terlihat  malposisi  sehingga  relasi  horizontal  maupun  vertikal  di  daerah  insisivus  tampak  tidak harmonis,  demikian  pula  erupsi  gigi-gigi  di  sekelilingnya.  Erupsi  gigi  menjadi  terhambat
terutama  gigi  kaninus.  Ektopik  gigi  molar  atas  juga  sering  terjadi,  juga  over  erupsi  gigi  geligi anterior bawah, hal ini disebabkan oleh tidak adanya atau malposisi gigi anterior bawah.
15
2.1.2 Etiologi
Etiologi celah bibir belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang diduga menjadi  pencetus  terjadinya  celah  bibir.  Secara  garis  besar,  faktor  yang  diduga  menjadi
penyebab terjadinya celah bibir dibagi dalam 2 kelompok, yaitu : 1.
Herediter Brophy  1971  menyatakan  bahwa  beberapa  kasus  anggota  keluarga  yang  mempunyai
kelainan  wajah  dan  palatum  terdapat  pada  beberapa  generasi.  Kelainan  ini  tidak  selalu  serupa, tetapi  bervariasi  antara  celah  bibir  unilateral  dan  bilateral.  Pada  beberapa  contoh,  tampaknya
mengikuti  Hukum  Mendel  dan  pada  kasus  lainnya  distribusi  kelainan  itu  tidak  beraturan. Schroder  mengatakan  bahwa  75  dari  faktor  keturunan  yang  menimbulkan  celah  bibir  adalah
resesif dan hanya 25 dominan.
8
Pola penurunan secara herediter dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu:
2
a. Mutasi gen
Ditemukan  sejumlah  sindrom  atau  gejala  menurut  hukum  Mendel  secara  autosomal, dominan,  resesif,  dan  X-linked.  Autosomal  dominan  adalah  keadaan  dimana  kedua  orang  tua
mempunyai  kelainan  genetik  dan  menghasilkan  anak  dengan  kelainan  yang  sama.  Autosomal resesif adalah keadaan dimana kedua orang tua normal tetapi sebagai pembawa gen abnormal. X-
linked  adalah  wanita  dengan  gen  abnormal  tetapi  tidak  menunjukkan  tanda-tanda  kelainan
Universitas Sumatera Utara
sedangkan  pria  dengan  gen  abnormal  menunjukkan  kelainan.  Contoh  sindrom  autosomal  yang dapat  menyebabkan  celah  bibir  adalah  ektodermal  displasia,  sindrom  Waardenburg,  disostosis
kraniofasial, dan sindrom lip-pit.
2,7,13
Gambar  2.  Penderita  celah  bibir  yang  mengidap  sindrom  autosomal ektodermal  displasia  Shivaprakash  PK,  Joshi  HV,  Noorani  H,Reddy  V.
Ectrodactyly,  ectodermal  dysplasia,  and  cleft  lippalate  syndrome:  A  case report of Incomplete syndrome .
http:www.contempclindent.org . 17 Juni
2012.
16
Gambar  3.  Penderita  disostosis  kraniofasial  Anonym.  Craniosynostoses, Syndromic  craniofacial  dysostosis.
http:imaging.consult.com .  17  Juni
2012
17
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Penderita celah bibir bilateral dan celah langit-langit dengan van  der  Woude  syndrome  dan  pit  pada  bibir  bawah.Conners  GP.  Van
der  Woude  Syndrome. http:emedicine.medscape.comarticle950823-
overviewa0199 .17 Juni 2012
18
b. Kelainan kromosom
Gangguan  autosomal  yang  sering  terjadi  pada  bibir  sumbing  adalah  trisomi  21,  trisomi 18, dan trisomi 13-15, dengan penjelasan :
1. Trisomi 21
Trisomi  21  Down  syndrome,  yang  meliputi  kelainan-kelainan  orofasial,  namun  jarang menimbulkan kasus celah.
2
2. Trisomi 18
Penderita dengan penataan kromosom ini memperlihatkan ciri-ciri keterbelakangan jiwa, cacat  jantung  bawaan,  sepasang  telinga  yang  letaknya  rendah,  dan  fleksi  jari-jari  dan  tangan,
mikrognasia,  bibir  sumbing,  bagian  belakang  kepala  menonjol,  kelainan  ginjal,  sindaktili  jari- jari saling melekat dan kelainan susunan rangka.
2
Universitas Sumatera Utara
3. Trisomi 13-15
Kelainan utama sindrom ini adalah keterbelakangan jiwa, cacat jantung bawaan, ketulian, celah bibir dan langit-langit, serta cacat pada mata.
