Tinjauan Atas Sistem Pengolahan SPT Tahunan PPh Orang pribadi Melalui Fasilitas Drop Box Pada KPP Pratama Sumedang

(1)

1 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Beberapa tahun belakang ini Negara kita sedang gencar-gencarnya melakukan suatu trobosan terutama dalam bidang perpajakan, sebagai upaya dari pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan penerimaan Negara dari sektor pajak. Karena pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara unyuk untuk menjalankan pemerintahan dan juga untuk mebiayai pembangunan. Dengan pajak suatu Negara dapat melaksanakan pembangunan disegala sektor, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran dari seluruh lapisan masyarakat. Dalam melaksanakan pembangunan tersebut Negara sangat bergantung kepada dana, baik dana dari dalam maupun luar negeri. Dana dari dalam negeri diperoleh dari pajak, karena pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang paling besar dibandingkan dengan penerimaan Negara selain pajak, sedangkan penerimaan Negara dari luar negeri diperoleh dari pinjaman luar negeri, bantuan atau hibah, ekspor dan sumber lainnya.

Undang-undang Perpajakan menganut sistem self assassment. Dalam sistem ini, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, dan menetapkan besarnya jumlah Pajak Penghasilan yang terutang dan melaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak, atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi


(2)

perpajakan atau dapat juga disampaikan melalui Kantor Pos, Pojok Pajak, Mobil Pajak Keliling dan tempat khusus Penerimaan Surat Pemberitahuan Tahunan (drop box) setelah tahun pajak berakhir.

Salah satu agenda rutin tahunan dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah penerimaan laporan SPT Tahunan Wajib Pajak. Dalam proses penyelenggaraannya, DJP menunjuk setiap Kantor Pelayanan Pajak untuk melaksanakan penerimaan SPT Tahunan bagi seluruh Wajib Pajak yang terdaftar di wilayah kerja masing-masing. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakanuntuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Erly Suandy, 2002:15).

SPT Tahunan Pajak Penghasilan yang diisi oleh wajib pajak terdiri dari dua jenis yaitu SPT PPh Orang Pribadi OP dan SPT PPh Badan. Berdasarkan informasi dari kepala seksi pelayanan KPP Pratama Bandung Karees mengenai jumlah SPT bahwa SPT PPh OP memiliki penerimaan pelaporan SPT lebih banyak dibandingkan SPT PPh Badan.

Proses pengolahan SPT secara benar dan lengkap merupakan tahap yang penting dalam administrasi pajak. Pengolahan SPT adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penelitian SPT dan perekaman SPT, baik meliputi penatausahaan yang meliputi penerimaan SPT, pencatatan/perekaman (recording) SPT, penggolongan SPT dan penyimpanan (filling) dokumen SPT maupun dalam pelayanan yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak.


(3)

Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh) merupakan sarana bagi Wajib Pajak untuk melaporkan serta mempertanggung jawabkan penghitungan dan/atau pembayaran pajaknya dengan baik dan benar sesuai dengan sistem self assessment.

Proses pengolahan SPT secara benar dan lengkap merupakan tahap yang penting dalam administrasi pajak. Pengolahan SPT adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penelitian SPT dan perekaman SPT, baik meliputi penatausahaan yang meliputi penerimaan SPT, pencatatan/perekaman (recording) SPT, penggolongan SPT dan penyimpanan (filling) dokumen SPT maupun dalam pelayanan yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak.

Kendala yang terjadi setiap tahun dalam pelaksanaan penerimaan SPT Tahunan adalah terjadi penumpukan Wajib Pajak yang ingin melaporkan SPT Tahunannya, dikarenakan Wajib Pajak cenderung melaporkan SPT Tahunannya pada hari-hari terakhir batas akhir pelaporan, yaitu paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya tahun pajak (31 Maret) untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan 4 bulan setelah berakhirnya tahun pajak (30 April) untuk Wajib Pajak Badan.

Perlu disadari bahwa raw material Direktorat Jendral Pajak adalah data. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu prosedur pengolahan data informasi perpajakan, salah satunya berupa Surat Pemberitahuan (SPT) secara memadai dengan memanfaatkan teknologi informasi, meningkatkan kualitas dan keamanan data perpajakan dengan kebijakan yang diterapkan yang dibuat oleh pemerintah mengenai fasilitas perpajakan.


(4)

kepada wajib pajak, saat ini pihak Direktorat Jenderal Pajak kembali memberikan kemudahan dalam penyampaian SPT tahunan. Dengan pemikiran untuk lebih melayani Wajib Pajak dan menghindari antrian yang sangat panjang akibat membludaknya Wajib Pajak, maka proses penerimaan SPT Tahunan sekarang sangat disederhanakan, dibuatlah fasilitas perpajakan bahwa penyampaian SPT Tahunan dapat dilakukan dimana saja yaitu melalui Drop Box SPT Tahunan.

Drop Box adalah tempat dimana SPT Tahunan dapat diterima. Drop Box ini, sesuai namanya, berbentuk kotak berukuran cukup besar dengan logo DJP dan lubang seperti celengan tempat memasukkan SPT Tahunan. Drop Box ini ditempatkan pada tempat yang memang strategis, seperti pusat-pusat perbelanjaan dan pusat-pusat keramaian di mana saja yang nantinya akan disediakan pojok pajak/mobil pajak/drop box maupun ditaruh di kantor-kantor pajak.

Kantor pelayanan pajak pratama atau Small Tax Payers Office (STO) merupakan hasil peleburan tiga jenis kantor, yaitu 'Kantor Pelayanana Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa). Peleburan ini dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, khususnya Wajib Pajak. Hal ini karena masyarakat yang membutuhkan semua jenis pelayanan pajak (Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) serta pemeriksaan pajak, cukup datang ke satu kantor. Konsep one stop service itulah yang melatarbelakangi peleburan tiga unit kantor pajak, tersebut, sehingga wajib pajak dapat lebih mudah dan efisien dalam menyelesaikan urusan perpajakan.


(5)

KPP Pratama Sumedang dimana tempat Wajib pajak untuk melaporkan SPT Tahunan, dan serta akan memberikan tata cara pengolahan SPT Tahunan. Maka penulis belajar untuk mengetahui pengolahan SPT Tahunan pada KPP Pratama Sumedang, yang kemudian disusun dalam laporan kerja praktek dengan

mengambil judul “ SISTEM PENGOLAHAN SPT TAHUNAN MELALUI

DROPBOX PADA KPP PRATAMA SUMEDANG ”. Laporan ini menyajikan hasil pengamatan dan pengalaman yang didapat selama melakukan kegiatan kerja praktek di bagian Pelayanan KPP Pratama Sumedang.

