PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENJAGA KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

1

Judul Skripsi :PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENJAGA KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT KOTA BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa :Resty Pratiska No. Pokok Mahasiswa : 0912011235

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Nurmayani, S.H., M.H. Sri Sulastuti, S.H., M.H.

NIP 196112191988032002 NIP 196207271987032004

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S.H., M.H. NIP 196112191988032002


(2)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Nurmayani, S.H., M.H. ………..

Penguji Utama : Elman Eddy Patra, S.H.,M.H. ………..

Sekertaris/Anggota : Sri Sulastuti, S.H., M.H. ………..

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 19621109 198703 1 003


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 24 Januari 1992, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Drs. Patris Salim dan Ibu Sri Winarti.

Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Pembina,di Kota Bandar Lampung diselesaikan tahun 1997, Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Rawa Laut Bandar Lampung tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama (SLTP) di SLTPN 4 Pahoman Bandar Lampung pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 2 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lampung..


(4)

MOTTO

Dalam kehidupan setiap orang selalu berbicara tentang apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan. Namun kehidupan bukan hanya sekedar rangkaian cerita, ada

banyak pelajaran, kebanggaan, dan harta didalamnya. ( Resty Pratiska )


(5)

PERSEMBAHAN

Semua yang telah kulakukan adalah berkat rasa syukur, lindungan dan ridho Allah SWT. Dari Lubuk Hati yang paling dalam kupersembahkan karya kecil ini kepada:

Ayahanda dan Ibunda atas kasih sayang dan cintanya yang telah melahirkan, mendidik, serta membimbing dan menyertaiku dengan doa tulus yang tiada henti.

Kakak-kakak dan keponakan ku yang telah memberikan banyak bantuan dan semangat dalam keberhasilanku ini.


(6)

SANWACANA

Bismillahirrahmaannirrahim,

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM

MENJAGA KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN

MASYARAKAT KOTA BANDAR LAMPUNG”. Skripsi diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Unversitas Lampung.

Peneliti menyadari pembuatan skripsi ini merupakan buah dari suatu proses panjang, yang tak luput dari dukungan dan bimbingan berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada : 1. Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung, DR. Heryandi, S.H.,M.S.,

beserta jajarannya yaitu Bapak/ Ibu Pembantu Dekan (PD) I, PD II dan PD III atas segala bantuan baik langsung maupun tidak langsung selama mengikuti pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Nurmayani S.H., M.H., sebagai ketua jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung sekaligus sebagai pembimbing pertama yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan saran, bimbingan dan petunjuk serta nasehat selama penyusunan skripsi ini.


(7)

3. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H. selaku pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan saran, arahan serta bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H. selaku pembahas pertama atas segala pengarahan, saran dan masukan yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Agus Triyono, S.H., M.H. selaku pembahas kedua atas segala pengarahan, saran dan motivasinya dalam proses penyelesaian skripsi ini. 6. Bapak Sudirman Mechsan, S.H., M.H. sebagai Pembimbing Akademik yang

terima kasih atas segala bantuan selama menjadi mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lampung.

7. Seluruh dosen, Staf Pengajar dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan pemikiran dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

8. Papaku Drs Patris Salim dan Mamaku Sri Winarti tercinta, terimakasih atas do’a dan segala ilmu kehidupan yang telah mama dan papa berikan. Semoga Allah SWT membalas tiap tetesan keringat, segala bentuk perhatian dan kasih sayang yang melimpah dengan sebaik-baik balasan berupa ridho dan kasih sayang Allah SWT.

9. Kakakku tersayang Ricka Trisnawati dan Aditya Suryagusta, terimakasih atas do’a dan dukungannya yang tiada henti baik moril maupun materil.

10. Seluruh Keluarga Besar Sahid Purwoadmodjo dan keluarga besar Hi. M. Salim. Semoga kalian semua bangga kepadaku.


(8)

11. Bapak Drs. Cik Raden, WSD selaku Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung yang telah memberikan izin, bantuan serta data-data yang diperlukan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

12. Teman-teman FH Unila’09 dan HIMA HAN FH 09 tersayang, terimakasih atas segala kerjasama dan bantuan nya selama 3,5 tahun perkuliahan.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan menyumbangkan pemikirannya dalam pembuatan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas setiap kebaikan yang telah diberikan dengan pahala berlipat ganda. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Bandar Lampung, Januari 2013

Penulis


(9)

