Sitotoksisitas Fraksi Aktif Biji Mahoni (Swietenia mahagoni) pada Sel Kanker Payudara T47D

ABSTRAK
RIDA FARIDA CAHYANI SETIANI. Sitotoksisitas Fraksi Aktif Biji Mahoni
(Swietenia mahagoni) pada Sel Kanker Payudara T47D. Dibimbing oleh DUDI
TOHIR dan PUSPITA EKA WUYUNG.
Fraksi etil asetat biji mahoni (Swietenia mahagoni) berdaun kecil telah
dilaporkan memiliki toksisitas terhadap larva udang Artemia salina dan berpotensi
sebagai obat. Penelitian ini bertujuan menguji sitotoksisitas fraksi aktif biji mahoni
terhadap sel kanker payudara T47D. Fraksi etil asetat difraksinasi menggunakan
kromatografi kolom klasik dengan fase diam silika gel dan fase gerak
kloroform-etil asetat secara bergradien sehingga diperoleh 8 fraksi. Fraksi 2 dengan
nilai konsentrasi letal 50 sebesar 74.30 ppm mampu menghambat pertumbuhan sel
T47D dengan nilai konsentrasi inhibisi 50 sebesar 49.12 ppm. Berdasarkan hasil uji
fitokimia dapat diketahui bahwa fraksi 2 mengandung senyawa alkaloid dan
steroid/triterpenoid.
ABSTRACT
RIDA FARIDA CAHYANI SETIANI. Cytotoxicity of Active Fraction from
Swietenia mahagoni Seed at Breast Cancer T47D. Supervised by DUDI TOHIR
and PUSPITA EKA WUYUNG.
Ethyl asetate fraction was reported to be toxic to Artemia salina and has a
potency as medicine. The purpose of this study was to examine cytotoxicity of
active fraction from Swietenia mahagoni seed toward breast cancer T47D. Ethyl

acetate fraction was fractionated used clasic cromatography coloum with silica gel
as the stationary phase and chloroform-ethyl acetate as the mobile phase gradiently
and yielded 8 fraction. Fraction 2 with 50 lethal concentration 74.30 ppm could
inhibit the growth of T47D cell with 50 inhibition concentration of 49.12 ppm.
Based on phytocemical assay, fraction 2 consisted of alkaloid and
steroid/triterpenoid.

1

PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan kanker yang
paling banyak ditemukan pada wanita setelah
kanker leher rahim. Pada Tahun 2005 The
American Cancer Society menyebutkan
bahwa 3% kasus kematian wanita di Amerika
Serikat disebabkan oleh kanker payudara.
Sementara hasil perhitungan ekstrapolasi
statistik didasarkan pada data penderita
kanker payudara di Amerika, Kanada, dan
Australia menunjukkan angka prevalensi

penderita kanker payudara di Indonesia
sebesar
876665
(Kusminarto
2006).
Tjidarbumi (2002) menyebutkan bahwa
penderita kanker payudara di Indonesia
sebanyak 12.10%, terbanyak kedua setelah
kanker leher rahim (19.18%).
Upaya
pengobatan
kanker
secara
konvensional
baik
berupa
operasi,
radioterapi,
maupun
kemoterapi

membutuhkan biaya yang sangat besar dan
menimbulkan efek samping bagi kesehatan.
Oleh karena itu saat ini banyak dilakukan
penelitian untuk mencari obat antikanker dari
bahan alam yang diharapkan lebih efektif dan
aman.
Penelitian terdahulu telah berhasil
dilakukan isolasi senyawa bioaktif dari biji
mahoni (Swietenia mahagoni) yang diduga
berpotensi sebagai senyawa obat dengan nilai
konsentrasi letal 50 (LC50) sebesar 17,7 ppm
(Sianturi 2001). Putri (2004) melaporkan
bahwa fraksi aktif biji mahoni dapat
menghambat pertumbuhan Sacharomyces
cerevisiae sebagai uji awal terhadap senyawa
antikanker.
Beranjak dari penelitian sebelumnya
maka penelitian ini bertujuan untuk
menentukan sitotoksisitas dari fraksi biji
mahoni pada sel kanker payudara T47D.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberi informasi bahwa senyawa bioaktif
yang terkandung dalam biji mahoni
berpotensi sebagai antikanker.

TINJAUAN PUSTAKA
Swietenia mahagoni
Swietenia mahagoni atau mahoni berdaun
kecil merupakan tanaman tropis yang
termasuk famili Meliaceae. Di Indonesia
terdapat tiga spesies pohon mahoni, yaitu S.
macrophylla (mahoni berdaun lebar), S.

mahagoni (mahoni berdaun kecil), dan
Swietenia sp.
Berdasarkan klasifikasi
tumbuhan mahoni berdaun kecil termasuk
dalam divisi Spermatophyta, subdivisi
Angiospermae, kelas Dikotiledonae, ordo
Rutales,

famili
Meliaceae,
subfamili
Swietenidae, genus Swietenia, dan spesies:
Swietenia mahagoni (Heyne 1950).
Biji mahoni (Gambar 1) biasanya
dimanfaatkan untuk mengobati berbagai
penyakit, di antaranya demam, susah tidur,
tekanan darah tinggi, eksim, kencing manis,
dan disentri, serta dapat menambah nafsu
makan (Syamsuhidayat & Hutapea 1991).
Selain itu biji mahoni juga berkhasiat sebagai
obat malaria, anemia, dan diare.

Gambar 1 Buah dan biji S. Mahagoni
Penelitian pada batang mahoni yang
diekstraksi dengan etanol terbukti sebagai
antimalaria Plasmodium falciparum, klon D6
dan W2 yang diuji secara in vitro (McKinon
et al. 1997). Ekstrak heksan kulit batang

mahoni mengandung triterpenoid dan
menunjukkan nilai LC50 dengan uji BSLT
(brine shrimp lethality test) sebesar 3.73
µg/ml, sehingga spesies ini sangat berpotensi
sebagai obat (Sukardiman 2000).
Penelitian pada biji mahoni terbukti
mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Escheria coli dan bakteri subtilis (Hartati
2002). Shahidur et al. (2009) melaporkan
bahwa ekstrak metanol biji Swietenia
mahagoni mengandung dua jenis senyawa
yang disebut limonoid, yaitu swietenolid dan
2-hidroksi-3-O-tigloilswietenolide
dan
memi-liki aktifitas sebagai antibakteri.
Kandungan senyawa kimia biji mahoni di
antaranya flavonoid, saponin, alkaloid,
steroid/triterpenoid,
dan
tanin

(Syamsuhidayat dan Hutapea 1991; Sianturi
2001; Haryanti 2002; Putri 2004).
Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan salah satu
jenis kanker yang paling sering ditemui di
dunia terutama pada wanita. Diperkirakan

1

PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan kanker yang
paling banyak ditemukan pada wanita setelah
kanker leher rahim. Pada Tahun 2005 The
American Cancer Society menyebutkan
bahwa 3% kasus kematian wanita di Amerika
Serikat disebabkan oleh kanker payudara.
Sementara hasil perhitungan ekstrapolasi
statistik didasarkan pada data penderita
kanker payudara di Amerika, Kanada, dan
Australia menunjukkan angka prevalensi

penderita kanker payudara di Indonesia
sebesar
876665
(Kusminarto
2006).
Tjidarbumi (2002) menyebutkan bahwa
penderita kanker payudara di Indonesia
sebanyak 12.10%, terbanyak kedua setelah
kanker leher rahim (19.18%).
Upaya
pengobatan
kanker
secara
konvensional
baik
berupa
operasi,
radioterapi,
maupun
kemoterapi

membutuhkan biaya yang sangat besar dan
menimbulkan efek samping bagi kesehatan.
Oleh karena itu saat ini banyak dilakukan
penelitian untuk mencari obat antikanker dari
bahan alam yang diharapkan lebih efektif dan
aman.
Penelitian terdahulu telah berhasil
dilakukan isolasi senyawa bioaktif dari biji
mahoni (Swietenia mahagoni) yang diduga
berpotensi sebagai senyawa obat dengan nilai
konsentrasi letal 50 (LC50) sebesar 17,7 ppm
(Sianturi 2001). Putri (2004) melaporkan
bahwa fraksi aktif biji mahoni dapat
menghambat pertumbuhan Sacharomyces
cerevisiae sebagai uji awal terhadap senyawa
antikanker.
Beranjak dari penelitian sebelumnya
maka penelitian ini bertujuan untuk
menentukan sitotoksisitas dari fraksi biji
mahoni pada sel kanker payudara T47D.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberi informasi bahwa senyawa bioaktif
yang terkandung dalam biji mahoni
berpotensi sebagai antikanker.

