KINERJA SEKTOR KORPORASI DAN RUMAH TANGGA
8.2. KINERJA SEKTOR KORPORASI DAN RUMAH TANGGA
Pada tahun 2015, kinerja sektor korporasi mengalami penurunan namun masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Profitabilitas korporasi mengalami penurunan
yang menyebabkan kemampuan membayar hutang juga mengalami penurunan. Di sisi lain, sejalan dengan peningkatan volatilitas nilai tukar pada tahun 2015, korporasi cenderung mengurangi pengajuan kredit dan mulai melunasi kreditnya yang masih outstanding.
Secara umum, kinerja sektor korporasi publik di Indonesia melemah, tercermin dari penurunan profitabilitas dan kemampuan membayar hutang korporasi secara keseluruhan. ROA dan ROE, yang merupakan indikator profitabilitas, cenderung menurun pada tahun 2015. ROA turun dari 4,9% pada akhir 2014 menjadi 3,2% pada akhir September 2015. Sementara itu, ROE juga menurun dari 10,9% pada akhir 2014 menjadi 7,3% pada akhir September 2015 (Grafik 8.19). Penurunan profitabilitas tersebut telah menyebabkan proporsi hutang terhadap
Grafik 8.19. Rasio Profitabilitas Korporasi Publik
Persen Persen
30 ROA ROE (skala kanan)
Sumber: Lapkeu BEI dan Bloomberg, diolah
I II I II I II I II I II I II I II I II 2008 2009 2010
I II I II I II I II I II I II I II I II 2008 2009 2010
Grafik 8.19.
Rasio Profitabilitas Korporasi Publik
Grafik 8.20. Perkembangan Hutang Korporasi Publik
Grafik 8.20. Grafik 8.22. Interest Coverage Ratio Korporasi Publik Perkembangan Hutang Korporasi Publik Grafik 8.22. Interest Coverage Ratio Korporasi Publik
Current Ra tio
TA/TL
Nonkomoditas Agregat
Sumber: Lapkeu BEI dan Bloomberg, diolah
Sumber: Lapkeu BEI dan Bloomberg, diolah
modal korporasi menjadi semakin besar, tercermin dari dari Debt Service Ratio (DSR) yang meningkat tajam dari indikator Debt to Equity Ratio (DER) yang meningkat tipis
sebesar 144,5% pada 2014 menjadi 255,6% pada 2015 dari sebesar 1,2 pada akhir 2014 menjadi 1,3 pada bulan
(Grafik 8.21). Disamping itu, rasio Interest Coverage Ratio September 2015 (Grafik 8.20). Melambatnya kinerja
(ICR) korporasi memburuk dari sebesar 2,6 pada tahun keuangan korporasi tersebut terutama dipengaruhi oleh
2014 menjadi 1,7 pada tahun 2015 (Grafik 8.22). pertumbuhan ekonomi domestik yang melambat dan perlambatan ekonomi global yang berpengaruh pada
Perlambatan kinerja korporasi menyebabkan permintaan penurunan harga komoditas.
terhadap kredit perbankan melemah, terlebih ditambah adanya percepatan pelunasan kredit oleh korporasi
Tren penurunan harga komoditas yang terus berlanjut untuk mengurangi risiko volatilitas nilai tukar. Selain itu, sejak tahun 2012 berpengaruh terhadap kinerja korporasi
perlambatan kinerja korporasi juga telah menyebabkan yang bergerak pada sektor tersebut. Strategi beberapa
peningkatan risiko kredit yang dihadapi perbankan korporasi dalam menghadapi penurunan harga komoditas,
yang pada akhirnya berdampak pada kinerja perbankan salah satunya adalah dengan peningkatan volume ekspor,
secara keseluruhan. Selain berdampak terhadap kinerja meski terjadi peningkatan biaya dan penurunan margin.
perbankan, penurunan kinerja korporasi juga berdampak Hal tersebut berdampak pada menurunnya kemampuan
pada penurunan pendapatan rumah tangga yang membayar korporasi sektor komoditas yang tercermin
tercermin pada penurunan indeks penghasilan dari 123,8%
Grafik 8.21. Debt Service Ratio Korporasi Publik
Grafik 8.21. Grafik 8.23. Perkembangan Pendapatan Rumah Tangga* Debt Service Ratio Korporasi Publik Grafik 8.23. Perkembangan Pendapatan Rumah Tangga
Penghasilan saat ini
Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama
Sumber: Lapkeu BEI dan Bloomberg, diolah
LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2015 Bab 8
123
124
Bab 8 LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2015
pada akhir 2014 menjadi 112,3% pada akhir tahun 2015 (Grafik 8.23). Penurunan penghasilan ini juga tercermin pada peningkatan DSR rumah tangga dari 13,0 pada akhir tahun 2014 menjadi 13,2 pada akhir tahun 2015. Peningkatan DSR rumah tangga ini mengindikasikan semakin besarnya porsi cicilan terhadap pendapatan. Selain itu, penurunan penghasilan juga tercermin pada pertumbuhan DPK milik Perseorangan yang menurun sehingga menjadi lebih rendah daripada pertumbuhan DPK Nonperseorangan (Grafik 8.24). Selain menyebabkan penurunan DPK Perseorangan, penurunan penghasilan juga berkontribusi terhadap perlambatan pertumbuhan dan peningkatan rasio NPL kredit konsumsi.