Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penggunaan Tanaman Obat di Kelurahan Semplak Kecamatan Bogor Barat.

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENGGUNAAN
TANAMAN OBAT DI KELURAHAN SEMPLAK
KECAMATAN BOGOR BARAT

OKTAVIANUS TM DAMANIK

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan, Sikap
dan Perilaku Penggunaan Tanaman Obat di Kelurahan Semplak, Kecamatan
Bogor Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014
Oktavianus TM Damanik
NIM E34070098

ABSTRAK
OKTAVIANUS TM DAMANIK. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penggunaan
Tanaman Obat di Kelurahan Semplak Kecamatan Bogor Barat. Dibimbing oleh
EDHI SANDRA dan TUTUT SUNARMINTO.
Penggunaan tanaman obat dalam praktek pengobatan tradisional telah
dipraktekkan sejak berabad-abad lalu secara terus-menerus dan telah menjadi
warisan adat. Perilaku penggunaan tanaman obat adalah semua upaya yang telah
dilakukan untuk menjaga kesehatan atau menyembuhkan penyakit atau
meningkatkan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk belajar tentang
pengetahuan, sikap dan perilaku penggunaan tanaman obat dan untuk belajar
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku
penggunaan tanaman obat di Semplak Desa, Kecamatan Bogor Barat. Penelitian
ini dilakukan pada Desember 2013 dengan menggunakan metode random

sistematis wawancara kuesioner terstruktur. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa masyarakat di Desa Semplak telah cukup mengenal bagian tanaman obat
yang memiliki kegunaan medis dan semua bagian tanaman obat yang dapat
digunakan sebagai obat. Masyarakat Kelurahan Semplak memiliki respon positif
terhadap pengetahuan tentang tanaman obat mereka. Faktor yang diidentifikasi
mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan tanaman obat adalah kebiasaan
dan kesesuaian tanaman obat.
Kata kunci: pengetahuan, perilaku, sikap

ABSTRACT
OKTAVIANUS TM DAMANIK. Knowledge, Attitude and Behaviour of
Medicinal Plant’s Usage in Semplak Village, Sub-District of West Bogor.
Supervised by EDHI SANDRA and TUTUT SUNARMINTO.
Usage of medicinal plants in tradicional medical practice has been practiced
since ages ago continuously and has been heritage into customs. Behavior of
medicinal plant’s usage was all of efforts that have been done to maintain health
or to cure disease or to improve health. The objectives of this research were to
learn about knowledge, attitude and behavior of medicinal plant’s usage and to
learn about factors that affect the knowledge, attitude and behavior of medicinal
plant’s usage in Semplak Village, Sub-District of Bogor Barat.This research was

carried out in December 2013 by using systematic random method of structured
questionnaire interview. Results of this research suggest that community in
Semplak Village has known enough of parts of medicinal plants that has medical
usability and all of medicinal plant’s part that could be used as medicine.
Community of Semplak Village have positive response to knowledge of their
medicinal plants. Identified factors that affect community regarded medicinal
plant’s usage was customs and suitability of medicinal plants.
Keywords: attitude, behaviour, knowledge

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENGGUNAAN
TANAMAN OBAT DI KELURAHAN SEMPLAK
KECAMATAN BOGOR BARAT

OKTAVIANUS TM DAMANIK

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penggunaan Tanaman Obat di
Kelurahan Semplak Kecamatan Bogor Barat.
Nama
: Oktavianus TM Damanik
NIM
: E34070098

Disetujui oleh

Ir Edhi Sandra, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Tutut Sunarminto, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkah serta rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penggunaan Tanaman Obat di
Kelurahan Semplak, Kecamatan Bogor Barat”. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Ir Edhi Sandra, MSi dan Dr Ir Tutut Sunarminto, MSi selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam
penyelesaian skripsi ini. Terimakasih kepada Eva Rachmawati, SHut, MSi sebagai
moderator seminar dan ketua sidang serta kepada Prof Cecep Kusmana, MS
selaku penguji. Terimakasih kepada Pemerintah Kabupaten Siak yang telah
memberikan beasiswa kuliah. Terimakasih kepada U. Syamsudin. SPd, MSi

beserta staf Kelurahan Semplak. Terimakasih kepada Mama. Libra dan David
serta seluruh keluarga untuk doa dan kasih sayangnya. Terimakasih kepada Esti
Febriani, STP untuk dukungan dan semangatnya. Terimakasih untuk responden
yang saya wawancarai beserta teman-teman yang membantu.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar
sarjana dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Selama penyusunan skripsi ini banyak hambatan yang dihadapi. Berkat
kemurahan-Nya serta bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua
pihak yang berkepentingan dengan karya ini. Akhirnya dengan segala kemampuan
dan kekurangan, penulis berharap semoga karya ini dapat memberi manfaat dan
kebaikan bagi semua pihak.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Oktavianus TM Damanik

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian


2

METODE

3

Waktu dan Lokasi Penelitian

3

Penarikan Contoh

3

Jenis dan Sumber Data

3

Wawancara Terstruktur dengan Kuesioner


4

Prosedur Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

5

Pengetahuan

5

Sikap


6

Perilaku

7

Hubungan Antara Tingkat Ekonomi Terhadap Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku
SIMPULAN DAN SARAN

