Uji Prasyarat Regresi Uji Asumsi Klasik

35 b 3 = Koefisien X 3 X 1 = Variabel modal sendiri X 2 = Variabel modal asing X 3 = Variabel volume usaha e = Faktor pengganggu

3.4.3 Uji Prasyarat Regresi

Sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan uji prasyarat analisis regresi dalam statistik parametrik. Dalam penelitian ini dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui data tersebut sudah memenuhi syarat yaitu data berdistribusi normal atau tidak. 3.4.3.1 Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah variabel berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan berdasarkan nilai Skewness pada statistik. Dasar pengambilan keputusannya adalah Zn1.96 menunjukkan penolakan asumsi normalitas pada tingkat signifikan 5 nilai tabel 1.96 Ghozali,2005:91. Penolakan asumsi normalitas pada tingkat signifikan 5 , tingkat kesalahan hanya 5 sedangkan 95 adalah tingkat kebenaran dalam penelitian. Selain itu normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannnya adalah : a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 36 b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonalnya atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.4.4 Uji Asumsi Klasik

Metode regresi berganda akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan Best Linear Unbiased Estimation BLUE. Oleh karena itu diperlukan adanya uji asumsi klasik terhadap model yang telah diformulasikan yang mencakup pengujian sebagai berikut: 3.4.4.1 Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai kolerasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor VIF. Jika nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10 menunjukkan adanya multikolinieritas. Uji multikolinearitas bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : a. Melalui nilai t hitung , R 2 , F ratio . Jika R 2 tinggi, nilai F ratio tinggi, sedangkan sebagian besar atau bahkan seluruh koefisien regresi tidak signifikan nilai t hitung sangat rendah, maka kemungkinan terdapat multikolinearitas. 37 b. Menentukan koefien korelasi antar variabel independent. Jika antar variabel independen ada korelasi yang spesifik koefisien korelasi yang tinggi ini merupakan indikasi multikolinear. c. Membuat persamaan regresi antar variabel independen. Jika koefisiennya signifikan, maka terdapat multikolinear 3.4.4.2 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Dasar pengambilan keputusannya adalah : a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 38

3.4.5 Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

PENGARUH VOLUME USAHA, MODAL PINJAMAN DAN MODAL SENDIRI TERHADAP SISA HASIL USAHA KOPERASI DI SELURUH KABUPATEN/KOTA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERIODE 2009-2014

0 7 16

PENGARUH VOLUME USAHA, MODAL PINJAMAN DAN MODAL SENDIRI TERHADAP SISA HASIL USAHA KOPERASI DI SELURUH KABUPATEN/KOTA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERIODE 2009-2014

5 15 112

PENGARUH MODAL SENDIRI, MODAL PINJAMAN DAN VOLUME USAHA TERHADAP SISA HASIL USAHA Pengaruh Modal Sendiri, Modal Pinjaman Dan Volume Usaha Terhadap Sisa Hasil Usaha (Studi Kasus Pada Koperasi Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012).

0 2 16

PENDAHULUAN Pengaruh Modal Sendiri, Modal Pinjaman Dan Volume Usaha Terhadap Sisa Hasil Usaha (Studi Kasus Pada Koperasi Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012).

0 2 7

PENGARUH MODAL SENDIRI, MODAL PINJAMAN DAN VOLUME USAHA TERHADAP SISA HASIL USAHA Pengaruh Modal Sendiri, Modal Pinjaman Dan Volume Usaha Terhadap Sisa Hasil Usaha (Studi Kasus Pada Koperasi Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012).

0 2 17

PENGARUH MODAL SENDIRI DAN JUMLAH ANGGOTA TERHADAP PEROLEHAN SISA HASIL USAHA KOPERASI SERBA USAHA (KSU) DI KABUPATEN SIDOARJO.

0 3 97

(ABSTRAK) PENGARUH MODAL SENDIRI, MODAL ASING, DAN VOLUME USAHA TERHADAP SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI UNIT DESA (KUD) KABUPATEN KEBUMEN.

0 0 2

PENGARUH MODAL SENDIRI DAN MODAL PINJAMAN TERHADAP SISA HASIL USAHA (SHU) KOPERASI KOTA SUKABUMI

0 3 13

PENGARUH ASET, MODAL SENDIRI, MODAL LUAR, VOLUME USAHA, DAN ANGGOTA TERHADAP SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2011-2015

0 24 18

PENGARUH MODAL SENDIRI DAN MODAL PINJAMAN TERHADAP SISA HASIL USAHA PADA PRIMER KOPERASI KARTIKA SEJAHTERA PALEMBANG

0 0 14