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Maksud dari kerja praktek yang dilaksanakan dalam rangka penyusunan laporan adalah agar dapat mengetahui sistem yang terjadi pada KPP Pratama Sumedang tentang pengolahan SPT Tahunan dengan fasilitas drop box.

Sedangkan tujuan yang hendak dicapai dengan mengadakan kerja praktek adalah untuk mengetahui pelaksanaan pengolahan SPT Tahunan pajak Penghasilan dengan fasilitas drop box pada KPP Pratama Sumedang.

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

Dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini, penulis merasakan banyak kegunaan-kegunaan diantaranya :

a. Kegunaan bagi penulis

Sebagai tambahan pengetahuan antara praktek dengan teori tentang pengolahan SPT Tahunan melalui drop box.


(6)

b. Kegunaan bagi perusahaan

Diharapkan dapat dijadikan masukan informasi serta sumbangan pemikiran sebagai tambahan perbandingan dalam pengambilan keputusan yang akan bermanfaat dan berguna bagi perusahaan yang bersangkutan dimasa yang akan datang, terutama mengenai pengolahan SPT Tahunan. c. Bagi pihak lain

Diharapkan menjadi sumbangan pemikiran perkembangan ilmu

pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan bahan mengenai tata cara pengolahan SPT Tahunan melalui drop box.

1.4 Metode Kerja Praktek

Dalam penyusunan laporan ini, penulis melaksanakan Kerja Praktek dengan menggunakan metode Block Release, yaitu metode dimana penulis melakukan kerja praktek di KPP Pratama Sumedang. Agar dapat tersusunnya laporan Kerja Praktek ini tentunya sangat memerlukan teknik-teknik pengumpulan data. Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Field Research (Penelitian secara langsung)

 Observasi langsung, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

pencarian dan pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan penelitian tentang kegiatan-kegiatan yang terjadi pada suatu perusahaan.


(7)

Interview, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tatap

muka langsung dengan pihak yang bersangkutan untuk diwawancarai sehingga data-data yang diperlukan dapat membantu dalam memecahkan masalah yang akan dibahas.

b. Library Research (Studi pustaka)

Study Literatur, yaitu teknik pengumpulan data yang ada dari berbagai bahan pustaka (referensi) yang relevan dalam penyusunan laporan kerja praktek.

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Penulis melaksanakan Kerja Praktek pada Seksi Pelayanan KPP Pratama Sumedang yang beralamat di Jln. H. Ibrahim Adjie No. 372 Bandung. Adapun waktu pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek, yakni dari mulai tanggal 04 Juli 2011. Dimana hari kerja dimulai pada hari Senin sampai dengan Jumat dengan jam kerja dari pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. Adapun pendeskripsian kerja praktek yang telah dilaksanakan penulis adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1

Aktivitas Kerja Praktek dan Aktivitas Kantor

No Aktivitas Hari Waktu

1 Kerja Praktek Senin s/d Jum’at 07:30 s/d 16:00 WIB


(8)

Jum’at 11:30 s/d 13:00 WIB

3 Libur Sbatu s/d Minggu -

Tabel 1.2

Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek NO

KEGIATAN KP

BULAN & TAHUN JUNI

„11 JULI „11 AGT „11 SEPT „11 OKT „11 NOV „11 DES „11 I Tahap Persiapan

1.Pengambilan surat izin kerja praktek. 2.Mencari tempat

kerja praktek 3.Menentukan tempat

kerja praktek

II Tahap Pelaksanaan 1.Aktivitas KP

2.Bimbingan di tempat KP

III Tahap Pelaporan 1.Konsultasi

2.Bimbingan kerja praktek

3.Pembuatan Laporan KP


(9)

9

2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Sumedang

Sejarah kantor pajak di Indonesia diawali setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Untuk melaksanakan pemungutan pajak dari rakyat di wilayah pasundan, dibentuk suatu badan yang bernama Inspeksi Keuangan untuk seluruh Kabupaten Bandung, Bekasi, Karawang, Purwakarta, Tasikmalaya, Sumedang, Subang, Garut, Ciamis, dan Banjar. Khusus untuk Inspeksi Keuangan Bandung bertempat tinggal di Gedung Concordia yang sekarang dikenal dengan Gedung Merdeka yang pada waktu itu terletak di Jalan Raya Barat sedangkan pada masa sekarang dikenal dengan Jalan Asia Afrika Bandung.

Seiring dengan perkembangan jaman dan bertambahnya penduduk serta berkembangnya tingkat ekonomi masyarakat, Inspeksi Keuangan Bandung berubah namanya menjadi Inspeksi Pajak Bandung. Dengan daerah wewenangnya meliputi daerah swantantra Tingkat II Kota Praja Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis yang berkedudukan di Jalan Asia Afrika No.114 Bandung. Sedangkan untuk wilayah Kabupaten Bekasi, Karawang, dan Subang yang berkedudukan di Karawang.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 270/KMK/1989, terhitung mulai 1 April 1989 seluruh kantor inspeksi pajak di Indonesia berganti


(10)

nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Untuk wilayah Bandung sendiri dibentuk empat Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:

a. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur b. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah c. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat d. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi

Dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak, terjadi perubahan nama dan pembagian batas wilayah Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

a. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees

b. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tegallega

c. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah dipecah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying dan Kantor Pelayanan Pajak Bandung Bojonagara d. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi diubah namanya menjadi Kantor

Pelayanan Pajak Cimahi

Dalam perkembangannya kemudian, sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak serta dalam rangka pelaksanaan modernisasi sistem administrasi perpajakan secara bertahap sebagai upaya pelaksanaan good governance dan untuk meningkatkan penerimaan pajak serta efektivitas organisasi


(11)

instansi vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, maka pada tanggal 9 Agustus 2007 ditetapkanlah keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-112/PJ./2007 yang mengatur tentang penerapan organisasi, tata kerja dan saat mulai beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Banten, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat II.

