PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENYELENGGARAKAN KETERTIBAN UMUM GUNA MENINGKATKAN ESTETIKA TATA KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 (Studi Terhadap Reklame Liar)

ABSTRAK

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM
MENYELENGGARAKAN KETERTIBAN UMUM GUNA
MENINGKATKAN ESTETIKA TATA KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2013
(Studi Terhadap Reklame Liar)

Oleh
DEVITA AMANDA

Reklame merupakan salah satu media periklanan yang efektif dan efisien dalam
mempromosikan suatu barang atau jasa, karena tata letaknya yang berada di luar
ruang membuat siapa saja dapat dengan mudah melihat, memperhatikan, atau
mengetahui informasi dari pesan yang tertera dalam iklan tersebut. Namun ada
banyak pelanggaran yang terjadi dan ditemukan di lapangan ketika petugaspetugas terkait melakukan penertiban umum secara berkala, baik dalam bentuk
perizinan, titik penempatan, maupun ketidaksesuaian reklame dengan
Perda/melanggar Perda.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah (1) Bagaimanakah peranan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar
Lampung dalam menyelenggarakan ketertiban umum khususnya dalam

menangani permasalahan reklame liar? (2) Kendala-kendala apa sajakah yang
dihadapi Satuan Polisi Pamong Praja dalam menertibkan permasalahan reklame
liar di Kota Bandar Lampung?
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka metode penelitian
yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, metode penelitian
deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai
dengan apa yang terjadi di lapangan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa (1) Badan Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Bandar Lampung bertanggung dalam membantu peran Kepala Daerah
(Walikota) karena bagian dari tugas pokok dan fungsinya sebagai aparat daerah;
(2) Peranan Badan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung dalam
menyelenggarakan ketertiban umum khususnya dalam menangani permasalahan

reklame liar berdasar pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Satuan Polisi Pamong Praja; (3) Satpol PP menjalankan tanggung jawabnya untuk
menangani permasalahan reklame liar berdasar pada program kegiatan yang
disusun untuk rencana kerja selama setahun, program yang dibuat berdasar pada
permasalahan yang berkembang di masyarakat dengan harapan pelaksanaan
program bisa berjalan lebih efisien dan efektif. Hal tersebut dilakukan untuk

mendukung pelaksanaan kebijakan, penegakkan Perda, dan Keputusan Kepala
Daerah agar tercipta ketenteraman masyarakat dan ketertiban umum. Dalam
melaksanakan kewajibannya, Badan Satpol PP berkoordinir dengan pihak-pihak
terkait lainnya, khusus masalah reklame, Satpol PP bekerja sama sebagai tim
dengan Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP), Dinas Tata Kota
(Distako), Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan Panitia Pengawas Pemilu
(Panwaslu). Badan Satpol PP juga melakukan tindak pengawasan kepada
masyarakat dengan pendekatan persuasif yang bertujuan agar masyarakat lebih
terbuka kepada aparat pemerintahan, dengan harapan Badan Satpol PP nantinya
akan lebih mudah memberi pengertian kepada masyarakat agar lebih taat aturan
dan sadar hukum; (4) Kendala-kendala yang dihadapi oleh Satpol PP dalam
menangani masalah reklame liar adalah: a) masyarakat mempunyai
kecenderungan tidak taat pada peraturan terbukti dengan masih ditemukannya
pelanggaran dalam bentuk apapun, contohnya saja pelanggaran Perda dalam
penyelenggaraan reklame; b) belum optimalnya diklat teknis atau fungsional bagi
personil Polisi Pamong Praja; c) Lingkungan kerja yang kurang kondusif berdasar
pada minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki.
Kata Kunci: Peranan, Ketertiban Umum, Reklame Liar.

ABSTRACT


THE ROLE OF SATUAN POLISI PAMONG PRAJA IN EFFECTUATE
THE PUBLIC ORDER TO INCREASE AESTHETIC CITY PLANNING
OF BANDAR LAMPUNG ON 2013
(A Study of Illegal Advertisement)

BY
DEVITA AMANDA

Advertisement is one of media advertising that effective and efficient to promote
an item or service, because it’s located in outside space make anyone can easily
see, noticed, or knowing about the information of listed message in the ads. But
there are many transgressions happened and been found in field when related
officers doing public control periodically, either in license forms, spot of
placement, nor incongruity the ads with regional regulation/ transgressing the
regional regulation.

Based on the background above thus the formulation of the problem in this
research are (1) How’s the role of Satuan Polisi Pamong Praja Bandar Lampung
City in held the public order especially to handle the illegal advertisement

problem? (2) What is the resistances that faced by Satuan Polisi Pamong Praja in
disciplining the illegal advertisement problem in Bandar Lampung City?

Based on the background and formulation of the problem, thus the research
methods that used is qualitative descriptive, this methods aims to describe the
cases or the phenomenon that appropriate in the real.

Based on the result of research was known that (1) Satuan Polisi Pamong Praja of
Bandar Lampung City is responsible to support the role of mayor because that’s a
part of their function and main duty; (2) The role of Satuan Polisi Pamong Praja
of Bandar Lampung City in held the public order especially to tackle illegal
advertisement problem based on Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010
about Satuan Polisi Pamong Praja; (3) Satpol PP implement their responsibility to
tackle illegal advertisement problem based on the program activities that
composed for a year work plan, the programs made based on the problem that
happening in citizens with hopes the implement of programs will be work
efficiently and effectively. That’s for support the implement of policies,
enforcement of regional regulations, the decisions of regional head in order to
created public peace and public order. In discharge their liabilities, Satpol PP
coordinate with other entities, especially for advertisement problem, Satpol PP

coordinate with Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP), Dinas Tata
Kota (Distako), Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan Panitia Pengawas Pemilu
(Panwaslu). Satpol PP also controlling peoples with persuasive approach so
peoples will be open with the officer and it’ll be easier to Satpol PP to give
understanding for the peoples to law-abiding; (4) The obstacles that faced by
Satpol PP to tackle illegal advertisement problem are: a) Peoples have tendency to
disobedient the rules, it proven by founded many of transgressions in peoples, for
example is the illegal advertisements problem, b) Training and brief education for
Satpol PP still not optimal, c) The fieldwork is not too condusive because of less
equipment and facilities.

