PENDAHULUAN Latar Belakang Anatomi Skelet Tungkai Kaki Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Populasi badak di dunia dewasa ini semakin berkurang, salah satunya adalah badak Sumatera Dicerorhinus sumatrensis, sehingga hewan ini
dikategorikan sebagai hewan langka yang dilindungi. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, angka penurunan populasi badak Sumatera meningkat hingga
mencapai 50. Populasi badak Sumatera yang ada di Taman Nasional Gunung Lauser dan Bukit Barisan, diperkirakan tinggal sekitar 250 sampai 300 ekor
Antara 2008. Badak Sumatera yang tinggal di Sabah, Malaysia diperkirakan hanya 12-15 ekor IRF 2002.
Berdasarkan daftar merah red list badan konservasi dunia IUCN International Union for Conservation of Nature and
Natural Resource, badak Sumatera termasuk dalam kategori sangat terancam critically endangered dan berada dalam Appendix 1 CITES Convention on
International Trade in Endangered Species, yang berarti tidak boleh diperdagangkan karena jumlahnya yang sangat sedikit dan hampir punah.
Selain itu, menurut Mitteirmeir et al. 1997, badak Sumatera dinyatakan sebagai satu dari 12 hewan kategori kritis di dunia. Oleh karena itu, upaya perlindungan
dan pelestarian hewan ini telah banyak dilakukan pemerintah bersama masyarakat yang diatur dalam Undang-Undang No.51990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah No.71999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Badak Sumatera merupakan hewan herbivora yang termasuk ke dalam ordo Perissodactyla dan famili Rhinocerotidae. Semua anggota famili
Rhinocerotidae mempunyai tiga jari kaki dengan struktur kuku yang lunak dan berlapis Van Strien 1974. Selain itu, ordo Perissodactyla termasuk ke dalam
kelompok ungulata yaitu hewan yang menggunakan kuku untuk menumpu sewaktu bergerak, digit tengah menjadi poros penyangga tungkai yang
menyangga tubuh Van Hoeve 2003. Pada ordo ini, digit ketiga merupakan digit yang paling berkembang, sedangkan digit kedua dan keempat berukuran relatif
lebih kecil, bahkan pada kuda tidak berkembang De Blasé dan Martin 1981. Berat tubuh badak Sumatera bisa mencapai 1.000 kg Van Strien 1974.
Walaupun badak Sumatera memiliki ukuran tubuh yang relatif besar, tetapi spesies ini merupakan spesies paling kecil dan primitif dalam famili
Rhinocerotidae Van Strien 1974. Untuk menunjang tubuhnya yang berat, kaki badak Sumatera relatif pendek dan menumpu pada ketiga kuku jarinya. Secara
umum, kaki depan memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan kaki
belakang karena berperan menahan berat leher dan kepala, sehingga bidang tumpu kaki depan lebih lebar De Blasé dan Martin 1981.
Kehidupan badak Sumatera sering mengalami ancaman yang diakibatkan oleh perburuan liar dan perambahan hutan serta illegal logging yang merusak
habitat alami badak tersebut. Untuk memperbaiki status hidup satwa ini dan mencegah penurunan angka populasi secara terus-menerus, maka upaya
konservasi baik in-situ dan ex-situ menjadi sangat penting dilakukan. Informasi mengenai anatomi skelet yang terkait kebiasaan dan pola
aktivitas keseharian serta perilaku hewan sangatlah diperlukan. Dengan mengetahui perilakunya, dapat diketahui bagaimana cara mengendalikan
restrain hewan tersebut dan penerapan tingkah laku alaminya animal behaviour dalam menunjang upaya konservasi yang dilakukan. Bolen dan
Robinson 1995 menyatakan bahwa pengetahuan tentang perilaku hewan merupakan komponen yang esensial dalam manajemen populasi satwa liar.