Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pasien RSU Kota Tangerang Selatan mengenai obat generik

(1)

GENERIK

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Disusun Oleh :

Johan Lazuardi

NIM 1111103000050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v Assalamu’alaikum wr.wb.

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat kesehatan dan limpahan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan nabi Muhammad saw yang senantiasa kita nantikan syafaatnya kelak di hari akhir.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penelitian ini akan sulit untuk diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen di prodi pendidikan dokter yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Marita Fadhilah, Ph.D, dan Dr. dr. Dyah Yarlitasari, Sp.An, KNA, NIC, selaku dosen pembimbing penelitian yang telah mencurahkan waktu dan pikiran untuk selalu membimbing, menyemangati, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. dr. Hadianti, Sp.PD, yang telah membantu dalam mendapatkan perizinan di RSU Kota Tangerang dimana tempat beliau berpraktik sebelumnya. Sehingga perizinan lebih mudah untuk didapatkan dari RSU Kota Tangerang Selatan.

5. Pada RSU Kota Tangerang Selatan beserta staf tenaga kesehatan di dalamnya yang memberikan izin penelitian kepada saya untuk mengambil data penelitian dalam jangka waktu beberapa bulan.

6. Kedua orang tua tercinta, Sri Julianti dan Firman Simatupang yang selalu mencurahkan kasih dan sayangnya, melimpahkan doa, dan semangat kepada penulis. Untuk adik penulis, Andhika Anugerah yang senantiasa membantu penulis dalam


(6)

vi

7. Untuk beberapa teman-teman sejawat satu angkatan yang membantu untuk terselesaikannya laporan penelitian ini.

8. Untuk Yunia sebagai teman dekat saya, yang senantiasa mendukung penelitian ini dan memberikan perhatian dalam jalannya penelitian ini.

9. Kepada teman-teman seperjuangan saya dalam ISMKI, khususnya bidang EB dan bidang MEP yang memberikan semangat untuk saya berjuang dalam menyelesaikannya.

10.Kepada teman-teman pendpro, khususnya untuk beberapa ketua pendpro yang menjadi tempat saling berbagi kisah pembentukan skripsi.

11.Kepada seluruh mahasiswa PSPD 2011 dan seluruh teman, sahabat, keluarga, serta pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan penelitian ini.

Demikian laporan penelitian ini ditulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Ciputat, 8 September 2014


(7)

vii

Pasien RSU Kota Tangerang Selatan Mengenai Obat Generik. 2014.

Pada era Sistem Jaminan Sosial Nasional, penresepan obat dibatasi pada daftar obat yang disepakati oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, yang sebagian besar adalah obat generik. Banyak masyarakat berpikir bahwa obat generik bermerek terkesan lebih ampuh daripada obat generik. Perlu adanya penelitian mengenai bagaimana pandangan masayarakat mengenai obat generik dan fakta lain menunjukkan bahwa penelitian serupa di Indonesia sangat minim. Metode yang digunakan adalah deskriptif cross sectional. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 97 pasien RSU Kota Tangerang Selatan dengan wawancara terpimpin. Penentuan sampel menggunakan teknik

consecutive sampling. Kuesioner ini terdiri dari tujuh pertanyaan dalam kategori pengetahuan, sikap dan perilaku dengan skala Likert 1 sampai 4. Hasil memperlihatkan bahwa terdapat persentase yang rendah pada kategori pengetahuan mengenai perbedaan obat generik dan obat generik bermerek dengan rata-rata 2,48 ± 0,68 dengan median 2 dan pada kategori kepercayaan bahwa kualitas obat generik sama dengan obat generik bermerek dengan rata-rata 2,49 ± 0,65 dengan median 2. Kesimpulan penelitian adalah adanya pola yang berhubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku pasien mengenai obat generik dan perlu adanya upaya untuk edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien terhadap obat generik.

Kata kunci : Obat, obat generik, pengetahuan, sikap, perilaku

ABSTRACT

Johan Lazuardi. Medical Education Study Program. Knowledge, Attitude and Behaviour of Patients in South Tangerang Government Hospital About Generic Drug. 2014.

In National Health Insurance System era, prescribing medicine will be limited to drugs which are accepted by the Government agency which organized social health insurance and almost of them are generic drugs. Many people thought that brand named drugs are more efficacious than generic drugs. Therefore, it is necessary to find how people's perception about generic drugs. In addition, there is limited study in this area in Indonesia. The method used is descriptive cross sectional and by giving questionnaire to 97 patients of South Tangerang Government Hospital in guided interview. Determining sample by using consecutive sampling. The questionnaire is consist of seven questions with four-point Likert scale responses. The result showed that there is low result in knowledge of difference between generic drugs and brand named drugs category which had mean 2,48 ± 0,68 with median 2 and believing of generic drugs have same quality with brand named drugs with mean 2,49 ± 0,65 and median 2. In conclusion, there are patterns which connected knowledge, attitude and perception of patients about generic drugs and it is necessary to educate people or patients to increase knowledge, attitude and perception about generic drugs.


(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. 1 Latar Belakang ... 1

1. 2 Rumusan Masalah ... 3

1. 3 Tujuan Umum Penelitian ... 3

1. 3.1 Tujuan Khusus Penelitian ... 3

1. 4 Manfaat Penelitian 1. 4. 1 Untuk Masyarakat... 3

1. 4. 2 Untuk Pelayanan Kesehatan ... 3

1. 4. 3 Untuk Pemerintah/Institusi ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2. 1 Landasan Teori ... 5

2. 1. 1 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku 2. 1. 1. 1 Pengetahuan 2. 1. 1. 1. 1 Definisi Pengetahuan ... 5

2. 1. 1. 1. 2 Penggolongan Pengetahuan ... 5

2. 1. 1. 1. 2 Tingkat Pengetahuan dalam Ranah Kognitif ... 5

2. 1. 1. 2 Sikap 2. 1. 1. 2. 1 Definisi Sikap ... 7


(9)

ix 2. 1. 1. 3 Perilaku

2. 1. 3. 1 Definisi Perilaku ... 8

2. 1. 3. 2 Pembagian Perilaku Berdasarkan dari bentuk Respon Terhadap Stimulus ... 8

2. 1. 2 Obat ... 9

2. 1. 2. 1 Zat Aktif Obat ... 9

2. 1. 2. 2 Zat Inaktif Obat ... 10

2. 1. 2. 3 Bioekuivalensi ... 10

2. 1. 2. 3. 1 Definisi Bioekuivalensi ... 10

2. 1. 2. 3. 2 Kriteria Persyaratan Bioekuivalensi ... 10

2. 1. 2. 4 Bioavaibilitas ... 12

2. 1. 2. 4. 1 Definisi Bioavaibilitas ... 12

2. 1. 2. 4. 2 Penilaian Bioavaibilitas ... 12

2. 1. 2. 4. 3 Komponen Penilaian Bioavaibilitas ... 12

2. 1. 2. 5 Efikasi Obat ... 13

2. 1. 2. 6 Kualitas Obat ... 13

2. 1. 3 Jenis Obat ... 13

2. 1. 4 Perbandingan Obat Generik dan Obat Generik Bermerek ... 15

2. 2 Kerangka Teori ... 16

2. 2 Kerangka Konseptual ... 17

2. 3 Definisi Operasional ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3. 1 Desain Penelitian ... 21

3. 2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

3. 3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

3. 4 Besar Sampel ... 21

3. 5 Cara Pengambilan Sampel ... 22 3. 6 Cara Kerja Penelitian


(10)

x

3. 7 Alur Penelitian... 23

3. 8 Managemen Data... 24

3. 8. 1 Pegolahan Data ... 24

3. 8. 2 Analisis Data ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4. 1 Karakteristik Dasar Sebaran Data ... 25

4. 2 Analisis Univariat ... 25

4. 2. 1 Perhitungan Dasar Kategori Pengetahuan, Sikap dan Perilaku ... 26

4. 2. 2 Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Kategori Usia .... 27

4. 2 .3 Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Jenis Kelamin .... 30

4. 2. 4 Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Tingkat Pendidikan ... 33

4. 2. 5 Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Status Kerja Pasien ... 37

4. 2. 6 Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Status Pasien ... 40

4. 3 Keterbatasan Penelitian ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

5. 1 Kesimpulan... 44

5. 2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(11)

xi

Tabel 4.1 Karakteristik Dasar Data Responden ... 25 Tabel 4.2 Perhitungan Dasar Data Responden ... 26