Key Word: The Role, Public Order, Illegal Advertisements.

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Devita Amanda. Penulis dilahirkan di
Bandar Lampung pada tanggal 24 September 1989, sebagai
anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak
Muntaqo M.Mihardjo dan Ibu Endang S. Pendidikan yang
ditempuh oleh penulis yaitu dimulai dari TK XAVERIUS Tanjung Karang,

Bandar Lampung pada tahun 1995 dan diselesaikan pada tahun 1997, kemudian
melanjutkan Sekolah Dasar di SD FRANSISKUS I Tanjung Karang, Bandar
Lampung dan diselesaikan pada tahun 2002. Setelah itu, penulis melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP FRANSISKUS I Tanjung
Karang, Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2005. Kemudian penulis
melanjutkan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 9 Bandar
Lampung dan penulis selesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada program studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas

Lampung. Dan penulis menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten
Tulang Bawang Barat, Desa Gunung Katun Tanjungan.

PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah
yang maha pengasih lagi maha penyayang
Kupersembahkan karya ini kepada:
Kedua orang tuaku tercinta, papa dan mama terhebat yang tiada
henti berdoa untukku, memberikan dukungan, semangat serta yang

sudah berkorban hati, fikiran, waktu, dan materi demi kemajuan
anak-anaknya.
Adikku Lucky Anggraeni yang selalu memberikan dukungan, doa, dan
bantuannya.
Randy Marten dan Mochammad Elkana Ava Arkananta, dua pria
hebat yang telah menjadi sumber semangat.
Keluarga besar dan sahabat-sahabatku.
Keluarga Ilmu Administrasi Negara Universitas Lampung
Dan
Almamater tercinta

MOTO
Kita hanya berfikir ketika kita terbentur pada suatu masalah
(John Dewey)

Orang yang menginginkan impiannya menjadi kenyataan, harus
menjaga diri agar tidak tertidur
(Richard Wheeler)

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari

satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat
(Winston Chuchill)

Sesungguhnya setelah kesulitan pasti ada kemudahan
(Qs. Alam Nasyrah: 6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena berkat
rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Peranan Satpol-PP Dalam Menyelenggarakan Ketertiban Umum Guna
Meningkatkan Estetika Tata Kota Bandar Lampung Tahun 2013 (Studi
Terhadap Reklame Liar)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Ilmu Administrasi Negara di Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari
dukungan doa dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.


Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.

2.

Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Negara FISIP Universitas Lampung yang turut mendukung
kelancaran dalam skripsi ini.

3.

Ibu Dian Kagungan, Dra., M.H selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis.

4.

Bapak Prof. Dr. Yulianto M.S selaku Pembimbing Utama yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan bimbingan,
pengarahan, dan saran yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini.


5.

Bapak Nana Mulyana S.IP, M.Si, selaku Penguji Utama yang telah
memberikan saran dan kritik serta masukan yang berguna untuk perbaikan
skripsi ini.

6.

Seluruh Dosen FISIP Universitas Lampung yang telah berbagi ilmu dan
pengalaman selama penulis menjalani masa studi di Universitas Lampung.

7.

Kedua orang tua penulis: Bapak Muntaqo M. Mihardjo dan Ibu Endang S
yang selama ini memberikan kasih sayang dan tidak henti-hentinya
berkorban, ikhtiar, serta memberikan doa restu. Semoga ilmu yang
bermanfaat yang diperoleh selama ini dapat digunakan sebaik mungkin dan
dapat memberikan yang terbaik kepada keluarga dan orang yang berada di
sekeliling penulis. Amin Ya Rabb.


8.

Adikku Lucky Anggraeni, yang telah memberikan dukungan semangat serta
doa kepada penulis.

9.

Suami (Randy Marten) dan Anakku (Moch.Elkana Ava Arkananta) yang
telah menjadi sumber semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Segenap responden penelitian: Drs. Cik Raden, M.M (Kepala Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Bandar Lampung), Roespan Syah, S.H, M.H (Kasubag.
Bidang Kepegawaian Satuan Polisi Pamong Praja), Agustam, S.Sos. (Kepala
Seksi Pembinaan, Pengawasan, dan Penyuluhan Satuan Polisi Pamong Praja
Kota Bandar Lampung), Ibu Yuan (sekretaris Badan Penanaman Modal dan
Perizinan Kota Bandar Lampung), dan seluruh pihak yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih banyak atas kerja
sama dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
11. Seluruh keluarga besar Ilmu Administrasi Negara FISIP UNILA.
12. Teman-teman Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan bantuan dan
dukungan selama kuliah, yang turut membantu kelancaran dalam pembuatan
karya ini. Untuk Sepa Gustaria, Septriana K. Sari, Nursiah, Retno, Mona,
Intan Fania, Annisa Kharem Lestari, Edo Saputra, Raegina Friska F, Septri
Cahya Arifa, Fanny Juwita, Kiki, dll yang telah menemani, membantu, dan
menjadi teman terbaik di bangku kuliah, terima kasih semuanya.
13. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan karya ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungannya.

Akhir kata semoga kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama
ini mendapat balasan dari Allah AWT. Penulis mohon maaf apabila ada
kekurangan atau kesalahan yang tanpa sengaja penulis lakukan dalam
penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bandar Lampung, Februari 2015
Penulis,

DEVITA AMANDA

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK
HALAMAN JUDUL
RIWAYAT HIDUP
MOTTO
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN

I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4
D. Kegunaan Penelitian ......................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 6
A. Peranan ............................................................................................................. 6
B. Tinjauan Polisi Pamong Praja ........................................................................... 8
C. Pengertian Ketertiban ....................................................................................... 14
D. Pengertian Estetika ........................................................................................... 18
E. Reklame ............................................................................................................ 19
F. Kerangka Pikir .................................................................................................. 28

III. METODE PENELITIAN ................................................................................. 29

A. Jenis Penelitian ................................................................................................. 29
B. Fokus Penelitian................................................................................................ 30
C. Lokasi Penelitian .............................................................................................. 32
D. Jenis dan Sumber Data...................................................................................... 32
E. Proses dan Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 34
F. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 38
G. Keabsahan Data ................................................................................................ 41

IV. PEMBAHASAN ................................................................................................. 45
A. Gambaran Umum ............................................................................................ 45
1. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung .................................................... 45
2. Geografi Kota Bandar Lampung ............................................................... 46
3. Sejarah Singkat Pembentukan dan Perkembangan Badan
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung ................................. 47
4. Tugas Pokok dan Fungsi Kesatuan Polisi Pamong Praja Kota
Bandar Lampung ....................................................................................... 49
5. Struktur Organisasi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Bandar Lampung ....................................................................................... 50
6. Keadaan Pegawai Badan Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Bandar Lampung ....................................................................................... 54
B. Pembahasan ..................................................................................................... 56
1. Pembahasan

Peranan

Satpol

PP

dalam

Menyelenggarakan

Ketertiban Umum Khususnya dalam menangani permasalahan
reklame liar sesuai yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja....................... 56
2. Kendala-kendala yang Dihadapi Badan Satuan Polisi Pamong Praja
dalam Menyelenggarakan Ketertiban Umum Khususnya dalam
Menangani Permasalahan Reklame Liar ...........................................

78

V. KESIMPULAN DAN SARAN. .......................................................................... 80
A. Kesimpulan .................................................................................................... 80

B. Saran ............................................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Daftar Kegiatan Observasi ........................................................................ 36
2. Daftar Dokumen-dokumen yang Berkaitan dengan Penelitian ................. 37
3. Tahap Reduksi Data .................................................................................. 39
4. Tahap Triangulasi Data ............................................................................. 42
5. Walikota Bandar Lampung ....................................................................... 46
6. Nama Kecamatan Kota Bandar Lampung................................................. 47
7. Keadaan Pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung
menurut Usia............................................................................................. 54
8. Keadaan Pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung
Berdasarkan Jenis Kelamin....................................................................... 55
9. Keadaan Pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung
Berdasarkan Tingkat Pendidikan............................................................... 55
10. Keadaan Pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung
Berdasarkan Pangkat dan Golongan.......................................................... 56

DAFTAR BAGAN

Tabel

Halaman

1. Analisis Data Model Interaktif ..................................................................... 40

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota pada hakikatnya adalah suatu tempat yang akan berkembang terus-menerus
sesuai dengan perkembangan zaman dan potensi yang dimilikinya. Dalam
perkembangannya, segala aspek akan ikut tumbuh dan berkembang serta
memunculkan permasalahan yang kompleks pula. Perkembangan dan perubahan
suatu kota terjadi pada kondisi fisik, ekonomi, sosial, dan politik. Dalam
perubahan

dan

perkembangan

kota,

para

perencana

kota

diharapkan

mempertahankan atau memelihara sesuatu yang baik tentang kota dan berupaya
merencanakan pertumbuhan dan perubahannya (Catanese & Snider, 1998).

Reklame merupakan salah satu bentuk alat komersial yang diletakkan di titik-titik
kota yang dianggap strategis untuk tujuan iklan suatu produk. Sehingga reklame
juga perlu dijaga tata letak dan nilai estetikanya untuk menambah daya tarik suatu
kota. Menurut Kasali, (2003: 67) reklame adalah benda, alat, perbuatan atau
media yang menurut bentuk, susunan, dan corak ragamnya ditujukan untuk
komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan

2

suatu barang, jasa atau orang ataupun menarik perhatian umum kepada suatu
barang, jasa atau orang yang di tempatkan atau dapat dilihat, dibaca atau didengar
dari suatu tempat oleh umum. Reklame terdiri dari berbagai jenis dan bentuk.
Diantaranya adalah reklame billboard, reklame baliho, reklame spanduk, reklame
poster, reklame melekat (stiker), reklame slide/film, reklame banner, dan lain
sebagainya, (hasil observasi pra riset). Keefektivitasan dari penggunaan media
reklame dilihat dari beberapa indikator, antara lain: (1) Konsumen lebih cepat
mengetahui produk-produk yang dipasarkan; (2) Lebih jelasnya produk yang
ditawarkan; dan (3) Lebih cepatnya informasi yang disampaikan kepada
masyarakat.

