5
1. Pengetahuan
Tabel 2. Pengetahuan pengobatan mandiri
Responden sejumlah 96 orang pada penelitian ini pernah melakukan pengobatan mandiri kurang lebih 1 bulan terakhir.. Namun berdasarkan hasil Tabel 2 hanya 73
responden 76 yang pernah mendengar istilah pengobatan mandiri atau swamedikasi. Mereka memperoleh informasi terkait pengobatan mandiri dari kerabattetangga 71,2
dari 73 responden, TVradio 21,9 dan petugas puskesmas 6,8. Pengalaman keberhasilan keluarga, tetangga ataupun teman dalam mengobati penyakit tampaknya
menjadi sumber informasi dan pertimbangan, serta dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan pengobatan mandiri Mulyani, 2013.
Sesuai dengan pengertian pengobatan mandiri, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 73 responden 76 yang pernah mendengar istilah pengobatan mandiri tidak
Pertanyaan Karakteristik
Parameter N=96
1
Istilah pengobatan mandiri Pernah Mendengar
73 76
Belum Pernah Mendengar 23
24 2
Sumber informasi Kerabat Tetangga
52 71,2
Tv Radio 16
21,9 Petugas Puskesmas
5 6,8
3 Pengertian pengobatan mandiri
Pengobatan yang dilakukan tanpa bantuan orang lain
39 53,4
Mengobati panas, demam, flu, sakit kepala dll
11 15,1
Menggunakan bahan-bahan alam
8 11
Tidak membutuhkan pemeriksaan dokter
8 11
Memakai obat-obatan yang ada di rumah
7 9,6
4 Obat-obatan untuk pengobatan mandiri bisa
dibeli tanpa pemeriksaan ke dokter Tidak semua bisa dibeli
tanpa periksa kedokter 47
49 Semua bisa dibeli tanpa
periksa ke dokter 49
51 5
Istilah obat bebas dan obat bebas terbatas
Tahu 23
24 Tidak Tahu
73 76
a, Contoh obat bebas dan bebas terbatas
Paracetamol 11
47,8 Amoxicilin
6 26,1
Konidin 2
8,7 dll CTM, asam mefenamat,
komix, promag 4
17,4 b,
Tempat membeli obat bebas dan bebas terbatas Apotik
19 82,6
Kios warung 4
17,4 c,
Perlu atau tidak resep untuk membeli obat bebas dan bebas terbatas
Perlu 3
13 Tidak perlu
20 87
d, Bentuk - bentuk obat bebas dan bebas terbatas
Tablet 16
69,6 Kapsul
4 17,4
Serbuk 2
8,7 Cairan
1 4,3
6
Melihat lambang pada kemasan obat
Pernah 60
62,5 Belum pernah
36 37,5
a, Lambang obat yang dapat dibeli tanpa resep
dokter HijauObat Bebas
29 48,3
BiruObat Bebas Terbatas 24
40 MerahObat Keras
7 11,7
6
dapat menjelaskan secara tepat tentang definisi pengobatan mandiri. Hasil ini menunjukkan bahwa meskipun responden dalam kehidupannya sehari-hari pernah
melakukan pengobatan mandiri namun umumnya masih banyak responden yang belum paham tentang istilah dan makna pengobatan mandiri atau swamedikasi.
Keputusan Menteri Kesehatan tahun 1990 mengatur tentang obat wajib apotek OWA yang merupakan obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan
penyerahannya dilakukan langsung oleh apoteker di apotik untuk membantu pilihan obat bagi pengobatan mandiri. Dengan demikian obat yang dapat dibeli oleh masyarakat secara
bebas tanpa resep hanyalah golongan obat bebas dan bebas terbatas, serta OWA yang harus diserahkan oleh apoteker. Lebih dari separuh responden 51 dari 96 responden
mempunyai pengetahuan yang keliru yaitu bahwa semua obat dapat dibeli untuk pengobatan mandiri tanpa perlu pemeriksaan dokter. Obat-obatan yang dapat digunakan
dalam pengobatan mandiri dan tidak mensyaratkan pembelian dengan resep dokter adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas.
Sebagian besar responden 73 dari 96 responden tidak mengenal penggolongan obat bebas atau obat bebas terbatas. Hanya 27 atau 23 responden yang
mengenal istilah obat bebas dan obat bebas terbatas. Sebanyak 6 dari 23 responden tersebut menyebut amoksisilin sebagai contoh golongan obat tersebut. Tentu saja jawaban
tersebut keliru karena Amoksisilin termasuk golongan obat keras. Sementara itu, Parasetamol merupakan jenis obat bebas yang paling banyak dicontohkan oleh responden
yang mengenal obat bebas dan obat bebas terbatas 11 dari 23 responden. Dari temuan ini dapat dikatakan bahwa pengetahuan responden penelitian ini tentang obat bebas dan obat
bebas terbatas masih sangat terbatas. Untuk pengetahuan tentang bentuk sediaan farmasi, yang paling banyak dikenal adalah tablet 16 dari 23 responden. Hal ini karena sebagian
besar bentuk sediaan obat yang beredar di pasaran adalah tablet. Sebagian besar responden
yang mengenal obat bebas dan bebas terbatas menyebutkan apotek sebagai tempat memperolehnya 19 dari 23 responden. Temuan ini mirip dengan yang diungkap
Widayati tahun 2012 bahwa masyarakat Kota Yogyakarta sudah cukup mengenal apotek sebagai tempat untuk memperoleh obat, walaupun obat juga banyak tersedia di toko
kelontong. Pengetahuan tentang lambang obat pada kemasan obat ditunjukkan oleh 60
responden 62, 5 dari 96 responden yang menjawab pernah melihatnya. Namun demikian dari 60 responden tersebut terdapat 7 responden yang menunjuk lambang obat
7
keras lingkaran merah dengan tepi hitam dan huruf K di tengah sebagai lambang obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Hal ini tidak tepat karena penggunaan obat keras
dibandingkan dengan obat bebas dan obat bebas terbatas bisa berbahaya bila tidak disertai dengan pemberian informasi dan edukasi yang tepat oleh apoteker sehingga
penggunaannya tidak sembarangan. Berdasarkan hasil yang diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa pengetahuan
responden tentang obat yang digunakan untuk pengobatan mandiri masih terbatas. Hasil ini masih relevan dengan penelitian Supardi dan Notosiswoyo cit. Kristina et al,. yang
menyebutkan bahwa pengetahuan pengobatan di masyarakat umumnya masih rendah sehingga hal ini mempengaruhi kerasionalan pengobatan. Terkait dengan hasil ini,
diperlukan tindak lanjut berupa edukasi kepada masyarakat setempat mengenai pengenalan obat-obat yang dapat digunakan untuk pengobatan mandiri.
2. Sikap dan Tindakan