Sitotoksisitas Fraksi Teraktif Kemedangan Pohon Penghasil Gaharu Jenis Aquilaria microcarpa pada Sel Kanker Payudara MCF-7.

SITOTOKSISITAS FRAKSI TERAKTIF KEMEDANGAN POHON
PENGHASIL GAHARU JENIS Aquilaria microcarpa
PADA SEL KANKER PAYUDARA MCF-7

HANNA SEFTIANA

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sitotoksisitas Fraksi
Teraktif Kemedangan Pohon Penghasil Gaharu Jenis Aquilaria microcarpa pada
Kanker Payudara MCF-7 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015
Hanna Seftiana
NIM G44110072

ABSTRAK
HANNA SEFTIANA. Sitotoksisitas Fraksi Teraktif Kemedangan Pohon
Penghasil Gaharu Jenis Aquilaria microcarpa pada Sel Kanker Payudara MCF-7.
Dibimbing oleh DUDI TOHIR dan ERDY SANTOSO.
Gaharu mengandung senyawa metabolit sekunder dan secara tradisional
dimanfaatkan sebagai obat antikanker. Penelitian ini bertujuan menentukan
sitotoksisitas fraksi kemendangan pohon penghasil gaharu jenis Aquilaria
microcarpa. Sampel dimaserasi menggunakan pelarut etil asetat untuk
mengambil senyawa semipolar. Ekstrak difraksionasi menggunakan
kromatografi kolom menghasilkan 15 fraksi. Penapisan menggunakan uji
letalitas larva udang menunjukkan fraksi 6, 11, 12, dan 13 bersifat toksik.
Sitotoksisitas ekstrak kasar etil asetat, 2 fraksi dengan LC50 terendah, yaitu fraksi
11 dan 13, serta doksorubisin sebagai kontrol positif diujikan pada sel lestari

MCF-7. Dihasilkan nilai IC50 berturut-turut 0.81, 1.07, 3.44, dan 0.49 µg/mL.
Berdasarkan hasil ini, kedua fraksi yang diuji memiliki aktivitas sitotoksik dan
berpotensi antikanker. Kedua fraksi masih berupa campuran senyawa, maka
diperlukan fraksionasi lebih lanjut untuk mendapatkan senyawa murni yang
lebih aktif sebagai antikanker daripada doksorubisin.
Kata kunci: antikanker, fraksionasi, kemedangan, sitotoksisitas

ABSTRACT
HANNA SEFTIANA. Cytotoxicity of The Most Active Fraction from a
Kemedangan of Aquilaria microcarpa Agarwood-Producing Trees against
MCF-7 Breast Cancer Cell. Supervised by DUDI TOHIR dan ERDY
SANTOSO.
Agarwood contain secondary metabolites that are traditionally used as an
anticancer drug. This study aimed to determine cytotoxicity fraction from a
kemedangan of Aquilaria microcarpa agarwood-producing tree. The sample was
macerated in ethyl acetate to take the semipolar compounds. The extract was
then fractionated by column chromatography and gave 15 fractions. The brine
shrimp lethality test showed fractions 6, 11, 12, and 13 are toxic. Cytotoxicity of
the ethyl acetate crude extract, 2 fractions with the lowest LC50, namely fraction
11 and 13, and doxorubisin as the positive control were tested against the MCf7 breast cancer cells. The IC50 values ware 0.81, 1.07, 3.44, and 0.49 µg/mL.

Based on these results, both fractions are toxic and potentiall as breast
anticancer. Both fractions still contain mixture of componds and need futher
fractionation to obtain a pure compound which may be more active than
doxorubisin.
Keywords: anticancer, cytotoxicity, fractionation, Kemedangan

SITOTOKSISITAS FRAKSI TERAKTIF KEMEDANGAN POHON
PENGHASIL GAHARU JENIS Aquilaria microcarpa
PADA SEL KANKER PAYUDARA MCF-7

HANNA SEFTIANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul Sitotoksisitas Fraksi
Teraktif Kemedangan Pohon Penghasil Gaharu Jenis Aquilaria microcarpa pada
Sel Kanker Payudara MCF-7 berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini dilaksanakan
pada bulan Desember 2014−Mei 2015 di Laboratorium Kimia Organik,
Departemen Kimia dan Pusat Studi Satwa Primata, IPB.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs Dudi Tohir, MS dan Dr
Erdy Santoso, MS atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan, Bapak Sabur,
Ibu Yenni, dan Ibu Nia atas segala motivasi, nasihat, dan pembelajaran selama di
laboratorium. Ungkapan terima kasih yang teramat dalam penulis ucapkan kepada
kedua orang tua dan seluruh keluarga yang senantiasa mendoakan dan mendukung
penulis. Selain itu, terima kasih penulis sampaikan kepada Dyra, keluarga Kimia
Organik dan keluarga besar Kimia angkatan 48 yang telah banyak membantu
penulis.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan penulis pada khususnya.
Bogor, Agustus 2015
Hanna Seftiana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1


METODE

2

Waktu dan Tempat

2

Bahan dan Alat

2

Preparasi Sampel

2

Penentuan Kadar Air

2


Ekstraksi

3

Uji Fitokimia

3

Penentuan Eluen Terbaik

4

Fraksionasi Ekstrak Etil Asetat dengan Kromatografi Kolom

4

Uji Toksisitas Terhadap Larva Udang A. salina (BSLT)

4


Uji Sitotoksisitas dengan Metode MTT

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kadar Air dan Hasil Ekstraksi

5

Fitokimia Ekstrak Etil Asetat

6

Fraksi Ekstrak Etil Asetat

6


Toksisitas Ekstrak Etil Asetat dan Fraksi-fraksi Hasil Kromatografi
Kolom

9

Sitotoksisitas Ekstrak Etil Asetat dan Fraksi-fraksi Hasil Kromatografi
Kolom
SIMPULAN DAN SARAN

10
12

Simpulan

12

Saran

12


DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

28

DAFTAR TABEL
1 Rendemen ekstrak etil asetat
2 Nilai Rf ekstrak etil asetat pada beberapa eluen tunggal di bawah sinar UV
pada 254 dan 366 nm
3 Nilai Rf ekstrak etil asetat pada berbagai nisbah eluen n-heksana:etil asetat
di bawah sinar UV pada 254 dan 366 nm


6
7
8

DAFTAR GAMBAR
1 Kemedangan A. microcarpa
2 Profil noda pencarian eluen terbaik ekstrak etil asetat eluen aseton (A), etil
asetat (B), diklorometana (C), metanol (D), dan n-heksana (E) di bawah
sinar UV pada 254 dan 366 nm
3 Profil noda pencarian eluen terbaik ekstrak etil asetat campuran n-heksanaetil asetat dengan nisbah 9:1 sampai 1:9 di bawah sinar UV pada 254 dan
366 nm
4 Kromatogram 15 fraksi etil asetat
5 LC50 ekstrak etil asetat dan hasil fraksionasi
6 Reaksi pembentukan formazan
7 IC50 ekstrak etil asetat, fraksi 11, fraksi 13, dan doksorubisin pada sel
kanker payudara MCF-7

6

7

8
9
10
11
11

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Bagan alir penelitian
Kadar air simplisia
Hasil uji fitokimia ekstrak etil asetat
Rendemen dan Rf hasil fraksionasi menggunakan kromatografi kolom
Toksisitas hasil fraksionasi ekstrak etil asetat
Hasil uji sitotoksisitas ekstrak etil asetat, fraksi 11, dan fraksi 13 terhadap
sel kaker payudara MCF-7
7 Hasil uji sitotoksisitas doksorubisin pada sel kanker payudara MCF-7
8 Profil mikroskopik penghambatan sel kanker payudara MCF-7 kontrol
negatif (A), ekstrak etil asetat (B), fraksi 11 (C), fraksi 13 (D), dan kontrol
positif doksorubisin (E)

