PRODUKSI PERIKANAN TUNA HASIL TANGKAPAN

p-ISSN 0853 - 5884
e-ISSN 2502 - 6542

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA
Volume 22 Nomor 1 Maret 2016
Nomor Akreditasi: 653/AU3/P2MI/LIPI/07/2015
(Periode: Agustus 2015 - Agustus 2018)
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia adalah wadah informasi perikanan,
baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian sumber daya,
penangkapan, oseanografi, lingkungan, rehabilitasi lingkungan
dan pengkayaan stok ikan.
Terbit pertama kali tahun 1994. Tahun 2006, frekuensi penerbitan
Jurnal ini tiga kali dalam setahun pada
bulan April, Agustus, dan Desember.
Tahun 2008, frekuensi penerbitan menjadi empat kali yaitu pada
bulan MARET, JUNI, SEPTEMBER, dan DESEMBER.
Ketua Redaksi:
Prof. Dr. Ir. Wudianto, M.Sc. (Teknologi Penangkapan Ikan-Puslitbangkan)
Anggota:
Prof. Dr. Ir. Ngurah Nyoman Wiadnyana, DEA. (Ekologi Perairan-Puslitbangkan)
Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA. (Iktiologi, Ekologi Ikan, Konservasi Sumber Daya Hayati Perairan-IPB)

Dr. Ir. Syahroma Husni Nasution, M.Si (Limnologi-LIPI)
Prof. Dr. Ali Suman (Biologi Perikanan Udang-BPPL)
Dr. Eko Sriwiyono, S.Pi, M.Si. (Teknologi Kapasitas Penangkapan Ikan-IPB)
Bebestari untuk Nomor ini:
Prof. Dr. Ir. John Haluan, M. Sc. (Sistem Informasi Perikanan-IPB)
Ir. Badrudin, M.Sc. (Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan)
Prof. Dr. Sam Wouthuyzen, M.Sc. (Oseanografi-LIPI)
Dr. Estu Nugroho (Sumber Daya Genetik Ikan-Badan Penelitian danPengembangan Kelautan dan
Perikanan)
Dr. Ir. Abdul Ghofar, M. Sc. (Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan-UNDIP)
Redaksi Pelaksana:
Dra. Endang Sriyati
Darwanto, S.Sos.
Sekretariat :
Ofan Bosman, S.Pi
Alamat Redaksi/Penerbit:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan
Gedung Balitbang KP II, Jl. Pasir Putih II Ancol Timur Jakarta Utara 14430
Telp. (021) 64700928, Fax. (021) 64700929
Website : http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi

e-mail: jppi.puslitbangkan@gmail.com
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan PerikananBadan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan-Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Lembar Bebestari

BEBESTARI PADA
JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA
1. Prof. Dr. Ir. Husnah, M. Phil. (Toksikologi-Puslitbangkan)
2. Prof. Ir. Badrudin, M.Sc. (Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan)
3. Prof. Dr. Sam Wouthuyzen (Oseanografi Perikanan-LIPI)
4. Prof. Dr. Ir. Endi Setiadi Kartamihardja, M. Sc. (Pengelolaan Perikanan PUD-Puslitbangkan)
5. Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M. Si. (Metode Penangkapan Ikan-IPB)
6. Prof. Dr. Ir. Indra Jaya (Hidro Akustik Perikanan-IPB)
7. Prof. Dr. Ir. John Haluan, M. Sc. (Sistem Informasi Perikanan-IPB)
8. Prof. Dr. Ali Suman (Biologi Perikanan Udang-BPPL)
9. Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo (Iktiologi, Ekologi Ikan, Konservasi Sumber Daya Hayati Perairan-IPB)
10. Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc. (Penginderaan Jauh-IPB)
11. Prof. Dr. Ir. Gadis Sri Haryani (Limnologi-LIPI)
12. Dr. Ir. Mochammad Riyanto, M.Si. (Teknologi Penangkapan Ikan-IPB)
13. Dr. Ir. Purwito Martosubroto (Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan)

14. Ir. Sasanti R. Suharti M.Sc. (Biologi Kelautan-P2O-LIPI)
15. Dr. Ir. Sudarto, M.Si. (Genetika Populasi-BP2BIH)
16. Dr. Ir. Mohammad Mukhlis Kamal, M. Sc. (Iktiologi, Rekruitmen Ikan, Fisiologi Respirasi, dan
Biologi Konservasi Perairan-IPB)
17. Dr. Estu Nugroho (Sumber Daya Genetik Ikan-Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan
Perikanan)
18. Dr. Ir. Zairion, M. Sc. (Pengelolaan Sumber Daya Perikanan-IPB)
19. Dr. Ir. Zainal Arifin, M.Sc. (Kimia Oseanografi-LIPI)
20. Dr. Ir. Mas Tri Djoko Sunarno, MS. (Nutrisi-BPPBAT)
21. Dr. Ir. Abdul Ghofar, M. Sc. (Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan-UNDIP)
22. Drs. Suwarso, M.Si. (Sumber Daya Lingkungan-BPPL)
23. Drs. Bambang Sumiono, M. Si. (Biologi Perikanan-Puslitbangkan)

i

Lembar Bebestari

UCAPAN TERIMAKASIH
Redaksi Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI) mengucapkan terimakasih kepada para Bebestari
yang telah berpartisipasi dalam menelaah naskah yang diterbitkan di jurnal ilmiah ini, sehingga jurnal ini

dapat terbit tepat pada waktunya. mitra Bebestari yang berpartisipasi dalam terbitan Volume 22 Nomor 1
Maret 2016 adalah:
1.

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M. Sc. (Sistem Informasi Perikanan-IPB)

2.

Ir. Badrudin, M.Sc. (Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan)

3.

Prof. Dr. Ir. Sam Wouthuyzen, M.Sc. (Oseanografi Perikanan-LIPI)

4.

Dr. Ir. Estu Nugroho (Sumber Daya Genetik Ikan-Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan
Perikanan)

5.


Dr. Ir. Abdul Ghofar, M. Sc. (Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan-UNDIP)

ii

KATA PENGANTAR
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI) di tahun 2016 memasuki Volume ke-22. Proses penerbitan
jurnal ini dibiayai oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan tahun anggaran 2016. Semua naskah
yang terbit telah melalui proses evaluasi oleh Dewan Redaksi, Reviewer oleh Bebestari dan editing oleh
Redaksi Pelaksana.
Pengelolaan Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI) di tahun 2016 mulai mengacu pada Open Journal
System (OJS). Dalam segi tampilan ada sedikit perubahan, yaitu:
1. Pencantuman p-ISSN dan e-ISSN di pojok kanan atas pada halaman kulit muka, halaman judul dan
halaman daftar isi terbitan, tanpa titik dua
2. Pencantuman nomor daftar atau barcode ISSN di pojok kanan bawah pada halaman sampul belakang
3. Lembar khusus bebestari
4. Lembar ucapan terimakasih untuk bebestari yang terlibat dalam penelaahan pada tiap nomornya
5. Setiap lembar judul ada tambahan informasi mengenai website, alamat email dan informasi mengenai
jurnal JPPI, serta logo dan cover pada sebelah kiri dan kanannya
Informasi perubahan ini akan ditampilkan pada setiap kata pengantar selama 4 (empat) terbitan.

