Pendekatan Karakteristik Komposisi Hasil Tangkapan Dan Data Vms Dalam Penanggulangan Iuu Fishing Pada Perikanan Rawai Tuna

PENDEKATAN KARAKTERISTIK KOMPOSISI HASIL
TANGKAPAN DAN DATA VMS DALAM
PENANGGULANGAN IUU FISHING
PADA PERIKANAN RAWAI TUNA

RAHMAN HAKIM PURNAMA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

ii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Pendekatan
Karakteristik Komposisi Hasil Tangkapan dan Data VMS dalam Penanggulangan
IUU Fishing pada Perikanan Rawai Tuna” adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2016

Rahman Hakim Purnama
NIM C451140181

iii

iv

RINGKASAN
RAHMAN HAKIM PURNAMA. Pendekatan Karakteristik Komposisi Hasil
Tangkapan dan Data VMS dalam Penanggulangan IUU Fishing pada Perikanan
Rawai Tuna. Dibimbing oleh DINIAH dan RONNY IRAWAN WAHJU.
Rawai tuna merupakan salah satu alat tangkap dari kelompok pancing
dengan tujuan utama untuk menangkap tuna diantaranya yaitu madidihang
(yellowfin tuna), tuna mata besar (bigeye tuna), dan albakora. Salah satu basis

perikanan rawai tuna yaitu PPS Nizam Zachman Jakarta selain Benoa, Cilacap
dan Pelabuhan Ratu. Berdasarkan statistik PPS Nizam Zachman Jakarta tahun
2013, jumlah kapal perikanan rawai tuna yang berpangkalan di PPS Nizam
Zachman Jakarta berjumlah 339 unit dengan total produksi 13.678.430 kg.
Nelayan rawai tuna sering melakukan alih muat (transshipment) antar kapal
rawai tuna. Hal ini dilakukan karena daerah penangkapan ikan yang jauh dari
pelabuhan pangkalan dan trip yang lama untuk menangkap tuna berkualifikasi
segar dan tujuan ekspor. Pembatasan kegiatan alih muat diatur dalam Peraturan
Dirjen Perikanan Tangkap Nomor 1 tahun 2016 tentang penangkapan dalam satu
kesatuan operasi. Peraturan tersebut merupakan langkah awal dalam pengelolaan
alih muat pada penangkapan ikan yang sebelumnya dilarang. Pelanggaran pelaku
usaha dalam kegiatan alih muat cukup tinggi yang mengakibatkan unreported
fishing.
Kegiatan unreported fishing dapat diatasi dengan peningkatan pengawasan
yang baik di pelabuhan perikanan. Pelaksanaan monitoring yang dilakukan
Kementerian Kelautan dan Perikanan diantaranya melalui Vessel Monitoring
System (VMS) dan pelaporan hasil tangkapan. Penggabungan data VMS dan data
hasil tangkapan diperlukan untuk melihat sejauh mana aktivitas alih muat pada
rawai tuna.
Penelitian ini bertujuan (1) menentukan komposisi hasil tangkapan rawai

tuna melalui proses alih muat di PPS Nizam Zachman Jakarta, (2) mengkaji
sebaran daerah penangkapan rawai tuna dan pola kegiatan alih muat melalui data
VMS dan (3) menentukan strategi peningkatan pengawasan alih muat pada rawai
tuna di PPS Nizam Zachman Jakarta. Metode penelitian yaitu studi kasus. Analisa
data terkait komposisi hasil tangkapan dan pola pergerakan kapal rawai tuna
dilakukan secara deskriptif dan strategi peningkatan pengawasan alih muat
menggunakan analisa logical framework approach (LFA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan alih muat pada rawai tuna
terjadi pada hasil tangkapan utama sebesar 62% dan hasil tangkapan sampingan
sebesar 38%. Tuna mata besar (Thunnus obesus) merupakan spesies dominan
pada hasil tangkapan utama dengan kegiatan alih muat sebesar 92,61%. Pada hasil
tangkapan sampingan terdapat 3 spesies dominan dalam kegiatan alih muat, yaitu
tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii)sebesar 98,08%, layang (Decapterus
spp)dan sunglir (Elagitis bipinnulatus) sebesar 100%. Kondisi segar mendominasi
kegiatan alih muat dengan 89% yang terdiri atas 6 spesies dengan spesies
dominan yaitu tuna mata besar. Mutu reject mendominasi produksi alih muat
dengan 52,15% dibandingkan dengan mutu ekspor sebesar 47,85%. Produksi alih
muat di dominasi oleh kapal ikan dengan ukuran kapal 61-100 GT dan paling

v


banyak terjadi pada lama trip 100
Lama Trip (hari)

