Penerapan KTSP di Kabupaten Kendal telah dilakukan pada setiap tingkat satuan pendidikan, terutama di SMK. Namun hingga saat ini belum ada penelitian
tentang tingkat kesiapan guru SMK dalam penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual pada pembelajaran teknik otomotif dalam pelaksanaan KTSP. Oleh
karena itu, perlu segera untuk dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual di sekolah sebagai
upaya berlakunya KTSP. Berdasarkan dari uraian di atas, maka diangkat judul penelitian sebagai
berikut:
“Tingkat Kesiapan Guru dalam Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
pada Pembelajaran Teknik Otomotif dalam Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan di
Kabupaten Kendal ”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah ragam penguasaan komponen Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual dalam pembelajaran oleh guru teknik otomotif SMK di Kabupaten Kendal?
2. Bagaimanakah tingkat kesiapan guru teknik otomotif SMK di Kabupaten
Kendal dalam penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual? 3.
Apakah komponen Pendekatan Pembelajaran Kontekstual perlu dikembangkan dalam pembelajaran teknik otomotif sebagai upaya penerapan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1.
Ragam penguasaan komponen Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam pembelajaran teknik otomotif oleh guru SMK di Kabupaten Kendal.
2. Tingkat kesiapan guru teknik otomotif SMK di Kabupaten Kendal dalam
penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. 3.
Perlu tidaknya
pengembangan komponen-komponen
Pendekatan Pembelajaran Konteksual sebagai upaya penerapan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi tentang : 1.
Ragam penguasaan komponen pembelajaran dalam Pendekatan Pembelajaran Kontekstual oleh guru teknik otomotif di SMK di Kabupaten Kendal.
2. Tingkat kesiapan guru teknik otomotif SMK terhadap penerapan Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual. 3.
Saran bagi institusi terkait untuk pengembangan profesionalisme guru teknik otomotif.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tingkat Kesiapan Guru Dalam Pembelajaran Teknik Otomotif
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, tingkat merupakan jenjang atau kedudukan Balai Pustaka, 2002: 1197. Sedangkan kesiapan adalah keadaan siap
Balai Pustaka, 2002: 1059. Jadi, tingkat kesiapan adalah jenjang atau kedudukan dari suatu keadaan yang siap melakukan sesuatu.
Guru merupakan suatu pekerjaan profesional Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 255,
Syaiful Sagala 2005: 147 menyatakan, “guru adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi mengelola kegiatan belajar dan mengajar serta
seperangkat peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar ya
ng lebih efektif melalui transformasi”. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru adalah seseorang atau sekelompok orang yang
melakukan pekerjaannya dalam kegiatan belajar mengajar secara profesional. Seseorang dikatakan berkompeten jika menguasai kecakapan kerja atau
keahlian yang selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan dan dengan demikian ia mempunyai wewenang dalam pelayanan sosial dalam masyarakatnya.
Secara nyata orang yang dinyatakan kompeten adalah orang yang mampu bekerja secara efektif dan efisien dalam bidangnya, serta mampu menunjukkan kualitas dan
kuantitas kerja. Secara umum kompetensi adalah kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk dapat bekerja di bidangnya secara profesional. Menurut Nana
Syaodih Sukmadinata 2005: 255, Guru merupakan suatu pekerjaan profesional. Untuk dapat melakukan pekerjaan tersebut dengan baik, seorang guru harus
memenuhi syarat-syarat kedewasaan, sehat jasmani dan rohani, guru juga harus memiliki kecakapan-kecakapan dan keterampilan-keterampilan keguruan.
Sebagai suatu profesi, terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Menurut Abdul Majid 2006: 6 kompetensi yang harus dimiliki
adalah: 1
Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran Kompetensi ini meliputi kegiatan :
a. Penyusunan rencana pembelajaran
b. Pelaksanaan interaksi pembelajaran
c. Penilaian prestasi belajar peserta didik
d. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian
2 Kompetensi Pengembangan Potensi
3 Kompetensi Penguasaan Akademik
Kompetensi ini meliputi kegiatan : a.
