adanya pengetahuan dan pemahaman yang benar dari masyarakat tentang hakikat dan arti pentingnya regulasi
labelisasi halal. 3.
Indikator yang ketiga adalah sikap hukum Seseorang mempunyai kecenderungan untuk mengadakan
penilaian tertentu terhadap hukum. 4.
Indikator yang keempat adalah perilaku hukum, yaitu dimana seseorang atau dalam suatu masyarakat warganya mematuhi
peraturan yang berlaku.
c. Law as a Tool of Engineering
Dalam menjalankan fungsinya di tengah-tengah kehidupan masyarakat, hukum harus didukung oleh penerapan yang cukup
efektif, baik dalam kedudukan sebagai pengendali sosial bagi warga masyarakat maupun untuk merubah pola kehidupan, pola perilaku dan
pola tindakan atau menciptakan pola kehidupan yang dikehendaki oleh hukum tersebut, termasuk di dalamnya pola budaya.
Dalam fungsinya sebagai pengendali masyarakat kontrol sosial hukum mempunyai peranan untuk menjaga masyarakat supaya
bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki oleh hukum, dan jangan sekali-kali warga masyarakat bertingkah laku yang
bertentangan dengannya. Apabila masyarakat selalu bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki oleh hukum maka peranan hukum
sebagai pengendali sudah tercapai. Demikian pula sebaliknya apabila masyarakat sudah bertingkah laku yang bertentangan dengan hukum,
maka peranan hukum sebagai pengendali masyarakat tidak tercapai sebagaimana diharapkan.
Fungsi lain dari hukum, yakni mengadakan perubahan- perubahan di dalam masyarakat law as a tool of engineering.
Satjipto Rahardjo mengemukakan
16
bahwa hukum sebagai sarana social engineering adalah penggunaan hukum secara sadar untuk
mencapai suatu tertib atau keadaan masyarakat sebagaimana dicita- citakan atau untuk melakukan perubahan-perubahan yang diinginkan.
Social engineering merupakan cara untuk mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu.
Apabila hukum dikaitkan dengan latar belakang susunan masyarakat dan nilai-nilai yang dianutnya, maka kita berhadapan
dengan pilihan mengenai nilai-nilai apa yang harus diwujudkan oleh hukum. Melihat hal tersebut, menjadi keharusan bagi penguasa untuk
menggunakan hukum untuk men-engine masyarakat, termasuk budaya hukum legal culture, agar mereka berperilaku sesuai dengan yang
diharapkan role of expectation. Lawrence Friedman menjelaskan bahwa faktor nilai yang
menimbulkan perbedaan dalam kehidupan hukum dalam masyarakat lebih disebabkan oleh kultur hukum. Kultur hukum merupakan sikap-
sikap dan nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat yang berhubungan dengan hukum, dan lembaga-lembaganya. Unsur kultur hukum inilah
yang akan menentukan mengapa seseorang itu patuh atau tidak patuh terhadap peraturan yang ada. Oleh karena itu untuk dapat memahami
16
Satjipto Rahardjo, 1979, Sisi-sisi Lain dari Hukum Indonesia, Penerbit Buku Kompas,
Jakarta, 2003, hal. 142
perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara sistem hukum yang satu dengan yang lain, haruslah dicermati faktor kultur hukum sebagai latar
munculnya perbedaan itu. Sebab, demikian Friedman, kultur hukum itu sesungguhnya berfungsi sebagai motor penggerak keadilan,
yakni menjembatani sistem hukum dengan sikap manusia dalam suatu masyarakat.
17
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Masalah
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang mempunyai karakteristik
tertentu variabel
18
. Metode kuantitatif digunakan untuk meneliti kesadaran hukum pengusaha pangan dalam kemasan terhadap regulasi
sertifikat produk halal dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Meskipun demikian, untuk meneliti upaya peningkatan kesadaran hukum,
penelitian ini masih menggunakan pendekatan kualitatif. Hukum disamping merupakan kumpulan peraturan-peraturan
yang sifatnya normative, juga dilihat sebagai suatu gejala sosial yang bersentuhan langsung dengan variable lain dalam masyarakat. Hukum
didekati dengan dua sudut pandang yaitu Hukum dipelajari dan diteliti secara normative law in books dan secara empiris law in Actions.
17
Lawrence M. Friedman dalam Esmi Warassih, 2005, Pranata Hukum: Sebuah Telaah Sosiologis, Suryandaru Utama, Semarang hal. 89.
18
Burhan Ashshofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, PT Rineka Cipta, Jakarta, hal. 20.