: Analisis Perbandingan Efisiensi Tataniaga Benih Ikan Gurame Melalui dan Tanpa Melalui Kelompok Tani di Desa Sukamaju Kidul Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI TATANIAGA BENIH
IKAN GURAME MELALUI DAN TANPA MELALUI
KELOMPOK TANI DI DESA SUKAMAJU KIDUL
KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

TAUFIK ARIFIN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perbandingan
Efisiensi Tataniaga Benih Ikan Gurame Melalui dan Tanpa Melalui Kelompok
Tani di Desa Sukamaju Kidul Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014

Taufik Arifin
NIM H34090124

ABSTRAK
TAUFIK ARIFIN. Analisis Perbandingan Efisiensi Tataniaga Benih Ikan
Gurame Melalui dan Tanpa Melalui Kelompok Tani di Desa Sukamaju Kidul,
Indihiang, Tasikmalaya. Dibimbing oleh AMZUL RIFIN.
Ikan gurame merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang
menghasilkan nilai ekonomis. Lamanya waktu dan besarnya resiko produksi yang
dihadapi menjadi beberapa hal yang harus diperhatikan dan berpengaruh terhadap
besarnya penerimaan yang diterima pembudidaya ikan gurame. Selain itu, adanya supply
dari daerah lain yang memiliki keunggulan dalam produksi menimbulkan persaingan
harga jual minimal di tingkat pembudidaya. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian
mengenai efisiensi tataniaga ikan gurame untuk mengetahui gambaran tataniaganya

secara komprehensif. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis saluran, lembaga, struktur
pasar fungsi, dan sistem tataniaga. Serta menganalisis efisiensi operasional tataniaga
dengan pendekatan marjin tataniaga, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap
biaya. Selain itu juga untuk mengetahui dampak yang dihasilkan dengan adanya sebuah
kelompok tani dalam kegiatan pemasaran. Pengamatan dan wawancara langsung
dilakukan kepada pembudidaya ikan gurame di Desa Sukamaju Kidul dengan metode
purposive sampling, sedangkan metode snowball sampling dilakukan kepada lembaga
tataniaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 saluran tataniaga dengan
lembaga, struktur pasar, dan fungsi yang berbeda pada setiap salurannya. Secara umum,
analisis efisiensi operasional menyatakan bahwa terdapat perbedaan pada tataniaga yang
dilakukan kelompok tani dan juga lebih efisien.
Kata kunci: Desa Sukamaju, efisiensi, kelompok, perbandingan, tataniaga gurame

ABSTRACT
TAUFIK ARIFIN. A Comparative Analysis of Marketing System
Efficiency of Gurame With and Without The Involvement of Farmer’s Group in
Sukamaju Kidul Village, Indihiang, Tasikmalaya.Supervised by AMZUL RIFIN.
Gurame fish is one of the commodities in Indonesia which has economic value.
Length of time and risks in production became important thing to be considered and
would affected the amount of carp farmers revenue. In addition, supply from other areas

which had better production caused competitive minimum selling price at farmers level.
Therefore, the research of efficiency in gurame fish marketing is needed in order to
provide gurame fish marketing comprehensively. The objectives of this research were to
identify the marketing channels, institutions, functions and market structure of gurame
fish marketing, and to analyze the operational efficiency of gurame fish marketing with
marketing marjin approach, farmer’s share, and benefit-cost ratio. Besides that, it also
determine presence impact of a farmers group in marketing activities. The observations
and interviews were conducted to farmers in Sukamaju kidul village by purposive
sampling method, while the method of snowball sampling was conducted to marketing
institutions. The result showed that there were 5 marketing channels with different
institutions, functions, and market structure on every channel. Operational efficiency
analysis showed that there was difference in farmer groups business administration and it
was also more efficient.
Keywords: comparison, efficiency, farmers group, gurame marketing, Sukamaju village

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI TATANIAGA BENIH
IKAN GURAME MELALUI DAN TANPA MELALUI
KELOMPOK TANI DI DESA SUKAMAJU KIDUL
KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA


TAUFIK ARIFIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANEJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi

Analisis Perbandingan Efisiensi Tataniaga Benih Ikan Gurame
Melalui dan Tanpa Melalui Kelompok Tani di Desa Sukamaju
Kidul Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya


Nama
NIM

Taufik Arifin
H34090124

Disetujui oleh

Dr Amzul Rifin, Sp, MA
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan.Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 hingga Agustus 2013
ini adalah tataniaga, dengan judul Analisis Perbandingan Efisiensi Tataniaga
Benih Ikan Gurame Melalui dan Tanpa Melalui Kelompok Tani di Desa
Sukamaju Kidul Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Amzul Rifin, Sp, MA
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan selama
pengerjaan skripsi. Serta tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu
Yanti Nuraeni Muflikh, Sp, M.Agribuss selaku dosen penguji utama dan Ibu Ir.
Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen penguji Departemen Agribisnis. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ade Mulyadi selaku ketua
Kelompok Tani Sukarame dan bapak Asep Rahmat selaku sekretaris Kelompok
Tani Sukarame di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak Rohimat dan Ibu Euis Ara selaku orang tua penulis, kakak, adik,
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. terima kasih juga
penulis ucapkan kepada seluruh dosen dan rekan-rekan mahasiswa di Agribisnis
46 atas segala bantuanya.
Semoga skripsi ini bermanfaat


Bogor, 18 Februari 2014

Taufik Arifin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Kajian Usaha dan Pemasaran Ikan Gurame
Kajian Peran Kelompok Tani Dalam Penelitian Terdahulu
Kajian Struktur Pasar Dalam Penelitian Terdahulu
Kajian Fungsi Tataniaga Dalam Penelitian Terdahulu
Kajian Perilaku Pasar Dalam Penelitian Terdahulu

Keterkaitan Kajian Empiris terhadap Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Oprasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis Data dan Sumber Data
Metode Pengambilan Responden
Metode Analisis Data
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Wilayah dan Penduduk Lokasi Penelitian
Karakteristik Responden
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Saluran dan Lembaga Tataniaga
Analisis Struktur Pasar
Analisis Fungsi Tataniaga
Analisis Perilaku Pasar
Analisis Marjin Tataniaga
Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya
Analisis Farmer’s Share

Analisis Efisiensi Tataniaga
Analisis Perbandingan Tataniaga
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

x
xi
xii
1
1
5
7
8
8
9
9
9
10
10

11
12
12
12
18
21
21
21
21
22
27
27
33
39
39
47
50
58
61
63

65
66
68
73
73
74

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DATAR RIWAYAT HIDUP

74
76
79

DAFTAR TABEL
1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Kontribusi PDB sektor perikanan terhadap sektor pertanian dan
neraca perdagangan sektor perikanan berdasarkan harga konstan
tahun 2007-2011 (dalam miliar rupiah)
Produksi beberapa komoditas perikanan budi daya Indonesia tahun
2009-2011
Volume produksi ikan gurame Indonesia dan beberapa provinsi di
Pulau Jawa tahun 2007-2010
Volume produksi beberapa komoditas unggulan subsektor perikanan
budi daya Indonesia Dan Kota Tasikmalaya (dalam ton), tahun 2009
Potensi produksi dan pemanfaatan usaha kolam air tenang perikanan
budi daya Kota Tasikmalaya tahun 2011
Segmentasi dan harga benih ikan gurame berdasarkan klasifikasi
ukuran di Kota Tasikmalaya, tahun 2013
Jenis pemasaran komoditas hasil sektor perikanan beberapa provinsi
di Pulau Jawa tahun 2011 (dalam ton)
Karakteristik Struktur Pasar Dari Sudut Penjual dan Pembeli
Fungsi tataniaga yang dilaksanakan oleh petani (pembudidaya ikan
gurame) dan lembaga tataniaga
Kriteria penentuan jenis struktur pasar berdasarkan karakteristik pasar
Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota
Tasikmalaya tahun 2010
Luas wilayah menurut kecamatan di Kota Tasikmalaya tahun 2010
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Tasikmalaya atas
harga konstan menurut lapangan usaha tahun 2010
PDRB kota tasikmalaya sektor pertanian atas harga konstan tahun
2010
Luas wilayah dan persebaran penduduk di Kecamatan Indihiang pada
masing-masing desa/kelurahan, tahun 2012
Sebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan
Indihiang dan Desa Sukamaju Kidul, tahun 2012
Sebaran Penduduk berdasarkan kelompok umur di Kecamatan
Indihiang dan Desa Sukamaju Kidul, tahun 2012
Sebaran mata pencaharian penduduk Kecamatan Indihiang dan Desa
Suka Maju kidul tahun 2012
Sebaran responden pembudidaya ikan gurame berdasarkan selang
umur di Desa Sukamaju Kidul tahun 2013
Sebaran responden pembudidaya ikan gurame berdasarkan tingkat
pendidikan di Desa Sukamaju Kidul tahun 2013
Perbandingan luas lahan kepemilikan pribadi dan sewa responden
pembudidaya ikan gurame di Desa Sukamaju Kidul tahun 2013

1
2
2
3
4
5
6
15
23
23
28
28
29
30
31
32
32
33
34
35
35

22
23
24
25
26
27
28

29

30
31

32
33
34
35

Sebaran responden pembudidaya ikan gurame berdasarkan luas lahan
di Desa Sukamaju Kidul tahun 2013
Sebaran responden pembudidaya ikan gurame berdasarkan
pengalaman usaha di Desa Sukamaju Kidul tahun 2013
Sebaran responden lembaga tataniaga benih ikan gurame berdasarkan
selang umur Sukamaju Kidul tahun 2013
Sebaran responden lembaga tataniaga benih ikan gurame berdasarkan
tingkat pendidikan di Desa Sukamaju Kidul tahun 2013
Sebaran responden lembaga tataniaga benih ikan gurame berdasarkan
pengalaman usaha di Desa Sukamaju Kidul tahun 2013
Fungsi tataniaga lembaga tataniaga benih ikan gurame di Desa
Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya
Marjin, biaya, keuntungan, dan rasio keuntungan terhadap biaya
tataniaga benih ikan gurame dengan segmentasi ukuran 5-7 cm di
Desa Sukamaju Kidul tahun 2013
Farmer’s share pembudidaya dan lembaga tataniaga benih ikan
gurame dengan segmentasi ukuran 5-7 cm di Desa Sukamaju Kidul
tahun 2013
Analisis tingkat efisiensi tataniaga benih ikan gurame dengan
segmentasi ukuran 5-7 cm di Desa Sukamaju Kidul tahun 2013
Hasil perbandingan secara deskriptif antara pembudidaya yang
menggunakan dan tanpa menggunakan kelompok tani sebagai media
pemasaran benih ikan gurame dengan segmentasi ukuran 5-7 cm di
Desa Sukamaju Kidul tahun 2013
Output SPSS (Ranks) Uji Kruskal Wallis dalam melihat perbedaan
saluran I, IIa, IIb, dan IIc
Output SPSS (Test Statisticsa) Uji Kruskal Wallis dalam melihat
perbedaan saluran I, IIa, IIb, dan IIc
Output SPSS uji Mann-whitney saluran I dengan IIc , I dengan IIb,
dan I dengan IIc (Ranks)
Output SPSS uji Mann-whitney saluran I dengan IIc , I dengan IIb,
dan I dengan IIc (Test Statistics)

36
36
37
37
38
52

62

65
66

69
70
71
72
72

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

5
6

Kurva marjin tataniaga
Skema kerangka pemikiran operasional penelitian
Peta wilayah administratif Kota Tasikmalaya
Bak oven sebagai tempat pemeliharaan banih setelah penetasan dan
kolam usaha pembenihan ikan gurame dari salah satu responden
pembudidaya non anggota
Kolam indukan ikan gurame milik ketua Kelompok Tani Sukarame
Kios penjualan salah satu pedagang ikan gurame pada di Pasar
Pagendingan dan kolam penampungan benih pada pengumpul benih
di Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya

17
20
27

40
41

42

7

8

9

10

Saluran tataniaga benih ikan gurame dengan ukuran 5-7 cm melalui
dan tanpa melalui kelompok tani sebagai media pemasaran di Desa
Sukamaju Kidul tahun 2013
Media atau alat bantu penyortiran pada salah satu pembudidaya
anggota dan salah satu contoh kegiatan penyortiran yang dilakukan
pembudidaya
Kolam penanpungan benih sebelum pengiriman di tingkat kelompok
tani dan media pengemasan benih ikan gurame ketika pengangkutan
pedagang pengumpul
Alat transportasi pengangkut benih ikan gurame pedagang besar dan
salah satu kegiatan penyortiran di tingkat pedagang

44

51

54
56

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Data produksi hasil perikanan perkecamatan di Kota Tasikmalaya
tahun 2009a
Data responden pedagang benih ikan gurame Desa Sukamaju Kidul
Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya tahun 2013a
Data responden pembudidaya ikan gurame Desa Sukamaju Kidul
Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya tahun 2013
Rincian biaya tataniaga pada pembudidaya dan lembaga tataniaga
benih ikan gurame dengan segmentasi ukuran 5-7 cm di Desa
Sukamaju Kidul tahun 2013a

76
76
77

78

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang konsisten
memberikan kontribusi nyata dalam perekonomian. Hal ini terlihat dari besarnya
persentase PDB yang dihasilkan sektor perikanan terhadap PDB sektor pertanian.
Pada periode tahun 2007 hingga tahun 2011 persentase kontribusi PDB dari sektor
perikanan terhadap PDB pertanian adalah rata-rata sebesar 16.6 persen pertahun
(Tabel 1). Pada tahun 2007 PDB yang dihasilkan sektor perikanan mencapai Rp
43.65 triliun. Jumlah ini terus meningkat hingga pada tahun 2011 mencapai Rp
54.18 triliun (Tabel 1). PDB yang dihasilkan sektor perikanan ini rata-rata
memiliki kontribusi sebesar 16 persen terhadap PDB sektor pertanian selama
tahun 2007 sampai 2011. Besarnya PDB yang dihasilkan sektor perikanan ini
tidak terlepas dari meningkatnya produksi dan volume ekspor sektor perikanan
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini. Total nilai ekspor sektor perikanan
Indonesia tahun 2007 adalah sebesar Rp 22.58 triliun dan terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya sehingga pada tahun 2011 mencapai Rp 32.04 triliun.

Tabel 1

Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
a

Kontribusi PDB sektor perikanan terhadap sektor pertanian dan neraca
perdagangan sektor perikanan berdasarkan harga konstan tahun 20072011 (dalam miliar rupiah)a
Nilai PDB (miliar rupiah)
Pertanian
Perikanan Persentase
271 509.30 43 652.80
16.08
284 619.10 45 866.20
16.11
295 883.80 47 775.10
16.15
304 777.10 50 661.80
16.62
315 036.80 54 186.70
17.20

Neraca perdagangan
Ekspor
Impor
Surplus
22 589.20 1 427.50 21 161.70
26 836.99 2 676.59 24 320.24
24 662.02 3 002.61 21 659.41
28 638.31 3 918.15 24720.16
32 047.97 4 980.00 27 067.97

Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)

Sektor perikanan sendiri terbagi menjadi 2 subsektor usaha, yaitu subsektor
perikanan tangkap dan perikanan budi daya. Pada subsektor perikanan budi daya
Indonesia sendiri memiliki 10 komoditas unggulan, yaitu rumput laut, udang,
kerapu, kakap, bandeng, ikan mas, ikan nila, ikan lele, ikan patin, dan ikan
gurame. Komoditas rumput laut memiliki volume produksi terbesar dibandingkan
komoditas subsektor perikanan budi daya lainnya. Secara keseluruhan produksi
masing-masing komoditas subsektor perikanan budi daya ini mengalami
peningkatan antara tahun 2009 hingga tahun 2011 (Tabel 2). Nilai rata-rata
peningkatan yang bernilai negatif antara tahun 2009 hingga tahun 2011 hanya
terjadi pada komoditas ikan kerapu dan ikan patin saja. Meningkatnya volume
produksi komoditas subsektor perikanan budidaya ini tidak terlepas dari adanya
upaya dan dukungan dari pemerintah. Hal ini terlihat dari kebijakan yang telah

2

ditetapkan oleh Kementrian Perikanann dan
32/MEN/2010 mengenai kawasan minapolitan1.

Tabel 2

Rumput laut
Udang
Kerapu
Kakap
Bandeng
Ikan mas
Ikan nila
Ikan lele
Ikan patin
Ikan gurame
Lainnya

No.

Jumlah produksi/tahun (ton)
2009
2010
2011
2 963 556
3 915 017
4 305 027
338 060
380 972
414 014
5 073
10 398
12 561
6 400
5 738
3 464
328 288
421 757
585 242
249 279
282 695
316 082
323 389
464 191
481 440
144 755
242 811
340 647
109 685
147 888
144 538
46 254
56 889
59 401
193 826
349 568
314 568

Kenaikan
rata-rata (%)
9.96
8.67
20.80
-39.63
38.76
11.81
3.72
40.30
-2.27
4.42
-10.09

Sumber : Kementrian Perikanan dan Kelautan Indonesia (2012)

Tabel 3

Volume produksi ikan gurame Indonesia dan beberapa provinsi di
Pulau Jawa tahun 2007-2010a

Lokasi
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Jawa Tengah
DKI Jakarta
Banten
Jawa Barat
Pulau Jawa
Persentase kontribusi (%)
a

Indonesia

Produksi beberapa komoditas perikanan budi daya Indonesia tahun
2009-2011a

Jenis ikan

a

Kelautan

2007
1 981
7 727
4 222
45
517
11 145
25 637
43.5

Jumlah produksi/tahun (ton)
2008
2009
2 405
2 695
8 326
8 425
5 411
6 145
144
59
349
341
10 183
13 007
26 818
30 672
38.0
42.4

2010
6 031
9 525
7 474
61
290
12 970
36 351
35.7

Sumber : Kementrian Perikanan dan Kelautan Indonesia (2011)

Salah satu komoditas unggulan subsektor perikanan budi daya Indonesia
adalah ikan gurame. Selama periode tahun 2009 hingga tahun 2011, total produksi
ikan gurame Indonesia selalu mengalami peningkatan (Tabel 2). Pada tahun 2009
total produksi ikan gurame Indonesia adalah sebesar 46 254 ton. Jumlah ini

1

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia. 2012. Info Hukum. [internet]. [diacu 2013
Maret 25]. Tersedia dari: http://www.infohukum.kkp.go.id/files

3

mengalami peningkatan yang signifikan selama 5 tahun, hingga total produksi
ikan gurame nasional mencapai 59 401 ton pada tahun 2011.
Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu daerah penghasil ikan gurame
dengan jumlah terbesar dibandingkan dengan provinsi lain yang ada di Pulau
Jawa. Sebesar 32.03 persen dari total produksi ikan gurame di Pulau Jawa adalah
berasal dari Provinsi Jawa Barat (Tabel 3). Untuk total produksi ikan gurame dari
Provinsi Jawa Barat sendiri pada tahun 2007 mencapai 11 145 ton dan berfluktuasi setiap tahunnya hingga mencapai 12 970 ton tahun 2010. Produksi ikan
gurame Provinsi Jawa Barat ini adalah yang terbesar dibandingkan provinsi
lainnya di Pulau Jawa. Rata-rata kontribusi yang diberikan Provinsi Jawa Barat
terhadap total produksi ikan gurame di Pulau Jawa adalah sebesar 39.9 persen
selama tahun 2007 hingga 2010.
Salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi cukup
besar untuk subsektor perikanan budi daya, khususnya pada komoditas ikan
gurame, adalah Kota Tasikmalaya. Komoditas ikan gurame di Tasikmalaya
sendiri telah menjadi salah satu komoditas unggulan daerah. Jenis ikan gurame
yang dikembangkan di Kota Tasikmalaya adalah jenis ikan gurame soang. Ikan
gurame soang adalah satu dari tujuh ikan gurame yang dikembangbiakan di
Indonesia yang ‘diklaim’ sebagai ikan asli rawa-rawa sekitar Gunung
Galunggung, Kota Tasikmalaya. Hal itu dikuatkan oleh surat keputusan Bupati
Tasikmalaya Nomor 522.4/189/1994 yang menetapkan ikan gurame soang sebagai
fauna khas Tasikmalaya2.

Tabel 4

Volume produksi beberapa komoditas unggulan subsektor perikanan
budi daya Indonesia Dan Kota Tasikmalaya (dalam ton), tahun 2009a

Komoditas
Udang
Ikan mas
Ikan nila
Ikan lele
Ikan gurame
Lainnya
Total

Indonesia (ton)
338 060
249 279
323 389
144 755
46 254
303 511
4 708 565

Kota Tasikmalaya (ton)
8.6
1 493.89
1 734.92
519.05
667.59
4 149.38
7 112.49

Persentase (%)
0.003
0.599
0.536
0.359
1.443
1.367
0.151

a

Sumber : Kementrian Perikanan Kelautan Indonesia (2012) dan Dinas Perikanan Peternakan
Kelautan Kota Tasikmalaya (2010)

Potensi yang dimiliki subsektor perikanan budi daya di Kota Tasikmalaya
terlihat dari total produksi beberapa komoditas perikanan budi daya dari Kota
Tasikmalaya. Pada tahun 2009 total produksi perikanan budi daya Kota
Tasikmalaya tercatat sebanyak 7 112.49 ton atau sebesar 0.151 persen dari total
produksi nasional. Untuk komoditas ikan gurame sendiri total produksi yang
tercatat pada tahun 2009 adalah sebanyak 667.59 ton atau sebesar 0.1443 persen
2

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia. 2012. [internet]. [diacu 2013 Maret 25].
Tersedia dari: http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/6639/Kejayaan-Ikan-Gurami-So-ang/

4

dari produksi ikan gurame nasional (Tabel 4). Nilai persentase dari total produksi
ikan gurame di Kota Tasikmalaya terhadap produksi secara nasional ini juga
merupakan yang terbesar dibandingkan komoditas perikanan budi daya lainnya
dari Kota Tasikmalaya. Potensi untuk pengembangan komoditas ikan gurame di
Kota Tasikmalaya juga sangat didukung dengan adanya potensi dari lahan usaha.
Berdasarkan data tahun 2009, potensi luas kolam yang dapat digunakan untuk
mengembangkan komoditas ikan gurame adalah berupa kolam pembenihan seluas
3 689.97 Ha dan pembesaran seluas 366.59 Ha (Tabel 5).

Tabel 5

Potensi produksi dan pemanfaatan usaha kolam air tenang perikanan
budi daya Kota Tasikmalaya tahun 2011a

Cabang usaha
Kolam air tenang
Pembesaran :
Pembenihan :
a

Potensi (Ha)
3 689.97
366.59

Pemanfaatan (Ha)
3 295.20
299.86

Persentase (%)
89.30
81.80

Sumber : Dinas Perikanan Peternakan dan Kelautan Kota Tasikmalaya (2012)

Adanya potensi dan pemanfaatan pada sektor usaha yang terdapat di suatu
daerah haruslah pula memberikan dampak positif pada daerah tersebut. Salah satu
dampak positif yang dimaksud adalah berpengaruh pada peningkatan tingkat
kesejahterahan dari para pelaku usaha yang ada di dalamnya. Tingkat
kesejahterahan yang diterima para pelaku usaha yang ada di dalam suatu sektor
usaha akan sangat bergantung pada tingkat keuntungan dari harga yang diterima
dalam proses penjualan. Proses tataniaga yang efisien dapat memberikan dampak
pada tingkat harga yang diterima. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi pula
tingkat keuntungan yang akan berdampak pada tingkat kesejahterahan para pelaku
usaha yang ada di dalam sektor usaha tersebut. Mahyuddin (2009) menjelaskan
bahwa, pemasaran pada budidaya ikan gurame dapat berupa hasil kegiatan
pembenihan (telur dan larva), benih hasil kegiatan pendederan, dan gurame
konsumsi hasil pembesaran. Adapun untuk usaha pembenihan ikan gurame output
produksi yang dihasilkan dapat terbagi menjadi beberapa segmentasi berdasarkan
ukuran (Tabel 6). Adanya segmentasi berdasarkan ukuran ini juga berdampak
pada perbedaan harga pada masing-masing segmentasi ukuran.
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan ditemukan adanya sebuah
kelembagaan atau kelompok tani. Adanya keberadaan Kelompok Tani Sukarame
dirasakan sangat membantu para pembudidaya anggota dalam menjalankan
usahanya. Hal ini dikarenakan dengan adanya keberadaan Kelompok Tani
Sukarame kekuatan tawar-menawar para anggota menjadi lebih kuat
dibandingkan tanpa bergabung dengan sebuah kelompok tani. Pembudidaya
mempunyai posisi yang lebih kuat dalam posisi tawar, karena dapat memilih
alternatif yang menguntungkan serta dapat mengakses pasar yang lebih baik. Di
sisi lain menguatnya posisi tawar dari para pembudidaya dengan adanya
keberadaan Kelompok Tani Sukarame juga dikarenakan adanya upaya dari
kelompok untuk meningkatkan dan menyeragam kualitas benih yang nantinya
akan dipasarkan, yaitu dengan memberikan pelatihan yang sesuai dengan

5

kebutuhan anggota. Adanya keberadaan Kelompok Tani Sukarame juga dapat
membantu para anggotanya dalam hal pemberian bantuan usaha, baik berupa
bantuan yang berasal dari dalam kelompok maupun bantuan berupa akses untuk
mendapatkan bantuan dari pihak luar.

Tabel 6

Segmentasi dan harga benih ikan gurame berdasarkan klasifikasi
ukuran di Kota Tasikmalaya, tahun 2013a

Jenis ukuran benih
Larva (biji mentimun)
Larva ukuran lepas
Ukuran kuku
Ukuran silet
Ukuran korek
Ukuran garfit
Ukuran kaset
a

Klasifikasi ukuran (cm)
0.5
0.5-1
2-2.5
4-5
5-7
10-15
15-20

Harga jual (Rp/ekor)b
200
600
800
1 000
2 500
5 000
10 000

Sumber : Data Primer; bHarga rata-rata yang berlaku di pasar bulan Juni-Juli tahun 2013

Secara umum dengan adanya Kelompok Tani Sukarame diharapkan juga
dapat tercipta beberapa kondisi sebagai berikut : (1) Jumlah produksi yang
dihasilkan dapat terkumpul lebih banyak, karena setiap anggota
mengumpulkannya untuk kepentingan bersama. (2) Kontinuitas hasil akan lebih
mudah diatur. (3) Petani menjadi subyek, karena kelompok tani diharapkan dapat
bernegosiasi dengan pihak mitra usaha sesuai dengan kebutuhan anggotanya. (4)
Dapat menjalin kerjasama usaha yang saling menguntungkan dengan koperasi,
baik sebagai anggota maupun sebagai mitra usaha.

Perumusan Masalah
Subsektor usaha pembenihan pada sektor usaha budi daya ikan gurame
memegang peranan penting. Hal ini dikarenakan selama ini ketersediaan benih
siap tebar masih belum dapat mengimbangi permintaan benih untuk usaha
pembesaran (Senjaya, 2002). Komoditas ikan gurame sendiri memiliki beberapa
karakteristik yang berbeda dengan komoditas perikanan budi daya lainnya. Salah
satunya adalah tingkat toleransi jenis gurame terhadap kondisi lingkungan yang
cukup rendah dibandingkan dengan komoditas perikanan budi daya lainnya. Hal
ini berindikasi pada resiko usaha yang cukup tinggi dibandingkan dengan
komoditas perikanan budi daya lainnya. Selain itu, waktu produksi yang
dibutuhkan hingga panen pun memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan
komoditas perikanan budi daya lainnya. Lamanya waktu yang dibutuhkan para
pembudidaya ikan gurame dan biaya yang besar pada proses produksi harus
menjadi salah satu pertimbangan ketika menentukan harga jual dari hasil panen
ikan gurame.
Kondisi di lapangan juga memperlihatkan bahwa komoditas ikan gurame
hasil dari produsen Kota Tasikmalaya saat ini haruslah dapat bersaing dengan

6

produk serupa dari luar wilayah. Hadirnya pasokan benih ikan gurame dari luar
wilayah Tasikmalaya berdampak pada persaingan harga yang diterima oleh
pembudidaya ikan gurame di Kota Tasikmalaya. Karena kondisi yang terjadi di
lapangan, bahwa para produsen yang berasal dari luar wilayah Tasikmalaya
cenderung memiliki keunggulan dalam hal waktu produksi. Dengan waktu
produksi yang relatif lebih singkat ini, para produsen ikan gurame dari luar Kota
Tasikmalaya akan memiliki keunggulan dalam hal harga jual minimal hingga
kepada konsumen.
Kondisi tersebut memaksa pembudidaya ikan gurame di Kota Tasikmalaya
untuk memiliki posisi tawar yang lebih kuat dalam setiap kegiatan transaksi
penjualan yang dilakukannya. Sehingga harga yang diterima oleh pembudidaya
merupakan harga yang dapat memberikan keuntungan dan peningkatan
kesejahterahan. Disisi lain lemahnya posisi tawar yang dimiliki oleh pembudidaya
salah satunya juga dikarenakan penetapan waktu menjual yang ditentukan oleh
kebutuhan keuangan dari pembudidaya ikan gurame. Karena kebutuhan yang
mendesak akan memperlemah posisi tawar menawar mereka dengan pembeli.
Oleh sebab itu hal ini dapat mengakibatkan tingkat harga yang lebih rendah ketika
penjualan. Selain itu, pemasaran hasil panen yang dilakukan pembudidaya secara
sendiri-sendiri turut memperburuk posisi tawar para pembudidaya.

Tabel 7

Jenis pemasaran komoditas hasil sektor perikanan beberapa provinsi
di Pulau Jawa tahun 2011 (dalam ton)a

Jenis pemasaran Pengumpul Pedagang besar Pengecer Restoran Catering Hotel
Jawa Timur
616
1 190
33 227 7 463 2 875 88
Yogyakarta
110
53
1 946 2 597
533 35
Jawa Tengah
432
618
33 184 16 940 2 356 108
Jawa Barat
17
681
29 636 35 318
696 123
Banten
151
130
10 152 7 901
250 10
Jakarta
37
442
10 549 22 104 1 174 143
Total
1 363
3 114
118 694 92 323 7 884 507
a

Sumber : Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (2012)

Pemasaran benih ikan gurame dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Pemasaran tidak langsung dilakukan melaui lembaga perantara dan
bervariasi dapat menggunakan 1 sampai 4 lembaga perantara. Karena pada setiap
cabang pemasaran pelaku mengambil keuntungan, maka dengan semakin
panjangnya jalur distribusi mengakibatkan harga ikan gurame yang diterima
konsumen akhir akan semakin tinggi (Mahyudin,2009). Berdasarkan data
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan menunjukan
bahwa pemasaran untuk komoditas dari subsektor perikanan cenderung
dipasarkan dengan pedagang pengecer sebagai lembaga tataniaga akhir. Tercatat
pada tahun 2011 sebanyak 118 694 ton atau sebesar 53.02 persen dipasarkan oleh
pedagang pengecer (Tabel 7).
Sebagai alternative untuk meningkatkan posisi tawar, pembudidaya
hendaknya bergabung pada satu wadah kelompok tani atau koperasi yang

7

berfungsi sebagai lembaga pemasaran. Adanya kelompok tani sebagai wadah
dalam melakukan pemasaran ini diharapkan dapat membantu dalam memilih
saluran tataniaga yang akan memberikan keuntungan yang lebih baik
dibandingkan kegiatan pemasaran tanpa melalui sebuah kelompok tani. Hal ini
dikarenakan proses tataniaga yang efisien menjadi salah satu hal yang harus selalu
diperhatikan agar suatu sektor usaha dapat memberikan manfaat berupa
peningkatan kesejahterahan bagi para pelaku usahanya.
Panjangnnya alur tataniaga dan banyaknya lembaga tataniaga yang terlibat
di dalamnya akan menyebabkan perbedaan harga (marjin tataniaga) yang cukup
signifikan antara harga yang diterima pembudidaya ikan gurame dan harga yang
diterima konsumen. Perbedaan antara harga yang diterima pembudidaya ikan
gurame dan harga yang diterima konsumen akhir yang terbentuk akan
mempengaruhi keuntungan pembudidaya ikan gurame (farmer’s share). Jika
semakin besar nilai marjin tataniaganya, bagian keuntungan yang diperoleh
pembudidaya ikan gurame akan semakin kecil. Tingkat keuntungan yang
diperoleh para pembudidaya ikan gurame (farmer’s share) ini akan berdampak
pada tingkat kesejahterahan para pembudidaya ikan gurame.
Oleh sebab itu, diperlukan suatu usaha untuk menganalisis tingkat efisien
dari suatu sistem tataniaga yang ada. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
lembaga-lembaga serta saluran tataniaga yang dapat meningkatkan kesejahterahan
para pelaku yang terlibat, khususnya bagi para pelaku produksi, dengan
memberikan tingkat keuntungan yang lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah pada penelitian ini akan
mencakup pada :
1. Bagaimana saluran, lembaga, struktur pasar, fungsi, dan perilaku pasar dalam
tataniaga benih ikan gurame yang dilakukan melalui maupun tanpa melalui
kelompok sebagai media pemasaran tani di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan
Indihiang, Kota Tasikmalaya ?
2. Bagaimana marjin tataniaga, farmer’s share, serta rasio keuntungan terhadap
biaya pada efisiensi operasional tataniaga benih ikan gurame yang dilakukan
melalui maupun tanpa melalui kelompok tani sebagai media pemasaran di
Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya?
3. Bagaimana perbandingan antara tataniaga yang dilakukan melalui dengan
tanpa melalui kelompok tani sebagai media pemasaran pada tataniaga benih
ikan gurame di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota
Tasikmalaya?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada pemikiran awal yang telah dipaparkan dibagian latar
belakang maupun perumusan masalah, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Menganalisis saluran, lembaga, struktur pasar, fungsi, dan perilaku pasar pada
tataniaga benih ikan gurame yang dilakukan melalui maupun tanpa melalui
kelompok tani sebagai media pemasaran di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan
Indihiang, Kota Tasikmalaya

8

2. Menganalisis efisiensi tataniaga benih ikan gurame yang dilakukan
pembudidaya melalui dengan tanpa melalui kelompok tani sebagai media
pemasaran di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya
melalui pendekatan marjin tataniaga, farmer’s share, serta rasio keuntungan
terhadap biaya.
3. Menganalisis dan membandingkan perbedaan antara tataniaga benih ikan
gurame melalui dan tanpa melalui kelompok tani sebagai media pemasaran di
Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya?
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini kedepannya diharapkan dapat menjadi bahan
referensi dan sumber informasi bagi beberapa pihak terkait, di antaranya :
1. Sumber informasi dan referensi bagi para pembudidaya ikan gurame dalam
menentukan saluran tataniaga yang tepat dalam menjalankan proses tataniaga
dari hasil produksi usaha.
2. Bahan pertimbangan bagi pemerintah setempat dalam memberikan kebijakan
yang terkait dengan proses pemasaran benih ikan gurame.
3. Bagi penulis menjadi wadah atau media untuk mennerapkan ilmu pengetahuan
yang selama ini diperoleh selama masa perkuliahan dan juga sebagai sarana
untuk menambah ilmu pengetahuan baru selama proses penelitian.
4. Sebagai bahan informasi bagi pembaca hasil penelitian ini mengenai
gambaran usaha terutama dalam hal proses pemasaran benih ikan gurame di
lokasi penelitian serta sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang,
Kota Tasikmalaya dengan komoditas pertanian yang diteliti adalah berupa benih
ikan gurame. Objek yang akan diteliti pada penelitian ini adalah meliputi beberapa
responden pembudidaya serta lembaga tataniaga ikan gurame, saluran-saluran
tataniaga, dan pasar yang digunakan sebagai tempat pemasaran hasil panen
pembudidaya ikan gurame di lokasi penelitian. Pada objek penelitian responden
pembudidaya ikan gurame dibedakan menjadi responden pembudidaya ikan
gurame anggota dan non anggota berkelompok kelompok tani.
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah analisis pada proses atau
kegiatan tataniaga dari benih ikan gurame di lokasi penelitian. Kegiatan atau
proses tataniaga dari benih ikan gurame ini ditinjau dari kondisi serta tingkat
efisiensi dari tataniaga benih ikan gurame. Adapun kondisi tataniaga yang
dimaksud adalah jumlah serta kondisi saluran tataniaga yang ada di lokasi
penelitian, fungsi yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga, struktur
pasar, dan juga perilaku pasar di lokasi penelitian. Kemudian untuk menganalisis
tingkat efisiensi adalah dengan melihat marjin tataniga, farmer’s share, dan rasio
keuntungan terhadap biaya. Selain itu, penelitian ini juga akan membandingkan
analisis tataniaga antara dua jenis responden pembudidaya ikan gurame, yaitu
antara pembudidaya yang menggunakan kelompok sebagai media pemasaran
dengan yang tidak menggunakan kelompok sebagai media pemasaran.

9

TINJAUAN PUSTAKA
Kajian Usaha dan Pemasaran Ikan Gurame
Ikan gurame adalah jenis ikan air tawar yang lambat dalam hal
pertumbuhannya dibandingkan dengan jenis ikan air tawar yang lainnya. Terdapat
beberapa jenis ikan gurame, antara lain: angsa, jepun, blausafir, paris, bastar dan
porselen. Ikan gurame umumnya mempunyai bentuk badan pipih dan lebar. Untuk
ikan yang sudah dewasa lebar badannya hampir dua kali panjang kepala atau 3/4
kali panjang tubuhnya. Ketinggian lokasi yang cocok untuk budi daya ikan
gurame adalah antara 0 sampai 800 m dpl dan suhu 24-28°celcius. Ikan gurame
tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah, oleh sebab itu tidak akan
produktif jika suhu tempat hidupnya lebih rendah dari kisaran suhu optimal
(Mahyuddin, 2009).
Teknik budi daya ikan gurame terdiri atas kegiatan pembenihan,
pendederan, dan pembesaran. Oleh sebab itu hasil produksi ikan gurame terbagi
atas 3 jenis yakni telur atau larva ikan gurame dari hasil pembenihan, benih ikan
gurame dari hasil pendederan, dan ikan gurame pedaging dari hasil pembesaran.
Kegiatan pembenihan dilakukan terdiri atas tahap pemijahan, penetesan telur dan
perawatan larva. Telur yang telah menetas dari induknya dipelihara hingga
menjadi larva dengan ukuran 0.5 cm selama 1 bulan (Mahyuddin, 2009).
Kegiatan pendederan sendiri dapat dibagi atas 6 segmentasi benih yang
dihasilkan. Pertama adalah segmentasi benih larva ukuran lepas bak dengan
ukuran benih 0.5-1 cm. Kedua adalah segmentasi benih ‘ukuran kuku’ dengan
ukuran benih 2-2.5 cm. Ketiga adalah segmentasi benih ‘ukuran silet’ dengan
ukuran benih 4-5 cm. Keempat adalah segmentasi benih ‘ukuran korek’ dengan
ukuran 5-7 cm. Kelima adalah segmentasi ‘ukuran garfit’ dengan ukuran 10-15
cm. Terakhir adalah segmentasi benih ‘ukuran kaset’ dengan ukuran 15-20 cm.
Kajian Peran Kelompok Tani Dalam Penelitian Terdahulu
Peran sebuah kelompok tani dapat menimbulkan dampak positif di tingkat
petani atau produsen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Devy (2010) dari
hasil analisis pendapatan usahatani yang dilakukannya menujukkan bahwa
keberadaan kelompok tani memberikan pengaruh yang positif terhadap produksi
dan pendapatan petani. Hal ini terlihat pada pendapatan atas biaya tunai dan biaya
total per hektar yang lebih tinggi antara petani anggota dibandingkan dengan
petani non anggota. Selain itu adanya kelompok tani juga dapat berperan positif
untuk kegiatan pemasaran yang dilakukan petani atau produsen. Hal ini terkait
dengan adanya peningkatan kekuatan tawar menawar petani jika melakukan
penjualan dengan kelompok tani. Ni Putu (2012) menyataan bahwa akibat dari
karakteristik lembaga yang terlibat, seperti kelompok tani yang tidak mengejar
keuntungan dan pihak agen perantara yang menjadikan aktivitas tataniaga yang
dijalankan sebagai usaha sampingan menyebabkan lembaga tidak
memperhitungkan tingkat keuntungan yang diperoleh dengan menjalankan
kegiatan tersebut. Oleh karena itu, pelaksanaan aktivitas tataniaga dengan
memberdayakan peranan kelompok tani merupakan salah satu alternatif saluran

