PEMAKNAAN SENSUALITAS DALAM TAYANGAN KAKEK-KAKEK NARSIS TRANS TV (Studi Resepsi Pada Masyarakat di Perumahan Simpang Batu Permata Tlogomas Malang)

(1)

PEMAKNAAN SENSUALITAS DALAM TAYANGAN KAKEK-KAKEK NARSIS TRANS TV

(Studi Resepsi Pada Masyarakat di Perumahan Simpang Batu Permata Tlogomas Malang) SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Disusun Oleh: Rudi Hendra Putra

08220238

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

MOTTO

"..jika kita hidup seperti hari terakhir pada hidup kita, kita

akan menciptakan sesuatu yang benar-benar besar nantinya.."

stay hungry stay foolish

(Steve Jobs)

“.. selama otak dan panca indra masih bisa bekerja

sama,, tak aka nada kata menyerah..”


(7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan kepada :

Kedua orang tuaku yang hebat, dan menjadi inspirasiku,

Bapak dan Ibu terimakasih atas doa, cinta dan

Dukungan kalian selama ini kepadaku.

Mbak, mas dan ponakanku tercinta,

Serta teman-teman semua yang aku sayangi.

Tanpa kalian semuanya aku tidak akan bisa seperti ini.

Terimakasih semuanya....


(8)

vii ABSTRAK

Rudi Hendra Putra (08220238)

Pemaknaan Sensualitas dalam Tayangan Kakek Kakek Narsis Trans Tv (Studi Resepsi Pada Masyarakat di Perumahan Simpang Batu Permata Tlogomas Malang)

Pembimbing : Drs. Farid Rusman, M.Si dan Sugeng Winarno, MA (xv + 95 halaman + 4 tabel + 4 gambar + lampiran)

Bibliografi : 23 buku, 3 penelitian terdahulu, 4 non buku, dan 15 website

Kata Kunci : Kakek-Kakek Narsis, Sensualitas, Audiens, Studi Resepsi

Didasari berkembangnya industri pertelevisian Indonesia. Hal ini menjadikan persaingan yang ketat antar stasiun-stasiun televisi untuk mencari perhatian audiens untuk mendatangkan pengiklan. Bermacam-macam program acara yang ditawarkan oleh stasiun televisi untuk bersaing, dari acara hiburan musik, pertunjukan, informasi, drama, non drama, talkshow, variety show, dan masih banyak yang lainnya. Kakek-Kakek Narsis adalah sebuah acara talkshow komedi. Komisi Penyiaran Indoensia (KPI) memberikan 2 kali surat teguran untuk acara KKN. Melihat hal ini, peneliti menentukan audiens yang bertempat tinggal disimpang batu permata Tlogomas, sebagai subjek penelitian dengan karakteristik audiens yang telah ditentukan peneliti.. Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dibuat rumusan masalah bagaimana audiens memaknai tayangan Kakek-Kakek Narsis Trans Tv menurut masyarakat di perumahan Simpang Batu Permata Tlogomas Malang.

Resepsi adalah sebuah studi untuk mengungkapkan makna dari sebuah media oleh audiens. Dalam studi resepsi, makna yang ditemukan merupakan hasil pemaknaan teks media oleh audiens yang distudi, berbeda dengan analisis teks media yang makna penelitiannya diperoleh atas peneliti sendiri. Beragam makna yang dihasilkan oleh audiens tersebut juga terkait dengan konsep khalayak aktif dimana audiens dilihat sebagai pihak yang lebih aktif dalam membuat keputusan mengenai bagaimana menggunakan media. Dalam studi resepsi audiens yang bersifat aktif, bisa saja memaknai dan memposisikan diri sebagai pembaca dominan, negosiasi, bahkan sebagai oposisi. Selain itu audiens dalam memaknai acara Kakek-Kakek Narsis, terpengaruh sebuah ideologi media. Dalam hal ini adalah ideologi budaya massa, bahwa budaya massa mempresentasikan suatu budaya yang turun nilainya, remeh, hanya dipermukaan, artifisial, dan baku, sebuah kebudayaan yang menyedot kekuatan budaya rakyat dan budaya tinggi, serta menantang penilaian intelektual selera kultural.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif interpretatif. Sementara itu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini melalui metode studi resepsi. Dengan mendapatkan 6 orang subjek penelitian yang ditentukan melalui

purposive sampling sudah bisa menjelaskan bagaimana audiens di simpang batu permata tlogomas memaknai acara Kakek-Kakek Narsis. Data didapatkan melalui teknik wawancara secara mendalam, peneliti akan mendapatkan penjelasan


(9)

(10)

ix ABSTRACT

Rudi Hendra Putra, 08220238

SENSUALITY MEANING ON DISPLAY KAKEK-KAKEK NARSIS TRANS TV (Reception Study On Simpang Batu Permata Tlogomas Society)

Adviser: Drs. Farid Rusman, M.Si and Sugeng Winarno, MA ( 95 pages + 4 image + 4 table + 1 attachment)

Bibliography: 23 books, 4 non-book, 3 previous study, 15 online resource Keywords: Kakek-Kakek Narsis, reception studies, Sensuality, Audiens

Industrial development based on Indonesian television. It makes a stiff competition among television stations to find the audience to bring advertisers. Various programs offered by television stations to compete, from the musical entertainment, performances, information, drama, non-drama, talk shows, variety shows, and many others. Kakek-Kakek Narsis is a comedy talk show. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) give 2 times warning letter for corruption tv show. Seeing this, the researchers determined the audience who resides simpang batu permata Tlogomas, as a subject of study with a predetermined audience characteristics researchers. Based on this background can be made formulation shows the problem of how audiences interpret Kakek-Kakek Narsis Trans Tv according to people in housing Simpang Batu Permata Tlogomas Malang.

The reception is a study to reveal the meaning of a media audience. In the reception studies, meaning that found the result interpretation by audiences media texts studied, in contrast to the analysis of media texts whose meaning is obtained on the researcher's own research. Various meanings generated by the audience is also related to the concept of an active audience where the audience is seen as a more active part in making decisions about how to use the media. In a study of audience reception is active, could have meaning and positioning itself as the dominant reader, negotiations, even as the opposition. Additionally audience on the meaning of the tv show Kakek-Kakek Narsis, affected a media ideology. In this case the ideology of mass culture, mass culture presented that a culture that goes down in value, trivial, just on the surface, artificial, and raw, a culture that suck power folk culture and high culture, and challenging intellectual assessment of cultural tastes.

This study includes the type of interpretive qualitative research. Meanwhile, the approach used in this study through a method of reception studies. By getting 6 people subjects determined by purposive sampling has been able to explain how audiences interpret intersection Simpang Batu Permata Tlogomas Kakek-Kakek Narsis tv show. Data were obtained through in-depth interviewing techniques, researchers will get a full explanation of the audience's opinion as a research subject. Then analyzed by interpreting from each individual what has been disclosed by the subject.


(11)

x The results of this study indicate that audiences interpret tv shows Kakek-Kakek Narsis many negotiations. This means that subjects receiving text messages but the media will see it is based on background knowledge. Not completely reject nor accept what is. In addition, there are in opposition, which they openly reject and disagree tehadap text presented by Kakek-Kakek Narsis. But the audience is also affected by the ideology of mass culture, which means the audience unknowingly also like what they are about in a television show. In this case, the audience assumes Kakek-Kakek Narsis was a sensual impressions, exploit the elderly and the exploitation of women. But they still come to see shows Kakek-Kakek Narsis so they unknowingly dragged them laughing at what they think is wrong. Audiences means tv show Kakek Kakek Narsis vary as the dominant reader, negotiation, and opposition. Influenced by the background in terms of education, occupation, age and also the intensity of watching, but it also affected the audience in watching the ideology of mass culture. So the audience as an active party can be more sensitive in watching a television show to meet the needs of the audience itself.


(12)

xi KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Dengan selalu mengucap Alhamdulillahirobbil’alamin, rasa syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul :

PEMAKNAAN SENSUALITAS DALAM TAYANGAN KAKEK-KAKEK NARSIS TRANS TV

(Studi Resepsi Pada Masyarakat di Perumahan Simpang Batu Permata Tlogomas Malang)

Tidak sedikit kesulitan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat terwujud tanpa bantuan dan dorongan dari bebagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan dan dorongan baik secara moral maupun materiil sehingga terselesaikannya skripsi ini, kepada :

1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW

2. Kedua orang tua saya Bapak Sudarsono dan Ibu Marsiyatin, kakak-kakak saya tercinta yang telah senantiasa tidak ada henti untuk mendoakan, memotivasi dan memberikan kasih sayang yang melimpah sehingga terselesaikannya skripsi ini.


(13)

xii 3. Bapak Drs. Farid Rusman, M.Si selaku dosen pembimbing I dan bapak

Sugeng Winarno, MA selaku dosen pembimbing II yang telah sabar dalam menyampaikan ilmu, memberikan pencerahan, bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat segera terselesaikan.

4. Bapak M. Himawan Sutanto, M.Si dan bapak Zen Amirudin, S.Sos selaku dosen Penguji skripsi. Terima kasih atas kritik dan sarannya untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi.

5. Ibu Roziana Febrianita yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi, dukungan dan bimbingannya, hingga terselesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu dalam bentuk sumbangan pemikiran tentang hal-hal yang terkait dalam skripsi ini, serta telah memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat segera terselesaikan.

7. Seluruh penulis buku yang telah menjadi sumber inspirasi dan membantu dalam memberikan ilmu pengetahuan, wawasan serta pemahan tentang segala hal yang terkandung dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh teman-teman Ilmu Komunikasi angkatan 2008 khususnya D’Com One. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama ini serta telah menjadi sahabat selama kuliah di UMM.

9. Case Pictures Crew, Terima kasih sudah menjadi sahabat dan teman bermain serta produksi selama kuliah di UMM. Ayoo shooting lagii...

10.Mono, Tenyom, Buyung, Endrip, Enjik, Peyek, Agung, Ised, Yetti, Keceng, Nena, Nopek, Aga, Faa, Momo, Phy, Kiki, Imel, Kawok, Uyab, Angus, Yoga,


(14)

xiii Sujarwadi, Megi, Elco, Bento, Bendod, Gundul, Mas Malik, Mas Bek berbagi canda tawa dan pengalaman dengan kalian sungguh mengesankan.