THE ROLE OF SATUAN POLISI PAMONG PRAJA IN MAINTAINING PUBLIC ORDER AND HARMONY SOCIETY CITY OF BANDAR

LAMPUNG By

RESTY PRATISKA

The implementation of peace and order is a compulsory affair that should be held by local governments. To assist the head of the region in carrying out the affairs of the compulsory then each autonomous region requires implementing elements of local governments, one of them is Satuan Polisi Pamong Praja who is the technical institutions of the area and its formation based on Government Regulation No. 6 in 2010 about Satuan Polisi Pamong Praja. The problem in these research are how the role implementation of Satuan Polisi Pamong Praja in maintaining public order and harmony society city of Bandar Lampung? And is there inhibiting factor the role implementation of that? The research was conducted with normative-empirical. Based on the research known that the role implementation of SatPol PP acts as coordinator field operational by cooperate with department or other relevant agencies and based on the SOP specified in the Ministerial Regulation of Republic Indonesia No. 54 in 2011 about the Operational Standards Procedure of Satuan Polisi Pamong Praja. In carrying out its role SatPol PP using three steps operation there are persuasive, preventive and repressive. The inhibitory of the role divided into two (1) internal factors which are consist of human resources, infrastructure and budget funds (2) external factor is the attitude of society who are not cooperative.

From the research Bandar Lampung Government should be improve again the infrastructure, budget funding activities, improvement of human resources as a member of the SatPol PP both in terms of quality and quantity so can increase approach to public can be cooperative and support every step of the SatPol PP activities performed in order to maintain public order and harmony society.


(10)

ABSTRAK

PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENJAGA KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT KOTA

BANDAR LAMPUNG Oleh

RESTY PRATISKA

Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban merupakan urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Untuk membantu kepala daerah dalam melaksanakan urusan wajib tersebut maka setiap daerah otonom memerlukan unsur pelaksana pemerintah daerah, salah satunya adalah Satuan Polisi Pamong Praja yang merupakan lembaga teknis daerah dan pembentukannya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja.Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana pelaksanaan peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam menjaga ketertiban umum dan ketentraman masyarakat Kota Bandar Lampung? Apakah faktor penghambat pelaksanaan peran tersebut? Penelitian dilakukan dengan cara normatif dan empiris..

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan peran Satpol PP adalah sebagai koordinator operasional lapangan dengan bekerja sama bersama dinas/instansi terkait lainnya, dan berpedoman pada SOP yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 54 Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja. Dalam melaksanakan perannya Satpol PP menggunakan tiga langkah operasi yaitu persuasif, preventif dan represif. Faktor penghambat yang dihadapi Satpol PP dalam melaksanakan perannya terbagi menjadi dua (1) faktor internal yang terdiri dari sumber daya manusia, sarana prasarana dan anggaran dana (2) faktor eksternal yaitu sikap masyarakat yang tidak kooperatif.

Dari hasil penelitian disarankan Pemerintah Kota Bandar Lampung hendaknya meningkatkan lagi sarana prasarana, anggaran dana kegiatan serta peningkatan


(11)

sumber daya manusia sebagai anggota SatPol PP baik dari segi kualitas maupun kuantitas sehingga dapat meningkatkan pendekatan kepada masyarakat agar bersifat kooperatif dan mendukung setiap langkah kegiatan yang dilakukan SatPol PP dalam rangka menjaga ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelaksanaan otonomi daerah secara umum merupakan kemampuan daerah dalam upaya untuk mengurus rumah tangga daerahnya sendiri dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan dikeluarkannya kebijakan mengenai otonomi daerah, yang diatur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah adalah agar daerah dapat menyelenggarakan pemerintahannya sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan daerah dalam memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Di samping itu dikeluarkannya Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan awal reformasi otonomi daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah untuk memberdayakan daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 angka (5) menyatakan bahwa otonomi daerah adalah hak wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Setiap daerah otonom diharapkan mampu memanfaatkan potensi sumber daya alam yang dimilikinya dan sumber daya manusianya untuk mendukung kemampuan daerah dalam meningkatkan pembangunan.

Penyelengaraan pemerintahan bukan hanya urusan admisnistrasi saja, melainkan meliputi segala aspek yang menyangkut penyelenggaraan pemerintahan baik sosial politik, ekonomi, budaya, ketentraman dan ketertiban. Ketertiban umum dan ketentraman masyarakat adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan pemerintah daerah dan masyarakat melakukan


(13)

kegiatannya dengan tentram, tertib, dan teratur. Oleh sebab itu dalam rangka mengantisipasi perkembangan dan dinamika kegiatan masyarakat seirama dengan tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah, maka kondisi ketentraman dan ketertiban umum daerah yang kondusif merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu kehidupannya. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban merupakan urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Untuk membantu kepala daerah dalam melaksanakan urusan wajib tersebut, maka setiap daerah otonom memerlukan unsur pelaksana pemerintah daerah yaitu Satuan Polisi Pamong Praja yang pembentukannya berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 Pasal 148 ayat (1) “untuk membantu kepala daerah dalam menegakkan peraturan daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja” selanjutnya dalam Pasal 2 disebutkan “pembentukan dan susunan organisasi Satuan Polisi Pamong Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada Peraturan Pemerintah”

