1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman, kontrak diselenggarakan bukan hanya terkait barang saja melainkan juga jasa. Secara sederhana kontrak ialah
suatu perjanjian antara dua orang atau lebih yang memiliki nilai komersial tertentu
Purwosusilo, 2014:87. Sebagaimana dalam sebuah perjanjian, kontrak memiliki
pihak-pihak yang saling mengikatkan diri yang dinamakan subjek hukum. Subjek hukum dalam hal ini ialah subjek hukum perdata. Konteks pengadaan barang dan
jasa, pemerintah mengadakan hubungan hukum dengan para pihak penyedia barang dan jasa dalam sebuah kontrak pengadaan. Dalam hal ini, pemerintah tidak
dapat memposisikan dirinya lebih tinggi dari penyedia barang atau jasa meskipun pemerintah merupakan suatu lembaga dalam negara yang memiliki sifat mengatur
regulator. Kedudukan pemerintah ialah setara dengan pihak penyedia barang atau jasa yang juga memiliki hak dan kewajiban yang tertuang dalam sebuah
kontrak. Ilmu pengetahuandan juga teknologi telah mendorong terjadinya kemajuan
di tiap lini kehidupan termasuk dalam hal pengadaan barang atau jasa. Dalam perkembangan sebelumnya, metode dalam hal pengadaan barang atau jasa adalah
dengan cara tawar-menawar langsung hingga kemudian akan mencapai kesepakatan harga. Proses tawar- menawar biasanya memakan waktu yang cukup
lama didukung lagi banyaknya jumlah barang atau jasa yang akan dibeli sehingga biasanya dalam hal ini pengguna membuat daftar jenis barang yang akan dibeli
secara tertulis dan kemudian di serahkan kepada penyedia barang atau jasa. Daftar yang disusun secara tertulis ini merupakan asal-usul dokumen penawaran.
Perkembangan selanjutnya, pembelian barang kini tidak hanya terbatas pada pembelian barang yang sudah tersedia saja melainkan dapat dilakukan
dengan pemesanan. Pemerintah dalam hal ini selaku pengguna kemudian menyampaikan daftar barang yang akan dibeli ke lebih dari satu penyedia.
Dengan meminta penawaran kepada beberapa penyedia, pemerintah kemudian dapat memilih harga penawaran paling murah dari setiap jenis barang yang akan
dibeli. Metode ini kemudian menjadi cikal-bakal pengadaan barang dengan lelang Adrian Sutedi, 2012:2-3.
Pengadaan merupakan
suatu kegiatan
yang berkaitan
dengan pemenuhanpenyediaan sumber daya barang atau jasa pada suatu proyek tertentu
Setiadi, 2009:12-14. Pengadaan barangjasa atau yang lebih dikenal dengan
lelang
Procurement
telah banyak dilakukan oleh semua pihak baik dari pemerintah maupun swasta. Pengadaan barang dan jasa pada pemerintah diartikan
dengan kegiatan pengadaan barangjasa yang dibiayai dengan APBDAPBN, baik yang dilaksanakan secara swakelola, maupun oleh penyedia barangjasa Kepres
Nomor 80 Tahun 2003. Selama ini proses pengadaan barangjasa dilakukan dengan cara konvensional dimana langsung mempertemukan pihak-pihak yang
terkait dalam pengadaan seperti penyedia barangjasa dan pengguna barangjasa atau panitia pengadaan. Pengadaan yang dilakukan secara konvensional dinilai
memiliki beberapa kelemahan yang banyak merugikan seperti mudahnya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme KKN berkembang, serta kurang transparan. Pengadan
konvensional juga membutuhkan waktu yang lama, sehingga dipandang menyia- nyiakan waktu dan biaya, kurangnya informasi serta kompetisi yang kurang sehat
yang berakibat terhadap kualitas pengadaan, terjadi eksklusi terhadap pemasok potensial dan pemberian hak khusus terhadap pemasok tertentu.
Menurut Subramaniam dan Shaw 2004 organisasi besar menghabiskan 14-30 dari total pendapatannya pada proses kebijakan pengadaan diluar
produksi seperti perlengkapan kantor, biaya peralatan, dan biaya perjalanan. Selain itu kondisi pengadaan di Indonesia memberikan fakta bahwa dari 4,2 juta
perusahaan di Indonesia yang bergerak dalam sektor pengadaan barangjasa pemerintah hanya 3,5 persen yang terlibat Laporan LKPP, 2009. Dalam usaha
untuk menutup kelemahan-kelemahan dan kesulitan dalam proses pengadaan serta untuk mewujudkan pengadaan barangjasa yang efisien dan efektif perlu
dimanfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam proses pengadaan barangjasa tersebut, salah satunya adalah dengan penerapan
E-Procurement
.
