FORGIVENESS PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK HAMIL PRANIKAH

(1)

FORGIVENESS PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK HAMIL PRANIKAH

SKRIPSI

oleh :

Rindra Dwi Pratiwi

07810206

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

FORGIVENESS PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK HAMIL PRANIKAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Rindra Dwi Pratiwi

07810206

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji Pada tanggal 04 November 2011

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si ( )

Anggota Penguji : 1. Yuni Nurhamida, S.Psi. M.Si ( )

2. Dra. Siti Suminarti Fasikhah, M.Si ( )

3. Linda Yani, S.Psi. M.Si ( )

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang


(4)

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi : Forgiveness Pada Orang Tua Yang Memiliki Anak Hamil Pranikah

2. Nama Peneliti : Rindra Dwi Pratiwi

3. Nim : 07810206

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

6. Waktu Penelitian : 27 Juli – 06 Agustus 2011

Malang, 11 Oktober 2011

Pembimbing I Pembimbing II


(5)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rindra Dwi Pratiwi

Nim : 07810206

Fakultas Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Forgiveness Pada Orang Tua Yang Memiliki Anak Hamil Pranikah

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya. 2. Hasil tulisan skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas royalti

non eksklusif, apabila digunakan sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Mengetahui Malang, 11 Oktober 2011

Ketua Program Studi Yang menyatakan


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk, Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Forgiveness Pada Orang Tua Yang Memiliki Anak Hamil Pranikah”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Tentunya skripsi ini masih penuh dengan kekurangan dan keterbatasan wawasan. Namun bagaimanapun penulis tetap membuka diri untuk kritik dan saran sebagai suatu pertanda perasaaan lega dan bangga yang tidak terkira. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Drs. Tulus Winarsunu, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si dan Yuni Nurhamida, S.Psi. M.Si selaku Pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan serta arahan dan masukan yang sangat berguna, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Ari Firmanto, S. Psi selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini dan juga untuk seluruh dosen fakultas psikologi UMM, terima kasih atas ketulusan dalam memberikan samudera ilmu kepada penulis.

4. Orang tua serta anak remaja yang bersedia menjadi subyek penelitian dan mau meluangkan waktunya saat peneliti datang

5. Bapak dan mama yang tidak henti-hentinya mendoakan dan memberi semangat serta dukungan sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Semua keluarga kakak, adik yang juga selalu mendoakan serta memberikan semangat dan dukungan.

7. Azhie yang selalu memberikan dukungannya dan meluangkan waktunya serta semangatnya menemani mencari buku referensi dari malang hingga ke jogja.

8. Teman-teman angkatan 2007 khususnya kelas D yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu dan teman-teman saya yang lainnya, makasih ya atas dukungannya.


(7)

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis dan semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 11 Oktober 2011 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

INTISARI... ii

DAFTAR ISI... ... iii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5.

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Forgiveness 1. Pengertian forgiveness... 6

2. Faktor-faktor Forgiveness... 7

3. Proses forgiveness... .. 9

4. Tingkatan forgiveness... 10

5. Manfaat forgiveness... 11

B. Hamil pranikah 1. Pengertian hamil pranikah... 11

2. Perspektif hamil pranikah... 12

3. Faktor-faktor penyebab hamil pranikah... 14


(9)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian... 18

B. Batasan istilah... ... 18

C. Subyek penelitian... 19

D. Teknik pengumpulan data... ... 19

E. Instrumen penelitian... 20

F. Analisa data... ... 20

G. Keabsahan data... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian... 23

1. Identitas subyek penelitian... 23

2. Deskripsi data hasil penelitian... 23

B. Analisis data... 31

C. Pembahasan... 34

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 38

B. Saran... 38

DAFTAR PUSTAKA... 39


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 :Deskripsiidentitas subyek penelitian... 23 Skema 4.1 : Deskripsi analisis data... 31 Skema 4.2 : Deskripsi analisis data... 33


(11)

