Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Dengan Sistempemasaran Tradisional (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

(1)

Prama Mita Adelina Manullang : Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Dengan Sistempemasaran Tradisional (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang), 2007.

USU Repository © 2009

TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DENGAN SISTEM

PEMASARAN TRADISIONAL

(Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

PRAMA MITA ADELINA MANULLANG

030334019 SEP/ AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS PERBANDINGAN PEMASARAN IKAN MELALUI

TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DENGAN SISTEM

PEMASARAN TRADISIONAL

(Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

PRAMA MITA ADELINA MANULLANG 030334019

SEP/ AGRIBISNIS

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) (Dr. Ir. Tavi Supriana, MS)

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Prama Mita Adelina Manullang : Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Dengan Sistempemasaran Tradisional (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang), 2007.

USU Repository © 2009

Prama Mita Adelina Manullang (030334019) dengan judul skripsi “Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan Sistem Pemasaran Tradisional”(Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang) yang ditentukan secara purposive. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis saluran pemasaran hasil tangkapan ikan melaui tempat pelelangan ikan dan tangkahan; fungsi pemasaran yang dilakukan pada setiap saluran pemasaran melalui tempat pelelangan ikan dan tangkahan; perbedaan biaya tataniaga dan margin tataniaga pada setiap saluran pemasaran melalui tempat pelelangan ikan dan tangkahan; perbedaan tingkat efisiensi pemasaran setiap saluran pemasaran ikan melalui tempat pelelangan ikan dan tangkahan di daerah penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara. Pengambilan sampel produsen dilakukan dengan menggunakan Simple Random Sampling (secara acak), sedangkan pengambilan sampel untuk pedagang ditentukan dengan metode penelusuran. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan bantuan tabulasi sederhana, rumus margin pemasaran, rumus price spread, rumus share margin, analisis ttest,dan rumus OIR (Output- Input Ratio).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat 3 saluran pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan yang melibatkan nelayan, P.Pengumpul, P. Besar dan P. Pengecer di daerah penelitian yaitu melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan tangkahan

2. Setiap pedagang mengemban fungsi pemasaran paling sedikit 6 fungsi pemasaran yaitu fungsi pembelian, penjualan, transportasi, resiko, pembiayaan dan informasi pasar. Fungsi pemasaran yang paling banyak 8 fungsi pemasaran yaitu fungsi pembelian, penjualan, transportasi, penyimpanan (storage), pemilihan (sortasi), resiko, pembiayaan dan informasi pasar yang dilakukan oleh pedagang besar. 3. Untuk saluran pemasaran ikan melalui tempat pelelangan ikan (TPI) share biaya

pemasaran tertinggi adalah pedagang besar sebesar 1.72 % pada saluran I sedangkan share biaya pemasaran terendah adalah pedagang pengecer sebesar 1.17 % pada saluran II dan III. Untuk saluran pemasaran ikan melalui tangkahan share biaya tertinggi adalah pedagang besar sebesar 3.75 % pada saluran I sedangkan share biaya pemasaran terendah adalah pedagang pengecer sebesar 1.18 % pada saluran I, II dan III.

4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan profit margin yang nyata antara pemasaran ikan melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan tangkahan.

5. Dari tiga saluran pemasaran melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang paling efisien adalah saluran III. Saluran pemasaran melalui tangkahan yang paling efisien adalah saluran III.


(4)

Prama Mita Adelina Manullang : Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Dengan Sistempemasaran Tradisional (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang), 2007.

USU Repository © 2009

Prama Mita Adelina Manullang, lahir pada tanggal 15 Mei 1985 di Sibolga, sebagai anak kedua dari lima bersaudara, keluarga Bapak J. Manullang dan Ibu E.br. Pardede.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1991 masuk Sekolah Dasar di SDN 154499 Sibolga dan tamat tahun 1997 2. Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN 5 Sibolga dan

tamat tahun 2000

3. Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Umun di SMU Sw. Katolik Sibolga dan tamat tahun 2003

4. Tahun 2003 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis, Universitas Sumatera Utara

5. Bulan Juni- Juli 2007 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Belang Malum, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi

6. Bulan April-Juli Melaksanakan penelitian skripsi di Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.


(5)

(6)

Prama Mita Adelina Manullang : Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Dengan Sistempemasaran Tradisional (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang), 2007.

USU Repository © 2009

Terpujilah TUHAN ALLAH YANG MAHA KUASA, untuk kasih setia dan kemurahanNya yang senatiasa melimpah atas penulis, sehingga penulis diberikan kesempatan untuk memulai, menjalani dan mengakhiri masa perkuliahan bahkan dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ” Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan Sistem Pemasaran Tradisional” dengan studi kasus di Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, menyampaikan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai Ketua Komisi Pembimbing 2. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai anggota Komisi Pembimbing

3. Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si sebagai Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian 4. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Sekretaris Departemen Sosial Ekonomi

Pertanian

5. Seluruh Staf pengajar dan Pegawai Departemen Sosial Ekonomi Pertanian

6. Seluruh produsen (nelayan) dan lembaga pemasaran (pedagang perantara) yang menjadi sampel penelitian penulis, yang telah bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan penulis


(7)

7. Rekan- rekan mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian SEP’03 yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.


(8)

Prama Mita Adelina Manullang : Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Dengan Sistempemasaran Tradisional (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang), 2007.

USU Repository © 2009

kepada Ayahanda tercinta J. Manullang dan Ibunda tersayang E.br. Pardede atas pengajaran, kasih, perhatian, dorongan dan doa serta pengertiannya selama penulis menyelesaikan studi dan skripsi ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada makmur, rahayu, fitriah, debora, novida, eva, juniar, indro, fajar, riris, febri serta seluruh stambuk ’03 yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan,


(9)

(10)

Prama Mita Adelina Manullang : Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Dengan Sistempemasaran Tradisional (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang), 2007.

USU Repository © 2009

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.2 Landasan Teori ... 14

2.3 Kerangka Pemikiran ... 16

2.4 Hipotesis ... 20

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 21

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.4 Metode Analisis Data ... 22

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 25

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 27

4.2 Karakteristik Sampel ... 32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Saluran Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan ... 37

5.2 Fungsi Pemasaran ... 45

5.3 Biaya Pemasaran yang Dikeluarkan oleh Setiap Lembaga Pemasaran ... 49

5.4 Efisiensi Pemasaran ... 64


(11)

(12)

Prama Mita Adelina Manullang : Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Dengan Sistempemasaran Tradisional (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang), 2007.

USU Repository © 2009

6.1 Kesimpulan ... 70 6.2 Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA


(13)

(14)

Prama Mita Adelina Manullang : Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Dengan Sistempemasaran Tradisional (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang), 2007.

USU Repository © 2009

No. Judul Hal

Tabel 1. Penggunaan Lahan Desa Percut ... 28

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Percut ... 28

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Umur Desa Percut... 29

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Percut ... 30

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Percut ... 31

Tabel 6. Karakteristik Sampel Produsen melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI)dan Tangkahan... 32

Tabel 7. Karakteristik Sampel Pedagang Pengumpul melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ... 33

Tabel 8. Karakteristik Sampel Pedagang Pengumpul melalui Tangkahan ... 34

Tabel 9. Karakteristik Sampel Pedagang Besar melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ... 34

Tabel 10. Karakteristik Sampel Pedagang Besar melalui Tangkahan ... 35

Tabel 11. Karakteristik Sampel Pedagang Pengecer melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ... 36

Tabel 12. Karakteristik Sampel Pedagang Pengecer melalui Tangkahan... 36

Tabel 13. Fungsi- Fungsi Pemasaran yang Dilakukan melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ... 46

Tabel 14. Fungsi- Fungsi Pemasaran yang Dilakukan melalui Tangkahan ... 47

Tabel 15. Biaya Pemasaran dan Profit Margin Pemasaran Ikan melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pada Saluran I ... 50

Tabel 16. Price Spread dan Share Margin Saluran Pemasaran I Pedagang Sampel ... 52


(15)

Tabel 17. Biaya Pemasaran dan Profit Margin Pemasaran Ikan melalui Tempat

Pelelangan Ikan (TPI) Pada Saluran II ... 53 Tabel 18. Price Spread dan Share Margin Saluran Pemasaran II Pedagang Sampel ... 54


(16)

Prama Mita Adelina Manullang : Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Dengan Sistempemasaran Tradisional (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang), 2007.

USU Repository © 2009

Pelelangan Ikan (TPI) pada Saluran III ... 55 Tabel 20. Price Spread dan Share Margin Saluran Pemasaran III Pedagang Sampel ... 56 Tabel 21. Biaya Pemasaran dan Profit Margin Pemasaran Ikan melalui Tangkahan

pada Saluran I ... 57 Tabel 22. Price Spread dan Share Margin Saluran Pemasaran I Pedagang Sampel... 59 Tabel 23. Biaya Pemasaran dan Profit Margin Pemasaran Ikan melalui Tangkahan

pada Saluran II ... 60 Tabel 24. Price Spread dan Share Margin Saluran Pemasaran II Pedagang Sampel ... 61 Tabel 25. Biaya Pemasaran dan Profit Margin Pemasaran Ikan melalui Tangkahan

pada Saluran III ... 62 Tabel 26. Price Spread dan Share Margin Saluran Pemasaran III Pedagang Sampel ... 63 Tabel 27. Perbedaan Profit Margin pada setiap Saluran Pemasaran melalui

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan Tangkahan ... 64 Tabel 28. Besar Biaya, Profit dan OIR masing- masing Lembaga Pemasaran Ikan


(17)

(18)

Prama Mita Adelina Manullang : Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Dengan Sistempemasaran Tradisional (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang), 2007.

USU Repository © 2009

No Judul Hal

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran... 19

Gambar 2. Saluran Pemasaran Ikan melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI)... 37

Gambar 3. Skema Saluran I Pemasaran Ikan melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI)... 38

Gambar 4. Skema Saluran II Pemasaran Ikan melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI)... 39

Gambar 5. Skema Saluran III Pemasaran Ikan melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI)... 40

Gambar 6. Saluran Pemasaran Ikan melalui Tangkahan ... 41

Gambar 7. Skema Saluran I Pemasaran Ikan melalui Tangkahan ... 42

Gambar 8. Skema Saluran II Pemasaran Ikan melalui Tangkahan ... 43


(19)

(20)

Prama Mita Adelina Manullang : Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Dengan Sistempemasaran Tradisional (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang), 2007.