15
16
16
17
17
22
24

25

PENDAHULUAN
Pohon penghasil gaharu berasal dari famili Thymelaeceae dengan genus
Aquilaria dan Gyrinops (Tarigan 2004), disebut juga agarwood, eaglewood, atau
karas (Novriyanti 2009). Gaharu merupakan hasil hutan bukan kayu berupa resin
aromatik yang memiliki harga jual yang tinggi (Bhuiyan et al. 2009).
Pembentukan gaharu terjadi melalui proses kimia dan fisika akibat respons
terhadap infeksi jamur pada pohon penghasil gaharu. Gaharu berbentuk padat,
berwarna cokelat kehitaman sampai hitam, berbau harum, dan biasanya terdapat
pada bagian kayu atau akar. Warna cokelat kehitaman dihasilkan dari akumulasi
senyawa metabolit sekunder yang terbentuk pada pohon penghasil gaharu di
bagian gubal (Santoso et al. 2007). Kemedangan gaharu sendiri adalah kayu dari
pohon penghasil gaharu yang berwarna putih keabu-abuan hingga kecokelatan dan
memiliki kandungan damar wangi serta aroma yang lemah.
Gaharu mengandung senyawa metabolit sekunder yang digunakan sebagai
pertahanan diri dari serangan luar. Senyawa metabolit sekunder yang terkandung
pada gaharu meliputi kelompok seskuiterpena (Novriyanti 2008) dengan
komponen utama berupa furanoid seskuiterpena (α-agarofuran, (−)-10-epi-βagarospirol) (Burfield 2005), steroid (Annas 2014), flavonoid, alkaloid, fenolik
(Ramadhan 2013; Annas 2014), dan triterpenoid (Ramadhan 2013). Menurut
Muntaqo (2012), senyawa penciri pada gaharu adalah seskuiterpena. Kandungan
metabolit sekunder pada gaharu secara tradisional dimanfaatkan sebagai obat
penenang, obat pencernaan, penahan rasa sakit (Yagura et al. 2005), obat
antikanker, obat malaria, stimulasi kerja syaraf, dan obat sakit perut (Mega dan
Swastini 2010).
Ekstrak etil asetat kemedangan Aquilaria microcarpa memiliki konsetrasi
mematikan 50% (LC50) sebesar 18.77 ppm sehingga dimungkinkan memiliki
konsentrasi penghambatan 50% (lC50) yang baik pula dan berpotensi menghambat
sel kanker (Sari 2013). Menurut American Cancer Society (2011), suatu bahan
atau ekstrak memiliki aktivitas antikanker apabila nilai LC50 kurang dari 30
g/mL. Kanker merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit jantung
dan di Indonesia sendiri diperkirakan setiap tahun terdapat 100 penderita kanker
baru dari 100 ribu penduduk (Sukardiman et al. 2006). WHO (2014) melaporkan
bahwa pada tahun 2012, kanker payudara di wilayah Asia Tenggara merupakan
penyebab kematian ketiga setelah kanker paru-paru dan kanker mulut. Pengobatan
kanker secara medis yang selama ini umumnya dilakukan adalah melalui
pembedahan (operasi), penyinaran (radiasi), dan terapi kimia (kemoterapi).
Kemoterapi bertujuan merusak secara selektif sel kanker tanpa menganggu
sel normal. Namun, pengobatan dengan metode ini sangat mahal, memiliki efek
samping, dan belum menjamin kesembuhan. Antikanker ideal seharusnya
mematikan sel kanker tanpa merusak jaringan normal (Astuti et al. 2006).
Pengobatan melalui proses kemoterapi menggunakan bahan bioaktif hasil isolasi
bahan alam saat ini terus dikembangkan karena lebih murah bahannya, mudah
diperoleh, dan diharapkan mengurangi efek samping. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan menentukan sitotoksisitas fraksi teraktif dari ekstrak kemedangan
pohon penghasil gaharu jenis A. microcarpa pada sel kanker payudara MCF-7
menggunakan uji microculture tetrazolium technique (MTT).

2

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014−Mei 2015 mengikuti
diagram alir (Lampiran 1) di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia,
Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Laboratorium Mikrobiologi, Pusat Studi Studi
Satwa Primata (PSSP) IPB, Bogor.

Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain kemedangan
gaharu jenis A. microcarpa yang diambil dari Kawasan Hutan dengan Tujuan
Khusus (KHDTK) Carita, Banten, akuades, n-heksana, etil asetat, metanol, air laut,
larva udang Artemia salina Leach, HCl pekat, n-amil alkohol, aseton,
diklorometana, pereaksi Lieberman-Buchard, kloroform-amonia, H2SO4 2 M,
pereaksi Mayer, Dragendorf, Wagner, serbuk Mg, pereaksi FeCl3 1%, NaOH 10%,
dimetil sulfoksida (DMSO), pelat silika gel 60 GF254, silika gel 60 (0.040−0.063
mm), sel lestari kanker payudara MCF-7 koleksi PSSP IPB, doksorubisin, etanol
96%, media Rosewell Park Memorial Institute (RPMI), dan 3-(4,5-dimetiltiazol2-il)2,5- difeniltetrazolium bromida (MTT). Alat yang digunakan antara lain alatalat kaca, neraca analitik, penguap putar, radas distilasi, kolom kromatografi,
lampu ultraviolet (UV), pelat tetes, mikropipet dan tip, aerator, serta seperangkat
alat uji antikanker termasuk spektrofotometer ELISA microplate reader dan
inkubator CO2.

Preparasi Sampel
Sampel kemedangan dikeringkan di dalam oven sampai kadar air kurang
dari 10% pada suhu tidak lebih dari 50 °C. Sampel yang telah dikeringkan
kemudian digiling hingga menjadi serbuk berukuran sekitar 60 mesh yang
selanjutnya disebut simplisia.

Penentuan Kadar Air (AOAC 2006)
Bobot awal cawan porselen ditimbang terlebih dahulu kemudian
dikeringkan di dalam oven bersuhu 103 ± 2 °C selama 30 menit. Pengeringan
dilakukan berulang hingga bobot konstan. Sebanyak 1 g simplisia ditimbang
dengan teliti dimasukkan ke dalam cawan porselin dan dikeringkan di dalam oven
pada suhu 103 ± 2 °C selama 3 jam. Setelah 3 jam, cawan porselin dan simplisia
didinginkan dalam eksikator dan ditimbang bobotnya. Pengeringan dan
penimbangan dilakukan berulang hingga diperoleh bobot konstan. Kadar air
simplisia ditentukan dengan rumus

3



Kadar air % = (

Keterangan: A = bobot awal (g)
B = bobot akhir (g)



%

Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi menggunakan pelarut etil
asetat. Nisbah pelarut dengan simplisia adalah 8:1, dimaserasi selama 3 × 24 jam,
kemudian fitrat dipisahkan dari residunya, dan dipekatkan dengan penguap putar
(Sari 2013). Persen rendemennya ditentukan berdasarkan nisbah bobot ekstrak
setelah dipekatkan dengan bobot sampel awal.
Rendemen % =