11.Detty Fitriyanti, terima kasih karena selalu memberi semangat dan selalu mengingatkan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

12.Seluruh pengurus lab komunikasi UMM, terima kasih sudah mengajarkan banyak ilmu kepada saya dan memberikan ruang untuk berkarya.

13.Para subjek penelitian yang telah mau diwawancarai dan berbagi pengetahuan. 14.Serta kepada seluruh sahabat-sahabatku dan pihak lain yang juga turut

memberikan bantuan dan belum sempat saya sebutkan satu-persatu, semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan dengan pahala yang berlipat.

Akhir kata dengan segala kekurangan dan keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga apabila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki penulisan skripsi ini. Semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Malang, 2 Agustus 2012


(15)

xiv DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

D.1. Manfaat Akademis ... 8

D.2. Manfaat Sosial ... 8

1.5 Tinjauan Pustaka ... 9

1.5.1 Televisi Sebagai Komunikasi Massa ... 9

1.5.2 Televisi Sebagai Industri ... 12

1.5.3 Televisi Sebagai Industri Hiburan ... 16

1.5.4 Format Acara Televisi ... 18

1.5.5 Program Acara Televisi ... 19

1.5.6 Program Talkshow di Televisi ... 22


(16)

xv

1.5.8 Audiens/ Penonton Televisi ... 28

1.6 Fokus penelitian ... 31

1.7 Metode Penelitian ... 1.7.1 Pendekatan Penelitian ... 31

1.7.2 Studi Resepsi ... 32

1.7.3 Subjek Penelitian ... 35

1.7.4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

1.7.5 Jenis dan Sumber Data ... 38

1.7.6 Teknik Pengumpulan Data ... 39

1.7.7 Analisa Data ... 40

1.7.8 Teknik Keabsahan Data ... 42

BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Trans Tv ... 41

2.1.1 Program Acara Trans Tv ... 44

2.1.2 Acara Talkshow Kakek-Kakek Narsis ... 46

2. 2 Gambaran Tempat Tinggal Subjek Penelitian ... 49

2.2.1 Simpang Batu Permata Tlogomas ... 49

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 3.1. Identitas Subjek Penelitian ... 52

3.2. Sensualitas didalam Acara Talkshow Kakek-Kakek Narsis 54

3.3. Sisi Kehidupan didalam Acara Kakek-Kakek Narsis ... 60

3.4. Eksplotasi Sifat Manusia Lansia dalam Kakek-Kakek Narsis 65 3.5 Eksploitasi Perempuan dalam Kakek-Kakek Narsis ... 70

3.6 Kritik Terhadap Kakek-Kakek Narsis ... 74

3.7 Implikasi Budaya Massa dalam Memaknai Kakek - Kakek Narsis ... 79


(17)

xvi BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ... 92

4.2 Saran ... 95

4.2.1 Saran Akademis ... 95

4.2.2 Saran Sosial ... 95

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(18)

xvii DAFTAR TABEL

2.1 Tabel Program Acara Trans Tv ... 45

3.1 Tabel Identitas Subjek Penelitian ... 50

3.2 Tabel Data Keseluruhan ... 86

Lampiran Tabel Kategorisasi ... 97

DAFTAR GAMBAR 1.1 Jenis Program Televisi ... 21

1.2 Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman ... 42

2.1 Logo Trans Tv ... 44


(19)

Daftar Pustaka

Badjuri, Adi. 2010. Jurnalistik Televisi. Yogyakarta: Graha Ilmu Baksin, Askurifai. 2009. Jurnalistik Televisi. Bandung: Rosda Karya Effendy, Heru. 2008. Industri Pertelevisian Indonesia. Jakarta: Erlangga

Effendy, Onong Uchjana. 1993. Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung: CV. Mandar Maju

Eriyanto. 2000. Analisis Wacana, Pengantar Analsis Teks Media. Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara

Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Umm Press

Hartley, John. 2010. Communication, Cultural, And Media Studies. Yogyakarta: Jalasutra

Hurlock, Eloizabeth B. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

McQuail,Denis. 2005. McQuail’s Mass Communication Theory Fifth Edition. London: Sage Publications

Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya

Monks, F.J. 1982. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Morrisan. 2008. Manajemen Media Penyiaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press

Naratama. 2004. Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: Gramedia


(20)

_______. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta:Raja Grafindo Persada Panjaitan, Erica L. & TM. Dhani Iqbal. 2006. Matinya Rating Televisi. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia

Perse, Elizabeth M. 2001. Media Effects and Society. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Sarwoko, Tri Adi. 2011. Sukses Melawak. Yogyakarta: Penerbit Andi

Storey, John. 2008. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta: Jalasutra

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Wahyudi, JB. 1994. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta: Gramedia Widyatama, Rendra.2006. Bias Gender Dalam Iklan Televisi. Yogyakarta: Media

Pressindo Sumber non buku:

Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 4 tahun 2008

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2008 Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Standard Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Penelitian Terdahulu

Anggita, Chandri Bhernadia (2010). Pemaknaan Khalayak Terhadap Nilai Metroseksualitas Dalam Iklan. Jakarta: UI


(21)

Rizal, Samsul (2009). Potret Gaya Hidup Populer Masyarakat Urban. Malang: UMM

Sumber lain:

http://www.scribd.com/doc/54692662/12/Keunggulan-Televisi diakses pada tanggal 23 Maret 2012 pukul 23.35 WIB.

http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2205903-fungsi-televisi/#ixzz1q18ol8El diakses pada tanggal 24 Maret 2012 pukul 00.35 WIB.

http://www.scribd.com/doc/29419967/15/Format-Acara-Televisi diakses pada tanggal 24 Maret 2012 pukul 05.07 WIB.

http://en.wikipedia.org/wiki/Talk_show diakses pada tanggal 25 Maret 2012 pukul 11.25 WIB.

http://www.perpuskita.com/pengertian-talk-show/149/ diakses pada tanggal 25 Maret 2012 pukul 11.30 WIB.

http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2010/02/audiens.html diakses pada tanggal 26 Maret 2012 pukul 02.15 WIB.

http://padepokanmusaasyarie.or.id/artikel/58-bisnis-dan-ideologi-media.html

diakses pada tanggal 22 Mei 2012 pukul 10.27 WIB.

http://rismedia.blogspot.com/2010/02/televisi-sebagai-industri-budaya.html

diakses pada tanggal 22 Mei 2012 pukul 09.59 WIB

http://www.scribd.com/doc/47722855/13/Televisi-sebagai-Industri-Media diakses pada tanggal 22 Mei 2012 pukul 09.47 WIB

http://www.scribd.com/doc/3322945/Perkembangan-Teknologi-Televisi-dan-Industri-Penyiaran pada tanggal 22 Mei pukul 09.21 WIB

http://www1.transtv.co.id diakses pada tanggal 15 Juni 2012 pukul 09.47 WIB

http://www.mytrans.com/tvshow/kakek-kakek-narsis diakses pada tanggal 16 Juni 2012 pukul 06.25 WIB

http://www.youtube.com/my-trans-channel/kakek-narsis/posesif diakses pada tanggal 16 Juni 2012 pukul 07.05 WIB


(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Televisi merupakan bagian yang sudah tidak dapat lagi dipisahkan dari masyarakat. Saat ini televisi bukan menjadi kebutuhan sekunder lagi, melainkan saat ini televisi sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Bisa dikatakan menjadi kebutuhan primer, dikarenakan hampir setiap keluarga mempunyai sebuah pesawat televisi dirumahnya. Dengan meningkatnya derajat televisi dari kebutuhan sekunder menjadi kebutuhan primer. Menjadikan industri pertelevisian di Indonesia juga berkembang pesat. Jika dahulu hanya ada TVRI, seiring berkembangnya kebutuhan masyarakat akan informasi, pendidikan, dan hiburan. Mulailah tumbuh industri pertelevisian yang didirikan oleh pihak swasta demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Berawal dari RCTI yang mulai dapat disaksikan oleh penonton televisi Indonesia pada tahun 1989, yang menjadi stasiun televisi pertama di Indonesia. Baru setelah itu memancing munculnya stasiun televisi swasta seperti SCTV, Indosiar, ANTV dan TPI (Morrisan, 2008: 10).

Setelah reformasi 1998 bisa dikatakan sebagai titik awal dari berkembang pesatnya industri pertelevisian Indonesia. Menjelang tahun 2000an semakin banyak stasiun televisi yang didirikan baik yang berskala nasional maupun lokal. Selain itu tidak ketinggalan pula munculnya televisi berlangganan yang menayangkan berbagai program dalam dan luar negeri. Dari tahun ke tahun


(23)

2

perkembangan industri pertelevisian semakin berkembang pesat. Hal ini menjadikan persaingan antar stasiun televisi untuk memikat hati para penonton untuk memilih program acara yang ditampilkan oleh sebuah stasiun televisi. Hal ini menjadikan televisi sebagai media terfavorit bagi masyarakat Indonesia saat ini. Karena televisi mampu memberikan informasi, pendidikan, dan hiburan bagi pemirsanya.

Banyaknya stasiun-stasiun televisi berarti juga banyak program acara televisi yang ditayangkan di setiap stasiun-stasiun televisi. Persaingan tidak hanya terjadi pada stasiun-stasiun televisi saja. Konsumsi media saat ini sudah sangat diminati, karena masyarakat yang menjadi pemirsa televisi sangat membutuhkan informasi, pendidikan, dan hiburan. Karena hanya dengan duduk didepan sebuah “kotak hitam”, mereka sudah mendapatkan apa yang mereka butuhkan tanpa harus mengeluarkan biaya lebih. Hiburan dan informasi dari bebagai daerah dan belahan dunia dapat disaksikan tanpa harus beranjak dari depan televisi.

