Rekonstruksi Celah Bibir Bilateral dengan Metode Barsky

(1)

REKONTRUKSI CELAH BIBIR BILATERAL DENGAN

METODE BARSKY

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

M. VIGNESVARY MANICKAM NIM: 080600167

DEPARTMEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Bedah Mulut Tahun 2012

M. Vignesvary Manickam

Rekonstruksi Celah Bibir Bilateral dengan Metode Barsky. viii + 36 halaman

Celah bibir dengan atau tanpa celah langitan merupakan kelainan kongenital atau cacat bawaan yang cukup banyak di jumpai di Indonesia. Terbentuknya celah wajah ini disebabkan kegagalan prosesus facialis untuk bersatu pada masa perkembangan embrio, sedangkan upaya untuk mengoreksi terhadap kelainan tersebut terus dikembangkan dengan berbagai metode. Terdapat banyak metode dalam koreksi celah bibir lapioplasti dengan masing-masing kekurangan dan kelebihannya. Metode yang biasa digunakan untuk koreksi celah bibir bilateral antara lain: Millard, Manchester, Straight line closure, dan Barsky.

Metode Barsky merupakan metode yang umumnya digunakan untuk penutupan prolabium yang pendek sehingga menghasilkan koreksi bibir yang tidak natural seperti; terjadinya pemanjangan bibir secara vertikal, ada tarikan satu sisi yang lain, terbentuk seperti pulau pada prolabium di tengah bibir dan biasanya tidak terbentuk miring (cupid bow).

Celah bibir dapat terjadi pada satu sisi (unilateral) maupun kedua sisi (bilateral) secara simetris atau tidak simetris. Keadaan ini semua tergantung tingkat keparahan gangguan dalam proses pertumbuhan pembentukan embrional.

Cacat tetap bila tidak dilakukan rekontruksi, akan menyebabkan masa depan yang suram dan rendah diri selamanya. Tujuan operasi celah bibir adalah untuk menutup celah pada bibir sehingga didapatkan bibir yang mendekati normal baik dalam fungsi maupun


(3)

bentuk untuk memperbaiki penampilan. Pedomen utama dalam melakukan operasi bibir sumbing adalah dengan sesedikit mungkin membuang jaringan dan mempertahankan miring

(Cupid’s bow).

Keberhasilan suatu tindakan setelah operasi tidak hanya tergantung dari operatornya tetapi juga oleh kepedulian pasien, keluarga pasien dan juga obat-obatan dalam pemyembuahan luka.


(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 10 Februari 2012

TIM PENGUJI KETUA : Olivia Avriyanti Hanafiah, drg., Sp.BM ANGGOTA : 1. Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp.BM

2. Indra Basar Siregar, drg., M.Kes 3. Hendry Rusdy, drg., Sp.BM., Kes


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 10 Februari 2012

Pembimbing : Tanda tangan

Shaukat Hasbi Osmani, drg., Sp.BM NIP : 19491016 197903 1 001


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan, atas berkat rahmatNya yang diberikan kepada penulis, sehingga sehingga skripsi ini telah selesai disusun dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp.BM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Eddy A. Ketaren,.drg., Sp.BM selaku kepala Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi USU.

4. Seluruh staf pengajar FKG USU khususnya Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial yang telah memberi ilmu dan bimbingan di bidang Kedokteran Gigi.

5. Teristimewa buat ibu tercinta, Jayalacthumi yang telah memberikan kasih sayang, didikan, doa dan dukungan baik moril maupun materi dan hanya Tuhan saja yang dapat membalasnya.


(7)

6. Abang Babu, dan Saravenen serta kakak Mangai dan Vijaya yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan moral.

7. Teman-teman terdekat penulis yaitu Loges, Puva, Kal, Priya, Tamil, Suba, Radha dan teman yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis.

Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki menjadikan skripsi ini kurang sempurna, tetapi penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan, dan masyarakat.

Medan, 10 Februari 2012

Penulis

(M. Vignesvary Manickam)


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... viii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

BAB 2 CELAH BIBIR 2.1 Pengertian umum celah bibir (cleft lip)... 4

2.2 Etiologi... 4

2.2.1Faktor genetik... 4

2.2.2 Faktor non-Genetik... 5

2.3 Klasifikasi celah bibir dan celah langit-langit... 7

2.4 Komplikasi jika tidak dilakukan operasi... 10

2.5 Pencegahan celah bibir... 12

BAB 3 EMBRIOLOGI DAN PROSES PEMBENTUKAN CELAH BIBIR 3.1 Embriologi... 17

3.2 Proses pembentukan celah bibir... 19

3.3 Diagnosa celah bibir... 22

3.3.1 Dignosa prenatal... 22

3.3.2 Dignosa postnatal... 24

BAB 4 REKONTRUKSI CELAH BIBIR BILATERAL KOMPLIT DAN TIDAK KOMPLIT 4.1 Waktu optimal untuk rekontruksi celah bibir... 25

4.2 Persiapan pra bedah... 26

4.3 Desain Barsky... 27

4.4 Penatalaksanaan metode Barsky... 29

4.5 Perawatan sesudah bedah... 31


(9)

BAB 5 KESIMPULAN... 33


(10)

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 1 A. Celah pada langit-langit lunak saja. B. Celah pada

langit-langit lunak dan keras. C. Celah yang meliputi

langit-langit dan lunak keras juga alveolar pada satu sisi. D.

Celah yang meliputi langit lunak dan keras juga alveolar dan bibir pada dua sisi... 8

Gambar 2 A. Celah bibir unilateral tidak komplit. B. Celah bibir

unilateral. C. Celah bibir bilateral dengan celah langit-langit

dan tulang alveolar. D. Celah

langit-langit... 10

Gambar 3 Penggunaan dot khusus pada bayi dengan celah... 11

Gambar 4 Wajah dilihat dari Aspek Frontal. A, Embrio 5 minggu.

B, Embrio 6 minggu. Tonjol nasal sedikit demi sedikit terpisah dari tonjol maxila dengan alur yang dalam. C, Embrio 7 bulan. D, Embrio 10 bulan. Tonjol maksila berangsur-angsur bergabung dengan lipatan nasal dan alur terisi dengan mesenkim... 18


(11)

Gambar 5 Gambaran Frontal Embrio Usia 61/2 Minggu- 10 Minggu.

A, Gambaran frontal embrio usia 61/2 minggu. Palatine

shelves berada di posisi vertical pada tiap sisi lidah.

B, Gambaran ventral embrio usia 61/2 minggu. C, Gambaran

frontal kepala embrio usia 71/2 minggu. Lidah sudah bergerak

turun dan lempeng langit-langit mencapai posisi horizontal. D, Gambaran ventral kepala embrio usia 71/2 minggu. E, Gambaran

frontal kepala embrio usia 10 minggu. Kedua lempeng langit-langit

sudah bersatu satu sama lain juga dengan nasal septum... 21

Gambar 6 Gambaran bibir dan palatum... 21

Gambar 7 Penggunaan ultrasonografi untuk melihat terjadinya celah bibir

pada masa kehamilan... 23

Gambar 8 Desain metode Barsky... 28

Gambar 9 Hasil akhir post pembedahan Labioplasti Metode Barsky... 28

Gambar 10 Foto pasien labiognatopalatoschizis bilateral komplit dan tidak


(12)

Gambar 11 a. Desain metode Barsky. b. Insisi desain metode Barsky. c.