Dengan terbitnya keputusan Dirjen Pajak tersebut maka terhitung mulai tanggal 28 Agustus 2007 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang telah menerapkan Sistem Administrasi Modern dinyatakan resmi berdiri. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang merupakan Kantor Pelayanan Pajak pemekaran dari Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees (yang sekarang bernama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees). Sampai saat ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang berkantor di Jalan H.Ibrahim Adjie (Kiaracondong) Nomor 372 Bandung dan masih berbagi tempat dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang meliputi seluruh Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Kabupaten Sumedang.

2.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Sumedang

Organisasi adalah sistem kerjasama dari dua orang atau lebih untuk dapat memungkinkan tercapainya tujuan bersama dengan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab. Suatu sistem organisasi yang baik sangat diperlukan untuk


(12)

menciptakan suatu koordinasi dalam suatu usaha. Organisasi menempatkan dan mengatur orang-orang dan pekerjaan pada tempat dan kegunaanya masing-masing.

Struktur organisasi pada KPP Pratama Sumedang merupakan suatu bentuk organisasi Garis dan Staf dimana sebagai pimpinan tertinggi adalah Kepala Kantor, artinya dalam hal ini Kepala Kantor sebagai pemimpin yang memberikan dan melimpahkan wewenang secara vertikal kepada bawahannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sedangkan bentuk pelaksanaannya Kepala Kantor dibantu oleh sub bagian umum dan beberapa seksi.

Gambar 2.1

Struktur Organisasi KPP Pratama Sumedang Kepala Kantor Sub Bagian Umum Seksi Pengolahan Data dan Informasi Seksi Pelayanan Seksi Penagihan Seksi Ekstensifikasi Perpajakan Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Seksi Pemeriksaan Kelompok Jabatan Fungsional Seksi Pengawasan dan Konsultasi I


(13)

2.3 Uraian Tugas KPP Pratama Sumedang

KPP Pratama Sumedang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor sebagai pimpinan yang bertugas sebagai berikut :

- Mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung Lainnya dan PBB serta BPHTB dalam wilayah Kabupaten Sumedang

- Bertanggungjawab mengamankan penerimaan pajak di Kabupaten Sumedang

- Melakukan pembinaan terhadap para pegawai di KPP Pratama Sumedang Dalam menjalankan tugasnya, Kepala KPP Pratama Sumedang dibantu oleh seksi-seksi yang masing-masing dikepalai oleh kepala seksi ( SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 60/PJ.11/1990 ) yaitu:

1. Kepala Sub bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan dan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.

2. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan

pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja kantor.


(14)

3. Kepala Seksi Pelayanan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerjasama perpajakan.

4. Kepala Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan, dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan piutang pajak.

5. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan obyek dan subyek pajak, penilaian obyek pajak, dan kegiatan ekstesifikasi perpajakan.

6. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak Lainnya), bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding serta pemberian informasi perpajakan. Di KPP Pratama Sumedang terdapat 2 (dua) Kepala Seksi Pengawasan dan


(15)

Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (teritorial) tertentu.

Tugas Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi dibantu oleh Account Representatif (Staf Pendukung Pelayanan). Pembagian tugas kerja AR dilakukan dengan membagi habis wilayah kerja seksi Pengawasan dan

Konsultasi berikut seluruh pengawasan pemenuhan kewajiban

perpajakannya. Untuk mempermudah pembagian wilayah kerja AR dapat digunakan Peta Wilayah/Blok PBB dengan memperhatikan keseimbangan beban kerja.

7. Kepala Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan pendistribusian Surat Perintah Pemeriksaan serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Pejabat Fungsional Pemeriksa bertugas melakukan pemeriksaan perpajakan terhadap Wajib Pajak di lingkungan KPP Pratama Sumedang. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan. Sedangkan untuk Pejabat Fungsional Penilai di KPP Pratama Sumedang sampai saat ini belum ada.


(16)

2.4 Aspek Kegiatan KPP Pratama Sumedang

KPP Pratama dibentuk dengan “meleburkan” tiga jenis kantor pelayanan yang ada sebelumnya, yakni Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Kantor Pemeriksaan Pajak (Karikpa). Meskipun terjadi penggabungan, tugas pokok dan fungsi yang melekat pada kantor-kantor tersebut tetap ada melalui struktur baru pada KPP Pratama yang berbasis fungsi. Aspek – aspek kegiatan KPP Pratama Sumedang antara lain : 1. Pelayanan dengan konsep one stop service

Yang dimaksud dengan one stop service adalah semua pelayanan berbagai jenis pajak mulai dari PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung lainnya, PBB dan BPHTB dilayani disini.

2. Pemberian informasi perpajakan

Memberikan informasi, penjelasan, penyuluhan dan asistensi perpajakan kepada Wajib Pajak.

3. Pendaftaran Wajib Pajak untuk memperoleh NPWP

Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya disingkat dengan NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.


(17)

4. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha (baik orang pribadi maupun badan) yang telah memenuhi syarat untuk melakukan pemungutan, penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Apabila pengusaha telah dikukuhkan menjadi PKP maka dia berkewajiban menerbitkan Faktur Pajak dan berhak memperhitungkan PPN yang telah dia bayar terhadap PPN yang dia pungut untuk disetorkan.

5. Perubahan data dan identitas Wajib Pajak

Perubahan data dan identitas Wajib Pajak dapat dilakukan berdasarkan permohonan Wajib Pajak maupun secara jabatan oleh petugas apabila ada data Wajib Pajak yang mengalami perubahan baik nama, alamat tempat kedudukan dan atau tempat usaha, nomor telepon, jenis usaha, status badan hukum, pergantian pengurus, serta data dan identitas Wajib Pajak lainnya. 6. Mutasi NPWP karena pindah domisili atau tempat kedudukan

Satu Wajib Pajak hanya diperbolehkan memiliki satu NPWP selama hidupnya, atau bagi Wajib Pajak Badan selama belum dibubarkan. Wajib Pajak tidak diperkenankan memiliki dua atau lebih NPWP. Oleh karena itu apabila Wajib Pajak pindah domisili atau tempat kedudukan dari wilayah KPP lama ke wilayah KPP lainnya maka Wajib Pajak tersebut tidak perlu membuat NPWP baru di KPP baru, cukup melakukan permohonan pindah sehingga NPWP tidak berubah, yang berubah hanyalah KPP tempat Wajib Pajak tersebut terdaftar dan kewajiban perpajakannya pun akan dipindahkan ke KPP baru.


