Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Terhadap Organisme Pengganggu Tanaman Palawija dan Sayuran di Kecamatan Rancabungur, Bogor.

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI
TERHADAP ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
PALAWIJA DAN SAYURAN DI KECAMATAN
RANCABUNGUR, BOGOR

ANGGI KHOIRUDIN SIREGAR

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul “Pengetahuan, Sikap
dan Tindakan Petani Terhadap Organisme Pengganggu Tanaman Palawija dan
Sayuran di Kecamatan Rancabungur, Bogor” adalah benar merupakan hasil karya
sendiri, dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar

pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Anggi Khoirudin Siregar
A34080044

ABSTRAK
ANGGI KHOIRUDIN SIREGAR. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani
Terhadap Organisme Pengganggu Tanaman Palawija dan Sayuran di Kecamatan
Rancabungur, Bogor. Dibimbing oleh R. YAYI MUNARA KUSUMAH.
Tanaman palawija dan sayuran adalah komoditas prospektif untuk
dikembangkan di masa depan karena permintaan masyarakat yang terus
meningkat. Permasalahan hama dan penyakit menjadi salah satu masalah yang
utama dalam peningkatan produktivitas tanaman. Petani dan masyarakat sebagai
pelaku pertanian memerlukan pengetahuan mengenai pengendalian hama terpadu
untuk mengurangi ketergantungan terhadap pestisida kimia. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dan memperoleh informasi tentang pengetahuan,
sikap dan tindakan petani responden dalam pengelolaan hama dan penyakit
tanaman di Desa Bantar Kambing dan Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur,

Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan September sampai November 2013.
Penelitian ini dilakukan dengan dua metode yaitu wawancara terstruktur dan
wawancara tidak terstruktur yang dilakukan secara langsung terhadap 40
responden petani. Penentuan wilayah dilakukan berdasarkan keberadaan
komoditas hortikultura dan sayuran. Pengamatan hama dan penyakit dilakukan
dengan mengamati jenis-jenis hama, penyakit, dan serangan yang ditimbulkan.
Mayoritas petani di kedua desa tersebut berumur lebih dari 40 tahun dan sudah
pengalaman bertani selama 22 tahun dengan latar belakang pendidikan mayoritas
tamatan sekolah dasar (SD). Status kepemilikan lahan rata-rata dimiliki petani dan
sebagian lagi hanya sebagai penggarap lahan. Terdapat 20% petani yang pernah
ikut pelatihan SLPHT. Ketidakikutsertaan petani dalam keanggotaan kelompok
tani menjadi faktor kurangnya pengetahuan petani. Walaupun tidak mengetahui
tentang PHT, namun petani sudah melakukan teknik rotasi tanaman dan
penggunaan mulsa dalam budidaya tanaman. Sebagian besar petani percaya dan
masih menggunakan pestisida kimia untuk mengurangi hama dan penyakit di
lapangan walaupun mereka mengetahui hal tersebut berbahaya untuk lingkungan
dan petani..
Kata kunci: Hama Penyakit, Sayuran, Palawija,PHT, SLPHT.

iii


ABSTRACT
ANGGI KHOIRUDIN SIREGAR. Knowledge, Attitude and Act of Farmer
Towards Plant’s Pest at Crops and Vegetables in Kecamatan Rancabungur, Bogor.
Supervised by R. YAYI MUNARA KUSUMAH
Crops and vegetables are prospective commodities to be developed in the
future because of its increasing demands. Pests and diseases become one of main
problems in increasing plant’s productivity. Farmer and communities as farming
actors need knowledge about integrated pest management to reduce pesticides
dependence. This study aims at analyzing and obtaining information on
knowledge, attitude and action of respondents in controlling pests and diseases in
Bantar Kambing village and Pasir Gaok village, Rancabungur sub-district, Bogor,
research was conducted from September to November 2013. The study were
conducted by direct structured and unstructured interviews to 40 respondent
farmers. Region were determined directly based on crops and vegetables location.
Pests and diseases observation was conducted by observing types of pests,
diseases, and symptoms. Most of the farmers were more than 40 years old and had
been farming for 22 years with educational background of elementary school.
Averages of land ownership status are owned by farmers and other part is only as
a labour. About 20 percent of farmer have participatedon SLPHT training. The

farmers who have never participated on training was a factor in farmers lack of
knowledge. Despite of less knowledge on integrated pest management (IPM),
farmers implemented plants rotation technique and mulching in plants cultivation.
Most of farmers believed in and still using chemical pesticides to reduce pests and
diseases on field even though they knew it was harmful to the environment and
farmers.
Key words: IPM, palawija, pests and diseases, SL-PHT, vegetables.

iv

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI
TERHADAP ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
PALAWIJA DAN SAYURAN DI KECAMATAN
RANCABUNGUR, KABUPATEN BOGOR

ANGGI KHOIRUDIN SIREGAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan
Penelitian Tugas Akhir

pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMENPROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

v

Judul Usulan

: Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Terhadap
Organisme Pengganggu Tanaman Palawija dan Sayuran di
Kecamatan Rancabungur, Bogor.
Nama Mahasiswa : Anggi Khoirudin Siregar
NIM
: A34080044


Disetujui oleh

Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, M. Si
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M. Si
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Tanggal disetujui:

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Terhadap Organisme Pengganggu
Tanaman Palawija dan Sayuran di Kecamatan Rancabungur, Bogor. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana di
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua dan keluarga
besar penulis yang senantiasa memberikan doa, motivasi, dan dukungan. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, M. Si.
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis dalam melaksanakan serta menyusun skripsi. Terima kasih kepada Dr. Efi
Toding Tondok, SP. Msc selaku dosen penguji tamu atas semua masukan, saran,
dan kritik kepada penulis untuk menyempurnakan penulisan skripsi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan proposal ini. Kepada Pak Sudjito, Mas
Solihin dan Mas Somad yang selalu memberikan arahan selama proses
wawancara petani.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Septian Anugrah,
sahabat dan keluarga Departemen Proteksi Tanaman angkatan 45, keluarga di
Adam Net dan kepada semua pihak yang terlibat atas kebersamaan, nasihat,
semangat, serta dukungan yang tidak akan penulis lupakan.
Semoga penelitian lapangan yang dilaksanakan oleh penulis dapat
menambah pengetahuan dan memberikan manfaat kepada banyak pihak.

Bogor, Februari 2014
Anggi Khoirudin Siregar


vii

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Metode Penelitian
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi
Karakteristik Petani
Karakteristik Kelompok Tani dan SLPHT
Karakteristik Usaha Tani
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Petani Tentang Hama dan Penyakit
Permasalahan Hama dan Penyakit

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

1
.1
2
2
3
3
3
3
3
4
4
4
6

7
8
.12
15
15
15
16
17
21

viii

DAFTAR TABEL
1
2

Karakteristik usaha tani petani palawija dan sayuran
Pengetahuan petani terhadap OPT/hama dan Penyakit tanaman

8

9

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5

Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan usia
Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan pengalaman bertani
Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan pendidikan
Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan kepemilikan lahan
Jumlah petani responden berdasarkan keanggotaan petani pada kelompok
tani
6 Jumlah petani responden berdasarkan keikutsertaan petani pada SLPHT
7 Korelasi pendidikan petani terhadap pengetahuan OPT
8 Korelasi pendidikan petani terhadap pengetahua jenis OPT
9 Korelasi pendidikan dengan pengetahuan dan sikap petani terhadap
pestisida sebagai barang membahayakan
10 Korelasi pendidikan dengan pengetahuan dan sikap petani terhadap
pestisida sebagai solusi yang efektif
11 Korelasi pendidikan dengan pengetahuan dan sikap petani terhadap
pestisida yang efektif dalam mengendalikan OPT
12 Korelasi pendidikan dengan pengetahuan dan sikap petani terhadap
pestisida sebagai solusi utama pengendalian

4
5
5
6
6
7
9
10
11
11
11
12

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman semusim seperti palawija dan sayuran merupakan komoditas yang
prospektif untuk dikembangkan di masa depan. Permintaan atas komoditas ini
senantiasa meningkat seiring dengan perkembangan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang berminat pada makanan berprotein nabati, rendah
kolesterol. Peningkatan produksi palawija dan sayuran dapat dilakukan melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian yang didasarkan pada kebutuhan syaratsyarat tumbuh tanaman. Syarat-syarat tumbuh yang dibutuhkan seperti media
tumbuh yang subur, lingkungan yang baik, cuaca dan iklim yang sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta terbebas dari gangguan hama dan
penyakit tanaman. Petani yang menanam tanaman jenis palawija dan sayuran
ialah petani yang daerahnya mengalami kekurangan air saat musim kemarau
(Khumaini 2013). Selain itu petani juga menaman sayur mayur seperti timun dan
kangkung yang tidak membutuhkan pasokan air terlalu banyak (Yusuf 2013).
Permasalahan hama dan penyakit tanaman menjadi salah satu faktor utama
yang menyebabkan penurunan produksi palawija dan sayuran. Beberapa hama
tanaman palawija dan sayuran diantaranya hama oteng-oteng (Aulocophora
similis Oliver), thrips (Thrips parvispinus), dan aphids pada tanaman mentimun;
hama ulat Spodoptera litura, Helicoverpa armigera, dan Ostrinia furnacalis pada
tanaman jagung; hama boleng (Cylas sp.) pada ubi jalar; dan hama lalat buah
(Bactrocera sp) pada tanaman paria. Sedangkan penyakit tanaman palawija dan
sayuran yang sering menyerang baik pada batang, daun, ataupun buah diantaranya
penyakit embun bulu (Pseudoperonospora cubensis), embun tepung (Oidium sp),
bercak daun (Alternaria sp.), bulai (Peronosclerospora maydis), karat daun
(Cercosporium arachidicola), busuk tongkol (Rhizoctonia zeae), dan busuk buah
(Erwinia carotovora).
Petani dan masyarakat pada umumnya masih banyak yang mengartikan
pengendalian hama dan penyakit sama dengan penggunaan pestisida. Mayoritas
petani akan melakukan pengendalian menggunakan pestisida tanpa
memperhitungkan keefektifan dan pengaruh negatif terhadap serangga
bermanfaat. Kekhawatiran terhadap serangan hama dan penyakit menyebabkan
petani melakukan tindakan pencegahan dengan penyemprotan pestisida secara
rutin dan terjadwal tanpa memperhatikan besarnya serangan hama dan penyakit.
Cara seperti ini disebut pemberantasan hama dan penyakit secara konvensional
(Untung 1996).
Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana menimbulkan masalah baru
seperti pencemaran lingkungan hidup, merugikan kesehatan manusia dan hewan
lain, resisten hama, serta organisme yang bukan sasaran menjadi mati (Untung
2007). Munculnya beberapa masalah ini, menggugah para ahli untuk mencetuskan
konsep pengelolaan dan pengendalian hama terpadu (PHT). Program pelatihan
PHT untuk petani dikenal dengan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu
(SLPHT) yang didahului dengan pelatihan petugas pemandu dan memandu para
petani SLPHT (Untung 2007).
Dengan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap mutu pangan dan
produk yang ramah lingkungan menyebabkan permintaan terhadap produk bebas