Sesudah penjahitan otot bibir dan kulit. d. Penjahitan kulit dan


(13)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Bedah Mulut Tahun 2012

M. Vignesvary Manickam

Rekonstruksi Celah Bibir Bilateral dengan Metode Barsky. viii + 36 halaman

Celah bibir dengan atau tanpa celah langitan merupakan kelainan kongenital atau cacat bawaan yang cukup banyak di jumpai di Indonesia. Terbentuknya celah wajah ini disebabkan kegagalan prosesus facialis untuk bersatu pada masa perkembangan embrio, sedangkan upaya untuk mengoreksi terhadap kelainan tersebut terus dikembangkan dengan berbagai metode. Terdapat banyak metode dalam koreksi celah bibir lapioplasti dengan masing-masing kekurangan dan kelebihannya. Metode yang biasa digunakan untuk koreksi celah bibir bilateral antara lain: Millard, Manchester, Straight line closure, dan Barsky.

Metode Barsky merupakan metode yang umumnya digunakan untuk penutupan prolabium yang pendek sehingga menghasilkan koreksi bibir yang tidak natural seperti; terjadinya pemanjangan bibir secara vertikal, ada tarikan satu sisi yang lain, terbentuk seperti pulau pada prolabium di tengah bibir dan biasanya tidak terbentuk miring (cupid bow).

Celah bibir dapat terjadi pada satu sisi (unilateral) maupun kedua sisi (bilateral) secara simetris atau tidak simetris. Keadaan ini semua tergantung tingkat keparahan gangguan dalam proses pertumbuhan pembentukan embrional.

Cacat tetap bila tidak dilakukan rekontruksi, akan menyebabkan masa depan yang suram dan rendah diri selamanya. Tujuan operasi celah bibir adalah untuk menutup celah pada bibir sehingga didapatkan bibir yang mendekati normal baik dalam fungsi maupun


(14)

bentuk untuk memperbaiki penampilan. Pedomen utama dalam melakukan operasi bibir sumbing adalah dengan sesedikit mungkin membuang jaringan dan mempertahankan miring

(Cupid’s bow).

Keberhasilan suatu tindakan setelah operasi tidak hanya tergantung dari operatornya tetapi juga oleh kepedulian pasien, keluarga pasien dan juga obat-obatan dalam pemyembuahan luka.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

Celah bibir (cleft lip) merupakan kelainan bawaan telah dikenal sejak dahulu, sedangkan upaya untuk mengoreksi terhadap kelainan tersebut terus dikembangkan dengan berbagai metode. Terdapat banyak metode dalam koreksi celah bibir lapioplasti dengan masing-masing kekurangan dan kelebihannya. Metode yang biasa digunakan untuk koreksi celah bibir bilateral antara lain: Millard, Manchester, Straight line closure, dan Barsky.21 Metode Barsky merupakan metode yang umumnya digunakan untuk penutupan prolabium yang pendek sehingga menghasilkan koreksi bibir yang tidak natural seperti; terjadinya pemanjangan bibir secara vertikal, ada tarikan satu sisi yang lain, terbentuk seperti pulau pada prolabium di tengah bibir dan biasanya tidak terbentuk miring (cupid bow).4,19,20

Celah bibir dapat terjadi pada satu sisi (unilateral) maupun kedua sisi (bilateral) secara simetris atau tidak simetris. Keadaan ini semua tergantung tingkat keparahan gangguan dalam proses pertumbuhan pembentukan embrional.5 Celah bibir termasuk kelainan kraniofasial yang terjadi pada proses pembentukan janin dalam masa kandungan ibunya. Kecacatan yang terjadi pada bagian wajah dan mulut menyebabkan bayi cacat fisik maupun mental dan secara psikologis sangat mencemaskan orang tuanya. Penyebab celah bibir belum diketahui pasti, tetapi terdapat bahwa ada dua faktor yang berperan dalam timbulnya bibir sumbing, yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan.1,2,9 Faktor lingkungan memainkan peranan terjadinya celah bibir pada saat kritis penyatuan bagian-bagian bibir dan palatum. Pada wanita hamil yang mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan atau tidak benar, seperti kortison, aspirin, obat-obatan anti-konvulsi, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya celah bibir. Radiasi yang berlebihan juga dapat meningkatkan resiko terjadinya cacat bayi,


(16)

juga pada ibu yang mempunyai kebiasaan merokok dan waktu hamil masih diteruskan juga mempunyai resiko terjadinya cacat pada bayinya.1,2,3 Faktor herediter dianggap sebagai faktor yang sudah dapat dipastikan sebagai penyebab terjadinya celah bibir. Brophy (1971) mencatat beberapa kasus anggota keluarga yang mempunyai kelainan wajah dan palatal yang terdapat pada beberapa generasi. Kelainan ini tidak selalu serupa, tetapi bervariasi antara celah bibir unilateral dan bilateral. Pada beberapa contoh, tampaknya mengikuti hukum Mendel dan pada kasus lainnya distribusi kelainan itu tidak beraturan. Schroder mengatakan bahwa 75% dari faktor keturunan yang menimbulkan celah bibir adalah resesif dan hanya 25% bersifat dominan.13,27

Insidensi celah bibir dengan atau tanpa celah langit-langit bervariasi tergantung dari etnis, dimana insiden pada orang asia lebih besar daripada pada orang kulit putih dan kulit hitam. Secara umum angka kejadian celah bibir dengan atau tanpa celah langit-langit 1:750-1000 kelahiran, insidensi pada ras Asia 1:500 kelahiran, ras Caucasian 1: 750 kelahiran, ras African American 1:2000 kelahiran.4 Variasi celah bibir lebih sering terjadi pada anak laki-laki, sementara celah langit-langit lebih sering pada anak perempuan.4,29

Cacat tetap bila tidak dilakukan rekontruksi, akan menyebabkan masa depan yang suram dan rendah diri selamanya. Tujuan operasi celah bibir adalah untuk menutup celah pada bibir sehingga didapatkan bibir yang mendekati normal baik dalam fungsi maupun bentuk untuk memperbaiki penampilan. Pedoman utama dalam melakukan operasi bibir sumbing adalah dengan sesedikit mungkin membuang jaringan dan mempertahankan miring


(17)

BAB 2

CELAH BIBIR (CLEFT LIP)

2.1 Pengertian umum celah bibir (cleft lip)

Celah bibir (cleft lip) merupakan kelainan

perkembangan wajah pada masa embrio. Celah dapat terjadi pada (palatum), ataupun pada keduanya. Celah pada bibir disebut labiochisis sedangkan celah pada langit-langit mulut disebut palatoschisis. Penanganan celah adalah dengan cara pembedahan.

13,24,27

2.2 Etiologi celah bibir

Etiologi celah bibir adalah multifaktorial dan etiologi celah bibir belum dapat diketahui secara pasti. Pembentukan bibir terjadi pada masa embrio minggu keenam sampai minggu kesepuluh kehamilan. Penyebab kelainan ini dipengaruhi berbagai faktor, disamping faktor genetik sebagai penyebab celah bibir, juga faktor non genetik yang justeru lebih sering muncul dalam populasi, kemungkinan terjadi satu individu dengan individu lain berbeda.3,13,24,27

2.2.1 Faktor genetik

Faktor herediter mempunyai dasar genetik untuk terjadinya celah bibir telah diketahui tetapi belum dapat dipastikan sepenuhnya. Kruger (1957) mengatakan sejumlah kasus yang telah dilaporkan dari seluruh dunia tendensi keturunan sebagai penyebab kelainan ini diketahui lebih kurang 25-30%. Dasar genetik terjadinya celah bibir dikatakan sebagai gagalnya mesodermal berproliferasi melintasi garis pertemuan, di mana bagian ini seharusnya


(18)

bersatu dan biasa juga karena atropi dari pada epithelium ataupun tidak adanya perubahan otot pada epithelium ataupun tidak adanya perubahan otot pada daerah tersebut. Sebagai tanda adanya hipoplasia mesodermal. Adanya gen yang dominan dan resesif juga merupakan penyebab terjadinya hal ini. Teori lain mengatakan bahwa celah bibir terjadi karena :

 Dengan bertambahnya usia ibu hamil dapat menyebabkan ketidak kebalan embrio terhadap terjadinya celah.