TINJAUAN PUSTAKA
Swietenia mahagoni
Swietenia mahagoni atau mahoni berdaun
kecil merupakan tanaman tropis yang
termasuk famili Meliaceae. Di Indonesia
terdapat tiga spesies pohon mahoni, yaitu S.
macrophylla (mahoni berdaun lebar), S.

mahagoni (mahoni berdaun kecil), dan
Swietenia sp.
Berdasarkan klasifikasi
tumbuhan mahoni berdaun kecil termasuk
dalam divisi Spermatophyta, subdivisi
Angiospermae, kelas Dikotiledonae, ordo
Rutales,

famili
Meliaceae,
subfamili
Swietenidae, genus Swietenia, dan spesies:
Swietenia mahagoni (Heyne 1950).
Biji mahoni (Gambar 1) biasanya
dimanfaatkan untuk mengobati berbagai
penyakit, di antaranya demam, susah tidur,
tekanan darah tinggi, eksim, kencing manis,
dan disentri, serta dapat menambah nafsu
makan (Syamsuhidayat & Hutapea 1991).
Selain itu biji mahoni juga berkhasiat sebagai
obat malaria, anemia, dan diare.

Gambar 1 Buah dan biji S. Mahagoni
Penelitian pada batang mahoni yang
diekstraksi dengan etanol terbukti sebagai
antimalaria Plasmodium falciparum, klon D6
dan W2 yang diuji secara in vitro (McKinon
et al. 1997). Ekstrak heksan kulit batang
mahoni mengandung triterpenoid dan
menunjukkan nilai LC50 dengan uji BSLT
(brine shrimp lethality test) sebesar 3.73
µg/ml, sehingga spesies ini sangat berpotensi
sebagai obat (Sukardiman 2000).
Penelitian pada biji mahoni terbukti
mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Escheria coli dan bakteri subtilis (Hartati
2002). Shahidur et al. (2009) melaporkan
bahwa ekstrak metanol biji Swietenia
mahagoni mengandung dua jenis senyawa
yang disebut limonoid, yaitu swietenolid dan
2-hidroksi-3-O-tigloilswietenolide
dan
memi-liki aktifitas sebagai antibakteri.
Kandungan senyawa kimia biji mahoni di
antaranya flavonoid, saponin, alkaloid,
steroid/triterpenoid,
dan
tanin
(Syamsuhidayat dan Hutapea 1991; Sianturi
2001; Haryanti 2002; Putri 2004).
Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan salah satu
jenis kanker yang paling sering ditemui di
dunia terutama pada wanita. Diperkirakan

2

pada tahun 2009 di Amerika Serikat terdapat
192370 kasus baru kanker payudara pada
wanita dan 1910 kasus baru pada pria
(National Cancer Institut 2009).
Kanker payudara adalah kanker yang
terjadi pada jaringan payudara, biasanya pada
duktus (saluran yang mengalirkan susu ke
puting) dan lobulus (kelenjar yang
menghasilkan air susu) (National Cancer
Institut 2009). Kanker payudara ditandai
dengan benjolan, perubahan ukuran, kulit
yang
kemerahan,
keberadaan
aleora
(lingkaran hitam di sekitar puting susu),
ruam, pengencangan atau pelonggaran
payudara, dan rasa sakit di daerah payudara
(Tjidarbumi 1986).
Beberapa faktor yang berperan memicu
timbulnya kanker di antaranya ialah gen p53,
gen BRCA1 dan gen BRCA2 (Hahn & Payne
2003; Jerry 2007), hormon estrogen yang
abnormal, onkogen (gen pemicu pembelahan
sel secara berlebih), hilangnya gen supresor
untuk tumor, dan keberadaan bahan
karsinogen (Warren et al. 2002; Lewis 2003).
Selain itu riwayat keluarga penderita kanker
payudara, kehamilan pada usia lebih dari 35
tahun, menstruasi dini atau menopause yang
terlambat, konsumsi lemak jenuh, dan
penumpukan lemak berlebih (di paha dan
pinggul) juga dapat meningkatkan risiko
terkena kanker payudara (Hahn & Payne
2003).
Pengobatan kanker dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu operasi, radiasi, dan terapi
pendamping. Terapi pendamping dapat
dibagi menjadi terapi hormonal, kemoterapi,
dan imunoterapi (Hahn & Payne 2003).
Uji Antikanker
Antikanker adalah agen yang memiliki
sifat
sitostatik
(dapat
menghambat
pertumbuhan sel kanker) dan atau sitosidal
(dapat mematikan sel kanker) (Boik 1996).
Beberapa metabolit sekunder memiliki
aktivitas sebagai agen antikanker. Oleh
karena
itu, akhir-akhir
ini
banyak
dikembangkan penelitian untuk mencari
senyawa metabolit sekunder yang memiliki
bioaktivitas sebagai senyawa antikanker yang
kemudian akan dikembangkan dalam
kemoterapi untuk pengobatan kanker.
Untuk mengetahui suatu senyawa
merupakan agen antikanker dari tanaman
obat, National Cancer Institute (NCI)
Amerika Serikat, menentukan prosedur

screening, yaitu preparasi, prescreen, screen,
monitoring, secondary testing, dan clinical
trials. Preparasi yang dilakukan adalah
berupa pengumpulan tanaman dan ekstraksi.
Prescreen test dilakukan dengan uji in vitro
atau in vivo secara sederhana untuk
mengidentifikasi ekstrak yang berpotensi
antikanker. Ekstrak yang aktif kemudian
di-screening melawan sel yang lebih banyak
secara in vivo. Ekstrak yang berhasil
di-screening
akan
dilakukan
tahap
monitoring,
yaitu
difraksinasi
untuk
memperoleh senyawa aktif yang murni.
Senyawa yang murni ini kemudian diuji
secara in vivo. Senyawa yang berhasil
menunjukkan
aktivitas
antikaker
ini
dilakukan
secondary
testing
untuk
menentukan apakah senyawa tersebut dapat
digunakan untuk clinical trials.
Menurut Hidayat (2002), pencarian bahan
bioaktif yang mempunyai aktivitas antikanker
dapat dilakukan dengan beberapa metode
berikut: (i) uji kematian larva udang laut atau
BSLT, (ii) uji hambat tumor pada lempeng
kentang (potato disc crown gall tumor
inhibition assay), (iii) uji proliferasi kuncup
lemna (lemna frond proliferation assay), (iv)
Uji sitotoksik in vitro dan in vivo.

