Peraturan Perundangan Yang Mengatur Pengelolaan Lingkungan Rumah Sakit Limbah Rumah Sakit

c. RSU KELAS C yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang- kurangnya spesialistik 4 dasar lengkap. d. RSU KELAS D yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik dasar.

5.4. Peraturan Perundangan Yang Mengatur Pengelolaan Lingkungan Rumah Sakit

 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan  Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup  Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 jo PP No. 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Rumah Sakit termasuk penghasil limbah B3 dari sumber yang spesifik dengan kode limbah D.227.  Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 986MenkesPerXI1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit  Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 928 tahun 1995 tentang penyusunan Amdal Bidang Kesehatan  Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep- 58MenLH121995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit  Keputusan Direktur Jenderal PPM PLP No. HK 00.06.6.44 tentang Persyaratan dan Petunjuk Teknis Tatacara Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit  Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air  Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan  Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 Tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.  Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. 124

5.5. Limbah Rumah Sakit

Adanya berbagai sarana pelayanan kesehatan tersebut, akan menghasilkan limbah baik cair maupun padat. Limbah padat yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua , yaitu limbah medis dan limbah non medis. Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan langsung dari kegiatan medis. Limbah ini tergolong dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun B-3 sehingga berpotensi membahayakan komunitas rumah sakit. Jika pembuangan limbah medis tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bahaya terhadap masyarakat di sekitar lokasi pembuangan. Limbah non-medis adalah limbah domestik yang dihasilkan di RS tersebut. Sebagian besar limbah ini merupakan limbah organik dan bukan merupakan limbah B-3, sehingga pengelolaannya dapat dilakukan bersama-sama dengan sampah kota yang ada. Dalam kaitan dengan pengelolaannya, limbah medis dikelompokkan menjadi lima 5, yaitu: a. Golongan A, terdiri dari; - Dresing bedah, swab dan semua limbah yang terkontaminasi dari daerah ini. - Bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi. - Seluruh jaringan tubuh manusia, bangkaijaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan dressing. b. Golongan B terdiri dari; - Syrenge bekas, jarum, cartride, pecahan gelas dan benda tajam lainnya. c. Golongan C terdiri dari; - Limbah dari laboratorium dan post partum, kecuali yang termasuk dalam gol. A d. Golongan D terdiri dari; - Limbah bahan kimia dan bahan farmasi tertentu. e. Golongan E terdiri dari; - Pelapis bed-pan, disposable, urinoir, incontinence-pad dan stamag bags. Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, oleh Departemen Kesehatan RI limbah medis telah digolongkan sebagai berikut: 125 a. Limbah benda tajam, yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas dan pisau bedah. b. Limbah infeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatanisolasi penyakit menular. c. Limbah jaringan tubuh, yang meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi. d. Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. e. Limbah farmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan kedaluwarsa, obat yang terbuang karena karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah dari proses produksi obat. f. Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterenary, laboratorium, proses sterilisasi atau riset. Dalam hal ini dibedakan dengan buangan kimia yang termasuk dalam limbah farmasi dan sitotoksik. g. Limbah radioaktif, yaitu bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionuklida Selain limbah medis, R.S juga menghasilkan non-medis. Jenis limbah non medis tersebut antara lain, limbah cair dari kegiatan loundry, limbah domestik cair dan sampah padat.

5.6. Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit