Analisis Kelayakan Usaha Gula Aren (StudiKasus :Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat)

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN

(StudiKasus :Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

KARINA SHAFIRA 110304043 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN

(StudiKasus :Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

KARINA SHAFIRA 110304043 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

KetuaKomisiPembimbing AnggotaKomisiPembimbing

( Ir. Lily Fauzia, M.Si) (Ir. Iskandarini, M.M) NIP. 196308221988032003 NIP. 196405051994032002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

ABSTRAK

KARINA SHAFIRA (110304043/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN DENGAN STUDI KASUS DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT”. Penelitian ini dilakukan pada bulan januari tahun 2015 dengan dibimbing oleh Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Iskandarini, M.M

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku) untuk usaha gula aren di daerah penelitian, untuk mengetahui apakah usaha gula aren layak atau tidak layak dikembangkan di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku) dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan untuk menganalisis kelayakan usaha gula aren dianalisis dengan BEP dan R/C Ratio. Penentuan sampel dilakukan secara sensus dengan jumlah pengrajin sampel sebanyak 20 pengrajin gula aren. Data yang digunakan adalah data primer dengan bantuan daftar pertanyaan kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku cukup tersedia di daerah penelitian. Diperoleh hasil BEP Produksi < Produksi maka usaha gula aren layak dan diperoleh hasil BEP Harga < Harga maka usaha gula aren layak dan diperoleh hasil R/C Ratio > 1. Dengan nilai R/C Ratio lebih besar dari 1 maka dapat disimpulkan bahwa usaha gula aren layak dikembangkan secara finansial di daerah penelitian.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 29 Juni 1993 sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari Bapak Alm A. Hadi Lubis dan Ibu Hj. Syahrida Khairani. Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut :

1. Sekolah Dasar di SD Kemala Bhayangkari I Medan, lulus pada Tahun 2006. 2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Harapan 2 Medan, lulus pada Tahun 2009. 3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Medan, lulus pada Tahun 2011. 4. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Tanjung Ibus, Kecamatan

Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, pada bulan Agustus 2014 sampai dengan September 2014.

5. Mengadakan penelitian skripsi di Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat pada tahun 2015.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Analisis Kelayakan Usaha Gula Aren (Kasus : Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat)” yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Dengan segala hormat dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih atas segala motivasi, bantuan serta dukungan berupa doa dan semangat kepada ayahanda tercinta Bapak Alm A. Hadi Lubis dan ibunda tercinta Ibu Hj. Syahrida Khairani, nenek tersayang Hj. Ratna Sari, serta abangda Reza Abduh SH yang selalu memberi semangat dan memotivasi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si selaku ketua komisi pembimbing, dan Ibu Ir. Iskandarini, M.Si selaku anggota komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan, masukan, bimbingan, dan semangat selama penulisan skripsi ini.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara, M.Ec, selaku ketua dan sekretaris Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2. Seluruh dosen di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa.


(6)

3. Seluruh staf akademik dan pegawai di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu seluruh proses administrasi.

4. Sahabat-sahabat tersayang yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan yaitu Astri Andani, Sonia Ramadhani, Juwita Sari Manulang, Noviarny Anggasta Lara, Finka Adisti Nasution, Fadia Atikah, Faqita Iqlima Putri, Nidya Diani dan kawan-kawan 2011 lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

5. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini dan turut serta membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2015

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Teori Kelayakan ... 10

2.2.2 Teori Produksi ... 12

2.2.3 Teori Harga ... 13

2.2.4 Teori Pendapatan ... 14

2.3 Penelitian Terdahulu ... 15

2.4 Kerangka Pemikiran ... 15

2.5 Hipotesis Penelitian ... 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 19

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 19

3.4 Metode Analisis Data ... 19

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ...21

3.5.1 Definisi ...21

3.5.2 Batasan Operasional ...22

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 23

4.1.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah ... 23


(8)

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 26

4.2 Karakteristik Responden ... 27

4.2.1. Umur ... 27

4.2.2. Tingkat Pendidikan ... 28

4.2.3. Jumlah Tanggungan ...29

4.2.4. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang Dimiliki...29

4.2.5. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang Berproduksi ...30

4.2.6. Pengalaman Dalam Pengolahan Gula Aren ...31

4.2.7. Umur Tanaman yang Disadap ...31

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Proses Pengolahan Gula Aren di Daerah Penelitian ... 33

5.1.1 Bahan Baku ... 33

5.1.2 Gula Aren ... 35

5.2 Ketersedian Input Produksi ... 39

5.2.1 Ketersediaan Lahan ... 39

5.2.2 Ketersediaan Bahan Baku ... 40

5.2.3 Ketersediaan Modal ... 41

5.2.4 Ketersediaan Tenaga Kerja ... 42

5.3 Analisis Biaya Pengolahan Gula Aren di Desa Mancang ... 44

5.3.1 Biaya Tetap (Total Cost) ... 44

5.3.2 Biaya Variabel ... 46

5.3.3 Biaya Total (Total Cost) ... 49

5.4 Analisis Pendapatan ... 49

5.4.1 Total Penerimaan (Total Return) ... 49

5.4.2 Pendapatan ... 50

5.5 Analisis Kelayakan Usaha Gula Aren ... 51

5.5.1 BEP Volume Produksi ... 51

5.5.2 BEP Harga Produksi ... 52

5.5.3 Analisis Kelayakan Dengan R/C Ratio ... 53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 54

6.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. JUDUL HALAMAN

1. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Komoditi Aren Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

3

2. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Komoditi Aren di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

18

3. Potensi Penggunaan Lahan di Desa Mancang Tahun 2014 24

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014

24

5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2014 25

6. Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2014 26

7. Sarana dan Prasarana Desa Mancang Tahun 2014 26

8. Komposisi Umur Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang 27

9. Tingkat Pendidikan Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang 28

10. Tanggungan Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang 29

11. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang dimiliki Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang

30

12. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang Berproduksi di Desa Mancang 30 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

Pengalaman Pengrajin dalam Pengolahan Gula Aren di Desa Mancang

Umur Tanaman Aren yang Disadap Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang

Ketersediaan Lahan dan Status Kepemilikan Lahan di Daerah Penelitian

Sumber Bahan Baku (Nira) di Daerah Penelitian Kepemilikan Modal Usaha Gula Aren

Jumlah Penduduk Menurut Usia Tahun 2014

Biaya PBB (Pajak Bumi Bangunan) Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

31 32 40 41 42 40 44


(10)

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

Biaya Penyusutan Alat Perlengkapan Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

Rata-rata Biaya Tetap pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

Rata-rata Bahan Pendukung pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

Rata-rata Biaya TKDK pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

Rata-rata Biaya Variabel pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

Rata-rata Biaya Total pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

Total Rata-rata Penerimaan pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

Total Pendapatan pada Usaha Gula aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

45

46

47

48

48

49

50


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. JUDUL HALAMAN

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Kurva BEP

Skema Kerangka Pemikiran Pohon Aren

Tangga untuk Pengambilan Nira Proses Pemanasan Nira

Pengadukan Nira Cetakan Bambu

Gula Aren Setelah Dicetak Gula Aren

11 16 33 34 37 37 38 38 39


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. JUDUL

1. Karakteristik Responden Gula Aren di Desa Mancang

2. Ketersediaan Bahan Baku (Nira) di Desa Mancang

3. Ketersediaan Modal

4. Biaya PBB (Pajak Bumi Bangunan) Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

5. Total Penggunaan dan Biaya Penyusutan Alat Perlengkapan Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

6. Biaya Bahan Pendukung Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

7. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Keluarga pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

8. Penerimaan pada Usaha Gula Aren Selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang


(13)

ABSTRAK

KARINA SHAFIRA (110304043/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN DENGAN STUDI KASUS DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT”. Penelitian ini dilakukan pada bulan januari tahun 2015 dengan dibimbing oleh Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Iskandarini, M.M

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku) untuk usaha gula aren di daerah penelitian, untuk mengetahui apakah usaha gula aren layak atau tidak layak dikembangkan di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku) dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan untuk menganalisis kelayakan usaha gula aren dianalisis dengan BEP dan R/C Ratio. Penentuan sampel dilakukan secara sensus dengan jumlah pengrajin sampel sebanyak 20 pengrajin gula aren. Data yang digunakan adalah data primer dengan bantuan daftar pertanyaan kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku cukup tersedia di daerah penelitian. Diperoleh hasil BEP Produksi < Produksi maka usaha gula aren layak dan diperoleh hasil BEP Harga < Harga maka usaha gula aren layak dan diperoleh hasil R/C Ratio > 1. Dengan nilai R/C Ratio lebih besar dari 1 maka dapat disimpulkan bahwa usaha gula aren layak dikembangkan secara finansial di daerah penelitian.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman aren merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki iklim yang sesuai dengan kondisi di Indonesia. Tanaman aren sudah sejak lama dikenal sebagai pohon yang dapat menghasilkan bahan-bahan untuk industri kerajinan. Tanaman ini merupakan tanaman yang sangat berguna bagi manusia sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk bebagai keperluan.