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah biji mahoni
yang diambil dari Kebun Raya Purwodadi,
Jawa Timur dan telah diidentifikasi oleh UPT
Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Purwodadi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) (Lampiran 1), lempeng
kromatografi lapis tipis (KLT) F 254, silika G
60, larva udang Artemia salina, tween 80, air
laut, media RPMI (rosewell park memorial
institute)
1640,
penisilin-sterptomisin
(Gibco), FBS (fetal bovin serum), Cisplatin
(Kalbe
farma),
MTT
(3-[4,5-dimetiltiazol-2-il]-2,5-difeniltetrazoli
um bromida), dimetil sulfoksida (DMSO),
dan sodium dodesil sulfat (SDS).
Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat
kaca, tabung cryo (Corning), sumuran (96
well plate), laminar (Airstream) ESCO Class
II BSC, inkubator CO2 (Memmert),
mikroskop cahaya inverted (Zeiss) Axiovert
40 CFL, ELISA reader (thermo electron
corporation)
Mustikan
Ascent,
dan

2

pada tahun 2009 di Amerika Serikat terdapat
192370 kasus baru kanker payudara pada
wanita dan 1910 kasus baru pada pria
(National Cancer Institut 2009).
Kanker payudara adalah kanker yang
terjadi pada jaringan payudara, biasanya pada
duktus (saluran yang mengalirkan susu ke
puting) dan lobulus (kelenjar yang
menghasilkan air susu) (National Cancer
Institut 2009). Kanker payudara ditandai
dengan benjolan, perubahan ukuran, kulit
yang
kemerahan,
keberadaan
aleora
(lingkaran hitam di sekitar puting susu),
ruam, pengencangan atau pelonggaran
payudara, dan rasa sakit di daerah payudara
(Tjidarbumi 1986).
Beberapa faktor yang berperan memicu
timbulnya kanker di antaranya ialah gen p53,
gen BRCA1 dan gen BRCA2 (Hahn & Payne
2003; Jerry 2007), hormon estrogen yang
abnormal, onkogen (gen pemicu pembelahan
sel secara berlebih), hilangnya gen supresor
untuk tumor, dan keberadaan bahan
karsinogen (Warren et al. 2002; Lewis 2003).
Selain itu riwayat keluarga penderita kanker
payudara, kehamilan pada usia lebih dari 35
tahun, menstruasi dini atau menopause yang
terlambat, konsumsi lemak jenuh, dan
penumpukan lemak berlebih (di paha dan
pinggul) juga dapat meningkatkan risiko
terkena kanker payudara (Hahn & Payne
2003).
Pengobatan kanker dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu operasi, radiasi, dan terapi
pendamping. Terapi pendamping dapat
dibagi menjadi terapi hormonal, kemoterapi,
dan imunoterapi (Hahn & Payne 2003).
Uji Antikanker
Antikanker adalah agen yang memiliki
sifat
sitostatik
(dapat
menghambat
pertumbuhan sel kanker) dan atau sitosidal
(dapat mematikan sel kanker) (Boik 1996).
Beberapa metabolit sekunder memiliki
aktivitas sebagai agen antikanker. Oleh
karena
itu, akhir-akhir
ini
banyak
dikembangkan penelitian untuk mencari
senyawa metabolit sekunder yang memiliki
bioaktivitas sebagai senyawa antikanker yang
kemudian akan dikembangkan dalam
kemoterapi untuk pengobatan kanker.
Untuk mengetahui suatu senyawa
merupakan agen antikanker dari tanaman
obat, National Cancer Institute (NCI)
Amerika Serikat, menentukan prosedur

screening, yaitu preparasi, prescreen, screen,
monitoring, secondary testing, dan clinical
trials. Preparasi yang dilakukan adalah
berupa pengumpulan tanaman dan ekstraksi.
Prescreen test dilakukan dengan uji in vitro
atau in vivo secara sederhana untuk
mengidentifikasi ekstrak yang berpotensi
antikanker. Ekstrak yang aktif kemudian
di-screening melawan sel yang lebih banyak
secara in vivo. Ekstrak yang berhasil
di-screening
akan
dilakukan
tahap
monitoring,
yaitu
difraksinasi
untuk
memperoleh senyawa aktif yang murni.
Senyawa yang murni ini kemudian diuji
secara in vivo. Senyawa yang berhasil
menunjukkan
aktivitas
antikaker
ini
dilakukan
secondary
testing
untuk
menentukan apakah senyawa tersebut dapat
digunakan untuk clinical trials.
Menurut Hidayat (2002), pencarian bahan
bioaktif yang mempunyai aktivitas antikanker
dapat dilakukan dengan beberapa metode
berikut: (i) uji kematian larva udang laut atau
BSLT, (ii) uji hambat tumor pada lempeng
kentang (potato disc crown gall tumor
inhibition assay), (iii) uji proliferasi kuncup
lemna (lemna frond proliferation assay), (iv)
Uji sitotoksik in vitro dan in vivo.

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah biji mahoni
yang diambil dari Kebun Raya Purwodadi,
Jawa Timur dan telah diidentifikasi oleh UPT
Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Purwodadi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) (Lampiran 1), lempeng
kromatografi lapis tipis (KLT) F 254, silika G
60, larva udang Artemia salina, tween 80, air
laut, media RPMI (rosewell park memorial
institute)
1640,
penisilin-sterptomisin
(Gibco), FBS (fetal bovin serum), Cisplatin
(Kalbe
farma),
MTT
(3-[4,5-dimetiltiazol-2-il]-2,5-difeniltetrazoli
um bromida), dimetil sulfoksida (DMSO),
dan sodium dodesil sulfat (SDS).
Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat
kaca, tabung cryo (Corning), sumuran (96
well plate), laminar (Airstream) ESCO Class
II BSC, inkubator CO2 (Memmert),
mikroskop cahaya inverted (Zeiss) Axiovert
40 CFL, ELISA reader (thermo electron
corporation)
Mustikan
Ascent,
dan

3

hemositometer (Assistant).
Ekstraksi dan Fraksinasi
Biji mahoni yang telah dikeringudarakan
digiling kemudian sebanyak 120 g diekstraksi
dengan Soxhlet menggunakan pelarut
n-heksana selama 48 jam. Residu yang
dihasilkan dimaserasi selama 24 jam dengan
pelarut metanol dan 4 kali penggantian
pelarut. Ekstrak yang diperoleh kemudian
dipekatkan dengan menggunakan penguap
putar. Ekstrak metanol pekat dipartisi dengan
menggunakan etil asetat:air (3:2). Ekstrak
etil asetat yang diperoleh dipekatkan dengan
penguap putar.
Ekstrak etil asetat pekat difraksinasi
dengan menggunakan kromatografi kolom
berisi silika G 60 dengan eluen kloroform
dan
etil
asetat
secara
bergradien.
Masing-masing fraksi ditampung dalam vial
sampai volume 10 ml. Fraksi yang diperoleh
di-KLT
dengan
eluen
pengembang
kloroform:etil asetat (7:3). Fraksi dengan
nilai Rf yang sama digabung dan dikeringkan
dengan penguap putar. Setiap fraksi diuji
toksisitas terhadap larva udang A. salina
untuk menentukan fraksi teraktif yang akan
dilanjutkan uji sitotoksik terhadap sel T47D.
Uji Toksisitas terhadap Larva Udang
Telur udang ditetaskan dalam gelas piala
1 l berisi air laut dan dilengkapi dengan
aerator. Setelah 24 jam, telur udang menetas
menjadi larva udang. Sebanyak 20 mg dari
masing-masing fraksi dilarutkan dalam air
laut sampai volumenya 4 ml. Sampel yang
tidak larut ditambahkan 10 μl tween 80
(batas penambahan tween 80 adalah 50µl tiap
10 ml) dan dari larutan ekstrak dipipet
sebanyak 500, 50, dan 5 μl ke dalam vial
tempat uji larva udang, lalu ditambahkan air
laut sampai volume larutan dalam vial
menjadi 2 ml sehingga konsentrasi ekstrak
menjadi 1000, 100, dan 10 ppm.
Masing-masing vial diberi 10 ekor larva
udang. Blangko dibuat dengan menggunakan
air laut yang telah mengandung 10 µl tween
80 dengan volume total 4 ml. Setelah 24 jam
dihitung jumlah udang yang mati dan
ditentukan nilai LC50. Masing-masing
ekstrak diuji dengan 3 kali ulangan dengan 1
blangko.