Penerbitan pertama di Volume 22 Nomor 1 tahun 2016 menampilkan tujuh artikel hasil penelitian perikanan
di perairan Indonesia. Ketujuh artikel tersebut mengulas tentang: Genetika Populasi Ikan Banyar (Rastrelliger
kanagurta Cuvier, 1817) di Perairan Barat Sumatera, Selat Malaka dan Laut Cina Selatan, Status Stok Ikan
Karang Target di Kawasan Konservasi Taman Nasional Karimunjawa, Faktor-Faktor Teknis Penangkapan
Pukat Cincin yang Dioperasikan di Perairan Pacitan Jawa Timur, Produksi Perikanan Tuna Hasil Tangkapan
Rawai Tuna yang Berbasis di Pelabuhan Benoa, Bali, Analisis Kerentanan Jenis Ikan Pelagis Kecil di Perairan
Selat Bali dan Selat Makassar terhadap Dinamika Suhu Permukaan Laut, Faktor-Faktor Penting yang
Mempengaruhi CPUE (Catch Per Unit Effort) Perikanan Huhate Berbasis di Bitung, Karakteristik Upaya dan
Daerah Penangkapan Pukat Cincin Pelagis Besar yang Berpangkalan di PPS Bitung.
Diharapkan tulisan ini dapat memberikan kontribusi bagi para pengambil kebijakan dan pengelola sumber
daya perikanan di Indonesia. Redaksi mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktif para peneliti dari
lingkup dan luar Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.

Redaksi

iii

p-ISSN 0853 - 5884
e-ISSN 2502 - 6542


JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA
Volume 22 Nomor 1 Maret 2016
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR BEBESTARI...........................................................................................................

i

UCAPAN TERIMAKASIH......................................................................................................

ii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………...................................

iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..……………………..

iv


KUMPULAN ABSTRAK .......................................................................................................

v-vii

Genetika Populasi Ikan Banyar (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) di Perairan Barat Sumatera,
Selat Malaka dan Laut Cina Selatan
Oleh: Achmad Zamroni, Suwarso dan Siti Mardlijah...................................................................................................

1-8

Status Stok Ikan Karang Target di Kawasan Konservasi Taman Nasional Karimunjawa
Oleh: Ernik Yuliana, Mennofatria Boer, Achmad Fahrudin, M. Mukhlis Kamal dan Efin Muttaqin........................

9-16

Faktor-Faktor Teknis Penangkapan Pukat Cincin yang Dioperasikan di Perairan Pacitan Jawa
Timur
Oleh: Helman Nur Yusuf, Ronny I. Wahju, Budhi HS Iskandar dan Deni A. Soeboer...........................................

17-24


Produksi Perikanan Tuna Hasil Tangkapan Rawai Tuna yang Berbasis di Pelabuhan Benoa, Bali
Oleh: Irwan Jatmiko, Bram Setyadji dan Dian Novianto.............................................................................................

Analisis Kerentanan Jenis Ikan Pelagis Kecil di Perairan Selat Bali dan Selat Makassar Terhadap
Dinamika Suhu Permukaan Laut
Oleh: Reny Puspasari, Puput Fitri Rachmawati dan Wijopriono................................................................................

25-32

33-42

Faktor-Faktor Penting yang Mempengaruhi CPUE (Catch Per Unit Effort) Perikanan Huhate Berbasis
di Bitung
Oleh: Agus Setiyawan, Lilis Sadiyah dan Syarief Samsuddin....................................................................................

43-50

Karakteristik Upaya dan Daerah Penangkapan Pukat Cincin Pelagis Besar yang Berpangkalan di
PPS Bitung

Oleh: Sandi Wibowo, Suryanto dan Duto Nugroho.....................................................................................................

51-60

iv

Lembar Abstrak

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA
Vol. 22 No.1 Maret 2016
KUMPULAN ABSTRAK
GENETIKAPOPULASI IKAN BANYAR (Rastrelliger
kanagurta Cuvier, 1817) DI PERAIRAN BARAT
SUMATERA, SELAT MALAKA DAN LAUT CINA
SELATAN
Achmad Zamroni
JPPI Maret 2016, Vol 22 No. 1, Hal. 1-8
e-mail: ironzammiden@gmail.com
ABSTRAK
Eksploitasi yang intensif terhadap ikan Banyar

(Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) di perairan Selat
Malaka dan Laut Cina Selatan dapat mengakibatkan
penurunan kualitas dan kuantitas dari stok ikan. Untuk
itu perlu dilakukan pengkajian struktur populasi yang
berbasis pada keragaman genetika. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji struktur genetika populasi
ikan Banyar di perairan Selat Malaka dan Laut Cina
Selatan. Sampel jaringan ikan Banyar dikumpulkan dari
5 lokasi pendaratan yaitu Sibolga, Aceh, Tanjung Balai
Asahan, Tanjung Pinang dan Pemangkat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keragaman genetika di
masing-masing perairan adalah Sibolga = 0,442, Aceh
= 0,423, Tanjung Balai = 0,427, Tanjung Pinang = 0,400
dan Pemangkat = 0,409. Terdapat dua kelompok utama
pada struktur genetika populasi ikan Banyar, kelompok
pertama berasal dari populasi Sibolga (perairan
Samudera Hindia barat Sumatera), dan yang kedua
berasal dari populasi Selat Malaka (Aceh dan Tanjung
Balai Asahan) dan Laut Cina Selatan (Tanjung Pinang
dan Pemangkat).
KataKunci:

Ikan banyar; genetika populasi; Barat
Sumatera;Selat Malaka;Laut Cina Selatan

STATUS STOK IKAN KARANG TARGET DI
KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL
KARIMUNJAWA
Ernik Yuliana
JPPI Maret 2016, Vol 22 No. 1, Hal. 9-16
e-mail: ernik@ut.ac.id
ABSTRAK
Sumber daya ikan karang di Taman Nasional
Karimunjawa (TNKJ) mengalami tekanan eksploitasi
seiring dengan peningkatan permintaan sumber daya
ikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan. Tulisan
ini bertujuan untuk menganalisis status stok ikan
karang target di TNKJ. Penelitian dilakukan di TNKJ
Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, pada AprilAgustus 2015. Pengumpulan data menggunakan
metode survei dan observasi, mencakup data primer

dan sekunder. Empat jenis ikan karang dipilih untuk
mewakili ikan karang, yaitu ekor kuning, pisang-pisang,
sunu macan, dan jenggot. Hasil tangkapan dianalisis
dengan CPUE dan indeks musim. Mortalitas diduga
dengan kurva penangkapan yang dilinierkan
berdasarkan data komposisi panjang ikan. Penilaian
status stok menggunakan metode analitik dengan
menghitung laju eksploitasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa CPUE ikan karang mempunyai tren
yang meningkat. Ikan karang secara agregat tersedia
pada setiap bulan sepanjang tahun, tidak ada musim
puncak penangkapan dan musim paceklik. I k a n
pisang-pisang dan sunu macan telah dieksploitasi
melebihi batas kelestariannya, yaitu 114,50% dan
154,00%.
Kata Kunci:

Status; stok; ikan karang; Karimunjawa

FAKTOR - FAKTOR TEKNIS PENANGKAPAN
PUKAT CINCIN YANG DIOPERASIKAN DI
PERAIRAN PACITAN JAWA TIMUR
Helman Nur Yusuf
JPPI Maret 2016, Vol 22 No. 1, Hal. 17-24
e-mail: helman_y@yahoo.com
ABSTRAK
Pukat cincin merupakan alat tangkap yang efektif
untuk menangkap ikan pelagis. Keberhasilan operasi
penangkapan pukat cincin dipengaruhi oleh beberapa
faktor teknis penangkapan seperti kecepatan relatif kapal
saat melingkari gerombolan ikan (schooling), kecepatan
tarik tali kolor (purse line), kecepatan tenggelamnya jaring
sedangkan faktor lain relatif sama. Penelitian bertujuan
untuk mengetahui pengaruh faktor teknis penangkapan
terhadap hasil tangkapan pukat cincin di perairan
Pacitan, Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada Februari
– Desember 2013 pada 57 kapal pukat cincin dengan
291 stasiun penangkapan. Metode penelitian dengan
eksperimental fishing dengan mengunakan persamaan
analisis regresi linear berganda dan menghasilkan
persamaan: Y = - 61.801,5 + 12.846,9 X1 + 14.132,5 X2 +
358,02 X3. Kecepatan melingkar dapat meningkatkan
hasil tangkapan sebesar 12.846,9 kg per trip, penarikan
purse line 14.132,46 kg per trip dan kecepatan tenggelam
jaring 358,02 kg per trip. Koefisien determinasi faktor
teknis terhadap hasil tangkapan sebesar 87,86 %,
sehingga faktor teknis dapat menjelaskan
seberapa besar pengaruhnya pada hasil tangkapan
pukat cincin.
Kata Kunci:

Pukat cincin; faktor teknis; hasil
tangkapan; Pacitan; Jawa Timur

v

Lembar Abstrak
PRODUKSI PERIKANAN TUNAHASIL TANGKAPAN
RAWAI TUNA YANG BERBASIS DI PELABUHAN
BENOA, BALI
Irwan Jatmiko
JPPI Maret 2016, Vol 22 No. 1, Hal. 25-32
e-mail: irwan.jatmiko@gmail.com
ABSTRAK
Perikanan tuna merupakan salah satu primadona
perikanan di Indonesia dengan total produksi mencapai
1.297 ton dari tahun 2004 hingga 2011. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui produksi dan kisaran
panjang hasil tangkapan tuna dari kapal rawai tuna yang
berbasis di Pelabuhan Benoa, Bali. Pengumpulan data
dilakukan dengan metode sampling pada 16 unit
perusahaan pengolahan ikan tuna di Pelabuhan Benoa
pada periode 2010-2014. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dimana penelitian
ini ditujukan untuk menggambarkan fenomena yang
terjadi pada perikanan rawai tuna dan hasil
tangkapannya. Total sebanyak 4.406 kapal tuna longline
yang melakukan pendaratan hasil tangkapannya di
Pelabuhan Benoa, Bali pada periode 2010-2014. Ratarata persentase ekspor tertinggi adalah jenis ikan tuna
mata besar sebesar 68% diikuti oleh madidihang (52%)
dan tuna sirip biru selatan (31%). Ukuran panjang ikan
madidihang berfluktuasi dengan rata-rata 130 cm dan
kisaran panjang antara 121-135 cm. Panjang tuna mata
besar cenderung stagnan dengan rata-rata 122 cm dan
kisaran panjang antara 119-126 cm. Sedangkan panjang
rata-rata tuna sirip biru selatan cenderung menurun
dengan rata-rata 167 cm dan kisaran panjang 162-171
cm. Ketiga spesies ini rata-rata telah melakukan
pemijahan sebelum ditangkap. Hal ini baik untuk
menjaga stok tuna karena ikan yang tertangkap telah
melakukan pemijahan sehingga dapat mendukung
kelestarian sumberdaya tuna di Samudera Hindia.
Kata Kunci:

Produksi; komposisi jenis; struktur
ukuran; rawai tuna; Samudera Hindia

ANALISIS KERENTANAN JENIS IKAN PELAGIS
KECIL DI PERAIRAN SELAT BALI DAN SELAT
MAKASSAR TERHADAP DINAMIKA SUHU
PERMUKAAN LAUT
Reny Puspasari
JPPI Maret 2016, Vol 22 No. 1, Hal. 33-42
e-mail: renypus@yahoo.com
ABSTRAK
Kondisi oseanografi Indonesia dipengaruhi oleh
dinamika proses oseanografi global. Salah satu proses
tersebut adalah Arlindo yang menghantarkan massa air
bersuhu hangat dari Samudera Pasifik ke Samudera
Hindia melalui Selat Makassar. Dinamika suhu perairan

akan mempengaruhi kondisi sumberdaya ikan di
perairan tersebut. Penelitian bertujuan untuk
menganalisis dampak dinamika suhu permukaan laut
terhadap empat jenis ikan pelagis yaitu ikan layang biru
(Decapterus macarellus), kembung (Ratrelliger
kanagurta), lemuru (Sardinella lemuru) dan tongkol
(Auxis thazard). Penelitian dilakukan pada tahun 2015
dengan membuat profil biologis setiap jenis ikan,
kemudian dilakukan penilaian oleh para ahli mengenai
kerentanan setiap jenis ikan terhadap paparan dinamika
SPL (Suhu Permukaan Laut). Hasil penilaian para ahli
kemudian dianalisis menggunakan metode kerentanan
jenis yang digunakan oleh NOAA. Hasil analisis
menunjukkan bahwa empat jenis ikan pelagis yang
dianalisis mempunyai tingkat kerentanan yang rendah
terhadap paparan dinamika suhu permukaan laut.
Tingkat kerentanan ikan pelagis kecil di perairan Selat
Bali lebih tinggi bila dibandingkan dengan Selat
Makassar.
Kata Kunci:

Analisis kerentanan; pelagis kecil;
Selat Bali; Selat Makassar

FAKTOR-FAKTOR
PENTING
YANG
MEMPENGARUHI CPUE (Catch Per Unit Effort)
PERIKANAN HUHATE BERBASIS DI BITUNG
Agus Setiyawan
JPPI Maret 2016, Vol 22 No. 1, Hal. 43-50
e-mail: agussetiyawan027@gmail.com
ABSTRAK
Bitung merupakan salah satu sentra pendaratan
untuk perikanan huhate. Perikanan huhate bergantung
terhadap ketersediaan umpan ikan hidup dan beberapa
faktor teknis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
faktor yang paling berpengaruh terhadap hasil
tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis - SKJ). Pengambilan data
primer dilaksanakan di atas kapal huhate dari Januari –
Mei 2013 yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Bitung
– Sulawesi Utara. Data logbook kapal serta data harian
kapal diperoleh pada saat melakukan pemancingan.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis
Generalized Linear Models (GLM), uji korelasi dan
regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat empat faktor signifikan berpengaruh
terhadap nilai CPUE cakalang (SKJ). Faktor pertama
adalah jenis umpan hidup yang digunakan berpengaruh
secara signifikan terhadap CPUE SKJ (P< 0,01). Jenis
umpan hidup yang berpengaruh signifikan adalah jenis
ikan layang dicampur dengan puri merah. Ketiga faktor
lainya yaitu suhu permukaan laut (SPL), jumlah
pemancing dan daerah penangkapan mempengaruhi
CPUE SKJ dengan nilai P < 0.05.
Kata Kunci:

Huhate; hasil tangkapan; cakalang;
Bitung

vi

Lembar Abstrak
KARAKTERISTIK UPAYA DAN DAERAH
PENANGKAPAN PUKAT CINCIN PELAGIS BESAR
YANG BERPANGKALAN DI PPS BITUNG
Sandi Wibowo
JPPI Maret 2016, Vol 22 No. 1, Hal. 51-60
e-mail: sandihex@gmail.com

ABSTRAK
Pelabuhan Perikanan Samudra Bitung berperan
penting dalam mendukung operasi armada perikanan
pukat cincin pelagis besar yang ditujukan untuk
memanfaatkan sumberdaya ikan tuna di WPP-NRI 714,
715, 716 dan 717 yang mewakili perairan kepulauan,
ZEEI dan laut lepas. Analisis deskriptif terhadap data
logbook 2011-2013 perikanan pukat cincin pelagis besar
ditujukan untuk mendapatkan karakteristik armada,
sebaran daerah dan aktivitas penangkapan pukat cincin
yang berpangkalan di PPS Bitung. Karakteristik upaya
ditekankan pada rerata dimensi dan ukuran panjang

kapal pukat cincin pelagis besar yang beroperasi
memberikan informasi bahwa armada yang beroperasi
pada 2013 berukuran rata-rata panjang 22,9 m (dengan
kisaran 12,7 – 33,5 m) dengan ukuran bobot kapal 69,6
GT (18-200 GT) serta kekuatan mesin sebesar 317,5
DK (80-1200 DK). Operasional penangkapan
menggambarkan kisaran jarak dan durasi antar tawur
pada rumpon. Hasil analisis memberikan indikasi
bahwa dari 106 unit kapal pukat cincin yang beroperasi
49% diantaranya aktif menangkapi 1 WPP, 41% di 2 WPP,
dan 10% di 3 W PP, tidak ditemukan kapal yang
beroperasi di empat W PP. Sebaran aktivitas
penangkapan tertinggi pada 2013 ditemukan di WPP
715 sebesar 1.828 tawur sedangkan terendah
ditemukan di laut lepas sejumlah 9 tawur. Laju tangkap
tertinggi pada 2013 (20,9 ton/tawur) terdapat di WPP
714 sedangkan hasil tangkapan terendah (6,11 ton/
tawur) ditemukan di WPP 716. Musim penangkapan
yang diwakili oleh frekuensi upaya tawur bulanan tidak
menggambarkan adanya perbedaan yang nyata.
Kata Kunci:

Sebaran; pukat cincin; struktur
armada; laju tangkap; Bitung

vii

Produksi Perikanan Tuna Hasil Tangkapan Rawai Tuna Hasil......….. di Pelabuhan Benoa, Bali (Jatmiko, I., et al)
Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi
e-mail:jppi.puslitbangkan@gmail.com

JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA
Volume 22 Nomor 1 Maret 2016
p-ISSN: 0853-5884
e-ISSN: 2502-6542
Nomor Akreditasi: 653/AU3/P2MI-LIPI/07/2015

PRODUKSI PERIKANAN TUNA HASIL TANGKAPAN RAWAI TUNA
YANG BERBASIS DI PELABUHAN BENOA, BALI
PRODUCTION OF TUNA CATCH FROM TUNA LONGLINE
BASED ON BENOA PORT, BALI
Irwan Jatmiko*1, Bram Setyadji1 dan Dian Novianto1
1

Loka Penelitian Perikanan Tuna, Benoa – Bali
Teregistrasi I tanggal: 19 Agustus 2015; Diterima setelah perbaikan tanggal: 06 Januari 2016;
Disetujui terbit tanggal: 11 Januari 2016

ABSTRAK
Perikanan tuna merupakan salah satu primadona perikanan di Indonesia dengan total produksi
mencapai 1.297 ton dari tahun 2004 hingga 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
produksi dan kisaran panjang hasil tangkapan tuna dari kapal rawai tuna yang berbasis di
Pelabuhan Benoa, Bali. Pengumpulan data dilakukan dengan metode sampling pada 16 unit
perusahaan pengolahan ikan tuna di Pelabuhan Benoa pada periode 2010-2014. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dimana penelitian ini ditujukan untuk
menggambarkan fenomena yang terjadi pada perikanan rawai tuna dan hasil tangkapannya. Total
sebanyak 4.406 kapal tuna longline yang melakukan pendaratan hasil tangkapannya di Pelabuhan
Benoa, Bali pada periode 2010-2014. Rata-rata persentase ekspor tertinggi adalah jenis ikan
tuna mata besar sebesar 68% diikuti oleh madidihang (52%) dan tuna sirip biru selatan (31%).
Ukuran panjang ikan madidihang berfluktuasi dengan rata-rata 130 cm dan kisaran panjang
antara 121-135 cm. Panjang tuna mata besar cenderung stagnan dengan rata-rata 122 cm dan
kisaran panjang antara 119-126 cm. Sedangkan panjang rata-rata tuna sirip biru selatan cenderung
menurun dengan rata-rata 167 cm dan kisaran panjang 162-171 cm. Ketiga spesies ini rata-rata
telah melakukan pemijahan sebelum ditangkap. Hal ini baik untuk menjaga stok tuna karena ikan
yang tertangkap telah melakukan pemijahan sehingga dapat mendukung kelestarian sumberdaya
tuna di Samudera Hindia.
Kata Kunci: Produksi; komposisi jenis; struktur ukuran; rawai tuna; Samudera Hindia
ABSTRACT
Tuna fishery is one of the important fisheries in Indonesia with total production reached 1,297
tons from 2004 to 2011. This study aims to determine the production and length frequencies of tuna
catches from tuna longline vessels based in Benoa Port, Bali. Data collection was conducted using
enumeration method in the 16 units of tuna fish processing company in Benoa Port in the period
2010-2014. The method used in this research is descriptive method in which the research is
intended to describe the phenomenon that occurs in longline tuna fishery and the catch. A total of
4,406 tuna longline vessels were landed their catch in Benoa Port, Bali in the period 2010-2014.
The highest average percentage for catch export is big eye tuna with 68% followed by yellowfin tuna
(52%) and southern bluefin tuna (31%). The length of yellowfin tuna were fluctuated with average
130 cm and range from 121-135 cm. The length of bigeye tuna tends to stagnant with average 122
cm and range from 119-126 cm. While the length of the southern bluefin tuna tends to decrease
with an average length of 167 cm and the range of 162-171 cm. All three species were assumed to
have spawned before being caught. It is assure to keep stock of fish on the save level because
maintain the regeneration to support the sustainable of tuna resources in the Indian Ocean.
Keywords: Production; species composition; size structure; tuna longline; Indian Ocean
___________________
Korespondensi penulis:
e-mail: irwan.jatmiko@gmail.com

Copyright © 2016, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)

25

J.Lit.Perikan.Ind. Vol.22 No.1 Maret 2016: 25-32

PENDAHULUAN

Benoa, Bali khususnya dan di Samudera Hindia
umumnya.