Pemahaman wawasan b.
Penguasaan bahan kajian akademik Menurut Djam’an Satori 2007: 2.24-2.34, guru harus menguasai komponen
kompetensi profesional. Komponen kompetensi profesional tersebut adalah : 1
Penguasaan bahan bidang studi Ada dua hal dalam menguasai bahan bidang studi :
a. Menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah
b. Menguasai bahan pendalamanaplikasi bidang studi
2 Pengelolaan program belajar mengajar
Kemampuan mengelola program belajar mengajar dapat dilakukan dengan cara berikut ini :
a. Merumuskan tujuan instruksional
b. Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar
c. Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat
d. Melaksanakan program belajar mengajar
e. Mengenal kemampuan entry behaviour anak didik
f. Merencanakan dan melaksanakan pengajaran renidial
3 Pengelola kelas
Jenis kemampuan yang perlu dimiliki guru adalah : a.
Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran b.
Menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif 4
Pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar Ada enam jenis kemampuan memahami media dan sumber belajar, yaitu :
a. Mengenal, memilih dan menggunakan media
b. Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana
c. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar
mengajar d.
Khusus untuk guru IPA, dapat mengembangkan laboratorium e.
Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar 5
Penguasaan landasan-landasan kependidikan Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan berkaitan dengan
kegiatan sebagai berikut: a.
Mempelajari konsep dan masalah pendidikan dan pengajaran dengan sudut tinjauan sosiologis, filosofis, histories dan psikologis
b. Mengenal fungsi sekolah sebagai lembaga sosial yang secara potensial
dapat memajukan masyarakat dalam arti luas serta pengaruh timbal balik antar sekolah dan masyarakat
c. Mengenal karakteristik peserta didik baik secara fisik maupun psikologis
6 Mampu menilai prestasi belajar mengajar
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran adalah sebagai berikut :
a. Mempelajari fungsi penilaian
b. Mempelajari bermacam-macam teknik dan prosedur penilaian
c. Menyusun teknik dan prosedur penilaian
d. Mempelajari kriteria pemilihan teknik dan prosedur penilaian
e. Menggunakan teknik dan prosedur penilaian
f. Mengolah dan menginterpretasikan hasil penilaian
g. Menggunakan hasil-hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar
mengajar h.
Menilai teknik dan prosedur penilaian i.
Menilai keefektifan program pengajaran 7
Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan di sekolah
Guru perlu memahami prinsip-prinsip dasar tentang organisasi dan pengelolaan sekolah, bimbingan dan penyuluhan termasuk bimbingan karier, program
kokurikuler dan ekstrakurikuler, perpustakaan sekolah serta hal-hal yang terkait 8
Menguasai metode berpikir Untuk dapat menguasai metode dan pendekatan bidang-bidang studi, guru
harus menguasai metode berpikir ilmiah secara umum 9
Meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi profesional Guru harus terus menerus mengembangkan dirinya agar wawasannya menjadi
luas sehingga dapat mengikuti perubahan dan perkembangan profesinya yang didasari oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
10 Terampil memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik
Ada dua hal yang perlu dimiliki dalam memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik, yaitu:
a. Mengenal fungsi dan program layanan dan penyuluhan di sekolah
b. Menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah
11 Memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut : a.
Mempelajari dasar-dasar penggunaan metode ilmiah dalam penelitian pendidikan
b. Mempelajari teknik dan prosedur penelitian pendidikan terutama sebagai
konsumen hasil-hasil penelitian pendidikan c.
Menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk perbaikan pengajaran
d. Mampu menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan
pengajaran 12
Mampu memahami karakteristik peserta didik Guru dituntut memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang ciri-ciri dan
perkembangan peserta didik, lalu menyesuaikan bahan yang akan diajarkan sesuai dengan karakteristik peserta didik.
13 Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah
Disamping kegiatan akademis, guru harus mampu menyelenggarakan administrasi sekolah, oleh karena itu guru diharapkan:
a. Mengenal secara baik pengadministrasian kegiatan sekolah.
b. Membantu dalam melaksanakan kegiatan administrasi sekolah.
c. Mengatasi kelangkaan sumber belajar bagi dirinya dan bagi sekolah.
d. Membimbing peserta didik merawat alat-alat pelajaran dan sumber belajar
secara tepat. 14
Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan Seorang guru diharapkan berperan sebagai innovator atau agen perubahan
maka guru perlu memiliki wawasan yang memadai mengenai berbagai inovasi dan teknologi pendidikan yang pernah dan mungkin dikembangkan pada jenjang
pendidikan. 15
Berani mengambil keputusan Guru harus memiliki kemampuan mengambil keputusan pendidikan agar tidak
terombang-ambing dalam ketidakpastian. Semua tindakannya akan memberikan dampak tersendiri bagi peserta didik sehingga apabila guru tidak berani mengambil
tindakan kependidikan, siswa akan menjadi korban kebimbangan. Suatu keputusan harus lebih memperhatikan segi kependidikan daripada emosional.
16 Memahami kurikulum dan perkembangannya
Salah satu tugas guru adalah melaksanakan kurikulum dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, guru perlu memahami konsep-konsep dasar dan langkah-langkah
pokok dalam pengambangan kurikulum.
17 Mampu bekerja terencana dan terprogram
Guru dituntut untuk dapat bekerja teratur, tahap demi tahap tanpa menghilangkan kreativitasnya. Rencana dan program tersebut akan menjadi pola
kerja guru sehingga tahap pencapaian pendidikan dapat dinilai dan dijadikan umpan balik bagi kelanjutan peningkatan tahap pendidikan
18 Mampu menggunakan waktu secara tepat
Makna tepat waktu disini bukan sekedar masuk dan keluar kelas tepat pada waktunya, melainkan juga guru harus pandai membuat program kegiatan dengan
durasi dan frekuensi yang tepat sehingga tidak membosankan Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus
memiliki kompetensi tertentu sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Agar mata pelajaran Teknik Otomotif dapat bersaing dan mendapat
pengakuan masyarakat, maka guru mata pelajaran Teknik Otomotif harus memiliki kamampuan yang terakreditasi secara kompeten, kemampuan itu antara lain:
1. Penguasaan bahan bidang studi dari kurikulum yang ditetapkan sekolah 2.
Pengelolaan program belajar mengajar 3.
Pengelolaan kelas yang tercermin dalam terciptanya iklim belajar mengajar yang kondusif
4. Menguasai landasan mengajar
5. Penguasaan media dan sumber pembelajaran
6. Pengelolaan interaksi pembelajaran
7. Mengevaluasi prestasi belajar siswa
8. Mengenal program dan penyelenggaraan pelayanan dan penyuluhan
9. Mengetahui dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan.
E. Mulyasa 2007: 117 berpendapat bahwa, “pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan
menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan”. Jadi pembelajaran dapat diartikan sebagai sebagai bentuk aktualisasi
kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan
kegiatan peserta didik melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Kesiapan guru dalam pembelajaran sangat diperlukan dalam pembaharuan
pendidikan karena guru merupakan unsur yang berhubungan secara langsung dengan peserta didik. Apalagi saat ini semua satuan pendidikan telah menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yang menuntut guru agar mengoptimalkan proses pembelajaran dengan pendekatan yang berpusat pada siswa
student centered learning.
2. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan
memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2007: 19.
Melalui pembelajaran kontekstual diharapkan konsep-konsep materi pelajaran dapat diintegrasikan dalam konteks kehidupan nyata dengan harapan siswa dapat
memahami apa yang dipelajarinya dengan lebih baik dan mudah. Tim Pustaka Yustisia 2007: 162, menyatakan pembelajaran kontekstual
merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memberikan motivasi pada siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari pribadi, sosial dan kultural sehingga siswa memiliki pengetahuanketerampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan ditransfer dari satu permasalahankonteks ke permasalahankonteks lainnya.
E. Mulyasa 2005:102 pendekatan kontekstual merupakan salah satu model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan
menyelesaikan implementasi kurikulm 2004. Pendekatan kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran
dengan dunia peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-
hari. Melalui pendekatan pembelajaran kontekstual diharapkan guru dapat
menghadirkan situasi dunia nyata ke kelas dan mendorong siswa untuk membuat dan menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan nyata sehari-hari. b.
Elemen dalam Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Dalam Pendekatan Pembelajaran Kontekstual terdapat beberapa elemen yang
harus diperhatikan oleh guru ketika melakukan kegiatan pembelajaran. Menurut Zahorik dalam E. Mulyasa 2005: 138, ada lima elemen yang harus diperhatikan
dalam pembelajaran kontekstual, yaitu : 1 Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh
peserta didik. 2 Pembelajaran dimulai dari keseluruhan global menuju ke bagian- bagiannya secara khusus dari umum ke khusus. 3 Pembelajaran harus ditekankan
pada pemahaman, dengan cara: menyusun konsep sementara, melakukan sharing untuk memperoleh masukan dari orang lain serta merevisi dan mengembangkan
konsep. 4 Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajari. 5 Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan
pengembangan pengetahuan yang dipelajari.
Kelima elemen Pendekatan Pembelajaran Kontekstual tersebut mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa yang merupakan pendekatan pembelajaran
yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Oleh karena itu, kelimanya harus dilaksanakan pada saat guru melakukan kegiatan pembelajaran.
c. Komponen-komponen Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan 2007: 5, ketujuh komponen tersebut adalah : konstruktivisme constructivism, menemukan inquiry, bertanya questioning, masyarakat belajar
learning community, pemodelan modeling, refleksi reflektion dan penilaian sesungguhnya autentic assesment. Suatu kelas dikatakan menggunakan pendekatan
kontekstual jika telah menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam kegiatan pembelajaran.
1. Konstruktivisme Constructivism
Konstruktivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa orang menyusun atau membangun pemahaman dari pengalaman-pengalaman baru
berdasarkan pengetahuan awal dan kepercayaan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2007: 5.
Dalam hal ini tugas guru antara lain : a
Guru menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa b
Guru memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri c
Guru menyadarkan siswa agar menerapkan strategi sendiri 2.
Bertanya Questioning Dalam proses pembelajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan informasi
begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Oleh karena itu, peran bertanya sangat penting, karena melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut
guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
Tujuan dari proses bertanya menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007: 6 adalah sebagai berikut :
a Guru menggali informasi dari siswa.
b Guru membangkitkan respon siswa.
c Guru mengecek pemahaman siswa.
d Guru memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki oleh guru.
e Guru menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
3. Menemukan Inquiry
Inquiry adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman yang
diawali dengan pengamatan dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2007: 6.
Secara umum, proses inquiry ini meliputi kegiatan sebagai berikut: a
Siswa merumuskan masalah. b
Siswa mengamati atau melakukan observasi. c
Siswa menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lain.
d Siswa mengkomunikasikan menyajikan hasil karya kepada pembaca, teman
sekelas, guru atau audien lain.
4. Masyarakat Belajar Learning Community
Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, 2007: 7. Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
Penerapan konsep masyarakat belajar terwujud dalam: a
Pembentukan kelompok kecil b
Pembentukan kelompok besar c
Mendatangkan “ahli” ke kelas d
Bekerja dengan kelas sederajat e
Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya f
Bekerja dengan masyarakat 5.
Pemodelan Modelling Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir,
bekerja dan belajar Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2007: 8. Jadi dalam kegiatan belajar mengajar guru memperagakan sesuatu sebagai contoh
yang dapat ditiru oleh setiap siswa. 6.
Refleksi Reflection
Refleksi memungkinkan cara berpikir tentang apa yang telah siswa pelajari dan untuk membantu siswa menggambarkan makna personal siswa sendiri. Menurut
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007: 8 refleksi yang dapat diterapkan oleh guru adalah sebagai berikut :
a Pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperoleh siswa pada hari ini
b Catatan di buku siswa
c Kesan dan saran siswa tentang pembelajaran hari ini
d Diskusi
e Hasil karya
7. Penilaian Otentik Autentic Assesment
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang
mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan kompetensi telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Hal-hal yang dapat digunakan sebagai dasar penilaian menurut Abdul Majid 2006: 186 antara lain:
a Proyekkegiatan dan laporannya
b Pekerjaan rumah
c Kuis
d Karya siswa
e Presentasipenampilan siswa
f Demonstrasi
g Laporan
h Jurnal
i Hasil tes tulis
j Karya tulis
Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, mata pelajaran apa saja dan kelas yang seperti bagaimanapun keadaanya. Ke tujuh
komponen tersebut merupakan panduan pokok pelaksanaan Penerapan Pendekatan
Kontekstual dalam suatu kelas agar pembelajaran menghasilkan keluaran yang dapat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupannya.
d. Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual
Sebuah kelas dikatakan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual jika telah menerapkan ketujuh komponen Pendekatan Pembelajaran Kontekstual,
yaitu jika filosofinya adalah kontruktivisme, ada unsur bertanya, pengetahuan diperoleh dari kegiatan menemukan, terbentuk masyarakat belajar, ada model yang
ditiru dan dilakukan penilaian yang sebenarnya. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas menurut Tim
Pustaka Yustisia 2007: 163 secara garis besar langkah sebagai berikut : 1
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya. 2
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik. 3
Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya. 4
Ciptakan masyarakat belajar belajar dalam kelompok-kelompok. 5
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6
Lakukan refleksi di akhir pertemuan. 7
Lakukanlah penialaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Agar proses pembelajaran kontekstual dapat efektif, terdapat beberapa tahap
yang perlu dilakukan guru. Tahap tersebut adalah: perencanaan, pelaksanaan dan penilaian Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2007: 11
1 Perenanaan
Perencanaan merupakan kegiatan pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan proses pembelajaran. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan 2007: 1, untuk keperluan perencanaan, guru diharapkan melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:
a Mengkaji konsep, teori atau kompetensi yang akan dipelajari oleh siswa. b Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa mlalui proses
pengkajian secara seksama. c Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggalsiswa selanjutnya memilih dan mengkaitkannya dengan konsep atau
teori yang akan dibahas dalam proses pembelajaran kontekstual. d Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori
yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan kehidupan mereka.
Melalui perencanaan pembelajaran ini diharapkan guru dapat melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku, dalam hal ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
2 Pelaksanaaan
Pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang telah disusun sebelumnya., dalam hal ini aktivitas
pembelajaran yang melibatkan siswa mengikuti tahap-tahap yang telah dirancang dalam RPP. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007: 14,
dalam pelaksanaan pembelajaran kontekstual diperlukan strategi sebagai berikut: a Menekankan pada pemecahan masalah. b Mengakui kebutuhan
pembelajaran terjadi di berbagai konteks, misalnya rumah, masyarakat dan tempat kerja. c Mengontrol dan mengarahkan pembelajaran siswa sehingga
mereka menjadi pembelajar yang mandiri. d Mempertimbangkan keragaman konteks hidup yang dimiliki siswa. e Mendorong siswa untuk belajar dari
sesamanya dan berama-sama menggunakan grup belajar independen. f Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk selalu
mengkaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan mengkaitkan apa yang dipelajarinya
dengan fenomena kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan pembelajaran kontekstual harus mencakup semua strategi di atas.
Apabila salah satu strategi ditinggalkan, maka pembelajaran tidak akan berhasil dengan baik. oleh karena itu, seorang guru harus menguasai konsep pendekatan
kontekstual sebelum mempraktekannya di kelas. 3
Penilaian Untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar, dalam pembelajaran
kontekstual digunakan penilaian autentik. Penggunaan penilaian autentik pada pembelajaran kontekstual diharapkan mampu membangun pengethuan dan
keterampilan dengan cara bermakna melalui pengikutsertaan siswa kedalam kehidupan nyata atau konsep autentik.
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap
tentang apa yang ingin dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topic yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk
mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya. Dalam konteks ini program yang dirancang guru benar-
benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Menurut Tim Pustaka Yustisia 2007: 164, saran pokok dalam penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berbasis kontekstual adalah sebagai berikut: 1
Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar. 2
Nyatakan tujuan umum pembelajarannya. 3
Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu. 4
Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa. 5
Nyatakan authentic assessment-nya, yaitu dengan data apakah siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
e. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dan Tradisional
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga seorang siswa memiliki suatu pengetahuan
yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahankonteks ke permasalahankonteks lainnya. Berbeda dengan pembelajaran tradisional yang hanya
menitikberatkan dalam transfer pengetahuan yang dimiliki oleh guru kepada siswanya tanpa mempedulikan kebutuhan siswanya.
Tabel 1. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dan Tradisional Sumber: Tim Pustaka Yustisia 2007: 162
No Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Tradisional
1 Pemilihan informasi berdasarkan
kebutuhan siswa Pemilihan informasi ditentukan oleh
guru 2
Siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran
Siswa secara pasif menerima informasi
3 Pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyatamasalah yang disimulasikan
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4 Selalu mengkaitkan informasi dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa Memberikan tumpukan informasi
kepada siswa sampai saatnya diperlukan
5 Cenderung mengintegerasikan
beberapa bidang Cenderung terfokus pada satu bidang
disiplin tertentu 6
Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali,
berdiskusi, berpikir iritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan
masalah melalui kinerja kelompok Waktu belajar siswa sebagian besar
digunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah dan mengisi
latihan yang membosankan melalui kerja individual
7 Perilaku dibangun atas kesadaran diri
Perilaku dibangun atas kebiasaan 8
Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan
9 Hadiah dari perilaku baik hádala
kepuasan diri Hadiah dari perilaku baik adalah pujian
atau nilai angka rapor 10 Siswa tidak melakukan hal yang buruk
karena sadar hal tersebut buruk dan merugikan
Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman
11 Perilaku baik berdasarkan pada motivasi intrinsik
Perilaku baik berdasarkan perilaku ekstrinsik
12 Pembelajaran terjadi diberbagai tempat, konteks dan setting
Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas
13 Hasil relajar diukur melalui penerapan penilaian autentik
Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes, ujian dan
ulangan.
f. Pengembangan Program Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang sangat relevan untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut, diharapkan setiap sekolah dapat mengembangkan dan menerapkan pembelajaran kontekstual untuk semua mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007: 19, ada
beberapa langkah utama yang perlu dipertimbangkan untuk dilakukan sekolah dalam upaya mengembangkan dan menerapkan pembelajaran kontekstual di sekolah adalah
sebagai berikut : 1
Penyiapan guru 2
Penyiapan perangkat pembelajaran kontekstual 3
Penyiapan media dan sumber belajar 4
Pelaksanaan pembelajaran 5
Monitoring dan evaluasi Hal pertama yang harus dilakukan oleh tiap sekolah dalam pengembangan
pembelajaran kontekstual adalah penyiapan guru. Sekolah terlebih dahulu mengidentifikasi kemampuan guru dalam mengembangkan dan menerapkan
pembelajaran kontekstual. Para guru yang belum menguasai pembelajaran
kontekstual dengan baik perlu diikutkan dalam suatu pelatihan pembelajaran kontekstual.
g. Indikator Keberhasilan Pembelajaran Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari
pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi aggota kelas siswa. Sesuatu
yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Keberhasilan pembelajaran kontekstual yang dilakukan guru, baik proses
maupun hasil belajarnya dapat diketahui melalui beberapa indikator Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2007: 9 sebagai berikut:
1 Pemilihan materi atau informasi berdasarkan kebutuhan siswa dan dikaitkan
dengan konteks kehidupan nyata masalah yang disimulasikan. 2
Selalu mengaitkan informasi dengan pengetahuan yang dimiliki siswa. 3
Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan seting. 4
Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. 5
Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diikuti saling mengoreksi. 6
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan.