E-Procurement
merupakan sebuah istilah dari pengadaan
procurement
atau pembelian secara elektronik.
E-Procurement
merupakan bagian dari e-bisnis dan digunakan untuk mendesain proses pengadaan berbasis internet yang
dioptimalkan dalam sebuah perusahaan.
E-Procurement
tidak hanya terkait dengan proses pembelian itu saja tetapi juga meliputi negosiasi-negosiasi elektronik dan
pengambilan keputusan atas kontrak-kontrak dengan pemasok. Karena proses pembelian disederhanakan dengan penanganan elektronik untuk tugas-tugas yang
berhubungan dengan operasi, tugas-tugas yang berhubungan dengan strategi dapat diberi peran yang lebih penting dalam proses tersebut. Pembelian dan penjualan
online mengefisienkan proses pengadaan dan mengurangi biaya operasi dengan mengurangi pengeluaran untuk waktu administrasi dan memperpendek birokrasi.
Penerapan
E-Procurement
mendorong upaya transaksi dari pusat pembuat pesanan hingga titik kebutuhan pada pengguna desktop bisnis. Kesesuaian terhadap
perjanjian dengan pemasok yang dipilih melalui katalog online yang mana dilihat- lihat oleh para pengguna untuk menemukan item yang dibutuhkan. Fitur utama
E- Procurement
meliputi : Katalog elektronik untuk item-item standar dan inti, kemampuan
punch-out
ke situs-situs web pemasok untuk produk-produk yang dinamis dan bermacam-macam, memunculkan kembali daftar-daftar permintaan
dan belanja untuk item-item yang dibeli secara teratur, jalur-jalur persetujuan yang menyatu
built-in
untuk menjalankan kendali anggaran belanja, kemampuan untuk memberi laporan informasi manajemen yang detail.
Pengadaan barang atau jasa dengan metode lelang sudah diatur secara hukum dalam Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang pengadaan barang
dan jasa pemerintah yang merupakan perubahan dari peraturan sebelumnya yakni Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. Hal-hal mendasar dalam ketentuan
pengadaan barang atau jasa pemerintah yang diatur dalam peraturan presiden ini antara lain diperkenalkannya pengadaan barang dan jasa melalui sistem online
dengan menggunakan jaringan internet
E-Procurement
.
E-Procurement
dalam dunia Internasional, bukanlah merupakan hal yang baru lagi dan sudah di terapkan di beberapa Negara, di antaranya ialah Australia.
Penulis membandingkan dengan Negara Australia karena keberhasilan Negara
Australia dalam menerapkan sistem
E-Procurement
dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah turut ikut andil dalam penerapan
E-Procurement
di Negara lain, termasuk Indonesia. Situs lelang di Negara Australia lebih mudah di akses karena
sifatnya lebih terbuka sehingga dapat mengetahui konsep sistem
E-Procurement
di Negara Australia dan dibandingkan dengan konsep di Indonesia.
Review of E-Procurement Project
, 2005, dalam Nightisaba dkk, 2009. Australia tidak serta merta dapat menerapkan langsung dalam kehidupan
masyarakat melainkan melalui proses yang bertahap. Hingga kini, banyak proyek pengadaan di Australia yang berhasil dilaksanakan dan banyak perusahaan-
perusahaan yang merespon baik dan merasa puas dengan adanya sistem
E- Procurement
ini. Diyakini penggunaan sistem
E-Procurement
membuka peluang bisnis yang baik karena dengan sistem ini, tender yang diadakan lebih
akuntabilitas dan dampaknya lebih efisien.
E-Procurement
berfungsi dalam menciptakan transparansi, efisiensi dan efektivitas dalam pengadaan barang dan jasa melalui media elektronik antara
pengguna dan pemasoknya.
E-Procurement
dapat meningkatkan pelayanan kepada pengguna dari kalangan pemerintah dengan pendekatan pengadaan yang lebih
terintegrasi. Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas maka permasalahan sistem
pengadaan
E-Procurement
yaitu berkaitan dengan kinerja dan efisiensi pengadaan barang dan jasa instansi pemerintah, maka problem statement adalah
bagaimanakah Perbandingan Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah secara online
E-Procurement
di Indonesia Dan Australia ”.
B. Rumusan Masalah