2

residu pestisida terus meningkat. Kondisi ini dipandang sebagai tantangan dan
peluang bagi pengembangan komoditas pangan dan hortikultura, baik melalui
peningkatan teknologi budidaya maupun peningkatan mutu produk sehingga
memiliki daya saing di pasar internasional.
PHT memanfaatkan semua teknik pengendalian secara terintegrasi yang
bertujuan untuk mengurangi populasi organisme pengganggu tanaman (OPT) dan
mempertahankannya agar tetap berada di bawah ambang batas ekonomi. Tujuan
PHT adalah untuk meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan produktivitas
pertanian, melindungi kesehatan produsen dan konsumen, mempertahankan
kelestarian lingkungan, dan mempertahankan stabilitas ekosistem pertanian.
Pelaksanaan PHT merupakan upaya untuk menyadarkan kembali petani
terhadap sikap dan tindakan mereka bahwa keberadaan sejumlah kecil hama perlu
ditoleransi dan bahkan diperlukan untuk kelangsungan hidup musuh alami,
serta mengoptimalkan peran musuh alami. Hal ini perlu disadari sepenuhnya oleh
petani sebagai pengelola lahan pertanian. Salah satu bentuk pemasyarakatannya
adalah melaksanakan sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SLPHT).
Dalam SLPHT, petani sebagai pengelola lahan pertanian dilibatkan sepenuhnya.
Tujuan SLPHT adalah agar petani berperan aktif belajar bersama petani lainnya
tentang cara mengendalikan hama yang hadir di pertanaman mereka.
Sikap merupakan ungkapan perasaan seseorang tentang suatu objek yaitu
disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan seseorang
terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut. Selain itu, sikap adalah
pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak
sesuai sikap objek yang diterima sebelumnya (Purwanto 1998).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memperoleh informasi
tentang pengetahuan, sikap dan tindakan petani dalam pengelolaan hama dan
penyakit tanaman palawija dan sayuran di Desa Bantar Kambing dan Desa Pasir
Gaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang teknik
pengendalian hama dan penyakit tanaman yang ramah lingkungan oleh petani di
Desa Bantar Kambing dan Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bogor dengan daerah penelitian di Kecamatan
Rancabungur yaitu di Desa Bantar Kambing dan Desa Pasir Gaok.Penelitian ini
dilaksanakan dari bulan September sampai November 2013.
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis, kamera
digital, dan kuesioner (lampiran 1).
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan dua metode yaitu wawancara terstruktur
menggunakan kuesioner dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur
dilakukan dengan menanyakan beberapa pertanyaan yang telah tersedia kepada
petani melalui kuesioner (lampiran 1), sedangkan wawancara tidak terstruktur
dilakukan dengan menanyakan hal-hal yang tidak tercantum dalam kuesioner.
Penentuan wilayah yang disurvei dilakukan berdasarkan keberadaan
komoditas palawija dan sayuran. Petani yang menjadi responden sebanyak 40
orang yang dipilih secara acak dan tersebar di Desa Bantar Kambing dan Desa
Pasir Gaok.Wawancara dilakukan secara langsung di lapangan atau di rumah.
Pengamatan hama dan penyakit dilakukan dengan mengamati jenis-jenis
hama dan penyakit serta gejala serangan yang ditimbulkan di lapangan.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisis dengan menghitung
persentase dan rataannya, kemudian disajikan dalam bentuk diagram batang
dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2007.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi
Keadaan umum lokasi survei Kecamatan Rancabungur termasuk ke dalam
wilayah administrasi Kabupaten Bogor. Jenis tanah di daerah ini termasuk dalam
jenis tanah latosol yang memiliki tekstur tanah liat dan struktur remah,
mempunyai pH tanah antara 4.5 - 6.5, daya menahan air cukup baik serta relatif
tahan terhadap erosi, mempunyai kemiringan lereng < 15%. Ketinggian daerah ini
sekitar ±140 m dpl. Kecamatan Rancabungur memiliki curah hujan per tahun
mencapai ±2247 mm2/tahun, suhu rata-rata antara 20o-30oC, dan kelembaban
udara 70%.
Penduduk Kecamatan Rancabungur pada umumnya memiliki mata
pencaharian sebagai petani. Berbagai komoditas tanaman utama yang diusahakan
diantaranya umbi-umbian, jagung, padi, mentimun, paria, terong, oyong, dan
lainnya. Daerah pertanian hortikultura seperti sayuran dan buah juga menyebar
pada hampir semua wilayah, tetapi konsentrasi komoditas tertentu hanya
menyebar pada wilayah tertentu seperti tanaman jagung di Kecamatan
Rancabungur.
Karakteristik Petani
Petani palawija dan sayuran di Kecamatan Rancabungur yang menjadi
responden berumur antara 21 – 60 tahun. Mayoritas petani berada pada kelompok
umur di atas 40 tahun yaitu sebesar 65% di Desa Bantar kambing dan 60% di
Desa Pasir Gaok (Gambar 1). Para petani umumnya memulai kegiatan bertani
pada usia 20-25 tahun setelah mereka berkeluarga dan berapa diantaranya sudah
mengikuti orang tuanya bertani sejak kecil.
Pengalaman petani dalam bercocok tanam bervariasi antara 10-40 tahun
dan rata-rata 22 tahun. Pengelompokan berdasarkan lama pengalaman bertani
menunjukkan jumlah yang merata antar kelompok umur pengalaman (Gambar 2).
Hal ini memperlihatkan adanya regenerasi petani yang berlangsung setiap
tahunnya.
70%
60%
Petani