10

tataniaga yang dapat digunakan oleh petani sebagai upaya peningkatan posisi
tawar petani.
Kajian Struktur Pasar Dalam Penelitian Terdahulu
Analisis struktur pasar dilakukan dengan mengamati beberapa faktor antara
lain adalah jumlah dan ukuran perusahaan, sifat produk (dari sudut pandang
pembeli), hambatan keluar masuk pasar, informasi pasar mengenai biaya, harga
dan kondisi pasar (Dahl dan Hammond, 1977). Pada penentuan struktur pasar
terdapat dua sudut pandang yang dapat digunakan yaitu berdasarkan sudut
pandang penjual atau pembeli. Penelitian Mahreni (2011) menyatakan struktur
pasar pada tingkat petani atau produsen umumnya lebih mengarah struktur pasar
persaingan tidak sempurna karena hanya ada satu pembeli. Selain itu, di tingkat
petani atau produsen juga dapat ditemukan struktur pasar persaingan sempurna.
Sama halnya dengan struktur pasar di tingkat petani atau produsen komoditas
pertanian, pada tingkat lembaga tataniaga dalam beberapa penelitian terdahulu
juga ditemukan beberapa struktur pasar. Struktur pasar yang mengarah pada
struktur pasar persaingan sempurna dapat ditemukan di tingkat pedagang
pengumpul (Mahreni, 2011). Struktur pasar lain yang dapat ditemukan di tingkat
lembaga tataniaga adalah oligopoli. Euis (2010) menyatakan struktur pasar yang
terbentuk antara pedagang pengumpul dengan pedagang pengecer juga pedagang
pengecer dengan pedagang warung tenda pecel lele adalah struktur pasar
oligopoli.
Kajian Fungsi Tataniaga Dalam Penelitian Terdahulu
Lembaga tataniaga dalam suatu sistem tataniaga menjalankan beberapa
fungsi tataniaga untuk memperlancar proses penyampaian produk hingga
ketangan konsumen. Pada hasil penelitian terdahulu menunjukan terdapat
beberapa fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga. Fungsi
tataniaga tersebut adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas.
Namun tidak semua lembaga pemasaran tersebut melakukan seluruh fungsi
tataniaga. Hal ini bergantung pada situasi dan kondisi masing-masing lembaga
tataniaga. Fungsi pertukaran yang dilakukan lembaga tataniaga pada beberapa
penelitian terdahulu terdiri atas aktivitas pembelian dan penjualan. Perbedaan
pada aktivitas penjualan dan pembelian yang dilakukan masing-masing lembaga
hanya berdasarkan atas pihak yang menjadi pembeli maupun penjual dari aktivitas
jual-beli yang dilakukan. Ditingkat petani fungsi pertukaran hanya pada aktivitas
penjualan saja tanpa adanya aktivitas pembelian (Euis 2010; Didik 2011; Mahreni
2011).
Fungsi fisik yang dilakukan di tingkat petani maupun lembaga tataniaga
terdiri atas fungsi pengangkutan, pengemasan, dan penyimpanan. Meskipun
demikian tidak semua fungsi fisik ini dilakukan secara menyeluruh oleh petani
atau lembaga tataniaga. Fungsi fisik berupa pengangkutan, penyimpanan, dan
pengemasan tidak dilakukan oleh pembudidaya dalam tataniaga ikan gurame
benih maupun konsumsi dikarenakan yang melakukan pemanenan adalah para
pedagang pengumpul (Mahreni, 2011). Sama halnya dengan pernyataan yang

11

dikemukakan oleh Euis (2010) dalam penelitiannya, fungsi penyimpanan tidak
selalu dilakukan oleh pembudidaya ketika panen ikan lele secara bersamaan
(panen raya).
Untuk fungsi fasilitas yang dilakukan di tingkat petani dan lembaga terdiri
atas fungsi permodalan, penanggungan risiko, standardisasi maupun grading, dan
informasi pasar (Euis, 2010; Mahreni, 2011). Pada penelitian terdahulu fungsi
pembiayaan di tingkat petani dan pedagang dilakukan dengan menggunakan
modal sendiri dalam menjalankan usaha. Modal ini digunakan untuk pembelian
produk, biaya transportasi, biaya tempat usaha, dan biaya penyusutan bobot.
Fungsi penanggungan risiko berupa penyusutan bobot saat penyimpanan, dan
pengangkutan ke tempat pembeli. Fungsi standardisasi dan grading yang
dilaksanakan adalah memilih produk sesuai dengan permintaan pasar berdasarkan
ukuran maupun kualitas. Fungsi informasi pasar dilakukan dengan
mengumpulkan informasi mengenai harga yang sedang berlaku, ketersediaan stok
produk yang terdapat di pasar, maupun waktu panen di tingkat petani.
Kajian Perilaku Pasar Dalam Penelitian Terdahulu
Penjualan dan pembelian dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga yang
terlibat dalam proses kegiatan pemasaran produk, tetapi untuk kegiatan pembelian
hanya tidak dilakukan oleh petani (Mahreni, 2011; Euis, 2010). Aktivitas
penjualan di tingkat petani dapat dilakukan oleh beberapa pihak. Mahreni (2011)
dan Euis (2010) menyatakan bahwa pembudidaya atau petani melakukan penjulan
hanya dengan pedagang pengumpul yang bertindak sebagai lembaga perantara.
Kemudian untuk sistem penetapan harga dalam beberapa penelitian terdahulu di
setiap tingkat lembaga tataniaga pada umumnya adalah hasil tawar-menawar.
Umumnya pembudidaya atau petani memiliki posisi tawar (bargaining position)
yang lemah pada praktek penentuan harga yang disebabkan oleh keterbatasan
modal pembudidaya dan lemahnya akses pasar yang dimiliki dan bertindak
sebagai penerima harga (Euis 2010; Mahreni 2011). Selain itu, kondisi permintaan
dan penawaran dapat juga menjadi hal memengaruhi. Mahreni (2011) menyatakan
harga dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di lokasi Pasar Laladon dan
Pasar Anyar.
Pada beberapa penelitian terdahulu analisis mengenai perilaku pasar juga
dilakukan dengan memerhatikan sistem pembayaran dan pola kerja sama yang
dilakukan oleh lembaga tataniaga. Sistem pembayaran yang berlangsung
bergantung pada tingkat kepercayaan dan perjanjian antara kedua belah pihak.
Mahreni (2011) dan Euis (2010) dalam penelitiannya menemukan 2 sistem
pembayaran, yaitu sistem pembayaran tunai dan kemudian. Euis (2010)
menyatakan pembayaran dengan sistem kredit yang dibayarkan satu minggu
setelah pembelian biasanya terjadi karena pembudidaya sudah percaya kepada
pedagang pengumpul. Pola kerja sama sangat dibutuhkan oleh setiap pihak yang
terlibat dalam saluran tataniaga untuk menunjang kelancaran dan kemudahan
dalam tataniaga. Pola kerja sama yang terjadi lebih didasarkan pada lamanya
hubungan dagang, rasa saling percaya, dan hubungan kekeluargaan. Permainan
spekulasi harga untuk menguntungkan sepihak sangat jarang terjadi karena
hubungan yang dibina seperti hubungan kekeluargaan yang sangat erat antar pihak

12

(Mahreni, 2011). Bentuk kerja sama lain yang dilakukan antar lembaga tataniaga
adalah dengan pemberian tempo waktu pembayaran yang terjadi antara petani
dengan pedagang maupun antara pedagang dengan pedagang (Euis, 2010). Selain
itu, bentuk kerja sama ini juga dapat terlihat dalam pemberian bantuan pinjaman
modal kepada para petani (Ni Putu, 2012).
Keterkaitan Kajian Empiris terhadap Penelitian
Berdasarkan hasil studi pustaka dapat diketahui bahwa terdapat beberapa
kesamaan antara penelitian yang terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan ini.
Kesamaan ini antara lain adalah sebagai berikut : dari beberapa penelitian
terdahulu penelitian yang dilakukan berkisar pada kondisi lembaga, saluran,
fungsi, dan tingkat efisiensi tataniaga yang dianalisis berdasarkan nilai marjin,
farmer’s share, dan rasio antara keuntungan terhadap biaya. Namun demikian, ada
hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan ini berbeda dalam hal sumber atau objek
penelitiannya. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sebagai objek
penelitian di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiyang, Kota Tasikmalaya
tahun 2013 dengan komoditas benih ikan gurame. Selain itu, pada penelitian ini
juga dilakuakan analisis mengenai perbandingan antar 2 jenis kegiatan tataniaga
benih ikan gurame.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Tataniaga
Menurut Kotler (2002) tataniaga dapat diartikan sebagai suatu proses sosial
yang didalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan
secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Tataniaga
juga bisa diartikan sebagai rangkaian tahapan fungsi yang dibutuhkan untuk
mengubah atau membentuk input produk mulai dari titik produsen sampai
konsumen akhir. Serangkaian fungsi tersebut terdiri atas proses produksi,
pengumpulan, pengolahan, dan penyaluran oleh grosir, pedagang pegecer sampai
konsumen (Dahl dan Hammond, 1977). Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan
adanya proses tataniaga adalah untuk menciptakan, menjaga, dan meningkatkan
nilai serta kegunaan dari barang dan jasa.
Analisis pada sistem tataniaga sendiri dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan. Menurut Kohls dan Uhl (1985) pendekatan-pendekatan yang dapat
digunakan dalam menganalisis sistem tataniaga, yaitu pendekatan fungsi,
kelembagaan, dan sistem :
1. Pendekatan fungsi merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui
fungsi tataniaga apa saja yang dijalankan oleh pelaku yang terlibat dalam
tataniaga. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi pertukaran (pembelian dan