(18)

7. Penghapusan NPWP

NPWP dapat dihapuskan dalam hal :

a. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;

b. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena penghentian atau penggabungan usaha;

c. Wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan; d. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang menghentikan kegiatan usahanya

di Indonesia;

Sebelum dilakukan penghapusan NPWP, maka terhadap Wajib Pajak terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan pajak untuk menghitung kembali pajak pajak yang telah dibayar dan apabila masih ada pajak yang masih terutang dan belum dibayar agar dilunasi dulu sebelum kemudian NPWPnya dihapus.

8. Pencabutan pengukuhan PKP

Apabila Pengusaha Kena Pajak yang telah dikukuhkan pada suatu waktu ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagai PKP, maka pengusaha tersebut dapat mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan PKP. Sebelum pengukuhan PKP dicabut, terhadap PKP tersebut terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan.


(19)

9. Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT Masa dan Tahunan)

Berdasarkan self assessment system, Wajib Pajak diberi kewenangan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri

pajak-pajaknya. Sarana yang digunakan untuk menghitung,

memperhitungkan serta melaporkan pajak oleh Wajib Pajak disebut Surat Pemberitahuan (SPT). SPT terdiri dari SPT Masa dan SPT Tahunan. SPT Masa adalah SPT yang berisi perhitungan pajak dalam suatu masa/bulan sedangkan SPT Tahunan berisi perhitungan pajak dalam suatu tahun pajak. 10. Pemeriksaan pajak

Sebagai konsekuensi pelaksanaan self assessment system maka perlu dilakukan pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak.

11. Penerimaan pelaporan pelunasan Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Hasil dari pemeriksaan pajak dapat berupa Surat Ketetapan Pajak yang menyebutkan jumlah pajak yang masih harus dibayar oleh Wajib Pajak yang harus segera dilunasi kemudian dilaporkan.

12. Penerimaan permohonan keberatan

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat pajak yang masih harus dibayar akan tetapi Wajib Pajak tidak setuju dengan jumlahnya, maka Wajib Pajak berhak untuk mengajukan keberatan dengan membuat surat permohonan keberatan dilampiri dengan perhitungan jumlah pajak terutang menurut perhitungan Wajib Pajak.


(20)

13. Penerimaan permohonan pemindah bukuan

Pajak yang telah disetor atas nama satu Wajib Pajak terhadap satu jenis pajak dapat dimintakan pemindah bukuan kepada atas nama Wajib Pajak yang lain atau jenis pajak yang lain.

14. Penerimaan permohonan mengangsur atau menunda pembayaran pajak Apabila karena satu atau beberapa hal Wajib Pajak tidak mampu membayar pajak yang terutang maka Wajib Pajak tersebut diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak. Terhadap permohonan ini akan dilakukan penelitian oleh petugas terhadap faktor-faktor yang menyebabkan Wajib Pajak tidak mampu melunasi pajaknya sekaligus untuk kemudian ditentukan apakah permohonannya dikabulkan atau ditolak. 15. Penerimaan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak

(restitusi)

Apabila terjadi kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak berhak meminta kembali kelebihan pembayaran pajaknya. Terhadap Wajib Pajak akan dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah ada pajak yang masih harus dibayar sebelum kelebihan pajaknya bisa dikembalikan (direstitusi).

16. Penyitaan dan pencabutansita termasuk pemblokiran rekening

Berdasarkan Surat Ketetapan Pajak hasil pemeriksaan yang menyebutkan masih ada pajak yang masih harus dibayar dalam jangka waktu tertentu belum dilunasi maka dapat dilakukan penyitaan terhadap aset Wajib Pajak termasuk pemblokiran rekening Wajib Pajak di bank sebagai


(21)

jaminan. Apabila dalam jangka waktu tertentu setelah penyitaan dan pemblokiran tersebut Wajib Pajak melunasi utang pajaknya maka penyitaan dan pemblokiran dicabut dan aset yang disita dikembalikan.

17. Pelaksanaan lelang

Apabila dalam jangka waktu tertentu setelah penyitaan Wajib Pajak tidak juga melunasi utang pajaknya, maka terhadap aset yang disita dapat dilakukan pelelangan dan hasilnya digunakan untuk melunasi utang pajaknya.

18. Penerimaan pemberitahuan pembukuan dengan menggunakan komputer Wajib pajak diperkenankan melaksanakan pembukuan dengan sistem komputerisasi dengan terlebih dahulu memberitahukannya kepada KPP. 19. Penerimaan pemberitahuanperubahan tahun buku

Apabila Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku, Wajib Pajak harus memberitahukannya kepada KPP.

20. Penerbitan Surat Keterangan Bebas(SKB)

Surat Keterangan Bebas adalah surat yang digunakan Wajib Pajak agar tidak dilakukan pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga yang apabila Wajib Pajak dilakukan pemotongan atau pemungutan berpotensi adanya kelebihan pembayaran pajak. Sebelum SKB terbit, terlebih dahulu dilakukan penelitian oleh petugas.


(22)

21. Penetapan suatu daerah terpencil

KPP baik secara jabatan maupun karena permohonan Wajib Pajak, dapat menetapkan suatu daerah sebagai daerah terpencil yang memperoleh fasilitas tertentu dibidang perpajakan.

22. Penerbitan Surat Keterangan Fiskal (SKF)

SKF berisi data pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak untuk masa dan tahun tertentu. Umumnya SKF dipergunakan untuk memenuhi persyaratan saat hendak melakukan penawaran pengadaan barang dan atau jasa untuk keperluan pemerintah. SKF diterbitkan apabila ada permohonan dari Wajib Pajak dengan terlebih dahulu dilakukan penelitian oleh petugas. 23. Penerbitan dan pengawasan ijin pemberian meterai dengan mesin teraan

meterai

Dalam rangka menghemat waktu, tenaga dan biaya, Wajib Pajak yang dalam kegiatannya sering memberi meterai terhadap dokumen-dokumennya diperbolehkan menggunakan mesin teraan meterai dengan terlebih dahulu meminta ijin kepada KPP.

24. Penerbitan dan pengawasan ijin pemberian meterai dengan sistem komputerisasi

Selain menggunakan mesin teraan meterai, meterai juga dapat dicetak menggunakan sistem komputerisasi berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan.