50%
40%

< 20

30%

20 - 30

20%

30 - 40

10%

40 >

0%
Bantar Kambing

Pasir Gaok
Desa

Gambar 1 Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan usia

5

50%

Petani

40%
30%
< 10
20%

10 - 20

10%

> 20

0%
Bantar Kambing

Pasir Gaok
Desa

Gambar 2 Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan pengalaman
bertani
Latar belakang pendidikan petani responden beraneka ragam. Hasil survei
menunjukkan bahwa 45% petani di desa Bantar Kambing dan 60% di desa Pasir
Gaok adalah petani dengan jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) (Gambar 3).
Faktor keuangan menjadi faktor utama alasan para petani sekarang yang sudah
berusia lebih dari 40 untuk lebih memilih ikut orang tuanya bekerja dibandingkan
sekolah. Pengalaman orang tuanya menjadi modal utama pengetahuan mereka
dalam bertani. Jenjang pendidikan ini berkaitan langsung dengan mayoritas umur
petani responden yang berkisar lebih dari 40 tahun.
70%
60%
Petani

50%
40%

SD

30%

SMP

20%

SMA

10%

PT

0%
Bantar Kambing

Pasir Gaok
Desa

Gambar 3 Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan pendidikan
Status kepemilikan lahan petani palawija dan sayuran terbagi menjadi
petani pemilik, petani penggarap dan petani pemilik dan penggarap. Dari hasil
wawancara terhadap petani, diperoleh hasil bahwa 65% petani di Desa Bantar
Kambing dan 50% di Desa Pasir Gaok bekerja sebagai petani penggarap (Gambar
4). Beberapa petani beranggapan bahwa bertani merupakan pekerjaan sampingan
yang dilakukan untuk memanfaatkan lahan yang kosong. Lahan kosong tersebut
disewa, dijadikan lahan pertanian dengan sistem bagi hasil 2:1 untuk penggarap.

6

70%
60%
Petani

50%
40%

Pemilik

30%

Penggarap

20%

Pemilik - Penggarap

10%
0%
Bantar Kambing
Pasir Gaok
Desa

Gambar 4 Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan kepemilikan lahan

Petani

Karakteristik Kelompok Tani dan SLPHT
Hanya sebagian kecil petani di Kecamatan Rancabungur yang menjadi
anggota kelompok tani di desa masing-masing. Dari total keseluruhan petani
responden, diperoleh hasil bahwa 30% petani di Desa Bantar Kambing dan 35%
di Desa Pasir Gaok tergabung ke dalam keanggotaan kelompok tani setempat
(Gambar 5). Hal ini yang menyebabkan kurang aktifnya kelompok tani dan sudah
lama tidak beraktivitas. Beberapa petani beranggapan bahwa tergabung ke dalam
kelompok tani hanya membuat mereka terikat ke dalam suatu perkumpulan.
Kebanyakan petani membutuhkan hasil secara langsung di lapangan dibandingkan
hanya teori-teori yang dibahas di kelompok tani.
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Ya
Tidak

Bantar Kambing

Pasir Gaok
Desa

Gambar 5 Jumlah petani responden berdasarkan keanggotaan petani pada
kelompok tani
Sebanyak 20% petani di Desa Bantar Kambing dan di Desa Pasir Gaok
pernah mengikuti SLPHT (Gambar 6). Sebagian besar petani responden belum
pernah mengikuti SLPHT.Salah satu penyebabnya adalah dalam beberapa tahun
kebelakang tidak ada lagi SLPHT di kedua desa tersebut. Hal tersebut disebabkan
oleh kurangnya peran pemerintah daerah terhadap pertanian dan kurang
antusiasnya petani terhadap kegiatan SLPHT. Menurut beberapa petani, SLPHT

7

Petani

mengajarkan untuk mengurangi atau bahkan mengganti pestisida kimia dengan
pestisida nabati atau cara pengendalian lainnya. Namun, ketersediaan dari
pestisida nabati ataupun alat untuk pengendalian lainnya tersebut tidak disediakan
secara terus menerus,sehingga petani yang sudah mengikuti SLPHT kesulitan
untuk mendapatkannya.
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Ya
Tidak