(12)

xii

Tabel 4.3 Data Responden Pengetahuan Terhadap Kategori Usia ... 27

Tabel 4.3 Data Responden Sikap Terhadap Kategori Usia ... 28

Tabel 4.3 Data Responden Perilaku Terhadap Kategori Usia ... 29

Tabel 4.4 Data Responden Pengetahuan Terhadap Jenis Kelamin ... 30

Tabel 4.4 Data Responden Sikap Terhadap Jenis Kelamin ... 31

Tabel 4.4 Data Responden Perilaku Terhadap Jenis Kelamin ... 32

Tabel 4.5 Data Responden Pengetahuan Terhadap Tingkat Pendidikan ... 33

Tabel 4.5 Data Responden Sikap Terhadap Tingkat Pendidikan ... 35

Tabel 4.5 Data Responden Perilaku Terhadap Tingkat Pendidikan ... 36

Tabel 4.6 Data Responden Pengetahuan Terhadap Status Kerja Pasien ... 37

Tabel 4.6 Data Responden Sikap Terhadap Status Kerja Pasien ... 38

Tabel 4.6 Data Responden Perilaku Terhadap Status Kerja Pasien ... 39

Tabel 4.7 Data Responden Pengetahuan Terhadap Status Pasien ... 40

Tabel 4.7 Data Responden Sikap Terhadap Status Pasien ... 41


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Adanya perbedaan persepsi antara obat generik dan obat generik bermerek yang ada di kalangan masayarakat telah diperlihatkan oleh sebuah penelitian. Dikatakan bahwa dari penelitian Håkonsen (2011), hampir sepertiga pasien pada hasil studi tersebut sulit berganti dari obat generik bermerek menjadi obat generik. Dari penelitian tersebut terlihat bahwa pada beberapa pasien merasa adanya efek samping atau efektivitas dirasa kurang pada obat generik sehingga menyebabkan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat tersebut berkurang1. Persentase responden yang merasa bahwa obat generik yang diresepkan lebih memiliki risiko lebih besar daripada obat generik bermerek sebesar 14,2% hingga 53,8%, bervariasi tergantung pada kondisi medis penanganannya2. Sebuah penelitian literatur yang dilakukan oleh Kesselheim (2008) yang membandingkan obat generik dengan obat generik bermerek khususnya untuk obat penyakit jantung, menyatakan bahwa obat generik bermerek tidak lebih unggul daripada obat generik3. Hasil yang diperoleh dalam penelitian menggunakan obat antiplatelet memnunjukkan bahwa meskipun terdapat reaksi yang berbeda-beda antar individu, namun tidak terlihat perbedaan yang signifikan4. Obat generik yang digunakan sebagai pengganti obat generik bermerek, memang sudah banyak dilakukan, sehingga bisa kita lihat bahwa obat generik tersebut menjadi lazim namun persepsi masyarakat pada umumnya memandang sebelah mata terhadap obat generik.

Jika kita melihat adanya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang baru diimplementasikan pada bulan Januari 2014, dimana terjadi perubahan pada beberapa sistem, salah satunya pada sistem penyedia layanan kesehatan. Hal itu berdampak juga pada kebijakan ketersediaan obat untuk masyarakat. Sebelum SJSN 2014 diberlakukan, masyarakat


(14)

bebas mendapatkan obat asalakan mampu membayar. Di era SJSN, penulisan resep dibatasi oleh daftar obat yang disepakati dalam kontrak antara penyedia layanan kesehatan dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), yang sebagian besar adalah obat generik. Hal ini membuktikan adanya pergerakan sistem kesehatan di Indonesia yang sudah mulai bergerak maju, sehingga perlu didampingi dengan cara pikir pasien yang lebih terbuka dan fleksibel dalam menyikapi fenomena ini. Dilaporkan bahwa penggunaan obat generik dapat menolong pasien Amerika, pembayar pajak, peerintah pusat, dan pemerintah negara bagian dan pembayar lainnya sebesar 193 milyar dollar pada tahun 2011 saja dan sekitar 1,07 trilyun selama periode 2002 hingga 20115.

Pada beberapa masyarakat Indonesia, mereka berpikir bahwa obat generik bermerek terkesan lebih ampuh daripada obat generik dan lama kelamaan persepsi yang salah ini tetap bertahan di beberapa pemikiran atau pandangan masyarakat6. Oleh karena beberapa alasan tersebut, perlu adanya penelitian mengenai bagaimana pandangan masayarakat mengenai persepsi masyarakat mengenai obat generik ini jika dibandingkan dengan obat generik bermerek di berbagai kalangan masyarakat terutama di kalangan masyarakat dengan tingkat pendidikan yang masih rendah. Selain itu, fakta menunjukkan bahwa penelitian seperti ini di Indonesia sangatlah minim, sehingga tidak adanya bukti yang kuat untuk dapat melakukan edukasi pada masyarakat yang cukup pada keadaan yang terjadi sekarang ini.

Alasan disusunnya penelitian mengenai tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengenai obat generik dengan bagaimana persepsi yang ada di masyarakat yaitu persepsi yang menyatakan bahwa obat generik bermerek lebih baik diantaranya adalah untuk membuktikan persepsi yang kurang tepat tersebut. Mengapa kita dapat mengatakan bahwa persepsi masyarakat tersebut kurang tepat, karena adanya penelitian yang membuktikan bahwa efektivitas obat generik tidak lebih rendah dibandingkan dengan obat generik bermerek7. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, pemerintah dapat memberikan edukasi untuk menyelaraskan


(15)

persepsi mengenai obat generik yang tidak berbeda jauh dengan obat generik bermerek dalam segi efektivitasnya.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengetahuan, sikap dan perilaku pasien dewasa RSU Kota Tangerang Selatan mengenai obat generik yang beredar di kalangan masyarakat.

1.3. Tujuan Penelitian

Mengetahui sejauh mana pengetahuan sikap dan perilaku pasien mengenai obat generik.

1.4. Manfaat Penelitian A. Untuk masyarakat:

1. Mendapat penjelasan yang benar mengenai obat generik.

2. Sebagai tolak ukur dari pengetahuan sikap dan perilaku pasien dari berbagai kalangan.

B. Untuk pelayanan kesehatan:

1. Agar dapat mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku pasien RSU Kota Tangerang Selatan terhadap obat generik.

2. Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pemberian jenis obat kepada pasien.

3. Menjadi masukan untuk melakukan edukasi bersama terhadap pasien mengenai obat generik secara benar.

C. Untuk Pemerintah/Institusi:

1. Memberikan informasi kepada pemerintah mengenai bagaimana pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di daerah Tangerang Selatan terhadap obat generik.


(16)

2. Menjadi masukan untuk pemerintah agar dapat melakukan edukasi bersama pelayanan kesehatan terhadap masyarakat mengenai obat generik secara benar.


(17)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengetahuan

2.1.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan ranah yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang8. Selain dari semua panca indera, intuisi ataupun kata hati juga merupakan pengalaman yang memberikan pengetahuan9.

2.1.1.2. Penggolongan Pengetahuan

Secara garis besar, pengetahuan tentang alam dibagi menjadi dua jenis. Yang pertama adalah akal sehat, yang merupakan serangkaian konsep dan skema konsep yang hanya dapat memenuhi kebutuhan praktis. Penggolongan pengetahuan yang kedua adalah ilmu pengetahuan, dimana ilmu pengetahuan merupakan akal sehat yang sistematis dan pengembangannya dilakukan secara terkontrol9.

2.1.1.3. Tingkat Pengetahuan dalam Ranah Kognitif8

A. Mengetahui

Mengetahui berasal dari kata tahu, yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Hal yang termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang


(18)

apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan lainnya.

B. Memahami

Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dalam menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah memahamu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan suatu contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan lainnya terhadap objek yang dipelajari.

C. Mengaplikasikan

Aplikasi adalah suatu usaha untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

D. Menganalisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih terdapat di dalam satu struktur organisasi, dan terdapat kaitan antara satu dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

E. Mensintesis

Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.


(19)

F. Mengevaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.2. Sikap

2.1.2.1. Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka8. Sikap merupakan keadaan mental yang dipelajari dan diatur melalui pengalaman, menghasilkan respon spesifik terhadap orang lain. Sikap merupakan bagian intrinsik dari kepribadian seseorang10.

2.1.2.2. Penjelasan Mengenai Afeksi

Afeksi adalah salah satu komponen emosi dari sikap. Afeksi lebih sering kita dapatkan dari orang tua, guru dan anggota kelompok. Afeksi merupakan bagian dari sikap yang berhubungan dengan perasaan tertentu pada seseorang, kelompok atau bahkan situasi yang ada10.

2.1.2.3. Tingkatan Sikap dalam Ranah Afektif8

A. Menerima

Menerima dapat diartikan bahwa seseorang sebagai subjek berkeinginan dan memperhatikan stimulus yang diberikan oleh seseorang lain sebagai objek.


(20)

B. Merespon

Suatu indikasi sikap dapat berupa memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari perkerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang tersebut telah menerima ide tersebut.

C. Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga.

D. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.1.3. Perilaku

2.1.3.1. Definisi Perilaku

Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk ptengetahuan, sikap dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan di dalam diri seseorang8. Setiap perilaku manusia pada kenyataannya memiliki motif tertentu, termasuk perilaku secara refleks dan yang berlangsung secara otomatis11.

2.1.3.2. Pembagian Perilaku Berdasarkan Bentuk Respon

Terhadap Stimulus8

A. Perilaku Tertutup

Respon seseorang terhadap stimulus sifatnya masih tertutup (covert). Respon ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan


(21)

atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut

B. Perilaku Terbuka

Respon seseorang terhadap stimulus bersifat terbuka dalam bentuk tindakan nyata, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.

