Korporasi Nonbank
4.1 Korporasi Nonbank
Kegiatan Penerapan Prinsip Kehati-hatian (KPPK) adalah
1. Rasio lindung nilai minimum, dengan nilai minimum kegiatan korporasi nonbank yang dilakukan dalam rangka
sebesar 25 persen;
memitigasi risiko nilai tukar, risiko likuiditas, dan risiko utang yang berlebihan terhadap Utang Luar Negeri (ULN) yang
2. Rasio likuiditas minimum, dengan nilai minimum dimiliki. Kegiatan tersebut diatur dalam Peraturan Bank
sebesar 70 persen; dan
Indonesia (PBI) No. 16/21/PBI/2014 tentang Penerapan
3. Peringkat utang minimum. Korporasi nonbank Prinsip Kehati-Hatian Dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri yang akan melakukan ULN dalam valuta asing Korporasi Nonbank. Dalam ketentuan ini korporasi nonbank mulai tanggal 1 Januari 2016 diwajibkan untuk diwajibkan untuk melakukan perhitungan atas aset dan memenuhi peringkat utang minimum setara BB- yang kewajiban valas yang dimilikinya pada periode 0 sampai dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat yang diakui dengan 3 bulan dan 3 sampai dengan 6 bulan mendatang
oleh Bank Indonesia.
sejak akhir triwulan laporan. Pada tahun 2015, berdasarkan hasil perhitungan nilai aset dan kewajiban valas untuk kedua
Selanjutnya pada 1 Januari 2017, transaksi lindung periode tersebut, korporasi nonbank wajib menerapkan
nilai dalam rangka pemenuhan KPPK diwajibkan untuk prinsip kehati-hatian yang meliputi pemenuhan:
dilakukan dengan perbankan di Indonesia. Kebijakan ini juga diarahkan sebagai upaya untuk pendalaman pasar
1. Rasio lindung nilai minimum, dengan nilai minimum
valuta asing domestik.
sebesar 20 persen dari selisih antara aset valuta asing dan kewajiban valuta asing yang akan jatuh waktu
Evaluasi Implementasi KPPK sampai dengan
pada periode 0 sampai dengan 3 bulan maupun 3
Triwulan III 2015
sampai dengan 6 bulan setelah akhir triwulan. Rasio lindung nilai ini wajib dipenuhi oleh korporasi yang
Jumlah korporasi nonbank yang telah melakukan nilai aset valasnya lebih kecil dibandingkan kewajiban
pelaporan KPPK terus meningkat pada setiap triwulan valas yang dimiliki untuk periode 0 sampai dengan
laporan. Berdasarkan data triwulan III 2015, jumlah
3 bulan maupun periode 3 sampai dengan 6 bulan korporasi nonbank yang memiliki ULN dalam valuta asing setelah akhir triwulan; dan
tercatat sebanyak 2.543 korporasi. Dari seluruh korporasi wajib lapor tersebut, sebanyak 85% di antaranya telah
2. Rasio likuiditas minimum, dengan nilai minimum melakukan pelaporan KPPK. Jumlah laporan tersebut sebesar 50 persen. Korporasi diwajibkan memiliki meningkat dibandingkan laporan pada triwulan II yaitu aset valas minimal sebesar 50% dari kewajiban valas sebesar 70% dari korporasi wajib lapor. yang akan jatuh waktu pada periode 0 sampai dengan
3 bulan setelah akhir triwulan. Pelaporan KPPK kepada Bank Indonesia telah dimulai sejak
Grafik 1. Grafik 1. Nilai Hedging terhadap Kewajiban Hedgding, periode 0-3 bulan Nilai Hedging terhadap Kewajiban Hedgding, periode
posisi aset dan kewajiban valas korporasi nonbank triwulan
0-3 bulan
I 2015 sebagai masa transisi. Selanjutnya, pelaporan KPPK mulai berlaku wajib, dengan pengenaan sanksi bagi Persen
korporasi nonbank yang tidak melapor, sejak posisi data 250 keuangan triwulan III 2015. Sementara itu, pengenaan
sanksi atas kewajiban pemenuhan terhadap ketentuan KPPK mulai diberlakukan untuk data aset dan kewajiban 150
valas triwulan IV 2015. 105%
Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat
pengelolaan utang luar negeri agar memberikan kontribusi yang optimal terhadap perekonomian nasional. 0
I II III
Mulai tahun 2016, penerapan prinsip kehatian-hatian
ditingkatkan, yaitu korporasi nonbank yang memiliki ULN valas wajib memenuhi:
LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2015
Bab 4
Grafik 2. Grafik 2. Nilai Hedging terhadap Kewajiban Hedgding, periode 3-6 bulan Nilai Hedging terhadap Kewajiban Hedgding, periode
Grafik 4. Jumlah Korporasi yang melakukan Hedging 0-3 bulan
Grafik 4.
Sebaran Lokasi Hedging, Periode 0-3 Bulan
3-6 bulan
Hedging DN
Hedging LN
Hedging DN & LN
Tingkat kepatuhan pemenuhan ketentuan KPPK dari KPPK tersebut sejalan dengan meningkatnya jumlah korporasi pelapor juga terus meningkat. Pada kewajiban
korporasi yang melakukan hedging (Grafik 4 dan 5) yang rasio lindung nilai minimum, jumlah lindung nilai yang
utamanya dilakukan dengan perbankan dalam negeri. telah dilakukan oleh korporasi nonbank pada periode 0
sampai dengan 3 bulan mencapai 192% dari total lindung KPPK yang telah diterapkan pada tahun 2015 memberikan nilai yang wajib dilakukan. Jumlah tersebut meningkat
dampak positif dalam mengelola permintaan valuta dibandingkan triwulan II 2015 sebesar 105% (Grafik 1).
asing dari korporasi nonbank sehingga tekanan terhadap Pada pemenuhan rasio lindung nilai periode 3 s.d. 6 bulan,
nilai tukar rupiah dapat lebih terjaga. Di samping itu, korporasi nonbank telah melakukan transaksi lindung nilai
penerapan KPPK telah meningkatkan proporsi transaksi sebesar 59% dari total lindung nilai yang diwajibkan, atau
derivatif menjadi 35% dari total transaksi valas korporasi naik dari 34% pada triwulan II 2015 (Grafik 2). Sementara
dibandingkan dengan 33% pada tahun 2014. Ke depan, untuk rasio likuiditas minimum, sebanyak 83% perusahaan
semakin aktifnya korporasi domestik dalam melakukan telah memenuhi rasio tersebut, meningkat dibandingkan
transaksi pada instrumen derivatif diharapkan dapat posisi bulan Juni 2015 yaitu sebanyak 82% perusahaan
mendorong upaya pendalaman pasar valas dalam negeri. (Grafik 3). Peningkatan kepatuhan terhadap ketentuan
Grafik 3. Grafik 3. Pelapor KPPK menurut Kepatuhan Pemenuhan Rasio Likuiditas Pelapor KPPK menurut Kepatuhan Pemenuhan Rasio
Grafik 5. Jumlah Korporasi yang melakukan Hedging 3-6 bulan
Grafik 5.
Sebaran Lokasi Hedging, periode 3-6 bulan
Tidak Patuh
Hedging DN
Hedging LN
Hedging DN & LN
78 Bab 4
LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2015
Keterangan gambar:
Salah satu fokus bauran kebijakan Bank Indonesia adalah menjaga stabilitas nilai rupiah yang antara lain tercermin pada nilai rupiah
terhadap mata uang negara lain. Pada tahun 2015, tugas ini mendapat tantangan berat seiring tingginya tekanan baik dari eksternal maupun domestik.