Bantar Kambing

Pasir Gaok
Desa

Gambar 6 Jumlah petani responden berdasarkan keikutsertaan petani pada
SLPHT
Karakteristik Usaha Tani
Usaha tani palawija dan sayuran di Kecamatan Rancabungur ini tergolong
usaha tani yang terletak antara struktur subsisten dan komersial. Struktur semi
subsisten umumnya digunakan oleh sebagian besar kegiatan usaha tani yang
dikelola oleh masyarakat (perorangan) di negara-negara berkembang. Sistem
usaha tani ini selain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga,
sebagian hasilnya dijual ke pasar. Hal tersebut terlihat dari penggunaan tenaga
kerja dan pemilihan cabang usaha sering didasarkan pada kebiasaan. Sebagian
besar petani memanggil kuli tani untuk membantu pada saat membersihkan lahan,
menanam tanaman, pada saat panen, ataupun setelah panen. Tanaman yang
ditanam pun tidak bergantung dari harga pasar, tetapi bergantung pada keinginan
petani menanam tanaman.
Luas lahan yang dimiliki petani untuk budidaya tanaman palawija dan
sayuran di Desa Bantar Kambing dan Desa Pasir Gaok rata-rata sekitar 1000-5000
m2. Sebagian besar petani di kedua desa menyewa lahan yang mereka gunakan
untuk bertani. Hal tersebut dikarenakan mereka ingin memanfaatkan lahan yang
kosong di daerah mereka. Komoditas palawija dan sayuran yang sering ditanam
antara lain jagung, umbi, singkong, kacang, mentimun, bengkuang dan paria.

8

Tabel 1 Karakteristik usaha tani petani palawija dan sayuran
No
1

2

3

4

Karakteristik

Proporsi Petani (%)
Bantar
Pasir
Kambing
Gaok

Rata-Rata
(%)

Luas garapan (m2)
< 500
500 – 1000
1001 – 5000
> 5000

0
15
45
40

0
25
50
25

0
20.0
47.5
32.5

Status kepemilikan lahan
Lahan sewa
Lahan sendiri

65
35

50
50

57.5
42.5

Komoditas yang ditanam
Sayuran
Palawija

40
60

5
95

22.5
77.5

50
15

5
0

27.5
7.5

35

95

65.0

Asal bibit
Membeli dari perusahaan
Membeli dari petani
Lainnya (hasil panen
sebelumnya)

Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Tentang Hama dan Penyakit
Berdasarkan hasil survei, sebanyak 80% petani responden palawija dan
sayuran di Desa Bantar Kambing dan Desa Pasir Gaok mengetahui hama dan
penyakit yang menyerang lahan pertanaman mereka. Hal tersebut terlihat dari
hasil wawancara terkait hama dan penyakit yang menyerang pertanaman para
petani. Sebanyak 75% petani responden dapat membedakan jenis hama dan
penyakit tanaman.

9

Tabel 2 Pengetahuan petani terhadap OPT/hama dan Penyakit tanaman
Jumlah Petani
Desa Bantar Desa Pasir
Kambing
Gaok

Pengetahuan
Mengetahui jenis OPT tanaman
Ya
Tidak
Dapat membedakan hama dan
penyakit
Ya
Tidak
Pestisida itu efektif mengendalikan
hama dan penyakit
Setuju
Tidak
Pestisida barang membahayakan
Setuju
Tidak
Pestisida solusi yang efektif
Setuju
Tidak
Pestisida merupakan pilihan utama
Setuju
Tidak
Kerugian

Persentase
(%)

16
4

16
4

80
20

16
4

14
6

75
25

14
6

14
6

70
30

18
2

15
5

82.50
17.50

11
9

11
9

55
45

12
8

8
12

50
50
7

Pengetahuan petani terhadap hama dan penyakit tanaman dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan petani. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar
pengetahuan hama dan penyakit (Gambar 7&8). Korelasi positif ini terjadi pada
pengetahuan jenis OPT dan perbedaan hama dan penyakit.

% Pengetahuan

100
80

y = 10.833x + 54.167
R² = 0.9657

60
40
SD

SMP

SMA

PT

Pendidikan Petani

Gambar 7 Korelasi pendidikan petani terhadap pengetahuan OPT

10

% Pengetahuan

100

80
y = 10.238x + 58.929
R² = 0.9482
60

40
SD

SMP
SMA
Pendidikan Petani

PT

Gambar 8 Korelasi pendidikan petani terhadap pengetahua jenis OPT
Pengetahuan (knowledge) adalah keahlian dan kemampuan yang dimiliki
seseorang dari pengalaman atau pendidikan, secara teori atau praktek untuk
memahami suatu subjek (Sarwono 1999). Sedangkan sikap (attitudes) adalah
faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan seseorang.
Berdasarkan hasil survei, pengetahuan dan sikap tentang pengendalian
hama terpadu sangat minim di kedua desa ini. Hal tersebut berhubungan langsung
dengan berhentinya sekolah lapang dan keaktifan kelompok tani. Selain itu,
dipengaruhi juga oleh persepsi petani yang masih mempercayakan penggunaan
pestisida menjadi satu-satunya cara yang efektif dalam pengendalian OPT.
Sebanyak 70% petani responden setuju pestisida itu efektif dalam mengendalikan
hama dan penyakit yang menyerang lahan mereka walaupun sebagian besar
(82.5% petani) responden setuju bahwa pestisida adalah barang membahayakan
bagi lingkungan dan pengguna/petani. Sebanyak 55% petani setuju penggunaan
pestisida masih menjadi solusi yang efektif dibandingkan pengendalian yang
lainnya dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Sebanyak 90% petani
mengaku aplikasi pestisida kimia telah sesuai dengan anjuran yang tertera pada
label pestisida.
Pengetahuan dan sikap petani mengenai penggunaan dan efektivitas
pestisida juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani. Petani setuju pestisida
merupakan barang yang membahayakan dan pengetahuan ini berkorelasi positif
terhadap tingginya pendidikan petani (Gambar 9). Sebagian besar petani yang
menyebutkan pestisida merupakan solusi yang efektif untuk mengendalikan HPT
berasal dari golongan pendidikan tingkat SD (Gambar 11). Semakin
bertambahnya tingkat pendidikan mengakibatkan penurunan kepercayaan petani
terhadap pestisida sebagai solusi yang efektif (Gambar 10). Hal ini
mengindikasikan adanya peningkatan pemahaman petani mengenai penggunaan
pestisida.