13

penjualan), fungsi fisik (penyimpanan, transportasi, dan pengolahan) dan
fungsi fasilitas (standarisasi, resiko, pembiayaan, dan informasi pasar).
2. Pendekatan kelembagaan merupakan pendekatan yang digunakan untuk
mengetahui beberapa macam lembaga atau pelaku yang terlibat dalam
tataniaga. Pelaku yang terlibat ini adalah pedagang perantara (menchant
middleman) yang terdiri atas pedagang pengumpul, pedagang pengecer,
pedagang spekulatif, agen, manufaktur dan organisasi lainnya yang terlibat.
3. Pendekatan sistem merupakan pelengkap dari pendekatan fungsi kelembagaan
untuk mengetahui aktivitas-aktivitas dalam proses tataniaga, seperti perilaku
lembaga yang terlibat dalam tataniaga dan kombinasi dari fungsi tataniaga.
Pendekatan ini terdiri atas the input-output system, the power system dan the
communication system.
Lembaga-lembaga tataniaga
Lembaga tataniaga adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan
atau fungsi tataniaga dan adanya aktivitas pergerakan barang dari produsen
sampai konsumen. Lembaga tataniaga ini dapat termasuk golongan produsen,
pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa (Hanafiah dan Saefudin ,1983).
Menurut Limbong dan Sitorus (1987) lembaga tataniaga dapat digolongkan
menjadi beberapa bagian. Penggolongan lembaga tataniaga berdasarkan fungsinya
sebagai suatu lembaga yang menjalankan kegiatan tataniaga, yaitu : lembaga fisik
tataniaga adalah lembaga yang menjalankan fungsi fisik (seperti transportasi),
lembaga perantara adalah lembaga yang mengadakan fungsi pertukaran, lembaga
fasilitas adalah lembaga yang menjalankan fungsi-fungsi fasilitas.
1. Lembaga tataniaga dibedakan berdasarkan pengelolaan menurut
kedudukannya dalam struktur pasar, yaitu : lembaga tataniaga yang bersaing
sempurna dan lembaga tataniaga yang bersaing monopolistik.
2. Lembaga tataniaga dibedakan berdasarkan bentuk usahanya kedalam lembaga
tataniaga berbadan hukum dan lembaga tataniaga tidak berbadan hukum.
3. Terakhir, lembaga tataniaga berdasarkan penguasaan terhadap barang dan jasa
yang terdiri atas : lembaga tataniaga yang tidak memiliki akan tetapi
menguasai barang (seperti agen dan broker) dan lembaga tataniaga yang
memiliki dan menguasai barang (seperti pedagang pengumpul, pengecer,
eksportir, dan importir).
Saluran tataniaga
Saluran tataniaga memiliki pengertian sebagai suatu himpunan perusahaan,
perorangan, atau serangkaian lembaga-lembaga tataniaga yang mengambil alih
hak maupun membantu dalam pengalihan hak atas barang dan jasa tertentu selama
barang dan jasa tersebut berpindah dari produsen ke konsumen (Limbong dan
Sitorus,1987). Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih
saluran tataniaga (Limbong dan Sitorus, 1987), yaitu :
1. Pertimbangan pasar yang meliputi konsumen sasaran akhir mencakup pembeli
potensial, kosentrasi pasar secara geografis, volume pesanan, dan kebiasaan
pembeli.
2. Pertimbangan barang yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat
barang, tingkat kerusakan, sifat teknis barang, dan apakah barang tersebut
untuk memenuhi pesanan atau pasar.

14

3. Pertimbangan internal perusahaan yang meliputi sumber permodalan,
kemampuan, dan pengalaman penjualan.
4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara, yang meliputi pelayanan lembaga
perantara, kesesuaian lembaga perantara dengan kebijaksanaan produsen, dan
pertimbangan biaya.
Fungsi tataniaga
Berdasarkan pendapat para ahli yang menyatakan bahwa tataniaga
merupakan sebuah proses untuk menyampaikan barang dari produsen ke tangan
para konsumen, dapat disimpulkan suatu proses tataniaga haruslah memiliki
fungsi sebagai kegiatan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang
atau jasa tersebut. Limbong dan Sitorus (1987) mendefinisik

Dokumen yang terkait

Analisis Efisiensi Faktor Produksi Usaha Tani Kentang (Solanum tuberosum) di Desa Ajibuhara Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo

15 113 125

Studi Perbandingan Antara Kelompok Nelayan Penangkap Ikan Dengan Kelompok Nelayan Pengolah Ikan (Kasus : Kelurahan Nelayan Indah, Kecamatan Medan Labuhan, Medan)

2 24 93

Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Dengan Sistempemasaran Tradisional (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

9 88 109

Efisiensi Penularan Penyakit Blas Melalui Benih pada Varietas Padi Unggul Nasional yang

0 4 4

Pemanfaatan Kotoran Hewan di Kelompok Tani Tunas Harapan Desa Pasawahan Kidul Kecamatan Pasawahan Kabupaten Purwakarta

0 0 8

Analisis Persepsi Modal Sosial (Social Capital) dan Hubungannya Dengan Eksistensi Kelompok Tani (Kasus pada Kelompok Tani Wanita “Sri Sejati 2”, Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu)

0 1 7

Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Lebah Madu Kelompok Tani Tahura (KTT) (Studi Kasus di Desa Dilem Kecamatan Gondang Mojokerto)

0 1 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Melalui Kegiatan Pemberian Nilai Tambah Olahan Jagung (Zea mays L.) : Suatu Kasus Pada Kelompok Wanita Tani Cipta Lestari di Desa Haurgeulis Kecamatan Ba

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kesejahteraan Kelompok Wanita Tani Desa Wiladeg Karangmojo Gunung Kidul Melalui Produk Olahan Tanaman Lidah Buaya

0 0 7

Analisis Efisiensi Faktor Produksi Usaha Tani Kentang (Solanum tuberosum) di Desa Ajibuhara Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo

0 2 11