Keterangan: A = bobot sampel (g)
B = bobot ekstrak (g)
C = kadar air

x



×

%

Uji Fitokimia (Harborne 1987)
Uji Alkaloid
Empat mL larutan campuran kloroform-amonia (1:1) ditambahkan 0.1 g
ekstrak kasar kemudian disaring. Filtrat ditambahkan dengan beberapa tetes
H2SO4 2 M, kemudian dikocok hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan asam tidak
berwarna dibagi ke dalam 3 tabung reaksi untuk ditambahkan pereaksi Mayer,
Wagner, dan Dragendorf ke dalam tabung reaksi berbeda. Uji positif alkaloid
ditandai dengan terbentuknya endapan putih, cokelat, dan merah jingga pada
penambahan setiap pereaksi.
Uji Triterpenoid dan Steroid
Campuran 0.1 g ekstrak kasar dengan 2.5 mL etanol dipanaskan pada suhu
50 °C kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh lalu dipekatkan, lalu dilarutkan
dengan eter. Lapisan eter diteteskan di atas pelat tetes dan dikeringudarakan, lalu
ditetesi pereaksi Lieberman Buchard. Warna merah menunjukkan uji positif
triterpenoid, sedangkan warna hijau atau biru menunjukkan uji positif steroid.
Uji Fenol dan Flavonoid
Sebanyak 0.1 g ekstrak kasar ditambahkan 7 mL air, lalu dididihkan selama
2 menit dan disaring. Sebanyak 2.5 mL filtrat ditambahkan NaOH 10% yang
digunakan untuk uji fenol. Warna merah menunjukkan adanya senyawa fenolik.
Sebanyak 2.5 mL filtrat lalu ditambahkan 0.1 g serbuk Mg, 1 mL HCl pekat, dan

4
1 mL n-amilalkohol lalu dikocok. Terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga
menunjukkan uji positif flavonoid.
Uji Saponin dan Tanin
Lima mL akuades ditambahkan dengan 0,1 g ekstrak kasar lalu dididihkan
selama 5 menit. Larutan kemudian disaring dan dibagi menjadi 2. Uji saponin
dilakukan dengan mendinginkan sebagian filtrat dan dikocok hingga berbusa. Uji
positif saponin ditunjukkan dengan tidak hilangnya busa setelah 10 menit. Uji
tanin dilakukan dengan menambahkan filtrat dengan larutan FeCl3 1%. Warna
biru tua atau hijau kehitaman menandakan uji yang positif.

Penentuan Eluen Terbaik
Pelat KLT jenis silika gel dipotong dengan lebar 1 cm, tinggi 5 cm, dan
garis tepi 0,5 cm. Ekstrak etil asetat yang telah dilarutkan dalam pelarut ekstraksi
ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, pelat tersebut dielusi dalam bejana
berisi eluen tunggal yang telah dijenuhkan. Eluen tunggal yang digunakan terdiri
atas n-heksana, aseton, diklorometana, etil asetat, dan metanol. Elusi dilakukan
hingga eluen mencapai garis batas atas pada pelat, kemudian pelat diangkat dan
dikeringkan. Noda pemisahan diamati di bawah sinar UV pada 254 dan 366 nm.
Eluen campuran yang digunakan, yaitu berbagai nisbah dari n-heksana,
diklorometana, dan etil asetat.
Fraksionasi Ekstrak Etil Asetat dengan Kromatografi Kolom
Sebanyak 300 g silika gel digunakan untuk pemisahan 2.98 g ekstrak pekat
eltil asetat menggunakan kolom kromatografi dengan diameter 5 cm dan tinggi
100 cm. Ekstrak dilarutkan dalam etil asetat, lalu dipisahkan dengan sistem
campuran eluen terbaik dengan kepolaran yang semakin meningkat mulai dari nheksana hingga etil asetat. Eluat dari kolom ditampung setiap 5 mL pada tabung
reaksi dan pola pemisahannya dipantau menggunakan KLT. Noda hasil elusi
diamati di bawah sinar UV pada 254 dan 366 nm. Eluat yang menghasilkan
jumlah dan pola noda yang sama digabungkan menjadi 1 fraksi. Tiap fraksi
dipekatkan menggunakan penguap putar.

Uji Toksisitas terhadap Larva Udang A. salina
Seujung sudip (50−100 mg) telur A. salina dimasukkan ke dalam wadah
berisi air laut yang dialiri udara menggunakan aerator.Telur ditetaskan pada suhu
25−30 °C dan pH 6−7 di bawah pencahayaan lampu agar menetas sempurna.
Larva siap digunakan untuk uji toksisitas setelah berumur 48 jam. Larutan stok
konsentrasi 1000 g/mL dibuat dengan melarutkan ekstrak dengan air laut dan
ditambahkan sedikit DMSO untuk membantu melarutkan ekstrak.
Sebanyak 10 ekor larva A. salina hasil penetasan dimasukkan ke dalam
pelat uji, lalu ditambahkan dengan ekstrak sehingga diperoleh konsentrasi 0, 10,

25, 50, 100, 150, 200, dan 500 g/mL. Setiap konsentrasi diuji 3 kali ulangan.
Persen kematian A. salina diperoleh berdasarkan persamaan berikut:
Kematian larva % = (

. ������ mati sampel − blangko

Jumlah . ������ uji

%

Persen kematian yang diperoleh dikonversi ke dalam nilai probit. Blangko
(0 g/mL) yang digunakan ialah air laut berisi 10 ekor A. salina dengan
penambahan DMSO. Nilai LC50 diperoleh dari persamaan regresi grafik hubungan
logaritma konsentrasi sampel uji dengan nilai probit.

Uji Sitotoksisitas dengan Metode MTT (Zackary 2003)
Pengujian dilakukan pada sel kanker payudara MCF-7. Sel MCF-7
diinokulasi pada pelat 96-sumur dalam media RPMI dengan jumlah media
penumbuh 100 L/sumur yang mengandung 5000 sel/sumur. Sebanyak 100 L
ekstrak aktif dengan konsentrasi 12.5, 25, 50, 100, 200, dan 400 g/mL
ditambahkan pada inokulan, kemudian diinkubasi selama 48 jam dalam inkubator
CO2 5% pada suhu 37 °C. Selanjutnya setiap sumur ditambahkan 100 L MTT
dan diinkubasi kembali selama 4 jam dalam inkubator CO2 5%. Sel hidup akan
bereaksi dengan MTT membentuk formazan yang berwarna biru.
Formazan yang terbentuk dilarutkan dalam etanol 96%. Serapan dibaca
dengan spektrofotometer ELISA microplate reader pada 5λ5 nm. Pengujian
dilakukan dengan 1 blangko media RPMI, 1 kontrol negatif sel kanker payudara
MCF-7, dan 1 kontrol positif doksorubisin. Nilai IC50 diperoleh dari persamaan
regresi grafik hubungan in Konsentrasi sampel uji dengan persen inhibisi. Persen
inhibisi diperoleh melalui persamaan
% penghambatan =



Keterangan: A = Serapan kontrol negatif
B = Serapan sampel

×

%

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air dan Hasil Ekstraksi
Sampel kemedangan A. microcarpa (Gambar 1) yang diperoleh terlebih
dahulu digiling menjadi serbuk berukuran sekitar 60 mesh, hal ini bertujuan
memperbesar luas permukan sampel. Penentuan kadar air digunakan sebagai
faktor koreksi rendemen ekstrak. Kadar air menunjukkan jumlah air yang terikat
secara fisis pada sampel, sehingga dapat diperkirakan banyaknya sampel yang
harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan penelitian. Kadar air pada sampel A.
microcarpa sebesar 2.82% (Lampiran 2). Hasil ini menunjukkan bahwa sampel
dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama. Menurut Winarno (2002), kadar

6
air yang baik adalah kurang dari 10 % sehingga memberikan ketahanan terhadap
mikrob yang baik selama proses penyimpanan.