11

% Pengetahuan

100

80

y = 7.7381x + 71.429
R² = 0.5491

60

40
SD

SMP
SMA
Pendidikan Petani

PT

Gambar 9 Korelasi pendidikan dengan pengetahuan dan sikap petani terhadap
pestisida sebagai barang membahayakan

% Pengetahuan

100
y = -9.7619x + 67.262
R² = 0.3882

80
60
40
20
0
SD

SMP
SMA
Pendidikan Petani

PT

Gambar 10 Korelasi pendidikan dengan pengetahuan dan sikap petani terhadap
pestisida sebagai solusi yang efektif

% Pengetahuan

100
80
60
40
y = -9.2857x + 76.786
R² = 0.1771

20
0
SD

SMP
SMA
Pendidikan Petani

PT

Gambar 11 Korelasi pendidikan dengan pengetahuan dan sikap petani terhadap
pestisida efektif dalam mengendalikan OPT

12

Tindakan (practice) adalah keinginan yang berubah menjadi kebutuhan
untuk segera dipenuhi. Berdasarkan survei, sebanyak 60% petani di desa Bantar
Kambing dan 40% di desa Pasir gaok masih menggunakan pestisida sebagai
pilihan yang utama. Tindakan petani dalam penggunaan pestisida tersebut
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Sebagian besar petani yang masih
menggunakan pestisida sebagai pilihan yang utama berasal dari golongan
pendidikan SD. Semakin bertambahnya tingkat pendidikan mengakibatkan
penurunan kepercayaan petani terhadap penggunaan pestisida sebagai pilihan
yang utama (Gambar 12).

% Pengetahuan

100
80

y = -4.601x + 52.835
R² = 0.1625

60
40
20
0
SD

SMP
SMA
Pendidikan Petani

PT

Gambar 12 Korelasi pendidikan dengan pengetahuan dan sikap petani terhadap
pestisida sebagai solusi utama pengendalian

Permasalahan mengenai hama dan penyakit pada tanaman palawija dan
sayuran di Kecamatan Rancabungur dinilai kurang merugikan. Berdasarkan hasil
survei, kerugian yang disebabkan oleh permasalahan hama dan penyakit tanaman
sebesar 7% (Tabel 2). Hal tersebut dikarenakan kebiasaan pergiliran tanaman
yang sudah dilakukan selama beberapa tahun petani responden tersebut bertani.
Walaupun sering dilakukan, para petani tidak mengetahui bahwa teknik budidaya
dengan pergiliran tanaman termasuk kedalam pengendalian hama dan penyakit
terpadu.

Permasalahan Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit pada tanaman merupakan salah satu kendala dalam
usaha peningkatan produksi tanaman, karena dapat mengakibatkan kehilangan
hasil yang tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya. Dalam rangka mencapai
produktivitas yang tinggi, maka usaha pengendalian terhadap serangan hama perlu
mendapatkan perhatian. Perlindungan tanaman mempunyai peranan penting
selama proses produksi tanaman. Organisme pengganggu tanaman (OPT)
merupakan resiko yang harus dihadapi dan dipertimbangkan dalam setiap upaya
budidaya tanaman.
Berdasarkan hasil, hama yang banyak menyerang tanaman jagung adalah
Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek
tongkol jagung (Helicoverpa armigera). Ketiga ulat ini dapat menyerang tanaman
jagung baik pada fase vegetatif ataupun generatif. Hama yang menyerang pada