DAFTAR PUSTAKA

Brown, W. S., Hight, L. T., Mccullough, E. M., Rachal, C. K., Sandage, J. S., & Worthington, L. E., (1998). Interpersonal forgiving in close relationships: II. Theoretical elaboration and measurement. Journal of personality and social

psychology, no 6: 1586-1603

Dayakisni, T. & Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press

Enright, R., Holter, A., Knutson, C., Knutson, J., Twomey, P., & Madison-Wisconsin of university (2001). Forgiveness education ith children in areas of violence and poverty

Fincham, F., Paleari, G. F., & Regalia, C. (2005). Marital quality, forgiveness, empathy, and rumination: a longitudinal analysis. Journal of social psychology. DOI: 10.1177/0146167204271597

Falanigan, B. (1992). Forgiving the Unforgivable: in exploring forgiveness Forgiveness

Research Looks at its Effect on Others (2008 Januari/Februari).Vol. 4, No.

1.

Gani, A.H. (2011). Forgiveness therapy. Yogyakarta: Kanisius

Hawari, D. (2009). Dampak seks bebas terhadap kesehatan jiwa. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Harris, S. H & Thoresen, E. C. (2006) Lessons from self-efficacy and forgiveness. The

journal of positive psychology, DOI: 10.1080/17439760500380930

Kadir, H.A. (2007). Tangan kuasa dalam kelamin (Cetakan pertama). Yogyakarta: INSISTPress

Lesnapurnawan. (2009). Wanita hamil pranikah. Diakses 23 juni 2011 dari

http://Lesnapurnawan.wordpress.com/2009/08/19/wanita-hamil-pranikah

Moleong, L.J. (2007). Metode penelitian kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Miron, A. (2006). Bicara Soal Cinta, Pacaran, dan Seks kepada Remaja panduan guru

dan orang tua. Minnesota U.S.A: Erlangga.

Philpot, C. (2006). Intergroup apologies and forgiveness.Australian Journal of Psychology. Proposal penelitian makna hidup yang dialami oleh wanita hamil pranikah yang memutuskan

menjadi single mother. Diakses 03 juli 2011 dari

http://ruangpsikologi.wordpress.com/2010/03/19/

Proposal-penelitian-makna-hidup-yang-dialami-oleh-wanita-hamil-pranikah-yang memutuskan-menjadi-single-mother


(12)

Resiliensi dan kehamilan tidak diinginkan. Diakses 23 juni 2011 dari

http://Srihandayaniblog.blogspot.com/2010/10/17/resiliensi-dan-tidak-diinginkan.html

Sarwono, W.S. (2011). Psikologi remaja (Ed. revisi). Jakarta: Rajawali Pers

Snyder, C.R. (2002) Introduction of a New Model of Forgiveness: Measurement & Intervention. University of Kansas. Di download Jumat, 5 Januari 2007, dari http://www.forgiving.org/researchers/research_results.asp

Soekanto, S. (2004). Sosiologi keluarga (Cetakan ketiga). Jakarta: PT Rineka Cipta

Sudirman, R. (1999). Konstruksi seksualitas islam dalam wacana sosial (Cetakan pertama). Yogyakarta: Media Pressindo

Sugiyono (2008). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Cv. Alfabeta

Worthington, E.L. (2003). Forgiving and Reconciling: Bridges to Wholeness and Hope. Illinois: InterVarsity.


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan anak dalam kehidupan manusia ini memang benar-benar memerlukan perhatian sepenuhnya dari pihak keluarganya terutama pihak orang tua. Tidak hanya dari orang tuanya saja, tetapi dari pihak masyarakat pun tidak kurang pentingnya. Disini peranan orang tua sangat besar artinya, sebab orang tua adalah unsur utama dalam melakukan pendidikan putera-puterinya. Orang tua harus membimbing putera-puterinya agar mereka tidak tersesat dalam menempuh hidupnya kelak. Pada saat menjelang tingkat kedewasaan ini, memang benar-benar remaja memerlukan perhatian yang lain dari pada masa yang lalu untuk dapat menerima petunjuk, bimbingan atau nasehat (Miron, 2006).

