Wajib Pajak pada BPHTB Penetapan, Penagihan dan Sanksi BPHTB

54 l. Pada perolehan hak baru sebagai kelanjutan pelepasan hak, seseorang atau suatu badan memperoleh hak atas tanah Negara yang berasal dari pelepasan hak. Dalam hal ini yang menjadi subyek pajak adalah orang atau badan yang memperoleh hak baru tersebut. m. Pada perolehan hak di luar pelepasan hak, seseorang atau badan memperoleh hak atas tanah Negara yang tidak dibebani dengan hak apapun. Dengan demikian orang atau badan yang memperoleh hak atas tanah Negara tersebut merupakan subyek pajak pada perolehan hak yang dimaksud.

5. Wajib Pajak pada BPHTB

Wajib pajak perupakan subyek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak. Karena yang menjadi subyek pajak adalah pihak yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan, maka yang menjadi Wajib pajak dalam BPHTB, tentulah pihak yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan sesuai dengan perolehan hak yang terjadi Siahaan, 2003:75. Kewajiban membayar pajak ini harus dilakukan oleh wajib pajak pada saat terutangnya pajak sesuai ketentuan undang-undang. Jika kewajiban itu belum terpenuhi hak tersebut sebelum BPHTB terutang di bayardilunasi oleh wajib pajak.

6. Penetapan, Penagihan dan Sanksi BPHTB

Sesuai dengan sistem self assessement yang ditetapkan menjadi sistem perpajakan nasional maka petugas pajak fiskus berfungsi sebagai 55 pengawas atas pemenuhan kewajiban pajak yang dilakukan oleh wajib pajak. Pada BPHTB fiskus berkewajiban memeriksa setiap pembayaran BPHTB yang dilaporkan oleh wajib pajak. Penelitian ini meliputi kesesuaian data tanah dan bangunan yang dijakdikan obyek perolehan hak, penetapan dasar pengenaan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak, penerapan NPOPTKP yang dijadikan obyek perolehan hak, penetapan dasar pengenaan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak, penetapan NPOPTKP yang digunakan wajib pajak, perhitungan pajak terutang sesuai dengan ketentuan perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan kesesuaian jumlah pajak terutang yang dibayar oleh wajib pajak. Penelitian ini dilakukan terhadap Surat Setoran BPHTB SSB yang dilaporkan oleh wajib pajak beserta bukti pendukung yang yang dilampirkan pada saat pelaporan, antara lain SPPT PBB atas tanah dan bangunan yang menjadi obyek perolehan hak, akta jual beli, akta hibah, dan lain-lain. Yang menjadi dasar penetapan pengenaan pajak BPHTB adalah Nilai Perolehan Obyek Pajak NPOP, NPOP ditentukan sebesar: a. harga transaksi, dalam hal jual beli. b. nilai pasar obyek pajak, dalam hal ini: tukar-menukar, hibah, hibah wasiat, waris, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan hak, peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap, pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjtan dari pelepasan 56 hak, pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak, penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha, dan hadiah. c. Harga transaksi yang tercantum dalam Risalah lelang, dalam hal ini penunjukkan pembeli dalam lelang. d. Nilai jual obyek pajak Pajak bumi dan Bangunan NJOP PBB Adapun cara menghitung BPHTB adalah sebagai berikut: BPHTB = Nilai Perolehan Obyek Pajak kena Pajak x tariff = NPOP – NPOPTKP X 5 Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar SKBKB adalah surat yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kekuarangan pembayaran Pokok Pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar. SKBKB diterbitkan jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang kurang dibayar. SKBK dapat diterbitkan oleh Direktorat Jendral pajak dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak. Sanksi BPHTB adalah jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKBKB ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 sebulan maksimum 24 bulan dihitung mulai saat terutangnya pajak sampai dengan diterbitkannya SKBKB.

G. Penegakan Hukum Dalam Pertanahan