Gambar 1 Kemedangan A. microcarpa
Simplisia yang telah diketahui kadar airnya diekstraksi secara maserasi
menggunakan pelarut etil asetat. Teknik ekstraksi maserasi lazim digunakan untuk
mengekstraksi jaringan tanaman yang belum diketahui kandungan senyawanya
sehingga mengurangi kemungkinan rusaknya komponen yang bersifat tidak tahan
panas. Kekurangan metode ekstraksi ini adalah banyaknya pelarut yang
dibutuhkan serta waktu yang relatif lama (Harborne 1987). Pelarut etil asetat akan
menarik senyawa semipolar didasarkan pada prinsip kelarutan, yaitu like dissolve
like. Sari (2013) melaporkan bahwa ekstrak etil asetat A. microcarpa memiliki
LC50 sebesar 18.77 µg/mL, sehingga dimungkinkan memiliki lC50 yang baik pula
dan berpotensi menghambat sel kanker.
Rendemen dari ekstrak etil asetat basah dan kering berturut-turut adalah
0.31% dan 0.32% (Tabel 1). Rendemen pada ekstrak etil asetat yang diperoleh
jauh lebih kecil dibandingkan laporan Sari (2013), yaitu sebesar 1.05%. perbedaan
ini dipengaruhi oleh banyaknya kandungan gaharu dalam sampel.
Tabel 1 Rendemen ekstrak etil asetat
Ekstrak
kasar
Etil asetat

Bobot (g)
Rendemen (%)
Sampel Ekstrak Basah
Kering
1000.00 3.0931
0.31
0.32

Fitokimia Ekstrak Etil Asetat
Analisis fitokimia adalah salah satu cara mengetahui kandungan metabolit
sekunder pada suatu sampel tumbuhan. Analisis fitokimia dilakukan
menggunakan prosedur Harborne (1987). Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa
ekstrak etil asetat A. microcarpa mengandung senyawa fenolik, flavonoid, steroid,
triterpenoid, dan alkaloid serta tidak teridentifikasi mengandung saponin
(Lampiran 3). Menurut Lisdawati dan Broto (2006), senyawa yang terbukti
memiliki aktivitas antikanker adalah golongan alkaloid, terpenoid, xanton,
flavonoid, dan kumarin. Berdasarkan hal tersebut uji potensi antikanker ekstrak
etil asetat dapat dilakukan. Faktor umum yang dapat mempengaruhi uji fitokimia
antara lain perbedaan tempat tumbuh dan iklim yang menyebabkan tidak

7
meratanya proses metabolisme sehingga metabolit sekunder tidak tersebar merata
(Sari 2013).

Fraksi Ekstrak Etil Asetat
Fraksionasi adalah proses pemisahan senyawa-senyawa dalam suatu ekstrak
menjadi fraksi-fraksi berdasarkan kepolarannya (Harvey 2000). Suatu teknik
pemisahan yang umum digunakan ialah kromatografi. Kromatografi merupakan
suatu teknik pemisahan berdasarkan distribusi antara fase gerak dan fase diam
(Harvey 2000). Beberapa metode kromatografi yang umum digunakan adalah
KLT, kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi gas, dan
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Fraksionasi dilakukan menggunakan
campuran eluen terbaik.
Eluen terbaik untuk ekstrak etil asetat A. microcarpa dipilih menggunakan
teknik KLT dengan fase diam silika gel dan fase gerak (eluen) metanol,
diklorometana, n-heksana, aseton, dan etil asetat. Campuran eluen terbaik
ditentukan berdasarkan jumlah noda dan keterpisahannya. Menurut Suirta et al.
(2007), eluen yang baik mampu memisahkan noda dalam jumlah banyak dan jarak
yang berjauhan.
Hasil KLT (Gambar 2) menunjukkan bahwa eluen etil asetat dan
diklorometana dapat menghasilkan jumlah noda yang lebih banyak dibandingkan
eluen lain. Sedangkan, eluen n-heksana dapat menahan pergerakan pemisahan
sampel sehingga hanya sedikit noda yang dihasilkan (Tabel 2). Berdasarkan hal
tersebut dipilihlah ketiga eluen tersebut untuk dikombinasikan guna mendapatkan
eluen terbaik yang dapat memisahkan dengan jumlah yang banyak dan terpisah
dengan baik di bawah sinar pada UV 254 dan 366 nm.

A

B

C

D

E

Gambar 2 Profil noda pencarian eluen terbaik ekstrak etil asetat eluen aseton (A),
etil asetat (B), diklorometana (C), metanol (D), dan n-heksana (E) di
bawah sinar UV pada 254 dan 366 nm
Tabel 2 Nilai Rf ekstrak etil asetat pada beberapa eluen tunggal di bawah sinar
UV pada 254 dan 366 nm
Eluen
Aseton
Etil asetat
Diklorometana
Metanol
n-Heksana

Rf
0.20, 0.70
0.12, 015, 0.25, 0.32, 0.51, 0.52, 0.65, 0.75, 0.82, 0.89
0.05, 0.14, 0.18, 0.32, 0.39, 0.47, 0.54, 0.62, 0.67, 0.88, 0.96
0.02, 0.33, 0.61, 0.71, 0.83
0.04, 0.27, 0.70

8

Eluen-eluen tersebut kemudian dikombinasikan dengan berbagai nisbah
termasuk menggunakan simplex centroid designs (SCD) tetapi, tidak didapatkan
pemisahan yang baik. Eluen n-heksana−etil asetat dibuat dengan berbagai
komposisi (9:1 hingga 1:9) untuk mendapatkan komposisi yang menghasilkan
pemisahan terbaik (Gambar 3). Tabel 3 menunjukkan eluen n-heksana-etil asetat
dengan nisbah 7:3 menghasilkan noda paling banyak dan terpisah dengan baik
dibandingkan nisbah eluen lain, maka eluen ini dipilih sebagai campuran eluen
terbaik.

A

B

C

D

E

F

G

H

I

Gambar 3 Profil noda pencarian eluen terbaik ekstrak etil asetat menggunakan
campuran n-heksana-etil asetat dengan nisbah 9:1 sampai 1:9 (A-I)
di bawah sinar UV pada 254 dan 366 nm

Tabel 3 Nilai Rf ekstrak etil asetat pada berbagai nisbah eluen n-heksana:etil
asetat di bawah sinar UV pada 254 dan 366 nm
Eluen (n-heksana:etil asetat)
1:9
2:8
3:7
4:6
5:5
6:4
7:3
8:2
9:1

Rf
0.32, 0.68, 0.82
0.11, 0.53
0.23, 0.57, 0.72, 0.82, 0.92
0.38, 0.65, 0.75, 0.86, 0.9130
0.50, 0.80, 0.91
0.41, 0.71, 0.80, 0.92
0.10, 0.21, 0.41, 0.58, 0.77, 0.83, 0.91
0.59, 0.26, 0.36, 0.50, 0.72, 0.80
0.11

Fraksionasi ekstrak etil asetat dilakukan menggunakan sistem elusi step
gradien dan menghasilkan 15 fraksi dengan nilai Rf yang berbeda (Lampiran 4).
Terlihat pada Gambar 4 bahwa belum ada fraksi yang mengandung senyawa
murni, semuanya masih berupa campuran. Semua fraksi tersebut selanjutnya diuji
toksisitasnya.