Reklame merupakan salah satu media periklanan yang efektif dan efisien dalam
mempromosikan suatu barang atau jasa, karena tata letaknya yang berada di luar
ruang membuat siapa saja dapat dengan mudah melihat, memperhatikan, atau
mengetahui informasi dari pesan yang tertera dalam iklan tersebut. Nilai
tersebutlah yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan untuk
mempermudah dan mempersingkat waktu mereka dalam hal promosi. Namun,
tidak semua pengusaha yang beriklan melalui media reklame menaati tata aturan
dalam penerbitan sebuah reklame. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan
saat pra-riset baik di dinas terkait maupun di lapangan, ada banyak pelanggaran
yang terjadi dan ditemukan ketika petugas-petugas terkait melakukan penertiban
umum secara berkala, baik dalam bentuk perizinan, titik penempatan, maupun
ketidaksesuaian reklame dengan Perda/melanggar Perda. Reklame yang tidak
sesuai aturan dan melanggar titik penempatan tentu selain merugikan daerah dari
segi perizinan, juga mengganggu nilai estetik tata kota. Untuk menangani

3

permasalahan tersebut sebenarnya Pemerintah Kota Bandar Lampung sudah
memiliki instrumen yuridis untuk mengendalikan pelanggaran yang ada. Dalam
hal ini pemerintah menggunakan Perda Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Tata Cara
Perizinan Titik Reklame untuk menyikapi permasalahan reklame dan sebagai
penyelenggara ketertiban umum Badan Satuan Polisi Pamong Praja sesuai dengan
Tupoksinya yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010
tentang Satuan Polisi Pamong Praja, bertanggung jawab penuh dalam penegakkan
Perda tersebut.

Namun, untuk menjalankan pengendalian dan pengawasan terhadap suatu
permasalahan yang sudah terlanjur berkembang di masyarakat tidaklah mudah.
Dibutuhkan badan pengawas yang mampu menertibkan permasalahan yang ada,
dalam hal ini Badan Satuan Polisi Pamong Praja sesuai dengan tugas, pokok, dan
fungsinya berkewajiban untuk menjalankan tugasnya sebagai penyelenggara
ketertiban umum, dimana permasalahan reklame liar (reklame yang tidak sesuai
aturan) menjadi salah satu cakupan tanggung jawab mereka. Peranan Satpol PP
dalam menyelenggarakan ketertiban umum tertuang dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja.

Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk mencoba meneliti dan
mendeskripsikan masalah peranan Satuan Polisi Pamong Praja dalam menghadapi
dan menangani permasalahan reklame liar yang berkembang di Kota Bandar
Lampung, dengan mengambil judul:

4

“Peranan Satuan Polisi Pamong Praja dalam Menyelenggarakan Ketertiban
Umum Guna Meningkatkan Estetika Tata Kota Bandar Lampung Tahun
2013 (Studi terhadap reklame liar)”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peranan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung
dalam menyelenggarakan ketertiban umum khususnya dalam menangani
permasalahan reklame liar?
2. Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi Satuan Polisi Pamong Praja
dalam menertibkan permasalahan reklame liar di Kota Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis peranan Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Bandar Lampung dalam mengatasi permasalahan reklame liar yang menjadi
cakupan tugas pokok dan fungsinya sebagai penyelenggara ketertiban umum.
2. Untuk mengetahui dan memahami kendala-kendala yang dihadapi Satuan
Polisi Pamong Praja dalam menertibkan permasalahan reklame liar di Kota
Bandar Lampung.

5

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
penambahan ilmu pengetahuan dalam khasanah Ilmu Administrasi Negara,
terutama Studi tentang Peranan Badan Publik.

2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi
yang berkaitan dalam hal peranan Satuan Polisi Pamong Praja dalam
penanganan permasalahan reklame liar.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Peranan

Menurut Abdulsyani (2007) peran atau peranan adalah apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peran
merupakan suatu perangkat atau tingkah laku seseorang dalam melaksanakan hak
dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Dengan kata lain, peran
merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban, maka dia akan berperan sesuai dengan fungsi
dan kedudukan tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang telah
melaksanakan hak dan kewajibannya terhadap suatu kedudukan, maka orang
tersebut telah dapat dikatakan berperan.

Menurut Soerjono Soekanto (2006:212) peranan adalah suatu aspek dinamis dari
kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peran atau peranan
adalah pola perilaku seseorang yang dikaitkan dengan status atau kedudukan

7

orang tersebut dalam suatu masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto (2006:213)
peranan paling sedikit harus mencakup tiga hal, yaitu:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan masyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep perilaku yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
sebagai struktur sosial masyarakat.

Peranan mencakup tindakan ataupun perilaku yang perlu dilaksanakan oleh
seseorang yang menempati suatu posisi dalam status sosial. Menurut Soerjono
Soekanto (2006) peranan mempunyai beberapa unsur antara lain:
1. Peranan ideal sebagaimana dirumuskan atau diharapkan oleh masyarakat
terhadap status tertentu. Peranan ideal tersebut merumuskan hak-hak dan
kewajiban seseorang yang terkait pada status tertentu.
2. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri. Peranan ini merupakan hal yang
harus dilakukan individu pada situasi tertentu.
3. Peranan yang dilaksanakan atau dikerjakan. Peranan ini merupakan
peranan yang sesungguhnya dilaksanakan oleh individu dalam pola
perilaku yang nyata. Peranan ini senantiasa dipengaruhi oleh kepribadian
yang bersangkutan.

8

Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola
pergaulan hidup dan hal itu sekaligus berarti bahwa peranan tersebut menentukan
apa yang akan diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan apa yang diberikan
masyarakat kepadanya. Dari beberapa penjelasan tersebut, maka penulis
menyimpulkan bahwa peranan adalah pola tingkah laku yang melekat pada diri
seseorang dengan segala kewajiban yang diemban dalam status kedudukannya
dimana kewajiban-kewajiban tersebut merupakan bagian dari status kedudukan
sosialnya.