 Adanya abnormalitas dari kromosom menyebabkan terjadinya malformasi kongenital yang ganda.

 Adanya tripel autosom sindrom termasuk celah mulut yang diikuti dengan anomali kongenital yang lain.9,13,24

2.2.1 Faktor Non-Genetik

Faktor non-genetik memegang peranan penting dalam keadaan krisis dari penyatuan bibir pada masa kehamilan. Beberapa hal yang berperan penyebab terjadinya celah bibir :

a. Defisiensi nutrisi

Nutrisi yang kurang pada masa kehamilan merupakan satu hal penyabab terjadinya celah. Melalui percobaan yang dilakukan pada binatang dengan memberikan vitamin A secara berlebihan atau kurang. Yang hasilnya menimbulkan celah pada anak-anak tikus yang baru lahir. Begitu juga dengan defisiensi vitamin riboflavin pada tikus yang sedang dan hasilnya juga adanya celah dengan persentase yang tinggi, dan pemberiam kortison pada kelinci yang sedang hamil akan menimbulkan efek yang sama.9,27

a. Zat kimia

Pemberian aspirin, kortison dan insulin pada masa kehamilan trimester pertama dapat meyebabkan terjadinya celah. Obat-obat yang bersifat teratogenik seperti thalidomide dan phenitonin, serta alkohol, kaffein, aminoptherin dan injeksi steroid.9,27


(19)

b. Virus rubella

Frases mengatakan bahwa virus rubella dapat menyebabkan cacat berat, tetapi hanya sedikit kemungkinan dapat menyebabkan celah.13

c. Beberapa hal lain yang juga berpengaruh yaitu :  Kurang daya perkembangan

 Radiasi merupakan bahan-bahan teratogenik yang potent

 Infeksi penyakit menular sewaktu trimester pertama kehamilan yang dapat menganngu foetus

 Gangguan endokrin

 Pemberian hormon seks, dan tyroid

 Merokok, alkohol, dan modifikasi pekerjaan

Faktor-faktor ini mempertinggi insiden terjadinya celah mulut, tetapi intensitas dan waktu terjadinya lebih penting dibandingkan dengan jenis faktor lingkungan yang spesifik.

d. Trauma

Strean dan Peer melaporkan bahwa trauma mental dan trauma fisik dapat menyebabkan terjadinya celah. Stress yang timbul menyebabkan fungsi korteks adrenal terangsang untuk mensekresi hidrokortison sehingga nantinya dapat mempengaruhi keadaan ibu yang sedang mengandung dan dapat menimbulkan celah, dengan terjadinya stress yang mengakibatkan celah yaitu : terangsangnya hipothalamus adrenocorticotropic hormone

(ACTH). Sehingga merangsang kelenjar adrenal bagian glukokortikoid mengeluarkan hidrokortison, sehingga akan meningkat di dalam darah yang dapat menganggu pertumbuhan.


(20)

2.3 Klasifikasi celah bibir dan celah langit-langit

Klasifikasi yang diusulkan oleh Veau dibagi dalam 4 golongan yaitu : Golongan I : Celah pada langit-langit lunak (gambar 1).

Golongan II : Celah pada langit-langit lunak dan keras dibelakang foramen insisivum (gambar 2).

Golongan III : Celah pada langit-langit lunak dan keras mengenai tulang alveolar dan bibir pada satu sisi (gambar 3).

Golongan IV : Celah pada langit-langit lunak dan keras mengenai tulang alveolar dan bibir pada dua sisi (gambar 4).3,9

Gambar 1. A. Celah pada langit-langit lunak saja. B. Celah pada langit-langit lunak dan keras. C. Celah yang meliputi langit-langit dan lunak keras juga alveolar pada satu sisi. D. Celah yang meliputi langit lunak dan keras juga alveolar dan bibir pada dua sisi. (Young & Greg. Cleft lip and palate.


(21)

Klasifikasi dari American Cleft Association (1962) yaitu : 1. Celah langit-langit primer

Celah bibir : unilateral, median atau bilateral dengan derajat luas celah 1/3, 2/3 dan 3/3.

Celah alveolar dengan segala variasinya. 2. Celah langit-langit sekunder

Celah langit-langit lunak dengan variasinya. Celah langit-langit keras dengan variasinya.

3. Celah mandibula

Klasifikasi celah bibir dan celah langit-langit menurut Kernahan dan Stark (1958) yaitu:

Group I : Celah langit-langit primer. Dalam grup ini termasuk celah bibir, dan kombinasi celah bibir dengan celah pada tulang alveolar. Celah terdapat dimuka foramen insisivum.

Group II : Celah yang terdapat dibelakang foramen insisivum. Celah langit-langit lunak dan keras dengan variasinya.

Celah langit-langit sekunder.

Group III : Kombinasi celah langit-langit primer (group I) dengan langit-langit sekunder (group II).4,9


(22)

Gambar 2. (A) Celah bibir unilateral tidak komplit, (B) Celah bibir unilateral (C) Celah bibir bilateral dengan celah langit-langit dan tulang alveolar, (D) Celah langit-langit. (Stoll et al.BMC Medical genetics. 2004, 154.)

2.4 Komplikasi jika tidak dilakukan pembedahan a. Masalah asupan makanan

Masalah asupan makanan merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita celah bibir. Adanya celah bibir memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah refleks hisap dan refleks menelan pada bayi dengan celah bibir tidak sebaik normal, dan bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu. Cara memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin dapat membantu proses menyusui bayi dan menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala dapat membantu. Bayi yang hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labiopalatochisis biasanya membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam


(23)

dot ini dapat keluar dengan tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labio-palatoschisis dan bayi dengan masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu.13,21,24

Gambar 3. Penggunaan dot khusus pada bayi dengan celah (Anonymous. Breastfeeding specialist. 7/12/2009. http://

b. Masalah dental

Anak yang lahir dengan celah bibir mungkin mempunyai masalah tertentu yang berhubungan dengan kehilangan gigi, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada area dari celah bibir yang terbentuk.

c. Infeksi telinga

Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.13,21,24

d. Gangguan berbicara

Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of 6 speech). Meskipun telah dilakukan reparasi


(24)

palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas untuk menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal. Penderita celah palatum memiliki kesulitan bicara, sebagian karena palatum lunak cenderung pendek dan kurang dapat bergerak sehingga selama berbicara udara keluar dari hidung. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara/ kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh, dan ch", dan terapi bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu.13,24

2.5 Pencegahan celah bibir 1. Menghindari merokok

Ibu yang merokok mungkin merupakan faktor risiko lingkungan terbaik yang telah dipelajari untuk terjadinya celah orofacial. Ibu yang menggunakan tembakau selama kehamilan secara konsisten terkait dengan peningkatan resiko terjadinya celah-celah orofacial. Mengingat frekuensi kebiasaan kalangan perempuan di Amerika Serikat, merokok dapat menjelaskan sebanyak 20% dari celah orofacial yang terjadi pada populasi negara itu. 25

Lebih dari satu miliar orang merokok di seluruh dunia dan hampir tiga perempatnya tinggal di negara berkembang, sering kali dengan adanya dukungan publik dan politik tingkat yang relatif rendah untuk upaya pengendalian tembakau. (Aghi et al.,2002). Banyak laporan telah mendokumentasikan bahwa tingkat prevalensi merokok pada kalangan perempuan berusia 15-25 tahun terus meningkat secara global pada dekade terakhir (Windsor, 2002). Diperkirakan bahwa pada tahun 1995, 12-14 juta perempuan di seluruh dunia merokok selama kehamilan mereka dan, ketika merokok secara pasif juga dicatat, 50 juta perempuan hamil, dari total 130 juta terpapar asap tembakau selama kehamilan mereka (Windsor, 2002). 25