Semua bagian pohon aren dapat diambil manfaatnya, mulai dari bagian-bagian fisik pohon maupun dari hasil-hasil produksinya. Hampir semua bagian fisik pohon ini dapat dimanfaatkan, misalnya: akar (untuk obat tradisional dan peralatan), batang (untuk berbagai macam peralatan dan bangunan), daun muda atau janur (untuk pembungkus atau pengganti kertas rokok yang disebut dengan kawung) (Iswanto, 2009).

Pohon aren merupakan pohon yang sangat cocok ditanam di daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Tanaman aren biasanya ditemui di daerah perbukitan, lembah dan juga pegunungan. Tanaman ini dapat tumbuh dimana saja sebab tidak memerlukan perawatan yang subur.

Pohon aren adalah salah satu jenis tumbuhan palma yang memproduksi buah, nira dan pati atau tepung di dalam batang. Hasil produksi aren ini semuanya dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Hasil produksi aren yang paling banyak diusahakan oleh masyarakat adalah nira yang diolah untuk menghasilkan gula aren dan produk ini memiliki pasar yang sangat luas. Negara-negara yang


(15)

membutuhkan gula aren dari Indonesia adalah Arab Saudi, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Jepang dan Kanada (Sapari, 1994).

Pemanfaatan tanaman aren di Indonesia sudah berlangsung lama. Namun agak lama perkembangannya menjadi komoditi agribisnis karena sebagian tanaman aren yang diusahakan adalah tumbuh secara alamiah atau belum dibudidayakan. Budidaya tanaman aren baru mendapat perhatian mulai tahun 2002 setelah mendapat perhatian pemerintah untuk ditelaah agar memperoleh teknologi aren. Teknologi tanaman aren yang sudah diteliti antara lain teknik pembibitan, teknik penyadapan dan pengawetan nira, teknik pengolahan gula cetak, gula semut dan

teknik pengolahan “palm wine” (Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain, 2006). Sumatera Utara merupakan salah satu daerah potensial dalam memproduksi aren.

Namun, Petani aren di Sumatera Utara belum menjadikan tanaman aren sebagai

komoditas unggulan. Kebutuhan aren di Provinsi Sumatra Utara masih jauh dari mencukupi. Tanaman aren masih dikelola secara tradisional untuk bahan baku tuak dan gula aren. Petani masih mengandalkan bibit dari aren yang tumbuh alami di kebunnya. Selain pengelolaan kebun, penyadapan dan pengolahan hasil juga masih dilakukan dengan cara tradisional. Peluang mengembangkan industri hilir dari tanaman aren di Sumatera Utara masih sangat tersedia (Siregar, 2007). Dari data Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2014 disajikan luas areal, produksi dan produkstivitas komoditi aren Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013 yang dapat di lihat pada tabel berikut :


(16)

Tabel 1. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Komoditi Aren Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Kabupaten Luas Areal (Ha) Produki Rata-Rata KK

TBM TM TTM Jumlah (Ton) (Kg/Ha/Thn)

Deli Serdang 143,30 337,80 17,50 498,60 357,10 1.057,13 1.471

Langkat 37,00 107,50 - 156,20 85,2 792,56 285

Simalungun - 633,32 62,6 695,92 600,09 947,53 2.984

Karo 80,50 463,50 146,10 690,10 453,69 978,83 996

Dairi 17,00 41,50 2,00 60,50 28,27 681,20 363

Tapanuli

Utara 160,95 264,75 57,70 483,20 237,27 896,20 414 Tapanuli

Tengah 2,50 47,20 8,00 57,20 54,50 1.154,66 274

Nias 4,00 7,00 - 11,00 4,00 571,43 100

Nias Utara 12,50 38,00 15,00 65,50 31,50 828,95 137

Nias Barat 0,50 1,00 0,50 2,00 0,35 350,00 35

Kota Gunung

Sitoli - - - -

Nias Selatan - - - -

Tapanuli

Selatan 85,25 255,00 92,00 432,25 116,55 457,06 1.313

Labuhan Batu 2,00 3,50 0,60 6,10 4,00 1.142,86 26

Labuhan Batu

Utara - - - -

Labuhan Batu

Selatan - - - -

Asahan - - - -

Mandailing

Natal 113,50 425,70 148,25 687,45 686,84 1.613,44 304 Toba Samosir 67,70 139,50 37,35 244,55 92,54 663,37 360 Humbang

Hasundutan 41,95 154,90 27,60 224,45 127,56 823,50 354 Pak-Pak

Bharat - - - -

Samosir 112,00 115,05 12,00 239,05 100,07 869,80 1.357 Serdang

Bedagai 4,65 12,40 - 17,05 14,75 1.189,52 -

Padang

Lawas Utara 101,00 123,00 14,00 238,00 109,94 893,82 769

Batu Bara - - - -

Padang

Lawas 185,19 79,75 104,02 368,96 35,34 443,13 413

Total 1.171,49 3.250,37 756,72 5.178,58 3.139,56 965,91 11.955 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2014


(17)

Dari tabel 1 dapat diketahui jumlah luas areal tanaman aren di Sumatera Utara pada tahun 2013 sebesar 5.178,58 ha dengan total produksi sebesar 3.139,56 ton, serta rata-rata produksi sebesar 965,91 kg/ha/tahun yang dikelola oleh 11.955 kepala keluarga.

Komoditi perkebunan yang banyak dilestarikan dan ditingkatkan oleh industri kecil adalah gula aren yang bahan baku berasal dari tanaman aren. Ditinjau dari segi pembuatannya dan bentuk hasilnya maka usaha pengolahan gula aren termasuk dalam food-processor, yaitu mengolah hasil pertanian menjadi bahan konsumsi. Pada kenyataannya, gula merah yang berasal dari nira aren lebih unggul dari gula merah yang berasal dari nira kelapa. Gula aren memiliki cita rasa yang jauh lebih manis dan tajam. Oleh karena itu industri pangan yang menggunakan gula merah lebih senang gula aren. Pada umumnya harga gula aren dipasaran lebih mahal daripada gula kelapa (Sapari, 1995).

Usaha industri kecil pengolahan gula aren yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat masih menggunakan peralatan yang sederhana dan usaha ini berkembang hingga sekarang, disamping itu penggunaan gula aren sebagai bahan baku industri pangan sehari-hari banyak dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat, baik di kota maupun di desa. Hal ini tentunya memberikan peluang untuk mengembangkan industri pengolahan gula aren secara lebih meluas.

Ketersediaan input perlu diperhatikan dalam usaha gula aren. Input yang dimaksud adalah lahan, modal, tenaga kerja dan bahan baku. Modal merupakan hal terpenting untuk memulai suatu usaha. Modal digunakan untuk membeli berbagai alat investasi untuk memulai suatu usaha. Tenaga kerja juga diperlukan untuk memulai suatu usaha. Adapun fungsi dari tenaga kerja yaitu untuk


(18)

mempermudah kita dalam suatu pekerjaan, misalnya adanya tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Usaha pengolahan gula aren kedepannya mempunyai prospek yang baik, tetapi harus ditopang dengan keberadaan bahan baku yang memadai guna menunjang kegiatan proses produksi gula aren tersebut. Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana ketersediaan input sebagai usaha awal untuk mengetahui potensi gula aren dan bagaimana kelayakan usaha gula aren secara ekonomis maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja, bahan baku) untuk usaha gula aren di daerah penelitian?

2. Apakah usaha gula aren layak dikembangkan secara finansial di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi ketersediaan input (lahan, modal, tenaga kerja, bahan baku) untuk usaha gula aren di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui apakah usaha gula aren layak atau tidak layak dikembangkan di daerah penelitian.


(19)

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pengrajin usaha gula aren guna meningkatkan produksi.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Tanaman aren (Arenga pinnata) merupakan tanaman berbiji tertutup

(Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman aren ini termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan). Tanaman aren banyak terdapat mulai dari Pantai Timur India sampai ke daerah Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini banyak terdapat hampir di seluruh wilayah nusantara (Sunanto, 1993).

Tanaman ini hampir mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya, jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas) yaitu pelapah daun dan kapasnya mudah di ambil sedangkan pohon aren memiliki batang yang sangat kotor karena batangnya terbalut ijuk yang warnanya hitam dan sangat kuat sehingga pelapah daun yang sudah tua pun sangat sulit untuk diambil atau dilepas dari batangnya. Oleh karena itulah, batang pohon aren sering ditumbuhi oleh banyak tanaman jenis paku-pakuan (Soeseno, 1995).

Aren merupakan jenis tanaman tahunan, berukuran besar, berbentuk pohon soliter tinggi hingga 12 m, diameter setinggi dada (DBH) hingga 60 cm tanaman aren dapat tumbuh mencapai tinggi dengan diameter batang sampai 65 cm dan tinggi 15 m bahkan mencapai 20 m dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang. Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5 meter, helaian daun panjangnya dapat mencapai 1,45 meter, lebar 7 cm dan bagian bawah daun ada lapisan lilin (Soeseno, 1992).


(21)

Tanaman Aren (Arenga pinnata) sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung) dan berpasir. Tetapi tanah ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi (derajat keasaman tanah terlalu asam). Banyaknya curah hujan juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman aren. Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun (Hatta, 1993).

Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 mdpl. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari 800 m, tanaman aren tersebut dapat tumbuh tetapi produksi buahnya kurang memuaskan (Soesono, 1991).

Pada umunya tanaman ini mulai membentuk bunga pada umur 12-16 tahun. Bunga yang muncul pertama kali adalah bunga betina. Sekitar 3 bulan kemudian bunga jantan mulai tumbuh di bawah bunga betina tepung sari bunga jantan ini sudah terlambat menyerbuk putik bunga betina. Nira aren yang digunakan untuk pembuatan gula merah atau tuak dan cuka merupakan hasil penyadapan tandan bunga jantan. Untuk dapat memperoleh nira dalam jumlah banyak, bunga betina harus dihilangkan (Sunanto, 1993).

Dalam pembuatan gula aren dikenal adanya dua jenis bahan, yaitu bahan baku (utama) dan bahan pendukung. Bahan baku merupakan bahan utama industri gula aren karena tanpa bahan tersebut tidak akan dapat diproduksi gula aren. Sedangkan bahan pendukung adalah bahan bantu atau penunjang bahan baku (utama). Bahan baku yang digunakan untuk membuat gula aren adalah nira aren.


(22)

Nira ini diperoleh dari hasil penderesan pada tangkai bunga aren yang belum mekar, sedangkan bahan pendukung yang digunakan untuk membuat gula aren adalah akar rabet, kapur, dan metabisulfide atau pengawet (Sapari, 1995).

Langkah pertama adalah penyeleksian bahan. Bahan yang tidak memenuhi syarat akan menghasilkan gula aren yang mutunya buruk. Bahkan mungkin tidak akan menjadi gula, melainkan bahan manisan bila dicampur buah kelapa dan sebagainya. Langkah kedua adalah penyiapan peralatan. Alat-alat yang sudah ditetapkan hendaknya dipersiapkan secara matang agar pelaksanaan pembuatan gula aren berjalan lancar. Langkah ketiga adalah pembuatan gula merah. Nira mempunyai sifat mudah asam karena adanya proses fermentasi oleh bakteri

Soceharomyses sp. Oleh karena itu nira harus segera diolah setelah diambil dari pohon, paling lambat 90 menit setelah dikeluarkan dari bumbung. Nira dituangkan sambil disaring dengan kasa kawat yang dibuat dari bahan tembaga, kemudian ditaruh diatas tungku perapian untuk segera dipanasi (direbus) (Sunanto, 1993). Langkah keempat adalah penyeleksian hasil akhir. Ada dua macam tahap dalam penyeleksian akhir ini, tahap yang pertama adalah sebelum dibungkus yaitu untuk mengetahui gula yang berwarna kuning kecoklat-coklatan, kuning pucat dan hitam. Gula aren yang baik dan siap di pasarkan adalah yang berwarna kuning kecoklat-coklatan. Kemudian tahap yang kedua adalah sesudah dibungkus yaitu untuk mengetahui kelengkapan gula, kebersihan dan kerapian bungkus. Jika perlu pada tahap ini dilengkapi dengan plastik, label dan tali yang baik. Label digunakan untuk mengetahui identitas dari pengusaha/pengrajin (Sapari, 1995).


(23)

2.2.1. Teori Kelayakan

Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian studi kelayakan adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti finansial maupun dalam arti sosial benefit (Ibrahim, 2009).

Studi kelayakan bisnis/usaha biasanya menggunakan analisis kelayakan investasi dimana pada dasarnya sama dengan kegiatan investasi. Kelayakan investasi dapat dikelompokkan kedalam kelayakan finansial dan kelayakan ekonomi. Dalam analisis investasi, tujuan utama yang hendak dicapai adalah membandingkan biaya (costs) dan manfaat dengan berbagai usulan investasi (Soetriono, 2006). Untuk menilai suatu usaha gula aren dalam rangka memperoleh suatu tolak ukur yang mendasar dalam kelayakan investasi telah dikembangkan suatu metode analisis yaitu dengan kriteria investasi maka dapat ditarik beberapa kesimpulan apakah benefit suatu kesempatan dalam berinvestasi. Dengan demikian, suatu kriteria investasi merupakan suatu alat apakah suatu usaha yang dilaksanakan layak atau tidak layak. Menurut Soekartawi (2000) kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

1. Break Event Point (BEP)

Secara umum BEP adalah suatu keadaan dimana produksi dalam suatu perusahaan tidak ada untung tidak ada rugi, impas antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan pendapatan yang diterima.


(24)

Kurva BEP dapat kita lihat sebagai berikut :

Gambar 1. Kurva BEP

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa break even adalah titik potong antara jumlah biaya (garis jumlah biaya) dengan jumlah penjualan (garis penjualan).

-Daerah rugi

Dimana garis jumlah biaya di atas garis penjualan atau dengan kata lain jumlah biayanya lebih besar daripada jumlah penjualan.

-Daerah laba

Sebaliknya, dimana garis penjualan diatas atau lebih besar dari pada garis jumlah biaya.

Manfaat BEP :

- Menentukan harga jual per satuan

- Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimum agar tidak mengalami kerugian

- Memaksimalkan jumlah produksi

- Merencanakan laba yang diinginkan perusahaan (Kasmir, 2008).


(25)

Kekurangan Analisis BEP :

-Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataannya harga ini kadang-kadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran pasar.

-Asumsi terhadap biaya dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume penjualan biaya tetap tidak bisa selalu tetap karena pembelian mesin dan peralatan lainnya. Demikian juga perhitungan biaya variabel per unit juga akan dapat berubah dipengaruhi oleh perubahan ini.

-Jenis barang yang diproduksi pada kenyataan tidak selalu satu jenis. -Biaya tetap tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.

-Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume. (Sofyan, 2006).

2. R/C Ratio

R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk (Soekartawi, 2000).

2.2.2. Teori Produksi

Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan produk (keluaran). Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Produksi atau memproduksi menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatau barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum (Putong, 2002).


(26)

Produksi juga merupakan suatu kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaatnya. Manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya manfaat bentuk, manfaat waktu, manfaat tempat, serta kombinasi dari beberapa manfaat tersebut di atas. Dengan demikian produksi tidak terbatas pada pembuatan, tetapi sampai pada distribusi. Namun komoditi bukan hanya dalam bentuk output barang, tetapi juga jasa. Produksi adalah merujuk pada transformasi dari berbagai input menjadi output beberapa barang atau jasa (Salvatore, 2001).

Teori produksi yang sederhana menggambarkan hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut (Sukirno, 2005).

2.2.3. Teori Harga

Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang, ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan. Salah satu gejala ekonomi yang penting bagi petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga. Suatu barang mempunyai harga karena dua sebab, yaitu barang itu berguna dan jumlahnya terbatas.Suatu barang merupakan barang ekonomi dalam ilmu ekonomi dinyatakan barang tersebut mempunyai permintaan dan penawaran. Suatu barang mempunyai permintaan karena barang tersebut berguna, sedangkan barang tersebut mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas (Tjiptono, 2002).

2.2.4. Teori Pendapatan

Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat


(27)

produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah (Soekartawi, 1990).

Defenisi pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan perubahan lebih dari total harta kekayaan, badan usaha awal periode dan menekankan pada jumlah nilai yang statis pada akhir periode. Pendapatan secara khusus diukur sebagai aliran kas ditambah perubahan dalam nilai bersih aktiva. Dari definisi yang dikemukakan diatas, pendapatan menurut ekonomi mengindikasikan adanya suatu aliran kas yang terjadi dari satu pihak kepada pihak lainnya (Wild, 2003). Pendapatan harus didapatkan dari aktivitas produktif. Pendapatan bagi masyarakat (upah, bunga, sewa dan laba) muncul sebagai akibat jasa produktif (productive service) yang diberikan kepada pihak business. Pendapatan bagi pihak business diperoleh dari pembelian yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa yang dihasilkan atau diproduksi oleh pihak business, maka konsep pendapatan (income) menurut ekonomi pada dasarnya sangat berbeda dengan konsep pendapatan (revenue) menurut akuntansi (Rosyidi,1999).

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan yang menjadi rujukan adalah

Rahman (2008) dengan judul “Analisa Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Aren


(28)

Kabupaten Paser” dengan hasil penelitian bahwa usaha pengolahan gula aren di daerah penelitian diperoleh nilai R/C (1,5 > 1) maka usaha pengolahan gula aren di daerah penelitian dinyatakan layak untuk dikembangkan secara finansial.

2.4. Kerangka Pemikiran

Usaha gula aren merupakan usaha yang dilakukan oleh petani dengan mengelola input produksi yang tersedia untuk memperoleh hasil (produksi). Biaya-biaya produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya usaha gula aren terdiri dari biaya pemeliharaan kebun aren, tenaga kerja, bahan baku, dan modal untuk pengolahan aren. Jumlah produksi yang akan dihasilkan mempengaruhi penerimaan petani, dimana besarnya produksi tersebut ditentukan oleh produktivitas usaha gula aren tersebut. Penerimaan juga dipengaruhi oleh harga jual gula aren dan penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga jual gula aren ke pasaran. Pendapatan yang diterima petani dari usaha gula aren merupakan jumlah penerimaan dari usaha gula aren yang dikurangi dengan total biaya produksi. Usaha gula aren dikatakan layak diusahakan bila dari analisis ekonomi memberikan hasil layak. Adapun analisis yang digunakan untuk menilai apakah usaha gula aren layak untuk dikembangkan secara ekonomis atau tidak, yaitu dengan analisis BEP dan R/C Ratio.

Produksi

Input Produksi : Lahan

Bahan Baku Modal Usaha Gula Aren


(29)

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Hubungan

2.5. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut: usaha gula aren layak dikembangkan secara finansial di daerah penelitian.

Pendapatan Usaha Gula Aren

Penerimaan Biaya Produksi

Tidak Layak Layak

Analisis Kelayakan


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara sengaja yaitu di Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa Desa Mancang Kecamatan Selesai merupakan salah satu sentra produksi tanaman aren dan penghasil gula aren di Kabupaten Langkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 2. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Komoditi Aren di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara

Kecamatan Luas Areal (Ha)

Produks

i Rata-Rata KK

TB

M TM

TT M

Jumla

h (Ton)

(Kg/Ha/Thn

)

Bahorok 2 11 1 14 9,4 854,55 18

Serapit - - - -

Salapian - 6 1 7 6 1000 16

Kutambaru - - - -

Sei Bingei 14 21 1 36 23 1095,24 70

Kuala - 6 - 6 4,2 700 9

Selesai 11 9 - 20 4,5 500 55

Binjai - 2 - 2 1 500 4

Stabat - 1 - 1 0,7 700 1

Wampu - 1 - 1 0,8 800 1

Batang

Serangan 1 9 4 14 6,3 700 24

Sawit

Seberang - 2 - 2 1 500 4

Padang

Tualang - 3 - 3 1,8 600 5

Hinai - 4 2 6 2 500 13

Secanggang - 3 - 3 1,8 777,78 4

Tanjung Pura 6 9 0,5 15,50 7 800 21

Gebang - 5 0,7 5,7 4 500 7

Babalan - 2 - 2 1 500 3

Sei Lepan - 2 - 2 1 500 2

Brandan

Barat - 0,5 1 1,5 0,3 600 2


(31)

Pangkalan

Susu 3 9 0,5 12,5 8 888,89 23

Pematang

Jaya - - - -

Jumlah 37

107,

5 11,7 156,20 85,2 792,56 285 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2013

3.2. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode sensus, yaitu semua individu yang ada dalam populasi dicacah (diselidiki atau diwawancarai) sebagai responden (Wirartha, 2006). Adapun banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua anggota populasi, yaitu sebanyak 20 pengrajin gula aren di daerah penelitian.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pengrajin gula aren dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi, seperti Dinas Perkebunan Pemprov. Sumut dan kantor Kecamatan Selesai yang terkait di daerah penelitian.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah 1 diuji dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan mengamati sejauh mana ketersediaan input (lahan, bahan baku, modal dan tenaga kerja) di daerah penelitian.

Untuk hipotesis dianalisis dengan menggunakan perhitungan BEP (Break Even Point) dan R/C Ratio.

Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue


(32)

- BEP Volume Produksi =

- BEP Harga Produksi =

Kriteria uji : Titik impas yang terlampaui apabila nilai masing-masing variable lebih tinggi dari hasil perhitungan BEP (Break Even Point) (Sunarjono, 2000).

 R/C (Return Cost Ratio) atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut :

a = R/C R = Py. Q C = FC + VC

a = {(Py.Y) / (FC+VC)} Dimana :

R = Penerimaan (Rp) C = Biaya (Rp)

Py = Harga output (Rp) Y = Output (Kg) FC = Biaya Tetap (Rp) VC = Biaya Tidak Tetap (Rp) Kriteria :

Jika R/C > 1, maka usaha layak untuk dilaksanakan Jika R/C = 1, maka usaha impas

Jika R/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan (Soekartawi, 1994).


(33)

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran penelitian ini maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Definisi

1. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan gula aren.

2. Input produksi adalah faktor-faktor yang mendukung produksi usaha gula aren di daerah penelitian seperti lahan, bahan baku, modal dan tenaga kerja.

3. Produksi adalah semua hasil olahan gula aren baik untuk di jual maupun untuk dikonsumsi sendiri (Kg).

4. Biaya produksi adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan selama masa produksi hingga menghasilkan gula aren (Rp).

5. Pendapatan usaha gula aren adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi (Rp).

6. Penerimaan adalah jumlah produksi gula aren dikalikan dengan harga gula aren di pasaran (Rp).

7. Harga jual adalah besarnya nilai penjualan yang diterima oleh petani gula aren (Rp).

8. Analisis kelayakan usaha adalah untuk menganalisis suatu usaha layak atau tidak layak dikembangkan secara ekonomis.

9. Break Even Point adalah suatu kondisi dimana suatu usaha itu dikatakan tidak untung dan tidak rugi atau dengan kata lain dikatakan impas.

10. R/C Ratio adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan tersebut layak atau tidak dengan membandingkan total penerimaan dengan total biaya.


(34)

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah pemilik usaha gula aren. 3. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2015.


(35)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Desa Mancang, Kecamatan Selesai terletak 7 Km dari Ibukota Kecamatan, 20 Km dari Ibukota Kabupaten dan 42 Km dari Ibukota Provinsi. Desa Mancang terletak ± 30 m dpl, dengan suhu rata-rata 28-30ºC dengan curah hujan 3.455 mm serta dengan topografi datar. Desa Mancang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kuala Air Hitam - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pekan Selesai - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sei Limbat

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Selayang

Luas Desa Mancang secara keseluruhan adalah ± 786 Ha dengan 953 KK dan jumlah 3702 jiwa yang tersebar di 7 dusun. Sebagian dari luas wilayah Desa Mancang adalah merupakan areal perkebunan sehingga mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Mancang adalah berkebun. Penggunaan lahan di Desa Mancang dapat dilihat pada Tabel 3.


(36)

Tabel 3. Potensi Penggunaan Lahan di Desa Mancang Tahun 2014

No. Jenis Lahan Luas (Ha)

1. Pemukiman 226

2. Persawahan 9

3. Perkebunan 542

4. Kuburan 1

5. Prasarana Umum Lainnya 8

Jumlah 786

Sumber : Kantor Kepala Desa Mancang Tahun 2014

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah untuk perkebunan, yaitu 542 Ha dan untuk penggunaan lahan terluas kedua digunakan untuk pemukiman, yaitu 226 Ha dari luas Desa Mancang secara keseluruhan.

4.1.2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Mancang pada tahun 2014 adalah sebanyak 3702 jiwa, dengan penduduk laki-laki sebanyak 1845 jiwa dan jumlah perempuan adalah sebanyak 1857 jiwa. Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014

No. Jenis Kelamin 2014

1 Laki-laki 1845

2 Perempuan 1857

Jumlah Penduduk 3702

Jumlah Kepala Keluarga 953


(37)

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa komposisi berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah jenis kelamin laki-laki, yaitu berjumlah 1845 laki-laki, sedangkan jumlah penduduk perempuan adalah 1857.

Distribusi penduduk Desa Mancang menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2014

No. Jenis Mata Pencaharian 2014 (Jiwa)

1. Petani 860

2. Buruh Tani 460

3. PNS 23

4. Karyawan Perusahaan Swasta 73

5. Pengrajin Industri Rumah Tangga 33

6. Pedagang Keliling 13

7. Nelayan 2

8. Montir 5

9. Peternak 33

10. Bidan Swasta 5

11. Pembantu Rumah Tangga 7

12. TNI 1

13. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 4

14. Pengusaha Kecil dan Menengah 56

15. Perawat Swasta 4

Jumlah 1579

Sumber : Kantor Kepala Desa Mancang Selamat Tahun 2014

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Mancang paling banyak bermata pencaharian sebagai petani, sedangkan untuk mata pencaharian terkecil adalah TNI.


(38)

Sarana peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk seperti Desa Mancang yang berpenduduk beragama. Distribusi penduduk Desa Mancang menurut agama dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2014

No. Agama Yang Dianut 2014

1. Islam 3692

2. Protestan 10

Jumlah 3702

Sumber : Kantor Kepala Desa Mancang Tahun 2014

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Desa Mancang sebagian besar menganut agama Islam yaitu sebanyak 3692 jiwa, sedangkan agama lain yang dianut adalah agama Protestan dengan jumlah penduduk 10 jiwa.

4.1.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Mancang saat ini dinilai kurang memadai. Hal ini dikarenakan masih sedikitnya sarana-sarana yang tersedia baik itu sarana pendidikan dan sarana sosial. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Mancang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sarana Dan Prasarana Desa Mancang Tahun 2014

No. Sarana dan Prasarana 2014

1. Mesjid 5

2. Musholla 5

3. Prasarana Olahraga 5

4. Prasarana Hiburan dan Wisata 4

5. TK 1


(39)

7. SMP 1

8. SMA 1

9. Puskesmas Pembantu 1

10. Posyandu 5

Sumber : Kantor Kepala Desa Mancang Tahun 2014

4.2. Karateristik Responden

Adapun karateristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, jumlah tanaman aren yang dimiliki, jumlah tanaman aren yang berproduksi, pengalaman dalam pengolahan gula aren, dan umur tanaman yang disadap.

4.2.1. Umur

Umur memegang peranan dalam kegiatan usaha yang akan dikelola, karena semakin tua umur pengrajin maka fisik semakin lemah dalam bekerja, namun semakin tua pengrajin maka semakin banyak pula pengalaman yang dimiliki dalam melakukan suatu usaha.

Karateristik pengrajin gula aren menunjukkan bahwa umur mereka berkisar antara 18 tahun sampai dengan 50 tahun. Kelompok terbesar berumur antara 29 - 39 tahun yaitu sebanyak 8 orang (40%). Untuk lebih jelasnya jumlah pengrajin gula aren berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Komposisi Umur Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang

No. Komposisi (Tahun) Jumlah

Orang Persentase (%)

1 18 – 28 5 25

2 29 – 39 8 40

3 40 – 50 7 35


(40)

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah pengrajin yang termasuk dalam usia produktif (18 – 50 tahun) adalah 100%. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pengolahan gula aren dilakukan oleh petani yang termasuk ke dalam usia produktif, hal ini karena usaha pengolahan gula aren memerlukan tenaga kerja yang berpengalaman misalnya untuk proses pengambilan nira dan pemukulan tandan buah.

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap suatu usaha yang akan dikelola, pengrajin dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih cepat menerima sesuatu yang berkaitan dengan bidang usaha yang dikelola.

Tingkat pendidikan pengrajin gula aren masih tergolong rendah, hal ini diketahui dari jumlah pengrajin yang berpendidikan SLTP/Sederajat lebih banyak dibandingkan dengan yang berpendidikan SLTA/Sederajat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Tingkat Pendidikan Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

Orang Persentase (%)

1 Tamat SD/Sederajat 5 25

2 Tamat SLTP/Sederajat 10 50

3 Tamat SLTA/Sederajat 5 25

Jumlah 20 100

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari Tabel 9 terlihat komposisi tingkat pendidikan pengrajin gula aren terbesar adalah tamat SLTP/Sederajat sebesar 50%, dan sisanya sebesar 25% tamat SD/Sederajat dan sebesar 25% tamat SLTA/Sederajat. Sehingga dapat dikatakan


(41)

bahwa tingkat pendidikan formal pengrajin masih tergolong rendah. Hal ini tentunya merupakan kendala bagi pengembangan usahanya, sehingga dibutuhkan bimbingan dan penyuluhan dari instansi terkait guna mengingkatkan keterampilan dalam pengolahan gula aren agar dapat meningkatkan produksi gula aren.

4.2.3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan pengrajin gula aren meliputi istri, anak dan keluarga yang ikut dan menjadi tanggungan keluarga. Besarnya jumlah tanggungan keluarga pengrajin pada usaha pengolahan gula aren berkisar antara 0 – 8 orang. Sedangkan jumlah tanggungan keluarga yang terbesar yaitu 4 – 6 orang sebesar 60%, sedangkan jumlah tanggungan keluarga yang terkecil berkisar 7 – 8 orang sebesar 15%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Tanggungan Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang

No. Tanggungan Jumlah

Orang Persentase (%)

1 0 – 3 5 25

2 4 – 6 12 60

3 7 – 8 3 15

Jumlah 20 100

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan yang dimiliki pengrajin gula aren relatif cukup, hal ini tentunya dapat menguntungkan bagi pengrajin sendiri untuk dapat memanfaatkan tenaga kerja guna membantu proses pengolahan gula aren dan dapat menekan biaya produksi (biaya tenaga kerja) pada usaha pengolahan gula aren.


(42)

Faktor lahan merupakan unsur yang sangat penting dalam kegiatan usaha pengolahan gula aren, salah satunya tanaman aren. Dari hasil pengamatan jumlah tanaman (pohon) aren di daerah penelitian yang dimiliki pengrajin gula aren berjumlah 5 - 20 pohon aren yaitu sebesar 50%, 21 – 40 pohon sebesar 40%, dan 41 – 100 pohon sebesar 10%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang dimiliki Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang

No. Jumlah Aren yang dimiliki (Pohon)

Jumlah

Orang Persentase (%)

1 5 – 20 10 50

2 21 – 40 8 40

3 41 – 100 2 10

Jumlah 20 100

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

4.2.5. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang Berproduksi

Banyaknya pohon aren yang berproduksi sangat menentukan banyaknya air nira yang disadap oleh pengrajin gula aren. Dari hasil pengamatan jumlah tanaman (pohon) aren yang berproduksi di daerah penelitian yang dimiliki oleh pengrajin gula aren dengan pohon aren yang berproduksi terbesar berkisar antara 5 – 8 pohon sebesar 85% dan yang terkecil 9 – 15 pohon sebesar 15%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah Tanaman (Pohon) Aren yang Berproduksi di Desa Mancang

No. Tanaman yang Berproduksi (Pohon)

Jumlah

Orang Persentase (%)

1 5 – 8 17 85

2 9 – 15 3 15

Jumlah 20 100


(43)

4.2.6. Pengalaman Dalam Pengolahan Gula Aren

Pengalaman dalam pengolahan gula aren sangat mempengaruhi hasil olahan. Semakin lama orang mengusahakan suatu pengolahan gula aren maka akan semakin banyak pengetahuan tentang proses pengolahan yang dimiliki.

Dari lamanya pengalaman dalam pengolahan gula aren yang lama berkisar antara 3 - 10 tahun sebesar 50%, 11 – 21 tahun 35%, dan 22 – 30 tahun sebesar 15%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Pengalaman Pegrajin dalam Pengolahan Gula Aren di Desa Mancang

No. Pengalaman (Tahun) Jumlah

Orang Persentase (%)

1 3-10 10 50

2 11 – 21 7 35

3 22 – 30 3 15

Jumlah 20 100

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1 4.2.7. Umur Tanaman yang Disadap

Dari hasil pengamatan di daerah penelitian, umur tanaman yang disadap pengrajin gula aren yang terbesar berkisar antara 14-17 tahun yaitu sebesar 45% sedangkan umur tanaman yang terkecil berumur 18 tahun sebesar 10%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Umur Tanaman Aren yang Disadap Pengrajin Gula Aren di Desa Mancang

No. Umur Tanaman (Tahun)

Jumlah

Orang Persentase (%)

1 10 – 13 8 40

2 14 – 17 9 45

3 18 2 10

Jumlah 20 100


(44)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Proses Pengolahan Gula Aren di Daerah Penelitian

Proses pengolahan gula aren di daerah penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, adapun caranya adalah sebagai berikut :

5.1.1. Bahan Baku

1. Sumber Bahan Baku

Bahan baku pengolahan gula aren yang ada di Desa Mancang berasal dari penyadapan nira aren yang dilakukan oleh pengrajin gula aren sendiri. Pohon aren tersebut tumbuh secara liar diantara pohon kelapa sawit dan tanaman lainnya dilahan milik pengrajin tanpa adanya sistem pembudidayaan, namun beberapa tahun terakhir ini tanaman aren telah dibudidayakan dengan bimbingan dari instansi terkait.


(45)

2. Kebutuhan Bahan Baku

Kebutuhan air nira setiap pengrajin berbeda-beda yaitu tergantung dari banyaknya tanaman aren yang dimiliki dan umur tanaman aren tersebut, semakin tua umur tanaman aren maka jumlah air nira yang diperoleh dari hasil penyadapan pun akan semakin sedikit.

3. Persiapan dan Pemukulan Tandan Buah

Pohon aren yang akan disadap adalah berkisar antara umur 7-12 tahun dan pohon yang akan diambil niranya adalah pohon yang sudah berbuah. Jika bunga jantannya sudah cukup umur yang ditandai dengan bunganya yang merekah maka dilakukan pemasangan tangga yang terbuat dari bambu yang digunakan untuk pengambilan nira.


(46)

Setelah persiapan tangga kemudian dilakukanlah pemukulan pangkal bunga (tandan buah). Tandan buah tersebut dipukul–pukul dengan palu kayu selama waktu yang ditentukan kurang lebih 1 kali per minggu dan dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore.

4. Pengambilan Air Nira (Bahan Baku)

Air nira yang keluar adalah berasal dari bagian pangkal bunga yang dipotong, air nira kemudian ditampung dengan menggunakan jerigen. Pemasangan dan pengambilan jerigen dilakukan 2 (dua) kali sehari yaitu pada pagi hari sekitar jam 07.00 dan sore hari sekitar jam 17.00.

Setiap penggantian pangkal bunga tadi diiris tipis dengan menggunakan parang yang tajam untuk menghindari keasaman air nira, karena jika air niranya asam maka kualitas gula aren kurang baik, semakin manis air nira maka semakin baik kualitas gula aren.

5.1.2. Gula Aren

1. Penyeleksian Bahan

Hal pertama yang dilakukan untuk melaksanakan proses produksi gula aren adalah mengisi jerigen dengan kapur sirih dan kayu nangka. Campuran kapur sirih dan kayu nangka ini disebut laru. Manfaat pemberian laru adalah untuk mencegah nira menjadi asam, sebab nira yang asam akan mempengaruhi kualitas gula yang dihasilkan. Nira yang asam dapat menyebabkan sulitnya pemasakan nira menjadi gula. Namun, jika pemberian laru terlalu banyak dapat menyebabkan warna dan rasa gula yang dihasilkan menjadi kurang menarik atau kualitas gula menjadi rendah.


(47)

Setelah persiapan itu selesai, dilakukan proses penyadapan yaitu jerigen dipasang pada tangkai bunga aren yang telah diiris dengan parang hingga mengeluarkan air nira. Dalam proses penyadapan ini, nira harus diambil sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Jerigen yang dipasang pagi hari harus diambil sore hari, begitu pula sebaliknya jerigen yang dipasang sore hari harus segera diambil pagi harinya. Air nira harus segera diambil agar tidak asam, karena air nira yang dihasilkan bisa menjadi asam kalau terlalu lama tidak diolah walaupun telah diberi campuran laru. Nira yang asam akan sulit dimasak menjadi gula atau mungkin nira tersebut tidak akan menghasilkan gula melainkan hanya akan menjadi cuka atau tuak.

2. Pembuatan Gula Aren

Pembuatan gula aren di Desa Mancang dilakukan setiap dua hari sekali atau lebih kurang sebanyak tiga kali seminggu, pada hari pertama jerigen yang berisi nira diturunkan untuk kemudian dikumpulkan niranya, nira mempunyai sifat mudah asam sehingga harus segera dipanasi setelah diambil dari pohon, paling lambat 90 menit setelah dikeluarkan dari jerigen. Nira dituangkan ke wajan sambil disaring dengan menggunakan saringan kelapa, kemudian ditaruh diatas tungku perapian untuk segera dipanasi.

Pada hari kedua, dilakukan pengolahan gula aren yaitu proses memasak nira menjadi gula aren, pada proses ini perlu adanya pengadukan agar nira tidak menggumpal dan cairan panas cepat mengental.


(48)

Gambar 5. Proses Pemanasan Nira

Gambar 6. Pengadukan Nira

3. Penyeleksian Hasil Akhir

Sebelum dibungkus, dilakukan pengecekan untuk mengetahui gula yang berwarna kuning kecoklat-coklatan, kuning pucat dan hitam. Gula aren yang baik dan siap di pasarkan adalah yang berwarna kuning kecoklat-coklatan.


(49)

Sesudah dibungkus, untuk mengetahui kelengkapan gula, kebersihan dan kerapian bungkus.

Gambar 7. Cetakan Bambu


(50)

Gambar 9. Gula Aren 5.2. Ketersediaan Input Produksi

5.2.1. Ketersediaan Lahan

Faktor lahan merupakan unsur yang sangat penting dalam kegiatan usaha pengolahan gula aren, salah satunya tanaman aren. Untuk ketersediaan lahan, para pengrajin gula aren memiliki lahan sendiri, dimana pohon aren pada lahan tersebut tumbuh secara liar (alami). Biasanya pohon aren tumbuh secara alami di belakang rumah pengrajin di antar tanaman-tanaman perkebunan lainnya.


(51)

Tabel 15. Ketersediaan Lahan dan Status Kepemilikan Lahan Di Daerah Penelitian

No Sampel Tersedia Kepemilikan Sendiri

1  

2  

3  

4  

5  

6  

7  

8  

9  

10  

11  

12  

13  

14  

15  

16  

17  

18  

19  

20  

Sumber : Lampiran 1 (Data Diolah)

Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa untuk ketersediaan lahan dari sampel 1-20 cukup tersedia di daerah penelitian.

5.2.2. Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku pengolahan gula aren adalah berasal dari penyadapan nira aren yang dimiliki sendiri oleh pengrajin. Kebutuhan air nira tiap pengrajin berbeda-beda tergantung dari banyaknya pohon yang dimiliki serta umur pohon tersebut. Biasanya satu batang pohon aren dapat menghasilkan 5 – 15 liter nira per hari.


(52)

Tabel 16 . Sumber Bahan Baku (Nira) di Daerah Penelitian

No Sampel Produksi Sendiri Membeli Nira

1  -

2  -

3  -

4  -

5  -

6  -

7  -

8  -

9  -

10  -

11  -

12  -

13  -

14  -

15  -

16  -

17  -

18  -

19  -

20  -

Sumber : Lampiran 2 (Data Diolah)

Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa seluruh sampel memproduksi sendiri bahan bakunya. Air nira yang disadap oleh pengrajin gula aren di Desa Mancang berkisar rata-rata 2590,5 liter per usaha per bulan (lihat lampiran 2) dengan cara dua kali penyadapan setiap harinya yaitu pagi dan sore hari. Sumber bahan baku yaitu nira untuk pengolahan gula aren di daerah penelitian cukup tersedia dan merupakan milik pengrajin sendiri.

5.2.3 Ketersediaan Modal

Di daerah penelitian usaha gula aren merupakan usaha industri rumah tangga dan tidak semua masyarakat umum mengkonsumsi gula aren sebagai kebutuhan utama. Untuk menjalankan usaha gula aren, para pengrajin di desa Mancang menggunakan modal sendiri.


(53)

Tabel 17. Kepemilikan Modal Usaha Gula Aren

No Sampel Modal Sendiri Membeli Pinjaman

1  -

2  -

3  -

4  -

5  -

6  -

7  -

8  -

9  -

10  -

11  -

12  -

13  -

14  -

15  -

16  -

17  -

18  -

19  -

20  -

Sumber : Lampiran 3 (Data Diolah)

Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa seluruh pengrajin gula aren memiliki modal usaha yang berasal dari modal sendiri. Berdasarkan keterangan di atas, dapat dikatakan bahwa ketersediaan modal pada usaha gula aren di Desa Mancang cukup tersedia.

5.2.4 Ketersediaan Tenaga Kerja

Curahan tenaga kerja merupakan faktor pendukung berlangsungnya usaha gula aren. Berdasarkan data distribusi penduduk Desa Mancang menurut usia dapat dilihat pada Tabel 18.


(54)

Tabel 18. Jumlah Penduduk Menurut Usia Tahun 2014

No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 0-12 83 2,24

2 13-59 3145 84,95

3 60+ 474 12,80

Total 3702 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Mancang Tahun 2014

Dari Tabel 18. menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat sebesar 3702 orang. Data tabel di atas juga menunjukkan jumlah usia non produktif bayi, balita, anak-anak, dan remaja (0-12 Tahun) sebesar 83 orang (2,24%), manula (60+ Tahun) sebesar 474 orang (12,80%). Jumlah usia produktif (13-59 Tahun) adalah sebesar 3145 orang (84,95%). Usia produktif adalah usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif. Data tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Desa Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat cukup besar. Berdasarkan keterangan tersebut dan berdasarkan data total penggunaan tenaga kerja untuk usaha gula aren (lihat lampiran 7), dimana semua penggunaan tenaga kerja menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dengan curahan tenaga kerja sebesar 19,23 HKO, maka dapat dikatakan ketersediaan tenaga kerja di Desa Mancang cukup tersedia.

5.3. Analisis Biaya Pengolahan Gula Aren di Desa Mancang 5.3.1. Biaya Tetap

Biaya PBB (Pajak Bumi Bangunan)

Besarnya biaya PBB dalam usaha pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) rata-rata sebesar Rp 96.367 per usaha per bulan. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya alat dan perlengkapan dapat dilihat pada Tabel 19.


(55)

Tabel 19. Biaya PBB (Pajak Bumi Bangunan) Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

Sampel Lahan (m2) Total Biaya PBB (Rp)

1 800 163.333,33

2 200 40.833,33

3 800 163.333,33

4 720 147.000

5 624 127.400

6 672 137.200

7 256 522.66,67

8 400 81.666,67

9 216 44.100

10 600 122.500

11 320 65.333,33

12 400 81.666,67

13 272 55.533,33

14 720 147.000

15 600 122.500

16 240 49.000

17 224 45.733,33

18 352 71.866,67

19 528 107.800

20 496 101.266,67

Total 9440 1.927.333,33

Rata-rata 472 96.367

Sumber : Lampiran 4 (Data Diolah) Biaya Alat Perlengkapan

Besarnya biaya alat perlengkapan dalam usaha pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) rata-rata sebesar Rp 85.098 per usaha per bulan. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya alat dan perlengkapan dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Biaya Penyusutan Alat Perlengkapan Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

No. Jenis Alat Perlengkapan Usia Teknis (Tahun) Biaya Rata-rata (Rp) Persentase (%)

1 Parang 5 4.141,67 4,87

2 Kapak 5 842,08 0,99

3 Batu Asah 10 877,08 1,03

4 Cetakan Bambu 5 1.278 1,50


(56)

6 Gayung 1 2.038 2,39

7 Ember 2 1.054 1,24

8 Sudip 2 1.031 1,21

9 Jerigen 1 3.150 3,70

10 Tungku 10 3.496 4,11

11 Palu Kayu 15 1.324 1,56

12 Kotak Papan 5 2.929 3,44

13 Tangga Bambu 0,5 54.792 64,37

14 Penyaring 2 3.958 4,65

Total 85.098 100

Sumber : Lampiran 5 (Data Diolah)

Tabel 20 di atas memperlihatkan persentase yang terbesar dari penggunaan alat perlengkapan pada usaha pengolahan gula aren adalah biaya alat perlengkapan tangga bambu yaitu sebesar 64,37 % dan terendah adalah biaya alat perlengkapan kapak yaitu sebesar 0,99 % dari keseluruhan biaya alat.