USU Repository © 2009

No Judul Hal

Lampiran 1. Karakteristik Nelayan Responden melalui Tempat Pelelangan Ikan

(TPI) ... 74

Lamapiran 2. Karakteristik Nelayan Responden melalui Tangkahan ... 75

Lampiran 3. Volume Penjualan dan Harga Jual Nelayan Responden melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI)/ Trip ... 76

Lampiran 4. Volume Penjualan dan Harga Jual Nelayan Responden melalui Tangkahan ... 77

Lampiran 5. Karakteristik Pedagang Pengumpul melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ... 78

Lampiran 6. Karakteristik Pedagang Besar melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ... 78

Lampiran 7. Karakteristik Pedagang Pengecer melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ... 79

Lampiran 8. Karakteristik Pedagang Pengumpul melalui Tangkahan ... 79

Lampiran 9. Karakteristik Pedagang Besar melalui Tangkahan ... 80

Lampiran 10. Karakteristik Pedagang Pengecer melalui Tangkahan ... 80

Lampiran 11. Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul Desa melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI)/ Hari ... 81

Lampiran 12. Biaya Pemasaran Pedagang Besar melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI)/ Hari ... 81

Lampiran 13. Biaya Pemasaran Pedagang Pengecer melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI)/ Hari ... 81

Lampiran 14. Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul melalui Tangkahan ... 82


(21)

(22)

Prama Mita Adelina Manullang : Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Dengan Sistempemasaran Tradisional (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang), 2007.

USU Repository © 2009

Pemasaran Ikan melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan

Pemasaran Tradisional per Saluran ... 83 Lampiran 18. Analisis Uji Beda Rata- Rata Profit Margin Pedagang Perantara

melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Tangkahan ... 84 Lampiran 19. Fungsi Pemasaran yang Dilakukan oleh Produsen dan Pedagang

Perantara melalui Tempat Pelelangan Ikan dan Tangkahan ... 85 Lampiran 20. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kabupaten/ Kota (Ton) ... 86


(23)

(24)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan. Perikanan termasuk salah satu sub sistem pertanian. Perikanan dalam waktu yang relatif singkat telah mampu memperlihatkan identitasnya. Identitas perikanan memberikan sumbangan yang subtansial dalam pembangunan ekonomi kita. Sebagai sub sistem dari pertanian secara keseluruhan, perikanan mempunyai peran yang cukup penting dalam usaha pemenuhan kebutuhan gizi dan protein. Selain itu, sektor perikanan juga merupakan sektor yang mampu memberikan peluang kerja bagi masyarakat dan berperan dalam pengembangan wilayah. Sub sistem perikanan dapat dikembangkan di perairan darat dan laut. Sub sistem perikanan tidak turut dalam menyaingi kegiatan tanaman dalam alokasi penggunaan lahan yang semakin terbatas. Kekuatan potensial dan keunggulan komparatif yang dimiliki perikanan Indonesia antara lain sumber daya kewilayahan yang ada, baik untuk perikanan tangkap maupun untuk perikanan budidaya.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang panjang garis pantainya sekitar 81.000 km, memiliki sumberdaya air payau dan sumber daya laut yang tidak sedikit. Belum lagi sumberdaya budidaya air tawar dan sumberdaya perairan umumnya. Wilayah lautan Indonesia merupakan wilayah yang paling luas dibandingkan dengan daratannya. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 7.1 juta km2, merupakan potensi laut. Sumberdaya yang paling banyak dipergunakan oleh rakyat Indonesia adalah sumberdaya hayati terutama ikan. Potensi lestari perikanan adalah 6,6 juta ton/ tahun, tetapi baru dimanfaatkan sekitar 30% (www.dkp.go.id).


(25)

Dengan luas laut yang mencapai ± 7.1 juta km2 dengan garis pantai terpanjang di dunia sebesar 81.000 km dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508 pulau. Laut Indonesia ini memiliki potensi ikan yang diperkirakan terdapat sebanyak 6.6 juta ton per tahun yang dapat dikelola secara lestari dengan rincian sebanyak 4.4 juta ton dapat ditangkap di perairan Indonesia dan 1.86 juta ton dapat diperoleh dari perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Pemanfaatan potensi perikanan laut Indonesia ini walaupun telah mengalami berbagai peningkatan pada beberapa aspek, namun secara signifikan belum dapat memberi kekuatan dan peran yang lebih kuat terhadap pertumbuhan perekonomian dan peningkatan pendapatan masyarakat nelayan Indonesia.

Data menunjukkan dari laut seluas 7.1 juta km2 dengan potensi lestari lebih kurang 6,6 juta ton/ tahun tingkat pemanfaatan potensi perikanan laut tersebut baru mencapai 62% dari hasil tangkapan maksimum yang berkelanjutan (Maximum Sustainable Yield). Pada tahun 2003 pemerintah telah meningkatkan volume tangkapan ikan laut sampai dengan 80 % dari hasil tangkapan maksimum yang berkelanjutan, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan produktivitas penangkapan ikan laut serta menjaga kelestarian sumberdaya ikan di laut (www.dkp.go.id).

Ada berbagai kesenjangan yang terlihat dalam pembangunan perikanan di Indonesia baik secara nasional maupun secara lokal administratif pengelolaan. Berbagai prasarana yang dibangun oleh pemerintah, seperti pembangunan pelabuhan perikanan dan tempat-tempat pendaratan ikan yang tersebar di berbagai wilayah belum memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan yang diharapkan, berbagai model pengaturan dan kebijakan yang diambil belum dapat menyentuh secara baik


(26)

terhadap permasalahan mendasar yang ada. Hal tersebut diakibatkan pendekatan yang digunakan selama ini masih merupakan pendekatan top-down. Banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam berbagai permasalahan, juga merupakan salah satu wujud tidak baiknya pengelolaan perikanan Indonesia. Paradigma ini belum dapat dituntaskan dengan baik, hingga munculnya kekuatan reformasi yang menggaung sejak tahun 1999 sampai dengan dibentuknya sektor perikanan sebagai salah satu Departemen pada Kabinet Persatuan Nasional yang sebelumnya hanya merupakan salah satu sub-ordinat dari Departemen Pertanian.

Untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan laut secara optimal dan lestari masih terdapat banyak kendala yang dihadapi, terutama menyangkut permodalan dan sistem perbankan yang belum kondusif bagi investasi usaha penangkapan ikan di laut, sistem perizinan yang kurang efisien dan cenderung mempersulit, sistem charter kapal asing yang cenderung merupakan lahan bagi pencurian ikan di laut, penangkapan ikan dengan menggunakan cara yang merusak sumberdaya dan habitatnya, pelayanan di pelabuhan perikanan yang dapat mengakibatkan biaya ekonomi tinggi, tidak terpadunya rencana tata ruang di wilayah laut dan kurang tegasnya penegakan hukum dan peraturan di laut serta penyalahgunaan perizinan dan pengawasan kapal-kapal asing (www.dkp.go.id).

Dalam pembangunan perikanan masa depan, orientasi kerakyatan terutama di masa tuntutan reformasi harus menjadi tumpuan dalam mencapai target. Untuk ke arah itu, maka kegiatan perikanan rakyat seharusnya mendapatkan perhatian khusus. Pemberdayaan perikanan rakyat (nelayan) melalui dukungan kelembagaan dan permodalan merupakan solusi strategis untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi.


(27)

Masalah pemasaran merupakan bagian yang sangat penting bagi usaha penangkapan ikan, berkaitan dengan sifat ikan itu sendiri yang mudah mengalami proses pembusukan (perishable food). Untuk menjaga tingkat kesegaran ikan yang dihasilkan oleh nelayan agar sampai pada tingkat konsumen dengan kualitas mutu yang baik, maka prinsip-prinsip dasar penanganan ikan dengan mata rantai dingin (cold chain) mutlak diperlukan dengan dukungan prasarana yang memadai kepada nelayan.

Dalam penjualan hasil tangkapan sering terjadi perbedaan harga pada tingkat nelayan dengan harga pada tingkat konsumen. Perbedaan ini kadang- kadang sangat besar dimana harga tingkat nelayan lebih rendah, sedangkan harga ikan di tingkat konsumen lebih tinggi atau mahal. Biaya dari tangan produsen ke tangan konsumen disebut sebagai biaya pemasaran. Biaya pemasaran yang besar disebabkan antara lain oleh panjangnya rantai pemasaran atau banyak pedagang perantara yang terlibat di dalamnya. Produk ikan, merupakan komoditi yang bersifat mudah/ cepat busuk sehingga resiko yang dihadapi/ dipikul oleh para pelaku tataniaga besar. Biaya ini pada umumnya dibebankan ke dalam biaya tataniaga.

Pada saat ini desa Pantai Percut merupakan tempat pendaratan ikan yang masih aktif di pantai timur Propinsi Sumatera Utara dan sangat strategis tempatnya berkenaan dengan banyaknya makanan ikan yang dekat dengan daerah- daerah penangkapan. Maka Dirjen Perikanan memutuskan untuk memusatkan kegiatan tangkahan yang ada dengan menyediakan semua fasilitas umum dari suatu tempat pelelangan ikan (TPI). Pelabuhan ikan perikanan Percut ini bertujuan untuk mengamankan keluar masuknya kapal- kapal penangkap ikan yang mendarat di Percut, memperlancar proses bongkar muat dan memungkinkan semua ikan yang


(28)

didaratkan dijual melalui pusat pelelangan umum/ tempat pelelangan ikan (TPI). Adanya fasilitas dermaga pendaratan dan pelayanan yang baru, juga gedung lelang akan memungkinkan lagi pendaratan ikan- ikan yang telah meningkat untuk dilelang dalam waktu yang singkat, dengan demikian membantu dalam meningkatkan mutu ikan dan harganya dapat lebih baik. Dengan adanya TPI ini sudah tentu akan membantu nelayan di Percut khususnya daerah penelitian dalam memasarkan ikannya dengan cepat dan harga yang layak sehingga keadaan ini diharapkan memberi dampak positif bagi nelayan.

Pada kenyataannya nelayan di desa Pantai Percut tidak dapat menentukan harga ikan. Nelayan hanya menerima harga (price taker) yang ditentukan oleh pedagang pengumpul ataupun tengkulak dan Koperasi Unit Desa (KUD). Hal ini disebabkan adanya keterikatan antara nelayan dengan pedagang maupun kepada Koperasi Unit Desa (KUD) dalam hal pinjaman modal. Pada masa paceklik nelayan meminjam uang kepada pedagang ataupun Koperasi unit desa (KUD) sehingga nelayan menerima saja harga yang ditentukan oleh pedagang atau Koperasi Unit Desa (KUD) pada saat panen untuk melunasi hutangnya. Rendahnya harga ikan di tingkat nelayan ini akan mengakibatkan pendapatan yang diterima oleh nelayan menjadi rendah.

Agar nelayan dapat memperoleh pendapatan yang lebih baik dari usaha penangkapan ikan maka harga di tingkat nelayan harus sesuai dengan biaya produksi atau dapat menutupi biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh nelayan. Biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh nelayan meliputi biaya untuk tenaga kerja, biaya operasional, biaya pemasaran, dan lain- lain.


(29)

Untuk memperbaiki sistem pemasaran di daerah desa Pantai Percut dapat dilakukan dengan memperbaiki struktur pasar. Sistem pemasaran yang memiliki perantara yang terlalu banyak dapat dipersingkat dengan melibatkan Koperasi Unit Desa (KUD). Nelayan dapat menjual ikan langsung ke Koperasi Unit Desa (KUD) atau melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan sistem lelang dan dari sini barang dijual langsung ke pedagang- pedagang di desa Pantai Percut, pedagang- pedagang besar di kota Medan, baik pedagang antar kota maupun pedagang antar pulau/ propinsi.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sehubungan dengan topik yang akan diteliti, yaitu :

1. Bagaimana saluran pemasaran hasil tangkapan ikan melalui tempat pelelangan ikan dan tangkahan di daerah penelitian?

2. Bagaimana fungsi pemasaran yang dilakukan pada setiap saluran pemasaran melalui tempat pelelangan ikan dan tangkahan di daerah penelitian?

3. Bagaimana perbedaan biaya tataniaga dan margin tataniaga pada setiap saluran pemasaran ikan melalui tempat pelelangan ikan dan tangkahan di daerah penelitian?

4. Bagaimana perbedaan tingkat efisiensi pemasaran setiap saluran pemasaran ikan melalui tempat pelelangan ikan dan tangkahan di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian


(30)

1. Jenis saluran pemasaran hasil tangkapan ikan melaui tempat pelelangan ikan dan tangkahan di daerah penelitian

2. Fungsi pemasaran yang dilakukan pada setiap saluran pemasaran melalui tempat pelelangan ikan dan tangkahan di daerah penelitian

3. Perbedaan biaya tataniaga dan margin tataniaga pada setiap saluran pemasaran melalui tempat pelelangan ikan dan tangkahan di daerah penelitian

4. Perbedaan tingkat efisiensi pemasaran setiap saluran pemasaran ikan melalui tempat pelelangan ikan dan tangkahan di daerah penelitian

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi nelayan perikanan laut dan pedagang untuk perbaikan sistem pemasaran di masa mendatang

2. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan dalam kaitannya dengan perbaikan dan peningkatan proses pemasaran hasil tangkapan ikan laut.

3. Sebagai bahan studi referensi bagi pihak- pihak yang membutuhkan.


(31)

2.1 Tinjauan Pustaka

Perikanan adalah suatu kegiatan ekonomi. Tujuan pembangunan sektor perikanan Indonesia sebagai sumber devisa negara, sumber pendapatan nelayan dan sumber protein hewani bagi manusia. Untuk mencapai tujuan- tujuan itu, produk- produk perikanan biasanya harus mengalami perpindahan pemilikan dari nelayan atau petani ikan sebagai produsen kepada penduduk sebagai konsumen. Perpindahan pemilikan yang dimaksud terjadi karena adanya pasar. Sebab itu pemasaran adalah mata rantai yang penting dalam suatu pembangunan perikanan.

Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa abad yang lalu. Sebagai bahan pangan, ikan mengandung zat gizi utama berupa protein, lemak, vitamin, dan mineral (Junianto, 2003).

Ikan juga merupakan komoditi yang mudah rusak atau busuk, jadi penyampaiannya dari produsen (nelayan) kepada konsumen harus cepat agar kualitasnya atau kondisinya tidak rusak atau busuk kalau ikan itu tidak diolah. Kondisi atau keadaan ini sangat berpengaruh kepada harga ikan demikian juga nilai gizinya. Jadi dalam hal ini nilai efisiensi dari penggunaan tataniaga perikanan tersebut, dari produsen ke konsumen (Rangkuti, 1994).

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya.


(32)

1. Nelayan subsisten (Subsistence fishers), yaitu nelayan yang menangkap ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

2. Nelayan asli (Native/ indigeneous/aborigial fishers), yaitu nelayan yang sedikit banyak memilki karakter yang sama dengan kelompok pertama, namun memiliki juga hak untuk melakukan aktivitas secara komersial walaupun dalam skala yang sangat kecil

3. Nelayan rekreasi (Recretional/ sport fishers), yaitu orang- orang yang secara prinsip melakukan kegiatan penangkapan hanya sekedar untuk kesenangan atau berolah raga.

4. Nelayan komersial (Commercial fishers), yaitu mereka yang menangkap ikan untuk tujuan komersial atau dipasarkan baik untuk pasar domestik maupun pasar ekspor. Kelompok nelayan ini dibagi dua, yaitu nelayan skala kecil dan skala besar.

Produksi ikan bersifat musiman, terutama ikan laut. Dengan demikian, pada suatu saat produksi ikan sangat melimpah, banyak ikan yang tidak dimanfaatkan sehingga menjadi busuk. Hal ini sangat merugikan bagi nelayan atau pengusaha yang berkecimpung dalam dunia bisnis perikanan (Rahardi, dkk, 1993).

Kegiatan produksi di bidang perikanan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu : dengan cara penangkapan, budidaya, dan pengolahan hasil perikanan yang dapat dilakukan di perairan darat maupun perikanan laut. Sumberdaya perikanan ini apabila dimanfaatkan akan memberikan keuntungan yang besar bagi negara melalui ekspor non migas. Cara penangkapan yaitu dengan menangkap ikan di laut bebas dengan mempergunakan alat tangkap yang dimilki oleh nelayan. Cara budidaya yaitu dengan membudi dayakan ikan baik di laut maupun di air tawar. Pengolahan hasil perikanan


(33)

yaitu dengan mengolah hasil- hasil dari ikan hasil tangkapan, baik pengalengan, pengasinan, perebusan maupun mengolah menjadi tepung ikan ( Dinas Perikanan, 1991).

Usaha perikanan bukanlah usaha yang hanya sekedar melakukan kegiatan pemeliharaan ikan di kolam, di sungai, di danau, atau di laut melainkan usaha yang mencakup berbagai aspek organisme (sumber hayati) di perairan secara keseluruhan. Semua organisme seperti ikan, kerang, siput, rumput laut dan organisme lain termasuk objek usaha perikanan. Objek usaha perikanan adalah semua kegiatan yang ada hubungannya memanfaatkan suber hayati perairan (hewan dan tumbuhan) yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi kehidupan ekonomi. Dengan demikian, usaha perikanan bertujuan untuk memanfaatkan hasil perairan air tawar dan perairan laut, baik dengan cara memeliharanya maupun dengan cara menangkap dan mengolahnya. Usaha perikanan laut meliputi penangkapan ikan, pengambilan kerang, pengambilan mutiara dan pengambilan rumput laut (Evi, 2001).

Menurut Arisman (1982), usaha produksi pada bidang penangkapan melalui intensifikasi, ekstensifikasi akan mendorong mengarahkan nelayan/petani ikan untuk berproduksi. Pemasaran lebih penting untuk tindak lanjut dari hasil usaha penangkapan ikan. Usaha untuk pemasaran perlu diperhatikan :

1. Nelayan/petani ikan selaku produsen berusaha bagaimana cara dan hasil yang mereka peroleh dari memasarkan ikannya dapat memuaskan pembayaran yang lancar, sesuai dengan harga yang diinginkan oleh waktunya tepat.

2. Masih banyak konsumen yang membutuhkan hasil perikanan tidak dapat membeli karena harga dipasaran masih tinggi


(34)

Tempat pelelangan ikan merupakan tempat pertama dilakukan proses transaksi ikan. TPI ini merupakan salah satu sarana yang disediakan di pelabuhan atau pendaratan ikan. Setelah selesai beroperasi, kapal- kapal penangkap ikan lanngsung membawa hasil tangkapannya menuju pelabuhan atau pendaratan terdekat.

Menurut Junianto (2003), TPI yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Mempunyai persediaan air bersih b. Mempunyai tempat penyimpanan es

c. Mempunyai wadah atau keranjang untuk melelang ikan

d. Lantai pelelangan harus dibuat dari ubin yang halus dan mudah dibersihkan serta tidak terdapat genangan

Tempat pelelangan ikan merupakan pusat penampungan dan pelelangan beberapa jenis ikan. Transaksi penjualan biasanya dalam jumlah besar, umumnya daerah-daerah sentral produksi ikan mempunyai tempat pelelangan tersendiri.

Pemasaran ikan di tingkat pedagang biasanya dilakukan dengan cara dipajang (display). Pemajangan ikan yang baik harus dilakukan di atas meja porselen atau meja kayu yang dilapisi aluminium atau plastik. Cara lainnya adalah dengan direndam pada air yang ditambah es. Untuk dapat mempertahankan kesegaran ikan yang lebih baik dan memberikan nilai estetika yang menarik sebaiknya ikan dipajang di show case atau semacam etalase kaca. Pemajangan di show case masih terbatas di supermarket- supermarket tertentu.


(35)

Untuk memudahkan proses jual belinya, pemajangan ikan harus berdasarkan ukuran, jenis, dan tingkat kesegaran ikan. Ikan yang kurang segar jangan dicampur dengan ikan yang masih segar karena akan mempercepat penurunan mutu ikan yang masih segar (Junianto, 2003).

Penyampaian barang dari produsen ke konsumen dapat melalui beberapa saluran pemasaran. Biasanya masing- masing saluran pemasaran memiliki price spread, share margin yang berbeda- beda. Untuk mengetahui saluran mana yang dianggap paling baik dapat diketahui dengan cara menghitung jumlah penjualan/ pembelian barang pada masing- masing saluran pemasaran.

Menurut Mursid (1993), sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga- lembaga yang melakukan tugas pemasaran, barang dan jasa, idea, orang dan faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya.

Sistem pemasaran amat penting peranannya dalam pengambilan keputusan yang mencakup pekerjaan riset pemasaran, peramalan permintaan, kebijaksanaan harga dan kebijaksanaan penjualan. Karena itu pengembangan sistem pemasaran adalah sangat penting khususnya upaya untuk pengembangan :

1. Organisasi pemasaran 2. Sistem informasi pemasaran 3. Sistem perencanaan


(36)

Dalam sistem pemasaran terdapat beberapa faktor yang saling mempengaruhi tergantung satu sama lain, yaitu :

1. Organisasi dalam pemasaran 2. Sesuatu yang sedang dipasarkan 3. Pasar yang dituju

4. Para perantara (pedagang, agen)

5. Faktor lingkungan dapat berupa demografi, kondisi perekonomian, faktor sosial dan kebudayaan, kekuatan politik dan hukum, teknologi dan persaingan

Tataniaga merupakan salah satu cabang dari aspek pemasaran yang menekankan tentang jalannya hasil produksi sampai ke tangan konsumen. Tataniaga dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil-hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan yang dibayarkan konsumen kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tataniaga.

Menurut Rahardi (2000), ada tiga macam cara distribusi, yaitu secara langsung , semi langsung, atau secara tidak langsung

1. Penyaluran langsung

Dengan cara ini produksi perikanan tidak mempergunakan pedagang perantara. Produsen langsung menjual produksinya ke konsumen, ini sering dilakukan oleh petani ikan dalam skala kecil dan para nelayan.

2. Penyaluran semi –langsung

Disini pengusaha/produsen menyalurkan hasil produksinya ke tangan pedagang eceran, kemudian dari tangan pedagang eceran komoditi perikanan disalurkan ke konsumen.


(37)

3. Penyaluran tidak langsung

Distribusi ini sangat dipengaruhi oleh jarak produsen ke konsumen, semakin jauh jarak konsumen maka semakin panjang dan rumit jalur tataniaga yang harus dilalui.

2.2 Landasan Teori

Biaya pemasaran dikeluarkan oleh lembaga pemasaran (pedagang) dalam menyalurkan hasil pertanian dari produsen ke konsumen. Lembaga tata niaga adalah orang atau badan ataupun perusahaan yang terlibat dalam proses pemasaran hasil pertanian. Di tingkat Desa, ada tengkulak dan ada pedagang perantara serta ada pedagang pengecer. Di tingkat Kecamatan, juga ada perantara, pengumpul, dan pengecer. Keadaan ini juga terjadi di tingkat Kabupaten dan Propinsi.

Ongkos tataniaga adalah semua ongkos atau korbanan yang dikeluarkan dalam rangka penyampaian barang dari produsen ke konsumen akhir terdiri dari ongkos transportasi, ongkos pengepakan, ongkos bongkar muat, ongkos penyimpanan, ongkos penyimpanan, upah laba middleman, pajak dan sebagainya (Gultom, 1996).

Margin tata niaga adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga tata niaga yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. Makin panjang tata niaga (semakin banyak lembaga niaga yang terlibat) maka semakin besar margin tata niaga.

Share margin adalah persentase price spread terhadap harga beli konsumen akhir. Price spread adalah kumpulan harga beli dan harga jual serta biaya- biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran yang dilakukan serta margin keuntungan dari setiap lembaga pemasaran.


(38)

Fungsi dan peranan tataniaga adalah mengusahakan agar pembeli memperoleh barang yang diinginkan sesuai dengan tempat, bentuk, dan waktu. Tataniaga terdiri dari pengangkutan, pembiayaan dan lain-lain. Fungsi–fungsi tataniaga dapat memajukan dan memperluas pasaran hasil-hasil usaha tani (Gultom,1996).

Menurut Winardi (1993), fungsi pemasaran merupakan suatu aktivitas yang penting yang dispesialisasi yang dilaksanakan dalam bidang pemasaran, fungsi tersebut adalah :

1. Fungsi Pertukaran - Fungsi penjualan - Fungsi pembeli

2. Fungsi Pengaduan Secara Fisik - Fungsi pengangkutan

- Fungsi penyimpanan 3. Fungsi Pemberian jasa-jasa - Fungsi permodalan - Fungsi penerima resiko - Fungsi informasi pasar - Fungsi standarisasi

Menurut Daniel (2002), secara teoritis dapat dikatakan bahwa semakin pendek rantai tata niaga suatu barang hasil pertanian maka :

a. Biaya tata niaga semakin rendah b. Margin tata niaga juga semakin rendah


(39)

d. Harga yang diterima produsen semakin tinggi

2.3 Kerangka Pemikiran

Pemasaran terdiri dari tindakan-tindakan yang menyebabkan perpindahannya hak milik atas benda-benda dan jasa yang menimbulkan distribusi fisik mereka. Pemasaran sebagai bagian dari produksi yang terdiri dari tindakan menciptakan berbagai nilai guna (utility) yaitu nilai guna bentuk, waktu, tempat, kepemilikan.

Biaya tataniaga terbentuk/terjadi sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi– fungsi tataniaga. Biaya tataniaga ini menjadi bagian tambahan harga pada barang-barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Oleh sebab itu biaya tataniaga yang tinggi akan membawa efek pada harga beli konsumen. Disamping itu biaya tataniaga yang tinggi juga akan membuat sistem tataniaga kurang/ tidak efisien.

Panjang pendek saluran pemasaran suatu barang niaga ditandai oleh berapa banyaknya pedagang perantara yang dilalui oleh barang niaga tersebut sejak dari produsen hingga konsumen akhir. Bila pedagang perantara yang dilalui banyak, maka dikatakan bahwa saluran pemasaran dari barang niaga tersebut panjang. Saluran pemasaran yang panjang biasanya memperbesar biaya tataniaga dan margin pemasaran dari ini menjadi beban bagi konsumen.

Pada usaha penangkapan ikan laut akan diperoleh ikan segar, dimana ikan segar yang memiliki nilai ekonomis akan dipasarkan, sedangkan ikan kurang memiliki nilai ekonomis (kurang laku dipasaran) akan diolah kembali menjadi ikan asin/ kering tepung ikan untuk pakan ternak, direbus maupun disale.


(40)

Pada kenyataannya, produksi perikanan telah berhasil ditingkatkan, namun nelayan (produsen) masih berpengasilan relatif rendah, sedangkan harga ikan untuk konsumen masih dirasa tinggi. Keadaan demikian adalah dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana salah satu faktor tersebut adalah sistem tataniaga yang belum efisien.

Sistem tataniaga barang tersebut efisien, bila memenuhi 2 syarat sbb:

1. Mampu menyampaikan barang dari produsen kepada konsumen dengan harga semurah-murahnya.

2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari pada keseluruhan harga yang dibayarkan oleh konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam produksi maupun proses tataniaga barang tersebut.

Mekanisme pemasaran hasil tangkapan ikan laut melibatkan beberapa pihak yang meliputi produsen/nelayan, distributor dan konsumen. Distributor terdiri dari lembaga-lembaga pemasaran yang melaksanakan perpindahan barang dari pedagang yang satu ke pedagang yang lain sehingga terjadi perbedaan harga mulai dari nelayan hingga ke konsumen terakhir.

Tiap lembaga pemasaran akan melakukan fungsi pemasaran yang berbeda satu sama lain yang dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan. Dengan adanya pelaksanaan fungsi pemasaran maka akan terbentuk biaya pemasaran. Besarnya biaya pemasaran menentukan tingkat harga yang diterima produsen dan lembaga pemasaran atas jasa lembaga-lembaga pemasaran dalam pemasaran ikan maka tiap lembaga akan mengambil keuntungan (profit). Dari biaya pemasaran dan harga jual akan didapatkan margin keuntungan yang merupakan pengukuran untuk efisien pemasaran. Berarti semakin banyak lembaga pemasaran yang berperan dalam pemasaran ikan maka sistem pemasaran ikan semakin tidak efisien.


(41)

Biaya tataniaga suatu macam produk biasanya diukur secara kasar dengan price spread dan share margin. Margin tataniaga adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. Sedangkan istilah price spread digunakan untuk menyatakan perbedaan dua tingkat harga dan menunjukkan jumlah uang yang diperlukan untuk menutupi biaya barang-barang diantara dua tingkat pasar, misalnya pasar lokal (pasar pengumpul lokal) dan pasar grosir (whosaler market) atau antara pasar grosir dan eceran.

Efisiensi pemasaran adalah suatu keadaan dimana terdapat bagian yang adil bagi setiap lembaga pemasaran dari keseluruhan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Efisiensi pemasaran dapat dilihat dari perbandingan antara keuntungan yang diambil oleh lembaga pemasaran dengan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran tersebut.

Secara skematis kerangka pemikiran penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :


(42)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Nelayan/

Produsen

TPI

P. Pengumpul P. Besar

P. Pengecer

Konsumen Akhir

Tangkahan

P. Pengumpul P. Besar

P. Pengecer

Konsumen Akhir

Fungsi Pemasaran

Biaya Pemasaran +

Profit

Share Margin


(43)

2.4 Hipotesis

Ada perbedaan profit margin pada setiap saluran pemasaran melalui tempat pelelangan ikan (TPI) dengan tangkahan.


(44)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive ( dengan disengaja), yaitu di desa Pantai Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, dengan pertimbangan bahwa di kecamatan tersebut terdapat tempat pelelangan ikan (TPI) yang masih aktif dan sistem pemasaran tradisional melalui tangkahan serta mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan.

3.2 Metode Penentuan Sampel 3.2.1 Nelayan

Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk yang berprofesi sebagai nelayan di desa Pantai Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Jumlah nelayan di daerah penelitian tahun 2006 adalah 850 orang. Sampel nelayan diambil dengan menggunakan Simple Random Sampling (secara acak) sebanyak 30 orang nelayan.