Belakangan ini, gerak langkah Satuan Polisi Pamong Praja tidak pernah luput dari perhatian publik, mengingat segala aktivitasnya dengan mudah diketahui melalui pemberitaan di mass media, baik cetak maupun elektronik. Namun citra yang terbentuk dalam melaksanakan ketentraman dan ketertiban umum di benak masyarakat atas sepak terjang aparat Satuan Polisi Pamong Praja sangat jauh dari sosok ideal, yang sejatinya menggambarkan aparatur pemerintah daerah yang dalam melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia, dan norma-norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat. Munculnya gambaran miring terhadap sosok aparat Satuan Polisi Pamong Praja tidak lain dan tidak bukan karena seringnya masyarakat disuguhi aksi-aksi represif, namun terkesan arogan dari aparat daerah tersebut saat menjalankan perannya dalam


(14)

memelihara dan menyelenggarakan keamanan dan ketertiban umum. Contohnya pada saat pembongkaran bangunan liar, penertiban pedagang kaki lima, tuna susila dan tuna wisma yang sering berujung bentrokan fisik. Hal itu merupakan gambaran keseharian yang sering disuguhkan oleh aparat Satuan Polisi Pamong Praja, sekalipun tindakan-tindakan represif tersebut hanyalah sebagian dari fungsi dan peran Satuan Polisi Pamong Praja, sebagai pengemban penegakan hukum non yustisial di daerah.

Setiap penyelenggara pemerintah harus memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh undang-undang (Prajudi Admosudirdjo, 1994: 78). Dengan melihat kewenangan yang diberikan kepada Satuan Polisi Pamong Praja sangat penting dan strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup tugasnya termasuk di dalamnya penyelenggaraan perlindungan masyarakat. Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai misi strategis dalam membantu kepala daerah untuk menciptakan suatu kondisi daerah yang aman, tentram, tertib, dan teratur sehingga penyelenggaraan roda pemerintahan dapat berjalan dengan lancar dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan aman. Oleh karena itu di samping menegakkan peraturan daerah, Satuan Polisi Pamong Praja juga dituntut untuk menegakkan kebijakan pemerintah daerah lainnya yaitu keputusan kepala daerah sebagaimana tercantum dalam Pasal 5 Huruf G Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2010 mengenai fungsi Satuan Polisi Pamong Praja.

Asas kebijakan menghendaki pemerintah dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya diberi kekuasaan dan keleluasaan untuk menerapkan kebijakan tanpa harus terpaku pada peraturan perundang-undangan formal karena peraturan perundang-undangan formal atau hukum tertulis tidak dapat menampung semua persoalan serta cepat ketinggalan zaman, sementara


(15)

perkembangan masyarakat itu bergerak dengan cepat dan dinamis. Oleh karena itu, pemerintah bukan saja dituntut untuk bertindak cepat, tetapi juga dituntut untuk berpandangan luas dan jauh serta mampu memperhitungkan akibat-akibat yang muncul dari tindakan tersebut (Ridwan HR, 2006: 276)

Dalam melaksanakan tugasnya sesuai Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 30 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok Fungsi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja, Satuan Polisi Pamong Praja dapat meminta bantuan dan/atau bekerja sama dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau lembaga lainnya yang bertindak selaku koordinator operasi lapangan. Kerja sama dengan aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau lembaga lainnya atas dasar atas hubungan fungsional, saling membantu, dan saling menghormati dengan mengutamakan kepentingan umum dan memperhatikan hierarki dan kode etik birokrasi dalam rangka mewujudkan Kota Bandar Lampung yang tentram, tertib, dan teratur.

Selain itu berhasilnya pembangunan daerah sangat bergantung pada kondisi ketertiban dan ketentraman di wilayah Kota Bandar Lampung itu sendiri dan terwujudnya ketertiban dan ketentraman juga dipengaruhi perkembangan stabilitas politik di kota ini. Oleh karena itu diperlukan adanya penanganan secara berkesinambungan dan terpadu serta terencana oleh pemerintah dalam pembinaan ketertiban dan ketentraman tersebut. Namun di sisi lain keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah juga tidak terlepas dari adanya partisipasi aktif dari anggota masyarakatnya. Masyarakat daerah baik sebagai kesatuan sistem maupun sebagai individu merupakan bagian integral yang sangat penting dari sistem pemerintahan


(16)

daerah, karena secara prinsip penyelenggaraan otonomi daerah ditujukan guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera di daerah Kota Bandar Lampung. Oleh sebab itu tanggung jawab penyelenggaraan pemerintah daerah tidak saja ditangan kepala daerah, DPRD dan aparat pelaksanaannya, tapi juga di tangan masyarakat daerah Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan uraian di atas untuk mengetahui lebih dalam mengenai peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam menjaga ketertiban dan ketentraman, maka penulis berkesimpulan untuk mengadakan peneilitian mengenai : “Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menjaga Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat Kota Bandar Lampung”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini :


(17)

1.2.1. Bagaimanakah pelaksanaan peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam menjaga ketertiban umum dan ketentraman masyarakat Kota Bandar Lampung?

