Letak Filosofis Pemikiran Tan Malaka

4.4 Letak Filosofis Pemikiran Tan Malaka

Pemikiran yang ditulis Tan Malaka dalam buku-bukunya, terutama dalam MADILOG, sama sekali tidak mengemukakan pemikiran yang baru. Tan Malaka secara langsung menegaskan bahwa pemikirannya tersebut memang merupakan pemikiran dari barat yang coba diterapkan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tetapi ia sama sekali tidak ingin menghancurkan budaya Indonesia dengan mentah-mentah meniru pemikiran barat tersebut yang kemudian berakibat pada matinya budaya lokal. Tan Malaka melihat bahwa kebudayaan yang sudah mengakar di dalam manusia-manusia Indonesia merupakan kesatuan yang sangat sulit untuk didekonstruksi. Irasionalitas yang berakibat pada tidak berkembangnya pengetahuan adalah tujuan utama Tan Malaka mengenai apa yang harus dijungkirbalikkan. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa pada awalnya Tan Malaka meletakkan MADILOG bukan untuk menghacurkan budaya lokal, melainkan meruntuhkan mistisisme dan mengedepankan rasionalitas dalam memaknai hidup.

Selama tidak menghambat rasionalitas dan dapat menjadikan manusia Indonesia tersebut menjadi manusia yang utuh berdasarkan kodratnya, kebudayaan harus dijaga dan dikembangkan. Tan Malaka memposisikan budaya dan MADILOG pada tempatnya masing-masing tanpa ada benturan yang mengakibatkan salah satunya menjadi punah. Irasional adalah sesuatu yang menjadi konsentrasi Tan Malaka untuk dihapuskan. Ia adalah tokoh kemerdekaan yang menempatkan kebudayaan yang tersebar di Indonesia sebagai sesuatu yang menjadi ciri khas yang melekat dan tidak mudah untuk dihilangkan. Tan Malaka Selama tidak menghambat rasionalitas dan dapat menjadikan manusia Indonesia tersebut menjadi manusia yang utuh berdasarkan kodratnya, kebudayaan harus dijaga dan dikembangkan. Tan Malaka memposisikan budaya dan MADILOG pada tempatnya masing-masing tanpa ada benturan yang mengakibatkan salah satunya menjadi punah. Irasional adalah sesuatu yang menjadi konsentrasi Tan Malaka untuk dihapuskan. Ia adalah tokoh kemerdekaan yang menempatkan kebudayaan yang tersebar di Indonesia sebagai sesuatu yang menjadi ciri khas yang melekat dan tidak mudah untuk dihilangkan. Tan Malaka

Pemikiran Tan Malaka ini dalam perjalanannya seperti menghadirkan jalan buntu. Begitu banyak pertentangan-pertentangan dalam pemikirannya yang membuat kita bingung memahaminya. Jika berangkat dari semangat nasionalisme Tan malaka maka tujuan pemikirannya jelas adalah untuk kemerdekaan seratus persen Indonesia, sehingga pertentangan pemikirannya tersebut dapat dipahami sebagai paradoks saja tanpa mengaburkan makna perjuangannya.

Letak pemikiran filosofis Tan Malaka adalah meletakkan epistemologi sebagai alat perjuangan praktis untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan seratus persen Indonesia. Tan Malaka melihat bahwa pengetahuan merupakan dasar dari semua permasalahan penjajahan yang harus dihapuskan di negeri kelas dua seperti Indonesia. Berbeda dengan pendapat Karl Marx yang mengatakan bahwa ekonomi yang menghadirkan pertentangan kelas sebagai masalah dasar terciptanya penjajahan terhadap buruh.

Materialisme, dialektika, dan logika adalah perjuangan epistemologi yang mengedepankan pengetahuan sebagai inti dari permasalahan penjajahan, dimana mitos adalah alat yang digunakan penjajah untuk membunuh independensi manusia-manusia yang terjajah. Tan Malaka secara sadar melihat bahwa

epistemologi adalah syarat sebuah negara menjadi merdeka agar tidak sekedar menjadi bayangan penguasa. Kepercayaan yang terangkum menjadi mistisme lalu melahirkan manusia-manusia yang sangat mudah diarahkan jalan pikirannya, memperlihatkan bahwa epistemologi mengalami hambatan dalam perkembangannya. Manusia mistis hadir sebagai penyakit yang membuat manusia kehilangan sifat alaminya yaitu berkembang sebagai manusia yang selalu berproses menjadi.

Jika diihat dari sisi eksistensialime maka manusia yang utuh adalah manusia yang selalu berproses pada kenyataan. Dalam pemikiran Tan Malaka, perkembangan dalam ranah pengetahuan adalah kaca mata yang dapat digunakan untuk melihat apakah manusia, masyarakat tersebut berproses atau tidak. Tan Malaka memang tidak menelurkan pemikiran baru tetapi dengan pemikiran yang filosofis seperti yang sudah dijabarkan pada bab ini dan sebelumnya, memberikan sedikit pemahaman baru terhadap bahaya laten dari pemikiran mistis. Mistisisme

adalah virus yang membuat panca indra dan akal budi tidak dapat bekerja, yang kemudian menciptakan zombie-zombie pembunuh manusia merdeka. Mistisisme melahirkan fanatisme yang kemudian lebih banyak membunuh sifat kemanusiaan manusia tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa mistisisme adalah penyakit yang harus dihilangkan dari sejarah. Lebih jauh Tan Malaka berpendapat bahwa materialisme, dialektika, dan logika merupakan pencegah munculnya nihlisme yang dapat menghancurkan manusia, sekaligus pembasmi ampuh mistisisme dan irasionalitas.