B. Tinjauan Polisi Pamong Praja

1. Satuan Polisi Pomong Praja

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan
Polisi Pomong Praja, pada pasal 1, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
Satuan Polisi Pomong Praja adalah perangkat daerah dalam memelihara
ketentraman dan ketertiban umum serta menegakan peraturan daerah. Sedangkan
pada pasal 1 ayat 5 ditambahkan bahwa yang dimaksud Satuan Polisi Pamong
Praja adalah aparatur pemerintah daerah yang melaksanakan tugas kepala daerah
dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan peraturan
daerah dan keputusan kepala daerah.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong
Praja, Satpol PP adalah bagian perangkat daerah dalam penegakkan Perda dan
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat. Ketertiban
umum dan ketenteraman masyarakat adalah suatu keadaan dinamis yang

9

memungkinkan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dapat melakukan
kegiatannya dengan tenteram, tertib, dan teratur. Satuan Polisi Pamong Praja
dipimpin oleh seorang kepala satuan dan berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Polisi Pomong Praja

Satuan Polisi Pomong Praja memiliki kedudukan yang strategis, yakni
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui
Sekretaris Daerah. Hal ini sebagaimana yang tertera dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, pasal 3, bahwa Satuan
Polisi Pomong Praja dipimpin oleh seorang kepala dan berkedudukan dibawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Pada
pasal 4 juga menyatakan bahwa Satuan Polisi Pomong Praja mempunyai tugas
memelihara

dan

menyelenggarakan

ketentraman

dan

ketertiban

umum,

menegakkan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah.

Mengenai fungsi Satuan Polisi Pomong Praja dijelaskan pada pasal 5 sebagai
berikut:
a. Penyusunan program dalam melaksanakan ketentraman dan ketertiban umum,
penegakan peraturan daerah serta keputusan kepala daerah
b. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelanggaan ketentraman serta
ketertiban umum di daerah
c. Pelaksanaan kebijakan penegakan peraturan dareh dan keputusan kepala daerah
d. Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyenggaaran ketentraman serta
ketertiban umum dalam penegakan peraturan daerah, keputusan kepala daerah

10

dengan aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) atau
aparatur lainnya
e. Pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan menaati peraturan daerah
serta keputusan kepala daerah.

3. Susunan Organisasi

Susunan organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten/Kota menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja:
Pasal 12
1) Organisasi Satpol PP Tipe A (variabel besaran organisasi mencapai nilai
lebih dari atau sama dengan 60) terdiri atas:
a. Kepala;
b. Satu sekretariat terdiri atas paling banyak tiga sub bagian;
c. Bidang paling banyak empat dan masing-masing bidang terdiri atas
dua seksi; dan
d. Kelompok jabatan fungsional.
2) Organisasi Satpol PP Tipe B (variabel besaran organisasi mencapai kurang
dai 60) terdiri atas:
a. Kepala;
b. Satu sub bagian Tata Usaha;
c. Seksi paling banyak lima; dan
d. Kelompok jabatan fungsional.

11

Pasal 13
1) Pada

Kecamatan

dapat

dibentuk

Unit

Pelaksana

Satpol

PP

Kabupaten/Kota;
2) Unit Pelaksana Satpol PP Kabupaten/Kota di Kecamatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala Satuan;
3) Kepala Satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara ex-officio
dijabat oleh Kepala Seksi Ketenteraman dan Ketertiban Umum pada
kecamatan.

Pasal 15
1) Kepala Satpol PP Tipe A merupakan jabatan struktural eselon IIb.
2) Kepala Satpol PP Tipe B merupakan jabatan struktural eselon IIa.
3) Sekretaris dan Kepala Bidang merupakan jabatan eselon IIIb.
4) Kepala Subbagian, Kepala Seksi, dan Kepala Satpol PP Kecamatan
merupakan jabatan struktural eselon IVa.

4. Wewenang, Hak, dan Kewajiban Polisi Pomong Praja

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi
Pamong Praja, Badan Satpol PP mempunyai wewenang sebagai berikut:
a. Melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga masyarakat,
aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau
peraturan Kepala Daerah;
b. Menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang mengganggu
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;

12

c. Fasilitasi

dan

pemberdayaan

kapasitas

penyelenggaraan

perlindungan

masyarakat;
d. Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur, atau
badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau
peraturan Kepala Daerah;
e. Melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur, atau
badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan
Kepala Daerah.

Polisi Pamong Praja mempunyai hak kepegawaian sebagai Pegawai Negeri Sipil
dan mendapatkan fasilitas lain sesuai dengan tugas dan fungsinya berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Sedangkan dalam melaksanakan tugasnya Satuan
Polisi Pomong Praja memiliki kewajiban yang tertera dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2010 Pasal 8 sebagai berikut:
a. Menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia dan normanorma sosial lainnya yang hidup dan berkembang dimasyarakat.
b. Menaati disiplin pegawai negeri sipil dan kode etik Poisi Pamong Praja.
c. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
menggangu ketentraman dan ketertiban umum.
d. Melaporkan kepada kepolisian negara atas ditemukannya atau patut diduga
adanya tindak pidana.
e. Menyerahkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil atas ditemukannya atau
patut diduga adanya pelanggaran terhadap peraturan daerah atau peraturan
kepala daerah.

13

Dan ditambahkan dalam Pasal 9 sebagai berikut:
1) Polisi Pamong Praja yang memenuhi syarat dapat ditetapkan menjadi
Penyidik Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Polisi Pamong Praja yang ditetapkan sebagai Penyidik Pegawai Negeri
Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat langsung mengadakan
penyidikan terhadap pelanggaran Perda dan/atau peraturan kepala daerah
yang dilakukan oleh warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Satuan Polisi Pamong
Praja dalam melaksanakan kewenangan wajib menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi baik secara vertikal maupun secara horizontal. Satuan
Polisi Pomong Praja dalam melaksanakan tugasnya dapat bekerja sama dengan
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan lembaga-lembaga terkait lainnya.
Kerjasama yang dilakukan didasarkan atas hubungan fungsional. Saling
membantu dan saling menghormati dengan mengutamakan kepentingan umum
dan memperhatikan hirarki dan kode etik profesi dan birokasi.