1.2.2. Apakah faktor penghambat pelaksanaan peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam menjaga ketertiban umum dan keterntraman masyarakat Kota Bandar Lampung?

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup upaya persuasif, preventif dan reprensif yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam upaya menjaga ketertiban umum dan ketentraman masyarakat seiring perkembangan Kota Bandar Lampung.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Untuk mengkaji tentang pelaksanaan peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam menjaga ketertiban umum dan ketentraman masyrakat Kota Bandar Lampung. 1.4.2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor penghambat yang terjadi dalam

pelaksanaan peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam menjaga ketertiban umum dan ketentraman masyrakat Kota Bandar Lampung.

1.5. Kegunaan Penelitian 1.5.1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan teori, konsep, pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan tujuan pelaksanaan peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam menjaga ketertiban umum dan ketentraman masyarakat Kota Bandar Lampung berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja dan Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 30 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok Fungsi


(18)

dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja. Kegunaan penelitian untuk pelengkap secara objektif dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang ada dalam pelaksanaan peran berdasarkan peraturan perundang–undangan yang berlaku.

1.5.2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan referensi bagi para pihak yang berminat mendalami Ilmu Hukum Administrasi Negara dan dapat dijadikan masukan yang berguna bagi Instansi dan warga masyarakat yang berhubungan dengan tugas pokok, fungsi serta peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam menjaga ketertiban umum dan ketentraman masyarakat Kota Bandar Lampung.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Pengertian Peran

Pengertian peran menurut Margono Slamet merupakan tindakan atau prilaku yang dilakukan oleh seseorang yang menempati posisi di dalam status sosial (Margono Slamet, 1995: 15). Pendapat lain dari Miftah Toha memberikan pengertian peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Kepribadian seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran itu harus dijalankan. Peranan yang dimainkan hakekatnya tidak ada perbedaan, baik yang dimainkan atau diperankan pemimpin di tingkat atas menengah maupun bawah akan mempunyai peranan yang sama (Miftah Toha, 1985: 13).

Konsep tentang Peran (role) menurut Komarudin (1994: 768) dalam buku “ensiklopedia manajemen”mengungkap sebagai berikut :

a. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen. b. Pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status. c. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.

d. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya. e. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.


(20)

Sedangkan pengertian peran menurut Soerjono Soekanto (2002: 243) merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yang dimiliki seseorang, sedangkan status merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang apabila orang tersebut melakukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.

Soerjono Soekanto menyatakan bahwa syarat-syarat peran mencakup tiga hal, yaitu :

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Peranan adalah suatu konsep prilaku yang dapat dilaksanakan oleh individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan peran adalah aspek dinamis yang berupa tindakan atau prilaku yang dilaksanakan oleh seseorang atau lembaga yang menempati suatu posisi dalam satu sistem sosial.

Apabila dihubungkan dengan Satuan Polisi Pamong Praja, peranan tidak berarti sebagai hak dan kewajiban individu, melainkan merupakan tugas dan wewenang. Tugas di sini sebagai suatu hal yang harus dilaksanakan namun dalam hal pengertian peranan dibatasi pada wewenang. Peran Satuan Polisi Pamong Praja Daerah Kota Bandar Lampung adalah tugas dan wewenang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan peraturan pemerintah lainnya. Dalam pelaksanaan penegakan peraturan daerah tentang ketertiban umum,


(21)

ketentraman masyarakat, kebersihan dan keindahan Satuan Polisi Pamong Praja bekerjasama dengan instansi terkait lainnya bertindak selaku koordinator operasi lapangan.

1.2. Tinjauan Umum Satuan Polisi Pamong Praja

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, dalam Bab I (1) mengenai ketentuan umum disebutkan Satuan Polisi Pamong Praja, yang selanjutnya disingkat SatPol PP, adalah bagian perangkat daerah dalam penegakan peraturan daerah (Perda) dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat. Polisi Pamong Praja adalah anggota SatPol PP sebagai aparat pemerintah daerah dalam penegakan perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat yang dipimpin oleh seorang kepala satuan dan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekertaris daerah. Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk dalam rangka “Government Security Appracyhhy” yang pada hakekatnya berbeda dengan keberadaan Hansip dan Kamra yang dibentuk dalam rangka perwujudan sistem “HANKAMRATA”.