11
15

Simpulan

15

Saran


16

DAFTAR PUSTAKA

16

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Jenis-jenis data yang digunakan
Pengetahuan bagian tanaman obat masyarakat Semplak 2013
Sikap terhadap tanaman obat masyarakat Semplak 2013
Frekuensi penggunaan tanaman obat masyarakat Semplak 2013
Faktor-faktor penggunaan tanaman obat masyarakat Semplak 2013
Cara pengolahan tanaman obat masyarakat Semplak 2013
Cara mendapatkan tanaman obat masyarakat Semplak 2013
Tujuan penggunaan tanaman obat masyarakat Semplak 2013
Rasa tanaman obat yang digunakan masyarakat Semplak 2013
Rasa tanaman obat yang disukai masyarakat Semplak 2013
Bentuk tanaman obat yang digunakan masyarakat Semplak 2013
Bentuk tanaman obat yang disukai masyarakat Semplak 2013
Sumber informasi tanaman obat masyarakat Semplak 2013
Tabulasi uji khi kuadrat pengetahuan
Tabulasi uji khi kuadrat sikap
Tabulasi uji khi kuadrat frekuensi penggunaan tanaman obat
Tabulasi uji khi kuadrat faktor-faktor penggunaan tanaman obat
Tabulasi uji khi kuadrat cara pengolahan tanaman obat
Tabulasi uji khi kuadrat cara mendapatkan tanaman obat
Tabulasi uji khi kuadrat tujuan penggunaan tanaman Obat
Tabulasi uji khi kuadrat rasa tanaman obat yang digunakan
Tabulasi uji khi kuadrat bentuk tanaman obat yang digunakan
Tabulasi uji khi kuadrat sumber informasi tanaman obat

3
5
6
7
7
8
8
9
9
10
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
14
15
15

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman obat adalah tanaman yang mempunyai fungsi menjaga kesehatan
dan menyembuhkan penyakit ringan maupun berat, baik yang dibuat secara
sederhana maupun modern dan pengobatannya dilakukan secara sederhana
maupun modern (Sitepu et al 2000). Tradisi penggunaan tanaman obat oleh
masyarakat Indonesia sudah ada sejak zaman nenek moyang, hal ini juga tidak
terlepas dari budaya setempat.
Persepsi mengenai konsep sakit, sehat, dan keragaman jenis tanaman yang
digunakan sebagai obat tradisional terbentuk melalui suatu proses sosialisasi yang
secara turun temurun dipercaya dan diyakini kebenarannya. Handayani et al
(2002) menjelaskan survei perilaku Responden yang dilakukan di Indonesia
terdapat 61,3% responden memiliki kebiasaan meminum obat tradisional.
Kecenderungan masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature) dengan
memanfaatkan berbagai tanaman obat dikarenakan obat sintesis dirasakan terlalu
mahal, kemudahan dalam memperoleh tanaman obat dan dapat ditanam
dipekarangan rumah, murah, dapat diramu sendiri dirumah (Depkes 1983).
Jawa Barat merupakan salah satu Propinsi di Indonesia yang terdiri dari 16
Kabupaten dan 9 Kotamadya, dengan membawahi 584 Kecamatan, 5.201 Desa
dan 609 Kelurahan (Dinas Propinsi Jawa Barat, 2013). Data yang diperoleh
Susenas (2003) menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Barat merupakan Propinsi
yang penduduknya sebagian besar (69,39 %) melakukan pengobatan sendiri.
Kelurahan Semplak terletak di Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor dimana pada
daerah tersebut menurut Dinas Propinsi Jawa Barat 2013 kurang berkembang dan
tradisi penggunaan tanaman sebagai obat masih dilakukan, karena itu perlu
diketahui bagaimana pengetahuan, sikap dan perilaku penggunaan tanaman obat
di Kelurahan Semplak Kecamatan Bogor Barat.

Perumusan Masalah
Pemakaian tanaman obat dalam pengobatan tradisional sudah digunakan
sejak lama dan secara terus menerus diwariskan sehingga membentuk suatu
tradisi. Hal ini dapat dilihat dari perilaku keluarga yang menggunakan tanaman
obat dalam melakukan pencegahan, penyembuhan dan mengobati anggota
keluarganya yang sakit.
Perilaku penggunaan tanaman obat merupakan segala tindakan yang
dilakukan untuk upaya memelihara kesehatan dan mengobati penyakit ataupun
untuk memulihkan kesehatan. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
meliputi karakteristik sosial ekonomi keluarga serta pengetahuan, sikap dan
perilaku terhadap tanaman obat.

2

Karakteristik Contoh
Karakteristik Responden
 Umur
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Karakteristik Sosial Ekonomi
 Daya Listrik



Pengetahuan
Sikap

Perilaku Penggunaan Tanaman Obat
 Jenis dan bagian tanaman yang digunakan
 Jumlah dan frekuensi
 Cara memperoleh
 Cara mengolah dan membuat
 Alasan dan tujuan menggunakan tanaman
obat

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara tingkat ekonomi
terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku penggunaan tanaman obat di Kelurahan
Semplak, Kecamatan Bogor Barat.

Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi mengenai
pentingnya penggunaan tanaman obat sebagai upaya alternatif pemeliharaan
kesehatan serta diharapakan dapat memberikan informasi tentang perilaku
penggunaan tanaman obat dan jenis-jenis tanaman obat yang dapat digunakan
dalam mencegah dan menyembuhkan penyakit sebagai alternatif pengobatan.

