Pengaruh Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia Mahagony Jacq.) Terhadap Kandungan Karbohidrat Pada Hati Dan Otot Tikus Model Diabetes Melitus

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI MAHONI
(Swietenia mahagony Jacq.) TERHADAP KANDUNGAN
KARBOHIDRAT PADA HATI DAN OTOT TIKUS MODEL DIABETES

MIFTAHUL ILMI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian
Ekstrak Etanol Biji Mahoni terhadap Kandungan Karbohidrat pada Hati dan Otot
Tikus Model Diabetes adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Miftahul Ilmi
NIM B04110040

1

ABSTRAK
MIFTAHUL ILMI, Pengaruh Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia mahagony
Jacq.) terhadap Kandungan Karbohidrat pada Hati dan Otot Tikus Model Diabetes
Melitus. Dibimbing oleh TUTIK WRESDIYATI dan I KETUT MUDITE
ADNYANE.
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang dicirikan dengan
tingginya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia). Kondisi hiperglikemia
dapat disebabkan karena rendahnya insulin atau terjadi resistensi insulin. Glukosa
yang akan diubah menjadi glikogen tidak dapat masuk ke dalam sel karena
kurangnya insulin (hormon yang menyebabkan defisiensi glukosa intraseluler).
Hal ini menyebabkan kandungan glikogen dalam berbagai organ menurun pada
kondisi DM. Mahoni (Swietenia mahagony Jacq.) merupakan salah satu tanaman
yang secara empiris sering digunakan sebagai obat diabetes. Ekstrak etanol biji

mahoni diketahui mampu menurunkan kadar glukosa darah dan menghambat
kerja enzim α-glukosidase, namun efeknya terhadap kandungan karbohidrat netral
secara histologis belum diuji. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh
pemberian ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagony Jacq.) terhadap berat
badan tikus, konsumsi ransum, kadar glukosa darah, dan kandungan karbohidrat
pada hati dan otot kerangka tikus model diabetes. Penelitian ini dilakukan
menggunakan 25 ekor tikus tikus jantan (Sprague dawley) yang dibagi menjadi 5
kelompok yaitu kelompok kontrol negatif (K-), kontrol positif DM (K+),
kelompok DM yang diberi ekstrak biji mahoni (EM), kelompok DM yang diberi
obat (KO), dan non DM yang diberi ekstrak biji mahoni (KE). Kondisi diabetes
diperoleh dengan induksi aloksan (110 mg/kgBB). Pengamatan dilakukan selama
28 hari. Tikus diterminasi dengan menggunakan ketamine 75 mg/kgBB dan
silasin 8 mg/kgBB pada akhir pengamatan. Hati dan otot tikus diambil untuk
dianalisis kandungan karbohidratnya menggunakan metode pewarnaan PAS. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji mahoni mampu
meningkatkan berat badan (BB), menurunkan kadar glukosa darah dan
meningkatkan karbohidrat pada hati dan otot kerangka tikus model diabetes.
Kata kunci: karbohidrat, diabetes, hati, ekstrak biji mahoni, otot kerangka

ABSTRACT

MIFTAHUL ILMI, Effect of Ethanolic Extract of Mahagony Seed on
Carbohydrate Content in the Liver and Muscle of Experimental Diabetic Rats.
Supervised by TUTIK WRESDIYATI and I KETUT MUDITE ADNYANE.
Diabetes Mellitus (DM) is diseases characterized by increase of blood
glucose level (hyperglicemia). Hyperglycemia can caused by insulin deficiency or
insulin resistance. Lacking of insulin (hormone cause intracellular glucose
deficiencies to perform) made glucose can not entry the cells to form glycogen as
an energy back up. As consequence glycogen content in the various organ are
decreased. Mahagony (Swietenia mahagony Jacq.) is one of the plant that
empirically used to treat diabetes. Ethanolic extract of mahagony seed can
decreased blood glucose level and inhibited α-glucosidase enzyme, but the effect
on carbohydrate histologically not tested yet. The aim of this study was to
analysed body weight, total feed consumption, blood glucose levels, and
carbohydrate content in the liver and skeletal muscle of diabetic rats. This study
used 25 male rats (Sprague dawley) that were divided into 5 group, negative
control group (K-) , positive control group (K+), DM group that were treated with
mahagony seed extract (EM), DM group that were treated with acarbose (KO),
and non DM that were treated with mahagony seed extract (KE). DM condition
was obtained by alloxan induction (110 mg/kgBW). The treatment were done for
28 days. At the end of treatment, rats were anaesthetized with ketamine 75

mg/kgBW and xylazine 8 mg/kgBW. The liver and skeletal muscle were obtained
and analyzed for carbohydrate content using PAS staining method. The result
showed that ethanolic extract of mahagony seed has potential to increase the body
weight, decreasing blood glucose levels, and increases carbohydrate content in
liver and skeletal muscle of diabetic rats.
Keywords: carbohydrate, diabetic, liver, mahagony seed extract , skeletal muscles

3

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI MAHONI
(Swietenia mahagony Jacq.) TERHADAP KANDUNGAN
KARBOHIDRAT PADA HATI DAN OTOT TIKUS MODEL DIABETES

MIFTAHUL ILMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

F#F2J /=*:A*J

J $6(=G)J $4!=*6J /AC>/J D691J *-*J)96*J
 

 "BJ :#J
B+J #6JC9CJ *0FAJ 9#$2J + $B$AJ

4J

J+'E)F2J
35+J



J

 


*A$CF.F*J 92%)J

?9&J @)J FB*0J

) JJ$BJ

$5 +5 +6(JJ

6((2J F2FAJ

=)J J $CFDJ F#*C$J

+J)
J$BJ


$5 +5 +8(J J







PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
yang berjudul, “Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia
mahagony Jacq.) terhadap Kandungan Karbohidrat pada Hati dan Otot Tikus
Model Diabetes”, dilaksanakan sejak bulan Juli 2014. Terima kasih penulis
ucapkan kepada,
1 Prof Drh Tutik Wresdiyati, PhD PAVet dan Drh I Ketut Mudite Adnyane,
MSi PhD PAVet yang telah memberikan bimbingan kepada penulis baik
selama penelitian maupun penyusunan karya ilmiah ini.
2 Prof Dr Ir Wasmen Manalu yang membimbing penulis selama masa
perkuliahan.

3 Bapak Iwan Setiawan dan Bapak Maman yang telah membantu selama
pengumpulan data.
4 Ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
5 Teman-teman sepenelitian di Laboratorium Histologi (Rahajeng
Harnastiti, Tyas Noormalasari H, Alamsah Firdaus, Rifa Rinaldi, Andi
Prasetyawan, Rifky Rizkiantino, Irene Kosim, Ulfah Andari G, Dhenok
Maria U, Filika Isman) dan adik-adik angkatan 49 atas doa dan dukungan
yang diberikan kepada penulis.
6 Teman sepermainan Yohan Naim NF, Resti Regia, Suci Siti S, Dyah M,
Rahaztya Zhafarina I, dan Ega Iftahul R terima kasih atas doa dan
dukungannya selama penulis melaksanakan penelitian.
7 Kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
Penulis sadar bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu penulis bersedia menerima kritik maupun saran demi perbaikan karya ilmiah
ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Miftahul Ilmi


7

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Mahoni (Swietenia mahagony Jacq.)

2

Tikus


3

Diabetes Melitus

3

Glikogen

4

Aloksan

4

METODE

4

Waktu dan Lokasi penelitian

4

Alat

5

Bahan

5

Prosedur

5

Analisis Data

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Berat Badan dan Konsumsi Ransum Tikus berbagai Perlakuan

8

Kadar Glukosa Darah Tikus berbagai Perlakuan

9

Histomorfologi Jaringan Hati dan Otot
SIMPULAN DAN SARAN

10
16

Simpulan

16

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

25

DAFTAR TABEL
1 Kelompok perlakuan in vivo
2 Jumlah konsumsi ransum tikus selama 28 hari perlakuan
3 Profil kandungan karbohidrat netral pada jaringan hati tikus perlakuan
secara kualitatif
4 Profil kandungan karbohidrat netral pada jaringan hati tikus perlakuan
5 Profil kandungan karbohidrat netral pada jaringan otot tikus perlakuan
secara kualitatif
6 Profil kandungan karbohidrat netral pada jaringan otot tikus perlakuan

6
9
11
11
14
14

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Biji Mahoni
3
Grafik berat badan tikus (BB) berbagai perlakuan selama 28 hari
8
Grafik Glukosa darah tikus
10
Fotomikrograf jaringan hati yang diwarnai dengan pewarnaan karbohidrat
netral (periodic acid Schiff) perbesaran objektif 10x
12
5 Fotomikrograf jaringan hati yang diwarnai dengan pewarnaan karbohidrat
netral (periodic acid Schiff) perbesaran objektif 40x
13
6 Fotomikrograf serabut otot yang diwarnai dengan pewarnaan karbohidrat
netral (periodic acid Schiff) perbesaran objektif 10x
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil penghitungan ANOVA jumlah konsumsi ransum
20
2 Hasil penghitungan ANOVA sel-sel hati yang mengandung karbohidrat netral
pada jaringan hati
21
3 Hasil penghitungan ANOVA serabut otot yang mengandung karbohidrat
netral pada jaringan otot
23

0

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) atau kencing manis merupakan suatu kondisi
kronis yang muncul ketika kadar glukosa darah berada di atas ambang normal
(WHO 2014). Kasus kejadian diabetes melitus saat ini semakin meningkat.
Menurut International Diabetes Federation (IDF) kasus diabetes di dunia
mencapai 387 juta, kasus kejadian diabetes di Indonesia pada tahun 2014
sebanyak 9 juta kasus (IDF 2014). Kasus DM pada hewan kesayangan juga
meningkat, yaitu terjadi pada kucing dan anjing. Prevalensi diabetes pada kucing
sekitar 7.4 per 1000 ekor (Lederer et al 2009). Semua kucing rentan menderita
DM namun terlihat pada umur pertengahan hingga tua. Berdasarkan survei yang
dilakukan oleh Association for Pet Obesity Prevention (APOP) tahun 2012
ditemukan sebanyak 52.5% anjing dan 58.3% kucing kelebihan berat badan atau
obesitas, kira-kira setara dengan 80 juta anjing dan kucing beresiko menderita
penyakit yang berhubungan dengan berat badan, salah satu diantaranya adalah
diabetes (APOP 2013).
Diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi beberapa kategori yaitu (a)
diabetes tipe 1, disebabkan oleh kerusakan sel β biasanya mengarah pada
kekurangan absolut hormon insulin; (b) diabetes tipe 2, disebabkan oleh gangguan
sekresi insulin secara terus menerus akibat resistensi insulin; (c) Gestational
diabetes mellitus (GDM), diabetes didiagnosa pada trisemester kedua atau ketiga
dari kehamilan; (d) diabetes tipe spesifik yang disebabkan oleh hal lain, misalnya,
monogenic diabetes syndrome (seperti neonatal diabetes dan maturity-onset
diabetes of the young [MODY]), penyakit pada eksokrin pankreas (ADA 2015).
Penderita DM mengalami kondisi yang disebut dengan hiperglikemia.
Hiperglikemia merupakan kondisi dimana kadar glukosa tinggi di atas kadar
normal. Kondisi ini dapat disebabkan karena kurangnya kadar insulin maupun
terjadi resistensi insulin. Rendahnya insulin menyebabkan laju glikogenesis
menurun, sehingga kandungan cadangan glukosa (glikogen) pada hati dan otot
rendah. Pemberian hormon insulin pada penderita DM cukup berperan dalam
terjadinya proses glikogenesis di hati, namun pemberian yang berlebihan akan
memunculkan efek samping yang tidak diinginkan (DepKes RI 2005).
Penggunaan tanaman sebagai obat diabetes dapat dijadikan alternatif yang aman.
Mahoni merupakan salah satu tanaman yang secara empiris digunakan
masyarakat di Indonesia untuk pengobatan diabetes. Bagian yang digunakan
adalah bijinya (Joshi 2000). Selain di Indonesia, mahoni (Swietenia spp) dapat
ditemukan di berbagai negara seperti Amerika, Mexico, Amerika Selatan, dan
India. Mahoni dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, namun pada habitatnya
mahoni tumbuh pada tanah yang lembab (Naveen et al. 2014). Menurut Guevara
et al. (1996) dalam studinya, biji dari mahoni (S. Mahagoni spp) digunakan
sebagai antiinflamasi, antimutagenik, dan antitumor, sedangkan dalam studi
Suryani et al. (2013) dinyatakan bahwa ekstrak metanol biji mahoni mampu
menurunkan kadar glukosa darah dan perbaikan jaringan pankreas. Penelitian
lainnya dilaporkan bahwa ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.)
dapat menghambat aktivitas enzim α-glukosidase dan berefek hipoglikemik
(Wresdiyati et al. 2015). Namun efek ekstrak etanol biji mahoni terhadap

2

kandungan karbohidrat belum pernah dilaporkan pada jaringan hati dan otot tikus
model diabetes. Sehingga perlu diadakan penelitian mengenai profil karbohidrat
pada hati dan otot tikus model diabetes yang diberi ekstrak etanol biji mahoni
(Swietenia mahagoni Jacq).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengukur jumlah konsumsi ransum tikus,
berat badan tikus, dan kadar glukosa darah tikus DM, (2) menganalisis kandungan
karbohidrat pada jaringan hati dan otot tikus model diabetes yang diberi ekstrak
etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.).
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kemajuan ilmu
pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai
pemanfaatan ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai
kandidat antidiabetes pada hewan kesayangan.

TINJAUAN PUSTAKA
Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq)
Mahoni merupakan pohon tahunan, memiliki batang bulat bercabang, daun
majemuk, menyirip genap, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan
menyirip. Buah bulat telur berlekuk lima, berwarna coklat. Biji pipih, warna hitam,
atau coklat (seperti yang terlihat pada Gambar 1B). Akar tunggang berwarna
coklat (DepKes RI 2000). Menurut Tjitrosoepomo (2000), taksonomi tumbuhan
mahoni adalah,
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Sub Kelas
: Dialypetalae
Ordo
: Rutales
Famili
: Meliaceae
Genus
: Swietenia
Spesies
: Swietenia mahagoni Jacq
Secara empiris, bagian dari tanaman mahoni digunakan untuk mengobati
malaria, diabetes, diare dan hipertensi pada manusia. Di beberapa negara Afrika
minyak biji mahoni digunakan sebagai terapi alternatif untuk berbagai luka kulit
seperti gatal dan memperbaiki luka persembuhan. Hariana (2007) menuliskan
bahwa biji mahoni secara empiris memiliki efek farmakologis antipiretik,
antijamur, menurunkan tekanan darah tinggi, kencing manis (diabetes melitus),
kurang nafsu makan, rematik, demam, dan eksim. Menurut Maiti et al. (2008)
dalam studinya melaporkan berbagai macam senyawa fitokimia telah berhasil
diisolasi dari mahoni diantaranya swetenin, swietenolida, swietemahonin,

3

khayasin, andirobin, augustineolida, 7-diasetoksi-7oksogedunin, proseranolida, 6O-asetilswietonolida. Wresdiyati et al. (2015) melaporkan bahwa biji mahoni
mengandung flavonoid, saponin, dan triterpenoid.

B

A

Gambar 1 Biji mahoni tanpa kulit (A), dengan kulit (B)
Tikus
Hewan percobaan adalah setiap hewan yang digunakan pada sebuah
penelitian biologis dan biomedia yang dipilih berdasarkan syarat atau standar
dasar yang diperlukan dalam penelitian (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Tikus
merupakan satu diantara hewan yang sering digunakan untuk uji coba. Beberapa
strain yang sering digunakan adalah Sprague-Dawley (SD) dan Wistar.
Tikus SD merupakan strain yang diciptakan oleh RW Dawley pada tahun
1925, berasal dari peranakan jantan yang tidak diketahui asalnya dan betina albino
(kemungkinan Wistar) dan telah disilangkan dengan keturunan betina selama 7
generasi. Tikus SD memiliki kepala memanjang dan ekor yang lebih panjang
dibandingkan dengan panjang tubuhnya, pertumbuhannya cepat dan mudah dalam
penanganannya (Janvier 2013).
Diabetes melitus
Diabetes merupakan kondisi kronis yang muncul ketika kadar glukosa
darah melebihi batas normal. Hal ini terjadi apabila pankreas tidak memproduksi
insulin yang cukup (hormon yang mengatur kadar gula darah) atau ketika tubuh
tidak dapat memanfaatkan insulin yang diproduksi secara efektif. Lebih dari 90%
penderita DM di seluruh dunia menderita diabetes tipe 2 (WHO 2014).
Menurut American Animal Hospital Association (AAHA) tahun 2010,
hewan yang menderita DM menunjukkan gejala klinis seperti, poliuria atau
polidipsi (PU/PD), polifagi, penurunan berat badan. Lanywati (2001) menuliskan
bahwa keberadaan zat-zat keton dan asam yang berlebihan menyebabkan
terjadinya rasa haus yang terus menerus, penurunan berat badan meskipun selera
makan tetap baik, penurunan daya tahan tubuh. Beberapa hewan menunjukkan
gejala sistemik pada penyakit yang disebabkan Diabetic Ketoacidosis (DKA),
seperti, anorexia, dehidrasi, dan muntah. Masalah lain yang dapat muncul yaitu,
lemah, kondisi tubuh yang buruk, katarak pada anjing, dan abnormal gait pada
kucing. Mamun et al. (2014) dalam studinya menyatakan bahwa diabetes yang
tidak terkontrol dapat mengarah pada komplikasi kronis seperti, kebutaan,
gangguan pada jantung dan gagal ginjal.

4

Glikogen
Glukosa disimpan dalam bentuk glikogen (pada mamalia) dan dipecah
kembali menjadi glukosa apabila dibutuhkan. Meskipun ditemukan di beberapa
jaringan, banyaknya glikogen didominasi dalam hati dan otot. Glikogen dalam
otot disimpan dalam bentuk granul yang disebut dengan partikel β sedangkan pada
hati disebut dengan partikel α yang ukurannya lebih besar dibandingkan dengan
partikel β (Newsholme dan Leech 2009).
Metabolisme glikogen diatur oleh enzim glikogen sintase dan glikogen
fosforilase. Mekanisme pengaturan glikogen pada hati dan otot berbeda. Glikogen
dalam otot berfungsi sebagai sumber energi di bawah kondisi anaerob.
Glikogenesis dihambat ketika otot berkontraksi serta adanya hormon epinefrin.
Glikogenesis dalam hati diatur oleh konsentrasi glukosa, dimana peningkatan
glukosa menstimulasi terjadinya glikogenesis melalui peningkatan aktivitas
glukokinase, konsentrasi fruktosa-6-fosfat, dan aktivitas glikogen sintase, serta
menghambat glikogen fosforilase (Newsholme dan Leech 2009). Menurut
Suarsana et al. (2010), adanya penurunan aktivitas enzim yang terlibat dalam
sintesis glikogen pada keadaan diabetes berhubungan dengan resistensi insulin
pada berbagai jaringan.
Aloksan
Aloksan merupakan substansi yang sering digunakan untuk menginduksi
DM pada hewan (Remedio et al.2011; El-demerdash 2005; Etuk 2010). Aloksan
sitotoksik analog dari glukosa, daya kerjanya selektif pada sel β pankreas (Lenzen
2008). Efek diabetogenik dari aloksan disebabkan oleh penyerapannya yang
sangat cepat dalam sel β pankreas dan pembentukan oksigen reaktif (Heikkila et al.
1996).
Tikus hiperglikemik dapat dihasilkan dengan menginjeksikan 120 -150
mg/kgBB (Filipponi et al 2008; Nugroho dan Purwaningsih 2004; Yuliana et al.
2013), sedangkan dalam studi Wresdiyati et al. (2014) dosis aloksan yang
digunakan untuk induksi DM sebesar 110 mg/kgBB. Selain aloksan, substrat yang
dapat digunakan untuk menginduksi DM pada tikus adalah streptozotosin
(Suryani et al. 2013).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Mei
2015 bertempat di Unit Pengelolaan Hewan Lab dan Laboratorium Histologi
Divisi Anatomi Histologi dan Embriologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan
Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

5

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 buah kandang, litter,
timbangan digital, glukometer, alat bedah minor, syringe, silet, cawan petri,
inkubator, tissue casette, tissue embedding console, mikrotom, gelas objek, water
bath, hot plate, cover glass, ultrasonic cleaner, blok kayu, seperangkat alat
pewarnaan histologi, mikroskop.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 ekor tikus albino
jantan galur Sprague dawley (SD), ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq),
aloksan, ketamine 10% (75 mg/kgBB), xylazine 2% (8 mg/kgBB), parafin,
akuades, larutan bouin, reagen Schiff, reagen periodic acid, air sulfit, hematoksilin,
air kran, alkohol bertingkat (70%, 80%, 90%, 95%, alkohol absolut), xylol,
entelan, NaCl 0,9%.
Prosedur
Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.)
Biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) diperoleh dari daerah Leuwiliang,
Kabupaten Bogor. Biji mahoni yang telah dibersihkan dan dikeringkan, kemudian
diblender hingga berbentuk serbuk. Selanjutnya dimasukkan ke dalam botol yang
telah berisi pelarut etanol 96% dan dimaserasi hingga diperoleh maserat yang
jernih. Kemudian maserat diuapkan menggunakan vakum evaporator pada suhu
kurang lebih 400C sampai diperoleh ekstrak etanol yang kental.
Persiapan dan Perlakuan Hewan Percobaan
Penelitian ini menggunakan 25 buah kandang beralaskan serbuk gergaji
(litter) yang terbuat dari plastik serta dibatasi dengan kawat. Tempat makan dan
minum dibersihkan setiap hari. Hewan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tikus jantan galur SD sebanyak 25 ekor, umur 2 sampai 3 bulan, berat 150200 g. Tikus dibagi menjadi lima kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 5 ekor
tikus (Tabel 1).
Tikus diadaptasikan selama 2 minggu di kandang. Tikus diberikan pakan
dua kali sehari dengan minum ad libitum. Tikus dibuat menjadi diabetes melitus
dengan induksi aloksan dosis tunggal 110 mg/kgBB (Wresdiyati et al. 2014).
Tikus diinjeksi dengan aloksan via intra peritoneal (IP). Dua hari setelah
penyuntikan dilakukan pengukuran kadar glukosa darah tikus dengan
menggunakan glukometer untuk mengetahui status diabetes yang diinginkan.
Tikus dengan kadar glukosa darah di atas 200 mg/dL3 digunakan sebagai tikus
model DM. Kim et al. (2006), dalam studinya menyebutkan bahwa kadar glukosa
darah tikus yang dapat digunakan sebagai tikus model DM sebesar 180-300
mg/dL3.

6

Tabel 1 Kelompok perlakuan uji in vivo
Kelompok
Kontrol Negatif (K-)
Kontrol Positif (K+)
Perlakuan (EM)
Kontrol Obat (KO)
Kontrol Ekstrak (KE)

Perlakuan Uji In Vivo
Non DM + Akuades
DM + Akuades
DM + Ekstrak etanol biji mahoni 500 mg/Kg BB
DM + Acarbose 2 mg/Kg BB
Non DM + Ekstrak etanol biji mahoni 500 mg/Kg BB

DM : Diabetes melitus, EM : Ekstrak etanol biji mahoni

Tikus diberi perlakuan selama 28 hari di kandang (Suarsana et al. 2010).
Selama perlakuan berlangsung, semua tikus percobaan ditimbang bobot badannya
selama 4 hari sekali dan penimbangan sisa ransum setiap hari. Pemberian ekstrak
dilakukan pagi hari pada kelompok EM dan KE. Kelompok K- dan K+ hanya
dicekok akuades untuk menjaga hewan tetap berada dalam kondisi stres yang
sama. Sejak hari pertama pemberian ekstrak pada tikus diabetes, kadar glukosa
darah (kurang lebih 8 jam setelah pemberian makan) pada semua kelompok
diukur dengan glukometer setiap 4 hari. Pada hari ke-29, dilakukan terminasi pada
tikus perlakuan menggunakan kombinasi ketamine 10% (dosis 75 mg/kgBB)
dengan xylazine 2% (dosis 8 mg/kgBB). Hati dan otot diambil lalu difiksasi dalam
larutan bouin.
Pemrosesan Jaringan Hati dan Otot Tikus
Jaringan hati dan otot difiksasi di dalam larutan bouin selama 24 jam.
Kemudian jaringan hati dan otot dihilangkan kandungan airnya (dehidrasi) dengan
menggunakan alkohol bertingkat. Prosedur dehidrasi dimulai dari jaringan yang
dimasukkan dalam alkohol 70% selama 24 jam, 80% selama 24 jam, 90% selama
24 jam, dan alkohol 95% selama 24 jam. Jaringan dimasukkan ke dalam alkohol
absolut I, II, III masing-masing selama 60 menit. Penggunaan alkohol bertingkat
dimaksudkan untuk menjaga bentuk sel atau jaringan tidak mengerut akibat
penarikan air yang terlalu cepat oleh alkohol pada konsentrasi tinggi. Sedangkan
pengulangan pada alkohol absolut dimaksudkan untuk menarik sisa air yang
masih ada sehingga pada alkohol absolut III jaringan tidak lagi mengandung air.
Proses clearing dilakukan setelah dehidrasi. Tujuan dari proses
penjernihan ini adalah menggantikan media alkohol dalam jaringan hati dan otot
yang telah mengalami proses dehidrasi dan untuk menghilangkan sisa-sisa bahan
yang dapat mengganggu proses infiltrasi parafin atau pewarnaan. Prosedur
clearing dimulai dengan memasukkan sampel ke dalam xylol I selama 60 menit,
xylol II selama 60 menit, xylol III selama 60 menit (30 menit dalam suhu ruang,
30 menit dalam inkubator).
Proses infiltrasi dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses
embedding. Tujuan infiltrasi parafin adalah menggantikan clearing agent (xylol)
yang ada dalam jaringan sehingga dapat diperoleh blok jaringan yang baik. Proses
infiltrasi dilakukan sebanyak tiga kali yakni parafin I, II, III dengan waktu
perendaman masing-masing 30 menit.
Prosedur pencetakan blok (embedding) dimulai dari penyiapan cetakan
yang ukurannya sesuai yang telah diolesi dengan gliserin dan dihangatkan pada
ruang penghangat mesin blok yang telah dihidupkan 1 sampai 2 jam sebelum

7

digunakan. Cetakan diisi dengan parafin cair dari kran tissue embedding console
sampai permukaan parafin berbentuk cembung. Jaringan dari parafin III diambil
dan dimasukkan pada cetakan dengan posisi jaringan yang akan dipotong
menghadap ke bawah. Pada satu cetakan diisi lebih kurang 7 jaringan dan diatur
sedemikian rupa untuk memudahkan pemotongan. Selanjutnya diberikan label
nama jaringan di bagian pinggir cetakan. Cetakan didinginkan pada cold plate
untuk mencegah terjadinya pembekuan parafin pada bagian atas lebih dulu.
Setelah bagian dasar parafin membeku dan bagian permukaan mulai membeku,
cetakan dipindahkan dan direndam dalam air dingin sampai semua bagian parafin
membeku. Blok parafin dikeluarkan dari cetakan lalu ditrimming dan diblok pada
balok kayu. Blok disimpan dalam refrigerator.
Blok yang telah disiapkan kemudian dipotong atau disebut juga proses
sectioning. Blok dipotong dengan menggunakan mikrotom. Ketebalan jaringan
hati dan otot kurang lebih 3 µm. Jaringan yang telah dipotong dimasukkan ke
dalam water bath diambil dengan gelas objek, lalu diletakkan di atas hot plate.
Setelah jaringan diperoleh dilakukan pewarnaan. Pewarnaan yang digunakan
adalah pewarnaan periodic acid Schiff (PAS) (Kiernan 1990).
Pewarnaan periodic acid Schiff (PAS) (Kiernan 1990)
Prosedur pewarnaan PAS dimulai dari deparafinisasi. Jaringan yang telah
diperoleh dideparafinisasi dengan menggunakan xylol (III,II,I), setelah itu
direhidrasi dengan menggunakan alkohol bertingkat mulai dari absolut III hingga
alkohol 70%. Kemudian slide preparat yang berisi jaringan dimasukkan ke dalam
air kran, lalu dimasukkan ke dalam akuades.
Dilakukan oksidasi dalam larutan 0.5-1% Periodic acid, dicuci dengan
akuades sebanyak tiga kali. Reagen Schiff diteteskan pada gelas objek, dicuci
dengan air sulfit sebanyak tiga kali, lalu dicuci dengan akuades sebanyak tiga kali.
Slide preparat dimasukkan ke dalam counterstain (mayer hematoksilin) selama
beberapa detik lalu dicuci dengan air mengalir, dan dicuci dengan akuades.
Kemudian dilakukan dehidrasi, clearing, dan mounting.
Pengamatan Mikroskopis
Karbohidrat netral dapat diketahui melalui pewarnaan PAS. Pengamatan
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan kualitatif dilakukan di
bawah mikroskop, lalu dilakukan perhitungan sel per lapang pandang pada
perbesaran objektif 10x dan 40x untuk memperoleh data kuantitatif.
Analisis Data
Hasil pewarnaan PAS pada jaringan hati dan otot diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran objektif 10 dan 40 kali. Pengamatan dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan kualitatif kandungan karbohidrat
netral pada seluruh bagian jaringan hati disajikan secara deskriptif. Data
kuantitatif seperti jumlah konsumsi ransum tikus, dan kandungan glikogen hati
dan otot tikus dianalisis dengan analysis of varian (ANOVA). Apabila hasil uji
menunjukkan perbedaan nyata/sangat nyata (P

Dokumen yang terkait

Uji Efek Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih

0 39 69

Pengaruh Ekstrak Etanol Kulit Buah Nanas (Ananas Comosus (L.) Merr.) Terhadap Glukosa Darah Dan Kadar Superoksida Dismutase (Sod) Pada Mencit Hiperglikemia Secara In Vivo

17 95 129

UJI EFEKTIFITAS FILTRAT BIJI MAHONI (Swietenia mahagony Jacq.) TERHADAP MORTALITAS ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.)

0 26 1

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) pada jaringan Hati dan Ginjal Tikus Model Diabetes: Studi Imunohistokimia

2 7 56

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) Terhadap Profil Sel β Pankreas pada Tikus Diabetes Mellitus.

0 4 29

Gambaran Spermatogenesis dan Superoksida Dismutase pada Testis Tikus Model Diabetes yang Diberi Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.).

0 2 33

Gambaran Histopatologi Organ Hati Dan Ginjal Pada Tikus Model Diabetes Dengan Pemberian Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia Mahagoni Jacq.).

0 3 30

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq) TERHADAP KADAR ALT Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) Terhadap Kadar Alt (Alanin aminotransferase) Tikus Putih ( Rattus norvegicus ) Yan

0 1 13

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq) TERHADAP KADAR ALT Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) Terhadap Kadar Alt (Alanin aminotransferase) Tikus Putih ( Rattus norvegicus ) Yang

0 0 15

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL BIJI MAHONI TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH TIKUS PUTIH

1 0 69