2.1.4. Obat

Obat menurut Food and Drug Administration (FDA) dapat didefinisikan sebagai berikut12:

A. Suatu zat yang diketahui sebagai formula atau famakope yang resmi. B. Suatu zat yang digunakan untuk pendiagnosaan, pengobatan, mitigasi

dan penatalaksanaan atau pencegahan dari suatu penyakit.

C. Suatu zat (selain makanan) yang digunakan untuk mempengaruhi struktur atau fungsi pada tubuh.

D. Suatu zat yang digunakan sebagai komponen dari obat namun bukan sebuah alat atau sebuah komponen, bagian atau aksesori dari sebuah alat.

E. Produk biologis yang termasuk dalam definisi dan umumnya dilindungi oleh beberapa aturan-aturan dan hukum-hukum, tetapi terdapat perbedaan terhadap proses pembuatannya (proses kimia dengan proses biologi).

2.1.5. Zat Aktif Obat

Zat aktif adalah komponen dari suatu produk obat yang dimaksudkan untuk melengkapi aktivitas farmakologi atau efek langsung lain, dalam diagnosis, pengobatan, peringan, perawatan atau pencegahan dari penyakit atau mempengaruhi struktur atau fungsi tubuh manusia atau hewan. Zat aktif juga termasuk komponen produk yang melalui perubahan kimia selama proses pembuatan produk obat dan ada pada produk obat


(22)

dalam bentuk modifikasi yang ditujukan untuk aktivitas atau efek yang spesifik13.

2.1.6. Zat Inaktif Obat

Zat inaktif adalah komponen dari suatu produk obat yang tidak meningkatkan atau mempengaruhi aksi terapi dari zat aktif. Zat inaktif ditambahkan selama proses pembuatan produk farmasi seperti tablet, kapsul, supositori dan injeksi. Zat inaktif dapat dikatakan sebagai zat atau unsur yang kurang bermanfaat dan umumnya tidak memiliki efek farmakologi. Sebagai contoh zat inaktif adalah berupa agen pengikat bahan, pewarna, pengawet, dan perasa. Yang juga dikatakan sebagai zat inaktif adalah agen yang bergabung dengan zat aktif untuk memfasilitasi dari transpor obat di dalam tubuh14.

2.1.7. Bioekivalensi

Bioekivalensi ini didefinisikan sebagai ketiadaan perbedaan dalam kecepatan dan jumlah dari zat aktif obat atau paruh dalam ekuivalensi fasmasi atau alternatif farmasi yang ada pada lokasi aksi dari obat ketika dimasukan pada dosis molar yang sama di bawah kondisi yang mirip dalam studi yang dirancang dengan tepat atau sesuai15,16.

2.1.7.1. Kiteria Persyaratan Biokevalensi Persyaratan yang diberlakukan oleh FDA16 :

1. Terdapat fakta dari percobaan klinik yang dikontrol dengan baik atau pengamatan yang terkendali pada penderita yang menyatakan bahwa berbagai produk obat tidak memberi efek terapetik yang sebanding.

2. Terdapat fakta dari studi bioekivalensi yang dikontrol dengan baik yang menyatakan bahwa produk-produk obat tersebut tidak bioekivalen.


(23)

3. Terdapat fakta bahwa produk-produk obat memperlihatkan rasio terapetik yang sempit dan konsentrasi efektif minimum dalam darah dan penggunaannya memerlukan titrasi dosis yang sesuai dengan pemantauan pada penderita.

4. Secara medik ditetapkan bahwa kekurangan bioekivalensi akan menyebabkan efek yang berbahaya dalam pengobatan atau pencegahan keparahan penyakit.

5. Memiliki sifat-sifat fisiko kimia seperti :

A. Zat aktif obat memiliki kelarutan rendah dalam air B. Laju pelarutan rendah pada satu produk atau lebih C. Ukuran partikel dan/atau luas permukaan

D. Bentuk struktur tertentu dari zat aktif obat

E. Bahan tambahan dari produk-produk obat lebih besar dari bahan aktif

F. Zat inaktif tertentu

6. Memiliki sifat-sifat farmakokinetik seperti :

A. Zat aktif obat diabsorpsi dalam jumlah besar pada saluran cerna B. Derajat absortif zat aktif obat kecil

C. Selama proses absorpsi, terjadi metabolisme cepat di dinding usus atau hati

D. Zat aktif obat dimetabolisme atau diekskresikan secara cepat E. Zat aktif obat yang tidak stabil dalam bagian tertentu di saluran cerna membutuhkan formula tertentu

F. Produk obat yang mengikuti kinetika yang bergantung pada dosis dekat dengan rentang terapetinknya


(24)

2.1.8. Bioavailabilitas

Bioavailabilitas diartikan sebagai kecepatan dan jumlah zat aktif obat atau paruh terapi yang diserap dari sediaan terapinya dan menjadi aktif pada lokasi yang dituju oleh obat tersebut. Untuk obat yang dimaksudkan untuk menunjukkan efek terapi sistemik, bioavaibilitas dapat mejadi lebih mudah dipahami sebagai kecepatan dan jumlah zat aktif yang diterima dari sediaan terapinya menuju keseluruhan sirkulasi tubuh17.

2.1.8.1.Penilaian Bioavailabilitas

Parameter-parameter yang digunakan dalam penentuan bioavailabilitas obat16 :

1. Data Plasma

A. Waktu konsentrasi plasma mencapai puncak B. Konsentrasi plasma puncak

C. Area di bawah kurva kadar obat dalam plasma terhadap waktu

2. Data Urin

A. Jumlah total obat yang diekskresi melalui urin B. Laju ekskresi obat dalam urin

C. Waktu untuk terjadi ekskresi obat maksimum dalam urin 3. Efek farmakologis akut

4. Pengamatan Klinik

2.1.8.2.Komponen yang Dinilai

Faktor fisik yang harus disertakan dalam pelaporan dan dikontrol adalah18: 1. Kompresi tablet dan bagian besar eksipien (excipient) 2. Eksipien tablet lainnya

3. Sediaan Obat 4. Ukuran Partikel


(25)

2.1.9. Efikasi Obat

Secara luas, efikasi dikatakan sebagai kapasitas suatu obat untuk menghasilkan sebuah perubahan pada sel/organ target setelah berikatan dengan reseptor yang dituju. Sebuah antagonis kompetitif, yang berikatan dengan tempat berikatan tanpa menghasilkan perubahan apapun pada reseptor dapat dikatakan obat tersebut dianggap tidak memiliki efikasi atau memiliki efikasi sebesar nol. Efikasi dapat berupa potensi atau afinitas yang tidak bergantung secara umum dan dikaitkan dengan efek maksimum yang suatu obat tertentu dapat mencapainya19.

2.1.10.Kualitas Obat

Kualitas obat dapat diartikan sebagai kesesuaian dari bahan obat atau produk obat terhadap tujuan dari penggunaannya. Istilah ini juga berhubungan dengan identitas, kekuatan dan kemurniannya20.

2.1.11.Jenis Obat

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), terdapat 4 jenis obat yang beredar di masyarakat, 4 jenis obat tersebut, diantaranya adalah :

1. Obat generik

Obat generik adalah produk farmasetik yang biasanya dimaksudkan untuk dapat dipertukarkan dengan dengan produk inovator, yang dihasilkan tanpa lisensi dari perusahan yang membuat produk inovator tersebut dan dipasarkan setelah habisnya masa hak paten dari hak eksklusif atau sifat generik bermereknya21.

Obat generik berbeda dengan obat generik bermerek dipasarkan di bawah badan kepemilikan tertentu dan dengan nama tertentu yang telah disahkan. Obat generik lebih murah dari obat generik bermerek namun tidak kalah efektif dengan obat generik bermerek. Sebagai contoh, parasetamol adalah sebuah zat kimia yang ditemukan pada sejumlah anti nyeri ternama, namu dijual sebagai obat generik. Dikarenakan harganya


(26)

yang murah, obat generik seringkali menjadi obat yang hanya dapat dijangkau oleh orang-orang yang kurang mampu22.

2. Obat Generik Bermerek

Obat generik bermerek adalah obat yang dijual oleh perusahaan farmasi dibawah suatu nama merek dagang yang terlindungi. Obat dengan merek dagang hanya dapat diproduksi dan dijual oleh perusahaan yang memegang kepatenan obat tersebut23.

3. Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman24.

4. Suplemen Makanan

Suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk pencernaan dan mengandung zat makanan yang ditambahkan untuk tambahan nilai nutrisi makanan. Zat makanan yang dikandungnya dapat mengandung 1 atau lebih (berupa kombinasi) dari zat-zat di bawah ini25 :

• vitamin • mineral

• herbal atau tumbuhan lain • asam amino

• zat makanan yang digunakan oleh orang untuk menambah makanan dengan meningkatkan total asupan makanan

• berupa konsentrat, metabolit, konstituen ataupun ekstrak

Selain dari keempat jenis obat yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat jenis obat lain, yaitu obat paten. Obat paten adalah obat temuan baru yang dibuat oleh perusahaan farmasi dengan masa paten dan hak


(27)

eksklusif untuk dipasarkan selama 20 tahun dan dapat diperpanjang selama 5 tahun26.