Sejak dicanangkannya Program Revitalisasi
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan oleh Presiden
Republik Indonesia pada tanggal 11 November 2005
maka upaya untuk mewujudkan keunggulan kompetitif
yang dibangun atas keunggulan komparatif berupa
kekayaan sumberdaya alam yang dikelola dan
diusahakan dengan menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) serta manajemen profesional
telah dimulai. Pada sektor perikanan khususnya
perikanan tangkap, komoditas yang dikedepankan
salah satunya adalah perikanan tuna (Permen KP,
2005). Perikanan tuna merupakan salah satu
primadona perikanan di Indonesia dengan total
produksi mencapai 1.297 ton dari tahun 2004 hingga
2011. Madidihang merupakan tangkapan tertinggi
yaitu sebanyak 68,43% dari total produksi kelompok
tuna besar diikuti tuna mata besar (25,03%), albakor
(6,13%) dan tuna sirip biru selatan (0,42%) (DJPT, 2013).
Selain pemanfaatan sumberdaya, sektor perikanan
harus dikelola secara baik dan bertanggung jawab
sesuai dengan panduan dari Organisasi Pangan Dunia
(FAO) tentang Kode Etik untuk Perikanan yang
Bertanggungjawab (CCRF) (FAO, 1995). Beberapa
data dan informasi perlu dikumpulkan sebagai basis
data pengelolaan, antara lain: hasil tangkapan, upaya,
ukuran panjang dan berat ikan. Beberapa data
perikanan ini diperlukan untuk mengetahui tren hasil
perikanan dan menjadi landasan untuk mengelola
sumberdaya perikanan secara lebih baik pada tahuntahun selanjutnya (King, 2007).
Salah satu tujuan program pendataan adalah
penyajian dan serta informasi statistik perikanan tuna.
Upaya pendataan ikan tuna tersebut dalam rangka
perbaikan stastistik perikanan tuna di Indonesia guna
memenuhi kewajiban sebagai anggota organisasi
pengelolaan perikanan regional (Regional Fisheries
Management Organization) untuk melaporkan data
hasil tangkapan/produksi perikanan tuna kepada
organisasi tersebut, salah satunya adalah Komisi
Perikanan Tuna di Samudera Hindia atau lebih dikenal
Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) (IOTC, 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi
produksi/hasil tangkapan, komposisi jenis dan ukuran
panjang hasil tangkapan tuna dari kapal rawai tuna.
Selain itu, penelitian ini juga mengetahui kategori
kualitas (layak ekspor dan reject) ikan tuna hasil
tangkapan kapal rawai tuna yang berbasis di
Pelabuhan Benoa, Bali. Diharapkan informasi yang
diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan
pertimbangan dalam pengelolaan dan pengembangan
usaha perikanan tuna yang berbasis di Pelabuhan

BAHAN DAN METODE
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode
sampling pada 16 unit perusahaan pengolahan ikan
tuna di Pelabuhan Benoa (Gambar. 1) pada periode
2010-2014. Unit sampling yang digunakan adalah
kapal-kapal rawai tuna yang melakukan pendaratan
hasil tangkapan, baik itu jenis kapal penampung
maupun kapal penangkap. Data yang dikumpulkan
berupa nama perusahan, nama kapal rawai tuna,
komposi jenis hasil tangkapan, ukuran berat dan
panjang untuk semua jenis ikan tuna, dan kategori
kualitas hasil tangkapan (ekspor/reject).
Pengumpulan data ukuran berat ikan dilakukan
oleh enumerator untuk setiap individu ikan yang
didaratkan, sedangkan pengukuran panjang dilakukan
secara sampling terutama bagi ikan non ekspor.
Cakupan sampling ditetapkan paling sedikit 30% dari
total kapal yang melakukan pendaratan hasil
tangkapan per bulan (IOTC, 2002). Data-data yang
dikumpulkan kemudian disimpan menggunakan
program WinTuna Database, untuk kemudian
diekstrak ke dalam program Microsoft Excel.
Pengukuran panjang ikan dilakukan dengan
menggunakan kaliper yang memiliki ketelitian sampai
1 cm. Ukuran panjang diperlihatkan berdasarkan
urutan prioritas sesuai standar pengukuran
internasional. Beberapa tipe pengukuran panjang tuna
dan non tuna (IOTC, 2002).

Gambar 1.Lokasi penelitian di Pelabuhan Benoa,
Bali.
Figure 1. Research location in Benoa Port, Bali.

26
Copyright © 2016, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)

Produksi Perikanan Tuna Hasil Tangkapan Rawai Tuna Hasil......….. di Pelabuhan Benoa, Bali (Jatmiko, I., et al)

Sebanyak 2.264 kapal atau sekitar 52% dari
t o t a l k a p a l ya n g s a n d a r d i a m b i l d a t a n ya
(dilakuk an sam pling). Persentase sam pling
1400
1200

Kapal yang sandar
Kapal yang disampling
58%

Jumlah

1000
800

tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 61%,
sedangkan terendah pada tahun 2011 sebesar
40% (Gambar 2).

44%

600

70%
60%
57%

61%

50%
40%

40%

30%

400

20%

200

10%

2014

2013

2012

2011

0%

2010

0

Tahun

Gambar 2.Jumlah kapal yang sandar dan kapal yang disampling di Pelabuhan Benoa pada periode 20102014. Persentase merupakan perbandingan jumlah kapal yang disampling dengan kapal yang
sandar.
Figure 2. Number of unloaded and sampled vessels in Benoa Port in the period 2010-2014. The percentage
is proportion between number of sampled vessels and unloaded vessels.
Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif dimana penelitian ini ditujukan untuk
menggambarkan fenomena yang terjadi pada
perikanan rawai tuna dan hasil tangkapannya. Menurut
Furchan (2004), penelitian deskriptif cenderung
menggambarkan fenomena apa adanya dengan cara
menelaah secara teratur, mengutamakan obyektivitas
dan dilakukan secara cermat.
Tiga jenis tuna yang dijadikan objek penelitian ini
adalah madidihang/Thunnus albacares (YFT), tuna
mata besar/Thunnus obesus (BET) dan tuna sirip biru
selatan/Thunnus maccoyii (SBF). Ikan yang
mendarat diukur panjang cagak dengan ketelitian 1
cm dan ditimbang beratnya dengan ketelitian 1 kg.
Penghitungan estimasi hasil tangkapan
menggunakan rumus estimasi dari Komisi Tuna
Samudra Hindia/Indian Ocean Tuna Commission
(IOTC) (2002):