Kedudukan Polisi Pamong Praja tidak dapat disamakan dengan keberadaan Polisi Khusus (Polisi Kehutanan, Bea Cukai, Imigrasi, dll). Polsus dibentuk berdasarkan KEPRES No. 372 Tahun 1952 bertugas melakukan tugas polisi terbatas, pada pejabat/alat atau organ/badan sipil pemerintah yang oleh atau kuasa undang-undang diberi kewenangan melaksanakan tugas kepolisian dalam rangka menegakkan suatu ketentuan perundang-undangan, sedangkan Satuan Polisi Pamong Praja bertugas membantu kepala daerah di bidang tugas penyelenggaraan pemerintah umum yang aspek dan implikasinya cukup luas dan tidak


(22)

terbatas pada suatu masalah saja. (Buku Pembinaan Polisi Pamong Praja oleh Dirjen Pemerintah Umum dan Otonomi Daerah Depdagri, 2000).

1.2.1. Tugas pokok dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, dalam Bab II (4) SatPol PP mempunyai tugas menegakkan peraturan daerah dan menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 4, SatPol PP mempunyai fungsi sebagai berikut yang diatur dalam Bab II (5) :

a. Penyusunan program dan pelaksanaan penegakan Perda, menyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat. b. Pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan peraturan kepala daerah.

c. Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat di daerah.

d. Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat.

e. Pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan peraturan kepala daerah, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah, dan/atau aparatur lainnya.

f. Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum agar mematuhi dan menaati Perda dan peraturan kepala daerah.


(23)

1.2.2. Kewajiban Satuan Polisi Pamong Praja

Selanjutnya pengertian kewajiban menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang menjadi keharusan untuk dikerjakan. Dalam Bab III (8) Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2010 disebutkan mengenai kewajiban SatPol PP dalam melaksanakan tugasnya, yakni :

a. Menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia, dan norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat.

b. Membantu menyelesaikan perselisihan masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.

c. Melaporkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia atas ditemukannya atau patut diduga adanya tindak pidana.

d. Menyerahkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah atas ditemukannya atau patut diduga adanya pelanggaran terhadap Perda dan/atau peraturan kepala daerah.

e. Menaati disiplin Pegawai Negeri Sipil dan kode etik Polisi Pamong Praja.

1.3. Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat

Ketentraman dan ketertiban, berasal dari kata dasar “tentram” dan “tertib” yang pengertiannya menurut W.J.S Poerwadarminta (1976: 256) adalah : “Tentram ialah aman atau (tidak rusuh, tidak dalam kekacauan) misalnya didaerah yang aman, orang-orang bekerja dengan senang, tenang (tidak gelisah, tenang hati, pikiran). Misalnya sekarang barulah ia merasa tentram, tiada tentram hatinya ketentraman artinya keamanan, ketenangan (pikiran).


(24)

Selanjutnya Tertib ialah aturan, peraturan yang baik, misalnya tertib acara aturan dalam sidang (rapat dan sebagainya), acara program, tertib hukum yaitu aturan yang bertalian hukum. ketertiban artinya aturan peraturan, kesopanan, peri kelakuan yang baik dalam pergaulan, keadaan serta teratur baik.”

Berdasarkan kedua pengertian di atas terdapat keterkaitan yang erat di mana dengan adanya rasa aman, masyarakat merasa tenang maka timbullah masyarakat yang tertib hukum dengan segala peraturan yang berlaku dan begitu pula sebaliknya dengan adanya sikap tertib terhadap sesuatu dimana saling menghormati peraturan yang ada, saling mengerti posisi masing-masing, maka masyarakat dapat merasa bahwa di dalam kondisi yang ia hadapi masyarakat dapat merasa aman secara jasmani dan psikis, damai dan tenang tanpa adanya gangguan apapun dan itulah yang disebut terciptanya suasana tentram.

Di sisi lain yang dimaksud dengan ketentraman dan ketertiban umum dalam Pasal 13 Ayat (1) Huruf C Undang-Undang No.12 Tahun 2008 menetapkan bahwa “ketertiban umum dan ketentraman masyarakat pada ketentuan ini termasuk penyelenggaraan perlindungan masyarakat”. Definisi tersebut menunjukkan bahwa ketentraman dan ketertiban itu menunjukkan suatu keadaan yang mendukung bagi kegiatan pemerintah dan rakyatnya dalam melaksanakan pembangunan, sedangkan menurut Pasal 1 Angka 10 Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2010 ketertiban umum dan ketentraman masyarakat adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tenteram, tertib, dan teratur.