9

Gambar 4 Kromatogram 15 fraksi ekstrak etil asetat

Toksisitas Ekstrak Etil Asetat dan Fraksi-fraksi Hasil Kromatografi Kolom
Uji toksisitas menggunakan larva udang atau lebih dikenal sebagai uji
letalitas larva udang (BSLT) lazim digunakan untuk mendeteksi senyawa yang
memiliki toksisitas. Toksisitas dinyatakan dengan menggunakan nilai LC50, yaitu
konsentrasi yang dibutuhkan untuk membunuh 50% populasi hewan uji. Uji
toksisitas ini memiliki spektrum farmakologi yang luas, dengan prosedur yang
dapat dipercaya, cepat, dan tidak memerlukan biaya besar (Mclaughlin et al.
1998). Metode ini sering digunakan terkait dengan identifikasi senyawa
antikanker dari tumbuhan.
Beberapa faktor yang memengaruhi ketepatan uji aktivitas ini adalah
konsentrasi ekstrak uji yang konstan selama pengujian, penambahan DMSO
sebagai pelarut ekstrak, serta ketepatan dan ketelitian dalam menghitung jumlah
larva awal dan akhir sehingga dapat memberikan nilai ketepatan uji yang tinggi
(Septina 2005). Senyawa kimia dikatakan aktif dan bersifat toksik bila memiliki
nilai LC50 kurang dari 1000 ppm yang didapat dari persamaan garis hubungan
antara logaritma konsentrasi dan nilai probit (Meyer et al. 1982).
Uji toksisitas dilakukan pada ekstrak etil asetat dan 15 fraksi hasil
fraksionasi. Larva udang yang digunakan berumur 48 jam, karena pada kondisi ini
daya tahan yang dimiliki terhadap lingkungan paling rendah. Apabila lebih dari 48
jam, faktor lain dapat ikut berpengaruh seperti kandungan oksigen, kebutuhan
nutrisi, dan cahaya. Terdapat 2 cara yang menyebabkan kematian larva udang,
yaitu melalui inhalasi dan difusi. Inhalasi merupakan masuknya zat yang bersifat
toksik ke dalam tubuh larva udang melalui pernapasan, sedangkan difusi terjadi
melalui jaringan tipis kulit larva (Sukardiman et al. 2004)
Jumlah larva udang yang mati ditunjukkan pada Lampiran 5. Ekstrak etil
asetat memiliki nilai LC50 sebesar 7.6 µg/mL nilai ini lebih rendah daripada yang
dilaporkan Sari (2013), yaitu sebesar 18.77 µg/mL. Perbedaan nilai LC50 ini
mungkin akibat perbedaan letak pengambilan sampel, iklim, dan umur sampel.
Nilai LC50 untuk 15 fraksi menunjukkan nilai yang sangat beragam (Gambar 5,
Lampiran 5). Hal ini memperlihatkan bahwa metode fraksionasi dapat
memisahkan senyawa dengan cukup baik, sehingga ada fraksi yang memiliki
toksisitas yang sangat tinggi, yaitu fraksi 11 dengan nilai LC50 sebesar 3.42 µg/mL
sampai yang paling rendah, yaitu fraksi 1 dengan nilai LC50 sebesar 483.24 µg/mL
walaupun kromatogram belum menunjukkan adanya senyawa murni.

10
Menurut American Cancer Society (2011) suatu bahan atau ekstrak
memiliki aktivitas antikanker apabila nilai LC50-nya kurang dari 30 µg/mL.
Berdasarkan acuan tersebut ekstrak etil asetat dan sebanyak 4 fraksi, yaitu fraksi 6,
11, 12, dan 13 dengan nilai LC50 berturut-turut 27.99, 3.42, 7.33, dan 7.12 µg/mL
merupakan ekstrak teraktif yang diduga memiliki potensi antikanker dan mungkin
memiliki nilai IC50 yang baik pula.
600

LC50 (µg/mL)

500
400
300
200
100
0

Gambar 5 LC50 ekstrak etil asetat dan hasil fraksionasi

Sitotoksisitas Ekstrak Etil Asetat dan Fraksi-fraksi Hasil Kromatografi
Kolom
Kanker adalah suatu kondisi ketika sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan atau proliferasi yang
tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Obat antikanker yang ideal akan lebih
cepat membunuh sel kanker tanpa membahayakan jaringan normal. Pada
penelitian ini, uji aktivitas antikanker dilakukan terhadap sel kanker payudara
MCF-7 untuk mengetahui potensi penghambatan pertumbuhan sel dengan
menggunakan 2 fraksi teraktif yang memiliki rendemen paling besar, yaitu fraksi
11 dan 13(Lampiran 4), ekstrak etil asetat, dan doksorubisin sebagai kontrol
positif. Sel MCF-7 merupakan sel kanker payudara yang berasal dari sel epitel
duktus payudara (Kumala et al. 2009). Sel tersebut ditumbuhkan pada media RPMI1640 yang mengandung Fetal bovine serum (FBS) 5% dan antibiotik Penicillin
streptomycin (PS) 1%. Kultur sel diinkubasi pada suhu 37 °C dalam inkubator CO2
5% untuk menjaga suhu dan pH fisiologis sel (Rachmani et al. 2012).
Metode MTT lazim digunakan untuk pengujian sitotoksisitas. Teknik ini
menggunakan garam tetrazolium yang berwarna kuning menjadi formazan yang
berwarna ungu dalam suatu metabolisme yang melibatkan enzim suksinat
dehidrogenase, pada sel hidup di dalam mitokondria sel (Gambar 6). Reaksi
pembentukan formazan dihentikan menggunakan larutan etanol 96% yang akan
mendenaturasi struktur 3 dimensi protein menjadi unit polipeptida. Intensitas

11
warna yang dihasilkan kemudian dianalisis menggunakan ELISA reader pada
595 nm.

Kuning
Ungu
Gambar 6 Reaksi pembentukan formazan
Hasil uji sitotoksisitas menunjukkan bahwa persen inhibisi sampel terhadap
proliferasi MCF-7 berbanding lurus dengan meningkatnya konsentrasi larutan uji
(Lampiran 6). Fraksi 11 dan 13 memiliki nilai IC50 yang lebih kecil dibandingkan
dengan ekstrak etil asetat terhadap sel MCF-7 (Gambar 7), nilai ini menunjukkan
bahwa fraksionasi yang telah dilakukan dapat memperbaiki kemurnian dan nilai
IC50-nya. Kontrol positif doksorubisin memiliki IC50 lebih kecil dibandingkan
dengan ketiga sampel yang diujikan (Lampiran 7). Perbandingan morfologi
sampel dengan berbagai konsentrasi ditunjukan pada Lampiran 8.
4.0

IC50 (µg/mL)

3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
Ekstrak etil asetat

F11

F13

Doksorubisin

Gambar 7 IC50 ekstrak etil asetat, fraksi 11, fraksi 13, dan doksorubisin terhadap
sel kanker payudara MCF-7
Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antikanker tersebut, fraksi 11 dan 13
memiliki IC50 tidak jauh berbeda. Hal ini terjadi karena proses pemisahan belum
dapat memisahkan senyawa dengan sempurna sehingga masih terdapat komponen
aktif yang sama. Kedua fraksi tersebut masih memiliki nilai Rf yang sama.
merujuk pada ACS (2011) semua sampel yang diujikan berpotensi sebagai
antikanker karena memiliki IC50 kurang dari 30 µg/mL. Walaupun demikian hasil
yang diperoleh belum sebaik kontrol positif doksorubisin pada sel kanker

12
payudara MCF-7. Nilai IC50 hasil uji sitotoksisitas menunjukkan pula hubungan
searah antara uji toksisitas BSLT dan uji sitotoksisitas MTT.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etil asetat kemedangan A. microcarpa bersifat toksik terhadap larva
A. salina dengan LC50 sebesar 7.61 µg/mL. Fraksionasi ekstrak tersebut
menggunakan kromatografi kolom menghasilkan 15 fraksi (F1−F15). Fraksi
paling toksik ditunjukan oleh fraksi 11 dengan nilai LC50 sebesar 3.42 µg/mL. Uji
sitotoksisitas pada ekstrak etil asetat, fraksi 11, dan 13 juga menunjukan
sitotoksisitas tertinggi pada fraksi 11. Potensi antikanker pada sel kanker payudara
MCF-7 terlihat pada ekstrak etil asetat, fraksi 11, dan fraksi 13 dengan IC50
masing-masing 3.44, 0.81, dan 1.07 µg/mL. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
fraksi kemedangan pohon penghasil gaharu jenis A. microcarpa bersifat
sitotoksik dan mampu menghambat pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7.
Saran
Perlu adanya pengujian sitotoksik pada sel normal (sel Vero) sehingga dapat
diperoleh konsentrasi sampel uji yang tepat untuk sel kanker tanpa merusak sel
normal. Selain itu, diperlukan pemisahan lebih lanjut menggunakan kromatografi
cair kinerja tinggi (KCKT) preparatif untuk memperoleh senyawa murni.