5.

Kerja Sama dan Koordinasi

Dalam menjalankan tupoksinya, Badan Satpol PP melakukan kerja sama dan
berkoordinasi dengan badan-badan terkait lainnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diemban. Seperti tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010
tentang Satuan Polisi Pamong Praja, dalam Pasal 28 sebagai berikut:

14

a. Satpol PP dalam melaksanakan tugasnya dapat meminta bantuan dan/atau
bekerja sama dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau
lembaga lainnya.
b. Satpol PP dalam hal meminta bantuan kepada Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan/atau lembaga lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertindak selaku koordinator operasi lapangan.
c. Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas
hubungan fungsional, saling membantu, dan saling menghormasti dengan
mengutamakan kepentingan umum dan memperhatikan hierarki dan kode
etik birokrasi.

C. Pengertian Ketertiban

1. Ketertiban

Ketertiban pada hakikatnya adalah keadaan dimana di dalamnya terdapat
keteraturan terhadap struktur atau pola yang dapat menciptakan kondisi aman.
Istilah ketertiban berkaitan dengan hubungan masyarakat satu dengan masyarakat
yang lainnya serta antara tiap-tiap anggota masyarakat terdapat peraturan yang
mengatur ketertiban umum. Menurut Bisri, (2000: 12) ketertiban adalah suatu
keadaan yang terkoordinasi dimana terjadinya sesuai dengan cita-cita dan harapan
dari berlakunya satuan peraturan. Keadaan masyarakat yang hiterogen dengan
berbagai kepentingan tujuan dan pemikiran yang berbeda-beda memungkinkan
timbulnya perselisihan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya
dan untuk mencegah timbulnya kekacauan maka diperlukan adanya peraturan
hukum yang bersifat mengikat guna terciptanya ketertiban.

15

C.J. M Schuyt yang dikutip dalam Yanty (2005: 102), mengatakan bahwa
ketertiban mengandung arti ciri-ciri sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.

Adanya sikap tindakan yang memberikan harapan-harapn
Adanya kerjasama
Adanya pengawasan terhdap kekerasan
Adanya sikap yang konsisten
Adnya peraturan-peraturan yang tahan lama sifatnya
Adanya keadaan yang stabil
Adanya kepatuhan terhadap pemerintah
Adanya keseragaman
Adanya pemerintah
Tidak adanya pelanggaran terhadap peraturan
Tidak ada keterasingan
Tidak ada kesewenang-wenangan
Adanya keteraturan
Adanya ketentraman stuktur pola
Adanya keadaan yang aman

Sedangkan menurut Koswara, (2001: 58) yang dimaksud dengan penertiban
adalah untuk menjaga, memelihara dan mencegah agar masyarakat tidak
melakukan tindakan dan kegiatan yang melanggar dan ketantuan-ketentuan yang
sudah ditetapkan oleh lembaga yang berwenang, agar masyarakat taat dan tidak
melakukan pelanggaran. Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
ketertiban adalah keadaan di dalam masayarakat berupa kondisi aman, teratur
dimana anggota masyarakat yang satu dan lainnya dapat melakukan kegiatan
dengan harmonis tanpa berselisih tujuan dan keadaan tersebut terikat oleh
peraturan-peraturan yang ditaati bersama guna menjaga ketertiban tersebut.

2. Ketertiban Umum

Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 26 Tahun 2005 tentang Pedoman Satuan
Polisi Pomomg Praja, maka yang dimaksud dengan ketertiban umum adalah suatu

16

keadaan dinamis yang memungkinkan pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tentram, tertib dan teratur.
Sedangkan menurut Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun
2000 tentang Pembinaan Umum Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan,
dan Keapikan dalam Wilayah Kota Bandar Lampung dapat ditarik kesimpulan
bahwa ketertiban umum mencakup juga masalah keamanan, kebersihan,
keindahan, kesehatan, dan kelestarian lingkungan. Berikut ini konsep atau ukuran
ketertiban umum yang tertuang dalam Perda Nomor 8 Tahun 2000 yang menjadi
konsentrasi penertiban oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung:
a. Bab II pasal 5
Setiap orang atau lembaga yang berbadan hukum dilarang membuka dan
mendirikan reklame tanpa izin intitusi terkait di wilayah Kota Bandar Lampung
yang dapat menggangu ketertiban umum.
b. Bab III pasal 16
Dilarang mempergunakan jalan umum atau trotoar atau pada teras depan
bangunan pertokoan/bangunan pasar yang menghadapi pada jalan umum untuk
membukan dan mendirikan reklame tanpa izin intitusi terkait kecuali pada
tempat-tempat yang ditentukan/ditunjuk oleh walikota

Berdasarkan kedua peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kota
Bandar Lampung disini sangat jelas melarang, membuka, dan mendirikan reklame
tanpa izin intitusi terkait dikarenakan ini akan menggangu ketertiban umum dan
keindahan tata kota.

17

3. Pembinaan Ketertiban

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2000
tentang Pembinaan Umum Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan, dan
Keapikan dalam Wilayah Kota Bandar Lampung, menjelaskan bahwa pembinaan
adalah

segala

sesuatu

usaha

dan

kegiatan

membimbing,

mendorong,

mengarahkan, termasuk koordinasi dan bimbingan teknis dalam pelaksanaan
suatu kegiatan dengan baik, teratur, rapi dan seksama menurut rencana atau
program pelaksanaan dengan ketentuan, petunjuk, norma, sistem dan motode yang
efktif untuk mencapai tujuan dengan hasil yang diharapkan secara maksimal.