(25)

Berdasarkan beberapa definisi di atas ketertiban umum adalah suatu keadaan yang aman, tenang dan bebas dari gangguan atau kekacauan yang menimbulkan kesibukan dalam bekerja untuk mencapai kesejahteraan masyarakat seluruhnya yang berjalan secara teratur sesuai hukum dan norma-norma yang ada. Hal ini menunjukkan pula bahwa ketentraman ketertiban masyarakat sangat penting dan menentukan dalam kelancaran jalannya pemerintahan, pelaksanaan pembangunan serta pembinaan kemasyarakatan dalam suatu wilayah/daerah sehingga tercapainya tujuan pembangunan yang diharapkan untuk kesejahteraan masyarakat.


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh gambaran yang lengkap terhadap masalah yang diteliti, digunakan metode-metode tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Metode penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar obyektif dan dapat di pertanggung jawabkan kebenaran secara ilmiah.

1.1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu normatif dan empiris. Penelitian normatif juga disebut penelitian kepustakaan atau studi dokumen (Bambang Waluyo, 1991: 13). Penelitian ini ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis atau bahan-bahan hukum lain, sesuai dengan masalah-masalah yang akan diteliti, dengan data sekunder.

Pendekatan normatif dengan data sekunder meliputi buku-buku, peraturan-peraturan, surat-surat keputusan dan dokumen resmi yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini bersifat publik, yakni dikeluarkan oleh instansi pemerintah di lokasi penelitian.

Disamping pendekatan normatif, dalam penelitian ini juga dilakukan pendekatan empiris sebagai tambahan. Pendekatan empiris dilakukan untuk memperoleh data tambahan, yakni data primer di lapangan. Perolehan data primer ini didapat dengan jalan melihat secara langsung realita yang terjadi untuk diambil fakta-fakta hukumnya dan memperoleh informasi yang sedang terjadi di lapangan tentang peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam ketertiban umum dan ketentraman masyarakat Kota Bandar Lampung.


(27)

1.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan secara langsung pada objek penelitian yang dituju atau keterangan yang diperoleh dari pihak yang terlibat dengan penelitian ini, yaitu berupa pendapat pejabat di lingkungan kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung serta pendapat masyarakat umum. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang terdiri dari :

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan yang bersifat mengikat berupa Peraturan Perundang-Undangan seperti :

(1). Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah.

(2). Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja. (3). Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 4 Tahun 2008 tentang Lembaga

Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Daerah Kota Bandar Lampung.

(4). Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 30 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok Fungsi dan Tata Kerja SatPol PP.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini terdiri dari bahan hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan, yang terdiri dari buku-buku ilmu pengetahuan hukum, buku-buku yang berkaitan dengan kepegawaian khususnya tugas pokok, fungsi dan peran Satuan Polisi Pamong Praja.


(28)

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan yang berasal dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Hukum Indonesia, Kamus Bahasa Inggris dan buku-buku lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, yang dipergunakan sebagai pedoman untuk memahami berbagai pengertian yang terdapat pada bahan hukum primer dan sekunder.

1.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis standar untuk memperoleh data yang diperlukan, yang ada hubungannya antara metode pengumpulan data dengan masalah yang diteliti. Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah melalui studi kepustakaan dan studi lapangan, yaitu :

3.3.1. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, mengutip, dan menelaah literatur-literatur atau referansi yang berupa peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

3.3.2. Studi lapangan dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan mengadakan penelitian langsung pada objek atau tempat penelitian. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara, yaitu usaha memperoleh data dengan melakukan tanya jawab langsung pada pihak-pihak terkait dengan pembahasan, menggunakan daftar pertanyaan berupa pokok-pokoknya saja yang kemudian dikembangkan pada saat wawancara berlangsung. Wawancara dilakukan kepada : 1) Kepala Seksi Kesamaptaan dan Ketertiban Umum


(29)

3) Masyarakat

1.4. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh baik melalui studi kepustakaan maupun studi lapangan dan studi dokumen selanjutnya diolah dengan cara :

3.4.1. Seleksi data

Seleksi data untuk mengetahui kelengkapan keseluruhan data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder yang diolah kembali, diteliti dan dievaluasi secara selektif sesuai dengan pokok permasalahan.

3.4.2. Klasifikasi data

Klasifikasi data dengan cara pengelompokkan data sesuai dengan permasalahan yang dibahas.

3.4.3. Penyusunan data

Penyusunan data dengan cara mensistimatiskan dan menempatkan data sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Hal ini untuk memudahkan memberikan arti terhadap data yang telah disusun.

1.5. Analisis Data

Setelah tahap pengolahan data dilakukan, maka tahap selanjutnya menganalisis data tersebut, berdasarkan data yang telah disusun secara sistematis, kemudian dianalisis secara kualitatif, yaitu analisis yang diwujudkan dengan cara menggambarkan kenyataan-kenyataan atau


(30)

keadaan-keadaan atas suatu objek dalam bentuk kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian ini kemudian dirangkum pada pembahasan bab-bab berikutnya.