DAFTAR PUSTAKA
[ACS] American Cancer Society. 2011. Breast Cancer Facts and Figures 20112012. Atlanta (US): ACS. Tersedia pada: http://www.cancer.org/acs/groups
/content/@epidemiologysurveilance/documents/document/acspc027765.pdf
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2006. Official Methods of
Analysis. Ed ke-18. Washington DC (US): AOAC.
Annas D. 2014. Fraksionasi ekstrak kemedangan gaharu Aquilaria microcarpa
hasil inokulasi berpotensi antioksidan [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Astuti E, Pranowo D, Puspitasari SD. 2006. Uji sitotoksisitas ekstrak daging dan
biji buah Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl terhadap sel mononuklir
normal perifer manusia. Indones. J. Chem. 6(2),212–218.
Burfield T. 2005. Agarwood chemistry [Internet]. [diacu 2014 Sept 14]. Tersedia
pada: http://www.cropwatch.org/agarchem.htm.
Bhuiyan MNI, Begum J, Bhuiyan MNH. 2009. Analysis of essential oil of
eaglewood tree (Aquilaria agallocha Roxb.) by gas chromatography mass
spectrometry. Bangladesh J Pharmacol. 4:24-28. doi: 10.3329/bjp.v4i1.851.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia: Penentuan Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah. Bandung (ID): Institut
Teknologi Bandung. Terjemahan dari: Phytochemical Methods.
Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York (US): McGraw Hill.
Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of
Natural Extract. London (GB): Chapman and Hall.
Kumala S, Septisetyani EP, Meiyanto E. 2009. Fraksi n-butanolik kapang endofit
buah makasar meningkatkan efek apoptosis doxorubusin pada sel MCF-7
[artikel]. Maj Farm Indones. 20(1):42-47.
Lisdawati V, Broto S. 2006. Aktivitas antioksidan dari berbagai fraksi ekstrak
daging buah dan kulit biji mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) [artikel].
Media Litbang Kesehatan. 16(4).
Mega IM, Swastini DA. 2010. Screening fitokimia dan aktivitas antiradikal bebas
ekstrak metanol daun gaharu (Gyrinops versteegii). J Kim. 4(2):187-192.
McLaughlin JL, Roggers LL, Anderson JE. 1998. The use of biological assays to
evaluate botanical. Drug Inform J. 32: 513-524.
Meyer BN, Ferigni NR, Putnam JE, Jacobsen RE, Nicholas, McLaughin JL. 1982.
Brine shrimp: a convenient general bioassay for active plant constituent.
Planta Med. 45:31-34. doi: 10.1055/s-2007-971236.
Muntaqo FA. 2012. Korelasi kadar seskuiterpena dengan mutu gaharu Standar
Nasional Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Novriyanti E. 2008. Peranan zat ekstraktif dalam pembentukan gaharu pada
Aquilaria crassna Pierre ex Lecomte dan Aquilaria microcarpa Baill
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Novriyanti E. 2009. Kajian kimia gaharu hasil inokulasi Fusarium sp. pada
Aquilaria microcarpa. Di dalam: Siran SA, Turjaman M, editor.
Pengembangan Teknologi Produksi Gaharu Berbasis Pemberdayaan
Masyarakat Sekitar Hutan; 2009 Apr 29; Bogor, Indonesia. Bogor (ID):
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam bekerja
sama dengan ITTO PD 425/06 Rev.(1). hlm 23-38.
Rachmani EPN, Suhesti TS, Widiastuti R, Aditiyono. 2012. The breast of
anticancer from leaf extract of Annona muricata against cell line in T47D.
Int J Appl Sci Technol. 2(1):157-164.
Ramadhan PM. 2013. Aktivitas antioksidan ekstrak kemedangan pohon penghasil
gaharu hasil inokulasi jenis Aquilaria microcarpa dan Gyrinops verstegii
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Santoso E, Agustini L, Sitepu IR, Turjaman M. 2007. Efektivitas pembentukan
gaharu dan komposisi senyawa resin gaharu pada Aquilaria spp. J
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 4(6):543-551. doi: 4607543551.
Sari MK. 2013. Uji aktivitas antikanker ekstrak kemedangan pohon penghasil
gaharu hasil inokulasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Septina YA. 2005. Identifikasi dan uji toksisitas asam tanat dalam ekstrak daun
ketapang (Terminalia catappa L) [skripsi]. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro.
Suirta IW, Puspawati NM, Gumiati NK. 2007. Isolasi dan identifikasi senyawa
aktif larvasida dari biji mimba (Azadirachta indika A. Juss) terhadap larva
nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti). J Kim. 1(1):47-54.

14
Sukardiman, Ekasari W, Hapsari PP. 2006. Aktivitas antikanker dan induksi
apoptosis fraksi kloroform daun pepaya (Carica papaya L) terhadap kultur
sel kanker mieloma. Media Kedokteran Hewan. 22(2).
Sukardiman, Rahman A, Pratiwi FN. 2004. Uji praskrining aktivitas antikanker
ekstrak eter dan ekstrak metanol Marchantia cf planiloba Steph. dengan
metode uji kematian larva udang dan profil densitometri ekstrak aktif.
Airlangga J Pharm. 4(3):7-10.
Tarigan 2004. Profil Pengusahaan (Budidaya) Gaharu. Jakarta (ID): Pusat Bina
Penyuluhan Kehutanan, Departemen Kehutanan.
Yagura T, Shibayama N, Ito M, Kiuchi F, Honda G. 2005. Three novel diepoxy
tetrahydrochromones from agarwood artificially produced by intentional
wounding. Tetrahedron Lett. 46:4395-4398. doi : 10.10106/j.tetlet.2005.04.
072
Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.
[WHO] World Health Organization. 2014. Global Health Estimates 2014
Summary Table: Death by Cause, Age and Sex, by WHO Region, 2000-2012
[Internet]. [diacu 2015 juni 14]. Tersedia pada:http://www.who.int/health
info/global_ burder_disease/en/.
Zachary I. 2003. Determination of cell number, di dalam: cell proliferation and
apoptosis. London (GB): Bios Scientific..

15
Lampiran 1 Bagan alir penelitian

16
Lampiran 2 Kadar air simplisia
Bobot sampel (g)
Basah
Kering

Ulangan

Bobot air (g)

Kadar air
(%)

1

1.0001

0.9678

0.0323

3.23

2
3

1.0007
1.0008

0.9767
0.9724

0.0240
0.0284
Rerata
Standar deviasi

2.40
2.84
2.82
0.42

Contoh perhitungan kadar air (ulangan 1);
Bobot sampel basah − Bobot sampel kering
×
%
Bobot sampel basah
.
g − .
g
%
=[

.
g
Kadar air = . %
Kadar air ulangan + ulangan + ulangan
Rerata kadar air =
Kadar air =

=

.