Meski para remaja selalu mendapatkan bimbingan serta nasehat, namun disisi lain tidak dapat dipungkiri bahwa remaja juga mempunyai banyak peluang untuk melakukan pergaulan bebas. Terutama di kota-kota besar. Media informasi dan teknologi semakin canggih, berbagai macam tayangan film dan berita dengan mudah diakses, sehingga menyebabkan fungsi kontrol diri (self control) lepas kendali sehingga terjadilah seks bebas. (Hawari, 2009).

Dalam kerangka normatif, pada kenyataannya dengan era globalisasi sekarang ini, banyak masyarakat Indonesia terlena dengan kehidupan dan pergaulan bebas. Hal ini dikarenakan dengan munculnya industrialisasi dan pengaruh-pengaruh kehidupan barat yang secara sadar maupun tidak dapat mempengaruhi remaja-remaja maupun anak-anak tersebut baik melalui media maupun alat-alat elektronik. Sehingga sering terjadinya perilaku-perilaku menyimpang dari anak-anak remaja sekarang ini (Soekanto, 2004).

Hasil survey Komisi Nasional Perlindungan Anak sebagaimana dikutip dari koran Rakyat Merdeka (2009, 18 Maret ) dalam Dadang Hawari (2009), terhadap 4.500 remaja di kota besar di Indonesia tahun 2007 menunjukan, sebanyak 97% pernah menonton film porno, sebanyak 93,7% pernah ciuman.


(14)

2

Sedangkan 62,7% remaja yang duduk dibangku sekolah menengah pertama pernah berhubungan intim, dan 21,2% siswi sekolah menengah umum pernah menggugurkan kandungannya.

Hampir semua masyarakat berpendapat perlu adanya regulasi atau pengaturan terhadap penyelenggaraan hubungan seks dengan peraturan-peraturan tertentu. Sebab dorongan seks itu begitu dahsyat dan besar pengaruhnya terhadap manusia. Dengan adanya regulasi terhadap seks bisa ditegakkan sendi-sendi moral. Dan melalui perkawinan bisa dicapai kestabilan serta kebahagiaan hidup berkeluarga (Kartono, 1999).

Penelitian tentang perilaku memaafkan termasuk bidang yang kini banyak diteliti ilmuwan di sejumlah bidang keilmuan seperti kedokteran, psikologi dan kesehatan. Hal ini karena sikap memaafkan ternyata memiliki pengaruh terhadap kesehatan jiwa raga, maupun hubungan antar-manusia. Jurnal ilmiah EXPLORE (The Journal of Science and Healing), edisi Januari/Februari 2008, Vol. 4, No. 1 menurunkan rangkuman berjudul "New

Forgiveness Research Looks at its Effect on Others" (Penelitian Baru tentang

Memaafkan Mengkaji Dampaknya pada Orang Lain).

Dipaparkan pula bahwa berlimpah bukti telah menunjukkan perilaku memaafkan mendatangkan manfaat kesehatan bagi orang yang memaafkan. Lebih jauh dari itu, penelitian terbaru mengisyaratkan pula bahwa pengaruh memaafkan ternyata juga berimbas baik pada kehidupan orang yang dimaafkan. Worthington Jr, pakar psikologi di Virginia Commonwealth

University, AS, dkk merangkum kaitan antara memaafkan dan kesehatan.

Dalam karya ilmiahnya, "Forgiveness in Health Research and Medical

Practice" (Memaafkan dalam Penelitian Kesehatan dan Praktek Kedokteran),

di jurnal Explore, Mei 2005, Vol.1, No. 3, Worthington dkk memaparkan dampak sikap memaafkan terhadap kesehatan jiwa raga, dan penggunaan "obat memaafkan" dalam penanganan pasien.

Remaja yang hamil di luar nikah, pada dasarnya akan menghadapi berbagai permasalahan dan tekanan psikologis seperti ketakutan, kecewa, menyesal dan rendah diri dan dampak terberat adalah ketika pasangan yang


(15)

3

menghamili tidak mau bertanggung jawab. Perasaan bersalah membuat mereka tidak berani berterus terang pada orang tua.