2.1.12.Perbandingan Obat Generik dan Obat Generik Bermerek

Ketika produk obat generik disetujui, telah disetujui sebuah standar oleh FDA berupa identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian dan potensi dari obat tersebut. Namun, variasi tetap dapat terjadi saat proses pembuatan, baik obat generik bermerek maupun obat generik. Ketika obat tersebut di produksi secara masal, diharuskan seminim mungkin perbedaan dalam kemurnian, ukuran, kekuatan dan parameter lain yang diizinkan. FDA membatasi variasi atau perbedaan obat-obatan tersebut27.

Obat generik memiliki kandungan zat aktif yang sama, kekuatan, bentuk dosis, dan cara pemberian sebagaimana produk obat generik bermerek. Obat generik tidak harus memiliki kandungnan zat inaktif yang sama dengan obat generik bermerek.

Melalui data bioequivalensi, FDA menjamin produk obat generik bekerja seperti obat generik bermerek. Standar ini digunakan terhadap semua jenis obat generik.

Semua pembuatan obat generik, pengemasan dan tempat pengujian harus melewati standar kualitas yang sama dengan obat generik bermerek dan obat generik harus meiliki spesifikasi yang sama sebagaimana obat generik bermerek.

FDA menyetujui obat generik harus memiliki standar yang sama sebagaimana obat yang generik bermerek. Untuk mendapat persetujuan dari FDA, obat generik harus memiliki27 :

• Mengandung zat aktif yang sama sebagaimana obat generik bermerek (dengan zat aktif yang bervariasi)

• Sama dalam kekuatan, bentuk sediaan, dosis dan cara pemberian • Memiliki indikasi yang sama


(28)

• Memenuhi sejumlahpersyaratan perihal identitas, kekuatan, kemurnian dan kualitas

• Diproduksi di bawah standar FDA yang sama untuk obat-obatan generik bermerek

2.2. Kerangka Teori

Predisposisi

Pe gi deraa

Pengetahuan

Sikap

Perilaku

Pe gala a

Respo tertutup

Li gku ga

Objek/i for asi


(29)

2.3. Kerangka Konseptual

Pengetahuan

Apakah anda tahu definisi obat generik?

Apakah anda mengetahui perbedaan kualitas dan efikasi obat generik dan obat generik bermerek?

Apakah anda mengetahui harga oat generik lebih murah daripada obat generik bermerek?

Sikap

Apakah anda percaya bahwa efikasi obat generik generik dan obat generik bermerek

adalah sama?

Apakah anda percaya bahwa kualitas obat generik generik dan obat generik bermerek

adalah sama?

Perilaku

Apakah anda akan mengonsumsi obat generik bila diberikan oleh dokter?

Apakah anda akan merekomendasikan obat generik kepada orang lain?


(30)

2.4. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Pengukuran Skala

Usia Usia pasien saat diminta mengisi kuesioner

Sesuai yang tertulis di data

kuesioner lalu

dikategorikan menjadi28 :

1. Dewasa Muda (20-29 tahun)

2. Pertengahan

Dewasa (30-65 tahun)

3. Usia Lanjut (> 65 tahun)

Ordinal

Jenis kelamin

Jenis kelamin pasien yang ditentukan pada saat kelahiran

Sesuai yang tertulis di data kuesioner

1. Laki-laki 2. Perempuan

Nominal

Pendidikan Tingkat pendidikan terakhir atau tingkat pendidikan yang sedang dijalani oleh pasien

Sesuai yang tertulis di data kuesioner

1. Pendidikan SD 2. Pendidikan SMP 3. Pendidikan SMA 4. Pendidikan

Diploma/S1

Ordinal

Pekerjaan Jenis pekerjaan yang sedang dijalani oleh pasien

Sesuai yang tertulis di data kuesioner lalu pekerjaan pasien dikategorikan menjadi :


(31)

1. Aktif Bekerja 2. Tidak Aktif

Bekerja

Status Pasien Status pasien berdasarkan frekuensi pasien datang berobat di RSU Kota Tangerang Selatan

Sesuai yang tertulis di

kuesioner dan

dikategorikan menjadi :

1. Pasien Baru (jika pasien baru pertama kali berobat di RSU Kota Tangerang Selatan)

2. Pasien Lama (jika pasien sudah lebih dari sekali berobat di RSU Kota Tangeran Selatan)

Nominal

Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu

Sesuai yang tertulis di data kuesioner :

1. Sangat Tidak Mengetahui

2. Tidak Mengetahui 3. Mengetahui

4. Sangat Mengetahui

Ordinal

Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek

Sesuai yang tertulis di data kuesioner :

1. Sangat Tidak Percaya


(32)

2. Tidak Percaya 3. Percaya

4. Sangat Percaya

Perilaku Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk ptengetahuan, sikap dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan

Sesuai yang tertulis di data kuesioner :

1. Sangat Tidak Setuju

2. Tidak Setuju 3. Setuju

4. Sangat Setuju


(33)

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong lintang), dengan tipe penelitian deskriptif

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSU Kota Tangerang Selatan pada bulan Juni hingga bulan Septemeber tahun 2014

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah orang dewasa yang menjadi pasien di RSU Kota Tangerang Selatan.

3.4. Besar Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain deskriptif kategorik. Rumus besar sample yang digunakan adalah : N = (Zα)2 PQ

d2

Karena belum ada penelitian seperti ini, maka sampel yang diambil menggunakan rumus deskriptif kategorik dengan P sebesar 50% dengan presisi (d) sebesar 10%, oleh karena itu, sampel yang didapatkan sebesar :

N = (1,96)2 x 0,5 x 0,5 (0,1)2

N = 96,04  dibulatkan ke atas menjadi 97 orang

Dengan ketentuan berupa:

N = Jumlah sampel Zα = Deviat baku

P = Prevalensi (dalam bentuk desimal) Q = 1-P


(34)

3.5. Cara Pengambilan Sampel

Sampel diperoleh dengan teknik concecutive sampling di RSU Kota Tangerang Selatan dengan wawancara terpimpin.

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah modifikasi dari kuesioner yang telah tervalidasi pada penelitian William H Shrank dan kawan-kawan29. Kuesioner ini belum divalidasi saat diadopsi dan dimodifikasi, oleh karena itu perlu dilakukan wawancara terpimpin. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian besar (pengetahuan, sikap dan perilaku) yang diperdalam menjadi tujuh pertanyaan dengan skala Likert 1 sampai 4 (sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju dan sangat setuju).

3.6. Kriteria Penelitian 3.6.1. Kriteria Inklusi

1. Pasien rawat jalan dan rawat inap RSU Kota Tangerang Selatan 2. Pasien dengan umur lebih dari 20 tahun.

3. Bersedia menjadi responden penelitian

3.6.2. Kriteria Eksklusi 1. Pasien dengan sakit berat


(35)

3.7. Alur Penelitian

Survey RSU Kota Tangsel

Identifikasi Pasien yang Menjadi Subjek Penelitian

Kriteria penelitian terpenuhi

Pengambilan data (pengisian data kuesioner)

Pengolahan data Menyerahkan surat

permohonan untuk melakukan penelitian

Mendapat persetujuan untuk memperoleh data primer dari

pasien

Persiapan Penelitian

Informed Consent

Subjek (pasien) tidak

menyetujui Subjek (pasien) menyetujui

Dilakukan wawancara terpimpin dengan pasien Pengambilan data

(pengisian data kuesioner) tidak


(36)

3.8 Management Data 3.8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian menggunakan software SPSS, dengan melakukan pemilahan data yang terkumpul, lalu data yang ada, diberi angka-angka atau kode-kode tertentu yang telah disesuaikan dengan data kuesioner. Data dimasukan berdasarkan kode dan urutan yang telah ditentukan pada masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar. Data digolongkan, diurutkan, serta disederhanakan sehingga mudah dibaca.

3.8.2 Analisis Data

Analisis data meliputi analisis univariat yang meliputi distribusi frekuensi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan status pasien di RSU Kota Tangerang Selatan.