3
Selain itu informasi ini diharapkan akan bermanfaat untuk penelitian lanjutan di
bidang etnofarmakologi.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2013 di wilayah Kelurahan
Semplak, Kecamatan Bogor, Kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian di
Kelurahan Semplak, Kecamatan Bogor Barat dikarenakan Semplak merupakan
daerah perkotaan yang baru bertransisi dari desa.
Penarikan Contoh
Unit dalam penelitian adalah rumah tangga yang berada di Kelurahan
Semplak dan yang bertindak sebagai responden adalah Kepala Keluarga atau
pengganti Kepala Keluarga. Penarikan contoh dilakukan secara acak sistematis
dengan kerangka sampling daftar nama KK dari RW A, RW B, dan RW C dipilih
secara acak dari 10 RW di Kelurahan Semplak. Dari masing-masing RW akan
dipilih 3 RT secara acak dan dari 9 RT yang terpilih akan diacak dan dibagi dalam
3 bagian yaitu 3 RT untuk besaran watt listik ≤ 900 watt (Strata 1), 3 RT untuk
besaran watt listrik 901-2200 watt (Strata 2) dan 3 RT selanjutnya untuk besaran
watt listrik >2200 watt (Strata 3). Pembagian strata daya watt listrik ini dengan
tujuan strata ekonomi dengan harapan semakin tinggi jumlah pemakaian daya
watt listrik maka sebagian bagus tingkat ekonomi suatu keluarga. Jumlah
responden dari masing-masing bagian adalah 30 responden, sehingga jumlah total
responden seluruhnya sebanyak 90 orang.
Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden
dengan menggunakan kuesioner tersetruktur. Kuesioner dirancang untuk
mengetahui karakteristik responden, pengetahuan, sikap serta perilaku
penggunaan tanaman obat. Data sekunder diperoleh melalui pengamatan langsung
di lapang dan mencari informasi tambahan dari beberapa instansi yang ada di tiaptiap wilayah.
Tabel 1 Jenis-jenis data yang digunakan
Kelompok
Data

Data

Jenis Data

Sumber

Metode
Pengumpulan

Utama

Persepsi
Motivasi
Kepuasan
Kependudukan

Primer
Primer
Primer
Sekunder

Responden
Responden
Responden
Kelurahan
Sempak

Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Inventarisasi
Data

Penunjang

4
Wawancara Terstruktur dengan Kuesioner
Wawancara terstruktur dengan kuesioner dilakukan terhadap responden
masyarakat Kelurahan Semplak. Data yang didapat adalah data karakteristik
responden dan data pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan tanaman obat.
Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang
pertanyaannya sudah disediakan dengan jawaban. Menurut Sumarsono (2004),
kelebihan kuesioner tertutup adalah memiliki jawaban-jawaban bersifat standar,
mudah dijawab dan bisa dibandingkan dengan jawaban orang lain.
Prosedur Analisis Data
Pertanyaan di dalam kuesioner yang harus dijawab oleh responden
mencakup pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku responden
terhadap penggunaan tanaman obat. Data yang diperoleh dari penelitian ini
dianalisi secara deskriptif kualitatif dan statistik deskriptif. Pengetahuan yang
diukur adalah pengetahuan tentang tanaman obat. Pertanyaan mengenai tanaman
obat berisi tentang beberapa jenis tanaman obat tertentu yang dapat mengobati
penyakit tertentu serta bagaimana sikap mereka terhadap tanaman obat.
Pengetahuan dan sikap diukur berdasarkan Skala Likert. Meskipun dalam Skala
Likert bergerak dari skor 1-5, Namun sesuai dengan karakter orang Indonesia,
maka skalanya dirubah dari 1-7. Masyarakat Indonesia mengenal berbagai
tingkatan untuk menyampaikan sesuatu, sehingga dikenal adanya tingkatan dalam
bahasa, yang menunjukkan bahwa masyrakat Indonesia memiliki rentang yang
lebih panjang dalam menilai (Sunarminto 2012). Respon pada masing-masing
pernyataan diukur berdasarkan nilai skor, yaitu sangat setuju (skor 7), setuju (skor
6), agak setuju (skor 5), biasa saja (skor 4), agak tidak setuju (skor 3) tidak setuju
(skor2), dan sangat tidak setuju (skor 1).
Perilaku diukur berdasarkan respon dari responden dalam menerima atau
menolak pernyataan mengenai tanaman obat, yang terdapat dalam kuesioner.
Perilaku diukur berdasarkan Skala Likert. Respon pada masing-masing pernyataan
diukur berdasarkan nilai skor, yaitu selalu(skor 7), sering (skor 6), agak sering
(skor 5), biasa saja (skor 4), agak jarang (skor 3) jarang (skor2), dan tidak pernah
(skor 1).
Untuk mengetahui korelasi antara tingkat ekonomi responden terhadap
pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan obat, menggunakan uji khi-kuadrat
(Walpole 1992):

Dimana:
Oij
: frekuensi responden teramati pada kategori baris ke-i dan kategori jalur ke-j
Eij
: frekuensi responden harapan pada kategori baris ke-i dan kategori jalur ke-j
=

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Letak dan Luas Wilayah
Kelurahan Semplak terletak di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa
Barat dengan luas wilayah 90,051 Ha. Berdasarkan batas wilayah Kelurahan
Semplak berbatasan dengan Kelurahan Atang Sanjaya, Kecamatan Kemang di
sebelah Utara, Kelurahan Curug dan Curug Mekar di sebelah Timur, Kelurahan
Cilendek Barat di sebelah Selatan, dan Kelurahan Bubulak di sebelah Barat.
Demografi
Laporan kelurahan pada tahun 2013 jumlah laki-laki sebanyak 4952 jiwa
dan perempuan 4759 jiwa. Jumlah kepala keluarga sebanyak 2783 jiwa (laki laki
2562 jiwa dan perempuan 221 jiwa). Tingkat pendidikan di Kelurahan Semplak
juga sangat merata yaitu tidak tamat SD 1451 jiwa, tamat SD 1942 jiwa, tamat
SMP 2913 jiwa, tamat SMP 2820 jiwa, tamat Perguruan Tinggi 585 jiwa.
Menurut mata pencaharian masyarakat semplak sebanyak 1521 jiwa belum
bekerja, pelajar/mahasiswa 1942 jiwa, karyawan swasta 589 jiwa, PNS 346 jiwa,
pekerja lepas/buruh 1451 jiwa, wirasawasta 1875 jiwa, dan Ibu Rumah Tangga
(IRT) 2625 jiwa.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan
panca inderanya (Soekanto 2002). Pada penelitian ini pengetahuan diukur
berdasarkan pertanyaan mengenai bagian tanaman obat yang memiliki khasiat
obat. Pengetahuan responden mengenai bagian tanaman obat yang memiliki
khasiat obat dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Pengetahuan bagian tanaman obat masyarakat Semplak 2013
No
1
2
3
4
5