Dalam sebuah stasiun televisi tertentu juga bersaing untuk membuat sebuah program unggulan yang bisa menarik para pengiklan untuk memasangkan iklannya diprogram acara tersebut. Hiburan sepertinya menjadi sebuah program acara yang diminati untuk saat ini. Persaingan program acara hiburan televisi sangat banyak sekali. Selain itu stasiun televisi juga harus dituntut untuk kreatif guna menghasilkan program acara hiburan yang diminati pemirsa atau penonton televisi. Banyak jenis dari program acara hiburan, diantaranya adalah musik, drama, permainan, dan pertunjukan. Program hiburan adalah segala bentuk siaran


(24)

3

televisi yang bertujuan untuk menghibur audiens atau penonton televisi. (Morrisan, 2008: 213)

Selain hiburan, televisi juga mempunyai program acara informasi. Program informasi merupakan segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan informasi tambahan pengetahuan atau informasi kepada audiens (Morrisan, 2008: 208). Yang menjadi nilai jual dari program ini adalah menawarkan sebuah informasi atau pengetahuan baru yang dibutuhkan penonton. Program informasi tidak hanya melalui program acara berita, dimana seorang presenter menyampaikan sebuah informasi. Acara talkshow (perbincangan) juga masuk dalam program informasi. Talkshow menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas topik atau tema tertentu yang dipandu oleh pembawa acara (host) (Morrisan, 2008: 212). Tayangan program acara talkshow saat ini sangat banyak dan beragam disetiap stasiun televisi, misalnya Bukan 4 mata, dan PAS Mantab di Trans 7, Kick Andi dan Just Alvin di Metro Tv, Dorce Show, Online, Ceriwis dan Show Imah di Trans Tv, Jakarta Lawyers Club dan Radio Show di Tv One, Selamat Pagi di RCTI dan masih banyak lagi program acara talkshow yang lainnya. Tayangan talkshow juga mempunyai kemasan yang beragam, ada yang dikemas secara formal dan serius untuk membahas topik atau tema yang memuat informasi sebuah peristiwa atau fenomena yang sedang hangat dibicarakan. Dikemas dengan obrolan ringan atau komedi disesuaikan dengan topik yang dibahas.

Seiring berkembangnya industri pertelevisian di Indonesia, hal ini membawa berkembangnya juga program acara talkshow. Selain itu kebutuhan


(25)

4

informasi dan pengetahuan juga menjadikan tumbuh suburnya program acara

talkshow di stasiun-stasiun televisi. Melihat peluang untuk menyajikan informasi dan pengetahuan yang lebih kepada masyarakat. Trans Tv membuat sebuah tayangan talkshow Kakek-Kakek Narsis, yang ditayangkan setiap hari senin sampai jumat pukul 23.30 WIB. Ditengah persaingan acara talkshow yang semakin banyak bermunculan, Trans Tv melalui Kakek-Kakek Narsis mengambil segmentasi untuk penonton dewasa. Dengan mengangkat tema atau topik ringan yang tetap memberikan informasi atau pengetahuan yang dikhususkan untuk penonton dewasa.

Kakek-kakek Narsis adalah acara talkshow yang dikonsep menjadi komedi situasi yang dibawakan oleh beberapa komedian terkenal seperti Ronal Surapraja, Denny Chandra dan Ananda Omesh ini membahas isu-isu yang beredar di masyarakat dan dikemas secara ringan dan unik. Gurauan segar dan kocak akan membuat anda selalu tertawa. Kakek Kakek Narsis selain acara talkshow ringan juga membahas beberapa peristiwa yang tengah marak di kalangan masyarakat bersama dengan bintang tamunya di kemas dengan rasa humoris yang tinggi. Selain itu juga menampilkan video rekaman plesetan dari tema yang sedang dibahas dalam acara yang di ambil dari youtube. Dalam acara ini juga ada seorang perempuan yang berperan sebagai nanny (pengasuh 3 kakek narsis) yang menggunakan selalu baju suster. Serta mendatangkan bintang tamu yang biasanya adalah perempuan. Selain itu tema yang dibahas didalam setiap episodenya selalu berbeda-beda, seperti kehidupan orang dewasa, pengalaman, sampai tema yang membahas tentang seks.


(26)

5

Kalau acara talkshow pada umumnya yang menjadi nilai jual adalah informasinya. Akan tetapi dalam KKN yang menjadi daya tariknya adalah bintang tamu beberapa perempuan cantik yang datang dengan menggunakan gaun-gaun yang seksi, bahkan cenderung menampilkan keseksian bagian-bagian tubuh tertentu. Dengan menggunakan gaun malam yang seksi, rok mini, pakaian-pakaian ketat nampaknya menjadi daya tarik tersendiri bagi acara ini. Bahkan seorang perempuan yang bernama Nanny berperan sebagai pekerja rumah tanggapun tak mau kalah untuk menunjukkan keseksiannya. Dengan pakaian pekerja rumah tangga ala barat yang menggunakan rok mini dan baju dengan belahan dada yang sangat rendah, ikut menghiasi program acara Kakek-Kakek Narsis. Selain itu juga menampilkan 3 orang kakek-kakek yang genit dan selalu menggoda perempuan yang menjadi tamunya. Menurut notifikasiku.blogspot.com menungkapkan bahwa “mengingat jam tayangnya yang larut malam, wajar rating KKN tidak begitu bagus. Bahkan jarang masuk 100 besar, namun share kerap mendapat TVR di atas 10%”.

Kakek-Kakek Narsis selain menawarkan keseksian perempuan juga mebawakan tema dewasa, hal ini dikarenakan Kakek-Kakek Narsis memang sebuah tayangan yang dikhususkan untuk dewasa. Tercatat diantaranya beberapa tema yang pernah diangkat dalam Kakek-Kakek Narsis, seperti sex education, mulai Teman Tapi Mesra, Perilaku Seks Menyimpang, Alat Kontrasepsi, Putus Nyambung, Posesif dan sebagainya. Dari beberapa tema yang telah disebutkan, semuanya mengerucut pada sebuah tema seks dalam pengertian luas. Selain itu


(27)

6

hanya dinilai terlalu mengumbar aurat, tapi pembicaraan dalam acara tersebut seringkali mengarah pada hal-hal berbau seks. Juga didukung dengan shot atau pengambilan gambar yang dengan sengaja mengarah pada bagian tubuh tertentu dari bintang tamu yang datang dengan menggunakan pakaian yang seksi tersebut.

Audiens yang tinggal di kota-kota metropolitan seperti Jakarta sudah sangat terbiasa dengan perempuan-perempuan yang berpakaian seksi dan vulgar, akan tetapi bagaimana dengan audiens yang tinggal di desa atau kota-kota lain. Siaran televisi bukan hanya untuk audiens kota metropolitan seperti Jakarta saja, akan tetapi juga untuk seluruh wilayah Indonesia. Seperti di Simpang Batu Permata, belum tentu karakteristik audiensnya sama dengan audiens yang berada di kota besar. Simpang Batu Permata masuk dalam wilayah Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Penduduknya campuran antara pendatang dengan penduduk asli. Di Simpang Batu Permata televisi menjadi sumber informasi yang utama, karena dapat dilihat dari titik-titik tempat berkumpulnya warga seperti Pos Kamling terdapat televisi. Bahkan didepan salah satu rumah juga dipasang televisi yang biasanya digunakan untuk nongkrong sambil nonton TV, sampai nonton bareng sepak bola. Meskipun masuk dalam wilayah kota Malang, karakteristik warga sebagai penonton televisi jelas berbeda dengan penonton atau audiens yang berada di kota Jakarta. Di dalam acara Kakek-Kakek Narsis, perempuan di analogikan sebagai seorang yang cantik, seksi, sensual dan sedikit nakal, sedangkan kakek-kakeknaya sebagai kakek yang percaya diri, genit yang suka menggoda perempuan yang menjadi bintang tamunya. Dari sini sudah jelas berbeda pandangan audiens perempuan dengan audiens laki-laki yang berada


(28)

7

di Jakarta dengan audiens yang berada di perumahan Simpang Batu Permata.. Maka dari itu menarik untuk meneliti tentang acara televisi melalui audiens yang tinggal di Simpang Batu Permata Tlogomas, khususnya acara Kakek Kakek Narsis.

Dari beberapa episode yang telah tayang, kakek-kakek narsis sudah mendapatkan dua kali surat teguran tertulis dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Melalui surat tertulis dan permberitahuan yang dimuat di web resmi KPI menyatakan bahwa dua episode kakek-kakek narsis telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standard Program Siaran (SPS). Selain itu menurut wakil ketua KPI, Nina Mutmainnah mengatakan “selain terlalu banyak mengumbar aurat, KKN juga selalu membahas masalah yang menjurus kepada seks. Apalagi, tidak ada perubahan yang dilakukan KKN setelah surat teguran pertama”. Hal inilah yang membuat KPI dua kali melayangkan surat teguaran atau peringatan kepada acara kakek-kakek narsis (kpi.go.id).

Berawal dari fenomena yang telah dijelaskan, peneliti ingin melakukan penelitian tentang “PEMAKNAAN SENSUALITAS TAYANGAN KAKEK-KAKEK NARSIS TRANS TV” dengan menggunakan studi resepsi pada masyarakat diperumahan simpang batu permata tlogomas Malang.


(29)

8

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti merumuskan masalah yaitu bagaimana audiens memaknai sensualitas dalam tayangan Kakek-Kakek Narsis Trans Tv menurut masyarakat di perumahan Simpang Batu Permata Tlogomas Malang?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginterpretasikan makna sensualitas tayangan Kakek-Kakek Narsis Trans Tv di Mata Audiens menurut masyarakat yang tinggal di perumahan Simpang Batu Permata Tlogomas Malang.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademis

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menambah literatur penelitian kualitatif bagaimana pemaknaan audiens atau penonton tentang suatu analisis teks media dengan menggunakan studi resepsi.

1.4.2. Manfaat Sosial

Penelitian ini sangat diharapkan dapat memberikan masukan kepada pembaca dalam memaknai dan memahami suatu tayangan Talkshow di televisi. Serta membantu meningkatkan kesadaran masyarakkat terhadap analisis teks media.


(30)

9

1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1 Televisi Sebagai Media Komunikasi massa

Dalam bukunya Yudhi (2008: 140) mengutip pendapat Omar Hamalik bahwa:

“Television is an electronic motion picture with conjoined or attendant sound; both picture and sound reach the eye and ear simultaneously from a remote broadcast point”. (Televisi sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik, yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Maka televisi sebenarnya sama dengan film, yakni dapat didengar dan dilihat).

Hal ini dikarenakan televisi memiliki sejumlah kelebihan, antara lain sebagai berikut:

1. Bersifat Dengar – Pandang

Berbeda dengan media radio yang hanya bisa dinikmati melalui indera pendengaran, televisi bisa dinikmati secara visual melalui indera penglihatan. Karena jika seseorang melihat suatu peristiwa di televisi, orang tersebut akan memiliki kekuatan sugestif yang tinggi. Jika potensi semacam ini dioptimalkan untuk praksis pembelajaran, maka akan memiliki pengaruh positif bagi peningkatan kualitas pendidikan.

2. Menghadirkan Realitas Sosial

Televisi mampu menghadirkan suatu realitas sosial yang seolah-olah seperti aslinya. Hal ini tentu memiliki pengaruh sangat kuat pada diri khalayak. Visualisasi yang didukung oleh kekuatan suara pada kenyataannya sangat


(31)

10

membantu memahamkan seseorang terhadap sesuatu yang sulit menjadi mudah dimengerti. Dengan demikian, kelebihan ini dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk tujuan pendidikan.

3. Simultaneous

Kelebihan lain dari televisi adalah mampu menyampaikan segala sesuatu secara serempak sehingga dapat menyampaikan informasi kepada banyak orang yang tersebar di berbagai tempat dalam waktu yang sama persis (simultaneous). Sifat ini tidak dimiliki oleh media cetak yang membutuhkan sistem distribusi panjang sehingga lokasi yang berada jauh dari tempat percetakan akan menerima informasi lebih lambat dibandingkan dengan yang berada didekat pusat penerbitan.

4. Memberi Rasa Kedekatan

Televisi dijadikan media yang efektif dalam proses komunikasi. Karena tayangan program televisi secara umum disajikan dengan pendekatan yang persuasif kepada khalayaknya. Dengan menggunakan sapaan yang member kesan dekat, tidak berjarak, bahasa tutur sehari – hari, gesture yang wajar menciptakan suasana intim atau dekat antara presenter program dengan khalayak. Pada dasarnya, televisi didukung visual yang menarik, sehingga jika potensi tersebut dikelola secara baik untuk misi pendidikan, pengaruh yang ditimbulkan pun cukup besar.

5. Menghibur

Kelebihan terbesar televisi adalah menghibur. Menurut Neil Postman bahwa esensi media televisi adalah hiburan sehingga beliau memperolok


(32)

11

masyarakat dengan sindiran “menghibur diri sampai mati”. Oleh karenanya, dalam memproduksi suatu program acara, televisi selalu mempertimbangkan aspek hiburan (Badjuri, 2010: 14).

Televisi adalah media komunikasi massa yang paling sering dituduh memberikan efek paling besar bagi audiensnya. Dalam bukunya Morrisan (2008 : 26) mengutip pendapat Jalaludin Rahmat bahwa: Penggunaan media adalah salah satu cara memperoleh pemenuhan kebutuhan, maka efek media sekarang didefinisikan sebagai situasi ketika pemuasan kebutuhan tercapai.

Pernyataan Harold lasswell tentang definisi komunikasi yakni Who Says What In Which Channel to Whom With What Effect? Telah bisa mewakili bahwa televisi siaran merupakan media komunikasi massa karena memenuhi unsur-unsur yang terdiri dari sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver) serta efek (effect). Seiring berkembangnya jaman, saat ini televisi telah menjelma menjadi salah satu media massa yang paling banyak diminati masyarakat. Hal ini bisa dilihat, hampir semua rumah di Indonesia memiliki televisi, bahkan televisi bisa dikatakan telah menjadi kebutuhan primer masyarakat.

Sifat televisi yang serempak dimanfaatkan untuk membuat masyarakat secara bersamaan menaruh perhatian kepada pesan yang disampaikan komunikator. Selain sifat televisi yang cepat memungkinkan pesan dapat disampaikan kepada begitu banyak orang dalam waktu yang singkat. Dalam bukunya Morrisan (2008 : 21) mengutip dari Bittner (1980) yang menyebutkan: “Mass communication is message communicated through a mass medium to a


(33)

12

large number of people”. ( komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa melalui sejumlah besar orang).

Televisi merupakan bagian dari media komunikasi massa yang mampu menyediakan berbagai informasi yang aktual dan menyebarkan ke masyarakat umum. Yang dimaksudkan dengan televisi di sini ialah televisi siaran (television broadcast) yang merupakan media dari jaringan komunikasai dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa antara lain: komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan, dan komunikannya heterogen (Effendy, 1993: 21).

Sebagai media audio visual televisi dinilai sebagai media yang paling berhasil dalam menyebarkan informasi, cerita atau segala sesuatu yang disampaikan lebih menarik dan menyenangkan pemirsa dibandingkan media komunikasi lainnya, seperti media cetak dan radio. Sehingga pesan yang disampaikan melalui media televisi sangatlah cepat ditangkap oleh pemirsanya, karena televisi saat ini sudah menjadi kebutuhan utama dimasyarakat.

1.5.2 Televisi Sebagai Industri

Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Televisi mulai diperkenalkan pada masyarakat umum sejak 1930-an di Amerika Serikat, Inggris, dan Rusia. Pecahnya Perang Dunia II menyebabkan kegiatan


(34)

13

penyempurnaan televisi siaran terhambat. Kegiatan ini baru dilanjutkan kembali dan televisi siaran kembali dimunculkan kepada umum setelah perang berakhir.Komunikasi melalui televisi berkembang ke seluruh dunia. Negara-negara yang baru merdeka pada waktu itu pun mengoperasikan televisi siaran sebagai teknologi mutakhir. Untuk kawasan ASEAN sendiri, Negara yang paling awal menyelenggarakan televisi siaran adalah Philipina. Penyelenggaraan televisi siaran ini kemudian diikuti oleh Negara-negara ASEAN lainnya, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura.

Pada tahun 1952, muncul gagasan dari menteri penerangan saat itu, Maladi, untuk mendirikan stasiun televisi di Indonesia. Hal itu sejalan dengan cita-cita presiden Soekarno yang ingin menjadikan bangsa Indonesia sebagai mercusuar melalui penciptaan hal-hal besar. Ada yang menarik ketika saat TVRI mencurahkan perhatiannya kedalam negeri, yaitu tentang bayangan sosok masyrakat Indonesia (Panjaitan, 2006: 2).

Kejenuhan masyarakat karena rendahnya mutu TVRI kemudian dibaca oleh sejumlah pengusaha. Menjelang akhir 1980an, beberapa orang yang dekat dengan lingkar kekuasaan tertinggi, namun bukan pemerintah, mendirikan stasiun televisi swasta ang bernama Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Televisi yang semula berlaku hanya sebagai institusi sosial, dan karenanya hanya berkutat pada pemahaman bagaimana mempengaruhi masyarakat secara politis. Kini dihadapkan sebagai institusi bisnis yang harus berfikir bagaimana mendapatkan keuntungan (Panjaitan, 2006: 9).


(35)

14

Sebagai sebuah industri televisi sangat bergantung pada keberadaan khalayak. Sebab ketika seluruh pendapatan televisi ditopang sepenuhnya oleh iklan, maka klaim tertentu berdasarkan khalayak menjadi sangat signifikan. Perusahaan pengiklan, konon akan cenderung beriklan pada stasiun atau program acara yang diketahui jumlah penontonnya banyak. Tanpa penonton yang banyak, stasiun televisi terancam bangkrut. Kenyataan seperti ini harus pula mampu dipahami oleh pihak televisi. Secara ideal televisi mendudukkan dirinya sebagai media informasi, pendidikan dan hiburan. Namun kenyataannya untuk meramu ketiganya sangatlah sulit (Nurudin, 1997: 88).

Perspektif rating menjadi sebuah pola pikir utama yang seaakan memaksa semua orang untuk menggunakannya. Akibat bertumpu pada rating sebagai alat control dan standarisasi utama, industri televisi terjebak pada pola piker “yang penting sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya”. Menurut Viktor Menayang, “ rating telah membuat industri televisi Indonesia masuk ke dalam alur spiral yang makin lama makin menukuk kebawah. Logikanya, apabila saya tidak ikut adu goyang dangdut secara vulgar dan merangsang, program saya pasti akan terkubur oleh acara dangdut ditelevisi sebelah” (Panjaitan, 2006: 26). Rating oleh stasiun televisi, masih dipandang sebagai ukuran keberhasilan atau gengsi, tapi juga penentu kelanjutan hidup.

Bisnis media seharusnya dijalankan berdasarkan ideologi itu. Dalam praktiknya, ada yang mengutamakan hiburan dibandingkan dengan news (berita) karena dianggap lebih menguntungkan secara komersial. Tidak ada salahnya sepanjang isinya tidak melanggar pedoman perilaku penyiaran dan kode etik


(36)

15

jurnalistik. Selanjutnya ada media yang mengutamakan berita, menjalankan pekerjaan jurnalistik, dan menganut prinsip-prinsip dasar jurnalisme sebagai ideologi.

Televisi sebagai Industri Media, televisi mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan media lainnya, yaitu komunikasi berlangsung satu arah komunikatornya melembaga, pesan bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya. Televisi di sini tidak sekedar dijadikan agen industri barang dan jasa namun telah berubah menjadi industri budaya di mana melalui iklan-iklan yang ditampilkan oleh televisi telah membawa sebuah bentuk gaya hidup bagi masyarakat yang menontonnya. Konsumtivisme menjadi efek terburuk dari tercekokinya pemirsa oleh mitos-mitos yang ditayangkan oleh iklan di televisi. Dari ide bahwa “kulit putih itu cantik” telah berimbas pada perkembangan sebuah ideologi pasar yaitu kapitalisme. Dengan meluasnya kapitalisme ini dan termediakan oleh televisi melalui iklan maka dengan menyesuaikan masyarakat pun mengikut pada sistem ini karena dalam otak mereka apa-apa yang disampaikan oleh iklan telah menjadi pemahaman dan keyakinan bagi mereka bahwa itu benar.


(37)

16

1.5.3 Televisi Sebagai Industri Hiburan

Industri hiburan atau yang biasa disebut show biz terdiri dari sejumlah besar sub-industri yang ditujukan khusus pada hiburan. Tetapi, sebutan ini sering digunakan di media massa untuk menjelaskan perusahaan media massa yang mengontrol distribusi dan pembuatan hiburan media massa. Televisi yang masuk dalam bagian media komunikasi massa, ikut menjadi bagian dari industri hiburan.

Industri hiburan televisi berkembang dengan sangat pesat, dapat dilihat dari banyaknya program-program hiburan di televisi, serta persaingannya yang semakin ketat. Baik persaingan antar program hiburan, antar stasiun televisi, sampai persaingan antara penanam modal televisi. Di Indonesia karakter televisi sebagai entitas bisnis sangat mewarnai tampilan, khususnya pada televisi swasta. Dalam operasionalnya televisi swasta mencerminkan banyak prinsip-prinsip ekonomi kapitalisme untuk mendorong perputaran roda ekonomi (Baksin, 2009: 40).

Dalam praktiknya, ada yang mengutamakan hiburan dibandingkan dengan news (berita) karena dianggap lebih menguntungkan secara komersial. Ideologi ini yang membantu berkembangnya televisi sebagai industri hiburan. Industri hiburan televisi menjadi sangat bergantung pada iklan untuk kelangsungan hidup stasiun televisi. Sebelas stasiun televisi di Indonesia kini menabuh gendering perang. Sebuah perang untuk memperebutkan iklan dengan menampilkan acara yang paling top (Baksin, 2009: 40).

Program hiburan adalah segala bentuk siaran televisi yang bertujuan untuk menghibur audiens atau penonton televisi dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan


(38)

17

permainan. Program yang termasuk kategori hiburan adalah drama, permainan (game), musik, dan pertunjukan (Morrisan 2008 : 213). Yang saat ini sedang banyak diminati masyarakat adalah hiburan infotainment, infotainment mempunyai kemampuan untuk melebih-lebihkan kehidupan selebritis melebihi realitas sesungguhnya. Televisi sebagai ruang publik, tidak semestinya menampilkan kegiatan yang sifatnya privat, seperti pernikahan dua orang selebritas, yang tidak memiliki kaitan atau pun manfaat bagi kepentingan publik. Frekuensi yang dipinjamkan publik kepada stasiun televisi, hendaknya digunakan untuk menyiarkan muatan yang berguna bagi publik. Ketimbang menyiarkan jalannya pernikahan selebritas, televisi lebih baik menyiarkan banyak hal yang lebih berguna dan dibutuhkan publik seperti peliputan mendalam atas kasus korupsi, gizi buruk, krisis mutu pendidikan, informasi kesehatan, kasus Lapindo, hingga tayangan-tayangan edukatif dan inspirasional yang bisa mendorong masyarakat menjadi lebih baik.

Menurut Hedi Pudjo Santosa, Sebagai anak dari mode informasi kapitalistik infotainmen tidak bisa mengelak dari tuntutan pasar. Kompetisi acara yang sangat ketat, politik rating, model kepemilikan yang menumpuk pada kelompok tertentu memicu pengelola media untuk membuat infotainmen menjadi acara yang hanya mengejar keuntungan semata. Sementara itu disisi lain industri hiburan televisi, juga terjadi peningkatan karena tujuannya juga untuk mengejar profit yang dibawa oleh pengiklan. Hal ini membawa banyak perkembangan, contohnya dahulu acara komedi wayang orang ditelevisi hanya identik dengan tema atau cerita-cerita legenda jaman dahulu. Akan tetapi dengan tuntutan industri


(39)

18

hiburan televisi yang semakin ketat, sekarang menjadi berkembang ke tema-tema kehidupan masa kini. Baik gaya hidup, fashion, trend semuanya bisa dijadikan modal acara hiburan.

Selain itu dulunya acara talkshow yang hanya mengutamakan perbincangan yang kritis, saat ini banyak acara talkshow yang di modifikasi sedemikian rupa, baik dicampur komedi ataupun musik. Sehingga dari kemasanpun juga sudah berbeda, hal ini ditujukan untuk menarik penonton yang nantinya juga menarik pengiklan. Berkembang pesatnya industri hiburan televisi jangan sampai menimbulkan keseregaman program acara, sehingga bisa menjadikan penonton jenuh. Melainkan dengan perkembangan kearah persaingan yang lebih kreatif dan bersaing secara sehat.

1.5.4 Format Acara Televisi

Format tayangan televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreatifitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai criteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut (Naratama 2004: 63).

Drama (fiksi) adalah sebuah format tayangan televisi yang diproduksi dan diciptakan melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan. Adegan-adegan tersebut akan menggabungkan anatar realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi khayalan para kreatornya. Contoh: drama


(40)

19

percintaan, tragedy, horor, komedi, legenda, aksi dan sebagainya (Naratama 2004: 65).

Non Drama (non fiksi) adalah sebuah format tayangan televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus mengintrepetasi ulang dan tanpa harus menjadi dunia khayalan. Non drama bukanlah sebuah runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Untuk itu format program tayangan non drama merupakan sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya, dan music. Contoh : talkshow, konser music, dan variety show (Naratama 2004: 65).

Berita (news) adalah format tayangan televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian atau peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari. format ini memerlukan nilai-nilai factual dan actual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independen. Contoh : berita ekonomi, liputan siang dan laporan olahraga (Naratama, 2004: 66).

1.5.5 Program Acara Televisi

Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program acara banyak dan jenisnya beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayang ditelevisi, selama program itu menarik dan disukai audiens. Selain itu selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hokum dan peraturan yang berlaku. Menurut Vane-Gross (1994) dalam Morrisan (2008: 208) menjelaskan:


(41)

20

the programmers must select through which the audience will be reached”

(programmer harus memilih daya tarik yang merupakan cara untuk meraih audiens). Dan dijelaskan untuk menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya tarik dari suatu program, adalah bagaimana sebuah program mampu untuk menarik audiensnya.

Kata “program” itu sendiri berasal dar bahasa inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Undang-undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Program acara televisi adalah mata acara yang disiarkan oleh stasiun televisi, baik harian, mingguan, tengah bulan, bulanan, triwulan, tengah tahun, dan tahunan (Wahyudi, 1993: 22).

Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu: 1) program informasi (berita) dan; 2) program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan (game show) dan pertunjukan. Selain pembagian jenis program berdasarkan skema di atas, terdapat pula pembagian program berdasarkan apakah suatu program itu bersifat faktual atau fiktif (fictional). Program faktual antara lain meliputi: program berita, dokumenter atau


(42)

21

Informasi

Hard News

(straight news, features, infotaiment) Soft News (current affair, magazines, talkshow, documentary) Quiz Ketangkasan Reality Show Hidden Camera Competititon Show Realitionship Show

Fly on the wall

Musik Program TV

reality show. Sementara program yang bersifat fiktif antara lain program drama atau komedi. (Morrisan, 2008: 208).

Jenis Program televisi (Morrisan, 2008: 215) Gambar 1.1 Hiburan Musik Drama (Sinetron, film cartoon) Permainan Pertunjukan (sulap, lawak, tarian, dll)


(43)

22

1. Program Informasi

Manusia pada dasarnya mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar, mereka ingin tahu apa yang sedang terjadi ditengah masyarakat. Program informasi merupakan segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan informasi tambahan pengetahuan atau informasi kepada audiens. Daya tarik program ini adalah informasi, dan informasi itulah yang dijual kepada audiens. Dengan demikian, program informasi tidak hanya melalui program berita dimana presenter atau penyiar membacakan berita akan tetapi segala bentuk penyajian informasi termasuk juga talkshow (perbincangan), misalnya wawancara dengan artis, orang terkenal, atau dengan siapa saja. (Morrisan, 2008: 209)

2. Program Hiburan

Program hiburan adalah segala bentuk siaran televisi yang bertujuan untuk menghibur audiens atau penonton televisi dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang termasuk kategori hiburan adalah drama, permainan (game), musik, dan pertunjukan (Morrisan 2008 : 213).

1.5.6 Program Talkshow di Televisi

Talkshow merupakan salah satu dari banyaknya jenis program acara televisi, talkshow masuk pada jenis program informasi karena memang inti dari acara talkshow adalah perbincangan antara satu orang atau lebih, untuk memberikan informasi kepada masyarakat atau penonton melalui media televisi. Judulnya saja sudah talkshow attau acara dialog. Isinya dialog atau debat atau adu


(44)

23

argumentasi. Sang pembicara bebas membantah, sang moderator boleh mengkritik, sang bintang tamu boleh menangis, memang bila perlu (Naratama 2004: 147). Sebagai produk media, talkshow dapat menjadi ‘teks’ budaya yang berinteraksi dengan pemirsanya dalam produksi dan pertukaran makna.

Di dalam situs internet wikipedia memuat “Talkshows have been broadcast on television since the earliest days of the medium. Joe Franklin, an American radio and television personality, hosted the first television talkshow. The show began in 1951 on WJZ-TV (later WABC-TV) and moved to WOR-TV (later WWOR-TV) from 1962 to 1993”. ( Talkshow disiarkan pertama kali ditelevisi sejak awal media ini ditemukan. Joe Franklin penyiar radio dan televisi di Amerika, menjadi pembawa acara pertama dalam acara Talkshow. Tayangannya dimulai pada tahun 1951 di saluran WJZ-TV sekarang WABC-TV dan pindah kesaluran WOR-TV sekarang WWOR-TV dari tahun 1962 sampai 1993).

Oprah Winfrey Show, sebuah talkshow modern yang ditayangkan diberbagai saluran televisi di negeri Paman Sam mulai tahun 1986 hingga tahun 2000an, adalah contoh terbaik keberhasilan gelar adu debat yang paling diminati dengan penonton ratusan juta orang.Yang menarik semua narasumber yang menjadi pembicaara adalah korban (Naratama 2004: 147).

Di Indonesia keberhasilan talkshow TV ditandai munculnya acara “Perspektif” yang digawangi Wimar Witoelar pada awal tahun 90-an di SCTV. Acara ini menandai sejarah televisi Indonesia karena keberanian Bung Wimar yang mengusung kebebasan berbicara didepan publik, padahal pada masa itu


(45)

24

dikenal sebagai masa orde baru dimana campur tangan pemerintah akan memasung siapa pun yangh berani berbicara terbuka tentang kebobrokan pemerintahan Soeharto. Tetapi, justru disinilah kelebihan “perspektif”. Bung Wimar ternyata mampu melenggang sendiri mengupas berbagai topik dari bermacam-macam narasumber, walau setahun kemudian acara ini dibredel pemerintah dan Bung Wimar sempat dipersulit untuk tampil dilayar kaca (Naratama 2004: 150)

Didalam sebuah situs internet perpuskita.com menyatakan, Definisi

talkshow menurut Farlex (2005) dalam The Free Dictionary : “A television or radio show in which noted people, such us authorities in a particular field, participate in discussion or are interviewed and often answer question from viewers or listeners”. (Sebuah acara televisi atau radio, yang mana orang terkemuka, seperti seorang ahli dalam bidang tertentu, berpartisipasi dalam diskusi atau diwawancarai dan kadangkala menjawab pertanyaan dari pemirsa atau pendengar). Talkshow mempunyai ciri tipikal: menggunakan percakapan sederhana (casual conversation) dengan bahasa yang universal (untuk menghadapi heterogenitas khalayak). Tema yang diangkat mestilah benar-benar penting (atau dianggap penting) untuk diketahui khalayak atau setidaknya menarik bagi pemirsanya. Wacana yang diketengahkan merupakan isu (atau trend) yang sedang berkembang dan hangat di masyarakat.