Kehamilan di luar nikah yang dialami oleh remaja ini secara kejiwaan menimbulkan stres yang tidak hanya berdampak bagi dirinya saja, tetapi juga bagi keluarga dan orang tuanya, tidak jarang remaja pun terpaksa dikawinkan dalam keadaan belum siap baik secara fisik maupun secara mental serta sosial ekonomi. Tidak jarang pula remaja ini mengambil jalan pintas, yaitu dengan menggugurkan kandungannya (Hawari, 2009).

Dalam konteks Islam, makna seksualitas tersebut berkaitan erat dengan konsepsi nilai dan norma seksualitas yang telah dirumuskan Islam. Dalam Islam makna seks sebagai suatu aktivitas hubungan kelamin (sex acts) hanya boleh dilakukan dalam suatu ikatan perkawinan yang sah dan hanya dilakukan dengan pasangan kawinnya. Hubungan seksual tersebut oleh Islam diberikan status ontologis yang tinggi, yang didefinisikan sebagai suatu ibadah dan para pelakunya kelak akan mendapat ganjaran pahala dari Allah. Sebaliknya, Islam akan memberikan sanksi hukum yang tegas kepada seseorang yang melakukan hubungan kelamin diluar nikah dan hal ini dikonsepsikan sebagai perbuatan zina yang para pelakunya akan mendapatkan balasan dari Allah (Sudirman, 1999).

Bagi orang tua yang memiliki anak hamil pranikah merupakan suatu masalah yang besar. Permasalahan inilah yang dapat menyebabkan kekecewaan, marah, serta rasa malu orang tua terhadap anaknya, Meski dengan memberi maaf anak, tetap tidak dapat merubah peristiwa yang sudah terjadi, namun bisa merubah persepsi, emosi, asosiasi mental, dan pemahaman akan makna dari peristiwa yang telah dialaminya (Worthington, 2003). Forgiveness (pemaafan) dapat menjadi salah satu cara untuk memfasilitasi penyembuhan luka dalam diri seseorang dan antarpribadi yang bermusuhan dan menyakiti. Senada dengan Snyder, Worthington (2003), juga mengungkapkan jika korban transgresi bisa memberi maaf, ia melakukan penggantian emosi negatif (seperti marah atau takut) dari transgresi yang telah dipersepsi individu atau


(16)

4

keengganan untuk memaafkan (unforgiveness) ke arah emosi positif (seperti empati, simpati, belas kasih, cinta).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut, sebab adanya pengaruh memaafkan juga, ternyata berimbas baik pada kehidupan orang yang dimaafkan. Pendapat ini sangat menarik perhatian peneliti sehingga mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang


(17)

5

B. Rumusan Masalah

Bagaimana forgiveness pada orang tua yang memiliki anakhamil pranikah ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran forgiveness pada orang tua yang memiliki anakhamil pranikah.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Praktis

Memberikan gambaran tentang proses forgiveness pada orang tua yang memiliki anakhamil pranikah khususnya bagi para orang tua 2. Secara Teoritis

Sebagai tambahan referensi dalam bidang psikologi terutama psikologi sosial, psikologi positif, maupun psikologi perkembangan.


(1)

Sarwono, W.S. (2011). Psikologi remaja (Ed. revisi). Jakarta: Rajawali Pers

Snyder, C.R. (2002) Introduction of a New Model of Forgiveness: Measurement & Intervention. University of Kansas. Di download Jumat, 5 Januari 2007, dari http://www.forgiving.org/researchers/research_results.asp

Soekanto, S. (2004). Sosiologi keluarga (Cetakan ketiga). Jakarta: PT Rineka Cipta

Sudirman, R. (1999). Konstruksi seksualitas islam dalam wacana sosial (Cetakan pertama). Yogyakarta: Media Pressindo

Sugiyono (2008). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Cv. Alfabeta