Strata 1
6.10
5.57
6.33
6.5
5. 47

Strata 2
5.90
5.53
6.20
6.33
4.23

Strata 3
5.87
5.87
6.00
6.17
5.97

Total
17.87
16.97
18.53
19.00
15.67

Rata-rata
5.95
5.56
6.17
6.33
5.22

6
7

Bagian
Daun
Buah
Biji
Umbi
Kulit
Kayu
Bunga
Kayu

5.93
5. 47

6.07
4.03

5.60
5.13

17.60
14.63

5.87
4.87

8

Akar

5.87

5.93

5.87

17.67

5.89

Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa masyarakat cukup
mengenal bagian tanaman obat yang berkhasiat obat karena dari nilai rata-rata
berkisar antara 5.22-6.33. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat

6
berada pada kisaran agak setuju sampai dengan sangat setuju. Hampir semua
bagian tanaman obat dapat digunakan sebagai obat, yaitu akar (cendana, pulai,
akar wangi, kecubung dan kecapi), kayu (cendana, bidara laut dan pulai pandak),
daun (sambiloto, meniran, kumis kucing, babadotan, kejibeling, tempuyung, sirih),
buah (pace/mengkudu, kapulaga, srigading), bunga (cengkeh, srigading, kenanga,
kantil, sedap malam), biji (adas, ketumbar, jintan, pala), kulit kayu (pulai, kayu
manis, mengkudu, cendana, kenanga), dan umbi (temulawak, temu hitam,
lempuyang gajah, kunyit, jahe) (Soedibyo 1996).
Sikap
Sikap merupakan gambaran kepercayaan dan perasaan seseorang dalam
menerima atau menolak suatu objek, dimana perasaan tersebut kemudian akan
direfleksikan melalui perilakunya (Sumarwan 2003). Sikap diukur berdasarkan
pertanyaan pada kuesioner yang diberikan kepada responden. Sikap masyarakat
yang telah memiliki pengetahuan tentang tanaman obat dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Sikap terhadap tanaman obat masyarakat Semplak 2013
No

Pernyataan

1

A

Strata 1

Strata 2

Strata 3

Total

6.17

6.27

6.06

18.50

Ratarata
6.17

2

B

6. 43

6.10

6.13

18.66

6.22

3

C

6.33

6.00

6.10

18.40

6.13

4

D

6.10

6.00

6.10

18.20

6.06

5

E

6.20

5.97

5.86

18.03

6.01

6

F

6.20

6.17

6.06

18.35

6.12

7

G

6.33

6.27

5.83

18. 43

6.14

8

H

6.23

6.30

6.10

18.63

6.21

9

I

6.60

6.00

6.00

18.60

6.20

Keterangan : A= mencari lebih tau lagi B= menjadikan pengetahuan dalam keluarga inti C=
menjadikan pengetahuan dalam keluarga besar D=memberitahu kepada tetangga E= memberitahu
kepada teman kerja F= tanaman obat sebagai prioritas G=efek samping tanaman obat lebih rendah
disbanding obat apotek H=harga tanaman obat lebih terjangkau I=akan menanam tanaman obat

Dari data dapat dikatakan bahwa masyarakat memiliki respon yang positif
terhadap pengetahuan tentang tanaman obat yang mereka miliki. Hal tersebut
dapat dilihat dari nilai rata-rata sikap yang berada dalam kisaran 6.01 – 6.22,
dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa responden setuju. Responden tidak

7
hanya sebatas tetap menjaga dan menyebarkan informasi tetapi mereka juga
memilih untuk menjadikan tanaman obat sebagai prioritas dan ingin menanam
tanaman obat di lingkungan atau pekarangan rumah mereka.
Perilaku
Perilaku penggunaan tanaman obat dalam penelitian ini adalah segala
tindakan responden dalam menggunakan atau memanfaatkan tanaman obat yang
dilihat dari frekuensi penggunaan bagian tanaman obat, faktor-faktor yang
mendorong menggunakan tanaman obat, cara pengolahan, cara mendapatkan,
tujuan penggunaan, rasa tanaman obat yang digunakan, bentuk tanaman obat yang
digunakan dan sumber informasi.
Frekuensi Penggunaan Bagian Tanaman Obat
Hasil dari frekuensi penggunaan bagian tanaman obat secara berturut dapat
dilihat pada Tabel 4. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa bagian tanaman obat
yang sering digunakan oleh masyarakat adalah daun dengan nilai rata-rata 4.57
dan yang jarang digunakan adalah kayu dengan nilai rata-rata 1.18.
Tabel 4 Frekuensi penggunaan tanaman obat masyarakat Semplak 2013
No