3.2.2Pedagang

Pengambilan sampel untuk pedagang yang mendistribusikan/ mengeluarkan ikan laut hasil tangkapan nelayan dari produsen ke konsumen di pasar lokal. Pedagang sampel ditentukan dengan metode Snowball (dengan cara penelusuran) yaitu dengan cara menelusuri semua pedagang yang terlibat dan yang mengambil ikan laut hasil tangkapan nelayan sampel di daerah penelitian, mulai dari pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Sampel pedagang masing- masing diambil 14 sampel untuk seluruh pedagang.


(45)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa identifikasi nelayan dan pedagang, jenis dan jumlah ikan yang ditangkap, alat tangkap yang digunakan, jumlah ikan yang dijual/dibeli, kepada siapa/dari siapa/dibeli, biaya- biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan penangkapan ikan atau biaya-biaya yang dikeluarkan sewaktu memasarkan ikan dan data lainnya yang diperoleh dari wawancara langsung dengan nelayan dan pedagang melalui daftar kuesioner.

Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi dan dinas yang terkait dengan penelitian ini seperti Dinas Perikanan Tingkat I Sumatera Utara, Dinas Perikanan Tingkat II Kabupaten Deli Serdang, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, Kantor Kepala Desa Pantai Percut, Kepustakaan dan sumber tertulis lainnya.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk tujuan 1dan 2 dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menanyakan langsung saluran pemasaran dan fungsi pemasaran pasar kepada nelayan dan pedagang di lapangan.

Untuk tujuan 3 dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis uji t dengan menghitung biaya pemasaran, price spread dan share margin untuk setiap saluran pemasaran melalui Tempat Pelelangan Ikan dan Tangkahan.


(46)

Menurut Sudiyono (2004), untuk menghitung price spread dan share margin pada tujuan digunakan rumus :

Mji = ps1 – pb1……….(1) Mji = bt1 + 1………(2)

1 = mji – bt1...(3)

Maka akan diperoleh margin pemasaran total adalah : Mji =

mji

Dimana :

Mji : Margin pada lembaga pemasaran ke i

ps1 : Harga penjualan pada lembaga pemasaran ke i pb1 : Harga pembelian pada lembaga pemasaran ke i bt1 : Biaya pemasaran lembaga pemasaran ke i

1 : Keuntungan lembaga pemasaran ke i Mj : Lembaga pemasaran ke I

Untuk menghitung share margin digunakan rumus :

Sm = x100% Pk

Pp

Dimana :

Sm : Share margin dihitung dalam % Pp : Harga yang diterima nelayan


(47)

Selanjutnya untuk melihat perbedaan profit margin pada setiap saluran melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan Tangkahan dilanjutkan dengan analisis ttest

t-hitung =

    +     − ++ − − − 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 } 1 { } 1 { n n n n S n S n X X Keterangan : 1

X : Rata- rata variabel 1 ( Profit margi melalui TPI)

2

X : Rata- rata variabel 2 (Profit margin melalui Tangkahan) S1 : Simpangan baku variabel 1 ( Profit margi melalui TPI)

S2 : Simpangan baku variabel 2 (Profit margin melalui Tangkahan) n1 : Jumlah variabel 1 (Jumlah saluran melalui TPI)

n2 : Jumlah variabel 2 (Jumlah saluran melalui Tangkahan) Kriteria uji :

 thit < ttabel H0 diterima, H1 ditolak  thit > ttabel H0 ditolak, H1 diterima Dengan formulasi H0 dan H1

H0 :µ1 = µ2 H1: µ1 ≠ µ2

µ1 : Rata- rata variabel 1 µ2 : Rata- rata variabel 2

Untuk tujuan 4 dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung efisiensi, maka digunakan rumus :

OIR = x100% Ii


(48)

Dimana :

OIR : Output- Input Ratio

Oi : Output (keuntungan yang diterima oleh lembaga pemasaran ke-i) Ii : Input (Biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran ke-i)

Pemasaran dikatakan efisien apabila mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir pada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dari pemasaran barang tersebut (Mubyarto, 1989).

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Defenisi

1. Perikanan adalah merupakan suatu usaha ekstraktif yang memanfaatkan sumber daya alam.

2. Penangkapan adalah kegiatan pengangkapan atau mengumpulkan ikan di perairan umum secara bebas dan bukan milik perorangan.

3. Produksi perikanan adalah semua hasil yang diperoleh nelayan dari penangkapan ikan di laut, seperti ikan gembung, gulamah, kepiting, sotong, udang dan sebagainya.

4. Nelayan adalah orang yang melakukan penangkapan ikan sebagai mata pencaharian utamanya. Nelayan sampel di daerah penelitian adalah nelayan yang memakai perahu motor dalam operasi penangkapan ikan.


(49)

5. Alat penangkapan adalah alat yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan antara lain jaring insang (gill net), pancing, dan jaring udang.

6. Lembaga pemasaran adalah badan- badan dari badan usaha yang ikut berperan dalam proses pemasaran.

7. Pedagang pengumpul adalah mereka yang aktif membeli dan mengumpulkan ikan dari nelayan dan menjualnya kepada pedagang perantara maupun ke konsumen.

8. Pedagang Besar adalah mereka yang aktif membeli ikan dari nelayan dan menjualnya kepada pedagang pengecer, dan mereka biasanya disebut tauke 9. Pedagang Pengecer adalah mereka yang menjual ikan kepada konsumen

terakhir.

10.Konsumen lokal adalah mereka konsumen akhir yang membeli ikan laut dari pedagang pengecer.

11.Biaya Pemasaran adalah penjumlahan ongkos- ongkos yang ditanggung oleh nelayan, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pengecer dalam proses penyaluran ikan laut mulai dari nelayan sampai konsumen akhir, dinyatakan dalam Rupiah per Kg.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah desa Pantai Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2007. 3. Jenis ikan penelitian adalah udang.

4. Populasi adalah nelayan yang melakukan penangkapan ikan di perairan laut.


(50)

5. Nelayan (responden) adalah nelayan yang melakukan penangkapan ikan sebagai mata pencaharian utamanya dan mendaratkan kapalnya di tempat pelelangan ikan (TPI) dan tangkahan.

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Geografis

Daerah penelitian yang diambil dalam “Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan Sistem Pemasaran Tradisional” adalah desa Pantai Percut di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten


(51)

Deli Serdang. Alasan pengambilan daerah tersebut karena daerah ini memiliki potensi sebagai daerah penghasil ikan laut dan mayoritas penduduknya sebagai nelayan.

Desa Pantai Percut adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang terletak 2 meter di atas permukaan air laut dengan curah hujan rata- rata 230 C- 300 C. Jarak desa dengan ibu kota kecamatan 20 Km dengan jarak tempuh 2,5 jam, jarak desa dengan ibu kota propinsi 20 Km dengan jarak 45 menit. Desa percut ini terdiri dari 19 dusun.

Secara geografis berbatasan dengan :  Sebelah utara : Selat Malaka

 Sebelah Selatan : Desa Cinta Rakyat  Sebelah Barat : Desa Tanjung Rejo

 Sebelah Timur : Desa Cinta Damai dan Pematang Lalang

4.1.2 Pola Penggunaan Lahan

Untuk mengetahui penggunaan lahan di Desa Pantai Percut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Penggunaan Lahan Desa Pantai Percut


(52)

1 Pemukiman/ Perumahan

110 11,80

2 Untuk Bangunan

- Perkantoran 0,5 0,05

- Sekolah 3,5 0,37

-Sawah dan Ladang

550 59,04

- Empang 216 23,18

- Wakaf 1,5 0,16

- Lain- lain 50 5,36

Total 931,5 100

Sumber : Profil Desa Tahun 2006

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa lahan di desa Pantai Percut banyak digunakan untuk sawah dan ladang, yaitu mencapai 59,04 % atau 550 Ha dari 931,5 Ha luas desa. Untuk pemukiman/ perumahan dipergunakan sekitar 11,80 %, perkantoran sekitar 0,05 %, sekolah sekitar 0,37 %, wakaf sekitar 0,16 %, empang sekitar 23,18 %, dan 5,36 % dari luas daerah yang dimanfaatkan untuk lain- lain.

4.1.3 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Pantai Percut

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki- laki 5575 50,63

Perempuan 5435 49,37

Total 11.010 100

Sumber : Profil Desa Tahun 2006

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa di desa Pantai Percut jumlah penduduk laki- laki lebih banyak daripada perempuan yaitu 50,63 % dibandingkan dengan perempuan hanya 49,37 % dari jumlah penduduk. Hal ini disebabkan karena sebagian besar laki- laki adalah buruh kapal yang berasal dari desa lain dan menetap di desa Pantai Percut.


(53)

Tabel 3. Disribusi Penduduk Menurut Umur Desa Pantai Percut

No Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 00-03 890 8,08

2 04-06 910 8,26

3 07-12 833 7,56

4 13-15 732 6,64

5 16-18 1.495 13,57

6 ≥19 6.150 55,85

Total 11.010 100

Sumber : Profil Desa Tahun 2006

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa jumlah penduduk desa Pantai Percut paling banyak berada pada kelompok umur ≥ 19 tahun sekitar 6.150 jiwa atau 55,85 %. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang berada pada kelompok umur 13-15 tahun yaitu 732 jiwa atau 6,64 %.

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Pantai Percut

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 Lulusan Pendidikan Umum


(54)

- SD 1.883 23,51

- SLTP 1.618 20,20

- SLTA 3.783 47,23

- Akademi/ D1-D3 25 0,31

- Sarjana S1, S2, S3 45 0,56

2 Lulusan Pendidikan Khusus

- Pondok Pesantren 27 0,33

- Madrasah 450 5,61

- Pendidikan Keagamaan 30 0,37 - Kursus/ Keterampilan 25 0,31

Total 8,009 100

Sumber: Profil Desa Tahun 2006

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk SLTA pada tahun 2006 adalah paling banyak yaitu 3.783 orang atau 47,23%. Ini menunjukkan bahwa hampir 50 % jumlah penduduk desa ini mengenyam pendidikan sampai tingkat SLTA. Sementara yang berpendidikan akademi/ D1- D3 paling sedikit dari kelompok lulusan pendidikan umum yaitu 25 orang. Dari kelompok pendidikan khusus, yang menamatkan pendidikan dari madrasah adalah 450 orang dan yang paling sedikit adalah lulusan kursus/ keterampilan yaitu 25 orang.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Pantai Percut


(55)

No. Uraian Jumlah (jiwa)

Persentase (%) 1 Karyawan:

• PNS • ABRI • Swasta

194 14 120 8,67 0,62 5,36

2 Wiraswasta/Pedagang 150 6,70

3 Petani 300 13,41

4 Pertukangan 45 2,01

5 Buruh Tani 400 17,88

6 Pensiunan 140 6,25

7 Nelayan 850 37,99

8 Pemulung 4 0,17

9 Jasa 20 0,89

Jumlah 2.237 100

Sumber: Profil Desa Tahun 2006

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa pekerjaan yang paling banyak dominan di desa Pantai Percut adalah sebagai nelayan yaitu 37,99 %. Hal ini sangat wajar karena lokasi desa Pantai Percut dekat dengan laut dan sangat potensial sebagai daerah penghasil ikan laut sehingga mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Sedangkan mata pencaharian paling sedikit adalah sebagai pemulung yaitu 4 orang.