2
2. Lingkungan
a. Faktor usia ibu
Semakin  tinggi  usia  ibu  sewaktu  hamil,  semakin  tinggi  pula  risiko  dari ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan menyebabkan bayi dengan kelahiran trisomi.
Jika wanita berumur 35 tahun, maka sel-sel telurnya juga berumur 35 tahun.
2,3,13
b. Obat-obatan
Akibat  obat yang  digunakan  selama kehamilan terutama untuk  mengobati  penyakit ibu, hampir selalu janin yang tumbuh akan menjadi penerima obat. Penggunaan asetosal atau aspirin
sebagai  obat  analgetik  pada  masa  kehamilan  trimester  pertama  akan  menyebabkan  terjadinya celah  bibir.  Beberapa  obat  yang  tidak  boleh  dikonsumsi  selama  kehamilan  diantaranya
rifampisin,  fanasetin,  sulfonamide,  aminoglikosid,  indometasin,  asam  flufetamat,  ibuprofen, penisilamin, diazepam, dan kortikosteroid. Obat-obat antineoplastik terbukti menyebabkan cacat
ini pada binatang.
2,3,13
Tabel 1
19
. Obat dan polusi lingkungan yang mempengaruhi janin Teratogenik
Efek Aminopterin
Anensefali Aspirin
Celah bibir dan langit-langit Asap rokok hypoxia
Celah bibir dan langit-langit Cytomegalovirus
Mikrosefali, hidrosefali, dan mikroftalmia Dilantin
Celah bibir dan langit-langit Ethyl alcohol
Central midface deficiency 6-mercaptopurine
Celah langit-langit 13-cis
retinoic acid
accutane Retinoic  acid  syndrome,  Treacher  Collins
syndrome
Universitas Sumatera Utara
Virus Rubella Mikroftalmia, katarak, dan ketulian
Thalidomide Treacher Collins syndrome
Taxoplasma sp. Mikrosefali, hidrosefali, mikroftalmia
Irradiation Mikrosefali
Valium Celah bibir dan langit-langit
Paparan vitamin D Premature suture closure
c. Daya pembentukan embrio menurun
Celah bibir sering ditemukan pada anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang  mempunyai anak banyak.
3,8,20
d. Nutrisi
Insidensi  kasus  celah  bibir  dan  celah  langit-langit  tinggi  pada  masyarakat  golongan ekonomi  menengah  kebawah,  penyebabnya  diduga  karena  ibu  kekurangan  gizi  pada  saat
mengandung.  Ibu  yang  kekurangan  asam  folat,  vitamin  B-6,  dan  zinc  yang  berperan  penting dalam  proses  tumbuh  kembang  janin  dalam  masa  kehamilan  berisiko  tinggi  melahirkan  anak
dengan celah bibir.
3,8,20
e. Penyakit infeksi
Penyakit campak, sifilis dan virus rubella yang diderita ibu pada saat mengandung dapat menyebabkan timbulnya celah bibir dan celah langit-langit.
3,8,20
f. Radiasi
Efek teratogenik sinar pengion telah diakui dan diketahui dapat menyebabkan timbulnya celah  bibir  dan  celah  langit-langit.  Efek  genetik  yaitu  yang  mengenai  alat  reproduksi  yang
akibatnya  diturunkan  pada  generasi  selanjutnya,  dapat  terjadi  bila  proses  penyinaran  tidak menyebabkan kemandulan, sebab efek genetik tidak mengenal ambang dosis.
3,8,20
Universitas Sumatera Utara
g. Stress emosional
Tekanan  mental  yang  hebat  seperti  ketakutan  yang  amat  besar,  syok  karena  terkejut mendengar  berita  buruk  dapat  mempengaruhi  tekanan  pada  embrio  yang  berada  dalam
kandungan ibu.
3
Saat dalam keadaan emosional yang stress, korteks adrenal akan menghasilkan hidrokortison yang berlebih.
3,8,20
h. Trauma
Salah  satu  penyebab  trauma  adalah  adanya  benturan  atau  kecelakaan  pada  saat  hamil minggu kelima.
3,8,20
i. Kebiasaan merokok
Ibu  yang  mempunyai  kebiasaan  merokok  dan  masih  diteruskan  selama  kehamilan mempunyai potensi yang lebih besar terhadap terjadinya cacat bawaan ini dibandingkan ibu yang
tidak merokok.
3,8,20
j. Alkohol dan narkotika
Pemakaian  alkohol  oleh  ibu  hamil  bisa  menyebabkan  sindroma  alkohol  pada  janin  dan obat-obatan  tertentu  yang  diminum  oleh  ibu  hamil  juga  bisa  menyebabkan  kelainan  bawaan
seperti celah bibir.
2.2 Patofisiologi