Dimana:
CM : Estimasi hasil tangkapan (ton)
LM : Jumlah kapal yang mendaratkan hasil
tangkapan (unit)
AVM : Hasil tangkapan yang dienumerasi (ton)/
jumlah kapal yang dienumerasi (unit)
Kualitas tangkapan ikan tuna yang didaratkan di
Pelabuhan Benoa dikelompokan berdasarkan
kualitasnya, kemudian dibandingkan dalam persen
antara hasil tangkapan ikan yang berkualitas tinggi

(export) dengan yang rendah (reject). Penentuan ikan
yang berkualitas tinggi dan rendah dilakukan oleh
petugas (checker) di unit perusahaan pengolahan ikan
tuna di Pelabuhan Benoa.
HASIL DAN BAHASAN
Hasil
Total sebanyak 4.406 kapal tuna longline yang
melakukan pendaratan hasil tangkapannya di
Pelabuhan Benoa, Bali pada periode 2010-2014.
Jumlah kapal yang mendaratkan terbanyak terjadi
pada tahun 2010 yaitu 1.099 buah kapal, sedangkan
terendah pada tahun 2013 sebanyak 753 buah kapal.
Total hasil tangkapan tuna yang tercatat pada periode
2010-2014 adalah sebesar 14.939 ton dengan nilai
estimasi sebesar 28.847 ton. Hasil tangkapan tertinggi
terjadi pada tahun 2014 sebesar 3.561 ton (estimasi
5.987 ton), sedangkan terendah pada tahun 2011
sebesar 2.040 ton (estimasi 5.051 ton).
Secara umum, estimasi produksi madidihang
menurun drastis sekitar 50% dari 5.300 ton di tahun
2010 menjadi hanya sekitar 2.600 ton di tahun 2014.
Estimasi produksi tuna mata besar cenderung
stagnan dari tahun ke tahun dengan estimasi produksi
berkisar antara 2.000-2.500 ton setiap tahunnya.
Sedangkan estimasi produksi tuna sirip biru selatan
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari
180 ton di tahun 2010 menjadi 950 ton di tahun 2014,
atau mengalami peningkatan sekitar 5 kali lipat dalam
kurun waktu 5 tahun. Meskipun mengalami penurunan
produksi, madidihang masih mendominasi komposisi
hasil tangkapan sebesar 50% diikuti oleh tuna mata
besar (40%) dan tuna sirip biru selatan (10%) (Gambar 3).

27
Copyright © 2016, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)

J.Lit.Perikan.Ind. Vol.22 No.1 Maret 2016: 25-32

Hasil tangkapan (Ton)

6,000

YFT

Enumerasi
Estimasi

5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
0
2010

2011

2012

2013

2014

Tahun

Hasil tangkapan (Ton)

4,000

BET

Enumerasi

3,500

Estimasi

3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
500
0
2010

2011

2012

2013

2014

Tahun

Hasil tangkapan (Ton)

1,400

SBF

Enumerasi

1,200

Estimasi

1,000
800
600
400
200
0
2010

2011

2012

2013

2014

Tahun
Gambar 3.Hasil tangkapan tuna (ton) secara enumerasi dan estimasi menurut jenis yang didaratkan di
Pelabuhan Benoa pada periode 2010-2014.
Figure 3. Tuna catch (tonnes) by enumeration and estimation based on species landed in Benoa Port in the
period 2010-2014.
Rata-rata persentase tuna yang diekspor tercatat
tertinggi adalah tuna mata besar sebesar 68% diikuti
oleh madidihang (52%) dan tuna sirip biru selatan
(31%). Persentase ekspor madidihang tertinggi terjadi
pada tahun 2014 sebesar 55%, persentase tertinggi
untuk dua spesies lainnya terjadi pada tahun 2011

sebesar 73% untuk tuna mata besar dan 50% untuk
tuna sirip biru selatan (Gambar 4). Produksi
madidihang turun drastis pada tahun 2011 hanya
sekitar 500 ton baik untuk export dan reject setelah
mencapai puncak setahun sebelumnya, yaitu sebesar
1.000 Ton untuk export dan 1.300 Ton untuk reject.

28
Copyright © 2016, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)

Produksi Perikanan Tuna Hasil Tangkapan Rawai Tuna Hasil......….. di Pelabuhan Benoa, Bali (Jatmiko, I., et al)

Setelahnya, produksi madidihang naik secara
perlahan hingga mencapai 900 Ton untuk ekspor dan
720 Ton untuk reject pada tahun 2014. Produksi tuna
mata besar cenderung berfluktuasi di kisaran 6001.000 Ton untuk ekspor dan 200-400 Ton untuk reject.
YFT

BET

1400

SBF

Hasil tangkapan(Ton)

Export
Reject

Sedangkan produksi tuna sirip biru selatan cenderung
naik baik untuk ekspor maupun reject, dari dibawah
100 ton pada tahun 2010 hingga mencapai puncaknya
pada tahun 2014 sebesar 200 Ton untuk ekspor dan
380 Ton untuk reject (Gambar 5).

2010

YFT

Export

1200

Reject

1000
800
600
400
200

3

4

5

3

4

5

2013

2014

Hasil tangkapan(Ton)

2012

2012

1400

2011

2

1

0

BET

1200
1000
800
600
400
200

Hasil tangkapan(Ton)

500

2013

2014

2

1

0

SBF

400
300
200
100

2011

2010

0

Tahun

Gambar 4. Perkembangan persentase export dan reject
hasil tangkapan tuna yang didaratkan di
Pelabuhan Benoa pada periode 2010-2014.
Figure 4. Percentage fluctuation of export and reject of
tuna catch in Benoa Port in the period 20102014.

Gambar 5. Perbandinganhasiltangkapan (ton)exportdan
reject tuna menurut jenis yang didaratkan di
Pelabuhan Benoa pada periode 2010-2014.
Figure 5. Catchcomparison(tonnes) ofexport andreject
tuna by species in Benoa Port in the period
2010-2014.

Ukuran panjang madidihang berfluktuasi berkisar
antara 121-135 cm dengan rata-rata 130 cm.
Panjang tuna mata besar cenderung stagnan
dengan rata-rata 122 cm dan kisaran panjang

antara 119-126 cm. Sedangkan panjang rata-rata
tuna sirip biru selatan cenderung menurun dengan
rata-rata 167 cm dan kisaran panjang 162-171
cm (Gambar 6).