4.2 Karakteristik Sampel 4.2.1 Produsen

Produsen adalah nelayan yang menangkap ikan di laut yang menggunakan perahu bermotor. Pada umumnya, nelayan yang ada di desa Percut menggunakan perahu bermotor dengan kapasitas muatan 2 GT sampai 5 GT.

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa rata- rata umur nelayan (produsen) masih termasuk umur produktif sehingga dapat diartikan bahwa nelayan tersebut masih sangat berpotensi untuk meningkatkan produktivitasnya sebagai nelayan.


(56)

Tabel 6. Karakteristik Sampel Produsen melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Tangkahan

No. Uraian Rata- rata

TPI Tangkahan

1 Umur (Tahun) 45,2 43,6

2 Lama Pendidikan (Tahun) 8,4 8,6

3 Pengalaman (Tahun) 17,0 17,8

4 Jumlah tanggungan (Orang) 4,8 4,7

5 Besar Perahu (Gross Ton) 4,0 4,0

Sumber: Lampiran 1& 2

Lama pendidikan formal nelayan dihitung dalam tahun. Enam tahun setara dengan Sekolah Dasar (SD), sembilan tahun setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan demikian seterusnya. Lama pendidikan formal rata- rata nelayan di Desa Percut setara dengan SLTP yang akan melanjut ke tingkat SLTA. Pendidikan yang memiliki nelayan termasuk kategori sedang karena pada umumnya sudah dapat membaca dan menulis dengan baik.

Pengalaman sebagai nelayan merupakan lamanya nelayan dalam melakukan usaha penangkapan ikan laut dihitung dalam tahun. Pengalaman dalam usaha penangkapan ikan di laut menunjukkan di atas 10 tahun. Pengalaman sebagai nelayan akan berpengaruh terhadap pengetahuan dan keterampilan dalam menangkap ikan.

Jumlah tanggungan nelayan rata- rata di atas 4 orang, jumlah ini termasuk besar mengingat pendapatan nelayan yang tidak menentu.

4.2.2 Pedagang Perantara 4.2.2.1 Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri dari 4 orang, 2 diantaranya memasarkan ikan melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI)


(57)

dan 2 orang diantaranya memasarkan ikan melalui tangkahan. Pedagang pengumpul membeli udang langsung dari nelayan yang ada di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Tangkahan.

Tabel 7. Karakteristik Sampel Pedagang Pengumpul melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

No. Uraian Rata- rata

1 Umur (Tahun) 40,5

2 Lama Pendidikan (Tahun) 10,5

3 Pengalaman Usaha (Tahun) 17,0

4 Volome Penjualan (Kg/ Hari) 40,0

Sumber : Lampiran 5

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa rata- rata umur pedagang pengumpul adalah 40,5 tahun dengan rata- rata lama pendidikan adalah 10,5 tahun atau setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Sementara itu para pedagang pengumpul ini telah berpengalaman berdagang rata- rata 17 tahun. Adapun volume penjualan udang adalah 40 Kg/ Hari.

Tabel 8. Karakteristik Sampel Pedagang Pengumpul melalui Tangkahan

No. Uraian Rata- rata

1 Umur (Tahun) 48,5

2 Lama Pendidikan (Tahun) 7,5

3 Pengalaman Usaha (Tahun) 12,0

4 Volome Penjualan (Kg/Hari) 60,0

Sumber : Lampiran 8

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa rata- rata umur pedagang pengecer adalah 48,5 tahun dengan rata- rata lama pendidikan adalah 7,5 tahun atau setara dengan Sekolah Dasar. Sementara itu para pedagang pengecer ini telah berpengalaman berdagang rata- rata 12 tahun. Adapun volume penjualan udang adalah 60 Kg/ Hari.


(58)

4.2.2.2 Pedagang Besar

Pedagang besar yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri dari 4 orang, 2 diantaranya memasarkan ikan melalui Tempat Pelelangan Ikan dan 2 orang diantaranya memasarkan ikan melalui tangkahan. Pedagang besar membeli udang dan gembung langsung dari nelayan yang ada di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Tangkahan. Tujuan penjualannya adalah pedagang pengecer dan pajak- pajak serta pedagang grosir yang ada di Medan yang beroperasi di Pasar Cemara. Tabel 9. Karakteristik Sampel Pedagang Besar melalui Tempat Pelelangan

Ikan (TPI)

No. Uraian Rata- rata

1 Umur (Tahun) 48,5

2 Lama Pendidikan (Tahun) 10,5

3 Pengalaman Usaha (Tahun) 17,5

4 Volome Penjualan (Kg/Hari) 120,0

Sumber: Lampiran 6

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa rata- rata umur pedagang besar melalui Tempat Pelalangan Ikan (TPI) adalah 48,5 dengan rata- rata lama pendidikan 10,5 tahun atau setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Sedangkan rata- rata pengalaman sebagai pedagang adalah selama 17,5 tahun. Dari ketiga hal tersebut maka dapat diketahui walaupun para pedagang tidak menempuh pendidikan tinggi namun mereka cukup berpengalaman dalam usaha ini. Pada umumnya para pedagang besar ini pada awalnya adalah nelayan yang lama kelamaan sukses menjadi seorang pedagang besar atau biasa disebut tauke. Adapun volume penjualan rata- rata udang adalah 120 kg/ hari.


(59)

Tabel 10. Karakteristik Sampel Pedagang Besar melalui Tangkahan

No. Uraian Rata- rata

1 Umur (Tahun) 44,0

2 Lama Pendidikan (Tahun) 6,0

3 Pengalaman Usaha (Tahun) 17,5

4 Volome Penjualan (Kg/Hari) 95,0

Sumber: Lampiran 9

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa rata- rata umur pedagang besar melalui Tangkahan adalah 44 tahun dengan rata- rata lama pendidikan 6 tahun. Sedangkan rata- rata pengalaman sebagai pedagang adalah selama 17,5 tahun. Dari ketiga hal tersebut maka dapat diketahui walaupun para pedagang tidak menempuh pendidikan tinggi namun mereka cukup berpengalaman dalam usaha ini. Pada umumnya para pedagang besar ini pada awalnya adalah nelayan yang lama kelamaan sukses menjadi seorang pedagang besar atau biasa disebut tauke. Adapun volume penjualan rata- rata untuk udang adalah 95 Kg / Hari.

4.2.2.3 Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 6 orang, 3 orang diantaranya memasarkan ikan melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan 3 orang memasarkan ikan melalui tangkahan yang mana masing- masing berdagang di desa- desa. Pedagang pengecer ini biasanya membeli langsung dari pedagang pengumpul desa ataupun pedagang besar.

Tabel 11. Karakteristik Sampel Pedagang Pengecer melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI)


(60)

No. Uraian Rata- rata

1 Umur (Tahun) 45,0

2 Lama Pendidikan (Tahun) 9,0

3 Pengalaman Usaha (Tahun) 17,3

4 Volome Penjualan (Kg/ Hari) 25,0

Sumber : Lampiran 7

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa rata- rata umur pedagang pengecer adalah 45 tahun dengan rata- rata lama pendidikan adalah 9 tahun. Sementara itu para pedagang pengecer ini telah berpengalaman berdagang rata- rata 17 tahun. Adapun volume penjualan udang adalah 25 Kg/ Hari.

Tabel 12. Karakteristik Sampel Pedagang Pengecer melalui Tangkahan

No. Uraian Rata- rata

1 Umur (Tahun) 50,4

2 Lama Pendidikan (Tahun) 9,0

3 Pengalaman Usaha (Tahun) 16,6

4 Volome Penjualan (Kg/ Hari) 7,7

Sumber : Lampiran 10

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa rata- rata umur pedagang pengecer adalah 50 tahun dengan rata- rata lama pendidikan adalah 9 tahun. Sementara itu para pedagang pengecer ini telah berpengalaman berdagang rata- rata 16 tahun. Adapun volume penjualan udang adalah 7,7 Kg/ Hari.


(61)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Saluran Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan

5.1.1. Saluran Pemasaran melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Saluran pemasaran hasil tangkapan perikanan laut di daerah penelitian melalui tempat pelelangan ikan (TPI) dapat digambarkan dengan ringkas dalam bentuk skema pada Gambar 2 berikut ini:

Gambar 2. Saluran Pemasaran Melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Nelayan

P. Pengumpul P.Besar

P.Pengecer


(62)

Dari Gambar 2 tersebut secara garis besar terdapat 3 saluran pemasaran hasil tangkapan ikan dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Gambar 2 juga menunjukkan bahwa mata rantai saluran pemasaran produksi usaha penangkapan ikan laut di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah sebagai berikut:

1. Nelayan- Pedagang Pengumpul - Pedagang Besar- Pedagang Pengecer- Konsumen

2. Nelayan- Pedagang Pengumpul - Pedagang Pengecer- Konsumen 3. Nelayan- Pedagang Besar- Pedagang Pengecer- Konsumen

Saluran 1 hasil tangkapan ikan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Saluran 1 ( Nelayan- Pengumpul Desa- Pedagang Besar- Pedagang Pengecer - Konsumen)

Volume rata- rata dari produsen kepada pedagang pengumpul sebesar 50 Kg. Pedagang pengumpul membeli ikan dari nelayan dengan harga Rp. 18.000/

Nelayan

P. Pengumpul

P. Besar

P. Pengecer


(63)

Kg dan mengemban biaya transporatasi (Rp. 94/ Kg), Retribusi (Rp 50/Kg) dan Es (Rp. 200/Kg). Selanjutnya pedagang pengumpul akan menjualnya ke pedagang besar.