Tugas pembinaan adalah rangkaian kegiatan Polisi Pomong Praja dalam rangka
melaksanakan penyampaian informasi tentang program pemerintah, peraturan
perundang-undangan, peraturan daerah dan produk hukum lainnya yang berlaku
kepada seluruh msyarakat dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan,
wawasan, keselarasan dan kepatuhan masyarakat terhadap peraturan yang berlaku
sehingga proses pembangunan dapat berjalan dengan lancar.

Dari tinjauan tentang pembinaaan, penulis menarik kesimpulan bahwa untuk
menghilangkan atau mengurangi segala bentuk ancaman dan ganguan terhadap
ketertiban umum di masyarakat, serta menjaga roda pemerintahan dan rakyat
dapat melakukan kegiatan secara aman, tertib dan teratur dalam rangka
memantapkan ketahanan nasional.

18

D. Pengertian Estetika

Menurut Sutrisno, (2003: 88) estetik berkaitan erat dengan penilaian secara visual
terhadap penampilan suatu objek. Menurut Heath dalam Sutrisno, (2003: 120),
manusia pada umumnya menyukai keindahan, masyarakat yang menilai
lingkungannya indah akan menjaga kesinambungan lingkungannya atas inisiatif
setiap individu. Salah satu upaya yang dilakukan manusia adalah perlindungan
kualitas lingkungan. Menurut Sutrisno (2003: 81) adanya sikap protektif tersebut
mengindikasikan bahwa masyarakat sangat membutuhkan kehadiran lingkungan
yang indah di sekitarnya karena menimbulkan perasaan nyaman dan
menyenangkan bagi manusia. Menurut Nassar dalam Sutrisno (2003: 78), kualitas
estetik suatu lanskap dapat memberikan suatu kepuasan tersendiri kepada individu
dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku manusia. Perilaku
individu yang tercipta dapat meningkatkan suatu kualitas perdesaan, tentunya
dengan mengajak individu-individu lain untuk ikut serta dalam peningkatan
kualitas estetik.

Dari beberapa pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa estetik sering
dikaitkan dengan keindahan, sedangkan indah adalah sesuatu yang dirasakan
mempunyai hubungan harmonis dari semua bagian yang ditinjau dari suatu objek,
ruang, dan kegiatan. Penilaian terhadap kualitas estetik lingkungan menjadi alat
yang sesuai dalam pengamatan lanskap alami dan non-alami. Meskipun
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat dimakan, kualitas estetik dapat
memberikan kepuasan secara mental bagi manusia. Pemenuhan terhadap kepuasan
estetik merupakan puncak dari kebutuhan manusia karena pada dasarnya manusia

19

tidak hanya membutuhkan kepuasan secara fisik, tetapi yang utama adalah
kepuasan terhadap jiwa.

E. Reklame

1. Pengertian Reklame

Reklame merupakan benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk
susunan dan ragamnya untuk tujuan komersil dan dipergunakan untuk
memperkenalkan, menganjurkan, dan memujikan suatu barang, jasa, atau orang,
untuk menarik perhatian umum sehingga peletakannya harus dapat dilihat, dibaca,
dan didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh
pemerintah (Perda Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Reklame).

Berikut adalah beberapa definisi untuk memahami istilah-istilah dalam reklame:
1) Titik reklame adalah tempat di mana bidang reklame didirikan atau
ditempel.
2) Bidang reklame adalah bagian atau muka reklame yang dimanfaatkan
guna tempat atau penyajian gambar, naskah dan kata dari pesan-pesan
penyelenggaraan reklame.
3) Tinggi reklame adalah jarak antara ambang paling bawah bidang reklame
ke permukaan tanah rata-rata atau bidang atap datar atau plat beton dan
sejenisnya yang memenuhi kelayakan konstruksi tempat kedudukan
peletakkan kaki konstruksi reklame.
4) Panggung reklame adalah sarana atau tempat pemasangan satu atau
beberapa bidang reklame yang diatur secara terpadu dengan baik dalam

20

suatu

komposisi

yang

estetik,

baik

dari

segi

kepentingan

penyelenggaraan, masyarakat yang melihat maupun keserasiannya dengan
pemanfaatan ruang kota beserta lingkungan sekitarnya.
Definisi-definisi tersebut akan mempermudah untuk memahami kajian reklame
dan dalam aplikasi penyelenggaraan reklame serta dasar pertimbangan
penyelenggaraan media reklame, dengan memperhatikan kepentingan masyarakat,
pemerintah daerah dan pihak pengusaha (biro iklan) untuk menempatkan media
reklame sesuai dengan fungsinya sebagai media informasi sekaligus sebagai
komponen kota yang berpengaruh pada keindahan kota.

Penggunaan media periklanan luar ruang seperti reklame dinilai lebih efektif dan
efisien.

Karena

pengusaha

dapat

dengan

mudah

memperkenalkan,

mempromosikan, atau menginformasikan produk barang atau jasa mereka tanpa
perlu bertatap muka secara langsung dengan sasaran iklan mereka. Menurut
Kasali (2003: 45) keefektifan media luar ruang didasarkan pada:
1. Jangkauan yakni kemampuan media menjangkau sasaran.
2. Frekuensi yakni kemampuan media mengulang pesan iklan yang sama kepada
pengamat.
3. Kontinuitas yakni kesinambungan media menyampaikan pesan sesuai strategi
periklanan.
4. Ukuran yakni kemampuan media memberikan ukuran yang dituntut pesan.
5. Warna yakni kemampuan media menyajikan tata warna.

21

6. Pengaruh, yakni kekuatan pesan iklan yang kreatif. Pesan harus singkat dan
ditampilkan secara jelas, media harus dapat dibaca sekitar tujuh detik dan
menggunakan huruf yang mudah terbaca dari jarak relatif jauh.