(37)

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Karakteristik Dasar Sebaran Data

Tabel 4.1 Karakteristik Dasar Data Responden

Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)

n=97 Penggolongan

Usia

Dewasa Muda (20-29 tahun) 6 6,2

Pertengahan Dewasa (30-65

tahun) 72 74,2

Usia Lanjut (> 65 tahun) 19 19,6

Jenis Kelamin Laki-laki 54 55,7

Perempuan 43 44,3

Tingkat Pendidikan

SD 15 15,5

SMP 11 11,3

SMA 44 45,5

Diploma/Sarjana 27 27,8

Status Pekerjaan Aktif Bekerja 43 44,3

Tidak Aktif Bekerja 54 55,7

Status Pasien Pasien Baru 32 33

Pasien Lama 65 67

Berdasarkan tabel di atas, dapat kita melihat pasien dengan usia dalam kategori petengahan dewasa dengan kisaran 30 – 65 tahun

mendominasi, yaitu sebesar 74,2 %. Berdasarkan tingkat pendidikannya, pasien dengan tingkat pendidikan lulusan SMA yang memiliki persentase yang paling besar, yaitu sebesar 45,5%. Pada status pekerjaan dan jenis kelamin tidak terlihat perbedaan yang besar dalam jumlah persentasenya. Sementara itu, pada status pasien terdapat perbedaan persentase yang cukup besar yaitu 67% untuk pasien lama dan 33% untuk pasien baru


(38)

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Perhitungan Dasar Kategori Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Tabel 4.2 Perhitungan Dasar Data Responden Kategori Rata-rata

(n=97) Median (n=97) Standar Deviasi (n=97) Pengetahuan Mengenai

Definisi Obat generik 2,7113 3 0,6916

Pengetahuan Mengenai Harga Obat Generik Lebih Murah Daripada Harga Obat Generik Bermerek

2,8969 3 0,69947

Pengetahuan Mengenai Perbedaan Obat Generik dan Obat Generik Bermerek

2,4845 2 0,67875

Kepercayaan Bahwa Kualitas Obat Generik Sama Dengan Obat Generik Bermerek

2,4948 2 0,64749

Kepercayaan Bahwa Efikasi Obat Generik Sama Dengan Obat Generik Bermerek

2,5052 3 0,69408

Kepatuhan Dalam Mengonsumsi Obat

Generik Secara Teratur 2,7835 3 0,64915 Merekomendasikan Obat

Generik Kepada Orang

Lain 2,6701 3 0,70299

Dari tabel di atas diketahui rata-rata dan median serta standar deviasi dari kategori pengetahuan, sikap dan perilaku yang didapatkan dari data responden. Terlihat rata-rata yang paling kecil berada pada kategori


(39)

pengetahuan mengenai perbedaan obat generi dan obat generik bermerek yaitu sebesar 2,48 dan kategori kepercayaan bahwa kualitas obat generik sama dengan oabt generik bermerek sebesar 2,49. Keduanya menunjukkan median dengan angka 2. Pada kuesioner, angka 2 menunjukkan tidak mengetahui dalam kategori pengetahuan mengenai perbedaan obat generik dan obat generik bermerek dan menunjukkan tidak percaya dalam kategori kepercayaan bahwa kualitas obat generik sama dengan obat generi bermerek.

4.2.2. Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Kategori

Usia

Gambar 4.1 Data Responden Pengetahuan Terhadap Kategori Usia

Berdasarkan grafik di atas, terlihat dalam kategori pengetahuan mengenai definisi obat generik dan kategori pengetahuan mengenai harga obat generik lebih murah daripada harga obat generik bermerek bahwa hanya 1% pasien yang memilih jawaban 4 (sangat tidak mengetahui) pada kategori usia 30-65 tahun. Lalu pada kategori pengetahuan mengenai

0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0% 35,0% 40,0% 45,0%

20-29 tahun 30-65 tahun >65 tahun


(40)

definisi obat generik persentase paling besar terlihat pada kategori usia 30-65 tahun yang memilih jawaban 3 (mengetahui) yaitu sebesar 36,1%, lebih besar daripada yang memilih jawaban 2 (tidak mengetahui) dalam kategori usia yang sama. Lain halnya dengan pengetahuan mengenai perbedaan obat generik dan obat generik bermerek, menunjukkan bahwa pasien lebih banyak yang menjawab piihan 2 (tidak mengetahui) yaitu sebesar 34% pada kategori usia 30-65 tahun, 5,2% pada kategori usia 20-29 tahun dan 7,2% pada kategori usia lebih dari 65 tahun daripada pasien yang memilih jawaban 3 (mengetahui).

Gambar 4.2 Data Responden Sikap Terhadap Kategori Usia

Terlihat persentase yang lebih besar pada kategori kepercayaan bahwa kualitas obat generik sama dengan obat generik bermerek dalam kategori usia 30-65 tahun sebesar 40,2% yang memilih jawaban 2 (tidak percaya). Pasien-pasien tersebut tidak meyakini bahwa obat generik sama dengan obat paten dari segi kualitas, namun pada kategori usia 30-65 tahun sebesar 37,1% pasien masih meyakini bahwa obat generik memiliki

0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0% 35,0% 40,0% 45,0%

Kualitas 1Kualitas 2Kualitas 3Kualitas 4 Efikasi 1 Efikasi 2 Efikasi 3 Efikasi 4

20-29 tahun 30-65 tahun >65 tahun


(41)

kesamaan dalam hal efikasi atau khasiat dengan obat generik bermerek. Kurang percayanya pasien akan kualitas obat generik seperti saat sedang diwawancarai untuk mengisi data kuesioner, pasien merasa obat generik yang lebih murah tidak sebanding kualitasnya dengan obat generik bermerek yang lebih mahal. Hal ini bisa disebabkan karena pengetahuan pasien pada obat generik hanya sebatas arti dan harga yang lebih murah. Kurangnya pengetahuan mengenai perbedaan obat generik dan obat generik bermerek membuat pasien merasa tidak percaya akan kualitas obat generik tersebut.

Gambar 4.3 Data Responden Perilaku Terhadap Kategori Usia

Dalam kategori kepatuhan dalam mengonsumsi obat generik secara teratur tidak ada pasien yang memilih jawaban 4 (sangat tidak setuju) oleh karena itu, dapat terlihat bahwa meskipun pengetahuan pasien kurang baik, perilaku pasien cukup baik dalam mengonsumsi obat generik secara teratur. Banyaknya pasien yang memilih jawaban 3 (setuju) pada kategori kepatuhan dalam mengonsumsi obat generik secara teratur dan

0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0% 35,0% 40,0% 45,0%

20-29 tahun 30-65 tahun >65 tahun


(42)

merekomendasikan obat generik kepada orang lain menunjukkan perilaku yang baik pada pasien responden, terlihat akan besarnya persentase yang memilih setuju, seperti pada pasien dengan usia 30-65 tahun yang memilih pilhan jawaban 3 (setuju) dalam kategori kepatuhan dalam mengonsumsi obat generik secara teratur sebesar 40,2% dan pada kategori merekomendasikan obat generik kepada orang lain, sebesar 38,1%. Perilaku yang baik ini dapat terjadi salah satunya karena kepercayaan pasien yang baik yang merasa bahwa obat generik memiliki khasiat yang sama dengan obat generik bermerek serta ditunjang dengan pengetahuan mengenai obat generik.

4.2.3. Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Jenis

Kelamin

Gambar 4.4 Data Responden Pengetahuan Terhadap Kategori Jenis Kelamin Perbandingan data pasien laki-laki dan perempuan tidak terlalu besar, sehingga tidak terlihat perbedaan yang jelas atau signifikan dalam

0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0%

Laki-laki Perempuan


(43)

pilihan jawaban pasien laki-laki dan perempuan. Pada kategori pengetahuan mengenai obat generik terlihat pada pasien perempuan dan laki-laki lebih banyak yang menjawab pilihan 3 (mengetahui) dengan persentase 26,8% pada pasien laki-laki dan 20,6% pada pasien perempuan dan dalam kategori pengetahuan mengenai harga obat generik lebih murah daripada harga obat generik bermerek dengan persentase 26,8% pada pasien laki-laki maupun perempuan daripada pasien yang menjawab pilihan 2 (tidak mengetahui). Lain halnya pada kategori pengetahuan mengenai perbedaan obat generik dan obat generik bermerek yang menunjukkan bahwa pada pasien laki-laki dan perempuan lebih banyak menjawab pilihan 2 (tidak mengetahui) daripada yang menjawab pilihan 3 (mengetahui) dengan persentase sebesar 24,7% pada pasien laku-laki dan 21,6% pada pasien perempuan yang memilih jawaban 2.

Gambar 4.5 Data Responden Sikap Terhadap Kategori Jenis Kelamin

Pada kategori kepercayaan bahwa kualitas obat generik sama dengan obat generik bermerek menujukkan bahwa lebih banyak pasien perempuan ataupun laki-laki yang memilih pilihan jawaban 2 yaitu dengan

0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0% Kualitas 1 Kualitas 2 Kualitas 3 Kualitas 4

Efikasi 1 Efikasi 2 Efikasi 3 Efikasi 4

Laki-laki Perempuan


(44)

persentase 24,7% pada pasien laki-laki dan 21,6% pada pasien perempuan. Seperti pada pembahasan sebelumnya, sepertinya ada keterkaitan antara pengetahuan pasien yang terbatas dengan kepercayaan pasien. Pasien yang tidak mengetahui perbedaan obat generik secara benar, pasien menjadi kurang percaya pada obat generik, namun secara kualitas. Lain halnya dalam segi efikasi atau khasiat, karena pasien benar-benar merasakan dan mengalami bagaimana efek obat tersebut, maka terlihat perbedaan persentase, yaitu 26,8% pada pasien laki-laki yang memilih pilihan jawaban 3 (percaya), lebih banyak daripada yang memilih pilihan jawaban 2 (tidak percaya) yaitu sebesar 22,7%. Namun pada pasien perempuan, terlihat bahwa persentase pasien yang memilih piliha jawaban 2 sama dengan yang memilih pilihan jawaban 3 yaitu sebesar 19,6%.

