Antropometri Dalam Ergonomi

2.5 Antropometri Dalam Ergonomi

Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi. Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang bangun fasilitas pada dekade sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang tidak dapat ditunda lagi. Hal tersebut tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai ukuran antropometri tubuh operator maupun penerapan data-data operatornya.

commit to user

II-21

Istilah antropometri berasal dari kata anthro yang berarti “manusia” dan metri y ang berarti “ukuran”. Antropometri adalah studi tentang dimensi tubuh

manusia (Pullat, 1992). Antropometri merupakan suatu ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan- perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain sebagainya (Panero dan Zelnik, 2003). Data antropometri yang ada dibedakan menjadi dua kategori, antara lain (Pullat, 1992):

a. Dimensi struktural (statis) Dimensi struktural ini mencakup pengukuran dimensi tubuh pada posisi tetap dan standar. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut berdiri maupun duduk, panjang lengan dan sebagainya.

b. Dimensi fungsional (dinamis) Dimensi fungsional mencakup pengukuran dimensi tubuh pada berbagai posisi atau sikap. Hal pokok yang ditekankan pada pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang berkaitan dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.

Data antropometri dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, antara lain (Wignjosoebroto, 1995) :

a. Perancangan areal kerja

b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas dan sebagainya

c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer dan lain-lain

d. Perancangan lingkungan kerja fisik Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain adalah dikarenakan oleh faktor-faktor sebagai berikut (Nurmianto, 2004):

a. Keacakan/random Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku/bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai macam masyarakat.

commit to user

II-22

Distribusi frekuensi secara statistik dari dimensi kelompok anggota masyarakat jelas dapat diapromaksimasikan dengan menggunakan distribusi normal, yaitu dengan menggunakan data persentil yang telah diduga, jika mean (rata-rata) dan standar deviasinya telah diestimasi.

b. Jenis kelamin Ada perbedaan signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita. Untuk kebanyakan dimensi pria dan wanita ada perbedaan signifikan di antara mean dan nilai perbedaan ini tidak dapat diabaikan. Pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya daripada wanita sehingga data anthropometri untuk kedua jenis kelamin tersebut selalu disajikan secara terpisah.

c. Suku bangsa Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak kalah pentingnya karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu negara ke negara lain. Suatu contoh sederhana bahwa yaitu dengan meningkatnya jumlah penduduk yang migrasi dari negara Vietnam ke Australia, untuk mengisi jumlah satuan angkatan kerja (industrial workforce), maka akan mempengaruhi anthropometri secara nasional.

d. Usia, digolongkan atas berbagai kelompok usia yaitu: • Balita • Anak-anak • Remaja • Dewasa • Lanjut usia

Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk antropometri anak-anak. Antropometrinya cenderung terus meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan menurun yang disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang (intervertebral discs) dan berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.

e. Jenis pekerjaan Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawannya, misalnya: buruh dermaga/pelabuhan harus mempunyai postur tubuh

commit to user

II-23

yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.

f. Pakaian Hal ini juga merupakan sumber keragaman karena disebabkan oleh bervariasinya iklim/musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya pada waktu musim dingin manusia akan memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan ukuran yang relatif lebih besar. Ataupun untuk para pekerja di pertambangan, pengeboran lepas pantai, pengecoran logam. Bahkan para penerbang dan astronaut pun harus mempunyai pakaian khusus.

g. Faktor kehamilan pada wanita Faktor ini sudah jelas mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti kalau dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan analisis perancangan produk dan analisis perancangan kerja.

h. Cacat tubuh secara fisik Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta merasakan “kesamaan” dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi di dalam pelayanan untuk masyarakat. Masalah yang sering timbul misalnya: keterbatasan jarak jangkauan, dibutuhkan ruang kaki (knee space) untuk desain meja kerja, lorong/jalur khusus untuk kursi roda, ruang khusus di dalam lavatory, jalur khusus untuk keluar masuk perkantoran, kampus, hotel, restoran, supermarket dan lain- lain.

Kemudian, untuk memudahkan dalam proses perancangan yang bersifat kebutuhan massal, maka diperlukan sebuah pengukuran data anthropometri yang dapat mewakili. Adapun menurut Pheasant (1986) dalam Suma’mur (1989) dimensi tubuh yang dipakai adalah dimensi anthropometri masyarakat Indonesia yang didapat dari interpolasi masyarakat British dan Hongkong terhadap masyarakat Indonesia serta istilah dimensionalnya yang terdapat dalam (Nurmianto, 2004).

commit to user

II-24

Dalam penggunaan data anthropometri untuk perancangan terdapat istilah ”The Fallacy of The Average Man or Average Woman”. Istilah ini mengatakan

bahwa merupakan suatu kesalahan dalam perancangan suatu tempat kerja ataupun produk jika berdasar pada dimensi yang hipotesis yaitu menganggap bahwa semua dimensi adalah merupakan rata-rata. Walaupun hanya dalam penggunaan satu dimensi saja, misalkan jangkaun kedepan (forward reach), maka penggunaan rata- rata (50 persentil) dalam penyesuaian pemasangan suatu alat kontrol akan menghasilkan bahwa 50% populasi akan tidak mampu menjangkaunya. Selain dari itu, jika seseorang mempunyai dimensi pada rata-rata populasi, sebut saja tinggi badan, maka belum tentu, bahwa dia berada pada rata-rata populasi untuk dimensi lainnya (Nurmianto, 2004).