(25)

Peminum alkohol berat selama kehamilan diketahui dapat mempengaruhi tumbuh kembang embrio, dan langit-langit mulut sumbing telah dijelaskan memiliki hubungan dengan terjadinya defek sebanyak 10% kasus pada sindrom alkohol fetal (fetal alcohol syndrome). Pada tinjauan yang dipresentasikan di Utah Amerika Serikat pada acara pertemuan konsensus WHO (bulan Mei 2001), diketahui bahwa interpretasi hubungan antara alkohol dan celah orofasial dirumitkan oleh biasa yang terjadi di masyarakat. Dalam banyak penelitian tentang merokok, alkohol diketemukan juga sebagai pendamping, namun tidak ada hasil yang benar-benar disebabkan murni karena alkohol.25,30

3. Nutrisi

Nutrisi yang adekuat dari ibu hamil saat konsepsi dan trimester I kehamilan sangat penting bagi tumbuh kembang bibir, palatum dan struktur kraniofasial yang normal dari fetus.30

a. Asam Folat

Peran asupan folat pada ibu dalam kaitannya dengan celah orofasial sulit untuk ditentukan dalam studi kasus-kontrol manusia karena folat dari sumber makanan memiliki bioavaibilitas yang luas dan suplemen asam folat biasanya diambil dengan vitamin, mineral dan elemen-elemen lainnya yang juga mungkin memiliki efek protektif terhadap terjadinya celah orofasial. Folat merupakan bentuk poliglutamat alami dan asam folat ialah bentuk monoglutamat sintetis. Pemberian asam folat pada ibu hamil sangat penting pada setiap tahap kehamilan sejak konsepsi sampai persalinan. Asam folat memiliki dua peran dalam menentukan hasil kehamilan. Satu, ialah dalam proses maturasi janin jangka panjang untuk mencegah anemia pada kehamilan lanjut. Kedua, ialah dalam mencegah defek kongenital selama tumbuh kembang embrionik. Telah disarankan bahwa suplemen asam folat pada ibu hamil memiliki peran dalam mencegah celah orofasial yang non sindromik seperti bibir dan/atau langit-langit sumbing.


(26)

b. Vitamin B-6

Vitamin B-6 diketahui dapat melindungi terhadap induksi terjadinya celah orofasial secara laboratorium pada binatang oleh sifat teratogennya demikian juga kortikosteroid, kelebihan vitamin A, dan siklofosfamid. Deoksipiridin, atau antagonis vitamin B-6, diketahui menginduksi celah orofasial dan defisiensi vitamin B-6 sendiri cukup untuk membuktikan terjadinya langit-langit mulut sumbing dan defek lahir lainnya pada binatang percoban. Namun penelitian pada manusia masih kurang untuk membuktikan peran vitamin B-6 dalam terjadinya celah. 25,30

c. Vitamin A

Asupan vitamn A yang kurang atau berlebih dikaitkan dengan peningkatan resiko terjadinya celah orofasial dan kelainan kraniofasial lainnya. Hale adalah peneliti pertama yang menemukan bahwa defisiensi vitamin A pada ibu menyebabkan defek pada mata, celah orofasial, dan defek kelahiran lainya pada babi. Penelitian klinis manusia menyatakan bahwa paparan fetus terhadap retinoid dan diet tinggi vitamin A juga dapat menghasilkan kelainan kraniofasial yang gawat. Pada penelitian prospektif lebih dari 22.000 kelahiran pada wanita di Amerika Serikat, kelainan kraniofasial dan malformasi lainnya umum terjadi pada wanita yang mengkonsumsi lebih dari 10.000 IU vitamin A pada masa perikonsepsional. 25

4. Modifikasi Pekerjaan

Dari data-data yang ada dan penelitian skala besar menyerankan bahwa ada hubungan antara celah orofasial dengan pekerjaan ibu hamil (pegawai kesehatan, industri reparasi, pegawai agrikulutur). Teratogenesis karena trichloroethylene dan tetrachloroethylene pada air yang diketahui berhubungan dengan pekerjaan bertani mengindikasikan adanya peran dari pestisida, hal ini diketahui dari beberapa penelitian, namun tidak semua. Maka sebaiknya pada wanita hamil lebih baik mengurangi jenis pekerjaan yang terkait. Pekerjaan ayah dalam


(27)

industri cetak, seperti pabrik cat, operator motor, pemadam kebakaran atau bertani telah diketahui meningkatkan resiko terjadinya celah orofasial. 25

5. Suplemen Nutrisi

Beberapa usaha telah dilakukan untuk merangsang percobaan pada manusia untuk mengevaluasi suplementasi vitamin pada ibu selama kehamilan yang dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan. Hal ini dimotivasi oleh hasil baik yang dilakukan pada percobaan pada binatang. Usaha pertama dilakukan tahun 1958 di Amerika Serikat namun penelitiannya kecil, metodenya sedikit dan tidak ada analisis statistik yang dilaporkan. Penelitian lainnya dalam usaha memberikan suplemen multivitamin dalam mencegah celah orofasial dilakukan di Eropa dan penelitinya mengklaim bahwa hasil pemberian suplemen nutrisi adalah efektif, namun penelitian tersebut memiliki data yang tidak mencukupi untuk mengevaluasi hasilnya.Salah satu tantangan terbesar dalam penelitian pencegahan terjadinya celah orofasial adalah mengikutsertakan banyak wanita dengan resiko tinggi pada masa produktifnya. 25,30


(28)

BAB 3

EMBRIOLOGI DAN PROSES PEMBENTUKAN CELAH BIBIR

3.1 Embriologi

Celah bibir dan celah langit-langit dibentuk pada masa embrio. Studi mengenai perkembangan wajah embrio manusia merupakan suatu hal yang mudah dimengerti dengan jelas bagaimana kelainan ini dapat terjadi. Untuk itu dari usia dini dan akhir minggu kedelapan dari janin harus segera diikuti perkembanganya.

Perkembangan wajah terjadi pada minggu keempat setelah fertilisasi, dengan penumpukan 5 buah tonjolan yang mengelilingi stomodeum. Prosesus ini adalah ‘prosesus fasialis’ sebagai hasil dari akumulasi sel mesenkim yang berada di bawah permukaan epitel. Mesenkim ini merupakan ektomesenkimal dan berkontribusi terhadap perkembangan struktur orofasial seperti saraf, gigi, tulang serta mukosa mulut. Penonjolan yang berada diatas stomodeum disebut prosesus frontonasalis, memberikan kontribusi terhadap perkembangan hidung dan juga bibir atas. Dua buah prosesus mandibularis berada di bagian bawah dan lateral stomadeum yang berkontribusi pada perkembangan rahang bawah serta bibir. Prosesus maxilaris berada di atas prosesus mandibularis yang berkontribusi dalam perkembangan rahang atas dan bibir. 3, 25, 26,29


(29)

Gambar 4. Wajah dilihat dari aspek Frontal. A, Embrio 5 minggu. B, Embrio 6 minggu. Tonjol nasal sedikit demi sedikit terpisah dari tonjol maxila dengan alur yang dalam. C, Embrio 7 bulan. D, Embrio 10 bulan. Tonjol maksila berangsur-angsur bergabung dengan lipatan nasal dan alur terisi dengan mesenkim. (Langman J.