(23)

25. Penerimaan permohonan data baru Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Di bidang PBB, self assessment system diterapkan dengan cara pengajuan permohonan data PBB baru apabila Wajib Pajak memiliki objek PBB berupa tanah dan atau bangunan yang belum memiliki Nomor Objek Pajak (NOP)

26. Pencetakan SPPT, STTS dan Salinan SPPT PBB

Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat yang menyebutkan besarnya nilai objek pajak PBB beserta jumlah PBB yang harus dibayar dalam satu tahun. Surat Tanda Terima Setoran adalah surat yang menyebutkan jumlah PBB yang telah disetor dan diberikan kepada Wajib Pajak apabila dia telah melunasi PBBnya. Untuk keperluan tertentu, Wajib Pajak dapat meminta salinan SPPT, misalnya apabila SPPT aslinya hilang.

27. Pemberian pengurangan pembayaran PBB

Terhadap Wajib Pajak tertentu dapat diberikan pengurangan pembayaran PBB, misalnya untuk para veteran perang dan pensiunan.

28. Penerimaan permohonan mutasi PBB

Mutasi PBB dilakukan apabila terjadi perubahan kepemilikan objek pajak PBB. Mutasi dilakukan dengan mengganti identitas Wajib Pajak yang tercantum dalam SPPT PBB.

29. Pemecahan dan penggabungan SPPT PBB

SPPT PBB dapat dipecah apabila ada pengalihan sebagian objek pajak PBB dari pemilik objek pajak lama kepada pemilik yang baru.


(24)

Penggabungan SPPT dilakukan apabila ada dua atau lebih objek pajak PBB yang letaknya bersebelahan tapi dimiliki oleh satu orang Wajib Pajak

30. Administrasi dan verifikasi pembayaran BPHTB

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak yang menerima pengalihan hak atas tanah dan bangunan baik karena pembelian, hibah maupun warisan.

Verifikasi pembayaran BPHTB dilakukan untuk memastikan BPHTB yang disetor telah masuk ke kas negara. Verifikasi biasanya dilakukan dalam rangka pembuatan akta tanah dan atau bangunan oleh Wajib Pajak ke Badan Pertanahan Nasional.


(25)

25

BAB III

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Bidang pelaksanaan kuliah kerja praktek ini penulis ditempatkan dibagian Pelayanan Pajak. Dalam pelaksanaan kerja praktek tersebut penulis diberikan pengarahan dan bimbingan mengenai kegiatan cara pengolahan SPT Tahunan melalui dropbox.

3.2 Teknik Pelaksanaan Kerja Praktek

Selama melaksanakan kuliah kerja praktek, penulis ditempatkan di bagian pelayanan. Sebelumnya penulis diberikan pengarahan terlebih dahulu oleh pihak KPP mengenai tugas-tugas yang harus dilakukan oleh penulis selama kerja praktek berlangsung. Penulis melaksanakan kegiatan kerja praktek di KPP Pratama Sumedangyang bertugas melakukan cara pengolah SPT Tahunan melalui fasilitas dropbox.

Teknik pelaksanaan yang dilakukan penulis dalam melakukan kerja praktek di KPP Pratama Sumedang adalah dengan melakukan beberapa kegiatan diantaranya :

1. Penulis terlebih dahulu harus mengenal ruang lingkup, keadaan dan kondisi tempat kerja praktek.


(26)

2. Penulis mendapat kesempatan untuk mengetahui proses pengolahan SPT Tahunan melalui fasilitas dropbox,

3. Penulis membantu dalam mengerjakan proses perhitungan, pemotongan dan pelaporan PPh Pasal 21 atas pegawai tetap.

3.3 Pembahasan Hasil Kerja Praktek 3.3.1Pengertian PPh Orang pribadi

Pengenaan pajak penghasilan atas wajib pajak berdasarkan penghasilan yang diperoleh baik di Indonesia maupun di luar negeri dalam satu tahunan pajak. Biasanya pajak penghasilan disebut juga pajak langsung karena langsung dikenakan atas penghasilan sesuai dengan daya pikulnya. Pengenaan pajak penghasilan atas wajib pajak berdasarkan penghasilan yang diperoleh baik di Indonesia maupun di luar negeri dalam satu tahunan pajak. Biasanya pajak penghasilan disebut juga pajak langsung karena langsung dikenakan atas penghasilan sesuai dengan daya pikulnya.

Menurut Erly Suandy mengemukakan definisi pajak penghasilan sebagai berikut:

“ Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun Pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.“

(2002:75) Maka dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak penghasilan orang pribadi adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak orang pribadi atas penghasilan yang diterima selama satu tahun pajak.


(27)

3.3.2Surat Pemberitahuan ( SPT ) 3.3.2.1 Pengertian SPT

Pengertian Surat Pemberitahuan menurut Erly Suandy :

“ Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakanuntuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan .”

( 2002:15 ) Pengertian Surat Pemberitahuan Tahunan berdasarkan Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah:

“Surat Pemberitahuan Tahunan yang selanjutnya disebut dengan SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak.”

(2007:28) Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa SPT Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak dalam suatu tahun pajak.

Fungsi SPT

Menurut Waluyo terdapat fungsi-fungsi dari Surat Pemberitahuan (SPT), yang terdiri dari:

1. Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan 2. Fungsi SPT bagi Pengusaha Kena Pajak

3. Fungsi SPT bagi Pemotongan atau Pemungut Pajak


(28)

Untuk penjelasan mengenai fungsi Surat Pemberitahuan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan :

a. Sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan

perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang.

b. Melaporkan pembayaran atau peluanasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan pajak atau pemungutan pajak lain dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.

c. Melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2. Fungsi SPT bagi Pengusaha Kena Pajak :

a. Sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan

perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang.

b. Melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran. c. Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah

dilaksanakan oleh Pengusaha Kena pajak dan atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.


(29)

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan.

3.3.3 Pengolahan Surat Pemberitahuan 3.3.3.1 Pengertian Umum Pengolahan SPT

Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penelitian SPT dan perekaman SPT. Dimana penelitian SPT adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian SPT Tahunan dan lampiran-lampirannya serta kelengkapan lampiran yang disyaratkan dan penilaian tentang kebenaran penulisan dan perhitungannya termasuk menerbitkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan apabila SPT yang diterima tidak lengkap, sedangkan perekaman SPT adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan semua unsur SPT ke dalam basis data perpajakan dengan cara antara lain merekam, memindahkan data/informasi digital dari media elektronik/jaringan komunikasi data ke Sistem Informasi Perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak (uploading) dan/atau memindai (scanning).