29
Copyright © 2016, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)

J.Lit.Perikan.Ind. Vol.22 No.1 Maret 2016: 25-32

Panjang cagak (cm)

180
170
160
150
140

YFT

130

BET

120

SBF

110
100
2010

2011

2012

2013

2014

Tahun
Gambar 6.Panjang cagak rata-rata (cm) hasil tangkapan tuna yang didaratkan di Pelabuhan Benoa pada
periode 2010-2014. Garis merah adalah panjang pertama kali matang gonad (Lm) madidihang Lm=102
cm (Zudaire et al., 2013) (garis titik-titik), tuna mata besar Lm=107 cm (Zhu et al., 2010) (garis
lurus) dan tuna sirip biru selatan Lm=135 cm (Chen et al., 2013) (garis putus-putus).
Figure 6. Average fork length (cm) tuna catch in Benoa Port in the period 2010-2014. Red line is length at
first maturity (Lm) of yellowfin tuna Lm=102 cm (Zudaire et al., 2013) (dot line), bigeye tuna Lm=107
cm (Zhu et al., 2010) (straight line) and southern bluefin tuna Lm=135 cm (Chen et al., 2013) (dash
line).
Bahasan
Pelabuhan Benoa merupakan salah satu
pelabuhan umum yang dikelola oleh PT Pelabuhan
Indonesia III. Pelabuhan Benoa dibagi menjadi
beberapa zona, salah satunya sebagai zona
pangkalan pendaratan ikan tuna di Indonesia.
Perkembangan industri-industri perikanan tuna di
Benoa berkembang pesat, mulai dari agen perusahaan
penangkapan, perusahaan procesing, eksportir,
pengolahan ikan tuna dan perusahaan jasa cold
storage. Untuk menangkap tuna yang berukuran
besar, kapal-kapal berskala industri menggunakan alat
tangkap rawai tuna (Miazwir, 2012).
Berdasarkan laporan tahunan Unit Pengawasan
Penangkapan Ikan Benoa, pada tahun 2000 jumlah
kapal tuna longline di Pelabuhan Benoa adalah 596
kapal. Jumlah ini meningkat menjadi 757 kapal di
tahun 2010. Total kapal tuna longline yang
mendaratkan hasil tangkapan tuna dari tahun 2006
(1.664 kapal) sampai 2008 (1.965 kapal) mengalami
peningkatan. Tahun 2009 sedikit mengalami
penurunan menjadi 1.850 kapal (Mahrus, 2012).
Perikanan tuna yang berbasis di Pelabuhan Benoa
telah mengalami perubahan besar sejak tahun 1993
ketika madidihang mendominasi hasil tangkapan
(62 %), diikuti tuna mata besar dan tuna jenis lainnya
(Sadiyah & Prisantoso, 2011). Berdasarkan estimasi
landing tuna di Benoa pada tahun 2009, madidihang

merupakan spesies utama yang tertangkap (57%),
diikuti tuna mata besar (37 %) dan tuna sirip biru
selatan (6%). Menurunnya hasil tangk apan
madidihang ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh IOTC yang menyatakan bahwa stok
madidihang di Samudra Hindia mengalami lebih
tangkap (IOTC, 2015). Selain itu, penelitian Wujdi et
al. (2015) juga menyatakan bahwa sedikitnya proporsi
madidihang betina dibandingkan jantan dan
menurunnya ikan madidihang betina dewasa disinyalir
juga mengurangi populasi spesies ini.
Kegiatan monitoring perikanan tuna di pelabuhan
Benoa dimulai sejak 1993, kerjasama antara The
Commonwealth Scientific and Industrial Research
Organisation (CSIRO) Australia dengan Balai
Penelitian Perikanan Laut (BPPL). Saat itu masih
melakukan kegiatan penelitian khusus tuna sirip biru
dengan menggunakan metode sampling pada
perusahaan pengolah ikan yang melakukan aktifitas
bongkar ikan. Kegiatan ini terus berjalan hingga saat
ini dengan teknik pendataan yang lebih lengkap untuk
semua spesies hasil tangkapan, pengukuran panjang
dan berat ikan.
Pada tahun 2002 sampai 2008 dibentuk program
monitoring tuna maupun non tuna melalui proyek
kerjasama multilateral. Data-data yang dikumpulkan
meliputi data dari aspek produksi (komposisi hasil
tangkapan) dan aspek biologi (komposisi ukuran berat

30
Copyright © 2016, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)

Produksi Perikanan Tuna Hasil Tangkapan Rawai Tuna Hasil......….. di Pelabuhan Benoa, Bali (Jatmiko, I., et al)

dan panjang). Sampai saat ini kegiatan monitoring
tuna di Pelabuhan Benoa terus berlanjut, karena
kontribusinya sangat berguna untuk memenuhi
kebutuhan regional maupun internasional dalam
rangka keikutsertaan Indonesia dalam Regional
Fisheries Management Organisation (RFMO) yaitu
Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) dan
Commission for the Conservation of Southern Bluefin
Tuna (CCSBT). Selanjutnya data dan informasi
dipakai sebagai bahan dalam penentuan kebijakan
pengelolaan regional menuju perikanan pelagis,
terutama tuna secara berkelanjutan (Nugraha &
Setyadji, 2013).

digunakan kembali (reusable). Kemudian insang dan
isi perut ikan dibuang dan dibersihkan sisa-sisa daging
yang masih menempel. Selanjutnya bagian insang
dan isi perut yang telah kosong diisi dengan es bubur
(slurry ice). Bagian sirip ikan yang panjang dipotong,
sedangkan sirip ekor dipotong setengahnya saja untuk
mem udahkan pada saat mengangkat dan
memindahkan ikan. Setelah selesai, ikan siap untuk
disimpan di palka dengan suhu yang dingin 0oC.
Proses penanganan ikan di atas kapal rawai tuna
yang berbasis di Pelabuhan Benoa ini mirip dengan
penanganan ikan tuna oleh nelayan rawai tuna di
Perairan Samudera Pasifik (Beverly et al., 2003).

Persentase rata-rata kapal yang diambil datanya
cukup tinggi pada kurun waktu 2010-2014 sebesar
52% dari total kapal yang melakukan pendaratan hasil
perikanan di Pelabuhan Benoa, Bali. Angka ini lebih
besar daripada batas yang ditetapkan oleh IOTC
(2012) yaitu sebesar 30%. Dengan tingginya
persentase kapal yang disampling diharapkan
estimasi total hasil tangkapan mendekati dari total
hasil tangkapan sebenarnya.

Rata-rata kisaran panjang ketiga spesies ini lebih
besar daripada panjang pertama kali matang gonad
(Lm) 102 cm (Zudaire et al., 2013) untuk madidihang,
107 cm (Zhu et al., 2010) untuk tuna mata besar dan
135 cm (Chen et al., 2013) untuk tuna sirip biru
selatan. Dari hasil ini dapat diduga bahwa ketiga
spesies ini umumnya telah melakukan pemijahan
sebelum ditangkap. Hal ini berdampak baik untuk
menjaga stok tuna karena ikan yang tertangkap telah
melakukan regenerasi untuk mendukung kelestarian
sumberdaya tuna di Samudera Hindia.