Medical embryology. 3th ed. Baltimore: The Williams & Wilkins Company 1995: 156-9)

Baskar, 1976 mengatakan pembentukan bibir dan langit-langit terjadi pada minggu keenam sampai minggu kesepuluh kehamilan. Janin pada minggu keempat kehamilan, dimulai dengan berkembangnya prosesus maksilaris dan prosesus frontonasalis. Embrio dengan panjang 6,5 mm.28

Perkembangan embriologi hidung, bibir dan palatum terjadi antara minggu ke-5 hingga minggu 10. Gambar 4 menunjukkan perkembangan wajah embrio dari minggu ke-5 hingga ke-10 dilihat dari aspek frontal. Pada minggu ke-ke-5, tumbuh dua penonjolon yaitu prosesus lateralis dan prosesus frontanasalis. Selama 2 minggu selanjutnya prosesus maxilaris akan meneruskan pertumbuhannya kearah tengah dan menekan prosesus frontonasalis kearah titik tengah. Penyatuan kedua penonjolan ini akan membentuk bibir. Dari prosesus maxilaris akan tumbuh 2 lembeng yang dsebut lembeng langit-langit (palatine shelves). Lembeng langit-langit akan terbentuk pada minggu ke-6 mengarah ke bawah miring


(30)

pada salah satu sisi lidah. Kemudian pada minggu ke-7, lembeng langit-langit akan naik ke posisi horizontal diatas lidah dan berfusi satu sama lain membentuk palatum sekunder. Dibagian anterior penyatuan dua lembeng langit-langit ini dengan triangular palatum primer akan membentuk foramen insisif. Pada minggu ke-7 hingga ke-10 palatine shelves bergabung satu sama lain dan dengan palatum primer. Gambar 5 menunjukkan proses tersebut dilihat dari aspek frontal kepala embrio usia 6 sampai 10 minggu. 9, 25, 26, 28

3.2 Proses Pembentukan Celah Bibir dan Celah langit-langit

Dari beberapa peneliti berusaha memahami bagaimana celah bibir dan celah langit-langit terjadi, hal ini masih sulit dimengerti dan keterangan yang telah ada masih terbatas dan dipertimbangkan.

Seperti yang telah dikemukan diatas pada minggu kelima sampai keenam pada prosesus frontonasalis adalah terbentuk prosesus nasalis medialis dan prosesus nasalis lateralis, dan akhir minggu keenam dan awal minggu ketujuh, prosesus maksilaris berkembang kearah depan menuju kegaris tengah dibawah prosesus nasalis lateralis, dan mendekati prosesus nasalis medialis untuk bersatu. Pada saat ini epitel, kemudian pecah sehingga memungkinkan mesoderm bersatu sehingga bibir berkembang dengan sempurna. Jika terjadi gangguan kegagalan ini fusi prosesus maksilaris dengan prosesus nasalis medialis maka akan terjadi celah bibir.

Proses fusi ini merupakan struktur garis median dari proses pembentukan philtrum. Hal ini yang menyebabkan terjadinya unilateral atau bilateral tetapi tidak digaris tengah.

Terjadinya celah langit-langit, jika prosesus maksilaris dengan prosesus frontonasalis dalam bidang horizontal gagal bersatu. Celah langit-langit ini bervariasi, jika hanya satu


(31)

lembeng berfusi dengan septum nasalis maka terjadi celah langit-langit unilatetal, jika kedua lembeng gagal berfusi terjadi celah langit-langit bilateral.

Perkembangan wajah yang normal tergantung dari pertumbuhan yang harmonis dari bagian-bagian tertentu yang dapat bertumbuh secara dinamis. Selama periode krisis perkembangan yang tidak sejalan dan adanya kekurangan proliferasi dari pada mesoderm contoh membentuk jaringan ikat penghubung yang melintasi garis fusi yang menjadi penyebab berbagai macam proses embrio dalam pembentukan celah. 3, 25, 26

Gambar 5. Gambaran Frontal Embrio Usia 61/2 Minggu-10 Minggu. A, Gambaran frontal embrio usia 61/2

minggu. Palatine shelves berada di posisi vertical pada tiap sisi lidah. B, Gambaran ventral embrio usia 61/2

minggu. C, Gambaran frontal kepala embrio usia 71/2 minggu. Lidah sudah bergerak turun dan lempeng

langit-langit mencapai posisi horizontal. D, Gambaran ventral kepala embrio usia 71/2 minggu. E, Gambaran frontal

kepala embrio usia 10 minggu. Kedua lempeng langit-langit sudah bersatu satu sama lain juga dengan nasal septum. (Petterson, Cleft lip and cleft palate. 2000, 127)


(32)

Gambar 6. Gambaran bibir dan palatum. (Millard, Ralph D., Jr. Cleft craft. Boston: Little, Brown, 1999: 55) 3.3 Dignosa celah bibir

3.3.1 Diagnosa prenatal

Deteksi prenatal dapat dilakukan dengan beragam teknik. Fetoskopi telah digunakan untuk memberikan gambaran wajah fetus. Akan tetapi teknik ini bersifat invasif dan dapat menimbulkan resiko menginduksi aborsi. Namun demikian, teknik ini mungkin tepat digunakan untuk konfirmasi pada beberapa cacat/kelainan pada kehamilan yang kemungkinan besar akan diakhiri. Teknik lain seperti ultrasonografi intrauterine, magnetic resonance imaging, deteksi kelainan enzim pada cairan amnion dan transvaginal ultrasonografi keseluruhannya dapat mendeteksi dengan sukses celah bibir dan celah langit-langit secara antenatal. Tetapi, pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dibatasi pada biaya, invasifitas dan persetujuan pasien. Ultrasound transabdominal merupakan alat yang paling sering digunakan pada deteksi antenatal celah bibir dan celah langit-langit, yang memberikan keamanan dalam prosedur, ketersediaannya, dan digunakan secara luas pada skrining anatomi antenatal


(33)

Mereka dapat menemui anggota dari kelompok yang memiliki, celah bibir dan celah langit-langit belajar mengenai pemberian makanan khusus dan memahami apa yang harus diharapkan ketika bayi lahir. Deteksi dini juga memperkenankan kepada ahli bedah untuk bertemu dengan keluarga sebelum kelahiran dan mendiskusikan pilihan perbaikan. Dengan waktu konseling dan

rencana yang tepat, memungkinkan untuk melaksanakan perbaikan dari celah bibir unilateral pada minggu pertama kehidupan.

Gambar 7. Penggunaan ultrasonografi sebagai cara untuk melihat terjadinya celah bibir pada masa kehamilan. (Hill M. Embryology. 2007

Terdapat beberapa hal yang menarik perhatian dalam pembedahan fetus yang merupakan bentuk potensial dari pengobatan celah bibir dan celah langit-langit. Meskipun persoalan teknik dan etika seputar konsep ini masih belum dapat dipecahkan. Pada pembedahan in utero manipulasi perlu dipertimbangkan, deteksi cacat/kelainan sedini mungkin diterapkan pada masa kehamilan.25


(34)

3.3.2 Dignosa postnatal

Biasanya, celah (cleft) pada bibir dan palatum segera didiagnosa pada saat kelahiran. Celah dapat terlihat seperti sudut kecil pada bibir atau dapat memanjang dari bibir hingga ke gusi atas dan palatum. Namun tidak jarang, celah hanya terdapat pada otot palatum molle, yang terletak pada bagian belakang mulut dan tertutupi oleh lapisan mulut (mouth's lining) karena letaknya yang tersembunyi, tipe celah ini tidak dapat didiagnosa hingga beberapa waktu.25


(35)

BAB 4

REKONTRUKSI CELAH BIBIR BILATERAL KOMPLIT DAN TIDAK KOMPLIT

4.1 Waktu optimal untuk rekontruksi celah bibir

Perawatan yang dilakukan terhadap penderita celah bibir dan celah langit – langit merupakan suatu proses yang harus dimulai sejak dini. Seperti yang kita ketahui bersama anak termasuk cacat celah bibir dan celah langit-langit akan membawa dampak yang serius dalam pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya apabila tidak ditanggulangi dari awal dengan usia muda.13

Walaupun penanganan penderita ini berbeda dari waktu umumnya baik terutama tidak menghidap infeksi pernafasan akut, dan tidak menderita pilek, serta diadakan pemeriksaan dahulu terhadap keadaan darah, urin, serta toraksnya.