Di dalam buku Manajemen Media Penyiaran, Morrisan (2008: 212) menyatakan bahwa talkshow atau perbincangan adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang


(46)

25

dipandu oleh seorang pembawa acara atau host. Mereka yang diundang adalah orang-orang yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau topik yang diperbincangkan atau mereka yang ahli dalam masalah yang tengah dibahjas. Sebenarnya talkshow dikategorikan menjadi dua, yaitu:

1. Talkshow yang sifatnya ringan dan menghibur

Talkshow biasanya disampaikan dalam suasana yang santai dan penuh keakraban dengan mengundang satu atau lebih narasumber untuk membahas topik yang sedang hangat. Topik-topik yang sifatnya ringan dan mudah dicerna oleh pemirsa. Suasana santai dan ringan itu juga tercermin dari kepiawaian sang tuan rumah acara (host) alias moderator yang menghidupkan suasana dengan komentar-komentar atau ulah jahil yang memancing tawa.

2. Talkshow yang sifatnya formal dan serius

Talkshow yang sifatnya formal dan serius umumnya termasuk dalam kategori berita.

Tayangan program acara talkshow saat ini sangat banyak dan beragam disetiap stasiun televisi, misalnya Bukan 4 mata, dan PAS Mantab di Trans 7, Kick Andi dan Just Alvin di Metro Tv, Dorce Show, Online, Ceriwis dan Show Imah di Trans Tv, Jakarta Lawyers Club dan Radio Show di Tv One, Selamat Pagi di RCTI dan masih banyak lagi program acara talkshow yang lainnya. Satu hal yang perlu dipahami, belakangan ini sering kali stasiun televisi mengandalkan para pakar untuk menjadi pembawa acara. Sebagian besar tidak dapat menguasai pembicaraan, bahkan membuat talkshow menjadi hambar, tidak bergairah, dan


(47)

26

sering kali mereka justru memasukkan opini pribadi kedalam perbincangan. Selain itu, selingan-selingan pertanyaan ataupun opini yang segar dan menggembirakan penonton harus muncul untuk memecah kebekuan suasana perdebatan yang monoton.

Dengan semakin berkembangnya industri pertelevisisan di Indonesia. Hal ini menjadikan persaingan antar stasiun televisi untuk menyajikan acara-acara yang menarik. Diantaranya adalah acara talkshow, stasiun televisi belrlomba untuk membuat sebuah tayangan talkshow yang mampumenarik hati audiens. Semakin berkembangnya acara talkshow menjadikan masyarakat sebagai audiens akan mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan yang di muat dalam sebuah tayangan talkshow.

1.5.7 Pornografi Dalam Televisi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1094) : Pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan, gambar atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi. Di Indonesia, pornografi bertentangan dengan norma-norma dan kebudayaan yang berlaku di masyarakat Indonesia. Mengacu kepada UU No 44 tahun 2008 tentang Pornografi disebutkan bahwa pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.


(48)

27

Televisi merupakan sebuah media komunikasi massa, saat ini televisi sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat Indonesia. Berkembangnya televisi menjadi kebutuhan primer di masyarakat, menjadikan televisi tak luput dari terjangan masalah pornografi dalam sebuah media. Beberapa tahun yang lalu ada konflik masalah pornografi antara Inul daratista dengan Rhoma Irama. Rhoma Irama menganggap bahwa goyangan erotis Inul dalam acara televisi merupakan tindakan pornografi. Terlepas dari masalh ini, pornografi dalam media televisi semakin banyak bermunculan. Dalam buku Media Effects and Society menyebutkan “on television, sex is often topic of conversation or implied in visual euphemisms. sexual content is pornography, or material produced for men that demeans and devalues women”. (Di televisi, seks seringkali topik pembicaraan atau tersirat dalam eufemisme visual. konten seksual adalah pornografi, atau materi yang diproduksi untuk pria yang merendahkan dan meremehkan perempuan (Perse, 2001: 224)).

Pornografi dalam televisi selalu tertuju pada tindakan yang mengarah ke adegan sensual. Adegan sensual ini selalu identik dengan eksploitasi bagian tubuh perempuan, baik dari segi cara berpakaian maupun gerakan-gerakan yang sifatnya erotis. Sebagai tindakan pencegahan dari pornografi dalam televisi atau pembatasan adegan-adegan sensual dalam televisi. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai lembaga yang berwenang untuk mengawasi pertelevisian di Indonesia, telah membuat aturan dan juga batasan-batasan untuk program acara televisi yang disusun dalam Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) san Standard Program Siaran (SPS).


(49)

28

Acara yang cenderung mengarah ke pornografi adalah acara-acara yang bersegmentasikan untuk penonton dewasa. Dalam hal ini yang menjadi bahan sensual ditelevisi adalah perempuan, karena program acara dewasa cenderung untuk menarik minat para laki-laki dewasa. Mulai dari seksinya pakaian, bentuk tubuh sepertinya banyak menghiasi acara-acara dewasa setiap stasiun televisi. Perse mengungkapakan bahwa “Pornography contributes to the sexualization of women, discrimination against women, and societal climate that is more accepting of violence against women”. (Pornografi memberikan kontribusi terhadap seksualisasi perempuan, diskriminasi terhadap perempuan, dan keadaan sosial yang lebih terhadap kekerasan perempuan (Perse, 2001: 228)).

Dalam televisi perempuan seakan-akan sudah menjadi objek eksploitasi yang menjanjikan untuk sebuah acara khusus dewasa. Acara dewasa bukan berarti bebas dalam melakukan siaran akan tetapi juga ada batasan-batasan sejauh mana konten dewasa yang akan ditampilkan. Baik dari tema, pengisi acara dan lain-lainnya.

1.5.8 Audiens/Penonton

Pada awalnya, sebelum media massa ada, audiens adalah sekumpulan penonton drama, permainan dan tontonan. Setelah ada kegiatan komunikasi massa, audiens sering diartikan sebagai penerima pesan-pesan media massa.

McQuail (1987) menyebutkan beberapa konsep alternatif tentang audiens sebagai berikut:


(50)

29

a. Audiens sebagai kumpulan penonton, pembaca, pendengar, pemirsa. Konsep audiens diartikan sebagai penerima pesan-pesan dalam komunikasi massa, yang keberadaannya tersebar, heterogen, dan berjumlah banyak. Pendekatan sosial budaya sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini.

b. Audiens sebagai massa. Konsep audiens diartikan sebagai suatu kumpulan orang yang berukuran besar, heterogen, penyebaran, dan anomitasnya serta lemahnya organisasi sosial dan komposisinya yang berubah dengan cepat dan tidak konsisten. Massa tidak emiliki keberadaan(eksistensi) yang berlanjut kecuali dalam pikiran mereka yang ingin memperoleh perhatian dari dan memanipulasi orang-orang sebanyak mungkin. McQuail menyatakan bahwa konsep ini sudah tidak layak lagi dipakai.

c. Audiens sebagai kelompok sosial atau publik. Konsep audiens diartikan sebagai suatu kumpulan orang yang terbentuk atas dasar suatu isyu, minat, atau bidang keahlian. Audiens ini aktif untuk memperoleh informasi dan mendiskusikannya dengan sesama anggota audiens. Pendekatan sosial politik sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini.

d. Audiens sebagai pasar. Konsep audiens diartikan sebagai konsumen media dan sebagai audiens (penonton, pembaca, pendengar, atau pemirsa) iklan tertentu. Pendekatan sosial ekonomi sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini.


(51)

30

Menurut Morrisan (2008: 196) mengutip pernyataan Head dan Sterling menyatakan bahwa sikap audiens terhadap pola menonton televisi sangat dipengaruhi oleh karakteristik demografis mereka. Diantaranya adalah:

a. Usia: diantara kelompok penonton dewasa, maka waktu menonton akan semakin panjang seiring dengan bertambahnya umur.

b. Pendidikan: waktu menonton akan semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia.

c. Keluarga: keluarga besar menonton lebih sedikit dibandingkan keluarga kecil.

d. Pekerjaan: pekerja rendahan menonton lebih banyak daripada kaum professional.

e. Tempat tinggal: penduduk kota lebih banyak menonton dibandingkan penduduk desa.

f. Jenis kelamin: perempuan lebih banyak menonton daripada pria.

Dari penjelasan karakteristik demografis audiens, tempat tinggal juga memiliki pengaruh terhadap karakteristik audiens. Antara audiens yang tinggal di kota dengan audiens yang tinggal didesa juga tentu berbeda. Penonton memang dalam menikmati acara televisi telah didukung seperangkat pengetahuan dan pemahaman terhadap suatu acara (Nurudin,1997: 24). Stasiun-stasiun televisi saat ini seakan menjadikan Jakarta menjadi tolak ukur untuk program acara televisi mereka. Yang menyebabkan isi siaran yang bersifat “Jakartasentrisme”, yaitu situasi yang membuat Indonesia seakan hendak dikerdilkan, hanya menjadi Jakarta (Effendy, 2008: 14). Audiens yang tinggal di kota sudah sangat terbiasa


(52)

31

dengan perempuan-perempuan yang berpakaian seksi dan vulgar, akan tetapi bagaimana dengan audiens yang tinggal di desa atau yang berada dipinggiran perkotaan. Siaran televisi bukan hanya untuk audiens kota saja, akan tetapi juga untuk seluruh wilayah Indonesia.