13

fase vegetative, akan menghambat pertumbuhan tanaman. Sedangkan pada fase
generatif, akan terjadi pembusukan pada tongkol jagung. Ketiga ulat tersebut
dikendalikan dengan pemberian furadan pada awal tanam ataupun penyemprotan
dengan pestisida. Pestisida yang banyak digunakan adalah metomil, lamda
sihalotrin, dan deltamethrin. Penyakit yang banyak menyerang pada tanaman
jagung adalah bulai. Menurut literatur, penyakit ini disebabkan oleh cendawan
Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P.philippinensis. Gejalanya,
pertumbuhan batang menjadi terhambat, warna menguning, dan sisi bawah daun
terdapat lapisan spora cendawan berwarna putih. Pada tanaman dewasa, terdapat
garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian yang banyak digunakan petani
adalah pergiliran tanaman dan pencabutan tanaman yang terserang, kemudian
dibuang atau dijadikan pakan ternak.
Hama yang banyak menyerang tanaman mentimun adalah hama otengoteng (Aulocophora similis Oliver) dan kutu daun (Aphid gossypii). Hama otengoteng termasuk kedalam family Chrysomelidae. Hama ini merusak dan memakan
daun, sehingga daun menjadi berlubang dan jika serangan cukup berat maka
semua jaringan daun habis dimakan dan tinggal tulang-tulang daunnya. Aphids
menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan daun dari pucuk hingga daun
bagian bawah. Serangan hama ini lebih sporadis dan menyebabkan daun
mengeras, menggulung ke bawah, dan berembun jelaga berwarna hitam yang
dapat menyebabkan proses fotosintesis menjadi terganggu. Pengendalian yang
biasa dilakukan oleh petani responden ialah ketika hama terlihat menyerang,
petani langsung melakukan penyemprotan dengan pestisida. Pestisida yang
banyak digunakan antara lain, beta-cyfluthrin, deltamethrin, dan imidacloprid.
Penyakit yang menyerang tanaman mentimun adalah penyakit embun bulu
(downy mildew). Namun, sebagian besar petani tidak mengetahui penyakit ini.
Menurut literatur, penyakit ini disebabkan oleh Pseudoperonospora cubensis.
Serangan penyakit ini menimbulkan gejala awal berupa bercak kuning yang
berbentuk kotak mengikuti alur tulang daun. Serangannya dimulai dari daun yang
sudah tua. Semakin lama, bercak kuning semakin lebar dan daun mengering.
Hama yang banyak menyerang tanaman ubi jalar adalah penggerek ubi
(Cylas sp.) dan tikus sawah (Rattus argentiventer). Penggerek ini dinilai kurang
merugikan karena berlakunya pergiliran tanaman oleh petani, sehingga dapat
menekan populasi hama tersebut. Menurut Nonci 2005, pengendalian dengan
teknik budidaya meliputi penggantian maupun modifikasi cara bercocok tanam
yang secara langsung atau tidak langsung dapat menurunkan populasi hama
boleng. Cara ini tidak mencemari lingkungan, relatif mudah dilaksanakan, dan
kompatibel dengan pengendalian yang lain. Permasalahan lainnya adalah hama
tikus. Tidak semua tanaman terserang oleh hama ini. Permasalahan yang utama
adalah busuk umbi. Petani menduga hal tersebut dikarenakan adanya perubahan
cuaca yang drastis, sehingga ubi menjadi mudah busuk. Berdasarkan literatur,
penyakit utama ubi jalar adalah cendawan batang dan tangkai tulang daun atau
penyakit kudis yang disebabkan oleh Elsinoe batatas.
Hubungan antara usia, pendidikan, pengalaman usaha tani, keanggotaan
gapoktan, dan keikutsertaan petani dalam SLPHT, menunjukkan bahwa
pengetahuan petani berasosiasi dengan tingkat pendidikan dan SLPHT. Sikap
petani berasosiasi dengan tingkat pendidikan, keanggotaan gapoktan, dan SLPHT.

14

Sedangkan tindakan petani berasosiasi dengan tingkat pengalaman usaha tani
(Nazirah 2011).
Menurut Sulistiyono 2002, Pada petani SLPHT, pengetahuan yang dimiliki
tentang pestisida berpengaruh nyata terhadap penentuan sikap dalam penggunaan
pestisida, sedangkan pada petani Non SLPHT terjadi sebaliknya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Pengetahuan, sikap, dan tindakan petani di Desa Bantar Kambing dan Desa
Pasir Gaok dalam pengelolaan hama dan penyakit dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dan pengalaman petani dalam bertani. Selain itu, keberadaan SLPHT
dan keikutsertaan petani dalam SLPHT di kedua desa tersebut sangat
mempengaruhi pengelolaan hama dan penyakit tanaman yang dilakukan oleh
petani. Namun hingga saat ini petani di kedua desa tersebut masih mengandalkan
pestisida kimia dalam pengelolaan hama dan penyakit tanamannya.

Saran
Berdasarkan metode dan hasil penelitian ini perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut untuk dapat mengetahui pengaruh keberadaan SLPHT dan
keikutsertaan petani dalam SLPHT di kedua desa tersebut terhadap pengelolaan
hama dan penyakit di pertanaman mereka. Selain itu perlu dilakukan penelitian
terhadap penggunaan pestisida dalam pengelolaan hama dan penyakit dengan
adanya pengendalian hama dan penyakit selain menggunakan pestisida.

DAFTAR PUSTAKA
Khumaini MA. 2013. Petani Karawang pilih tanam palawija selama kemarau
[Internet]. Bogor (ID): Antara Bogor; [diunduh 2013 Sept 27]. Tersedia
pada:
http://bogor.antaranews.com/berita/6060/petani-karawang-pilihtanam-palawija-selama-kemarau.
Nazirah L. 2011. Pengetahuan, sikap, dan tindakan petani dalam pengelolaan
hama dan penyakit pepaya di Kecamatan Rancabungur, Bogor [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nonci N. 2005. Bioekologi dan pengendalian kumbang Cylas formicarius
Fabricus (Coleoptera) (Curculionidae). J Litbang Pert. 24 (2): 63-69.
Oka IN. 1995.Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Prabowo DP. 2009. Survei Hama dan Penyakit pada Pertanaman Mentimun
(Cucumis sativus L.) di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Purwanto H. 1998. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta
(ID): EGC.
Samadi B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta (ID): Penerbit
Kanisisus.
Sarwono SW. 1999. Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Terapan. Jakarta
(ID): Balai Pustaka.
Sulistiyono L. 2002. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Bawang Merah
Dalam Penggunaan Pestisida, Nganjuk [Tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Sumarwan U. 2005. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Jakarta (ID): PT. Ghalia Indonesia dengan MMA-IPB.
Untung K. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.
Untung K. 2007. Kebijakan Perlindungan Tanaman. Yogyakarta (ID): Gadjah
Mada University Press.
Yusuf. 2013. Petani padi piih tanam palawija [Internet]. Bogor (ID): Jurnal Bogor;
[diunduh 2013 Sept 27]. Tersedia pada: http://jurnalbogor.co/?p=
3092#more-3092

17

LAMPIRAN

18

Quesioner

I.