2. Jenis-jenis Reklame

Peraturan tentang reklame di Kota Bandar Lampung tertuang dalam Perda Nomor
14 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Titik Reklame. Penyelenggaraan
reklame adalah rangkaian kegiatan dan pengaturan yang meliputi perencanaan,
jenis, perizinan, penyelenggara, pengawasan, pengendalian dan penertiban
reklame dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang kota yang serasi. Dalam
peraturan tersebut dijelaskan jenis-jenis reklame, yaitu:
1.

Reklame bando adalah reklame yang diselenggarakan menggunakan bahan
besi, kayu, kertas, plastik, fibre glass, kaca, batu, logam, alat penyinar atau
alat lain bersinar. Reklame ini dipasang pada tempat yang disediakan (berdiri
sendiri) atau dengan cara digantungkan dan ditempelkan melintang
(berseberangan) di atas jalan sarana dan prasarana kota.

2.

Reklame rombong adalah reklame yang diselenggarakan menggunakan bahan
kayu, kertas, plastik, fibre glass, kaca, batu, logam, alat penyinar atau alat
lain yang bersinar. Reklame ini dipasang pada kios dan penyelenggaraannya
ditujukan di luar sarana dan prasarana kota milik orang pribadi atau badan.

3.

Reklame peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara
memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara.

22

4.

Reklame film atau slide adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara
menggunakan klise berupa kaca atau film, dan barang-barang lain sejenisnya
sebagai alat untuk diproyeksikan pada layar atau benda lain.

5.

Reklame suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan
kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh
peralatan atau visualisasi apapun.

6.

Reklame udara adalah reklame yang diselenggarakan di udara dengan
menggunakan gas, laser, pesawat atau alat lain yang sejenisnya.

7.

Reklame berjalan adalah reklame yang diselenggarakan dengan membawanya
berkeliling dengan berjalan kaki, kendaraan bermotor atau tidak bermotor.

8.

Reklame selebaran atau brosur adalah reklame yang berbentuk lembaran
lepas diselenggarakan dengan cara menyebarkan selebaran atau brosur atau
pamflet.

9.

Reklame baliho adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan
bahan kayu, plastik, dan sejenisnya dengan jangka waktu paling lama 1 bulan.

10. Reklame papan (Billboard) adalah reklame yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahan kayu, kertas, plastik, fibre glass, kaca, batu, logam, alat
penyinar atau alat lain yang bersinar yang dipasang pada tempat yang
disediakan (berdiri sendiri) atau dengan cara digantungkan atau ditempelkan.
11. Megatron, Videotron, Large Electronic Display (LED), video wall dan
dynamic wall adalah reklame menggunakan layar monitor besar berupa
program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan atau tulisan
berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram, dan difungsikan dengan
tenaga listrik.

23

12. Reklame umbul-umbul atau banner atau spanduk adalah reklame yang
diselenggarakan menggunakan bahan kain, plastik, dan sejenisnya dalam
jangka waktu paling lama 1 minggu.
13. Reklame poster atau tempelan stiker adalah reklame berbentuk lembaran
lepas. Reklame ini diselenggarakan dengan cara disebarkan atau diminta
untuk ditempelkan, diletakkan, dipasang, dan digantungkan pada tempat
umum.

2. Daerah Kawasan Reklame
Penyebaran peletakkan reklame harus memperhatikan etika, estetika, keserasian
bangunan dan lingkungan sesuai dengan rencana wilayah. Titik reklame dapat
ditempatkan pada sarana dan prasarana kota maupun diluar sarana dan prasarana
kota. Setiap pemanfaatan titik reklame pada sarana dan prasarana kota/wilayah
dikenakan sewa titik reklame dengan besaran yang terlampir dalam peraturan
tentang pajak reklame. Jangka waktu pemanfaatan titik reklame adalah 3 (tiga)
tahun terhitung sejak dikeluarkannya izin peletakkan titik reklame. Sedangkan
jangka waktu pajak reklame adalah satu tahun. Jangka waktu pemasangan reklame
tidak mengikuti masa berlakunya pajak reklame. Hal tersebut tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan
Reklame.

Adapun yang menjadi acuan penataan lokasi reklame dijelaskan dalam Peraturan
Daerah Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Reklame, sebagai
berikut:
Pasal 3

24

Daerah Kawasan Reklame
1) Berdasarkan kategori peletakkan titik reklame, terdapat empat jenis
kawasan di Kota Bandar Lampung yaitu:
a. Kawasan bebas, yaitu kawasan yang sama sekali tidak diperbolehkan
diselenggarakan reklame.
b. Kawasan khusus, adalah kawasan yang diperbolehkan diselenggarakan
kegiatan reklame yang menempel pada bangunan dan atau di atas
bangunan karena dilihat dari segi teknis dan estetika tidak
memungkinkan diselenggarakan reklame bertiang.
c. Kawasan

selektif,

adalah

kawasan

yang

diperbolehkan

diselenggarakan kegiatan reklame dengan titik reklame terpilih.
d. Kawasan umum, yaitu kawasan yang diperbolehkan diselenggarakan
kegiatan reklame dengan titik di luar kawasan khusus.
2) Kawasan bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a Pasal ini,
diberikan pengecualian dengan jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari dan dapat diperpanjang kembali.
3) Tata cara perizinan penyelenggaraan reklame sebagaimana dimaksud ayat
(2) Pasal ii ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

Pasal 4
Peletakkan Titik dan Pemasangan Reklame pada Sarana/Prasarana Kota
1) Peletakkan titik reklame dan pemasangan

semua jenis reklame yang

berada dalam wilayah Kota Bandar Lampung harus mendapat izin dari
Walikota.

25

2) Untuk mendapatkan persetujuan peletakkan titik reklame dengan luas
panggung reklame lebih dari 24 M² terlebih dahulu harus dilakukan
pengkajian oleh Tim Teknis Perizinan Re