Worthington, E.L. (2003). Forgiving and Reconciling: Bridges to Wholeness and Hope. Illinois: InterVarsity.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan anak dalam kehidupan manusia ini memang benar-benar memerlukan perhatian sepenuhnya dari pihak keluarganya terutama pihak orang tua. Tidak hanya dari orang tuanya saja, tetapi dari pihak masyarakat pun tidak kurang pentingnya. Disini peranan orang tua sangat besar artinya, sebab orang tua adalah unsur utama dalam melakukan pendidikan putera-puterinya. Orang tua harus membimbing putera-puterinya agar mereka tidak tersesat dalam menempuh hidupnya kelak. Pada saat menjelang tingkat kedewasaan ini, memang benar-benar remaja memerlukan perhatian yang lain dari pada masa yang lalu untuk dapat menerima petunjuk, bimbingan atau nasehat (Miron, 2006).

Meski para remaja selalu mendapatkan bimbingan serta nasehat, namun disisi lain tidak dapat dipungkiri bahwa remaja juga mempunyai banyak peluang untuk melakukan pergaulan bebas. Terutama di kota-kota besar. Media informasi dan teknologi semakin canggih, berbagai macam tayangan film dan berita dengan mudah diakses, sehingga menyebabkan fungsi kontrol diri (self control) lepas kendali sehingga terjadilah seks bebas. (Hawari, 2009).

Dalam kerangka normatif, pada kenyataannya dengan era globalisasi sekarang ini, banyak masyarakat Indonesia terlena dengan kehidupan dan pergaulan bebas. Hal ini dikarenakan dengan munculnya industrialisasi dan pengaruh-pengaruh kehidupan barat yang secara sadar maupun tidak dapat mempengaruhi remaja-remaja maupun anak-anak tersebut baik melalui media maupun alat-alat elektronik. Sehingga sering terjadinya perilaku-perilaku menyimpang dari anak-anak remaja sekarang ini (Soekanto, 2004).

Hasil survey Komisi Nasional Perlindungan Anak sebagaimana dikutip dari koran Rakyat Merdeka (2009, 18 Maret ) dalam Dadang Hawari (2009), terhadap 4.500 remaja di kota besar di Indonesia tahun 2007 menunjukan, sebanyak 97% pernah menonton film porno, sebanyak 93,7% pernah ciuman.


(3)

Sedangkan 62,7% remaja yang duduk dibangku sekolah menengah pertama pernah berhubungan intim, dan 21,2% siswi sekolah menengah umum pernah menggugurkan kandungannya.

Hampir semua masyarakat berpendapat perlu adanya regulasi atau pengaturan terhadap penyelenggaraan hubungan seks dengan peraturan-peraturan tertentu. Sebab dorongan seks itu begitu dahsyat dan besar pengaruhnya terhadap manusia. Dengan adanya regulasi terhadap seks bisa ditegakkan sendi-sendi moral. Dan melalui perkawinan bisa dicapai kestabilan serta kebahagiaan hidup berkeluarga (Kartono, 1999).

Penelitian tentang perilaku memaafkan termasuk bidang yang kini banyak diteliti ilmuwan di sejumlah bidang keilmuan seperti kedokteran, psikologi dan kesehatan. Hal ini karena sikap memaafkan ternyata memiliki pengaruh terhadap kesehatan jiwa raga, maupun hubungan antar-manusia. Jurnal ilmiah EXPLORE (The Journal of Science and Healing), edisi Januari/Februari 2008, Vol. 4, No. 1 menurunkan rangkuman berjudul "New Forgiveness Research Looks at its Effect on Others" (Penelitian Baru tentang Memaafkan Mengkaji Dampaknya pada Orang Lain). Dipaparkan pula bahwa berlimpah bukti telah menunjukkan perilaku memaafkan mendatangkan manfaat kesehatan bagi orang yang memaafkan. Lebih jauh dari itu, penelitian terbaru mengisyaratkan pula bahwa pengaruh memaafkan ternyata juga berimbas baik pada kehidupan orang yang dimaafkan. Worthington Jr, pakar psikologi di Virginia Commonwealth University, AS, dkk merangkum kaitan antara memaafkan dan kesehatan. Dalam karya ilmiahnya, "Forgiveness in Health Research and Medical Practice" (Memaafkan dalam Penelitian Kesehatan dan Praktek Kedokteran), di jurnal Explore, Mei 2005, Vol.1, No. 3, Worthington dkk memaparkan dampak sikap memaafkan terhadap kesehatan jiwa raga, dan penggunaan "obat memaafkan" dalam penanganan pasien.