Seperti yang telah diterangkan diatas bahwa syarat umum dilakukan operasi adalah anak/bayi sehat, tidak menderita penyakit atau kelainan sistemik. Selain syarat tersebut diatas, maka sebagai pedomen yang harus diiluti “The Rule Of Over 10’s” dari Millard, yaitu :

1. Umur anak minimal 10 minggu.

Pada saat seperti ini merupakan waktu yang tepat untuk dilakukan rekontruksi, terutama perlu diperhatikan adalah system cardio – respiration dan daya tahan vaskular pulmonarnya. Pada penderita ini hendaknya diamati tanda dan gejala gangguan tidur ( sleep-apnea) dengan menanyakan kepada orang tuanya apakah pasien kebiasaan mendengkur,


(36)

gelisah, berkeringat waktu malam, sulit bernafas, ataupun terlihat sianosis. Keadaan seperti ini supaya dikonsultasikan kebahagian THT untuk ditangani.

2. Beratnya minimal 10 lbs (5kg)

3. Hb minimal 10 gms (10mg per 100ml) dan lekosit tidak boleh diatas 10 000 sel per mm3.13,24,27

Selain kondisi fisik pasien waktu operasi atau jenis operasi yang harus dipertimbangkan juga harus ada kerjasama yang baik dari anggota tim yang merawat.

4.2 Persiapan pra bedah

Persiapan pra bedah penting sekali untuk mengurangi faktor resiko karena hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan penderita. Dalam persiapan inilah ditentukan adanya kontraindikasi operasi, toleransi penderita terhadap tindakan bedah, dan ditetapkan waktu yang tetap untuk dilakukan pembedahan.

Tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan pembedahan dimaksudkan untuk mempersiapkan penderita agar hambatan pasca bedah dapat dicegah. Hambatan-hambatan bedah dapat diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis merupakan tindakan pertama dalam proses pemeriksaan pasien. Tujuan anamnesis ini adalah untuk memperoleh gambaran kesehatan pasien secara umum maupun khusus.10

Sebelum tindakan bedah, perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, diantaranya pemeriksaan klinis, pemeriksaan klinik patologis, dan pemeriksaan radiografis, sehingga diagnosa yang tepat ditegakkan dan memperkecil risiko timbulnya keadaan patologis dikemudian hari.


(37)

Tindakan persiapan preoperatif merupakan tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta pemeriksaan mental sangat diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan pembedahan pasien berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan. Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak pada tahap-tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara masing-masing komponen yang berkompeten untuk menghasilkan hasil yang optimal, yaitu kesembuhan pasien secara paripurna.28

4.3 Desain Barsky

Pasien disiapkan pembedahan di bawah anestasi lokal. Setelah teranestasi dipasang duk steril, dan dipasang pack orofaring. Dilakukan tindakan aseptik baik extraoral dan intraoral. Sesudah itu tentukan titik-titik dengan mengukur lengkung kanan (AB) dan kiri (CD) dengan menggunakan kawat dimana lengkung yang pendek digunakan sebagai patokan, misal lengkung AB>CD dan, kelebihan lengkung kita pindahkan ke lengkung AB ketemu titik H. Pengukuran dasar hidung, kita tentukan titik K, sehingga CI=BK, selanjutnya menentukan titik L sehingga YD=HA+AL sehingga CI+DY=BK+HA+AL. Selanjutnya kita tentukan titik M dan N dan diukur dan dipindahkan ke sisi lateral kanan, kita peroleh titik L dan O (KM=LO). Tentukan titik P (OP=MG, LO=KM). Sedang PQ sesuai yang kita inginkan. Pada sisi lateral kiri ditarik garis Y ke S dimana jaranya sama dengan IN (YS=IN), lalu kita tentukan titik (ST=GN) panjang TR=PQ, untuk koreksi ukur EQ=RF.4,17,22


(38)

Gambar 8. Desain metode Barsky. (I Ketut S & Prihartiningsih. Koreksi

bibir sumbing bilateral. Maj Ked Gi 2009; 16 (1): 63-8)

Gambar 9. Hasil akhir post pembedahan Labioplasti Metode Barsky. (Driana P.W. & Soelistiono. Labioplasti Metode Barsky. Maj Ked Gi. 2008; 15 (2): 131-4)

4.4 Penataklaksanaan metode Barsky

Penataklaksanaan celah bibir dilakukan dengan labioplasti metode barsky dipilih karena prolabium pendek dan sisi sebelah kiri sumbing tidak komplit maka desain pada daerah tersebut dengan meninggikan titik dasar hidung agar sesuai dengan tinggi pada sisi kanan sumbing yang komplit, sehingga panjang insisi sebelah kiri dengan sebelah kanan sama.


(39)

Suntik daerah bibir yang akan dilakukan insisi dengan anestikum umum yang mengandung bahan vasokontriksi. Insisi garis-garis yang telah ditentukan dan dilakukan diseksi tumpul dan pisahkan kulit dengan otot bibir sampai otot-otot bibir lepas dan dapat ditarik ke tengah untuk ditemukan dengan otot-otot bibir disisi yang lain sehingga dapat bertemu dan otot tidak tegang. Dilakukan penjahitan dimulai otot dengan otot menggunakan dengan benang absorben 4.0, kemudian dan dijahit dengan benang non-absorben 5.0. Kontrol pendarahan, orofaring pack dibuka, operasi selesai.4

Gambar 10. Foto pasien labiognatopalatoschizis bilateral komplit dan tidak komplit. (I Ketut S & Prihartiningsih. Koreksibibir sumbing bilateral. Maj Ked Gi 2009; 16(1): 63-8)


(40)

Gambar 11. a. Desain metode Barsky. b. Insisi desain metode Barsky. c. Sesudah penjahitan otot bibir dan kulit. d. Penjahitan kulit dan bibir. (I Ketut S & Prihartiningsih. Koreksibibir sumbing

bilateral. Maj Ked Gi 2009; 16(1): 63-8)

4.5 Perawatan sesudah bedah

Intruksi pasca operasi, menjaga luka operasi agar tetap kering, diet bertahap cair sampai lunak tinggi kalori tinggi protein, bila sudah sadar dan pulih kembali dapat langsung


(41)

pulang, pemberitahuan mengenai kondisi yang biasa terjadi setelah operasi kepada orang tua pasien seperti rasa sakit dan tidak nyaman mencapai puncaknya pada waktu kembalinya sensasi dan menggunakan obat sesuai anjuran dokter. Obat-obatan yang diberikan pasca operasi adalah antibiotik, analgetik, dan antiinflamasi

Setiap hari dibersih luka dan dilakukan dressing pada hari ke-7 untuk dilakukan pelepasan jahitan selang seling serta hari ke-14 untuk diakukan pelepasan jahitan seluruhnya.10,27

4.6Komplikasi

Obstruksi jalan napas

Pascabedah obstruksi jalan napas adalah komplikasi yang paling penting dalam periode pasca-operasi langsung. Situasi ini biasanya hasil dari prolaps dari lidah ke orofaring sementara pasien tetap dibius dari anestasi. Intraoperative penempatan lidah tarikan jahitan membantu dalam pengelolaann situasi ini. Obstruksi jalan napas juga dapat menjadi masalah berkepanjangan karena perubahan pada saluran napas dinamika, terutama pada anak-anak dengan rahang kecil.24