(31)

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

1) SatPol PP memiliki peran yang cukup vital dalam menjaga ketertiban dan ketentraman kota Bandar Lampung karena berperan sebagai koordinator operasional lapangan, dan dalam melaksanakan perannya SatPol PP berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 54 Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja. Beberapa tugas yang secara rutin dilakukan oleh SatPol PP Kota Bandar Lampung dalam menjaga ketertiban umum dan ketentraman masyarakat adalah seperti menjaga keamanan di tempat keramaian, ikut menjaga pengaturan lalu lintas, dan peningkatan pelayanan masyarakat. Dalam melaksanakan perannya, SatPol PP melakukan 3 langkah dalam menjaga ketertiban dan ketentraman, yaitu operasi dalam bentuk persuasif dimana SatPol PP melakukan pendekatan kepada masyarakat dalam bentuk diskusi dan sosialisasi, langkah berikutnya yang dilakukan SatPol PP adalah dalam bentuk operasi preventif di mana SatPol PP memberikan surat peringatan kepada pihak-pihak yang melanggar ketentuan dan langkah terakhir adalah operasi represif dalam bentuk eksekusi yang dilakukan SatPol PP terhadap pihak yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan maupun peraturan daerah yang berlaku.


(32)

2) Dalam melaksanakan kegiatannya SatPol PP memiliki beberapa faktor penghambat. Beberapa faktor penghambat tersebut adalah:

a. Sumber Daya Manusia yang Kurang Berkualitas b. Sarana dan Fasilitas Pendukung

c. Anggaran Alokasi Dana

d. Sikap Masyarakat yang Tidak Kooperatif

5.2. Saran

1) Untuk mengatasi SDM yang kurang berkualitas hendaknya SatPol PP melakukan penyeleksian secara ketat dalam proses perekrutan tenaga kontrak, misalnya saja dengan menetapkan standar minimum pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya, serta melaksanakan diklat fungsional atau pendidikan aparat SatPol PP sehingga setiap anggota SatPol PP sebelum terjun langsung ke lapangan telah dibekali kemampuan dan keterampilan taktis dan teknis kepamongprajaan yang memadai dan dapat meningkatkan kualitas SatPol PP menjadi lebih baik sehingga aparat polisi pamong praja dapat menggunakan wewenangnya dengan arif dan bijaksana sesuai yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 54 Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja.

2) Dalam melakukan kegiatan, diperlukan sarana dan fasilitas pendukung. Saat ini jumlah sarana prasarana dirasakan masih dibawah standar jika melihat dari banyaknya jumlah anggota polisi pamong praja dan luasnya cakupan wilayah kerja, sehingga pemerintah daerah harus secepatnya memenuhi kekurangan kebutuhan


(33)

operasional tersebut seperti penambahan kendaraan dan properti lain yang dibutuhkan agar kegiatan dapat berjalan maksimal.

3) Anggaran menjadi hal yang sangat vital dalam berjalannya suatu organisasi termasuk SatPol PP. Anggaran yang dialokasikan harus sesuai dengan kebutuhan operasional yang telah disusun dan teragendakan, karena jika anggaran kurang maksimal mengakibatkan terhambatnya kegiatan yang telah teragenda tersebut.

4) Untuk menimbulkan sikap kooperatif dari masyarakat, SatPol PP harus mampu merangkul masyarakat melalui pendekatan emosional sehingga stigma negatif terhadap SatPol PP dapat berkurang. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk merangkul masyarakat bisa berupa diskusi keseharian, pemanjaan fasilitas, maupun sosialisasi.


(34)

PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM

MENJAGA KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN

MASYARAKAT KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh :

Resty Pratiska

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(35)

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...7

1.3. Ruang Lingkup Penelitian ...7

1.4. Tujuan Penelitian...7

1.5. Kegunaan penelitian ...8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Peran...9

2.2. Tinjauan Umum Satuan Polisi Pamong Praja ...11

2.2.1.Tugas Pokok Satuan Polisi Pamong Praja ...12

2.2.2. Kewajiban Satuan Polisi Pamong Praja………...13

2.3. Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat ...14

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah ...17


(36)

3.3. Metode Pengumpulan Data ...19 3.4. Metode Pengolahan Data...20 3.5. Analisis Data ...21

BAB IV. HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...22 4.1.1. Sejarah Kota Bandar Lampung...22 4.1.2. Sejarah Singkat Pembentukan dan Perkembangan

Kantor Kesatuan Polisi Pamong Praja ...24 4.1.3. Struktur Organisasi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Bandar Lampung ...26 4.2. Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menjaga Ketertiban

Umum dan Ketentraman Masyarakat Kota Bandar Lampung ...34 4.3. Faktor Penghambat Pelaksanaan Peran Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Bandar Lampung ...49