Tabel 2.3 Data Anthropometri Masyarakat Indonesia

1. Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak

156,3 166,2 6 2. Tinggi Mata

144,6 154,2 5,8 3. Tinggi Bahu

127,2 136,1 5,4 4. Tinggi Siku

95,7 102,8 4,3 5. Tinggi Genggaman Tangan (Knuckle ) pada Posisi Relaks ke Bawah

70,8 77,1 3,8 6. Tinggi Badan pada Posisi Duduk

83,4 89,3 3,6 7. Tinggi Mata pada Posisi Duduk

72,1 77,6 3,3 8. Tinggi Bahu pada Posisi Duduk

55 59,9 3 9. Tinggi Siku pada Posisi Duduk

22,9 28,3 3,3 10. Tebal Paha

14 16,5 1,5 11. Jarak dari Pantat ke Lutut

53,7 58,6 3 12. Jarak dari Lipat Lutut (popliteal ) ke Pantat

53,7 58,6 3 13. Tinggi Lutut

47,2 51,6 2,7 14. Tinggi Lipat Lutut (popliteal )

38,2 42,8 2,8 15. Lebar Bahu (bideltoid )

38,5 42,8 2,6 16. Lebar Panggul

34,5 39,2 2,9 17. Tebal Dada

22,8 27,8 3 18. Tebal Perut (abdominal )

23,1 28,7 3,4 19. Jarak dari Siku ke Ujung Jari

40,9 28,7 3,4 20. Lebar Kepala

14 15 16 0,6

13,5

14,6 15,7 0,7 21. Panjang Tangan

16,8 18,3 0,9 22. Lebar Tangan

7,1 7,8 0,4 23. Jarak Bentang dari Ujung Jari Tangan Kanan ke Kiri

152,3 164,6 7,5 24. Tinggi Pegangan Tangan (grip ) pada Posisi Tangan Vertikal ke Atas & Berdiri Tegak

184,1 196,9 7,9 25. Tinggi Pegangan Tangan (grip ) pada Posisi Tangan Vertikal ke Atas dan Duduk

103 111,5 5,2 26. Jarak Genggaman Tangan (grip ) ke Punggung pada Posisi Tangan ke Depan (horisontal)

WANITA DIMENSI TUBUH

Sumber: Nurmianto (2004)

commit to user

II-25

Untuk merancang sebuah fasilitas umum, selain data anthropometri yang dijadikan acuan, terdapat beberapa hal pokok lain yang harus diperhatikan untuk perancangan baik dari segi ergonomis maupun sesuai dengan standar yang berlaku. Dalam membuat sudut pada tangga, dengan memperhatikan konsumsi energi yang minimal, maka menurut Lehman (1962) dalam Grandjien (1998) konsumsi energi minimal didapatkan pada tangga yang memiliki sudut kemiringan 25°-30.

Selain itu, untuk merancang suatu anak tangga diperlukan perhitungan matematis. Cara untuk menghitung dan menentukan jumlah anak tangga dengan menggunakan rumus yang berlaku pada anak tangga (undak-undak), yaitu:

2t + l = 60-65 cm

......................(2.6)

Dimana: t = tinggi anak tangga (tinggi tanjakan, optrede) l = lebar anak tangga (lebar injakan, aantrede)

Rumus diatas didasarkan pada satu langkah arah datar idealnya antara 60-65 cm, sedangkan untuk melangkah naik memerlukan tenaga 2 kali lebih besar daripada melangkah datar (Bochari, 2009).

Sedangkan menurut standar yang ditentukan oleh Dirjen Bina Marga dengan SK.43/AJ.007/DRJD/1997, persyaratan yang diberikan berdasarkan keselamatan dan kenyamanan bagi pejalan kaki, sbb:

1. Kebebasan vertikal antara jembatan dan jalan raya 5 meter

2. Tinggi maksimum anak tangga 15 cm

3. Lebar anak tangga 130 cm

4. Panjang jalur turun minimum 1.5 m

5. Lebar landasan, tangga dan jalur berjalan minimal 2 m

6. Kelandaian maksimum 10 % Menurut MIL-HDBK 759B and MIL-STD-1472F dalam Karl (2003),

standar pembangunan anak tangga ditunjukkan dalam tabel 2.4.

commit to user

II-26

Tabel 2.4 Standar Pembangunan Tangga Menurut MIL-STD-1472F

Angle of rise

20 30

tread depth

24 30

Riser heught

Min overhead clearance

200

height of handrail

84 94

diameter of handrail

3 7,5

hand clearance

Sumber: Karl (2003)

commit to user