SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Sumberdaya Alam:
3.6. SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Sumberdaya Alam:
Luas Kawasan Hutan dan perairan di Wilayah Nusa Tenggara berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang penunjukan kawasan hutan dan kawasan konservasi perairan 2009. Luas kawasan hutan dan perairan di Wilayah Nusa Tenggara sekitar 2.855.949 hektar atau 2,09 persen dari total nasional, dengan proporsi penggunaan kawasan hutan dan perairan terluas adalah hutan lindung seluas (40,68%) dan Hutan Produksi (20,27%).
Penyebaran kawasan hutan lindung huta produksi terluas di Provinsi Nusa Tenggara Timur, sementara hutan produksi terbatas di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Gambar 3-8:
Proporsi Luas Kawasan Hutan di Wilayah Nusa Tenggara Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan 2009.
Nusa Tenggara
Kawasan hutan konservasi Hutan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi 40,68
Hutan Produksi yang dapat dikonversi Taman Buru
Sumber: Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, 2009
PEMBANGUNAN DAERAH DALAM ANGKA 2013
3-21
Tabel 3-55:
Luas Lahan Hutan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Per Provinsi (s.d. September 2009) di Wilayah Nusa Tenggara
NUSA NUSA TENGGARA
TENGGARA (Ha)
1) (%) Kawasan Perairan
253.922 9,06 Kawasan Hutan
263.011 1,34 Kawasan Suaka Alam+Kawasan Pelestarian Alam (ha)
516.933 2,20 Hutan Lindung (ha)
1.161.705 3,68 Hutan Produksi Terbatas (ha)
483.950 2,16 Hutan Produksi (ha)
578.969 1,58 Hutan Produksi yang dapat dikonversi (ha)
101.830 0,45 Taman Buru (ha)
12.562 7.49 Jumlah Kawasan Hutan (ha)
2.602.027 1,94 Jumlah Kawasan Hutan dan Perairan (ha)
2.855.949 2,09 Sumber : Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, 2009 Keterangan:
- 1) = Persen terhadap nasional; 2) =Luas Kawasan alam +Pelestarian Alam tidak diketahui perinciannya - 3) = Belum ada SK Penunjukan dan data masih berdasarkan TGHK
- Data dasar dari citra landsat yang disempurnakan dengan citra orthorectified dan SRTM serta ground check - Data digital penutupan lahan (skala 1:250.000) hasil penafsiran Citra Landsat 7 ETM+ Tahun 2005/2006 - Data digital kawasan hutan hasil digitasi peta lampiran SK Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi
kecuali Provinsi Riau, Kepulauan Riau dan Kalimantan Tengah berdasarkan TGHK
Lingkungan Hidup. Kondisi lingkungan hidup digambarkan dari beberapa indikator, antara lain yaitu gangguan lingkungan hidup akibat pencemaran (air, udara, dan tanah), tingkat kerusakan hutan dan lahan, pencemaran akibat kebakaran hutan dan lahan, tingkat kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS), dan tingkat kekritisan lahan.
Tingkat gangguan lingkungan akibat pencemaran air, udara, dan tanah perkembangannya
semakin menurun dari tahun 2005-2011 dan rata-rata lebih rendah dari nasional, dengan kondisi pencemaran lingkungan di Provinsi NTB lebih tinggi dibandingkan di Provinsi NTT(Tabel 3-56).
Luas lahan kritis di wilayah Nusa Tenggara tahun 2010 mencapai 4.695.745,90 hektar atau
sekitar 5,71 persen dari luas lahan kritis nasional, dengan luasan lahan kritis terbesar adalah kategori kritis seluas 2.228.395,30 hektar sebagian besar terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Tabel 3-57).
Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Nusa Tenggara perkembangannya hingga
tahun 2007 berkurang menjadi 37 DAS dari 39 DAS. Berdasarkan kategori prioritas penanganan, pada tahun 2007 DAS dengan kategori DAS super prioritas bertambah 6 DAS dan 26 DAS termasuk kategori DAS prioritas. Sebagian besar penyebaran DAS super prioritas sebanyak 5 DAS dan 22 DAS prioritas terdapat di Nusa Tenggara Timur (Tabel 3-58).
Perkembangan jumlah desa/kelurahan megalami gangguan lingkungan akibat bencana alam
longsor dalam periode tahun 2005-2008 meningkat, pada tahun 2008 tercatat sekitar 649 desa/keluran dan sebagian besar terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu mencapai 621 desa/kelurahan (Gambar 3-9).
3-22
PEMBANGUNAN DAERAH DALAM ANGKA 2013
Tabel 3-56:
Persentase Desa/Kelurahan yang Mengalami Gangguan Lingkungan menurut Provinsi dan Jenis Gangguan Tahun 2005, 2008, dan 2011.
Udara PROVINSI
5,37 5,81 2,4 Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
P. NUSA TENGGARA
Sumber : Badan Pusat Statistik, Statistk Potensi Desa Tahun 2005 & 2008
Tabel 3-57:
Luas dan Penyebaran Lahan Kritis di Nusa Tenggara Menurut Provinsi Tahun 2010. (dalam hektar).
Tingkat Kekritisan Lahan
PROVINSI
Agak Kritis
Kritis
Sangat Kritis JUMLAH
Nusa Tenggara Barat
23,247.90 469,649.30 Nusa Tenggara Timur
377,790.50
68,610.90
943,003.40 4,226,096.60 P. NUSA TENGGARA
5,449,299.30 82,176,443.64 % TERHADAP NASIONAL
52,259,832.90
23,955,162.70
2.87 9.30 17.73 5.71 PROPORSI LAHAN KRITIS (%)
31.97 47.46 20.58 100.00
Sumber :BPS, 2010
Tabel 3-58:
Jumlah DAS Berdasarkan Tingkat Prioritas penangannya di Nusa Tenggara
Jumlah DAS Berdasarkan Tingkat Keprioritasannya PROVINSI
Tahun 1994/95 - 1998/99
Tahun 1999/2000 - 2007
Prioritas Prioritas Jumlah Prioritas
Super
Prioritas Prioritas Jumlah
Super
Rendah NTB
P. NUSA TENGGARA
39 -
39 6 26 5 37
Sumber: Data Strategis Kehutanan 2009, Departemen Kehutanan RI
Gambar 3-9:
Jumlah Desa yang Terkena Bencana Longsor menurut Provinsi di Wilayah Nusa Tenggara Tahun 2005 dan 2008.
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
P. NUSA TENGGARA
Sumber :BPS, 2011
PEMBANGUNAN DAERAH DALAM ANGKA 2013
3-23