Gambar 4.6 Data Responden Perilaku Terhadap Kategori Jenis Kelamin

Pada kategori kepatuhan dalam mengonsumsi obat generik secara teratur, pasien laki-laki maupun perempuan lebih banyak yang memilih pilihan jawaban 3 (setuju) yaitu sebesar 29,9% pada pasien laki-laki dan

0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0% 35,0%

Laki-laki Perempuan


(45)

23,7% pada pasien perempuan. Lalu pada kategori merekomendasikan obat generik kepada orang lain, pasien lak-laki dan perempuan lebih banyak yang memilih pilihan jawaban 3 yaitu sebesar 27,8% pada pasien laki-laki dan 24,7% pada pasien perempuan. Hal ini dapat terjadi karena adanya kepercayaan pasien akan khasiat atau efikasi obat generik sama dengan obat generik bermerek yang didapatkan dari pengalaman pasien yang telah mengonsumsi obat generik dan merasakan khasiat atau efikasi obat generik secara langsung.

4.2.4. Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Tingkat

Pendidikan

Gambar 4.7 Data Responden Pengetahuan Terhadap Tingkat Pendidikan

Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa pasien yang menjadi data sampel sebagian besar dengan tingkat pendidikan lulusan SMA yaitu sebesar 45,4%. Sehingga terlihat persentase cukup besar pada pasien

0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0%

Lulusan SD Lulusan SMP Lulusan SMA Lulusan


(46)

dengan lulusan SMA. Namun jika melihat kategori pengetahuan pasien yaitu pengetahuan pasien mengenai definisi obat generik dan pengetahuan pasien mengenai harga obat generik lebih murah daripada obat generik bermerek, pasien yang menjawab pilihan 4 (sangat mengetahui) terdapat paling banyak dari pasien lulusan diploma/sarjana yaitu sebesar 5,2 % untuk kategori pengetahuan pasien mengenai definisi obat generik dan 8,2% untuk kategori pengetahuan pasien bahwa harga obat generik lebih murah daripada harga obat generik bermerek. Persentase yang cukup besar terlihat pada pasien lulusan SMA dengan kategori pengetahuan pasien mengenai definisi obat generik dan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat generik dengan persentase yang sama besar yaitu 27,8%. Namun pada pengetahuan mengenai perbedaan obat generik dan obat generik bermerek, pasien dengan lulusan SMA yang memilih pilihan jawaban 2 (tidak mengetahui) memiliki persentase sama besar dengan yang memilih pilihan jawaban 3 (mengetahui) yaitu sebesar 20,6%, namun pada pasien dengan lulusan diploma/sarjana terlihat bahwa lebih banyak yang memilih jawaban 2 (tidak mengetahui) daripada yang memilih pilihan jawaban 3 (mengetahui).


(47)

Gambar 4.8 Data Responden Sikap Terhadap Tingkat Pendidikan

Seperti pada pembahasan sebelumnya, jumlah pasien yang memilih pilihan jawaban 2 (tidak percaya) lebih sedikit daripada yang memilih pilihan jawaban 3 (percaya) dan pada kategori kepercayan bahwa efikasi obat generik sama dengan obat generik bermerek jumlah pasien yang memilih pilihan jawaban 3 (percaya) lebih banyak daripada yang memilih pilihan jawaban 2(tidak percaya). Namun pada tingkat pendidikan terlihat bahwa pasien lulusan diploma/sarjana yang memilih piliha jawaban 2 (tidak percaya) sama dengan yang memilih pilihan jawaban 3 (percaya) dengan persentase sebesar 12,4% dan pada tingkat pendidikan lulusan SD, lebih banyak pasien yang memilih pilihan jawaban 2 dengan persentase 8,2% daripada yang memilih pilihan jawaban 3 dengan persentase 6,2%.

0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0%

Kualitas 1

Kualitas 2

Kualitas 3

Kualitas 4

Efikasi 1 Efikasi 2 Efikasi 3 Efikasi 4 Lulusan SD Lulusan SMP Lulusan SMA


(48)

Gambar 4.9 Data Responden Penrilaku Terhadap Tingkat Pendidikan

Pada kategori kepatuhan dalam mengkonsumsi obat generik secara teratur pasien pada tingkat pendidikan lulusan SMA dan lulusan diploma/sarjana lebih banyak memilih pilihan jawaban 3 (setuju) daripada yang memilih pilihan jawaban 2 (tidak setuju), yaitu sebesar 27,8% pada lulusan SMA dan 15,5% pada pasien lulusan diploma/sarjana sementara pada pasien lulusan SD, terlihat persentase pasien yang memilih pilihan jawaban 2 (tidak setuju) dan pilihan jawaban 3 (setuju) sama besar yaitu sebesar 7,2% namun pada tingkat pendidikan lulusan SMP, terlihat bahwa pasien yang memilih pilihan jawaban tidak patuh (5%) lebih besar daripada yang memilih jawaban patuh (3%). Pada kategori merekomendasikan obat generik kepada orang lain, pasien yang memilih jawaban 3 (setuju) lebih besar daripada yang memilih pilihan jawaban 2 (tidak setuju) pada semua tingkatan. Perilaku yang baik ini dapat terjadi karena kepercayan pasien akan khasiat obat generik yang sama dengan obat generik bermerek.

0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0%

Lulusan SD Lulusan SMP Lulusan SMA Lulusan


(49)

4.2.5. Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Status Kerja Pasien

Gambar 4.10 Data Responden Pengetahuan Terhadap Status Kerja

Pada grafik di atas terlihat bahwa perbandingan jumlah antara pasien yang masih aktif bekerja dengan pasien yang sudah tidak aktif bekerja tidak berbeda jauh yaitu sebanyak 43 pasien yang masih aktif bekerja dan 54 pasien yang sudah tidak aktif bekerja. Terlihat persentase yang cukup besar pada pasien dalam kategori pengetahuan mengenai definisi obat generik pada pasien yang tidak aktif bekerja yaitu 29,9% yang memilih jawaban 3 (mengetahui). Seperti pada grafik sebelumnya, pasien yang memilih pilihan 3 (mengetahui) dan pilihan 4 (sangat mengetahui) lebih banyak daripada yang memilih pilihan 2 (tidak mengetahui) dan pilihan 1 (sangat tidak mengetahui) pada kategori pengetahuan mengenai harga obat generik lebih murah daripada obat generik bermerek namun terlihat hasil yang berbeda pada kategori pengatahuan mengenai perbedaan obat generik dan obat generik bermerek,

0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0% 35,0%

Aktif Bekerja Tidak Aktif Bekerja


(50)

pasien yang memilih pilihan jawaban 2 lebih besar daripada yang memilih pilihan jawaban 3 baik pada pasien laki-laki ataupun perempuan.

Gambar 4.11 Data Responden Sikap Terhadap Status Kerja

Pada kategori kepercayaan bahwa kualitas obat generik sama dengan obat generik bermerek, pasien yang memilih pilihan jawaban terbanyak berada pada pilihan jawaban 2 (tidak percaya) sebesar 24,7% pada pasien yang aktif bekerja , namun pada pasien yang tidak aktif bekerja terlihat hal sebaliknya, yaitu pilihan jawaban yang paling banyak dipilih adalah pilihan jawaban 3 yaitu sebesar 26,8%. Hal ini dapat terjadi karena pasien yang sudah tidak aktif bekerja lebih banyak menghabiskan waktu untuk beraosiasi dengan tetangga atau orang lain di sekitar lingkungannya sehingga dapat menimbulkan kecenderungan kepercayaan yang berbeda berdasarkan dari orang-orang yang lebih berpengalaman. Pada kategori kepercayaan terhadap efikasi atau khasiat obat generik sama denga obat generik bermerek, tidak terlihat adanya perbedaan antara pilihan jawaban 2 (tidak setuju) dan pilihan jawaban 3 (setuju) yaitu sebesar 25,8% pada pasien yang tidak aktif bekerja, namun pada pasien yang aktif bekerja tetap ditemukan adanya perbedaan, yaitu lebih banyak

0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0% Kualitas 1 Kualitas 2 Kualitas 3 Kualitas 4

Efikasi 1 Efikasi 2 Efikasi 3 Efikasi 4

Aktif Bekerja Tidak Aktif Bekerja


(51)

pasien yang memilih pilihan jawaban 3 daripada yang memilih pilihan jawaban 2.

Gambar 4.12 Data Responden Perilaku Terhadap Status Kerja

Pada kategori kepatuhan dalam megnonsumsi obat generik secara teratur terlihat pasien yang aktif bekerja dan yang tidak aktif bekerja menjadi pilihan jawaban setuju yaitu 25,8% pada pasien yang aktif bekerja dan pada 27,8% yang tidak aktif bekerja. Sementara itu pada kategori merekomendasikan obat generik kepada orang lain yaitu 30,9% yang memilih jawaban 3 (setuju) pada pasien yang tidak aktif bekerja dan 21,6% pada pasien yang aktif bekerja.