Remaja yang hamil di luar nikah, pada dasarnya akan menghadapi berbagai permasalahan dan tekanan psikologis seperti ketakutan, kecewa, menyesal dan rendah diri dan dampak terberat adalah ketika pasangan yang


(4)

menghamili tidak mau bertanggung jawab. Perasaan bersalah membuat mereka tidak berani berterus terang pada orang tua.

Kehamilan di luar nikah yang dialami oleh remaja ini secara kejiwaan menimbulkan stres yang tidak hanya berdampak bagi dirinya saja, tetapi juga bagi keluarga dan orang tuanya, tidak jarang remaja pun terpaksa dikawinkan dalam keadaan belum siap baik secara fisik maupun secara mental serta sosial ekonomi. Tidak jarang pula remaja ini mengambil jalan pintas, yaitu dengan menggugurkan kandungannya (Hawari, 2009).

Dalam konteks Islam, makna seksualitas tersebut berkaitan erat dengan konsepsi nilai dan norma seksualitas yang telah dirumuskan Islam. Dalam Islam makna seks sebagai suatu aktivitas hubungan kelamin (sex acts) hanya boleh dilakukan dalam suatu ikatan perkawinan yang sah dan hanya dilakukan dengan pasangan kawinnya. Hubungan seksual tersebut oleh Islam diberikan status ontologis yang tinggi, yang didefinisikan sebagai suatu ibadah dan para pelakunya kelak akan mendapat ganjaran pahala dari Allah. Sebaliknya, Islam akan memberikan sanksi hukum yang tegas kepada seseorang yang melakukan hubungan kelamin diluar nikah dan hal ini dikonsepsikan sebagai perbuatan zina yang para pelakunya akan mendapatkan balasan dari Allah (Sudirman, 1999).

Bagi orang tua yang memiliki anak hamil pranikah merupakan suatu masalah yang besar. Permasalahan inilah yang dapat menyebabkan kekecewaan, marah, serta rasa malu orang tua terhadap anaknya, Meski dengan memberi maaf anak, tetap tidak dapat merubah peristiwa yang sudah terjadi, namun bisa merubah persepsi, emosi, asosiasi mental, dan pemahaman akan makna dari peristiwa yang telah dialaminya (Worthington, 2003). Forgiveness (pemaafan) dapat menjadi salah satu cara untuk memfasilitasi penyembuhan luka dalam diri seseorang dan antarpribadi yang bermusuhan dan menyakiti. Senada dengan Snyder, Worthington (2003), juga mengungkapkan jika korban transgresi bisa memberi maaf, ia melakukan penggantian emosi negatif (seperti marah atau takut) dari transgresi yang telah dipersepsi individu atau


(5)

keengganan untuk memaafkan (unforgiveness) ke arah emosi positif (seperti empati, simpati, belas kasih, cinta).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut, sebab adanya pengaruh memaafkan juga, ternyata berimbas baik pada kehidupan orang yang dimaafkan. Pendapat ini sangat menarik perhatian peneliti sehingga mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Forgiveness Pada Orang Tua Yang Memiliki AnakHamil Pranikah”.


(6)

B. Rumusan Masalah

Bagaimana forgiveness pada orang tua yang memiliki anakhamil pranikah ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran forgiveness pada orang tua yang memiliki anakhamil pranikah.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Praktis

Memberikan gambaran tentang proses forgiveness pada orang tua yang memiliki anakhamil pranikah khususnya bagi para orang tua 2. Secara Teoritis

Sebagai tambahan referensi dalam bidang psikologi terutama psikologi sosial, psikologi positif, maupun psikologi perkembangan.