Rerata kadar air = .

% + .
%

% + .

%

Lampiran 3 Hasil uji fitokimia ekstrak etil asetat
Fenolik

Uji
Flavonoid

Steroid

Triterpenoid

Saponin

Alkaloid

17
Lampiran 4
Sampel
Fraksi 1
Fraksi 2

Rendemen dan Rf hasil fraksionasi menggunakan kromatografi
kolom.
Rendemen
Massa (g)
Persentase (%)
0.2476
8.54
0.0559
1.93

Fraksi 3
Fraksi 4
Fraksi 5
Fraksi 6
Fraksi 7
Fraksi 8
Fraksi 9
Fraksi 10
Fraksi 11

0.0120
0.0706
0.0635
0.0437
0.4943
0.7243
0.1846
0.2683
0.1596

0.41
2.43
2.19
1.51
17.04
24.98
6.37
9.25
5.50

Fraksi 12
Fraksi 13
Fraksi 14
Fraksi 15

0.0970
0.1743
0.0793
0.0469

3.34
6.01
2.73
1.62

Rf
0.77, 0.82, 0.92
0.38, 0.51, 0.59, 0.67, 0.74, 0.82,
0.92
0.44, 0.66, 0.74, 0.82, 0.92
0.54, 0.74, 0.82, 0.90
0.67, 0.77, 0.82, 0.90
0.26, 0.77, 0.82, 0.90
0.64, 0.70, 0.82, 0.90
0.47, 0.51, 0.65, 0.72, 0.82, 0.90
0.33, 0.46, 0.67, 0.82, 0.90
0.25, 0.93, 0.46, 0.82, 0.90
0.19, 0.26, 0.33, 0.90
0.44, 0.72, 0.81
0.13, 0.18, 0.31, 0.72, 0.80, 0.90
0.03, 0.13, 0.72, 0.80, 0.90
0.06, 0.71, 0.79, 0.87
0.05, 0.72, 0.80, 0.84

Lampiran 5 Toksisitas hasil fraksionasi ekstrak etil asetat
Fraksi

1

2

Konsentrasi Larva mati
(µg/mL)
1 2
3
0
0 0
0
10
0 0
0
25
0 0
0
50
0 0
0
100
0 0
0
150
1 1
1
200
3 3
1
500
5 5
5
0
0 0
0
10
0 0
0
25
1 1
1
50
2 1
1
100
2 2
2
150
3 3
5
200
5 4
4
500
7 7
9

% Kematian larva
1
2
3
10
10
10
30
30
10
50
50
50
10
10
10
20
10
10
20
20
20
30
30
50
50
40
40
70
70
90

Rerata
10.00
23.33
50.00
10.00
13.33
20.00
36.67
43.33
76.67

LC50
(µg/mL)

483.24

236.17

18
lanjutan lampiran 5
Fraksi

3

4

5

6

0
10
25
50
100
150
200
500
0
10
25
50
100
150
200

Larva mati
1
2 3
0
0 0
0
0 0
0
0 0
0
0 0
2
2 5
5
4 8
5
5 6
9
9 10
0
0 0
1
1 0
5
2 2
4
4 3
6
6 6
7
7 6
8
5 10

% Kematian larva
1
2
3
20
20
50
50
40
80
50
50
60
90
90
100
10
10
0
50
20
20
40
40
30
60
60
60
70
70
60
80
50
100

500

8

8

7

80

80

70

76.67

0
10
25
50
100
150
200

0
0
1
2
5
4
6

0
0
1
2
5
5
6

0
0
1
2
4
6
5

10
20
50
40
60

10
20
50
50
60

10
20
40
60
50

10.00
20.00
46.67
50.00
56.67

500

6

6

7

60

60

70

63.33

0
10
25
50
100
150
200
500

0
4
4
5
6
7
9
8

0
4
4
5
6
7
8
8

0
5
5
6
6
8
7
7

40
40
50
60
70
90
80

40
40
50
60
70
80
80

50
50
60
60
80
70
70

43.33
43.33
53.33
60.00
73.33
80.00
76.67

Konsentrasi
(µg/mL)

Rerata
30.00
56.67
53.33
93.33
6.67
30.00
36.67
60.00
66.67
76.67

LC50
(µg/mL)

154.84

81.85

181.61

27.99

19
lanjutan lampiran 5
Fraksi

7

8

9

10

Konsentrasi
(µg/mL)
0
10
25
50
100
150
200
500
0
10
25
50
100
150
200
500
0
10
25
50
100
150
200
500
0
10
25
50
100
150
200
500

Larva mati
1 2 3
0 0 0
3 3 5
4 4 4
5 5 6
7 7 6
8 8 9
8 8 9
8 9 10
0 0 0
0 0 0
2 2 3
4 4 4
5 5 5
7 8 8
5 5 8
8 7 9
0 0 0
4 4 4
5 5 6
5 5 6
5 5 7
6 6 7
7 7 7
9 9 9
0 0 0
3 3 2
5 4 3
4 4 5
5 6 6
7 6 6
7 7 6
9 9 10

% Kematian larva
1
2
3
30
30
50
40
40
40
50
50
60
70
70
60
80
80
90
80
80
90
80
90
100
20
20
30
40
40
40
50
50
50
70
80
80
50
50
80
80
70
90
40
40
40
50
50
60
50
50
60
50
50
70
60
60
70
70
70
70
90
90
90
30
30
20
50
40
30
40
40
50
50
60
60
70
60
60
70
70
60
90
90
100

Rerata
36.67
40.00
53.33
66.67
83.33
83.33
90.00
23.33
40.00
50.00
76.67
60.00
80.00
40.00
53.33
53.33
56.67
63.33
70.00
90.00
26.67
40.00
43.33
56.67
63.33
66.67
93.33

LC50
(µg/mL)

30.18

85.15

30.24

76.70

20
lanjutan lampiran 5
Fraksi

11

12

13

14

Konsentrasi
(µg/mL)
0
10
25
50
100
150
200
500
0
10
25
50
100
150
200
500
0
10
25
50
100
150
200
500
0
10
25
50
100
150
200
500

Larva mati
1
2
3
0
0
0
7
7
6
8
8
7
8
8
8
8
9
9
10
9
9
10
10
10
10
10
10
0
0
0
6
6
7
7
6
8
8
8
9
9
9
9
9
10
10
10
10
10
10
10
10
0
0
0
6
6
5
7
7
6
8
8
9
8
8
9
9
8
10
9
9
10
10
10
10
0
0
0
4
4
3
4
4
3
5
5
4
4
4
5
6
6
6
6
7
7
8
8
8

% Kematian larva
1
2
3
70
70
60
80
80
70
80
80
80
80
90
90
100 90
90
100 100 100
100 100 100
60
60
70
70
60
80
80
80
90
90
90
90
90 100 100
100 100 100
100 100 100
60
60
50
70
70
60
80
80
90
80
80
90
90
80
100
90
90
100
100 100 100
40
40
30
40
40
30
50
50
40
40
40
50
60
60
60
60
70
70
80
80
80

Rerata
66.67
76.67
80.00
86.67
93.33
100.00
100.00
63.33
70.00
83.33
90.00
96.67
100.00
100.00
56.67
66.67
83.33
83.33
90.00
93.33
100.00
36.67
36.67
46.67
43.33
60.00
66.67
80.00

LC50
(µg/mL)

3.42

7.33

7.12

58.97

21
lanjutan lampiran 5
Fraksi

Konsentrasi
(µg/mL)

15

0
10
25
50
100
150
200
500

Larva mati
1
2
3
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
2
3
3
2
5
5
4
7
7
6
7
8
9

% Kematian larva
1
2
3
10
10
0
10
10
20
30
30
20
50
50
40
70
70
60
70
80
90

Rerata

LC50
(µg/mL)

6.67
13.33
26.67
46.67
66.67
80.00

165.94

Contoh perhitungan ekstrak kasar etil asetat;
Konsentrasi 10 µg/mL
Rerata larva mati =

larva mati

=

Rerata larva mati = .
% Kematian larva =
=

+

Nilai probit

+ larva mati

+

Rerata larva mati
×
Jumlah larva dalam tiap vial
.

