BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Jeruk secara umum
Tumbuhan jeruk yang banyak dibudidayakan orang tergolong salah satu anggota suku jeruk-jerukan Rutaceae, yang beranggotakan tidak kurang dari
1300 jenis tanaman. Suku Rutaceae dibagi dalam tujuh subfamili anak suku dan 130 genus marga. Yang menjadi induk tanaman jeruk adalah sub famili
Aurantioideae yang beranggotakan 33 genus. Anak suku Aurantioideae dibagi dalam beberapa kelompok tribe rumpun dan subtribe anak rumpun. Jeruk
tergolong dalam rumpun Citriae dan anak rumpun Citrinae Sarwono, 1995; Kamal, et al., 2010.
Jeruk jingga rough lemon berasal dari daerah bukit Himalaya di India dan telah dibudidayakan di banyak daerah di Asia, Austraia, dan Kepulauan
Pasifik. Rough lemon dapat dimakan namun kebanyakan digunakan dalam masakan seperti lemon pada umumnya. Potongan jeruk ini dipakai sebagai hiasan
pada ikan dan daging Anonim, 2012.
2.1.2 Morfologi tumbuhan
Jeruk jingga merupakan pohon dengan tinggi 5-6 m, cabang berduri panjang 2-3 cm. Daun majemuk menyirip beranak daun satu, berselang-seling,
berbentuk bulat atau elip, panjang 5-11 cm, lebar 3,5-6 cm. Tangkai bunga tidak bersayap, Mahkota bunga berjumlah 4, panjang 1-1,5 mm, kelopak bunga
Universitas Sumatera Utara
berjumlah 4, panjang 1,5 cm berwarna putih. Benang sari 20-40, bakal buah ovarium 8-12 buah. Buah kasar, bulat, tidak rata, warna hijau kekuningan atau
kuning keemasan Anonim, 2012.
2.1.3. Sistematika tumbuhan
Menurut USDA 2012 dan LIPI 2013, sistematika tumbuhan jeruk jingga adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rutales
Familia : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus x jambhiri Lush
2.1.4 Nama lain
Jeruk sundai Indonesia Purba, 2011.
2.1.5 Nama asing
Jambhiri orange, rough lemon English, jhatti khatti India, rugoso Italian, rafu remon Japanese, limon rugoso Spanish Anonim, 2012.
2.1.6 Kandungan kimia
Jeruk jingga mengandung flavonoid, coumarin, minyak atsiri terdiri dari limonen, β-pinen, α-pinen, mirsen, nerol, α-terpinen, γ-terpinen, oktanal Anonim,
2012; Sadaf, et al., 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah zat berbau aromatis yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris dan minyak esensial
karena pada suhu kamar mudah menguap di udara terbuka. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Minyak atsiri dalam
keadaan segar dan murni umumnya tidak berwarna, namun pada penyimpanan lama warnanya berubah menjadi lebih gelap karena adanya pengaruh lingkungan.
Pencegahannya, minyak atsiri harus terlindung dari pengaruh cahaya, diisi penuh, ditutup rapat serta disimpan di tempat yang kering dan gelap Gunawan dan
Mulyani, 2004. Kegunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam
berbagai bidang industri antara lain dalam industri kosmetik sabun, pasta gigi, sampo, losion; dalam industri makanan digunakan sebagai bahan penyedap dan
penambah cita rasa; dalam industri parfum sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak wangi; dalam industri farmasi atau obat-obatan antinyeri,
antiinfeksi, antimikroba, antioksidan dan antikanker; dalam industri bahan pengawet; bahkan digunakan sebagai insektisida. Oleh karena itu, tidak heran jika
minyak atsiri banyak dicari Lutony dan Rahmayati, 1994; Fathur, dkk., 2013; Kamal, et al., 2010.
2.2.1 Keberadaan minyak atsiri pada tumbuhan