7 Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
8 Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
9 Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri.
Jika proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru telah menunjukkan indikator-indikator di atas, maka dapat dikatakan pembelajaran
kontekstual yang dilakukan guru tersebut berhasil.
3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP
a. Pengertian KTSP
Kurikulum adalah komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan
kepala sekolah E. Mulyasa, 2007: 4. Adapun definisi kurikulum menurut UU SPN Nomor 20 Tahun 2003 Bab I pasal 1, kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Joko Susilo, 2007: 82 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP adalah kurikulum operasional
yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkan dengan memperhatikan Undang-Undang
No. 20 pasal 36 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional E. Mulyasa, 2007: 12.
Jadi KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang mana penyusunan kurikulum tersebut oleh suatu satuan pendidikan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan peserta didik serta
mengacu pada dasar yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. b.
Tujuan KTSP Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP dalam E. Mulyasa 2007: 22
adalah untuk : 1
Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber
daya yang tersedia. 2 Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan
bersama. 3 Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai
Berdasarkan tujuan diatas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dan dalam konteks otonomi daerah
yang sedang berlangsung saat ini. Jadi, tiap satuan pendidikan diharapkan mampu
mengelola sistem pembelajarannya secara mandiri termasuk dalam penyiapan tenaga terdidik dan sarana prasarana untuk pembelajaran.
c. Landasan Pengembangan KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah. Dalam E. Mulyasa 2007: 24, undang-undang dan peraturan
pemerintah tersebut adalah sebagai berikut : 1
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. 3 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. 4 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan. 5 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23
Peraturan perundangan tersebut mengatur tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh tiap satuan pendidikan dalam menyusun kurikulum dan seberapa jauh
pengembangan kurikulum yang boleh dilakukan. Peraturan perundangan inilah yang pada akhirnya dijadikan sebagai pedoman dalam penyusunan KTSP.
d. Prinsip Pengembangan KTSP
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, E. Mulyasa 2007: 151 mengemukakan bahwa dalam
pengembangan KTSP perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1
Berpusat pada potensi, perkembangan serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya
2 Beragam dan terpadu
3 Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
4 Relevan dengan kebutuhan
5 Menyeluruh dan berkesinambungan
6 Belajar sepanjang hayat
7 Seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal
Prinsip pengembangan KTSP ini perlu dipahami oleh tiap satuan pendidikan terutama oleh pendidik sendiri supaya dalam pemberian materi tidak menyimpang
dari standar nasional pendidikan. e.
Strategi Pengembangan KTSP Dalam pelaksanaan KTSP diperlukan strategi tertentu agar dapat berhasil
dengan baik. Strategi pengembangan dan pelaksanaan KTSP dalam E. Mulyasa 2007: 153 adalah sebagai berikut :
1 Sosialisasi KTSP di sekolah
2 Menciptakan suasana yang kondusif
3 Menyiapkan sumber belajar
4 Membina disiplin
5 Mengembangkan kemandirian Kepala Sekolah
6 Membangun karakter guru
7 Memberdayakan staf
Strategi pengembangan KTSP ini dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan KTSP di tiap satuan pendidikan. Salah satu strategi yang cukup penting
untuk dikaji adalah membangun karakter guru. Hal ini dilakukan karena guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar.