Dari uraian-uraian biaya tersebut diatas, maka rata-rata biaya tetap pada usaha pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang sebesar Rp 181.465 per usaha per bulan. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya tetap ini dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Rata-rata Biaya Tetap pada Usaha Pengolahan Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

No. Uraian Biaya

Biaya

Rata-rata (Rp) Persentase (%)

1 Biaya PBB 96.367 53,10

2 Biaya Alat Perlengkapan 85.098 46,89

Jumlah 181.465 100

Sumber : Lampiran 4 dan 5 (Data Diolah)

Tabel 21 di atas memperlihatkan persentase yang terbesar dari komponen biaya tetap pada usaha gula aren adalah biaya PBB yaitu sebesar 53,10 % dan sisanya 46,89 % adalah biaya alat perlengkapan.


(57)

5.3.2. Biaya Variabel

Biaya variabel terdiri dari biaya bahan pendukung dan tenaga kerja. Besarnya biaya bahan pendukung dan tenaga kerja dalam usaha pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan).

Biaya Bahan Pendukung

Dalam pembuatan gula aren di Desa Mancang bahan pendukung yang diperlukan adalah tali rafia, plastik gula, kapur sirih, kayu nangka, minyak makan, dan kayu bakar. Besarnya biaya bahan pendukung dalam usaha pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) rata-rata sebesar Rp 407.238 per usaha per bulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini.

Tabel 22. Rata-rata Bahan Pendukung pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

No. Jenis Bahan Pendukung Biaya Rata-rata (Rp) Persentase (%)

1 Tali Rafia

2.300 0,56

2 Plastik Gula

21.000 5,16

3 Kapur Sirih

14.500 3,56

4 Kayu Nangka

8.625 2,12

5 Minyak Makan

20.813 5,11

6 Kayu Bakar

340.000 83,49

Total 407.238 100

Sumber : Lampiran 6 (Data Diolah)

Tabel 22 di atas memperlihatkan persentase yang terbesar dari penggunaan bahan pendukung pada usaha pengolahan gula aren adalah biaya kayu bakar yaitu sebesar 83,49% dan terendah adalah biaya tali rafia yaitu sebesar 0,56% dari keseluruhan biaya bahan baku.


(58)

Biaya Tenaga Kerja

Sumber tenaga kerja dalam penyelenggaraan usaha pengolahan gula aren di Desa Mancang seluruhnya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Curahan tenaga kerja dalam keluarga ini meliputi kegiatan persiapan untuk pemukulan tandan buah, pengambilan bahan baku (air nira), dan proses produksi. Dalam menghitung tenaga kerja digunakan hari kerja orang (HKO), dimana dalam 1 hari kerja efektif dihitung 8 jam kerja.

Dengan demikian biaya rata-rata tenaga kerja pada usaha pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang disetarakan berdasarkan upah tenaga kerja orang lain rata-rata sebesar Rp 632.077 per usaha per bulan dengan curahan tenaga kerja sebesar 19,23 HKO. Untuk lebih jelasnya mengenai besarnya biaya tenaga kerja dalam keluarga dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Rata-rata Biaya TKDK pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

No. Jenis Kegiatan TKDK Biaya Rata-rata (Rp)

Persentase (%)

1 Pemukulan Tandan Buah 102.496

16,22 2 Pengambilan Air Nira 143.391

22,69

3 Proses Produksi 386.190

61,10

Total 632.077 100

Sumber : Lampiran 7 (Data Diolah)

Dari uraian-uraian biaya tersebut diatas, maka rata-rata biaya variabel pada usaha pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang sebesar Rp 1.039.315 per usaha per bulan. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya variabel ini dapat dilihat pada Tabel 24.


(59)

Tabel 24. Rata-rata Biaya Variabel pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

No. Uraian Biaya Biaya Rata-rata

(Rp) Persentase (%)

1 Bahan Pendukung 407.238 39,18

2 Tenaga Kerja 632.077 60,82

Total 1.039.315 100

Sumber : Lampiran 6 dan 7 (Data Diolah)

Tabel 24 di atas memperlihatkan persentase yang terbesar dari komponen biaya variabel pada usaha pengolahan gula aren adalah biaya tenaga kerja yaitu sebesar 60,82 % dan sisanya 39,18 % adalah biaya bahan pendukung.

5.3.3. Biaya Total (Total Cost)

Biaya total merupakan hasil dari penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel. Analisis ini digunakan untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan oleh pengrajin gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang. Besarnya biaya total yang dikeluarkan oleh pengrajin pada usaha pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang adalah rata-rata Rp 1.220.780 per usaha per bulan. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya total pada usaha pengolahan gula aren dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Rata-rata Biaya Total pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

No. Uraian Biaya Biaya Rata-rata (Rp) Persentase (%)

1 Biaya Tetap 181.465 15

2 Biaya Variabel 1.039.315 85

Total 1.220.780 100


(60)

Tabel 25 di atas menjelaskan biaya total dari usaha pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang didominasi oleh biaya variabel yaitu sebesar 85 % dan sisanya 15% adalah biaya tetap.

5.4. Analisis Pendapatan

5.4.1 Total Penerimaan (Total Return)

Total penerimaan (Total Return) adalah perkalian antara produksi gula aren yang diperoleh pengrajin dengan harga jual gula aren saat dilakukannya penelitian ini. Analisis digunakan untuk mengetahui perolehan total penerimaan pada usaha pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang.

Produksi gula aren yang diperoleh pengrajin selama periode produksi (1 bulan) rata-rata sebesar 207,24kg per usaha per bulan, dimana harga yang berlaku pada saat penelitian Rp 14.000 per kg, maka penerimaan dari hasil pengolahan gula aren rata-rata sebesar Rp 2.901.360 per usaha per bulan.

Tabel 26. Total Rata-rata Penerimaan pada Usaha Gula Aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

No.

Produksi Gula Aren

(Kg) Harga/Kg TR

1 360 14.000 5.040.000

2 120 14.000 1.680.000

3 396 14.000 5.544.000

4 302,4 14.000 4.233.600

5 201,6 14.000 2.822.400

6 249,6 14.000 3.494.400

7 120 14.000 1.680.000

8 158,4 14.000 2.217.600

9 108 14.000 1.512.000

10 268,8 14.000 3.763.200

11 158,4 14.000 2.217.600

12 201,6 14.000 2.822.400

13 144 14.000 2.016.000

14 288 14.000 4.032.000


(61)

16 172,8 14.000 2.419.200

17 96 14.000 1.344.000

18 144 14.000 2.016.000

19 235,2 14.000 3.292.800

20 201,6 14.000 2.822.400

Total 4144,8 280.000 58.027.200

Rata-rata 207,24 14.000 2.901.360

Sumber : Lampiran 8 (Data Diolah) 5.4.2. Pendapatan

Pendapatan adalah besar pendapatan yang diperoleh pengrajin gula aren dari usaha yang dijalankan. Dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 27. Total Pendapatan pada Usaha Gula aren selama Periode Produksi (1 Bulan) di Desa Mancang

No. Uraian Biaya Biaya Rata-rata (Rp)

1 Penerimaan (TR) 2.901.360

2 Total Biaya (TC) 1.220.780

Total Pendapatan 1.680.580

Sumber : Lampiran 5,6,7 dan 8 (Data Diolah)

Pada Tabel 27 dapat dilihat bahwa pada usaha pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang rata-rata total penerimaan yang diperoleh pengrajin gula aren adalah sebesar Rp 2.901.360 per usaha per bulan dan rata-rata total biaya yang dikeluarkan oleh pengrajin gula aren adalah sebesar Rp 1.220.780 per usaha per bulan sedangkan rata-rata pendapatan yang diperoleh pengrajin gula aren di Desa Mancang adalah sebesar Rp 1.680.580 per usaha per bulan.

5.5. Analisis Kelayakan Usaha Gula Aren

Untuk menilai suatu usaha gula aren dalam rangka memperoleh suatu tolak ukur yang mendasar dalam kelayakan investasi telah dikembangkan suatu metode analisis yaitu dengan kriteria investasi agar dapat ditarik beberapa kesimpulan apakah benefit suatu kesempatan dalam berinvestasi. Dengan demikian, kriteria


(62)

investasi merupakan suatu alat apakah suatu usaha yang dilaksanakan layak atau tidak layak. Analisis kelayakan usaha gula aren merupakan hal yang penting untuk dianalisis. Analisis kelayakan usaha yang dijalankan tentunya sangat membantu para pengrajin gula aren untuk melanjutkan usahanya.

5.5.1. BEP Volume Produksi

BEP merupakan keadaan dimana produksi dalam satu perusahaan tidak ada untung dan tidak ada rugi, impas antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan pendapatan yang diterima. BEP Volume Produksi dapat diperoleh dengan menggunakan perhitungan dengan membandingkan total biaya dengan harga jual di tingkat petani, yaitu sebagai berikut :

BEP Volume Produksi =

Dimana :

TC = Total Biaya (Rp) P = Price (Rp)

BEP Volume Produksi =

= 87,19 Kg

Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume produksi yaitu rata-rata sebesar 87,19 kg per bulan, dimana produksi lebih besar daripada BEP volume produksi (207,24 > 87,19 kg) maka usaha gula aren dinyatakan layak untuk diusahakan.

5.5.2. BEP Harga Produksi

Selain BEP Harga Produksi analisis kelayakan usaha gula aren juga dapat dianalisis melalui BEP harga produksi. BEP harga produksi dapat diperoleh


(63)

dengan menggunakan perhitungan dengan membandingkan total biaya dengan total produksi, yaitu sebagai berikut :

BEP Harga Produksi = Dimana :

TC = Total Biaya (Rp) Y = Produksi (Kg)

BEP Volume Produksi =

= Rp 5.891

Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga produksi yaitu rata-rata sebesar Rp 5.891 dimana harga gula aren lebih besar daripada BEP harga produksi (Rp 14.000 > Rp 5.891) maka usaha gula aren dinyatakan layak untuk diusahakan.

5.5.3. Analisis Kelayakan dengan R/C Ratio

R/C Ratio adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan tersebut layak atau tidak, maka dapat digunakan perhitungan dengan membandingkan total penerimaan dengan total biaya.

Dari hasil pengolahan data pada usaha pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang menunjukkan bahwa nilai R/C Ratio yang diperoleh pengrajin gula aren rata-rata 2,38, dimana R/C lebih besar dari 1 (2,38 > 1) berarti usaha tersebut secara ekonomi layak untuk diusahakan, karena setiap pengeluaran investasi Rp 1 maka hasil yang diperoleh adalah Rp 2,38.


(64)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Input produksi seperti (lahan, bahan baku, tenaga kerja dan modal) tersedia di daerah penelitian.

2. Berdasarkan analisis kelayakan, maka usaha gula aren dinyatakan layak untuk diusahakan dilihat dari volume produksi yaitu sebesar 207,24 kg > BEP produksi yaitu sebesar 87,19 kg, harga jual yaitu sebesar Rp 14.000 > BEP harga yaitu sebesar Rp 5.891, dan R/C yaitu sebesar 2,38 > 1.

6.2. Saran

- Kepada Pengrajin Gula Aren

Agar pengrajin gula aren dapat meningkatkan mutu gula aren serta memperluas pasar.

- Kepada Pemerintah dan Instansi Terkait

Perlu adanya perhatian pemerintah untuk memberikan bimbingan teknis budidaya aren dan pengolahan gula aren serta penguatan modal melalui instansi terkait seperti Dinas Perkebunan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Koperasi. Dengan demikian diharapkan usaha industri rumah tangga dapat berkembang dan meningkatkan pendapatan serta memberikan dorongan atau motivasi kepada masyarakat, mengingat usaha pengolahan gula aren merupakan usaha yang layak untuk dikembangkan.


(1)

investasi merupakan suatu alat apakah suatu usaha yang dilaksanakan layak atau tidak layak. Analisis kelayakan usaha gula aren merupakan hal yang penting untuk dianalisis. Analisis kelayakan usaha yang dijalankan tentunya sangat membantu para pengrajin gula aren untuk melanjutkan usahanya.

5.5.1. BEP Volume Produksi

BEP merupakan keadaan dimana produksi dalam satu perusahaan tidak ada untung dan tidak ada rugi, impas antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan pendapatan yang diterima. BEP Volume Produksi dapat diperoleh dengan menggunakan perhitungan dengan membandingkan total biaya dengan harga jual di tingkat petani, yaitu sebagai berikut :

BEP Volume Produksi =

Dimana :

TC = Total Biaya (Rp) P = Price (Rp)

BEP Volume Produksi =

= 87,19 Kg

Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume produksi yaitu rata-rata sebesar 87,19 kg per bulan, dimana produksi lebih besar daripada BEP volume produksi (207,24 > 87,19 kg) maka usaha gula aren dinyatakan layak untuk diusahakan.


(2)

dengan menggunakan perhitungan dengan membandingkan total biaya dengan total produksi, yaitu sebagai berikut :

BEP Harga Produksi = Dimana :

TC = Total Biaya (Rp) Y = Produksi (Kg)

BEP Volume Produksi =

= Rp 5.891

Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga produksi yaitu rata-rata sebesar Rp 5.891 dimana harga gula aren lebih besar daripada BEP harga produksi (Rp 14.000 > Rp 5.891) maka usaha gula aren dinyatakan layak untuk diusahakan.

5.5.3. Analisis Kelayakan dengan R/C Ratio

R/C Ratio adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan tersebut layak atau tidak, maka dapat digunakan perhitungan dengan membandingkan total penerimaan dengan total biaya.

Dari hasil pengolahan data pada usaha pengolahan gula aren selama periode produksi (1 bulan) di Desa Mancang menunjukkan bahwa nilai R/C Ratio yang diperoleh pengrajin gula aren rata-rata 2,38, dimana R/C lebih besar dari 1 (2,38 > 1) berarti usaha tersebut secara ekonomi layak untuk diusahakan, karena setiap pengeluaran investasi Rp 1 maka hasil yang diperoleh adalah Rp 2,38.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Input produksi seperti (lahan, bahan baku, tenaga kerja dan modal) tersedia di daerah penelitian.

2. Berdasarkan analisis kelayakan, maka usaha gula aren dinyatakan layak untuk diusahakan dilihat dari volume produksi yaitu sebesar 207,24 kg > BEP produksi yaitu sebesar 87,19 kg, harga jual yaitu sebesar Rp 14.000 > BEP harga yaitu sebesar Rp 5.891, dan R/C yaitu sebesar 2,38 > 1.

6.2. Saran

- Kepada Pengrajin Gula Aren

Agar pengrajin gula aren dapat meningkatkan mutu gula aren serta memperluas pasar.

- Kepada Pemerintah dan Instansi Terkait

Perlu adanya perhatian pemerintah untuk memberikan bimbingan teknis budidaya aren dan pengolahan gula aren serta penguatan modal melalui instansi terkait seperti Dinas Perkebunan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Koperasi. Dengan demikian diharapkan usaha industri rumah tangga dapat berkembang dan meningkatkan pendapatan serta memberikan dorongan atau motivasi kepada masyarakat, mengingat usaha pengolahan gula aren merupakan usaha yang layak untuk dikembangkan.


(4)

Kepada peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti tentang pemasaran gula aren dan hal-hal lain yang belum diteliti di dalam penelitian ini.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Balai penelitian Kelapa dan Palma Lain. 2006. Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Aren. Departemen Pertanian. Medan

Cahyono, B. 2002. Wortel, Teknik Budidaya dan Analisis Usahatani. Kanisius. Yogyakarta

Harahap, S. 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi Pertama, Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hatta S. 1993. Aren Budidaya dan Multiguna. Kansius. Yogyakarta. Ibrahim, Y. 2009. Study Kelayakan Bisnis. Penerbit Rineke Cipta. Jakarta. Putong, I. (2002). Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, Ghalia

Indonesia. Jakarta

Iswanto, A.H., 2009. Aren (Arenga pinnata). Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Kasmir. 2008. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Kencana Prenada Media. Jakarta Lempang, M., 1996. Jenis-jenis kayu untuk pembangunan kapal kayu tradisional propinsi Sulawesi Selatan. Buletin Penelitian Kehutanan No.2 tahun 1996 hal.56-76. Balai Penelitian Kehutanan. Ujung Pandang.

Rahman, A. 2008. “Analisa Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Aren Oleh Masyarakat Pengrajin Di Desa Bekoso Kecamatan Pasir Belengkong Kabupaten Paser. [Skripsi]. Tanah Grogot : Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper) Muhammadiyah Tanah Grogot.

Rosyidi, S. 1999. Pengantar Teori Ekonomi : Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro, Ed Baru Cet 3, PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sukirno, S. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar edisi ketiga. PT

Rajagrafindo Persada. Jakarta

Salvatore, K. 2001. Ekonomi. Penerbit Gramedia. Jakarta.

Sapari, A. 1994. Teknik Pembuatan Gula Aren. Karya Anda. Surabaya. Sapari. A. 1995. Teknik Membuat Gula Aren. Surabaya: Karya Anda

Siregar. 2007. Petani Sumut Belum Jadikan Aren sebagai Komoditas Ungulan. http://www.medanbisnisonline.com. Petani sumut belum jadikan aren


(6)

Soesono, S. 1991. Bertanam aren. Penebar Swadaya. Jakarta

Soeseno, S. 1992. Bertanam Aren. Dalam Yuliana, A., F, Mukhyar dan A, Dja’far Kajian Finansial Usaha Pengolahan Gula Aren di Kecamatan Padang Batung Kabupaten Hulu Sungai Selatan Bertanam Aren. Jurnal Agribisnis Perdesaan 222 Volume 01 Nomor 03 September 2011.

Soeseno, S., 1995. Bertanam Aren. P.T. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sunanto, H., 1993. Aren Budidaya dan Multigunanya. Kanisius. Yogyakarta Sunarjono. 2000. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya. Jakarta

Soetriono. 2006. Daya Saing Pertanian Dalam Tinjauan Analisis. Bayumedia Publishing. Malang.

Tjiptono, F., 2002. Manajemen Jasa, Edisi II. Cetakan ketiga, Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.

Wild, J, dkk. 2005. Financial Statement Analysis. Edisi Kedelapan, Buku I. Salemba Empat. Jakarta

Wirartha, I. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. C. V Andi Offset. Yogyakarta.