Karakteristik petani
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Alamat :
4. Umur : A. < 20th
B. 21-30
C. 30 th ke atas
5. Pendidikan
: A. SD
B. SMP
C. SMA
D. PT E.
Tidak tamat SD
6. Pernah mengikuti SLPHT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama
Terpadu) : A. Ya
B. Tidak
7. Dari mana anda mendapatkan informasi tentang SLPHT :
A.
Buku
B.
Pengalaman orang lain
C.
Majalah/koran
D.
Televisi/radio
E.
Lainnya...
8. Apakah saat ini tergabung di dalam kelompok tani? A. Ya B. Tidak
Nama Kelompok tani:
9. Pengalaman bertani ...... :
10. Bekerja sebagai petani : A. Pemilik B. Penggarap C. Pemilik dan
penggarap
11. Total Kepemilikan Lahan (luas) :
II.
Keadaan Umum
A. Lahan
12. Lokasi lahan :
13. Komoditas
:
14. Status kepemilikan lahan
: A. Lahan sendiri
B. Lahan sewaan
15. Luas lahan
:
16. Cara penanaman
:
17. Pemeliharaan :
a.
Pemupukan
:
b.
Penyiangan
:
18. Umur tanaman :
19. Jarak tanam :
20. Pemakaian pestisida :
Ya B. Tidak
Ya:
-Nama pestisida yang digunakan:
- Jenis Pestisida (satu jenis atau campur)
:
-Cara perolehan pestisida
:
-Dosis dan frekuensi :
21. Bagaimana mengatasi hama dan penyakit pada tanaman ..... di lahan anda:
A.
Disemprot dengan pestisida
B.
Langsung dibunuh

19

C.
Menggunakan perangkap
D.
Dibiarkan saja
E.
Lainnya...
B. Produksi
22. Hasil panen/produksi (per 1 kali panen)
:
23. Jumlah Panen /tahun :
24. Penjualan hasil panen (harga jual dan tempat penjualan)
:
25. Sudah berapa kali melakukan Pemanenan :
III.
Permasalahan Hama dan Penyakit :
26. Hama dan penyakit yang ditemukan :
Hama:
Penyakit:
27. Masalah hama dan penyakit yang paling sering ditemukan, waktu
kejadian, dan kerusakan yang ditimbulkan :
28. Kerugian yang ditimbulkan akibat hama dan penyakit tersebut
:
IV.
Sikap Petani Dalam Menggunakan Pestisida :
29. Pestisida efektif untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman?
A.
Tidak setuju
C. Ragu-ragu
B.
Kurang setuju
D. Setuju
E. Sangat
setuju
30. Pestisida adalah barang yang membahayakan bagi lingkungan dan
pengguna/petani?
Tidak setuju
C. Ragu-ragu
Kurang setuju
D. Setuju
E. Sangat setuju
31. Apakah anda setuju bahwa penggunaan pestisida dapat menjadi solusi
yang efektif dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman?
Tidak setuju
C. Ragu-ragu
Kurang setuju
D. Setuju
E. Sangat setuju
32. Pestisida merupakan pilihan utama dalam mengendalikan hama dan
penyakit tanaman?
Tidak setuju
C. Ragu-ragu
Kurang setuju
D. Setuju
E. Sangat setuju
33. Selain menggunakan pestisida, apakah anda menggunakan cara lain?
A.
Ya
B. Tidak
V.

Pengetahuan Tentang Pengendalian Hama Penyakit Terpadu dan
Pengendalian Hayati
34. Apakah anda mengetahui pengertian pengendalian hama dan penyakit
terpadu:
A.
Ya
B. Tidak
35. Apakah anda mengethui bentuk-bentuk/ cara melakukan pengendalian
hama dan penyakit terpadu :
Ya
B. Tidak
36. Bentuk pengendalian hama dan penyakit terpadu pada tanaman sayuran
yang sering anda lakukan
37. Kegiatan/cara pengendalian hama dan penyakit terpadu selalu anda
lakukan dalam mengatasi permasalahan hama dan penyakit di
lahan anda:

20

Ya
B. Tidak
38. Kegiatan pengendalian hama terpadu merupakan suatu cara yang baik dan
efisien dalam mengatasi permasalahan hama dan penyakit:
Ya
B. Tidak
YA : Aplikasi PHT untuk tanaman .... yang baik itu seperti apa?
39. Apakah anda mengetahui pengertian pengendalian hayati / musuh alami:
Ya
B. Tidak
YA:
Parasitoid :
Predator :
Patogen :
40. Dari mana anda mendapatkan informasi tentang pengendalian hama dan
penyakit terpadu dan pengendalian hayati:
A.
Buku
B.
Pengalaman orang lain
C.
Majalah/Koran
D.
Televeisi/Radio
E.
Lainnya...

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 27 Juli 1989, sebagai anak
ketiga dari lima bersaudara pasangan Bapak Husein Siregar dan Alm. Ibu Nenah
Rosanah. Tahun 2008 penulis lulus SMA Negeri 9 Bandung dan pada tahun yang
sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI).