagai berikut : 1 Optimalisasi sistem manajemen informasi utamanya tentang data karyawan 2 Memanfaatkan sumber daya manusia seoptimal mungkin 3 Mengembangkan sistem perencanaan sumber daya manusia dengan efisiensi dan efektif 4 Mengkoordinasikan fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia secara optimal 5 Mampu membuat perkiraan kebutuhan sumber daya manusia dengan lebih akurat dan cermat. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam menganalisis kebutuhan perusahaan akan sumber daya manusia atau tenaga kerja meliputi : 1 Perubahan lingkaran eksternal. Bentuk-bentuk perubahan lingkungan eksternal meliputi : a. Kondisi perekonomian makro, seperti tingkat suku bunga, inflasi, dan nilai rupiah yang sangat mempengaruhi kemajuan bisnis di tingkat makro. b. Hukum, politik dan sosial, pada sisi hukum dalam bentuk peraturan- peraturan seperti halnya yang menyangkut hak cuti, hak waktu kerja, upah minimum regional dan hak sosial karyawan dapat mempengaruhi perencanaan kebutuhan sumber daya manusia atau karyawan ; pada sisi politik, perusahaan mengalami kesulitan yang lebih besar dalam berbisnis utamanya dalam mengekspansi usahanya jika kestabilan politik selalu terganggu ; pada sisi sosial budaya, masyarakat dapat memberi ciri perbedaan etos kerja. c. Ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam hal kemajuannya sangat berpengaruh terhadap kebutuhan sumber daya manusia yang akan digunakan oleh perusahaan. Oleh karena itu tergantung pada jenis usaha dan teknik produksi yang akan digunakan, apakah akan berorientasi pada padat karya ataukah padat modal. d. Persaingan usaha, seperti halnya dalam aspek keunggulan efisiensi, teknologi, kualitas sumber daya manusia, tingkat upah dan peluang ekspansi usaha serta pangsa pasar komoditi. 2 Perubahan lingkungan internal perusahaan meliputi : a. Perubahan kondisi perusahaan Kondisi perusahaan yang sehat dan kurang sehat dapat dilihat dari sisi efisiensi akan berpengaruhnya permintaan atau kebutuhan sumber daya manusia. Semakin berkualitas kemampuan perusahaan untuk melakukan investasi dan ekspansi, semakin tinggi peluang karyawan dapat direkrut. b. Perubahan kondisi karyawan Kondisi dimana karyawan yang relatif mudah dilihat dari segi-segi perilaku, penguasaan teknologi, ragam kebutuhan karyawan, tingkat kehadiran dan perputaran karyawan yang semuanya itu akan berpengaruh pada produktifitas kerja. Menurut Winaya 1994, mengemukakan bahwa penentuan jumlah tenaga kerja memperhatikan beban kerja, persentase ketidakhadiran dan persentase perputaran karyawan yang dinyatakan dengan rumus : Dengan keterangan sebagai berikut : WFA Work Force Analysis : Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja WLA Work Load Analysis : Analisis Beban Kerja Absenteeism : Persentase tingkat perputaran absensi tenaga kerja Labor Turnover : Persentase perputaran tenaga kerja

2.2.4 Analisis Tingkat Absensi Tenaga Kerja