0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0% 35,0%

Aktif Bekerja Tidak Aktif Bekerja


(52)

4.2.6. Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Status Pasien

Gambar 4.13 Data Responden Pengetahuan Terhadap Status Pasien

Meskipun jumlah dan persentase pasien lama kurang lebih dua kali lipat jumlah dan persentase pasien baru, namun tidak menutup kemungkinan akan menghasilkan jawaban yang berbeda antara pasien baru dengan pasien lama secara signifikan. Dapat dilihat pada kategori pengetahuan mengenai definisi obat generik, pada pilihan jawaban 3 (mengetahui), pasien lama memiliki persentase lebih dari tiga kali lipat dari pasien baru yaitu sebesar 36,1% dibandingkan dengan pasien baru sebesar 11,3% dan pada kategori pengetahuan harga obat generik lebih murah daripada harga obat generik bermerek, yang memilih jawaban 4 (sangat mengetahui) pada pasien baru memilki persentase 1% sedangkan pada pasien lama memiliki persentase 17,5%. Namun jika dilihat pada kategori yang sama dengan pilihan jawaban 3 (mengetahui), pasien baru dan pasien lama memilki persentase yang tidak jauh berbeda.

0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0% 35,0% 40,0%

Pasien Baru Pasien Lama


(53)

Gambar 4.14 Data Responden Sikap Terhadap Status Pasien

Pada kategori kepercayaan bahwa kualitas obat generik sama dengan obat generik bermerek, pasien lebih banyak yang memilih pilihan jawaban 2 (tidak percaya) dengan persentase 34% daripada pilihan jawaban 3 (percaya) dengan persentase 26,8% pada pasien lama, namun pasien baru persentase yang memilih pilihan jawaban 2 sama dengan yang memilih pilihan jawaban 3 yaitu sebesar 15,5%. Berbeda dengan kategori kepercayaan bahwa efikasi obat generik sama dengan obat generik bermerek dimana pasien yang memilih pilihan jawaban 3 lebih banyak daripada yang memilih pilihan jawaban 2 dan yang menjawab pilihan 4 (sangat percaya) dengan persentase lebih banyak yang memilih pilihan jawaban 1 (sangat tidak percaya) adalah pasien lama, sehingga dapat kita ketahui bahwa pasien lama lebih berpengalaman dalam merasakan khasiat dari obat generik sendiri dibandingkan dengan pasien baru. Pasien baru lebih banyak memilih pilihan jawaban 2 dengan persentase sebesar 17,5% daripada yang memilih piliha jawaban 2 dengan persentase sebesar 12,4%.

0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0% 35,0% 40,0% Kualitas 1 Kualitas 2 Kualitas 3 Kualitas 4

Efikasi 1Efikasi 2Efikasi 3Efikasi 4

Pasien Baru Pasien Lama


(54)

Gambar 4.15 Data Responden Perilaku Terhadap Status Pasien

Seperti pada grafik dan pembahasan sebelumnya, pasien yang memiliki kepatuhan minum obat generik secara teratur yang baik serta pasien yang setuju dalam merekomendasikan obat generik kepada orang lain lebih besar daripada pasien yang tidak memiliki kepatuhan minum obat generik secara teratur dan pasien yang tidak merekomendasikan obat generik kepada orang lain, terlihat dengan persentase yang memilih pilihan jawaban 4 dan 3 lebih besar daripada yang memilih pilihan jawaban 2 dan 1 pada kedua status pasien dan pada kedua kategori perilaku. .

4.3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain :

1. Kurangnya penelitian contoh untuk mengadopsi kuesioner dengan pertanyaan yang membandingkan antara pengetahuan sikap dan perilaku mengenai perbedaan obat generik dan obat generik bermerek. Sehingga penelitian lebih ditujukan terbatas terhadap obat generik saja.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Pasien Baru Pasien Lama


(55)

2. Pengambilan data seringkali dilakukan di tempat pengambilan obat, namun yang mengambil obat terkadang bukan pasien melainkan diwakilkan oleh pengantar sehingga peneliti perlu memastikan terlebih dahulu apakah calon responden adalah pasien ataupun pengantar dari pasien.

3. Beberapa pasien timbul kekhawatiran jika diminta untuk mengisi data identitas lengkap, sehingga perlu penjelasan yang lebih lanjut agar pasien bersedia mengisikan.

4. RSU Kota Tangerang Selatan sebagai rumah sakit rujukan didominasi oleh pasien yang sudah berumur cukup tua dan terkadang sudah memiliki masalah pengelihatan sehingga pasien meminta peneliti untuk mengisikan kuesioner berdasarkan jawaban dari pasien dan bisa terjadi bias dalam pengisian kuesioner

5. Pengambilan data pada pasien rawat inap lebih dibatasi, sehingga peneliti lebih cenderung mengambil data pada pasien rawat jalan.

6. Jam pengobatan pasien yang terbatas, yaitu hanya sampai siang hari membuat waktu pengambilan data penelitian menjadi lebih sedikit.

7. Data penelitian seharusnya dilakukan pada lebih dari 1 rumah sakit atau pelayanan kesehatan.

8. Peneliti menggunakan kuesioner yang diadopsi dan dimodifikasi dari kueisoner penelitian lain, untuk menghindari terjadinya bias karena kuesioner tersebut belum divalidasi di Indonesia, peneliti melakukan wawancara terpimpin dengan penjelasan yang mudah dipahami oleh responden.


(56)

44

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

1. Berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden, jawaban mayoritas terdapat pada pasien yang menjawab setuju dalam kategori pengetahuan mengenai harga obat generik lebih murah daripada harga obat generik bermerek.

2. Pada jawaban responden terlihat bahwa persentase yang mengetahui dalam kategori pengetahuan mengenai definisi obat generik dan pengetahuan mengenai harga obat generik lebih murah daripada obat generik bermerek lebih besar daripada yang tidak mengetahui, sementara pada kategori pengetahuan mengenai perbedaan obat generik dan obat generik bermerek menunjukkan hasil yang sebaliknya.

3. Berdasarkan data kuesioner terlihat bahwa persentase pasien yang mempercayai bahwa efikasi obat generik sama dengan obat generik bermerek lebih besar daripada yang tidak mempercayai, sementara untuk persentase pasien yang mempercayai bahwa kualitas obat generik sama dengan obat generik bermerek lebih kecil daripada yang tidak mempercayai. Terlihat sepertinya ada keterkaitan antara pengetahuan yang terbatas dengan tingkat kepercayaan pasien terhadap obat generik.

4. Persentase pasien yang setuju terhadap perilaku mengonsumsi obat generik secara teratur dan merekomendasikan obat generik kepada orang lain berjumlah lebih dari setengah total responden dan sepertinya terlihat adanya keterkaitan antara kepercayaan pasien akan persamaan efikasi obat generik dan obat generik bermerek menimbulkan perilaku pasien yang setuju akan obat generik.

5.2. Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hal ini dengan kuesioner yang baru atau modifikasi kuesioner yang sudah ada dengan validasi dengan tujuan untuk melihat perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai perbedaan obat generik dan obat generik bermerek.

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut secara multi center agar lebih luas dalam perolehan sampel dan lebih bervariasi dalam karakteristik dasar penelitian.


(57)

3. Informasi mengenai obat generik perlu lebih diperluas kepada masyarakat agar pasien lebih mengetahui akan efektivitas obat generik yang tidak berbeda dengan obat generik bermerek.

4. Edukasi kepada pasien perlu diberikan oleh pelayanan kesehatan atau tenaga ahli untuk menambah pengetahuan pasien terhadap obat generik serta memeperbaiki ke – percayaan pasien yang kurang tepat terhadap obat generik.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

1. Håkonsen H, Else-Lydia T. A Review of Patient perspectives on Generics Substitution: What Are the Challenges for Optimal Drug Use. GaBI Journal. (2012): 28-32

2. Ganther J M, kreling D H, Consumer perceptions of risk and required cost savings for generic prescription drugs. Journal of the American Pharmaceutical Association (Washington,D.C) [2000, 40(3):378-383]

3. Kesselheim A S et al. Clinical Equivalence of Generic and Brand-Name Drugs Used in Cardiovascular Disease. NIH Public Access. (2008) : 2514-2526

4. Sambu N, et al. A randomized crossover study comparing the antiplatelet effect of plavix versus generic clopidogrel. J Cardiovasc Pharmacol. 2012;60(6):495-501 5. Generic Pharmaceutical Association: 1 Trillion Over 10 Years Generic Drug Saving

In The U.S.Fourth Annualth edition. 2012. Dapat dilihat pada:

http://www.ahipcoverage.com/wp-content/uploads/2012/08/2012-GPHA-IMSGENERIC-SAVINGS-STUDY.pdf. Diakses pada September 2014

6. El-Dahiyat F, Kayyali R. Evaluating Patients’ Perceptions Regarding Generic Medicines in Jordan. Journal of Pharmaceutical Policy and Practice 6 no 3 (2013): 1-8 7. Adam, Arlin. Persepsi Masyarakat Tentang Obat Generik (Studi Kualitatif di RSUD

Lakipada Kabupaten Tator) [Internet]. Makassar: FKM UVRI Makassar [dikutip pada 22 September 2014]. Dapat dilihat pada: http://fkmuvri.blogspot.com/2012/04/jurnal-1.html

8. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. 9. Ali M. 2007. Ilmu & Aplikasi Pendidikan, Bagian 1 Ilmu Pendidikan Teoritis.

Bandung : Imtima.

10.Ivancevich John M, Konopaske R, Matteson M T. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi edisi ke 7 Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

11.Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. 2004

12.Food and Drug Administration [internet]. Drugs@FDA Glossary of Terms. Silver Spring : Food and Drug Administration; 2013 [dikutip pada 5 Januari 20141]. Dapat Dilihat pada:


(59)

13. Elta MD [internet]. Swiss : Food and Drug Administration; 2013 [dikutip pada 14 Maret 2014]. Dapat Dilihat pada: http://eltamd.com/faqs/what-is-the-difference-between-active-ingredients-and-inactive-ingredients/

14.Inactive Ingredients. Auckland: Drugs.com; 2012 [dikutip pada 20 April 2014]. Dapat dilihat pada: http://www.drugs.com/inactive/

15.Guidelines On Drug Bioequivalence Requirements In The GCC Countries. Brussels: ICH; 2014. [diunduh pada 20 April 2014]. Dapat diunduh pada:

http://www.ich.org/fileadmin/Public_Web_Site/ABOUT_ICH/Organisation/GCC/Top ics_under_Harmonisation/Bioequivalence.pdf

16.Shargel, Leon dan Andrew B.C. Yu. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Surabaya : Airlangga Iniversity Press. 2005

17.Jambhekar, S S and Philip J Breen. Basic Pharmacokinetics. London : Pharmaceutical Press. 2009

18.Grahame-Smith, D. G and J.K Aronson. Oxford Textbook of Clinical Pharmacology and Drug Therapy, third edition. New York : Oxford University Press. 2002

19.Guzman, Flavio. Efficacy definition in pharmacodynamics. San Rafael: Pharmacology Corner; 2014. [dikutip pada 20 April 2014]. Dapat dilihat pada:

http://pharmacologycorner.com/pharmacologyefficacy-definition-and-meaning/

20.ICH Harmonised Tripartite Guideline. Brussels: ICH; 2014. [diunduh pada 20 April 2014]. Dapat diunduh pada:

http://www.ich.org/fileadmin/Public_Web_Site/ICH_Products/Guidelines/Quality/Q6 A/Step4/Q6Astep4.pdf

21.Generic Drugs. Switzerland : WHO; 2014 [dikutip 5 Januari 2014]. Dapat dilihat pada: http://www.who.int/trade/glossary/story034/en/

22.Sewell K, Andreae S, Luke E, Safford M M. Perceptions of and Barriers to Use of Generic Medications in a Rural African American Population, Alabama, 2011. Centers for Disease Control and Prevention. (2012) : 1-8

23.Bihari, Michael. Brand Name Drugs. New York : About Health; 2013 [dikutip 5 Januari 2014]. Dapat dilihat pada :

http://drugs.about.com/od/bdrugandmedicalterms/g/brandname_def.htm

24. Definisi Obat Tradisional, Jamu, Obat Herbal Terstandar, Fitofarmaka dan Sediaan Galenik. Jakarta: ULPK Badan Pom; 2010 [dikutip pada 14 Maret 2014]. Dapat dilihat pada:


(60)

http://ulpk.pom.go.id/ulpk/index.php?task=view&id=41&option=com_easyfaq&Itemi d=26&lang=en

25.What is a diaetary supplement?. Silver Spring: Food and Drug Administration; 2013 [dikutip pada 12 April 2014]. Dapat dilihat pada:

http://www.fda.gov/aboutfda/transparency/basics/ucm195635.htm

26.Katzung, Betram G. Basic and Clinical Pharmacology 10th Edition. San Francisco : McGraw-Hill. 2006

27.Facts about Generic Drugs. Silver Spring: Food and Drug Administration; 2013[dikutip pada 14 Maret 2014]. Dapat dilihat pada:

http://www.fda.gov/drugs/resourcesforyou/consumers/buyingusingmedicinesafely/un derstandinggenericdrugs/ucm167991.htm

28.Kay, Jerald and Tasman, Allan. Essential of Psychiatry. Chichester : John Wiley & Sons. 2006

29.William H. Shrank, Emily R. Cox, Michael A. Fischer, Jyotsna Mehtab and Niteesh K. Choudhry. Patients’ Perceptions Of Generic Medications. Health Affairs. 28 no 2. (2009) : 546-556


(61)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama Johan Lazuardi sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul penelitian ini adalah Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien RSU Kota Tangerang Selatan terhadap Obat Generik

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang saudara berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Saudara nantinya akan mengisi beberapa data mengenai identitas saudara di halaman berikutnya. Terimakasih atas partisipasi saudara dalam penelitian ini.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian Johan Lazuardi

Jakarta, 2014

Responden


(62)

Lampiran 2

Kuesioner Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien

Mengenai Obat Generik

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Alamat :

Pendidikan terakhir : SD SMP SMA Diploma/Sarjana

Pekerjaan :

Anda adalah : Pasien Baru / Pasien Lama

Pertanyaan Kuesioner

Lingkari pilihan yang menurut anda benar

1. Anda mengetahui definisi atau pengertian obat generik 1. Sangat Tidak Mengetahui

2. Tidak Mengetahui 3. Mengetahui

4. Sangat Mengetahui

2. Anda mengetahui harga obat generik lebih murah daripada obat generik bermerek atau obat paten

1. Sangat Tidak Mengetahui 2. Tidak Mengetahui

3. Mengetahui

4. Sangat Mengetahui

3. Anda mengetahui perbedaan kualitas dan efikasi obat generik dan obat generik bermerek atau obat paten


(63)

(Lanjutan )

2. Tidak Mengetahui 3. Mengetahui

4. Sangat Mengetahui

4. Anda percaya bahwa kualitas atau mutu obat generik dan obat generik bermerek atau obat paten adalah sama

1. Sangat Tidak Percaya 2. Tidak Percaya

3. Percaya

4. Sangat Percaya

5. Anda percaya bahwa efikasi atau kemanjuran obat generik generik dan obat generik bermerek atau obat paten adalah sama

1. Sangat Tidak Percaya 2. Tidak Percaya

3. Percaya

4. Sangat Percaya

6. Anda akan mengonsumsi obat generik dengan teratur bila diberikan oleh dokter 1. Sangat Tidak Setuju

2. Tidak Setuju 3. Setuju

4. Sangat Setuju

7. Anda akan merekomendasikan obat generik kepada orang lain di sekitar anda 1. Sangat Tidak Setuju

2. Tidak Setuju 3. Setuju


(64)

(65)

(66)

(67)

(1)

50

Lampiran 2

Kuesioner Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien

Mengenai Obat Generik

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Alamat :

Pendidikan terakhir : SD SMP SMA Diploma/Sarjana

Pekerjaan :

Anda adalah : Pasien Baru / Pasien Lama

Pertanyaan Kuesioner

Lingkari pilihan yang menurut anda benar

1. Anda mengetahui definisi atau pengertian obat generik

1. Sangat Tidak Mengetahui

2. Tidak Mengetahui

3. Mengetahui

4. Sangat Mengetahui

2. Anda mengetahui harga obat generik lebih murah daripada obat generik bermerek atau obat paten

1. Sangat Tidak Mengetahui

2. Tidak Mengetahui

3. Mengetahui

4. Sangat Mengetahui

3. Anda mengetahui perbedaan kualitas dan efikasi obat generik dan obat generik bermerek atau obat paten


(2)

51

(Lanjutan )

2. Tidak Mengetahui

3. Mengetahui

4. Sangat Mengetahui

4. Anda percaya bahwa kualitas atau mutu obat generik dan obat generik bermerek atau obat paten adalah sama

1. Sangat Tidak Percaya

2. Tidak Percaya

3. Percaya

4. Sangat Percaya

5. Anda percaya bahwa efikasi atau kemanjuran obat generik generik dan obat generik bermerek atau obat paten adalah sama

1. Sangat Tidak Percaya

2. Tidak Percaya

3. Percaya

4. Sangat Percaya

6. Anda akan mengonsumsi obat generik dengan teratur bila diberikan oleh dokter 1. Sangat Tidak Setuju

2. Tidak Setuju 3. Setuju

4. Sangat Setuju

7. Anda akan merekomendasikan obat generik kepada orang lain di sekitar anda 1. Sangat Tidak Setuju

2. Tidak Setuju 3. Setuju


(3)

52


(4)

(5)

(6)