Ukuran Kapal (GT)

(a)
Gambar 4

(b)

Komposisi hasil tangkapan rawai tuna berdasarkan GT kapal dan
lama trip (a) berdasarkan GT Kapal dan (b) berdasarkan lama trip;

Dominasi lama trip 70%) melakukan penangkapan di luar perairan ZEEI.
Dari sebaran pengoperasian rawai tuna yang berbasis di PPS Nizam Zachman
Jakarta, kapal yang menangkap pada area yang lebih jauh menargetkan ikan beku,
sedangkan ikan segar menjadi target tangkapan bagi kapal-kapal yang beroperasi
di area penangkapan yang lebih dekat (Wujdi et al. 2014).
Data VMS secara periodik dapat memperlihatkan perkembangan daerah

penangkapan rawai tuna dan musim penangkapan ikan. Informasi mengenai
penyebaran tuna secara horisontal sangat penting guna menunjang keberhasilan
operasi penangkapan tuna (Nugraha dan Triwahyuni 2009). Sistem pemantauan
kapal (vessel monitoring system) tidak hanya dapat digunakan untuk tujuan
penegakan peraturan, tetapi juga memberikan informasi tentang distribusi spasial
dan temporal dari aktivitas penangkapan untuk digunakan dalam perikanan dan
pendugaan lingkungan serta pengelolaan (Lee et al. 2010).

Identifikasi kegiatan alih muat berdasarkan data tracking VMS
Pergerakan aktivitas kapal dengan VMS ditandai dengan kecepatan kapal
yang dibedakan dalam berbagai warna. Kecepatan dan warna tersebut diharapkan
dapat menjadi petunjuk dari aktivitas kapal rawai tuna selama melakukan operasi

16

penangkapan. Kecepatan dan warna yang digunakan pada VMS secara lengkap
dapat dilihat pada Tabel 4 :
Tabel 4. Informasi tracking VMS
Kecepatan
0 Knot

Merah
< 3 Knot
Ungu
3-5 Knot
Kuning
> 5 knot
Hijau
Sumber : Puskodal Ditjen PSDKP

Warna

Aktivitas operasi penangkapan pada rawai tuna terbagi menjadi perjalanan
ke atau dari daerah penangkapan ikan, penurunan alat tangkap (setting) dan
pengangkatan hasil tangkapan (hauling). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
terhadap pergerakan kapal perikanan maka didapatkan kegiatan perjalanan
menuju atau dari daerah penangkapan ikan pada kapal rawai tuna biasanya
berwarna hijau-kuning dengan dominan warna hijau. Gambar 8a adalah aktivitas
penangkapan ikan yaitu penurunan alat tangkap (setting) ditunjukkan dengan
warna kuning-ungu sedangkan pengangkatan hasil tangkapan (hauling) terdiri atas
ungu dan merah. Gambar 8b sedikit berbeda dengan Gambar 8a, dimana warna

kuning dan merah mendominasi kegiatan penangkapan ikan. Perbedaan pola
tersebut dikarenakan perbedaan metode operasi penangkapan dan daya mesin
utama yang digunakan.

(a)
(b)
Sumber : Puskodal Ditjen PSDKP
Gambar 8 Tracking VMS pada kapal rawai tuna yang melakukan operasi
penangkapan ikan
Pergerakan kapal perikanan yang melakukan alih muat (transshipment)
berdasarkan penelitian Hartono (2007) yaitu tracking VMS menunjukkan terdapat
dua kapal yang berada dalam koordinat yang sama dalam waktu bersamaan dan
dengan kecepatan nol atau berhenti. Pengamatan yang dilakukan terhadap 16
kapal rawai