Pedagang besar membeli ikan dengan harga Rp.20.000/ Kg dan akan mengemban biaya pemasaran seperti: Transportasi (Rp. 400/Kg), Retribusi (Rp. 200/Kg), dan Es (Rp. 200/Kg). Kemudian pedagang besar menjual ikan kepada pedagang pengecer.

Harga beli pedagang pengecer Rp. 25.000/ Kg dan mengemban biaya pemasaran seperti Transportasi (Rp. 150/ Kg), Retribusi (Rp. 40/Kg), Es (Rp. 125/ Kg), dan Plastik Pembungkus (Rp. 14/ Kg). Pedagang pengecer menjual ikan dengan harga Rp. 27.000/ Kg kepada konsumen.

Saluran 2 hasil tangkapan ikan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4. Saluran 2 (Nelayan- Pedagang Pengumpul Desa- Pedagang Pengecer- Konsumen)

Nelayan

P. Pengumpul

P.Pengecer


(64)

Volume penjualan nelayan (produsen) kepada pedagang pengumpul sebesar 30 Kg dengan harga beli Rp. 20.000/ Kg. Sebelum penjualan dilakukan, pedagang pengumpul akan mengadakan penyortiran terlebih dahulu. Biaya pemasaran yang diemban oleh pedagang pengumpul seperti : Transportasi (Rp.94/ Kg), Retribusi (Rp. 50/ Kg) dan Es (Rp. 200/Kg). Selanjutnya pedagang pengumpul akan menjual ikan ke pedagang pengecer.

Pedagang pengecer membeli ikan dengan harga Rp. 22.000/ Kg dan akan mengemban biaya pemasaran seperti : Transportasi (Rp. 150/ Kg), Retribusi (Rp. 40/ Kg), Es (Rp. 125/ Kg) dan Plastik Pembungkus (Rp. 14/ Kg). Pedagang pengecer menjual ikan dengan harga Rp. 28.000/ Kg kepada konsumen.

Saluran 3 hasil tangkapan ikan melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 5. Saluran 3 (Nelayan- Pedagang Besar- Pedagang Pengecer- Konsumen)

Volume penjualan nelayan (produsen) kepada pedagang besar sebesar 90 Kg. Pedagang besar seharga Rp. 22.000/ Kg akan mengemban biaya pemasaran

Nelayan

P. Besar

P.Pengecer


(65)

seperti : Transportasi (Rp. 400/ Kg), Retribusi (Rp. 200/Kg), dan Es (Rp. 200/ Kg). Selanjutnya pedagang besar menjual ikan kepada pedagang pengecer.

Pedagang pengecer membeli ikan dengan harga Rp. 25.000/ Kg dan mengemban biaya pemasaran seperti : Transportasi (RP. 150/ Kg), Retribusi (Rp. 40/Kg), Es (Rp 125/ Kg), dan Plastik Pembungkus (Rp. 14/ Kg). Pedagang pengecer menjual ikan dengan harga Rp. 27.000/ Kg kepada konsumen.

5.1.2. Saluran Pemasaran melalui Tangkahan

Saluran pemasaran hasil tangkapan perikanan laut di daerah penelitian melalui Tangkahan dapat digambarkan dengan ringkas dalam bentuk skema pada Gambar 6 berikut ini:

Gambar 6. Saluran Pemasaran Melalui Tangkahan

Dari Gambar 6 secara garis besar terdapat 3 saluran pemasaran hasil tangkapan ikan dari tangkahan. Gambar 6 juga menunjukkan bahwa mata rantai

Nelayan

P. Pengumpul P.Besar

P.Pengecer


(66)

saluran pemasaran produksi usaha penangkapan ikan laut di tangkahan adalah sebagai berikut:

1. Nelayan- Pedagang Pengumpul- Pedagang Besar- Pedagang Pengecer- Konsumen

2. Nelayan- Pedagang Pengumpul - Pedagang Pengecer- Konsumen 3. Nelayan- Pedagang Besar- Pedagang Pengecer- Konsumen

Saluran 1 hasil tangkapan ikan melalui Tangkahan dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 7. Saluran 1 ( Nelayan- Pedagang Pengumpul - Pedagang Besar- Pedagang Pengecer- Konsumen)

Nelayan

P. Pengumpul

P. Besar

P. Pengecer


(67)

Volume penjualan dari produsen kepada pedagang pengumpul sebesar 70 Kg. Pedagang pengumpul membeli ikan dari nelayan dengan harga Rp. 20.000/ Kg dan mengemban biaya transporatasi (Rp. 94/ Kg), Retribusi (Rp 104/Kg) dan Es (Rp. 200/Kg). Selanjutnya pedagang pengumpul akan menjualnya ke pedagang besar.

Pedagang besar membeli ikan dengan harga Rp.22.000/ Kg dan akan mengemban biaya pemasaran seperti: Transportasi (Rp. 400/Kg), Retribusi (Rp. 300/ Kg), dan Es (Rp. 200/Kg). Kemudian pedagang besar menjual ikan kepada pedagang pengecer.

Harga beli pedagang pengecer Rp. 25.000/ Kg dan mengemban biaya pemasaran seperti Transportasi (Rp. 150/ Kg), Retribusi (Rp. 20/Kg), Es (Rp. 125/ Kg), dan Plastik Pembungkus (Rp. 24/ Kg). Pedagang pengecer menjual ikan dengan harga Rp. 28.000/ Kg kepada konsumen.

Saluran 2 hasil tangkapan ikan melalui Tangkahan dapat digambarkan sebagai berikut :

Nelayan

P. Pengumpul

P.Pengecer


(68)

Gambar 8. Saluran 2 (Nelayan- Pedagang Pengumpul Desa- Pedagang Pengecer - Konsumen)

Volume penjualan nelayan (produsen) kepada pedagang pengumpul sebesar 50 Kg dengan harga beli Rp. 20.000/ Kg. Sebelum penjualan dilakukan, pedagang pengumpul akan mengadakan penyortiran terlebih dahulu. Biaya pemasaran yang diemban oleh pedagang pengumpul seperti : Transportasi (Rp.94/ Kg), Retribusi (Rp. 104/ Kg) dan Es (Rp. 200/Kg). Selanjutnya pedagang pengumpul akan menjual ikan ke pedagang pengecer.

Pedagang pengecer membeli ikan dengan harga Rp. 24.000/ Kg dan akan mengemban biaya pemasaran seperti : Transportasi (Rp. 150/ Kg), Retribusi (Rp. 20/ Kg), Es (Rp. 125/ Kg) dan Plastik Pembungkus (Rp. 24/ Kg). Pedagang pengecer menjual ikan dengan harga Rp. 27.000/ Kg kepada konsumen.

Saluran 3 hasil tangkapan ikan melalui Tangkahan dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 9. Saluran 3 (Nelayan- Pedagang Besar- Pedagang Pengecer- Konsumen)

Nelayan

P. Besar

P.Pengecer


(69)

Pedagang besar membeli ikan dari nelayan seharga Rp. 19.000/ Kg dengan volume pembelian 100 Kg. Pedagang besar akan mengemban biaya pemasaran seperti : Transportasi (Rp. 400/ Kg), Retibusi (Rp. 200/Kg), dan Es (Rp. 200/ Kg). Selanjutnya pedagang besar menjual ikan kepada pedagang pengecer.

Pedagang pengecer membeli ikan dengan harga Rp. 24.000/ Kg dan mengemban biaya pemasaran seperti : Transportasi (Rp. 150/ Kg), Retribusi (Rp. 20/Kg), Es (Rp 125/ Kg), dan Plastik Pembungkus (Rp. 24/ Kg). Pedagang pengecer menjual ikan dengan harga Rp. 27.000/ Kg kepada konsumen.

5.2. Fungsi- Fungsi Pemasaran yang Dilakukan oleh Setiap Pedagang

Fungsi- fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing- masing pedagang adalah sebagai berikut :

Untuk pedagang pengumpul fungsi- fungsi pemasaran yang dilakukan adalah :

Fungsi pertukaran (buying and selling) yaitu membeli dan menjual yang menciptakan hak milik

• Fungsi penyediaan secara fisik yaitu pengangkutan (transportasi)

• Fungsi pelancar yaitu permodalan, penanggungan resiko kerusakan dan informasi pasar


(70)

Fungsi pertukaran ( buying and selling) yaitu membeli dan menjual yang menciptakan hak milik

Fungsi penyediaan secara fisik yaitu pengangkutan (transportasi)

• Fungsi pelancar yaitu permodalan, penanggungan resiko kerusakan dan informasi pasar

Untuk pedagang pengecer fungsi- fungsi pemasaran yang dilakukan adalah :

Fungsi pertukaran ( buying and selling) yaitu membeli dan menjual yang menciptakan hak milik

Fungsi penyediaan secara fisik yaitu pengangkutan (transportasi)

• Fungsi pelancar yaitu permodalan, penanggungan resiko kerusakan dan informasi pasar

Tabel 13. Fungsi-Fungsi Pemasaran yang Dilakukan melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

No Jenis Lembaga Fungsi- Fungsi Pemasaran yang Dilakukan

Pemasaran Jual Beli Storage Trans. Sortasi Packing Risk Financing Informasi Pasar

1 Ped.Pengumpul   -   -   

2 Ped. Besar      -   

3 Ped. Pengecer   -  - -   

Sumber : Analisis Data Primer, 2007 Keterangan :

 = Melaksanakan fungsi pemasaran - = Tidak melakukan fungsi pemasaran


(71)

Dari data Tabel 13 dapat diketahui bahwa setiap lembaga pemasaran (pedagang) melakukan fungsi pemasaran paling sedikit 6 fungsi pemasaran. Fungsi storage kadang- kadang dilakukan oleh pedagang besar jadi harus cepat dijual, oleh sebab itu storage tidak dilakukan. Pedagang melakukan penyimpanan di cool storage pada saat ikan melimpah, dan pada saat jumlah ikan berkurang. Ikan yang disimpan tersebut kemudian dijual. Cool storage ini umumnya dimiliki oleh pedagang itu sendiri, sehingga tidak mengeluarkan biaya. Sekarang ini, penyimpanan ini jarang difungsikan karena jumlah ikan sedikit sedangkan permintaan terhadap ikan banyak. Oleh sebab itu, ikan langsung dijual tanpa melalui proses penyimpanan. Demikian juga pedagang pengecer tidak melakukan fungsi storage karena biasanya ikan habis dijual pada hari itu juga, jika pada batas waktu tertentu dimana ikan tidak segar lagi maka pedagang menjualnya walau dengan harga yang murah (harga modal saja atau di bawah modal). Fungsi transportasi dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran dengan menggunakan sepeda, motor dan mobil pick-up. Pedagang pengecer menjual ikan dengan berkeliling ke desa- desa dan menjual ke pajak- pajak terdekat. Lembaga pemasaran yang melakukan sortasi pada saat membeli/ menjual ikan adalah pedagang pengumpul dan pedagang besar kecuali pedagang pengecer. Sortasi dilakukan dengan memisahkan ikan berdasarkan jenis, mutu , dan ukurannya.

