BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1 Penelitian Tedahulu
Penelitian terdahulu mengenai
dake, shika
dan
bakari
pernah dilakukan oleh Fajriyan Megawati Azani tahun 2012 mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa
Jepang, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia, dalam
skripsi yang berjudul “Analisis
Fukujoshi Dake, Shika
dan
Bakari
”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna, fungsi, persamaan dan
perbedaan
dake, shika,
dan
bakari
dalam kalimat. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa : 1
Dake, shika
dan
bakari
membatasi suatu hal. 2
Dake, shika
dan
bakari
dapat saling menggantikan dalam konteks kalimat tertentu yang menunjukkan pembatasan
atas suatu hal, waktu, jumlah, dan hubungan sebab akibat. 3
Dake
dapat digunakan bersama predikat positif maupun negatif, dan dapat digunakan
bersama
shika
yang menyatakan makna menegaskan suatu hal. 4
Shika
hanya dapat digunakan bersama predikat negatif saja, dan menyatakan penyangkalan
terhadap suatu hal. 5
Bakari
digunakan bersama predikat positif, dimana nomina dan predikatnya tidak dalam jumlah banyak, nomina dan predikat tunggal dapat
digunakan dalam kalimat negatif yang menyatakan makna penyangkalan. Selanjutnya penelitian Swestika Okfina Mumpuni tahun 2007 mahasiswa
Jurusan Sastra Jepang, Fakultas Sastra, Universitas Kristen Maranatha, dalam skripsi yang berjudul “Analisis Penggunaan Partikel
Dake
dan
Shika
dalam Bahasa Jepang
”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna gramatikal kalimat dengan partikel
dake
dan
shika
dalam kalimat bahasa Jepang dan perbedaan bentuk struktur
dake
dan
shika
dalam kalimat bahasa Jepang. Sebagai hasil analisis dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa: 1
Penggunaan partikel
dake
dalam kalimat tidak hanya men yatakan makna „hanya‟
yang merupakan suatu batasan, tetapi juga dapat menyatakan beberapa makna, yaitu : a.
Dake
yang menyatakan makna „hanya‟. b.
Dake
yang menyatakan makna „sebanyak‟ „se.…..‟. c.
Dake
yang menyatakan
makna „semakin….semakin….‟. d.
Dake
yang menyatakan makna „tidak hanya….tetapi juga…‟. Makna gramatikal yang ditimbulkan partikel
shika
, yaitu: a.
Shika
yang menyatakan makna „hanya ini, dan tidak ada yang lain‟. b.
Shika
yang menyatakan makna „tidak ada cara lain, selain…‟. 2 Perbedaan bentuk struktur
kalimat, yaitu partikel
shika
penggunaannya harus selalu diikuti dengan bentuk negatif, nuansa makna yang terkandung terdapat penegasan di dalamnya.
Sedangkan penggunaan partikel
dake
adalah dapat digabungkan ke dalam kalimat bentuk negatif atau positif sesuai konteks kalimatnya.
Berbeda dengan penelitian terdahulu, untuk menguji hasil penelitian terdahulu, penulis akan memfokuskan pendeskripsian secara struktur dan makna
dari
dake, bakari,
dan
nomi
sebagai
toritatejoshi.
Selanjutnya penulis akan
mensubtitusikan ketiga
toritatejoshi
tersebut untuk mengetahui apakah ketiga
toritatejoshi
dapat saling menggantikan atau tidak dan untuk mengurangi kesalahan penggunaan
toritatejoshi dake, bakari,
dan
nomi
oleh pembelajar bahasa Jepang
.
2.2. Kerangka Teori