Pendarahan

Selama pembedahan perdarahan adalah komplikasi yang sering terjadi pada langit-langit karena terdapat banyak pembuluh darahnya. Ini dapat berbahaya pada bayi karena kekurangan volume darah. Sebelum pembedahan penilaian tingkat haemoglobin dan platelet adalah penting.24


(42)

Peradangan

Komplikasi yang lain dapat terjadi antara lain adalah peradangan, injuri terhadap saraf, pembengkakan dan fistula. Odem setelah operasi adalah normal dan fisilogis. Kemungkinan perangan dapat diminimalisasi dengan terapi antibiotik, teknik pembedahan yang baik, dan memperhatikan syarat-syarat asepsis.24


(43)

BAB 5

KESIMPULAN

Celah bibir merupakan cacat bawaan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang belum diketahui sepenuhnya. Celah ini disebabkan oleh gen yang diturunkan dari kedua orang tua penderita dan faktor lingkungan. Etiologi dari celah bibir adalah akibat dari beberapa faktor yang diwariskan, yaitu terdapatnya kelainan genetik pada celah orofasial, tertelannya obat-obatan teratogenik pada saat trisemester pertama kehamilan, defisiensi atau kelebihan vitamin A, penggunaan steroid dan alkohol. Celah bibir juga dikaitkan dengan terjadinya gangguan posisi oral embrio selama pembentukan wajah, terjadi antara minggu ke-4 dan minggu ke-7 kehamilan merupakan masa perkembangan struktur wajah embrio.

Celah bibir bilateral adalah celah yang terdapat pada kedua sisi bibir atas. Celah ini dapat muncul sebagai celah komplit biasanya disertai celah palatum komplit dengan premaksila yang protrusif, prolabium kecil yang tipis dan menempel pada hidung dengan kolumela pendek atau bahkan tidak dijumpai adanya kolumela. Celah bibir bilateral inkomplit adalah celah bibir yang terjadi pada kedua sisi bibir atas, cacat tidak sampai ke dasar hidung namun mengakibatkan berkurangnya panjang bibir vertikal.

Operasi labioplasti bilateral dapat dilakukan diantaranya dengan metode: Millard, Barsky, Straight Line Closure, dan Machester. Tidak ada satupun metode operasi celah bibir yang lebih baik dibanding yang lain. Setiap metode ada kelebihan dan kekurangannya yang dapat menjadi pertimbangan pada waktu melakukan koreksi celah bibir. Operator dapat menggunakan metode mana yang lebih disukai sesuai dengan kemampuan, modifikasi dan pertimbangan dalam melakukan pembedahan. Agar hasil koreksi celah bibir memuaskan maka perlu diperhatikan kriteria sebagai berikut: 1). Penyatuan kulit, otot, dan membrane


(44)

mukosa yang cermat; 2). Dasar cuping hidung simetris; 3). Lubang hidung simetris; 4).

Vermillion border simetris; 5). Bibir harus mencuat; dan 6). Jaringan parut minimal. Metode Barsky adalah teknik operasi labioplasti celah bibir bilateral yang diindikasikan untuk mengkoreksi prolabium pendek sehingga didapatkan prolabium normal.

Keberhasilan suatu tindakan setelah operasi tidak hanya tergantung dari operatornya tetapi juga oleh kepedulian pasien, keluarga pasien dan juga obat-obatan dalam pemyembuahan luka.


(45)

DAFTAR RUJUKAN

1. K. J. Lee. Essential otolaryngonolgy. Head and Neck Surgery, 9th edition, Mc Graw Hill 2008: 293-303.

2. Anil K. Lalwani. Current diagnosis & treatment in otolaryngology. Head & Neck Surgery. New York: A Lange Medical book 2010: 323-38.

3. Edward M. & Watson A C H. Advances in the management of cleft palate. Edinburgh: Churchill Livinngstone 1980: 27-47.

4. I Ketut Sudiarsa & Prihartiningsih. Koreksi bibir sumbing bilateral komplit dan tidak komplit dengan menggunakan metode Barsky di bawah anestesi umum. Maj Ked Gi Juni 2009; 16(1): 63-8.

5. Soelistiono. Operasi celah bibir unilateral komplit pada bayi usia 6 bulan dengan teknik Cronin. Maj Ked Gi Juni 2006; 21(2): 69-74.

6. Coulthard C, Horner K, Sloan. P, et al. Master dentistry cleft lip and cleft palate.

2nd ed. Philadelphia: Elsevier 2003; 1: 154-5.

7. Tjut Rostina. Pengaruh senam bibir terhadap celah inter labial pada remaja usia 15-18 tahun. Dentika Den J 2001; 6(1): 133-8.

8. Djodi Asmoro & Soesanto. Lapioplasty teknik tennison dengan bius local pada penderita complete unilateral labiopalatoschizis. Maj Ked Gi 1997; 30(3): 101-3.

9. Vinod K. Cleft lips and cleft palate. Textbook of oral and maxillofacial surgery. 2nd ed.New Delhi: Arya Publishers House 2009: 572-85.


(46)

10.Anonymous. Labiopschisis dan labiopalatopschisis. 5 April 2008. <http://

11.Shahrokh C. Bagheri, Chris Jo. Cleft lip and palate. Clinical Review of Oral and maxillofacial Surgery. Amerika: Mosby Elsevier 2008: 336-41.

12.Pederson GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Alih bahasa. Purwanto, Basoeseno. Jakarta: EGC, 1996: 340.

13.Anonymous. Celah bibir, penyebab dan penanggulangannya. 2 Maret 2008. <http://penyebab cleft lip/

14.Victor S. The advantages of two stages in repair of bilateral cleft lip. University of Sao Paulo, Brazil 1989: 56-60.

titik respati gilarasi surabaya.html> (11 November 2011).

15.Thomas D. Cronin. The bilateral cleft lip with bilateral cleft of the primary palate.

Converse: The chapter 44. Missouri: Elsevier 2003; 1-19.

16.Bardach. J, Salyer. K, M. Samuel N. Bilateral cleft lip repair. Rekonstructive Oral Surgery. 3rd ed. New York: Thieme Medical Publishers 2008: 113-22.

17. Driana Pertama W., dan Soelistiono. Labioplasti metode Barsky dengan anestasi local pada penderita celah bibir bilateral inkomplit. Maj Ked Gi Desember 2008; 15(2): 131-4.

18.Agus S.G. dan Prihartiningsih. Rekonstruksi celah bibir bilateral pada pasien pasca operasi labioplasti. Maj Ked Gi Desember 2008 15(2): 121-4.


(47)

19.Anonymous. Transposition of lateral flaps below the prolabium. November 2009. <http://calder.med.miami.edu/>. (1 October 2011).

20.Anonymous. Conscientious objectors cleft lip and palate. April 2009. <http://calder.med.miami.edu/. (14 November 2011).

21.Balaji SM. Textbook of oral & maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier 2007: 383-84.

22.Moch. Agus A., dan Prihartiningsih. Labioplasti metode Barsky dengan pemotongan tulang vomer pada penderita bibir sumbing dua sisi komplit di bawah anestasi umum. Maj Ked Gi December 2008; 15(2): 149-52.

23.Musgrave R. H, William S, Garrett dkk. The unilateral cleft lip.

<http://premaks.tripod.com/ENT/Converse/conv39.pdf>. (14 November 2011).

24.Anonymous. Penanganan celah bibir dan celah langit-langit. 2 December 2009. <http://koranindonesia.wordpress.com/. (14 November 2011).

25. Anonymous. Langkah – langkah penanganan celah bibir dan langit-langit. 29 December

26.Richard B. Stark. Embriology of cleft lip and palate. 2 Maret 2009. <http://premaks.tripod.com/ENT/Converse/conv39.pdf>. (14 November 2011).