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan...55 5.2. Saran ...56

DAFTAR PUSTAKA


(37)

DAFTAR TABEL

Tabel

Tabel 1. Pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar

Lampung berdasarkan pangkat/golongan ...32 Tabel 2. Pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar


(38)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Kantor Satuan Pamong Praja Kota


(39)

1

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku/Literatur

Admosudirdjo, S. Prajudi. 1994.Hukum Administrasi Negara. Ghalia Indonesia. Jakarta

Buku Pembinaan Polisi Pamong Praja oleh Dirjen Pemerintah Umum dan Otonomi Daerah Depdagri. 2000

HR, Ridwan. 2006.Hukum Administrasi Negara. Rajagrafindo Persada. Jakarta

Nurmayani. 2009.Hukum Administrasi Daerah.Universitas Lampung

Soekanto, Soerjono. 2002.Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Waluyo, Bambang. 1999.Penelitian Hukum Dalam Praktek. Sinar Grafika. Bandung

WJS Poerwadarminta. 1976.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

2. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentangPemerintah Daerah

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2010 tentangSatuan Polisi Pamong Praja Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 54 Tahun 2011


(40)

2

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 8 Tahun 2000 tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan, Keapikan dalam Kota Bandar Lampung

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 4 Tahun 2008 tentangLembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja

Daerah Kota Bandar Lampung

Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 30 Tahun 2008 tentangTugas Pokok Fungsi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja

3. Website

http://www.scribd.com/doc/56656869/Peran-Dan-Fungsi-Polisi-Pamong-Praja-Dalam-Rangka-Pembinaanpada tanggal 3 Oktober 2012 pukul 19.00 WIB

http://www.sijunjung.go.id/?mod=skpd&skpd=53&id=85pada tanggal 3 Oktober 2012 pukul 21.00 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandar_Lampungpada tanggal 18 Oktober 2012 pukul 13.00 WIB


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...7

1.3. Ruang Lingkup Penelitian ...7

1.4. Tujuan Penelitian...7

1.5. Kegunaan penelitian ...8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Peran...9

2.2. Tinjauan Umum Satuan Polisi Pamong Praja ...11

2.2.1.Tugas Pokok Satuan Polisi Pamong Praja ...12

2.2.2. Kewajiban Satuan Polisi Pamong Praja………...13

2.3. Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat ...14

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah ...17


(2)

3.3. Metode Pengumpulan Data ...19

3.4. Metode Pengolahan Data...20

3.5. Analisis Data ...21

BAB IV. HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...22

4.1.1. Sejarah Kota Bandar Lampung...22

4.1.2. Sejarah Singkat Pembentukan dan Perkembangan

Kantor Kesatuan Polisi Pamong Praja ...24

4.1.3. Struktur Organisasi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Bandar Lampung ...26

4.2. Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menjaga Ketertiban

Umum dan Ketentraman Masyarakat Kota Bandar Lampung ...34

4.3. Faktor Penghambat Pelaksanaan Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung ...49

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan...55

5.2. Saran ...56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel

Tabel 1. Pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar

Lampung berdasarkan pangkat/golongan ...32 Tabel 2. Pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar


(4)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Kantor Satuan Pamong Praja Kota


(5)

1

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku/Literatur

Admosudirdjo, S. Prajudi. 1994.Hukum Administrasi Negara. Ghalia Indonesia. Jakarta

Buku Pembinaan Polisi Pamong Praja oleh Dirjen Pemerintah Umum dan Otonomi Daerah Depdagri. 2000

HR, Ridwan. 2006.Hukum Administrasi Negara. Rajagrafindo Persada. Jakarta

Nurmayani. 2009.Hukum Administrasi Daerah.Universitas Lampung

Soekanto, Soerjono. 2002.Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Waluyo, Bambang. 1999.Penelitian Hukum Dalam Praktek. Sinar Grafika. Bandung

WJS Poerwadarminta. 1976.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

2. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentangPemerintah Daerah

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2010 tentangSatuan Polisi Pamong Praja

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 54 Tahun 2011 tentangStandar Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja


(6)

2

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 8 Tahun 2000 tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan, Keapikan dalam Kota Bandar Lampung

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 4 Tahun 2008 tentangLembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja

Daerah Kota Bandar Lampung

Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 30 Tahun 2008 tentangTugas Pokok Fungsi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja

3. Website

http://www.scribd.com/doc/56656869/Peran-Dan-Fungsi-Polisi-Pamong-Praja-Dalam-Rangka-Pembinaanpada tanggal 3 Oktober 2012 pukul 19.00 WIB

http://www.sijunjung.go.id/?mod=skpd&skpd=53&id=85pada tanggal 3 Oktober 2012 pukul 21.00 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandar_Lampungpada tanggal 18 Oktober 2012 pukul 13.00 WIB