Uji Sitotoksik Fraksi Teraktif Terhadap
Sel T47D
Sel T47D dalam medium RPMI
diinokulasikan ke dalam sumuran dengan
jumlah inokulan 100 µl (kepadatan 2.5 × 104
sel/sumuran). Sebanyak 100 µl fraksi aktif
dengan konsentrasi 250, 100, 50, dan 20
µg/ml ditambahkan pada inokulan kemudian
diinkubasi pada inkubator CO2 5% pada
suhu 37 oC selama 24 jam. Pada akhir
inkubasi medium pada masing-masing
sumuran dibuang dan dicuci dengan PBS
kemudian ditambahkan 100 µl MTT 0.75%
(dalam medium) lalu diinkubasi selama 4 jam
dalam inkubator CO2. Sel hidup akan
bereaksi dengan MTT membentuk formazan
yang berwarna biru. Formazan dilarutkan
dalam larutan SDS lalu diinkubasi selama 18
jam pada suhu kamar dalam gelap. Serapan
dibaca dengan ELISA reader pada panjang
gelombang 570 nm. Pengujian dilakukan
secara triplo dengan 1 blangko media RPMI,
1 kontrol negatif sel T47D, dan 1 kontrol
positif cisplatin.
Uji Fitokimia
Uji Saponin
Sebanyak 0.1 g sampel diekstrak dengan
metanol, pelarut kemudian diuapkan sampai
kering, lalu residu diekstrak dengan dietil
eter tiga kali, dan fraksi yang larut dalam
dietil eter dipisahkan. Sebanyak 5 ml akuades
ditambahkan ke dalam sisa residu yang tidak
larut dalam dietil eter dan dikocok. Adanya
saponin ditunjukkan dengan terbentuknya
busa dengan tinggi 2-3 cm.
Uji
Steroid/Triterpenoid
Burchard)

(Lieberman

Fraksi yang larut dalam dietil eter dalam
uji saponin ditambahkan anhidrida asam
asetat dan H2SO4 pekat (reagen Lieberman
Burchard) kemudian dikocok. Warna hijau
kebiruan menunjukkan adanya kandungan
steroid/triterpenoid.
Uji Alkaloid
Sebanyak 0.1 g sampel diekstrak dengan
CHCl3 kemudian ditambahkan 5 ml CHCl3

4

dan 4 tetes NH4OH pekat lalu dikocok.
Setelah itu ditambahkan 5 ml H2SO4 4 N
kemudian dikocok hingga terbentuk dua
lapisan. Lapisan asam (tidak berwarna)
dipipet ke dalam plat tetes lalu ditambahkan
reagen Meyers, Wagner, Dragendorf pada
masing-masing lubang plat. Kandungan
alkaloid ditunjukkan dengan adanya endapan
putih pada reangen Meyers, coklat pada
reagen Wagner, dan jingga pada reagen
Dragendorf.
Uji Tanin
Sebanyak 0.1 g sampel dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml
air panas dan dikocok sampai dingin.
Sebanyak 6 tetes filtrat dipipet ke dalam plat
tetes lalu ditambahkan beberapa tetes FeCl3
1%. Warna kuning kehijauan menunjukkan
adanya kandungan tanin.
Uji Flavonoid
Sebanyak 0.1 g sampel ditambah 10 ml
air panas lalu dipanaskan lagi selama 5 menit
dan disaring. Sebanyak 5 ml filtrat
ditambahkan sedikit serbuk Mg dan 1 ml HCl
pekat dan 1 ml amil alkohol kemudian
dikocok. Adanya flavonoid ditunjukkan
dengan
terbentuknya
warna
merah/jingga/kuning pada lapisan amil
alkohol.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak dan Fraksi
Secara umum, penelitian terdiri atas 4
tahap, yaitu ekstraksi, fraksinasi, uji BSLT,
dan uji Sitotoksik (Lampiran 2). Ekstraksi
dengan metode Soxhletasi menggunakan
pelarut
n-heksana
bertujuan
untuk
menghilangkan kandungan lemak pada biji
mahoni. Lemak perlu di hilangkan lebih
dahulu agar tidak mengganggu analisis
senyawa metabolit sekunder target. Setelah
kandungan lemak hilang, dilakukan maserasi
dengan metanol untuk menarik semua
senyawa aktif yang terdapat dalam sampel.
Ekstrak metanol dipekatkan dengan penguap
putar pada suhu 40 oC. Diharapkan pada
suhu tersebut senyawa metabolit sekunder
tidak rusak. Tahap ekstraksi ini diperoleh
ekstrak metanol pekat sebesar 20.73 g

(16.92%).
Ekstrak metanol pekat dipartisi dengan
etil asetat:air (3:2) untuk memisahkan
senyawa polar dan semipolar. Senyawa polar
terekstrak oleh air sedangkan senyawa
semipolar terekstrak oleh etil asetat.
Rendemen fraksi etil asetat yang diperoleh
ialah 5.89 g (4.9%).
Untuk meningkatkan kemurnian senyawa
yang terekstrak oleh etil asetat maka
sebanyak 2,12 g fraksi etil asetat difraksinasi
pada kolom dengan fase diam silika G 60 dan
fase gerak kloroform dan etil asetat secara
bergradien dengan peningkatan kepolaran.
Dari sini diharapkan terjadi pemisahan
senyawa berdasarkan perbedaan polaritasnya.
Untuk mengetahui jumlah fraksi yang
diperoleh, dilakukan uji kualitatif dengan
KLT. Hasilnya memperlihatkan adanya 8
fraksi (Lampiran 3). Fraksi 1 bersifat
cenderung nonpolar karena terbawa oleh
CHCl3, sedangkan fraksi 8 bersiat semipolar
karena terbawa oleh etil asetat.
Toksisitas terhadap Larva Udang
Untuk menentukan fraksi aktif yang akan
digunakan pada tahap uji sitotoksik maka
dilakukan uji BSLT dengan A. salina. Uji
BSLT merupakan metode yang cepat dan
sederhana untuk mengamati aktivitas
farmakologi suatu senyawa (MacLaughin
1991). Aktivitas suatu senyawa ini
ditunjukkan sebagai nilai LC50. Nilai LC50
dihitung dengan menggunakan analisis probit
(Lampiran 4). Hasil uji BSLT (Tabel 1) dari
fraksi 1 sampai fraksi 8 kecuali fraksi 6
menunjukkan bahwa semua fraksi merupakan
fraksi yang aktif karena memiliki nilai LC50
kurang dari 1000 ppm (Meyer et al. 1982).
Nilai LC50 fraksi 6 tidak ditentukan karena
rendemen yang diperoleh sangat kecil
sehingga tidak dapat diuji.
Tabel 1. Hasil uji BSLT fraksi-fraksi biji
mahoni
Fraksi
Bobot (g)
LC50
(ppm)*
Etil asetat
5.8886
56.69
1
1.1722
227.23
2
0.2336
74.30
3
0.0253
42.26
4
0.1947
71.64
5
0.0291
90.44

4

dan 4 tetes NH4OH pekat lalu dikocok.
Setelah itu ditambahkan 5 ml H2SO4 4 N
kemudian dikocok hingga terbentuk dua
lapisan. Lapisan asam (tidak berwarna)
dipipet ke dalam plat tetes lalu ditambahkan
reagen Meyers, Wagner, Dragendorf pada
masing-masing lubang plat. Kandungan
alkaloid ditunjukkan dengan adanya endapan
putih pada reangen Meyers, coklat pada
reagen Wagner, dan jingga pada reagen
Dragendorf.
Uji Tanin
Sebanyak 0.1 g sampel dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml
air panas dan dikocok sampai dingin.
Sebanyak 6 tetes filtrat dipipet ke dalam plat
tetes lalu ditambahkan beberapa tetes FeCl3
1%. Warna kuning kehijauan menunjukkan
adanya kandungan tanin.
Uji Flavonoid
Sebanyak 0.1 g sampel ditambah 10 ml
air panas lalu dipanaskan lagi selama 5 menit
dan disaring. Sebanyak 5 ml filtrat
ditambahkan sedikit serbuk Mg dan 1 ml HCl
pekat dan 1 ml amil alkohol kemudian
dikocok. Adanya flavonoid ditunjukkan
dengan
terbentuknya
warna
merah/jingga/kuning pada lapisan amil
alkohol.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak dan Fraksi
Secara umum, penelitian terdiri atas 4
tahap, yaitu ekstraksi, fraksinasi, uji BSLT,
dan uji Sitotoksik (Lampiran 2). Ekstraksi
dengan metode Soxhletasi menggunakan
pelarut
n-heksana
bertujuan
untuk
menghilangkan kandungan lemak pada biji
mahoni. Lemak perlu di hilangkan lebih
dahulu agar tidak mengganggu analisis
senyawa metabolit sekunder target. Setelah
kandungan lemak hilang, dilakukan maserasi
dengan metanol untuk menarik semua
senyawa aktif yang terdapat dalam sampel.
Ekstrak metanol dipekatkan dengan penguap
putar pada suhu 40 oC. Diharapkan pada
suhu tersebut senyawa metabolit sekunder
tidak rusak. Tahap ekstraksi ini diperoleh
ekstrak metanol pekat sebesar 20.73 g

(16.92%).
Ekstrak metanol pekat dipartisi dengan
etil asetat:air (3:2) untuk memisahkan
senyawa polar dan semipolar. Senyawa polar
terekstrak oleh air sedangkan senyawa
semipolar terekstrak oleh etil asetat.
Rendemen fraksi etil asetat yang diperoleh
ialah 5.89 g (4.9%).
Untuk meningkatkan kemurnian senyawa
yang terekstrak oleh etil asetat maka
sebanyak 2,12 g fraksi etil asetat difraksinasi
pada kolom dengan fase diam silika G 60 dan
fase gerak kloroform dan etil asetat secara
bergradien dengan peningkatan kepolaran.
Dari sini diharapkan terjadi pemisahan
senyawa berdasarkan perbedaan polaritasnya.
Untuk mengetahui jumlah fraksi yang
diperoleh, dilakukan uji kualitatif dengan
KLT. Hasilnya memperlihatkan adanya 8
fraksi (Lampiran 3). Fraksi 1 bersifat
cenderung nonpolar karena terbawa oleh
CHCl3, sedangkan fraksi 8 bersiat semipolar
karena terbawa oleh etil asetat.
Toksisitas terhadap Larva Udang
Untuk menentukan fraksi aktif yang akan
digunakan pada tahap uji sitotoksik maka
dilakukan uji BSLT dengan A. salina. Uji
BSLT merupakan metode yang cepat dan
sederhana untuk mengamati aktivitas
farmakologi suatu senyawa (MacLaughin
1991). Aktivitas suatu senyawa ini
ditunjukkan sebagai nilai LC50. Nilai LC50
dihitung dengan menggunakan analisis probit
(Lampiran 4). Hasil uji BSLT (Tabel 1) dari
fraksi 1 sampai fraksi 8 kecuali fraksi 6
menunjukkan bahwa semua fraksi merupakan
fraksi yang aktif karena memiliki nilai LC50
kurang dari 1000 ppm (Meyer et al. 1982).
Nilai LC50 fraksi 6 tidak ditentukan karena
rendemen yang diperoleh sangat kecil
sehingga tidak dapat diuji.
Tabel 1. Hasil uji BSLT fraksi-fraksi biji
mahoni
Fraksi
Bobot (g)
LC50
(ppm)*
Etil asetat
5.8886
56.69
1
1.1722
227.23
2
0.2336
74.30
3
0.0253
42.26
4
0.1947
71.64
5
0.0291
90.44

5

6
7
8

0.0011
0.1394
0.0179

* (-): nilai LC50 tidak ditentukan.

226.00
252.32

Fraksi 3 merupakan fraksi yang paling
aktif dengan nilai LC50 42.26 ppm, tetapi
karena rendemen sangat kecil maka dipilih
fraksi 2 yang memiliki rendemen cukup
banyak dan nilai LC50 74.30 ppm untuk uji
sitotoksik terhadap sel T47D.
Sitotoksisitas Fraksi Aktif Terhadap sel
T47D
Sel T47D merupakan kultur sel kanker
yang diisolasi dari jaringan tumor duktal
payudara seorang wanita berusia 54 tahun.
Sel ini dikulturkan dalam media RPMI yang
mengandung 0.1% penisilin-streptomisin
sebagai antibakteri gram positif dan negatif
agar terhindar dari kontaminasi. Selain itu
juga mengandung FBS sebagai faktor
pertumbuhan sel dan NaHCO3 sebagai
pengatur pH dalam inkubator CO2 5% pada
suhu 37 oC (Schafer et al. 2000).
Sifat sitotoksik fraksi 2 dapat ditentukan
dari
kemampuannya
membunuh
dan
menghambat pertumbuhan sel T47D.
Kemampuan membunuh dan menghambat
pertumbuhan ditentukan sebagai nilai persen
penghambatan proliferasi (%PP). Nilai %PP
ditentukan dari perbandingan persentase sel
hidup terhadap kontrol negatif sel (Lampiran
5). Jumlah sel yang masih hidup dapat
ditentukan dengan menggunakan reagen
MTT.
Sel hidup memiliki enzim suksinat
dehidrogenase yang diproduksi dalam
mitokondria. Enzim ini akan mereduksi MTT
yang merupakan garam tetrazolium berwarna
kuning
membentuk
kristal
formazan
berwarna biru (Gambar 2). Warna biru
formazan
dapat
diamati
dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang
570 nm sehingga jumlah sel hidup dapat
dihitung.
Nilai
absorbans
formazan
sebanding dengan tingkat kehidupan sel
dalam media kultur.

Gambar 2. Reaksi pembentukan formazan
Efek penghambatan proliferasi fraksi 2
naik sejalan dengan peningkatan konsentrasi
(Gambar 3). Namun, pada konsentrasi 250
ppm sudah tidak terjadi kenaikan yang
signifikan. Dari profil penghambatan
proliferasi diperoleh nilai IC50 dari fraksi 2
sebesar 49.12 ppm (Lampiran 5). Fraksi 2
berpotensi sebagai antikanker karena
memiliki nilai IC50 kurang dari 50 ppm
(Mans et al. 2000).

Gambar 3.

Kurva pengaruh konsentrasi
fraksi
2
terhadap
persen
penghambatan proliferasi

Dalam penelitian ini juga dilakukan
pengujian kontrol positif dari obat antikanker
cisplatin.
Cisplatin
merupakan
obat
kemoterapi yang banyak digunakan untuk
pengobatan kanker payudara, overium,
serviks, karsinoma dan sarkoma ostogenik.
Ciplatin
adalah
senyawa
turunan
+
cis-diklorodiaminplatinum(2 ) (Reedijk &
Lohman 1985). Nilai %PP sel T47D oleh
cisplatin cenderung berlangsung linier
(Gambar 4). Cisplatin mampu menghambat
pertumbuhan sel dengan nilai IC50 6,08 ppm
(Lampiran 6).

6

Gambar 4. Kurva pengaruh konsentrasi
cisplatin terhadap persen
penghambatan proliferasi
Mekanisme kerja antikanker dari cisplatin
yaitu dengan membentuk tautan pada
rangkaian DNA sehingga dapat mengganggu
transkripsi
dan
translasi.
Cisplatin
melepaskan 2 ion Cl membentuk ion N-Pt2+
dihidrat kemudian mengikat atom N7 dari
nukleotida guanosin yang berdekatan pada
rangkaian yang sama (Reedijk & Lohman
1985).
Uji Fitokimia
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui
kandungan senyawa metabolit sekunder dari
fraksi etil asetat dan fraksi 2 hasil kolom
(Tabel 2).
Tabel 2. Hasil uji fitokimia fraksi etil asetat
dan fraksi 2
Uji fitokimia
Fraksi*
Fraksi 2*
etil asetat
Saponin
Steroid/triterpenoi
+
+
d
+
+
Alkaloid
Tannin
Flavonoid
* (+): senyawa tersebut ada dalam fraksi

Fraksi etil asetat dan fraksi 2
menunjukkan hasil positif pada uji
steroid/triterpenoid dengan terbentuknya
warna hijau kebiruan (Lampiran 8).
Keduanya juga menunjukkan hasil positif
pada uji alkaloid, yaitu terbentuk endapan
berwarna putih dengan reagen Meyers,
cokelat dengan reagen Wagner, dan jingga
dengan reagen Dragendorf (Lampiran 9).
Sementara pada uji saponin, flavonoid, dan
tanin menunjukkan hasil negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua fraksi tersebut
mengandung senyawa golongan alkaloid dan

steroid/triterpenoid.
Efek farmakologi dari senyawa golongan
alkaloid terhadap kanker telah dilaporkan,
yaitu alkaloid vinkristin dan vinblastin dari
tanaman
Vinca
yang
menghentikan
pembelahan sel pada tahap metafase sehingga
sel kanker dapat dihambat pertumbuhannya
(Nogrady
1992).
Senyawa
golongan
triterpenoid dalam biji mahoni merupakan
senyawa limonoid (Shahidur et al. 2009).
Efek farmakologi limonoid dalam buah jeruk
mampu menghambat pertumbuhan sel kanker
payudara dengan cara menginduksi kematian
sel
secara
apoptosis
(kematian
sel
terprogram) (Harris et al. 2009). Limonoid
dari Azadicarta indica juga mampu
menghambat proliferasi sel koriokarsinoma
manusia (BeWo) dengan cara menginduksi
apoptosis (Kumar et al. 2008).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan
dapat diambil kesimpulan bahwa fraksi 2
dengan nilai LC50 74.30 ppm dan rendemen
0.2336 g, mampu menghambat pertumbuhan
sel T47D dengan nilai IC50 sebesar 49.12
ppm. Fraksi 2 mengandung senyawa alkaloid
dan steroid/triterpenoid.
Saran
Perlu dilakukan pemisahan lebih lanjut
pada fraksi 2 untuk mendapatkan senyawa
yang lebih murni sehingga struktur senyawa
aktifnya dapat dielusidasi. Selain itu perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
mekanisme penghambatan pertumbuhan sel
kanker serta pengujian sitotoksik terhadap sel
normal.

DAFTAR PUSTAKA
Boik J. 1996. Cancer and Natural Medicine:
A Textbook of Basic Science and
Clinical Research. New York: Oregon
Medical Pr.
Hahn DB, Payne WA. 2003. Focus on
Health. New York: Mc-Graw Hill.
Harris ED, Poulose SM, Patil B. 2009.
Impact of citrus limonoids on human

6

Gambar 4. Kurva pengaruh konsentrasi
cisplatin terhadap persen
penghambatan proliferasi
Mekanisme kerja antikanker dari cisplatin
yaitu dengan membentuk tautan pada
rangkaian DNA sehingga dapat mengganggu
transkripsi
dan
translasi.
Cisplatin
melepaskan 2 ion Cl membentuk ion N-Pt2+
dihidrat kemudian mengikat atom N7 dari
nukleotida guanosin yang berdekatan pada
rangkaian yang sama (Reedijk & Lohman
1985).
Uji Fitokimia
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui
kandungan senyawa metabolit sekunder dari
fraksi etil asetat dan fraksi 2 hasil kolom
(Tabel 2).
Tabel 2. Hasil uji fitokimia fraksi etil asetat
dan fraksi 2
Uji fitokimia
Fraksi*
Fraksi 2*
etil asetat
Saponin
Steroid/triterpenoi
+
+
d
+
+
Alkaloid
Tannin
Flavonoid
* (+): senyawa tersebut ada dalam fraksi

Fraksi etil asetat dan fraksi 2
menunjukkan hasil positif pada uji
steroid/triterpenoid dengan terbentuknya
warna hijau kebiruan (Lampiran 8).
Keduanya juga menunjukkan hasil positif
pada uji alkaloid, yaitu terbentuk endapan
berwarna putih dengan reagen Meyers,
cokelat dengan reagen Wagner, dan jingga
dengan reagen Dragendorf (Lampiran 9).
Sementara pada uji saponin, flavonoid, dan
tanin menunjukkan hasil negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua fraksi tersebut
mengandung senyawa golongan alkaloid dan

steroid/triterpenoid.
Efek farmakologi dari senyawa golongan
alkaloid terhadap kanker telah dilaporkan,
yaitu alkaloid vinkristin dan vinblastin dari
tanaman
Vinca
yang
menghentikan
pembelahan sel pada tahap metafase sehingga
sel kanker dapat dihambat pertumbuhannya
(Nogrady
1992).
Senyawa
golongan
triterpenoid dalam biji mahoni merupakan
senyawa limonoid (Shahidur et al. 2009).
Efek farmakologi limonoid dalam buah jeruk
mampu menghambat pertumbuhan sel kanker
payudara dengan cara menginduksi kematian
sel
secara
apoptosis
(kematian
sel
terprogram) (Harris et al. 2009). Limonoid
dari Azadicarta indica juga mampu
menghambat proliferasi sel koriokarsinoma
manusia (BeWo) dengan cara menginduksi
apoptosis (Kumar et al. 2008).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan
dapat diambil kesimpulan bahwa fraksi 2
dengan nilai LC50 74.30 ppm dan rendemen
0.2336 g, mampu menghambat pertumbuhan
sel T47D dengan nilai IC50 sebesar 49.12
ppm. Fraksi 2 mengandung senyawa alkaloid
dan steroid/triterpenoid.
Saran
Perlu dilakukan pemisahan lebih lanjut
pada fraksi 2 untuk mendapatkan senyawa
yang lebih murni sehingga struktur senyawa
aktifnya dapat dielusidasi. Selain itu perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
mekanisme penghambatan pertumbuhan sel
kanker serta pengujian sitotoksik terhadap sel
normal.

DAFTAR PUSTAKA
Boik J. 1996. Cancer and Natural Medicine:
A Textbook of Basic Science and
Clinical Research. New York: Oregon
Medical Pr.
Hahn DB, Payne WA. 2003. Focus on
Health. New York: Mc-Graw Hill.
Harris ED, Poulose SM, Patil B. 2009.
Impact of citrus limonoids on human

SITOTOKSISITAS FRAKSI AKTIF BIJI MAHONI
(Swietenia mahagoni)
PADA SEL KANKER PAYUDARA T47D

RIDA FARIDA CAHYANI SETIANI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

6

Gambar 4. Kurva pengaruh konsentrasi
cisplatin terhadap persen
penghambatan proliferasi
Mekanisme kerja antikanker dari cisplatin
yaitu dengan membentuk tautan pada
rangkaian DNA sehingga dapat mengganggu
transkripsi
dan
translasi.
Cisplatin
melepaskan 2 ion Cl membentuk ion N-Pt2+
dihidrat kemudian mengikat atom N7 dari
nukleotida guanosin yang berdekatan pada
rangkaian yang sama (Reedijk & Lohman
1985).
Uji Fitokimia
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui
kandungan senyawa metabolit sekunder dari
fraksi etil asetat dan fraksi 2 hasil kolom
(Tabel 2).
Tabel 2. Hasil uji fitokimia fraksi etil asetat
dan fraksi 2
Uji fitokimia
Fraksi*
Fraksi 2*
etil asetat
Saponin
Steroid/triterpenoi
+
+
d
+
+
Alkaloid
Tannin
Flavonoid
* (+): senyawa tersebut ada dalam fraksi

Fraksi etil asetat dan fraksi 2
menunjukkan hasil positif pada uji
steroid/triterpenoid dengan terbentuknya
warna hijau kebiruan (Lampiran 8).
Keduanya juga menunjukkan hasil positif
pada uji alkaloid, yaitu terbentuk endapan
berwarna putih dengan reagen Meyers,
cokelat dengan reagen Wagner, dan jingga
dengan reagen Dragendorf (Lampiran 9).
Sementara pada uji saponin, flavonoid, dan
tanin menunjukkan hasil negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua fraksi tersebut
mengandung senyawa golongan alkaloid dan

steroid/triterpenoid.
Efek farmakologi dari senyawa golongan
alkaloid terhadap kanker telah dilaporkan,
yaitu alkaloid vinkristin dan vinblastin dari
tanaman
Vinca
yang
menghentikan
pembelahan sel pada tahap metafase sehingga
sel kanker dapat dihambat pertumbuhannya
(Nogrady
1992).
Senyawa
golongan
triterpenoid dalam biji mahoni merupakan
senyawa limonoid (Shahidur et al. 2009).
Efek farmakologi limonoid dalam buah jeruk
mampu menghambat pertumbuhan sel kanker
payudara dengan cara menginduksi kematian
sel
secara
apoptosis
(kematian
sel
terprogram) (Harris et al. 2009). Limonoid
dari Azadicarta indica juga mampu
menghambat proliferasi sel koriokarsinoma
manusia (BeWo) dengan cara menginduksi
apoptosis (Kumar et al. 2008).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan
dapat diambil kesimpulan bahwa fraksi 2
dengan nilai LC50 74.30 ppm dan rendemen
0.2336 g, mampu menghambat pertumbuhan
sel T47D dengan nilai IC50 sebesar 49.12
ppm. Fraksi 2 mengandung senyawa alkaloid
dan steroid/triterpenoid.
Saran
Perlu dilakukan pemisahan lebih lanjut
pada fraksi 2 untuk mendapatkan senyawa
yang lebih murni sehingga struktur senyawa
aktifnya dapat dielusidasi. Selain itu perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
mekanisme penghambatan pertumbuhan sel
kanker serta pengujian sitotoksik terhadap sel
normal.

DAFTAR PUSTAKA
Boik J. 1996. Cancer and Natural Medicine:
A Textbook of Basic Science and
Clinical Research. New York: Oregon
Medical Pr.
Hahn DB, Payne WA. 2003. Focus on
Health. New York: Mc-Graw Hill.
Harris ED, Poulose SM, Patil B. 2009.
Impact of citrus limonoids on human

7

h
e
a
l
t
h
.
http://www.actahort.org/books/744/744_
12.htm [25 Juni 2009].
Haryanti F. 2002. Isolasi senyawa antibakteri
dari biji mahoni (Swietenia mahagoni
Jacq.)
[skripsi].
Bogor:
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.

candidate anticancer compound. The
Oncologys 5:185-98.
Meyer BN, Ferigni NR, Putnam JE, Jacobsen
RE, Nicholas, McLaughin JL. 1982.
Brine shrimp: A convenient general
bioassay for active plant constituent.
Planta med 45:31-34.

Heyne K. 1950. Denuttige Planted van
Indonesian. Ed ke-3. Gravenhage: NV
Uitgeverij van Noeves.

[NCI] National Cancer Institut. 2009. Breast
c
a
n
c
e
r
.
http://www.cancer.gov/cancer-topics/
types/breast.htm [11 Mei 2009].

Hidayat MA 2002. Uji aktifitas antikanker
ekstrak heksan daun Eupatorium
triplinerve Vahl. terhadap kultur sel
meiloma. Jurnal Ilmu Dasar 3:92-97.

Nogrady T. 1992. Kimia Medisinal. Rasyid R,
Musadad A, penerjemah; Niksolihin SM,
editor. Bandung: ITB Pr. Terjemahan
dari: Medicinal Chemistry.

Jerry DJ. 2007. Roles of estrogen and
progesterone in breast cancer prevention.
Breast Canc Res 9:102.

Putri NE. 2004. Inhibisi fraksi aktif biji
mahoni
pada
pertumbuhan
Saccharomyces cerevisiae sebagai uji
antikanker. [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.

Kumar V, Abbas AK, Fausato N. 2005.
Cellular Adaptation, Cell Injury, and
Cell Death. Di dalam: Robin, Kumar,
editor. Patologic Basis of Disease. Ed
ke-7. Philadelphia: WB Saunders.
Kusminarto. 2006. Deteksi sangat dini
kanker payudara. http://kompas.com/
kompas-cetak/0604/17/ilpeng/25748.htm
[21 Juni 2009].
Lewis R. 2003. Human Genetics: Concept
and
Aplication.
New
York:
McGraw-Hill.
MacKinon S, Durst T, Arnason JT. 1997.
Antimalarial
activity
of
tropical
meliaceae
extracts
and
gedunin
derivatives.
J
Natural
Product
60:336-341.
MacLaughin J. 1991. Crown Gad Tumours
on Potato Disc and Brine Shrimp
Lethality: Two Simple Bioassay for
Higher Plant Screening and Fractination.
Di dalam: Hostettmann K, editor.
Methods in Plant Biochemistry. Ed ke-6.
New york: Pergamon.
Mans DRA, Adriana Bd’R, Schwartsmann G.
2000. Anticancer drugs discovery and
development in Brazil: targeted plants
collection as a rational strategy to acquire

Reedijk J, Lohman PHM. 1985. Cisplatin:
Synthesis, antitumor activity, and
mecanism of action. Pharm Weekly
7:173-80.
Schafer JM, Lee ES, O’Regan RM, Yao K,
Jordan VC. 2000. Rapid development of
tamoxifen-stimulated mutant p53 breast
tumor (T47D) in athymic mice. Clin
Cancer Res 6:4373-4380.
Shahidur R, Azad C, Husne-Ara A, Sheikh
ZR, Mohammad SA, Lutfun N, Satyajit
DS. 2009. Antibacterial actifity of two
limonoids from swietenia mahagoni
against multiple-drug-resistant (MDR)
bacterial strains. J Nat Med 63:41-45.
Sianturi AHM. 2001. Isolasi dan fraksinasi
senyawa bioaktif dari biji mahoni
(Swietenia mahagoni Jacq.) [skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Sukardiman. 2000. Isolasi dan sitotoksik
senyawa triterpen dari kulit batang
Swietenia mahagoni Jacq. [skripsi].
Surabaya: Fakultas Farmasi, Universitas
Airlangga.

8

Syamsuhidayat SS, Hutapea JR. 1991.
Inventaris Tanaman Obat di Indonesia.
Volume ke-1. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Depkes
RI.
Tjidarbumi D. 1986. Tumor Ganas pada
Wanita. Jakarta: Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia.
Tjidarbumi D, Mangunkusumo R. 2002.
Cancer in Indonesia, present and future.
Jpn J Clin Oncol 32:S17-S21.
Warren BS et al. 2002. Phytoestrogen and
breast cancer. http://envirocancer.cornel.
edu [22 Juni 2009].

SITOTOKSISITAS FRAKSI AKTIF BIJI MAHONI
(Swietenia mahagoni)
PADA SEL KANKER PAYUDARA T47D

RIDA FARIDA CAHYANI SETIANI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

ABSTRAK
RIDA FARIDA CAHYANI SETIANI. Sitotoksisitas Fraksi Aktif Biji Mahoni
(Swietenia mahagoni) pada Sel Kanker Payudara T47D. Dibimbing oleh DUDI
TOHIR dan PUSPITA EKA WUYUNG.
Fraksi etil asetat biji mahoni (Swietenia mahagoni) berdaun kecil telah
dilaporkan memiliki toksisitas terhadap larva udang Artemia salina dan berpotensi
sebagai obat. Penelitian ini bertujuan menguji sitotoksisitas fraksi aktif biji mahoni
terhadap sel kanker payudara T47D. Fraksi etil asetat difraksinasi menggunakan
kromatografi kolom klasik dengan fase diam silika gel dan fase gerak
kloroform-etil asetat secara bergradien sehingga diperoleh 8 fraksi. Fraksi 2 dengan
nilai konsentrasi letal 50 sebesar 74.30 ppm mampu menghambat pertumbuhan sel
T47D dengan nilai konsentrasi inhibisi 50 sebesar 49.12 ppm. Berdasarkan hasil uji
fitokimia dapat diketahui bahwa fraksi 2 mengandung senyawa alkaloid dan
steroid/triterpenoid.
ABSTRACT
RIDA FARIDA CAHYANI SETIANI. Cytotoxicity of Active Fraction from
Swietenia mahagoni Seed at Breast Cancer T47D. Supervised by DUDI TOHIR
and PUSPITA EKA WUYUNG.
Ethyl asetate fraction was reported to be toxic to Artemia salina and has a
potency as medicine. The purpose of this study was to examine cytotoxicity of
active fraction from Swietenia mahagoni seed toward breast cancer T47D. Ethyl
acetate fraction was fractionated used clasic cromatography coloum with silica gel
as the stationary phase and chloroform-ethyl acetate as the mobile phase gradiently
and yielded 8 fraction. Fraction 2 with 50 lethal concentration 74.30 ppm could
inhibit the growth of T47D cell with 50 inhibition concentration of 49.12 ppm.
Based on phytocemical assay, fraction 2 consisted of alkaloid and
steroid/triterpenoid.

SITOTOKSISITAS FRAKSI AKTIF BIJI MAHONI
(Swietenia mahagoni)
PADA SEL KANKER PAYUDARA T47D

RIDA FARIDA CAHYANI SETIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2009

Judul
Nama
NIM

: Sitotoksisitas Fraksi Aktif Biji Mahoni (Swietenia mahagoni) pada Sel
Kanker Payudara T47D
: Rida Farida Cahyani Setiani
: G44202028

Disetujui
Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Dudi Tohir, MS.
NIP 19571104 198903 1 001

Dra. Puspita Eka Wuyung, MS.
NIP 19650420 199103 2 004

Diketahui
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. Drh. Hasim, DEA
NIP 19610328 198601 1 002

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Rahim-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan laporan hasil penelitian dengan
judul Efek Sitotoksik Fraksi Aktif Biji Mahoni (Swietenia mahagoni) pada Sel Kanker
Payudara T47D. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Institut
Pertanian Bogor dan Laboratorium Kultur sel, Pusat Teknologi Farmasi dan Medika,
Laboratorium Pengembangan Teknologi Industri Agro dan Biomedika (LAPTIAB), Deputi
Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, Badan Penelitian dan Pengembangan
Teknologi (BPPT) Serpong, Tangerang. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan
Desember 2008 hingga Mei 2009 di bawah bimbingan Drs. Dudi Tohir, MS dan Dra.
Puspita Eka Wuyung, MS.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Dudi Tohir, MS. selaku
pembimbing pertama dan Ibu Dra. Puspita Eka Wuyung, MS. selaku pembimbing kedua
atas pemberian perhatian, arahan, dan dorongan semangat selama penelitian dan penulisan
skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak M. Solkhan, S.Hut.
selaku kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi Unit Jasa &
Informasi yang telah membantu penulis dalam penyediaan sampel penelitian; Bapak Sabur
dan Ibu Yenni selaku laboran Laboratorium Kimia Organik yang telah membantu penulis
selama penelitian; Bapak Drs. Agung Eru W., M.Si., Apt. selaku Ketua Laboratorium
Teknologi Farmasi dan Medika yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
pengujian sampel dan Drs. Tarwadi, M.Sc selaku Koordinator Tim Bioassay yang telah
memeriksa hasil pengujian serta Rahma Micho W, S.Si, Fery Azis W, S.Si, dan
Apriyanta, S.Si selaku staf Laboratorium Kultur Sel yang telah membantu penulis dalam
mengerjakan pengujian; rekan-rekan di Laboratorium Kimia Organik atas kerjasama dan
dukungannya selama penelitian; staf Departemen Kimia yang membantu kelancaran
penelitian dan penyusunan skripsi; rekan-rekan mahasiswa Kimia IPB khususnya
rekan-rekan Kimia angkatan 39, rekan-rekan Baituz Zuhruf dan rekan-rekan Tidar serta
yang teristimewa bapak, ibu dan kakak atas cinta kasih, dorongan, dan doanya.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Bogor, Juni 2009
Rida Farida Cahyani Setiani

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Desember 1983 sebagai anak kedua dari dua
bersaudara, anak dari pasangan M Zubaidi dan Ruqayah. Penulis lulus dari Sekolah
Menengah Umum Negeri 1 Boyolali pada tahun 2002. masuk IPB melalui jalur USMI
pada tahun 2002 pada Program Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama perkuliahan penulis pernah menjadi asisten
praktikum mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada tahun 2004 dan 2005, Teknik
Laboratorium Kimia Organik pada tahun 2005, dan Kimia Bahan Alam pada tahun 2006.
Selama bulan Juli hingga Agustus 2006 penulis mengikuti praktik lapangan di
Laboratorium Penelitian Mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Bogor.

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
TINJAUAN PUSTAKA
Swietenia mahagoni
1
Kanker Payudara
1
Uji Antikanker
2
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
2
Ekstraksi dan Fraksinasi
2
Uji Toksisitas Fraksi Terhadap Larva Udang
3
Uji Sitotoksik Fraksi Aktif Terhadap sel T47D
3
Uji Fitokimia
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak dan Fraksi
4
Toksisitas Fraksi Terhadap Larva Udang
4
Sitotoksisitas Fraksi Teraktif Terhadap sel T47D
4
Uji Fitokimia
5

Halaman

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
6
Saran
6
DAFTAR PUSTAKA
6
LAMPIRAN
7

DAFTAR TABEL
1
2

Hasil uji BSLT fraksi-fraksi biji S. Mahagoni.
Hasil uji fitokimia fraksi etil asetat dan fraksi 2

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Buah dan biji S. Mahagoni
Reaksi pembentukan formazan
Kurva pengaruh konsentrasi fraksi 2 terhadap persen proliferasi
Kurva pengaruh konsentrasi cisplatin terhadap persen proliferasi

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Identifikasi S. mahagoni.
Diagram alur penilitian.
Kromatogram pencarian fraksi hasil kolom kromatografi
Data hasil uji BSLT
Data hasil uji sitotoksik fraksi 2 terhadap sel T47D
Data hasil uji sitotoksik kontrol positif cisplatin terhadap sel T47D
Foto hasil uji steroid/triterpenoid

Halaman
4
5

Halaman
1
5
5
5

Halaman
9
10
11
12
13
14
15

8

Foto hasil uji alkaloid

15

1

PENDAHULUAN
Kanker payudara