f. Acuan Operasional Penyusunan KTSP
KTSP disusun dengan mengacu pada undang-undang dan peraturan pemerintah. Acuan operasional penyusunan KTSP dalam E. Mulyasa 2007: 168
sedikitnya harus mencakup 12 dua belas poin berikut ini : 1
Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. 2 Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan
peserta didik. 3 Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan. 4 Tuntutan pembangunan daerah dan nasional. 5 Tuntutan dunia kerja. 6
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 7 Agama. 8 Dinamika perkembangan global. 9 Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. 10
Kondisi sosial budaya masyarakat setempat. 11 Kesetaraan gender. 12 Karakteristik satuan pendidikan
Aspek-aspek diatas harus dijadikan acuan oleh para pengembang KTSP di sekolah masing-masing. Meskipun demikian, pengembang kurikulum tidak harus
terpaku pada acuan operasional di atas, tetapi mereka bias mengembangkan dan menyesuaikan acuan tesebut dengan situasi dan kondisi daerah, karakteristik dan
kemampuan peserta didik serta sarana dan prasarana yang tersedia. g.
Standar Nasional Pendidikan Berdasarkan KTSP, sekolah memiliki wewenang yang luas dalam menyusun
kurikulumnya sendiri. Dengan demikian, kurikulum antara sekolah yang satu dengan yang lainnya bias saja berbeda. Namun demikian, kurikulum yang dibuat sekolah
harus mengacu pada standar nasional yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan.
Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah mencakup standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan E. Mulyasa, 2007: 45
Jadi penyusunan kurikulum oleh suatu tingkat satuan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik di setiap daerahnya masing-masing,
namun harus tetap berpedoman pada panduan yang di susun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan.
h. Proses Penyusunan KTSP
Proses penyusunan KTSP dari pusat Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan sampai kepada proses pembelajaran di sekolah dapat
digambarkan sebagai berikut :
DIREKTORAT PEMBINAAN
SMK
Gambar 1. Bagan Proses Penyusunan KTSP Sumber: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan E. Mulyasa, 2007: 175
Masing-masing instansi pemerintah dalam bagan di atas mempunyai tugas sendiri-sendiri.
Tabel 2. Tugas Instansi Pemerintah dalam Penyusunan KTSP Sumber: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan E. Mulyasa, 2007: 175
No Instansi
Tugas
1 DIREKTORAT
PEMBINAAN SMK a.
Penyiapan Peraturan b. Penyiapan Standar Nasional
c. Penyiapan Anggaran
2 DISDIK Propinsi
a. Penyesuaian Buku Teks
b. Penyesuaian Aturan-aturan 3
DISDIK KotaKabupaten
a. Pembentukan Dewan Pendidikan
b. Pengalokasian Anggaran c.
Penyediaan Fasilitas Pendidikan 4
Sekolah a.
Koordinasi Program b. Pembentukan Komite SekolahKurikulum
c. Pelayanan Administrasi
5 KelasGuru
a. Penyiapan Rancangan Kompetensi dan Indikator
Kompetensi, serta Materi Pelajaran b.
Penyiapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran c.
Penyiapan Strategi Pembelajaran
DISDIK Propinsi
DISDIK KotaKabupaten
Sekolah KelasGuru
Dari bagan dan table diatas dapat dijelaskan bagaimana proses penyusunan KTSP dari pusat sampai kepada proses pembelajaran di sekolah serta instansi-instansi
yang terkait di dalamanya beserta tugas masing-masing instansi tersebut. i.
Tujuan Pendidikan Menurut KTSP Tujuan pendidikan menurut KTSP yaitu meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut E. Mulyasa, 2007: 178.
Dalam KTSP, satuan pendidikan harus menyusun program peningkatan mutu yang mencakup tujuan, sasaran dan target yang akan dicapai, untuk program jangka
pendek maupun jangka panjang. Tujuan
pendidikan satuan
pendidikan merupakan
acuan dalam
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan dasar, menengah dan kejuruan adalah sebagai
berikut: 1
Pendidikan dasar, yang meliputi SDMISDLBPaket A dan SM MTsSMPLB Paket B bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2 Pendidikan menengah yang terdiri atas SMAMASMALBPaket C bertujuan
untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut. 3
Pendidikan menengah kejuruan yang terdiri atas SMKMAK bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
B. Kerangka Pemikiran