×

% Kematian larva = 53.33%
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0.00

+ larva mati

%

%

y = 0.9806x + 4.1364
R² = 0.9332

0.50

1.00

1.50
2.00
log Konsentrasi

2.50

3.00

22
lanjutan lampiran 5
Persamaan regresi linear: y = 0.9806x + 4.1364
LC50 diperoleh saat y = 5, maka
5 = 0.9806x + 4.1364
x = 0.8816
log konsentrasi = 0.8816
LC50 = antilog x
= antilog 0.8816
= 7.6137 µg/mL
Lampiran 6 Hasil uji sitotoksisitas ekstrak etil asetat, fraksi 11, dan fraksi 13
terhadap sel kanker payudara MCF-7
Sampel

Ekstrak
etil
asetat

F11

F13

Konsentrasi
(µg/mL)

1
0.389
0.015
0.104
0.030
0.032
0.389
0.050
0.020
0.017
0.012
0.009
0.007
0.389
0.013
0.012
0.011
0.011
0.012

0
50
100
200
400
0
12.5
25
50
100
200
400
0
12.5
25
50
100
200

Serapan
2
0.372
0.216
0.064
0.030
0.026
0.372
0.037
0.042
0.017
0.013
0.010
0.010
0.372
0.167
0.011
0.012
0.012
0.012

3
0.386
0.227
0.030
0.032
0.033
0.386
0.037
0.042
0.018
0.013
0.011
0.009
0.386
0.188
0.012
0.013
0.013
0.013

Rerata

%
inhibisi

ln
Konsentrasi

Nilai
probit

0.382
0.153
0.066
0.031
0.030
0.382
0.041
0.035
0.017
0.013
0.010
0.009
0.382
0.123
0.012
0.012
0.012
0.012

60.07
82.74
91.98
92.07
89.19
16.13
50.00
26.92
21.05
13.33
67.94
96.95
96.86
96.86
96.77

3.9120
4.6052
5.2983
5.9915
2.5257
3.2189
3.9120
4.6052
5.2983
5.9915
2.5257
3.2189
3.9120
4.6052
5.2983

5.25
5.92
6.34
6.41
6.23
6.28
6.64
6.88
6.88
7.05
5.47
6.88
6.88
6.88
6.88

Contoh perhitungan ektrak kasar etil asetat;
Konsentrasi 50 µg/mL
Rerata serapan =
=

ulangan
.

Rerata serapan = .

+ .

+ ulangan
+ .

+ ulangan

23
lanjutan lampiran 6
% penghambatan =
=

% penghambatan =
8

Serapan kontrol negatif − sampel
×
serapan kontrol negatif
.

.

.

− ,

%

×

%

%

Nilai Probit

7
6
5

y = 2.7966ln(x) + 1.5411
R² = 0.9291

4
3
3.00

4.00

5.00
ln Konsentrasi

Persamaan logaritmik : y = 2.7966 ln│ x│+ 1.5411
IC50 diperoleh saat y = 5, maka
5 = 2.7966 │ x│+ 1.5411
ln x =1.2368
IC50 = � �
=�

.

68

= 3.4447 µg/mL

6.00

7.00

24
Lampiran 7 Hasil uji sitotoksisitas doksorubisin pada sel kanker payudara MCF-7
Konsentrasi
0
0
0.125
0.25
0.5
1
2

Serapan
2
0.372
0.510
0.330
0.360
0.360
0.109
0.017

1
0.389
0.509
0.356
0.480
0.421
0.038
0.017

3
0.386
0.506
0.335
0.336
0.375
0.116
0.019

Rerata

%
inhibisi

log
Konsentrasi

Nilai
probit

0.382
0.508
0.340
0.392
0.385
0.088
0.018

10.99
22.89
24.20
82.75
96.52

-0.9031
-0.6021
-0.3010
0.0000
0.3010

3.77
4.26
4.29
5.95
6.88

Contoh perhitungan;
Konsentrasi 0.125 µg/mL
Rerata serapan =

ulangan
.

=

Rerata serapan = .
% penghambatan =
=

=

.

.

.

+ ulangan
+ .

+ ulangan

+ .

serapan kontrol negatif − kontrol positif
×
Kontrol negatif

− ,

%

×

%

%

8
7

y = 2.6276x + 5.821
R² = 0.8942

6

Nilai probit

5
4
3
2
1
0

-1.00

-0.80

-0.60

-0.40

-0.20

log Konsentrasi

0.00

0.20

0.40

25
lanjutan lampiran 7
Persamaan regresi linear : y = 2.6276x + 5.821
IC50 diperoleh saat y = 5, maka
5 = 2.6276x + 5.821
x = - 0.3125
log Konsentrasi = - 0.3125
IC50 = Anti log x
= Anti log (- 0.3125)
= 0.4870 µg/mL
Lampiran 8 Profil mikroskopik penghambatan pertumbuhan sel kanker payudara
MCF-7 kontrol negatif (A), ekstrak etil asetat (B), fraksi 11 (C),
fraksi 13 (D), dan
kontrol positif doksorubisin (E)

0 µg/mL

A. Kontrol negatif/blangko

50 µg/mL

100 µg/mL

200 µg/mL

400 µg/mL

B. Ekstrak etil asetat

26

lanjutan lampiran 8

12.5 µg/mL

100 µg/mL

25 µg/mL

200 µg/mL

50 µg/mL

400 µg/mL

Fraksi 11 (C)

12.5 µg/mL

100 µg/mL

25 µg/mL

200 µg/mL

Fraksi 13 (D)

50 µg/mL

400 µg/mL

27

lanjutan lampiran 8

0.125 µg/mL

1 µg/mL

0.25 µg/mL

2 µg/mL

Kontrol positif doksorubisin (E)

0.5 µg/mL

28

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor pada 15 September 1993 dari ayah Endang Diana dan
ibu Titin Agustini. Penulis merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Tahun
2011, penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cigombong dan pada tahun yang sama
penulis lulus Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswi IPB, penulis menjadi anggota Ikatan Mahasiswa
Kimia IPB (Imasika) Divisi Eksternal tahun 2012/2013. Penulis juga menjadi
asisten Praktikum Kimia Organik Berbasis Kompetensi tahun 2015, Kimia Dasar
II tahun 2015, Kimia Organik Layanan Biokimia tahun 2014, Kimia Organik
Layanan Biologi 2015, Kimia Polimer tahun 2014, Asas Kimia Analitik tahun
2014, serta Kimia TPB tahun 2013−2015. Penulis terpilih sebagai penerima
beasiswa Bidikmisi tahun 2011−2015. Penulis melakukan praktik lapangan di
Pusat Penelitian Biomaterial, LIPI Cibinong dengan judul laporan Sifat Mekanik
Biokomposit Berbasis Poli(Asam laktat) dengan Selulosa dari Bagas Sorgum
Manis (Sorghum bicolor L. Moench).