1.6 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini secara umum yaitu pemaknaan atau hasil interpretasi dari subjek, audiens yang bertempat tinggal di simpang batu permata Tlogomas Malang mengenai pemaknaan tayangan Kakek narsis Trans Tv. Kakek-Kakek Narsis Trans Tv adalah talkshow komedi yang bersegmentasikan untuk audiens dewasa, yang tayang setiap hari senin sampai jumat pukul 23.30 WIB di Trans Tv. Acara ini di pandu oleh 3 orang yang berperan sebagai kakek narsis yaitu Ronal, Omes, dan Denny Chandra, didampingi seorang pengasuh kakek bernama Nanny yang diperankan oleh Kartika Putri, yang menghadirkan bintang tamu untuk diwawancara.

1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif interpretatif. Artinya data yang digunakan merupakan data kualitatif (data yang tidak terdiri dari angka-angka) melainkan berupa kata-kata dari subjek penelitian. Dan semua data yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti, dimana penelitian ini akan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan (wawancara)


(53)

32

kepada subjek penelitian melalui in-depth interview hingga peneliti mendapatkan hasil yang diharapkan. Sementara itu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kritis melalui metode studi resepsi (reception analysis).

1.7.2 Studi Resepsi

Studi resepsi sebenarnya terfokus pada oposisi dan negosiasi audiens terhadap media. Studi ini tentunya untuk mengetahui sejauh mana penafsiran dan pemaknaan audiens terhadap teks media.

Dalam bukunya, McQuail (2005:72) menjelaskan bahwa :

“The essence of the ‘reception approach’ is to locate the attribution and construction of meaning (derived from media) with the receiver. Media messages are always open and ‘polysemic’ having multiple meanings and are interpreted according to the context and the culture of receivers.”( Esensi dari 'pendekatan resepsi' adalah untuk menemukan atribusi dan konstruksi makna (berasal dari media) dengan penerima. pesan media selalu terbuka dan 'polysemic' memiliki beberapa arti dan ditafsirkan sesuai dengan konteks dan budaya penerima).

Berkaitan dengan penerimaan atau pemaknaan pesan media oleh audiens, menurut Stuart Hall dalam Eriyanto (2000: 9) ada tiga bentuk pembacaan / hubungan antara penulis dan pembaca dan bagaimana pesan itu dibaca oleh keduanya, antara lain:


(54)

33

1. Posisi pembaca dominan (dominant hegemonic position)

Penulis menggunakan kode-kode umum sehingga dapat ditafsirkan dengan baik oleh pembaca. Artinya, tidak ada perbedaan penafsiran antara penulis dan pembaca.

2. Pembacaan yang dinegoisasi (negotiated code/position)

Kode yang ditransformasikan kemuadian ditafsirkan secara terus menerus oleh kedua belah pihak. Namun, pembaca akan menerima kode tersebut secara umum dengan menggunakan kepercayaan dan keyakinannya dan dibandingkan dengan kode penulis.

3. Pembacaan oposisi (oppositional code/position)

Pembaca akan berseberangan penafsiran dengan penulis. Pembacaan oposisi ini muncul kalau penulis tidak menggunakan acuan budaya atau kepercayaan politik khalayak pembacanya, sehingga akan menggunakan acuan budaya dan kepercayaan politiknya sendiri.

Dalam konteks penelitian ini, khalayak yang masuk dalam kategori Posisi pembaca dominan (dominant hegemonic position). ketika khalayak setuju dengan memaknai Kakek-Kakek Narsis Trans TV tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan oleh media. Secara hipotesis dapat dikatakan tidak terjadi perbedaan penafsiran antara pembuat dengan khalayak.

Untuk kategori Pembacaan yang dinegoisasi (negotiated code/position), khalayak tidak serta merta menyetujui pesan yang ada dalam materi Kakek-Kakek Narsis Trans TV. Khalayak mengkompromikan kode yang disediakan oleh tim


(55)

34

produksi acara Kakek-Kakek Narsis Trans TV dengan menggunakan kepercayaan dan keyakinannya terlebih dahulu dalam memaknai pesan materi acara tersebut.

Terakhir, jika khalayak termasuk ke dalam kategori Pembacaan oposisi (oppositional code/position) maka khalayak tidak setuju dengan materi yang dimaksudkan oleh tim Kakek-Kakek Narsis Trans TV. Makna yang dihasilkan oleh khalayak berbeda dengan apa yang diinginkan oleh pembuat acara tersebut karena mereka mempunyai kerangka kode sendiri mengenai makna acara Kakek-Kakek Narsis. Penjelasan ini merupakan kebalikan dari posisi yang pertama. Beragam makna yang dihasilkan oleh khalayak tersebut juga terkait dengan konsep khalayak aktif dimana khalayak dilihat sebagai pihak yang lebih aktif dalam membuat keputusan mengenai bagaimana menggunakan media.

Studi resepsi biasanya dipakai sebagai salah satu alternativ dalam riset audiens. Sebagai salah satu alternativ dalam riset audiens, kemunculan studi resepsi bukan sebagai reaksi terhadap metode survey dalam riset audiens (metode yang paling banyak dipakai), melainkan lebih sebagai alternative dari metode analisis teks dalam studi media. Dalam studi resepsi, makna yang ditemukan merupakan hasil pemaknaan teks media oleh audiens yang distudi, berbeda dengan analisi teks media yang makna penelitiannya diperoleh atas peneliti itu sendiri. Dalam reception studies, khalayak diandaikan sebagai individu-individu yang berada didalam dan menjadi bagian dari budaya massa (mass culture). (Muslimin, 2011:87)

Studi resepsi berupaya menganalisis dengan mengungkapkan apa-apa yang ada atau tersembunyi dibalik penuturan audiens yang distudi. Peneliti


(56)

35

berupaya mengungkap makna-makna tedalam dari fenomena tersebut. Karena studi resepsi termasuk studi berparadigma kritis pertanyaan yang perlu dijawab juga dalam analisis adalah pertanyaan “mengapa”; audiens memperlakukan teks media begitu rupa.

1.7.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian dari penelitian ini adalah warga yang bertempat tinggal di perumahan simpang batu permata Tlogomas Malang.Peneliti akan menentukan subjek penelitian dengan cara purposive sampling, yakni teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:218). Teknik ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi dari sumber yang telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Sebelumnya, peneliti melakukan pra-survey atau pra observasi untuk mengetahui beberapa kriteria atau syarat-syarat dari subjek penelitian. Adapun syarat-syarat sebagai subjek penelitian antara lain:

1. Subjek merupakan anggota masyarakat perumahan Simpang Batu Permata Tlogomas Malang


(57)

36

Telah diperoleh enam subjek penelitian yang telah memenuhi kriteria. Berikut ini adalah daftar nama manasumber yang akan berpartisipasi dalam proses penelitian ini, antara lain:

1. Joni Dwi Wahyu Widianto 2. Prawoto

3. Arie Jefri Kaarayeno 4. Yuyus Krisdiawan 5. ANP

6. Erna Roshiana Maya Sinta

Berikut latar belakang dari kelima informan di atas a. Subjek Penelitian 1

Joni Dwi Wahyu Widianto adalah subjek pertama dalam penelitian ini. Orang yang biasa dipanggil Joni ini lahir pada 02 Juni 1987. Joni mempunyai latar belakang pendidikan terakhir Sarjana Strata 1 Jurusan Ilmu Keperawatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Sehari-hari Joni bekerja sebagai seorang perawat di salah satu rumah sakit didaerah Jetis.

b. Subjek Penelitian 2

Prawoto adalah subjek kedua dalam penelitian ini. Sehari-hari dipanggil Woto ini lahir pada tanggal 17 Desember 1987. Woto terakhir menempuh pendidikan pada tahun 2007 di SMK PGRI 3 Tlogomas Malang jurusan Mekanik Otomotif. Saat ini Woto bekerja di sebuah pabrik rokok bentoel sebagai tenaga kerja kontrak di bidang pengpakan barang.


(58)

37

c. Subjek Penelitian 3

Arie Jefri Kaarayeno adalah subjek ketiga dalam penelitian ini. Jepri yang sehari-hari bekerja sebagai seorang dosen di Universitas Tribhuwana Tunggadewi ini lahir pada 20 September 1985, adalah orang yang tegas tapu juga suka bercanda.

d. Subjek Penelitian 4

Yuyus Krisdiawan sebagai seorang subjek keempat dalam penelitian ini sehari-hari sibuk berwira swasta sebagai supplier alat-alat kantor dan alat tulis ini menempuh pendidikan terakhir sebagai Sarjana Strata 1 Univesitas Muhammadiyah Malang jurusan teknik mesin. Lahir pada tanggal 14 september 1981, akrab dipanggil dengan nama Yuyus.

e. Subjek Penelitian 5

ANP adalah subjek kelima dalam penelitiaan ini. ANP melarang untuk menyebutkan nama aslinya sehingga disamarkan saja karena alasan tertentu. ANP saat ini masih berstatus sebagai mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Malang yang juga enggan menyebutkan dari jurusan apa.

f. Subjek Penelitian 6

Erna Rosiana Maya Sinta adalah subjek keenam sekaligus subjek terakhir dalam penelitian ini. Erna yang merupakan lulusan Sarjana Strata 1 jurusan pendidikan bahasa inggris Universitas Kanjuruhan Malang ini, saat ini sibuk bekerja sebagai frontliner pada Bank Rakyat Indonesia. Orang yang murah supel dan murah senyum ini orang juga sangat pemalu.


(59)

38

1.7.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan Juni 2012 di Perumahan Simpang Batu Permata yang beralamatkan di Jalan Simpang batu Permata Tlogomas Malang. Simpang Batu Permata masuk dalam wilayah Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Meskipun masuk dalam wilayah kota Malang, karakteristik warga sebagai penonton atau audiens televisi jelas berbeda dengan penonton atau audiens yang berada di kota metropolitan seperti Jakarta. Maka dari itu menarik untuk meneliti makna acara televisi melalui audiens yang tinggal di Simpang Batu Permata Tlogomas, khususnya acara Kakek-Kakek Narsis Trans Tv.

1.7.5 Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland dalam Moleong menyatakan, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah tindakan dan kata-kata, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain. (Moleong, 2007:157) Maka dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari :

1. Data primer

Data primer yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara (in depth interview) langsung dengan Subjek penelitian ini. Data tersebut berupa pemaknaan Kakek-Kakek Narsis di Trans TV berdasarkan latar belakang dan pengalaman dari subjek penelitian.