Sebagian besar (90%) ekspor tuna dalam bentuk
utuh (whole) dipasarkan ke Jepang dan lainnya
dipasarkan ke Amerika dalam bentuk headless.
Amerika (USA) adalah pengimpor utama tuna beku
(80%) dalam bentuk olahan seperti steak, loin, saku
maupun baku, diikuti Uni Eropa dan Jepang (Mahrus,
2012). Secara umum, persentase ekspor tertinggi
adalah tuna mata besar sekitar 70%, diikuti
madidihang sekitar 50% dan terendah adalah tuna
sirp biru selatan yang hanya sekitar 30%. Perbedaan
persentase ekspor tersebut dikarenakan kualitas ikan
tuna yang didaratkan di Pelabuhan. Setelah ikan
didaratkan dan dikirim ke perusahaan, kualitas ikan
akan diamati oleh petugas yang biasa disebut
checker dengan cara mengambil sedikit sampel
daging ikan tuna. Salah satu hal yang mempengaruhi
kualitas daging ikan tuna adalah penanganan ikan
setelah tertangkap di atas kapal.
Pada umumnya penanganan hasil tangkapan tuna
di atas kapal rawai tuna adalah dengan menyiangi
atau membersihkan ikan. Jika ikan tuna yang
tertangkap masih dalam keadaan hidup, hal pertama
yang perlu dilakukan adalah mematikan ikan dengan
cara menusuk kepala bagian atas (otak) dengan
menggunakan paku besar (spike). Apabila belum
mati, nelayan akan memasukkan tali panjang
(monofilament) ke dalam otak yang tembus ke dalam
tulang sumsum ikan. Teknik ini biasa disebut dengan
taniguchied (Beverly et al., 2003). Selain
menggunakan tali monofilament, teknik taniguchi juga
bisa menggunakan kawat stainless steel, yang dapat

KESIMPULAN
Estimasi hasil tangkapan madidihang merupakan
yang tertinggi sebanyak 14.800 ton diikuti oleh tuna
mata besar sebanyak 11.300 ton dan terendah tuna
sirip biru selatan sebanyak 2.700 ton. Meskipun
demikian produksi madidihang cenderung mengalami
penurunan dari tahun ke tahun. Persentase hasil
tangkapan yang diekspor tertinggi adalah tuna mata
besar (68%), diikuti madidihang (52%) dan terendah
adalah tuna sirip biru selatan (31%). Diperlukan
adanya penanganan (handling) yang lebih baik di atas
kapal, terutama untuk spesies tuna sirip biru selatan
agar nilai ekspornya lebih tinggi. Secara umum,
penangkapan tuna menggunakan rawai tuna cukup
baik karena rata-rata panjang tuna yang tertangkap
lebih besar daripada panjang pada saat pertama kali
matang gonad (L m). Umumnya ikan tuna yang
tertangkap oleh kapal rawai tuna yang berbasis di
Benoa sudah pernah melakukan pemijahan.
PERSANTUNAN
Penelitian ini dibiayai dari DIPA kegiatan riset Balai
Penelitian Perikanan Laut (BPPL) pada tahun 2010-2011
dan DIPA kegiatan riset Loka Penelitian Perikanan Tuna
(LPPT) pada tahun 2012-2014. Peneliti mengucapkan
terima kasih kepada para enumerator di Loka Penelitian
PerikananTuna(LPPT)Benoayangtelahmembantudalam
proses pengumpulan data penelitian ini.

31
Copyright © 2016, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)

J.Lit.Perikan.Ind. Vol.22 No.1 Maret 2016: 25-32

DAFTAR PUSTAKA
Beverly, S., Chapman, L & Sokimi, W. (2003).
Horizontal longline fishing methods and
techniques: a manual for fishermen. Secretariat
of the Pacific Community (p.130), New Caledonia.

Mahrus. (2012). Distribusi ukuran panjang dan berat
tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii
Castelnau, 1872) yang tertangkap dari perairan
Samudera Hindia dan didaratkan di Pelabuhan
Benoa Bali. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Program
Magister UI. Depok. 75 hal.

Chen, M.H., Chen, K.S., Chen, T.C., Sun, C.L & Chen,
C.Y. (2013). Notes on the reproductive biology of
southern bluefin tuna Thunnus maccoyii in the
southwestern Indian Ocean. Indian Journal of GeoMarine Sciences. 42(4), 419-424.

Miazwir. (2012). Analisis aspek biologi reproduksi ikan
tuna sirip kuning (Thunnus albacares) yang
tertangkap di Samudera Hindia. Tesis (Tidak
Dipublikasikan). Program Magister UI. Depok. 68
hal.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. (2013).
Statistik Perikanan Tangkap Indonesia, 2007-2012.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap,
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 145
hal.

Nugraha, B. & B. Setyadji. (2013). Kebijakan
pengelolaan hasil tangkapan sampingan tuna
longline di Samudera Hindia. J. Kebijak. Perik.
Ind., 5(2), 67-71.

Food and Agricultural Organization (FAO). (1995).
Code of conduct for responsible fisheries. Rome,
Italy. 41 pp.
Furchan, A. 2004. Pengantar Penelitian dalam
Pendidikan (p. 54).Yogyakarta.
Indian Ocean Tuna Commission. (2002). Field manual
for data collection on tuna landings from longliners
(p. 21). IOTC Secretariat. Seychelles.
Indian Ocean Tuna Commission. (2012). Collection
of Active Conservation and Management
Measures for the Indian Ocean Tuna Commission
(p.183). Indian Ocean Tuna Commission,
Seychelles.
Indian Ocean Tuna Commission. (2015). Report of the
17th Session of the IOTC Working Party on Tropical
Tunas (p.102). Montpellier, France, 23–28 October
2015. IOTC–2015–WPTT17–R[E].
King, M. (2007). Fisheries Biology, Assessment and
Management, Second Edition (p.381). Blackwell
Publising Ltd. Oxford, England.

Permen KP. (2005). Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor: PER.17/MEN/2005.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Sadiyah, L & Prisantoso, B.I. (2011). Fishing strategy
of the Indonesian tuna longliners in Indian Ocean.
Ind. Fish. Res. J. 17(1), 29-35.
Wujdi, A., Setyadji, B & Nugraha, B. (2015). Sebaran
ukuran panjang dan nisbah kelamin ikan
madidihang (Thunnus albacares) di Samudera
Hindia Bagian Timur. BAWAL Widya Riset
Perikanan Tangkap, 7(3), 175-182.
Zhu, G.P., Dai, X.J., Xu, L.X & Zhou, Y.Q. (2010).
Reproductive biology of Bigeye Tuna,Thunnus
obesus, (Scombridae) in the eastern and central
tropical Pacific Ocean. Environ. Biol. Fish. 88,
253-260.
Zudaire, I., H. Murua, M. Grande & N. Bodin. 2013.
Reproductive potential of Yellowfin Tuna (Thunnus
albacares) in the western Indian Ocean. Fish. Bull.
111: 252-264.

32
Copyright © 2016, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

KEADAPTIFAN UNTUK SEPULUH GENOTIPE KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP PRODUKSI

1 89 52

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62