27.Haantje De V.H.O. Celah bibir & celah langit-langit. 4 Mei 2010. <http://pootoologydental.blog.com/>. (18 December 2011).

28.Anonymous. Hubungan antara celah bibir atau sumbing (cleft lip) embryology


(48)

29.Anonymous. Kelainan kongenital kraniofasial. Maret 2008. <http://darplastic.com/>. (18 december 2011).

30. Anonymous. Penataklaksanaan pada celah bibir (cleft lip). Mei 2005.

<http://www.ilmukesehatan.com/>. (20 December 2011).

31.Anonymous. Classification of cleft lip and cleft palate. Juni 2009. <http://www.ivillage.com/>. (20 December 2011).

32.Langman J. Medical embryology. 3th ed. Baltimore: The Williams & Wilkins Company 1995: 94-5.


(49)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : M. Vignesvary Manickam

Tempat/ Tanggal Lahir : Johor / 12 Februari 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Hindu

Alamat : Komp. Taman Setia Budi Indah, Blok

A 47 Medan 20122

Orangtua

Ayah : Manickam Suppru

Ibu : Jayalacthumi Munusamy

Riwayat Pendidikan

1. 1994 : Happyland Kindergarden

2. 1995-2000 : SJKT Kulai Besar, Johor

3. 2001-2005 : SMK Tunku Abdul Rahman Putra, Kulai

4. 2006-2007 : Sunway College Kuala Lumpur


(1)

mukosa yang cermat; 2). Dasar cuping hidung simetris; 3). Lubang hidung simetris; 4). Vermillion border simetris; 5). Bibir harus mencuat; dan 6). Jaringan parut minimal. Metode Barsky adalah teknik operasi labioplasti celah bibir bilateral yang diindikasikan untuk mengkoreksi prolabium pendek sehingga didapatkan prolabium normal.

Keberhasilan suatu tindakan setelah operasi tidak hanya tergantung dari operatornya tetapi juga oleh kepedulian pasien, keluarga pasien dan juga obat-obatan dalam pemyembuahan luka.


(2)

DAFTAR RUJUKAN

1. K. J. Lee. Essential otolaryngonolgy. Head and Neck Surgery, 9th edition, Mc Graw Hill 2008: 293-303.

2. Anil K. Lalwani. Current diagnosis & treatment in otolaryngology. Head & Neck Surgery. New York: A Lange Medical book 2010: 323-38.

3. Edward M. & Watson A C H. Advances in the management of cleft palate. Edinburgh: Churchill Livinngstone 1980: 27-47.

4. I Ketut Sudiarsa & Prihartiningsih. Koreksi bibir sumbing bilateral komplit dan tidak komplit dengan menggunakan metode Barsky di bawah anestesi umum. Maj Ked Gi Juni 2009; 16(1): 63-8.

5. Soelistiono. Operasi celah bibir unilateral komplit pada bayi usia 6 bulan dengan teknik Cronin. Maj Ked Gi Juni 2006; 21(2): 69-74.

6. Coulthard C, Horner K, Sloan. P, et al. Master dentistry cleft lip and cleft palate. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier 2003; 1: 154-5.

7. Tjut Rostina. Pengaruh senam bibir terhadap celah inter labial pada remaja usia 15-18 tahun. Dentika Den J 2001; 6(1): 133-8.

8. Djodi Asmoro & Soesanto. Lapioplasty teknik tennison dengan bius local pada penderita complete unilateral labiopalatoschizis. Maj Ked Gi 1997; 30(3): 101-3.

9. Vinod K. Cleft lips and cleft palate. Textbook of oral and maxillofacial surgery. 2nd ed. New Delhi: Arya Publishers House 2009: 572-85.


(3)

10.Anonymous. Labiopschisis dan labiopalatopschisis. 5 April 2008. <http://

11.Shahrokh C. Bagheri, Chris Jo. Cleft lip and palate. Clinical Review of Oral and maxillofacial Surgery. Amerika: Mosby Elsevier 2008: 336-41.

12.Pederson GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Alih bahasa. Purwanto, Basoeseno. Jakarta: EGC, 1996: 340.

13.Anonymous. Celah bibir, penyebab dan penanggulangannya. 2 Maret 2008. <http://penyebab cleft lip/

14.Victor S. The advantages of two stages in repair of bilateral cleft lip. University of Sao Paulo, Brazil 1989: 56-60.

titik respati gilarasi surabaya.html> (11 November 2011).

15.Thomas D. Cronin. The bilateral cleft lip with bilateral cleft of the primary palate. Converse: The chapter 44. Missouri: Elsevier 2003; 1-19.

16.Bardach. J, Salyer. K, M. Samuel N. Bilateral cleft lip repair. Rekonstructive Oral Surgery. 3rd ed. New York: Thieme Medical Publishers 2008: 113-22.

17. Driana Pertama W., dan Soelistiono. Labioplasti metode Barsky dengan anestasi local pada penderita celah bibir bilateral inkomplit. Maj Ked Gi Desember 2008; 15(2): 131-4.

18.Agus S.G. dan Prihartiningsih. Rekonstruksi celah bibir bilateral pada pasien pasca operasi labioplasti. Maj Ked Gi Desember 2008 15(2): 121-4.


(4)

19.Anonymous. Transposition of lateral flaps below the prolabium. November 2009. <http://calder.med.miami.edu/>. (1 October 2011).

20.Anonymous. Conscientious objectors cleft lip and palate. April 2009. <http://calder.med.miami.edu/. (14 November 2011).

21.Balaji SM. Textbook of oral & maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier 2007: 383-84.

22.Moch. Agus A., dan Prihartiningsih. Labioplasti metode Barsky dengan pemotongan tulang vomer pada penderita bibir sumbing dua sisi komplit di bawah anestasi umum. Maj Ked Gi December 2008; 15(2): 149-52.

23.Musgrave R. H, William S, Garrett dkk. The unilateral cleft lip. <http://premaks.tripod.com/ENT/Converse/conv39.pdf>. (14 November 2011).

24.Anonymous. Penanganan celah bibir dan celah langit-langit. 2 December 2009. <http://koranindonesia.wordpress.com/. (14 November 2011).

25. Anonymous. Langkah – langkah penanganan celah bibir dan langit-langit. 29 December

26.Richard B. Stark. Embriology of cleft lip and palate. 2 Maret 2009. <http://premaks.tripod.com/ENT/Converse/conv39.pdf>. (14 November 2011).

27.Haantje De V.H.O. Celah bibir & celah langit-langit. 4 Mei 2010. <http://pootoologydental.blog.com/>. (18 December 2011).

28.Anonymous. Hubungan antara celah bibir atau sumbing (cleft lip) embryology maloklusi


(5)

29.Anonymous. Kelainan kongenital kraniofasial. Maret 2008. <http://darplastic.com/>. (18 december 2011).

30. Anonymous. Penataklaksanaan pada celah bibir (cleft lip). Mei 2005. <http://www.ilmukesehatan.com/>. (20 December 2011).

31.Anonymous. Classification of cleft lip and cleft palate. Juni 2009. <http://www.ivillage.com/>. (20 December 2011).

32.Langman J. Medical embryology. 3th ed. Baltimore: The Williams & Wilkins Company 1995: 94-5.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : M. Vignesvary Manickam

Tempat/ Tanggal Lahir : Johor / 12 Februari 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Hindu

Alamat : Komp. Taman Setia Budi Indah, Blok

A 47 Medan 20122

Orangtua

Ayah : Manickam Suppru

Ibu : Jayalacthumi Munusamy

Riwayat Pendidikan

1. 1994 : Happyland Kindergarden

2. 1995-2000 : SJKT Kulai Besar, Johor

3. 2001-2005 : SMK Tunku Abdul Rahman Putra, Kulai

4. 2006-2007 : Sunway College Kuala Lumpur