Keterangan

Strata 1

Strata 2

Strata 3

Total

1
2
3
4
5
6
7
8

Akar
Kayu
Daun
Buah
Bunga
Biji
Kulit Kayu
Umbi

4.30
1.27
4.33
4. 43
4.57
4.27
2. 47
3.53

5.13
1.17
4.87
4.20
5.17
4.00
2. 47
3.00

3. 40
1.10
4.50
4.73
3.63
4.27
1.53
2.10

12.83
3.54
13.70
13.36
13.37
12.54
6. 47
8.63

Ratarata
4.27
1.18
4.57
4. 45
4. 46
4.18
2.16
2.87

Faktor-faktor Pendorong Penggunaan Tanaman Obat
Tabel 5 Faktor-faktor penggunaan tanaman obat masyarakat Semplak 2013
No
1
2
3
4
5
6
7

Keterangan
Khasiat
Harga Murah
Perlu
Tradisi
Mudah didapat
Kemasan
Rasa

Strata 1
5.93
6.33
6.20
6.13
5.07
3. 43
2. 40

Strata 2
6.27
6.17
6.03
6.03
5.57
3.23
2. 43

Strata 3
6.10
4.73
5.63
5.23
5.10
3.17
2.13

Total
18.30
17.23
17.86
17.39
15.74
9.83
6.96

Rata-rata
6.10
5.74
5.95
5.80
5.25
3.28
2.32

Sebagian besar alasan responden menggunakan tanaman obat adalah khasiat.
Hal ini terlihat dari dari nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 6.10, yang
menunjukkan intensitas sering. Rasa adalah alasan yang paling kecil/jarang dipilih

8
masyarakat sebagai alasan untuk menggunakan tanaman obat. Hal ini terlihat dari
nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 2.32. Nilai rata-rata selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 5.
Cara Pengolahan Tanaman Obat
Pengolahan ramuan tanaman obat dilakukan dengan bermacam-macam cara,
tergantung dari cara pemakaian tanaman obat. Hasil tabulasi dari cara pengolahan
tanaman obat dapat dilihat pada Tabel 6. Cara merebus adalah cara yang sering
dilakukan oeh masyarakat dalam mengolah tanaman obat, hal ini terlihat dari nilai
rata-rata yang diperoleh, yaitu 5.81 yang berarti cara merebus memiliki kisaran
antara agak sering sampai sering. Cara dibakar adalah cara yang paling sedikit
dilakukan oleh masyarakat, hal ini terlihat dari nilai rata-ratanya yaitu 1.78.
Menurut Herman (2005), ramuan yang digunakan dengan cara diminum pada
umumnya direbus terlebih dahulu, kemudian disaring atau diperas lalu digunakan.
Sedangkan ramuan yang dimakan pada umumnya dicuci terlebih dahulu agar
kotorannya hilang kemudian diolah dengan cara direbus atau dimasak namun ada
juga yang langsung dilalap. Ramuan yang digunakan sebagai obat luar pada
umumnya diolah dengan cara ditumbuk atau digerus, kemudian dipakai dengan
cara ditempel atau dibalur.
Tabel 6 Cara pengolahan tanaman obat masyarakat Semplak 2013
No

Keterangan

Strata 1

Strata 2

Strata 3

Total

1
2
3
4
5
6
7

Sudah dikemas
Langsung
Merebus
Menumbuk
Memarut
Bakar
Seduh

4.50
4.80
5.83
2.13
3.13
1.90
3.03

4.57
4.77
5.90
2.27
2.93
2. 43
2.97

4. 43
3.97
5.70
1.07
2.67
1.00
3.37

13.50
13.54
17. 43
5. 47
8.73
5.33
9.37

Ratarata
4.50
4.51
5.81
1.82
2.91
1.78
3.12

Cara Mendapatkan Tanaman Obat
Tabel 7 Cara mendapatkan tanaman obat masyarakat Semplak 2013
No
1
2
3
4
5
6
7

Keterangan
Pekarangan
Rumah
Tetagga
Pasar/warung
Luar Daerah
Apotek
Toko
Obat
Tradisional
Hutan

Strata 1
4.20

Strata 2
3.80

Strata 3
2.13

Total
10.13

Rata-rata
3.38

3.63
5.63
1.17
3.87
2.37

3.27
5.60
1.73
4.27
3.80

3. 43
3.50
1.77
4.07
4.20

10.33
14.73
4.67
12.21
10.37

3. 44
4.91
1.56
4.07
3. 46

2.87

2.90

1.00

6.77

2.26

Sebagian besar responden memperoleh tanaman obat lebih dari satu cara.
Membeli di pasar/warung adalah cara yang paling banyak digunakan oleh

9
masyarakat, hal itu terlihat dari nilai rata-ratanya yaitu 4.91 yang berarti memiliki
nilai kisaran biasa saja sampai dengan agak sering. Adapun untuk cara
memperoleh dari luar daerah adalah cara yang paling sedikit dilakukan, hal itu
terlihat dari nilai rata-ratanya yaitu 1.56. Hasil tabulasi cara mendapatkan tanaman
obat dapat dilihat pada Tabel 7.
Tujuan Penggunaan Tanaman Obat
Penggunaan tanaman obat dapat dibagi ke dalam empat kelompok tujuan,
yaitu promotif (pemeliharaan kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif
(pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) (Ma’at 2002). Pada
umumnya responden menggunakan tanaman obat lebih dari satu tujuan. Tabel 8
menjelaskan bahwa sebagian besar masyarakat menggunakan tanaman obat
dengan tujuan memelihara kesehatan dan kebugaran, hal ini terlihat dari nilai rataratanya yaitu 4.84, yang berarti memiliki nilai kisaran biasa saja sampai dengan
agak sering. Adapun yang paling sedikit adalah tujuan memulihkan kesehatan
dengan nilai rata-ratanya 3.91.
Tabel 8 Tujuan penggunaan tanaman obat masyarakat Semplak 2013
No
1
2
3
4

Keterangan
Memelihara
Kesehatan
Mencegah
Mengobati
Memulihkan

Strata 1
5. 47

Strata 2
4.73

Strata 3
4.3

Total
14.53

Rata-rata
4.84

4.27
5.17
4.30

4.23
5.37
4. 40

3.30
3.73
3.03

11.80
14.27
11.73

3.93
4.76
3.91

Rasa Tanaman Obat yang digunakan
Pada penelitian ini rasa tanaman obat yang diukur adalah pahit, asam,
manis dan natural. Rasa pahit adalah rasa yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat. Hal ini terlihat dari nilai rata-ratanya yaitu 4.93 yang memiliki arti
rasa pahit berada pada kisaran biasa saja sampai dengan agak sering oleh
masyarakat. Adapun untuk rasa manis adalah rasa yang paling sedikit digunakan
oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari nilai rata-ratanya yaitu 1.64. Hal ini juga
sesuai bahwa kebanyakan rasa tanaman obat memang didominasi oleh rasa pahit.
Hasil lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Rasa tanaman obat yang digunakan masyarakat Semplak 2013
No

Keterangan

Strata 1

Strata 2

Strata 3

Total

1
2
3
4

Manis
Pahit
Asam
Natural

1.60
4.27
4.17
5.27

1.90
6.73
5.10
4.60

1. 43
3.80
4. 47
3.90

4.93
14.80
13.74
13.77

Ratarata
1.64
4.93
4.58
4.59

Hal ini sangat berbeda dengan rasa tanaman obat yang disukai oleh
masyarakat dapat dilihat pada Tabel 10. Dari data dibawah dapat dilihat bahwa
masyarakat lebih menyukai rasa tanaman obat yang manis. Oleh karena itu perlu

10
dilakukan suatu inovasi untuk membuat suatu produk minuman atau makanan
fungsional yang berasa manis.
Tabel 10 Rasa tanaman obat yang disukai masyarakat Semplak 2013
No
1
2
3
4

Keterangan
Manis
Pahit
Asam
Natural

Strata 1
6.17
4.27
4.60
4.31

Strata 2
6.13
4.17
4.23
4.37

Strata 3
6.23
3.90
4.03
3. 48

Total
18. 53
12.34
12.86
12.16

Rata-rata
6.18
4.11
4.29
4.05

Bentuk Tanaman Obat yang digunakan
Pada penelitian ini bentuk tanaman obat yang diukur adalah cair, kapsul,
tablet, bubuk dan natural. Bentuk cair merupakan bentuk yang paling banyak
digunakan. Hal ini terlihat dari nilai rata-ratanya yaitu 3.92 yang memiliki arti
bentuk cair memiliki kisaran agak jarang sampai dengan biasa saja dalam
penggunaannya. Sedangkan bentuk bubuk merupakan bentuk yang paling sedikit
digunakan dengan nilai rata-rata 1.19. Untuk hal lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 11 Bentuk tanaman obat yang digunakan masyarakat Semplak 2013
No

Keterangan

Strata 1

Strata 2

Strata 3

Total

1
2
3
4
5

Cair
Tablet
Kapsul
Bubuk
Natural

4.83
1.80
1.07
1.13
2. 40

3.83
1.63
1. 47
1.23
2.30

3.10
2.80
1.27
1.20
2.60

11.76
6.23
3.81
3.56
7.30

Ratarata
3.92
2.08
1.27
1.19
2. 43

Hal ini sangat beberbeda dengan bentuk tanaman obat yang disukai oleh
masyarakat dapat dilihat pada Tabel 12. Dari data dibawah dapat dilihat bahwa
masyarakat menyukai bentuk tanaman obat tablet dan kapsul. Untuk itu
diperlukan suatu inovasi untuk dapat membuat tanaman obat berbentuk kapsul
dan tablet dan dengan harga yang terjangkau serta efek samping yang rendah.
Tabel 12 Bentuk tanaman obat yang disukai masyarakat Semplak 2013
No

Keterangan

Strata 1

Strata 2

Strata 3

Total

1
2
3
4
5

Cair
Tablet
Kapsul
Bubuk
Natural

5.03
5.13
5.23
3.61
3.17

3.78
5. 56
5.17
3.38
3.23

4.01
5.27
5.60
3.29
3. 51

12.82
15.96
16.00
10.28
9.91

Ratarata
4.27
5.32
5.33
3. 43
3.30

11
Sumber Informasi Tanaman Obat
Informasi tentang tanaman obat pada umumnya lebih dari satu sumber.
Sumber informasi tentang tanaman obat yang diperoleh dari tradisi keluarga
adalah yang paling besar. Hal ini terlihat dari nilai rata-ratanya yaitu 6.13 yang
memiliki arti mempunyai kisaran antara sering sampai dengan selalu. Sumber
informasi dari Dinas Kesehatan adalah yang paling kecil karna memiliki nilai ratarata 1.23. Hal ini sesuai dengan pendapat dari pihak kelurahan bahwa memang
tidak ada kegiatan penyuluhan tentang tanaman obat oleh pihak Dinas Kesehatan.
Hasil lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Sumber informasi tanaman obat masyarakat Semplak 2013
No

Keterangan

Strata 1

Strata 2

Strata 3

Total

1
2
3
4
5
6
7

Tradisi
Tetangga
Teman
Dukun
MediaElektronik
Media Cetak
Dinas Kesehatan

6.20
5.97
5. 43
4.13
1.27
1.27
1.00

6.23
5.83
5.33
4.13
1.57
2.17
1.20

5.97
4.87
4.77
2.33
1.27
3.23
1.50

18. 40
16.67
15.53
10.59
4.11
6.67
3.70

Ratarata
6.13
5.57
5.18
3.53
1.37
2.22
1.23

Hubungan Antara Tingkat Ekonomi Terhadap Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku
Hasil tabulasi Uji Khi Kuadrat untuk pengetahuan dapat dilihat pada Tabel
14. terlihat bahwa masyarakat percaya bahwa bagian tanaman obat yang memiliki
khasiat obat adalah bagian daun, buah, biji, umbi dan kulit kayu. Hal ini
mendorong kita untuk menjelaskan kepada masyarakat bahwa bukan hanya bagian
itu saja yang memiliki khasiat obat tetapi juga bagian bunga, kayu dan akar.
Tabel 14 Tabulasi uji khi kuadrat pengetahuan
Variabel
Daun
Buah
Biji
Umbi
Kulit Kayu
Bunga
Kayu
Akar

Nilai Alpha
0.001
0.010
0.014
0.024
0.000
0.064
0.128
0.110

Keterangan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan

Keterangan : Jika Nilai Alpha 0.050 maka tidak ada korelasi

Hasil tabulasi Uji Khi Kuadrat untuk sikap dapat dilihat pada Tabel 15. Dari
hasil uji khi-kuadrat diketahui hubungan sikap terhadap tingkat ekonomi yang
memiliki hubungan signifikan adalah akan menanam tanaman obat di pekarangan

12
rumah, tanaman obat memiliki resiko efek samping lebih rendah dibanding obat
apotek, memberitahu kepada teman kerja, menjadikan pengetahuan dalam
keluarga inti. Hasil yang tidak signifikan adalah harga tanaman obat relatif lebih
terjangkau, menggunakan tanaman obat adalah prioritas ketika dalam keadaan
sakit, memberitahu kepada tetangga, menjadikan pengetahuan dalam keluarga
besar dan mencari lebih tau lagi tentang tanaman obat.
Tabel 15 Tabulasi uji khi kuadrat sikap
Variabel
Nilai Alpha
Menanam Tanaman Obat di Pekarangan
0.006
Rumah
Tanaman Obat Memiliki Resiko Efek
0.001
Samping yang Lebih Kecil dibanding
Obat Apotek
Memberitahu Teman Kerja
0.006
Pengetahuan dalam Keluarga Inti
0.000
Harga Relatif Terjangkau
0.154
Prioritas Ketika Sakit
0.311
Memberitahu Kepada Tetangga
0.421
Pengetahuan dalam Keluarga Besar
0.093
Mencari lebih tau lagi
0.115

Keterangan
Signifikan
Signifikan

Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan

Keterangan : Jika Nilai Alpha 0.050 maka tidak ada korelasi

Hasil tabulasi Uji Khi Kuadrat frekuensi penggunaan tanaman obat dapat
dilihat pada Tabel 16, terlihat bahwa bagian akar, buah, bunga, biji dan umbi
adalah bagian yang paling sering digunakan masyarakat sebagai obat. Maka
daripada itu diperlukan penjelasan kepada masyarakat bahwa bagian kayu, daun
dan kulit kayu juga memiliki khasiat obat.
Tabel 16 Tabulasi uji khi kuadrat frekuensi penggunaan tanaman obat
Variabel
Akar
Buah
Bunga
Biji
Umbi
Kayu
Daun
Kulit Kayu

Nilai Alpha
0.000
0.007
0.000
0.034
0.010
0.138
0.186
0.174

Keterangan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Tidak Siginifikan
Tidak Siginifikan
Tidak Siginifikan

Keterangan : Jika Nilai Alpha 0.050 maka tidak ada korelasi

Hasil Tabulasi Uji Khi Kuadrat faktor faktor penggunaan tanaman obat
dapat dilihat pada Tabel 17. terlihat bahwa kecocokan , harga yang terjangkau,
merasa perlu, tradisi dan faktor rasa merupakan alasan masyarakat menggunakan
tanaman obat, sedangkan faktor mudah didapat dan kemasan tidak. Maka perlu

13
ditingkatkan untuk tanaman obat keluarga dilingkungan sekitar agar masyarakat
dapat memperoleh tanaman obat dengan mudah, juga dibutuhkan suatu inovasi
untuk membuat kemasan tanaman obat yang dapat menarik hati masyarakat untuk
menggunakan tanaman obat.
Tabel 17 Tabulasi uji khi kuadrat faktor-faktor penggunaan tanaman obat
Variabel
Cocok
Harga Terjangkau
Perlu
Tradisi
Rasa
Mudah didapat
Kemasan

Nilai Alpha
0.026
0.000
0.011
0.002
0.005
0.385
0.293

Keterangan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Siginifikan

Keterangan : Jika Nilai Alpha 0.050 maka tidak ada korelasi

Hasil tabulasi Uji Khi Kuadrat cara pengolahan tanaman obat dapat dilihat
pada Tabel 18, terlihat bahwa cara menumbuk dan dibakar adalah cara yang
paling sering dilakukan masyarakat untuk mengolah tanaman obat. Hal ini
mendorong kita untuk mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa masih banyak
cara selain kedua cara itu untuk mengolah tanaman obat seperti mengonsumsi
yang sudah dikemas, digunakan secara langsung, merebus, memarut dan diseduh.
Tabel 18 Tabulasi uji khi kuadrat cara pengolahan tanaman obat
Variabel
Menumbuk
Dibakar
Sudah dikemas
Langsung
Merebus
Memarut
Seduh

Nilai Alpha
0.004
0.000
0.057
0.285
0.811
0.205
0.074

Keterangan
Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan

Keterangan : Jika Nilai Alpha 0.050 maka tidak ada korelasi

Hasil tabulasi Uji Khi Kuadrat cara mendapatkan tanaman obat dapat dilihat
pada Tabel 19, terlihat bahwa masyarakat menggunakan tanaman obat lebih dari
satu cara. Masyarakat dapat memperoleh tanaman obat di pekarangan rumah,
pasar atau warung, luar daerah, apotek, toko obat tradisional dan mencari dihutan.
Sebagian besar responden memperoleh tanaman obat lebih dari satu cara.
Membeli di pasar/warung adalah cara yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat. Adapun untuk cara memperoleh dari luar daerah adalah cara yang
paling sedikit dilakukan.

14
Tabel 19 Tabulasi uji khi kuadrat cara mendapatkan tanaman obat
Variabel
Pekarangan Rumah
Pasar atau Warung
Luar Daerah
Apotek
TokoObat Tradisional
Mencari di Hutan
Tetangga/Lingkungan
sekitar

Nilai Alpha
0.000
0.000
0.007
0.005
0.002
0.000
0.309

Keterangan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan

Keterangan : Jika Nilai Alpha 0.050 maka tidak ada korelasi

Hasil tabulasi Uji Khi Kuadrat tujuan penggunaan tanaman obat dapat
dilihat pada Tabel 20, terlihat bahwa masyarakat hanya menggunakan tanaman
obat dengan tujuan memelihara kesehatan dan mengobati penyakit. Maka perlu
menjelaskan kepada masyarakat bahwa tanaman obat dapat digunakan dengan
tujuan mencegah penyakit dan memulihkan kesehatan.
Tabel 20 Tabulasi uji khi kuadrat tujuan penggunaan tanaman Obat
Variabel
Memelihara
Kesehatan
Kebugaran
Mengobati Penyakit
Mencegah Penyakit
Memulihkan Kesehatan

Nilai
Alpha
dan
0.009
0.000
0.280
0.145

Keterangan
Siginifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan

Keterangan : Jika Nilai Alpha 0.050 maka tidak ada korelasi

Hasil tabulasi Uji Khi Kuadrat rasa tanaman obat dapat dilihat pada Tabel
21, terlihat bahwa rasa pahit memiliki korelasi yang signifikan. Hal ini sesuai
dengan mayoritas rasa tanaman obat adalah pahit. Maka diperlukan suatu inovasi
untuk membuat minuman fungsional yang memiliki rasa manis dan asam.
Tabel 21 Tabulasi uji khi kuadrat rasa tanaman obat yang digunakan
Variabel
Pahit
Manis
Asam
Natural

Nilai Alpha
0.000
0.575
0. 421
0.145

Keterangan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan

Keterangan : Jika Nilai Alpha 0.050 maka tidak ada korelasi

Hasil tabulasi Uji Khi Kuadrat bentuk tanaman obat yang digunakan dapat
dilihat pada Tabel 22, terlihat bahwa bentuk cair dan kapsul adalah bentuk yang
sering digunakan oleh masyarakat. Hal ini memang terlihat dari rata-rata bentuk

15
tanaman obat adalah cair. Maka diperlukan suatu inovasi untuk membuat bentuk
tanaman obat tablet dan bubuk.
Tabel 22 Tabulasi uji khi kuadrat bentuk tanaman obat yang digunakan
Variabel
Cair
Kapsul
Tablet
Bubuk
Natural

Nilai Alpha
0.008
0.009
0. 443
0.521
0.095

Keterangan
Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan

Keterangan : Jika Nilai Alpha 0.050 maka tidak ada korelasi

Hasil tabulasi Uji Khi Kuadrat terhadap sumber informasi tanaman obat
dapat dilihat pada Tabel 23, terlihat bahwa sumber informasi masyarakat lebih
dari satu sumber. Sumber informasi didapat dari tetangga, pengobatan tradisional
dan media cetak.
Tabel 23 Tabulasi uji khi kuadrat sumber informasi tanaman obat
Variabel
Tetangga
Pengobatan Tradisional
Media Cetak
Tradisi Keluarga
Teman
Media Eleltronik
Dinas Kesehatan

Nilai Alpha
0.003
0.000
0.005
0.087
0.142
0.182
0.053

Keterangan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan

Keterangan : Jika Nilai Alpha 0.050 maka tidak ada korelasi

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Masyarakat Semplak cukup mengenal bagian tanaman obat yang
berkhasiat obat. Hal ini dapat dilihat dari nilai rataannya 5,73 dari skala 7,00.
Secara umum masyarakat memilih jawaban setuju untuk bagian tanaman obat
yang memiliki khasiat obat. Masyarakat memiliki sikap yang positif terhadap
pengetahuan tentang tanaman obat yang mereka miliki. Hal ini terlihat dari nilai
rataan 6,14. Bukan hanya sebatas tetap menjaga dan menyebarkan informasi tetapi
mereka juga memilih untuk menjadikan tanaman obat sebagai prioritas dan ingin
menanam tanaman obat di lingkungan atau pekarangan rumah mereka.
Masyarakat lebih sering menggunakan tanaman obat yang berasa pahit dan
berbentuk cair, tetapi rasa yang disukai masyarakat adalah manis dan bentuk yang
disukai masyarakat adalah tablet dan kapsul. Secara umum sumber informasi

16
masyrakat bersal dari keluarga dan tidak pernah mendapat penyuluhan tanaman
obat dari pihak Dinas Kesehatan.
Hasil uji khi-kuadrat menunjukkan bahwa tingkat ekonomi masyarakat
berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan masyarakat akan bagian
tanaman obat yang memiliki khasiat obat (daun, buah, biji, umbi dan kulit kayu).
Hubungan ini dapat dilihat dari nilai alpha