3.3.3.2 Tata Cara Pengolahan SPT

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan, perlu diatur tata cara penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan. Terdapat tata cara pengolahan SPT dengan fasilitas drop box berdasarkan SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-2/PJ/2011, yaitu;


(30)

Petugas penerima SPT pada TPT/Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box mempunyai tugas:

1. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang disampaikan langsung oleh Wajib Pajak dalam amplop tertutup yang di atasnya ditulis :

- NPWP; - Nama WP; - Tahun Pajak;

- Status SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar); - Nomor Telepon.

KPP dapat menyediakan amplop jika Wajib Pajak memintanya. Guna mempercepat pelayanan, pada TPT/Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box disediakan stempel/cap yang berisi informasi di atas untuk dibubuhkan di amplop.

2. Menuliskan NPWP Wajib Pajak pada lembar “untuk Wajib Pajak”, membubuhkan stempel KPP, tanggal penerimaan, nama, NIP dan tanda tangan pada Tanda Terima sebagaimana pada Lampiran II.1.

3. Memberikan Tanda Terima (Bagian Untuk Wajib Pajak) kepada Wajib Pajak, dan menempelkan bagian lain (Bagian Untuk Ditempelkan pada Amplop) pada amplop SPT Wajib Pajak. Bagian arsip disimpan untuk diserahkan kepada Kepala Seksi Pelayanan.

4. Memisahkan antara SPT Tahunan/e-SPT Tahunan Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP sendiri dengan Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP


(31)

lain, serta per status SPT (KB, N dan LB) dan per jenis Wajib Pajak (Orang Pribadi dan Badan).

5. Membuat Berita Acara Serah Terima Berkas Penerimaan SPT melalui TPT/Pojok Pajak/Mobil pajak/Drop Box sebagaimana pada Lampiran II.2. 6. Menyerahkan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang diterima dan Berita

Acara Serah Terima Berkas Penerimaan SPT kepada Petugas Seksi Pelayanan.

Pelaksana Seksi Pelayanan mempunyai tugas:

1. Menerima dan meneliti SPT dan Berita Acara Serah Terima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Petugas Penerima Tahunan/e-SPT, selanjutnya meneruskan ke Kepala Seksi Pelayanan untuk ditandatangani.

2. Merekam Tanda Terima dan informasi Wajib Pajak pada amplop ke dalam aplikasi pengawasan Drop Box.

3. Mengelompokkan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan (termasuk SPT yang diterima dari KPP lain) berdasarkan tempat Wajib Pajak terdaftar.

4. Dari hasil pengelompokan SPT pada angka 3, atas SPT Tahunan/e-SPT Tahunan Sendiri dibuatkan Daftar Nominatif Pengiriman SPT Wajib Pajak Sendiri sebagaimana Lampiran II.12 untuk kemudian dilakukan penelitian kelengkapan SPT.


(32)

a) SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang dinyatakan lengkap, dicetak Daftar Nominatif SPT Lengkap sebagaimana Lampiran II.8 dan diteruskan ke Petugas TPT untuk dilakukan perekaman penerimaan SPT; dan

b) SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang tidak lengkap, dibuatkan Lembar Penelitian Ketidak lengkapan SPT Tahunan sebagaimana Lampiran II.10.a atau Lampiran II.10.b untuk disatukan dengan masing-masing SPT yang tidak lengkap selanjutnya diteruskan ke Account Representative bersama dengan Daftar Nominatif SPT Tidak Lengkap sebagaimana Lampiran II.9. 6. Dari hasil pengelompokan SPT pada angka 3, atas SPT Tahunan/e-SPT

Tahunan yang tidak terdaftar di KPP sendiri dibuatkan/dicetak Daftar Nominatif Pengiriman SPT Tahunan/e-SPT Tahunan sebagaimana Lampiran II.4 dan dibuatkan konsep Surat Pengiriman SPT Tahunan/e-SPT Tahunan sebagaimana Lampiran II.5.

7. Meneruskan Daftar Nominatif Pengiriman SPT dan konsep Surat Pengiriman Berkas SPT ke Kepala Seksi Pelayanan untuk diteliti dan diparaf dan selanjutnya diteruskan kepada Kepala KPP untuk disetujui dan ditandatangani.

8. Menerima Surat Pengiriman dan Daftar Nominatif yang telah ditandatangani oleh Kepala KPP.

9. Menatausahakan dan mengirimkan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan, Surat Pengiriman dan Daftar Nominatif sesuai dengan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen.


(33)

10. Menerima SPT Tahunan yang telah dilakukan perekaman penerimaan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan oleh Petugas TPT, untuk dilakukan pengemasan SPT jika pengolahan SPT dilakukan di Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan (PPDDP).

11. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah direkam dan Register Harian dari Seksi PDI untuk selanjutnya diproses sesuai SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak.

12. Dalam hal SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang diterima melalui pos/ekspedisi tidak terdaftar di KPP sendiri akibat kesalahan pengiriman, pelaksana Seksi Pelayanan meneruskan ke KPP Wajib Pajak terdaftar sesuai SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen.

Petugas TPT mempunyai tugas:

1. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah dinyatakan lengkap dari Petugas Seksi Pelayanan.

2. Melakukan perekaman penerimaan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan serta loading e-SPT Tahunan.

3. Mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) dan Bukti Penerimaan Surat (BPS) sebagaimana Lampiran II.3 serta register harian. 4. Meneruskan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan ke Seksi Pengolahan Data dan


(34)

Tahunan/e-SPT Tahunan ke Petugas Seksi Pelayanan untuk dilakukan pengemasan SPT jika pengolahan SPT dilakukan di PPDDP.

5. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari KPP lain dan/atau dari Pos/ekspedisi untuk selanjutnya diteruskan ke Pelaksana Seksi Pelayanan untuk diteliti.

6. Menandai nomor dan tanggal Surat Pengiriman SPT dari KPP lain, serta menandai setiap SPT yang terdapat pada Daftar Nominatif Pengiriman SPT. 7. Atas Respon Surat Permintaan Kelengkapan SPT:

a) Menerima kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Wajib Pajak. b) Meneliti kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Wajib Pajak. c) Mencetak dan menandatangani LPAD/BPS kelengkapan SPT

Tahunan/e-SPT Tahunan dan menyerahkan BPS kepada Wajib Pajak. d) Meneruskan kelengkapan SPT ke Account Representative.

8. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah dinyatakan lengkap oleh Account Representative untuk dilakukan perekaman penerimaan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan serta loading e-SPT Tahunan.


(35)

Account Representative mempunyai tugas :

1. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Pelaksana Seksi Pelayanan yang dinyatakan tidak lengkap.

2. Mencetak konsep Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang terdapat di dalam aplikasi pengawasan Drop Box, selanjutnya meneruskan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk diteliti dan diparaf dan selanjutnya diteruskan kepada Kepala KPP untuk disetujui dan ditandatangani.

3. Menerima kelengkapan SPT dari Petugas TPT untuk digabungkan dengan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan.

4. Menerima kelengkapan SPT dari Petugas TPT untuk digabungkan dengan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan.

5. SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah dinyatakan lengkap diteruskan ke Petugas TPT untuk dilakukan perekaman penerimaan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan serta loading e-SPT Tahunan.

6. Dalam hal Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan tidak dipenuhi dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan, Account Representative mencetak konsep Surat Pemberitahuan SPT Dianggap Tidak Disampaikan selanjutnya meneruskan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk diteliti dan diparaf dan selanjutnya diteruskan kepada Kepala KPP untuk disetujui dan ditandatangani.


(36)

7. Mencetak Daftar Nominatif SPT yang dianggap tidak disampaikan sebagaimana Lampiran II.11 dan mengirimkan ke Seksi PDI bersama berkas SPT yang dianggap tidak disampaikan.

8. Dalam hal terjadi kesalahan matematis dalam pengisian SPT, Account Representative menerbitkan Surat Himbauan Pembetulan SPT sesuai dengan SOP Tata Cara Penerbitan Surat Himbauan Pembetulan SPT. 9. Dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian SPT dan/atau

keterlambatan pembayaran pajak, Account Representative menerbitkan Surat Tagihan Pajak sesuai dengan SOP Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak.

Petugas Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas :

1. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Petugas TPT yang telah diberi LPAD/BPS.

2. Merekam SPT Tahunan ke dalam basis data perpajakan.

3. Meneruskan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah direkam/di-load ke Seksi Pelayanan untuk selanjutnya diproses sesuai SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak.

4. Mengadministrasikan Daftar Nominatif SPT yang dianggap tidak disampaikan sebagaimana Lampiran II.11 dan melaksanakan SOP Pembentukan Bank Data atas berkas SPT yang dianggap tidak disampaikan.


(37)

(38)

Gambar 3.1


(39)

3.3.4 Fasilitas Drop Box

3.3.4.1Pengertian Umum Fasilitas Drop Box

Program sunset policy yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Pajak telah membuahkan hasil yang signifikan, terutama kesadaran masyarakat untuk memiliki NPWP. Sehingga jumlah yang memiliki NPWP saat ini mengalami peningkatan yang berdampak penerimaan SPT Tahunan pun mengalami peningkatan. Dengan pemikiran untuk lebih melayani Wajib Pajak dan menghindari antrian yang sangat panjang akibat membludaknya Wajib Pajak, maka proses penerimaan SPT Tahunan sekarang sangat disederhanakan dengan dibuatnya fasilitas-fasilitas pelayanan pajak.

Pada dasarnya sarana dan prasarana, pola kerja, pelayanan di setiap KPP sama, yang membedakan hanya wajib pajak yang dikelola demikian juga dengan jumlahnya. Adapun salah satu fasilitas pelayanan perpajakan pada tahun 2009, pemerintah memberikan fasilitas pelayanan kepada wajib pajak untuk mempermudah pelaporan SPT bagi wajib pajak agar tidak mengalami antrian saat pelaporan SPT, yaitu fasilitas drop box.

Berdasarkan Surat Edaran Nomor 6 Tahun 2010 menyatakan pengertian drop box, yaitu:

“Drop Box adalah tempat dimana SPT Tahunan dapat diterima. Drop Box ini sesuai namanya, berbentuk kotak berukuran cukup besar dengan logo DJP dan lubang seperti celengan tempat memasukkan SPT Tahunan. Drop Box ini ditempatkan pada tempat yang memang strategis, seperti pusat-pusat perbelanjaan dan pusat-pusat keramaian di mana saja yang nantinya akan disediakan drop box maupun ditaruh di kantor-kantor pajak.”

(2010:6) Dengan fasilitas drop box ini kemungkinan antrian dapat terjadi jika ada Wajib Pajak yang belum faham cara mengisi SPT dan meminta petunjuk di


(40)

tempat penerimaan SPT. Untuk menghindari antrian seperti ini sebaiknya petugas penerima SPT di lokasi-lokasi tertentu lebih dari satu orang.


(41)

41

Dalam bab ini penulis mengemukakan secara singkat hasil dari pembahasan pada bab sebelumnya, dimana kesimpulan dan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi perusahaan tempat penulis melaksanakan kuliah kerja praktek maupun para pengguna informasi dari hasil kuliah kerja praktek ini.

4.1 Kesimpulan

1. Dalam pelaksanaan pengolahan SPT tahunan pajak penghasilan orang pribadi dengan fasilitas drop box pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang mengalami beberapa kendala, diantaranya terletak pada Wajib Pajak dan sumber daya manusianya. Dimana Wajib Pajak masih kurang pengetahuan dan kesadaran dalam melaporkan SPT serta masih terdapat Wajib Pajak yang tidak jujur dalam melaporkan jumlah pajak SPT pajaknya. Hal ini menyebabkan belum optimalnya penerimaan SPT pada KPP Pratama Sumedang. Kemudian kurangnya sumber daya manusia dalam pengolahan SPT karena fasilitas drop box memberikan tugas baru kepada para petugas pajak. Hal ini menyebabkan terjadinya penumpukan SPT setelah SPT diterima dengan fasilitas drop box. Adapun upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama melakukan pemeriksaan dan pendataan ulang secara maksimal dalam penerimaan SPT, menambah waktu jam kerja para petugas pajak bahkan menambah sumber daya


(42)

LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTEK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang Strata-1

Program Studi Akuntansi

Oleh:

YUPI APRILIYANTI 21108014

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(43)

44

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Pajak Nomor KEP-112/PJ./2007