(60)

39

2. Data sekunder

Data sekunder didapatkan dari sumber tidak langsung, yaitu melalui literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini seperti buku, jurnal, skripsi dan artikel dari internet mengenai acara talkshow dalam televisi dan pornografi didalam acara televisi. Bertujuan untuk menambah dan menguatkan data primer.

1.7.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara mendalam (in-depth interview) dengan khalayak yang akan dijadikan sebagai subjek penelitiaan. Wawancara mendalam adalah wawancara yang bebas diman peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sitematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang akan dinyatakan. Wawancara mendalam digunakan untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam dari informan (Sugiyono, 2004: 74). Dengan demikian, wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang open ended dan mengarah kepada kedalaman informasi, serta dilakukan tidak secara formal terstruktur. Guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar tentang penelitian lebih jauh.

Dalam penelitian ini, wawancara menjadi metode utama dalam penggalian pengetahuan subjek penelitian. Secara teknik, wawancara dilakukan secara face to


(61)

40

face. Pada realisasinya, peneliti hanya akan melakukan wawancara dengan subjek yang telah ditentukan. Dalam artian, tidak ada seorang subjek pun yang bisa diwakilkan. Apabila subjek yang dituju berhalangan untuk diwawancarai, maka subjek dapat diganti dengan orang lain yang sama-sama kompeten dan tidak dapat mengganti statusnya sebagai subjek primer. Hal ini dimaksudkan agar mendapatkan data yang diharapakan oleh peneliti mengenai makna Tayangan Kakek-Kakek Narsis.

Selain melakukan wawancara mendalam untuk data sekunder, peneliti akan melakukan studi literatur yang berkaitan dengan topik penelitian melalui buku, internet, dan juga karya-karya ilmiah serta bentuk publikasi lainnya mengenai pemaknaan teks media.

1.7.7 Analisis Data

Analisis data dapat didefinisikan sebagai proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diporoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2008: 244).

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah menggunakan model Miles and Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas


(62)

41

(Sugiyono, 2008: 246). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 (tiga) tahapan analisis, yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Yaitu merangkum, memilih hal – hal yang pokok, hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya. Peneliti akan mereduksi data yang berarti merangkum data yang diperoleh di lapangan.

2. Penyajian Data

Yaitu menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan atau hubungan antar kategori, dan lain sebagainya.

3. Menarik Kesimpulan

Yaitu kesimpulan didukung oleh bukti-bukti pada saat pengumpulan data. Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti – bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2008: 252).


(63)

42

Gambar 1.2 Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman Sumber: Muslimin, 2011: 26

1.7.8 Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber. Sebagaimana yang dijelaskan Sugiyono (2008: 274), bahwa triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data-data yang sama akan diuraikan dan dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, mana pandangan yang berbeda dan mana yang lebih spesifik.

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data Penarikan/Pengujian Kesimpulan


(1)

37 c. Subjek Penelitian 3

Arie Jefri Kaarayeno adalah subjek ketiga dalam penelitian ini. Jepri yang sehari-hari bekerja sebagai seorang dosen di Universitas Tribhuwana Tunggadewi ini lahir pada 20 September 1985, adalah orang yang tegas tapu juga suka bercanda.

d. Subjek Penelitian 4

Yuyus Krisdiawan sebagai seorang subjek keempat dalam penelitian ini sehari-hari sibuk berwira swasta sebagai supplier alat-alat kantor dan alat tulis ini menempuh pendidikan terakhir sebagai Sarjana Strata 1 Univesitas Muhammadiyah Malang jurusan teknik mesin. Lahir pada tanggal 14 september 1981, akrab dipanggil dengan nama Yuyus.

e. Subjek Penelitian 5

ANP adalah subjek kelima dalam penelitiaan ini. ANP melarang untuk menyebutkan nama aslinya sehingga disamarkan saja karena alasan tertentu. ANP saat ini masih berstatus sebagai mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Malang yang juga enggan menyebutkan dari jurusan apa.

f. Subjek Penelitian 6

Erna Rosiana Maya Sinta adalah subjek keenam sekaligus subjek terakhir dalam penelitian ini. Erna yang merupakan lulusan Sarjana Strata 1 jurusan pendidikan bahasa inggris Universitas Kanjuruhan Malang ini, saat ini sibuk bekerja sebagai frontliner pada Bank Rakyat Indonesia. Orang yang murah supel dan murah senyum ini orang juga sangat pemalu.


(2)

38 1.7.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan Juni 2012 di Perumahan Simpang Batu Permata yang beralamatkan di Jalan Simpang batu Permata Tlogomas Malang. Simpang Batu Permata masuk dalam wilayah Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Meskipun masuk dalam wilayah kota Malang, karakteristik warga sebagai penonton atau audiens televisi jelas berbeda dengan penonton atau audiens yang berada di kota metropolitan seperti Jakarta. Maka dari itu menarik untuk meneliti makna acara televisi melalui audiens yang tinggal di Simpang Batu Permata Tlogomas, khususnya acara Kakek-Kakek Narsis Trans Tv.

1.7.5 Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland dalam Moleong menyatakan, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah tindakan dan kata-kata, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain. (Moleong, 2007:157) Maka dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari :

1. Data primer

Data primer yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara (in depth interview) langsung dengan Subjek penelitian ini. Data tersebut berupa pemaknaan Kakek-Kakek Narsis di Trans TV berdasarkan latar belakang dan pengalaman dari subjek penelitian.


(3)

39 2. Data sekunder

Data sekunder didapatkan dari sumber tidak langsung, yaitu melalui literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini seperti buku, jurnal, skripsi dan artikel dari internet mengenai acara talkshow dalam televisi dan pornografi didalam acara televisi. Bertujuan untuk menambah dan menguatkan data primer.

1.7.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara mendalam (in-depth interview) dengan khalayak yang akan dijadikan sebagai subjek penelitiaan. Wawancara mendalam adalah wawancara yang bebas diman peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sitematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang akan dinyatakan. Wawancara mendalam digunakan untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam dari informan (Sugiyono, 2004: 74). Dengan demikian, wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang open ended dan mengarah kepada kedalaman informasi, serta dilakukan tidak secara formal terstruktur. Guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar tentang penelitian lebih jauh.

Dalam penelitian ini, wawancara menjadi metode utama dalam penggalian pengetahuan subjek penelitian. Secara teknik, wawancara dilakukan secara face to


(4)

40 face. Pada realisasinya, peneliti hanya akan melakukan wawancara dengan subjek yang telah ditentukan. Dalam artian, tidak ada seorang subjek pun yang bisa diwakilkan. Apabila subjek yang dituju berhalangan untuk diwawancarai, maka subjek dapat diganti dengan orang lain yang sama-sama kompeten dan tidak dapat mengganti statusnya sebagai subjek primer. Hal ini dimaksudkan agar mendapatkan data yang diharapakan oleh peneliti mengenai makna Tayangan Kakek-Kakek Narsis.

Selain melakukan wawancara mendalam untuk data sekunder, peneliti akan melakukan studi literatur yang berkaitan dengan topik penelitian melalui buku, internet, dan juga karya-karya ilmiah serta bentuk publikasi lainnya mengenai pemaknaan teks media.

1.7.7 Analisis Data

Analisis data dapat didefinisikan sebagai proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diporoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2008: 244).

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah menggunakan model Miles and Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas


(5)

41 (Sugiyono, 2008: 246). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 (tiga) tahapan analisis, yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Yaitu merangkum, memilih hal – hal yang pokok, hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya. Peneliti akan mereduksi data yang berarti merangkum data yang diperoleh di lapangan.

2. Penyajian Data

Yaitu menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan atau hubungan antar kategori, dan lain sebagainya.

3. Menarik Kesimpulan

Yaitu kesimpulan didukung oleh bukti-bukti pada saat pengumpulan data. Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti – bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2008: 252).


(6)

42

Gambar 1.2 Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman Sumber: Muslimin, 2011: 26

1.7.8 Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber. Sebagaimana yang dijelaskan Sugiyono (2008: 274), bahwa triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data-data yang sama akan diuraikan dan dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, mana pandangan yang berbeda dan mana yang lebih spesifik.

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data Penarikan/Pengujian


Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN PENONTON TENTANG TAYANGAN “TENDANGAN SI MADUN” (Studi Resepsi Ibu Rumah Tangga dan Anak-anak di Perumahan Griya Permata Meri Kota Mojokerto)

0 8 26

PEMAKNAAN PEMIRSA TERHADAP ISI TAYANGAN SARAH SECHAN DI NET TV ( Studi pada Ibu-Ibu di Perumahan Soekarno Hatta Indah Kota Malang)

3 33 20

Kakek Bangau Yang Baik Hati

12 1087 1

PORNOGRAFI DALAM ACARA TELEVISI Pornografi Dalam Acara Televisi (Analisis Isi Unsur-Unsur Seksualitas dalam Tayangan Talk Show KKN “Kakek-Kakek Narsis” Trans TV Episode 115-118),.

0 1 18

PENDAHULUAN Pornografi Dalam Acara Televisi (Analisis Isi Unsur-Unsur Seksualitas dalam Tayangan Talk Show KKN “Kakek-Kakek Narsis” Trans TV Episode 115-118),.

0 1 34

PORNOGRAFI DALAM ACARA TELEVISI Pornografi Dalam Acara Televisi (Analisis Isi Unsur-Unsur Seksualitas dalam Tayangan Talk Show KKN “Kakek-Kakek Narsis” Trans TV Episode 115-118),.

1 2 15

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP “MAKNA RAMADHAN” DALAM TAYANGAN “YUK KITA SAHUR” DI TRANS TV (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap “Makna Ramadhan” Dalam Tayangan “Yuk Kita Sahur” Di Trans TV).

2 17 121

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN “YUK KEEP SMILE” DI TRANS TV(Studi Deskriptif Kuantitatif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan “Yuk Keep Smile” Di Trans TV).

2 3 90

REPRESENTASI SOSOK PEREMPUAN DALAM TAYANGAN KAKEK-KAKEK NARSIS (ANALISIS SEMIOTIKA) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 2

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN “YUK KEEP SMILE” DI TRANS TV(Studi Deskriptif Kuantitatif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan “Yuk Keep Smile” Di Trans TV)

0 0 17