Salmonella Typhimurium Staphylococcus aureus

benzena, toluena, etanol, isopropanol, aseton, dan air Mukhopadhyay 2002. Nilai polaritas beberapa pelarut tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Nilai polaritas beberapa pelarut Pelarut Titik didih °C Polaritas E°C Etanol Aseton Etil asetat Heksana Penten Diklorometan Isopropanol Air Propilen glikol Dieter eter Karbondioksida 78.3 56.2 77.1 68.7 36.2 40.8 82.2 100.0 187.4 34.6 -56.6 0.68 0.47 0.38 0.32 0.63 0.73 0.73 Sumber: Mukhopadhyay 2002. Karakteristik Bakteri Uji Beberapa mikroba patogen dan pembusuk makanan yang digunakan untuk uji bioaktivitas antimikroba ekstrak dalam penelitian ini diantaranya :

a. Salmonella Typhimurium

Salmonella spp. merupakan bakteri patogen yang digolongkan ke dalam suku Enterobacteriaceae dan tidak berspora, termasuk bakteri gram negatif, berbentuk batang. S. Typhimurium bersifat motil dengan flagela peritrikat, anaerob fakultatif dan harus negatif pada produk makanan. Salmonella terbagi menjadi 3 jenis yaitu Salmonella typhi, Salmonella enterica dan S. enteritidis. S. Typhimurium merupakan jenis Salmonella enterica serovar Typhimurium D’Aost 2000. S. Typhimurium menghasilkan H 2 S dan asam hasil fermentasi glukosa, maltose, manitol dan sorbitol. Bakteri ini mampu menggunakan sitrat sebagai sumber karbon, tetapi tidak dapat memfermentasi salisin, sukrosa dan laktosa Fardiaz 1989. Pertumbuhan S. Typhimurium mencapai keadaan optimum pada suhu 37°C suhu terendah yang masih memungkinkan pertumbuhan adalah 6 – 20°C, bahkan mikroba ini terkadang tahan terhadap suhu pasteurisasi. S. Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer http:www.novapdf.com Typhimurium paling tahan terhadap panas kering dibandingkan dengan jenis Salmonella lainnya Jay 1996. Pada kondisi optimum S. Typhimurium tumbuh pada media dengan pH 4,0 sampai pH 9,0. Nilai pH optimum untuk pertumbuhan bakteri ini adalah pada kisaran pH 6.0 – 8.0. Pada umumnya media yang digunakan untuk isolasi dan identifikasi bakteri ini diatur pada pH 6.8 – 7.2. Viabilitas Salmonella menurun selama penyimpanan beku Portillo 2000. Infeksi Salmonella pada bahan pangan banyak mendapat perhatian, karena bakteri ini seringkali menjadi penyebab Food borne disease. Diperkirakan lebih dari 13 kejadian luar biasa KLB yang terjadi disebabkan karena konsumsi makanan terinfeksi oleh Salmonella spp. Insiden ini terjadi dan cenderung semakin meningkat terutama di negara-negara industri Stock Stolle 2001.

b. Staphylococcus aureus

S. aureus merupakan mikro flora normal yang terdapat pada permukaan tubuh seperti pada permukaan kulit, rambut, hidung, mulut dan tenggorokan. S. aureus merupakan bakteri gram positif, berbentuk kokus dengan diameter 0,7 – 0,9 µm dan termasuk dalam suku Micrococcaceae. Bakteri ini tumbuh secara anaerobik fakultatif dengan membentuk kumpulan sel-sel dan sering ditemukan pada makanan yang mengandung protein tinggi, misalnya sosis, telur dan sebagainya Fardiaz 1989. S. aureus tahan garam dan tumbuh baik pada medium yang mengandung 7,5 NaCl serta dapat memfermentasi manitol, umumnya memproduksi pigmen kuning keemasan dan koagulase, sehingga dapat dibedakan atas beberapa group berdasarkan sifat imunitas koagulasenya yaitu koagulase tipe I sampai VIII. S. aureus membutuhkan a w minimal 0,86 untuk pertumbuhannya dengan a w optimum 0,990 – 0.995 sedangkan suhu optimum pertumbuhannya adalah 35 °C - 38°C. Bakteri S. aureus dapat tumbuh pada pH 4,0 – 9,8 dengan pH optimum sekitar 7,0 – 7,8. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila substratnya mempunyai komponen yang baik untuk pertumbuhan Fardiaz Jenie 1988. Ada enam macam enterotoksin yang diproduksi S. aureus di dalam makanan dan merupakan penyebab keracunan stafilokokus intoksikasi yaitu Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer http:www.novapdf.com enterotoksin A, B, C1, C2, D dan enterotoksin E. S. aureus banyak mencemari pangan karena tindakan yang tidak higienis dalam penanganan pangan Adam Moss 1995.

c. Pseudomonas aeruginosa