Erly Suandy, 2002, Perpajakan, Jakarta: Salemba Empat.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 94/KMK.01/1994 Siti Resmi, 2007, Perpajakan Teori dan Kasus, Dua, Jakarta: Salemba Empat SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE 60/PJ.11/1990 Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 270/KMK/1989

Surat Edaran Nomor 6 Tahun 2010

Surat Pemberitahuan Tahunan berdasarkan Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-2/PJ/2011 Waluyo, 2007, Perpajakan Indonesia, Dua, Jakarta: Salemba Empat


(44)

68

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Yupi Apriliyanti

Tempat/ tanggal lahir : Bandung, 23 April 1990

Agama : Islam

Alamat : Komp. Margahayu Raya Barat Blok. B3 No.81

PENDIDIKAN

Sekolah Dasar Islam Asy-Syifa Lulus Tahun 1998

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama BPI 1 Bandung Lulus Tahun 2005

Sekolah Menengah Umum Kartika III – I Bandung Lulus Tahun 2008


(45)

i Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menjalankan Kerja Praktek dan menyelesaikan laporan sebagai hasil Kerja Praktek tersebut dengan judul “Tinjauan Atas Sistem Pengolahan SPT PPh Orang Pribadi Melalui Fasilitas Drop Box Pada KPP Pratama Sumedang”.

Laporan Kerja Praktek ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh Jenjang Strata Satu Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Mengingat keterbatasan, pengetahuan, kemampuan, pengalaman dan waktu dari penulis, maka penulis sadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun untuk perbaikan serta penambahan pengetahuan bagi penulis khususnya, dan untuk pihak lain yang membutuhkan pada umumnya.

Selama dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak menerima bimbingan, arahan, bantuan dan dorongan yang sangat berarti. Sehubungan dengan itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak atas bantuan dan kerja samanya kepada :


(46)

ii

3. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

5. Inta Budi Setya Nusa, SE., M.Ak Selaku Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dalam mengarahkan penulisan laporan ini.

6. Staff kesekretariatan Program Studi Akuntansi ( Teh Dona dan Teh Senny) terima kasih banyak untuk pelayanan dan informasinya.

7. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali Penulis dengan pengetahuan.

8. Kedua orang tua, dan kedua kakak tercinta yang telah memberikan do’a dan dukungan yang tiada ternilai.

9. Untuk Astri, Dewinta, Irka, Melinda dan Senni yang menjadi sahabat setiap saat baik senang maupun sedih, mudah – mudahan laporannya lancar.

10.Bapak Yulfian selaku pembimbing umum di KPP Pratama Sumedang

11.Seluruh karyawan dan karyawati KPP Pratama Sumedang terutama di seksi pelayanan yang telah banyak membantu penulis selama kerja praktek khususnya kepada Ibu Cice, Bapak Ucup, dan Bapak Afrison.

12.Dhea dan Natrya yang menjadi teman penulis selama kerja praktek di KPP Pratama Sumedang


(47)

iii

dapat memberikan manfaat yang optimal bagi penulis khususnya dan kita semua pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Desember 2011


(48)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Pajak Nomor KEP-112/PJ./2007

Erly Suandy, 2002, Perpajakan, Jakarta: Salemba Empat.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 94/KMK.01/1994 Siti Resmi, 2007, Perpajakan Teori dan Kasus, Dua, Jakarta: Salemba Empat SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE 60/PJ.11/1990 Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 270/KMK/1989

Surat Edaran Nomor 6 Tahun 2010

Surat Pemberitahuan Tahunan berdasarkan Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-2/PJ/2011 Waluyo, 2007, Perpajakan Indonesia, Dua, Jakarta: Salemba Empat


(2)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Yupi Apriliyanti

Tempat/ tanggal lahir : Bandung, 23 April 1990

Agama : Islam

Alamat : Komp. Margahayu Raya Barat Blok. B3 No.81

PENDIDIKAN

Sekolah Dasar Islam Asy-Syifa Lulus Tahun 1998

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama BPI 1 Bandung Lulus Tahun 2005 Sekolah Menengah Umum Kartika III – I Bandung Lulus Tahun 2008 Universitas Komputer Indonesia Program Studi Akuntansi S1 2008 sampai sekarang


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menjalankan Kerja Praktek dan menyelesaikan laporan sebagai hasil Kerja Praktek tersebut dengan judul “Tinjauan Atas Sistem Pengolahan SPT PPh Orang Pribadi Melalui Fasilitas Drop Box Pada KPP Pratama Sumedang”.

Laporan Kerja Praktek ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh Jenjang Strata Satu Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Mengingat keterbatasan, pengetahuan, kemampuan, pengalaman dan waktu dari penulis, maka penulis sadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun untuk perbaikan serta penambahan pengetahuan bagi penulis khususnya, dan untuk pihak lain yang membutuhkan pada umumnya.

Selama dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak menerima bimbingan, arahan, bantuan dan dorongan yang sangat berarti. Sehubungan dengan itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak atas bantuan dan kerja samanya kepada :


(4)

1. Allah SWT atas segala keridhoan-Nya dan Rahmat-Nya.

2. DR. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, MSc. Selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

3. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

5. Inta Budi Setya Nusa, SE., M.Ak Selaku Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dalam mengarahkan penulisan laporan ini.

6. Staff kesekretariatan Program Studi Akuntansi ( Teh Dona dan Teh Senny) terima kasih banyak untuk pelayanan dan informasinya.

7. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali Penulis dengan pengetahuan.

8. Kedua orang tua, dan kedua kakak tercinta yang telah memberikan do’a dan dukungan yang tiada ternilai.

9. Untuk Astri, Dewinta, Irka, Melinda dan Senni yang menjadi sahabat setiap saat baik senang maupun sedih, mudah – mudahan laporannya lancar.

10.Bapak Yulfian selaku pembimbing umum di KPP Pratama Sumedang

11.Seluruh karyawan dan karyawati KPP Pratama Sumedang terutama di seksi pelayanan yang telah banyak membantu penulis selama kerja praktek khususnya kepada Ibu Cice, Bapak Ucup, dan Bapak Afrison.

12.Dhea dan Natrya yang menjadi teman penulis selama kerja praktek di KPP Pratama Sumedang


(5)

Akhir kata penulis sampaikan rasa terima kasih bagi semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penyelesaian laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga laporan Kerja Praktek ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi penulis khususnya dan kita semua pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Desember 2011


(6)