Fungsi pengepakan (packing) tidak dilakukan oleh pedagang karena tidak melakukan ekspor. Untuk penyaluran ikan digunakan wadah tong atau fiber yang berkapasitas 100 Kg/ tong atau 50 Kg/ fiber.

Fungsi resiko dialami hampir semua lembaga pemasaran, resiko dapat berkurang apabila para pedagang bekerja lebih baik.


(72)

Semua lembaga pemasaran melakukan pembiayaan sendiri atas semua kegiatan pemasaran ikan laut. Besar kecilnya pembiayaan (modal) ini tergantung kepada besar kecilnya volume ikan laut yang diperdagangkan.

Fungsi informasi pasar dilakukan oleh semua lembaga pemasaran. Setiap lembaga pemasaran mengetahui perkembangan pasar dari pasar- pasar terdekat, misalnya pasar cemara, pasar beruang dan pajak- pajak terdekat.

Tabel 14. Fungsi- Fungsi Pemasaran yang Dilakukan melalui Tangkahan No Jenis Lembaga Fungsi- Fungsi Pemasaran yang Dilakukan

Pemasaran Jual Beli Storage Trans. Sortasi Packing Risk Financing Informasi Pasar

1 Ped.Pengumpul   -   -   

2 Ped. Besar      -   

3 Ped. Pengecer   -  - -   

Sumber : Analisis Data Primer, 2007 Keterangan :

 = Melaksanakan fungsi pemasaran - = Tidak melakukan fungsi pemasaran

Dari data Tabel 14 dapat diketahui bahwa setiap lembaga pemasaran (pedagang) melakukan fungsi pemasaran paling sedikit 6 fungsi pemasaran. Fungsi storage kadang- kadang dilakukan oleh pedagang besar jadi harus cepat dijual, oleh sebab itu storage tidak dilakukan. Pedagang melakukan penyimpanan di cool storage pada saat ikan melimpah, dan pada saat jumlah ikan berkurang. Ikan yang disimpan tersebut kemudian dijual. Cool storage ini umumnya dimiliki oleh pedagang itu sendiri, sehingga tidak mengeluarkan biaya. Sekarang ini, penyimpanan ini jarang difungsikan karena jumlah ikan sedikit sedangkan permintaan terhadap ikan banyak. Oleh sebab itu, ikan langsung dijual tanpa melalui proses penyimpanan. Demikian juga pedagang pengecer tidak melakukan


(1)

Lampiran 9. Karakteristik Pedagang Besar melalui Tangkahan/ Hari No.

Sampel

Umur (Thn)

Pengalaman (Thn)

Pendidikan (Thn)

Domisili Berdagang

Sumber Pembelian

1 46 15 6 Percut P.Pengumpul

2 42 20 6 Percut Nelayan

Total 88 35 12

Rerata 44 17.5 6

No Sampel

Volume Pembelian

(Kg)

Harga Beli (Rp/ Kg)

Volume Jual (Kg)

Harga Jual (Rp/Kg)

1 100 22.000 100 24.000

2 90 23.000 90 25.000

Total 190 45.000 190 49.000

Rerata 95 22.500 95 24.500

Lampiran 10. Karakteristik Pedagang Pengecer melalui Tangkahan/ Hari No.

Sampel

Umur (Thn)

Pengalaman (Thn)

Pendidikan (Thn)

Domisili Berdagang

Sumber Pembelian

1 62 25 6 Percut P.Besar

2 46 15 12 Tembung P.Pengumpul

3 43 10 9 Percut P. Besar

Total 151 50 27

Rerata 50.4 16.6 9

No. Sampel

Volume Pembelian

Harga Beli (Rp/Kg)

Volume Jual (Kg)

Harga Jual (Rp/Kg)

1 5 24.000 5 27.000

2 8 25.000 8 28.000

3 10 25.000 10 27.000

Total 23 74.000 23 82.000


(2)

i

Lampiran 11. Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul Desa melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI)/ Hari

Lampiran 12. Biaya Pemasaran Pedagang Besar melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI)/ Hari No. Sampel UBM (Rp/Kg) Transportasi (Rp/Kg) Sortasi (Rp/Kg) Retribusi (Rp/Kg) Es (Rp/Kg) ST (Rp/Kg) PP (Rp/Kg) Dijual Kepada

1 - 400 - 200 200 - - P.Pengecer

2 - 400 - 200 200 - - P.Pengecer

Total - 800 - 400 400 - -

Rerata - 400 - 200 200 - -

Lampiran 13. Biaya Pemasaran Pedagang Pengecer melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI)/ Hari No. Sampel UBM (Rp/Kg) Transportasi (Rp/Kg) Sortasi (Rp/Kg) Retribusi (Rp/Kg) Es (Rp/Kg) ST (Rp/Kg) PP (Rp/Kg) Dijual Kepada

1 - 150 - 40 125 - 14 Konsumen

2 - 150 - 40 125 - 14 Konsumen

3 - 150 - 40 125 - 14 Konsumen

Total - 450 - 120 375 - 28

Rerata - 150 - 40 125 - 14

No. Sampel UBM (Rp/Kg) Transportasi (Rp/Kg) Sortasi (Rp/Kg) Retribusi (Rp/Kg) Es (Rp/Kg) ST (Rp/Kg) PP (Rp/Kg) Dijual Kepada

1 - 94 - 50 200 - - P. Besar

2 - 94 - 50 200 - - P. Pengecer

Total - 188 - 100 400 - -


(3)

ii

Lampiran 14. Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul Desa Melalui Tangkahan/ Hari

No. Sampel

UBM (Rp/Kg)

Transportasi (Rp/Kg)

Sortasi (Rp/Kg)

Retribusi (Rp/Kg)

Es (Rp/Kg)

ST (Rp/Kg)

PP (Rp/Kg)

Dijual Kepada

1 - 94 - 104 200 - - P.Besar

2 - 94 - 104 200 - - P.Pengecer

Total - 188 - 208 400 - -

Rerata - 94 - 104 200 - -

Lampiran 15. Biaya Pemasaran Pedagang Besar Melalui Tangkahan/ Hari

No. Sampel

UBM (Rp/Kg)

Transportasi (Rp/Kg)

Sortasi (Rp/Kg)

Retribusi (Rp/Kg)

Es (Rp/Kg)

ST (Rp/Kg)

PP (Rp/Kg)

Dijual Kepada

1 - 400 - 300 200 - - P.Pengecer

2 - 400 - 300 200 - - P.Pengecer

Total - 800 - 600 400 - -

Rerata - 400 - 300 200 - -

Lampiran 16. Biaya Pemasaran Pedagang Pengecer Melalui Tangkahan/ Hari

No UBM Transportasi Sortasi Retribusi Es ST PP Dijual

Sampel (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) Kepada

1 - 150 - 20 125 - 24 Konsumen

2 - 150 - 20 125 - 24 Konsumen

3 - 150 - 20 125 - 24 Konsumen

Total - 450 - 60 375 - 72


(4)

iii

Lampiran 17. Perbandingan Profit Margin dan Share Margin Pedagang antara Pemasaran Ikan melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan Pemasaran Tradisional per Saluran

No.

Profit Margin (Rp)

Share Profit (%)

Profit Margin (Rp)

Share Margin (%)

TPI Tangkahan

1 7.527 31.26 8.383 21.90

2 7.327 27.77 6.283 24.92

3 3.871 14.98 6.781 27.00

Sumber : Analisis Data Primer, 2007 ∑ Profit Margin TPI = 18.725 ∑ Profit Margin Tangkahan = 21.447


(5)

iv

Lampiran 19.Fungsi Pemasaran yang dilakukan oleh Produsen dan Pedagang Perantara melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Tangkahan

a. Produsen

No. Sampel

Alamat Fungsi Pemasaran

Pembelian Penjualan Penyimpanan Transportasi Standarisasi Pembiayaan Penanggungan Resiko

Informasi Pasar

1 s/d 30 Percut T Y T T T Y Y Y

b. Pedagang Pengumpul

No. Alamat Fungsi Pemasaran

Sampel

Pembelian Penjualan Penyimpanan Transportasi Standarisasi Pembiayaan Penanggungan Resiko

Informasi Pasar

1 s/d 4 Percut Y Y T Y T Y Y Y

c. Pedagang Besar No.

Sampe

Alamat Fungsi Pemasaran

Pembelian Penjualan Penyimpanan Transportasi Standarisasi Pembiayaan Penanggungan Resiko

Informasi Pasar

1 s/d 4 Percut Y Y Y Y T Y Y Y

d. Pedagang Pengecer No.

Sampe

Alamat Fungsi Pemasaran

Pembelian Penjualan Penyimpanan Transportasi Standarisasi Pembiayaan Penanggungan Resiko

Informasi


(6)

v

Lampiran 20. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kabupaten/ Kota (Ton) No. Kabupaten

/Kota

2001 2002 2003 2004 2005

1 Nias 15.907,80 16.350,30 16.734,60 15.707,30 16.671,50 2 Tapanuli

Tengah

22.689,10 22.764,30 23.771,20 27.858,80 28.084,30 3 Sibolga 41.915,40 42.025,40 30.960,00 31.272,30 31.778,90 4 Tapanuli

Selatan

1.612,30 6.295,00 6.565,40 6.607,50 6.809,40 5 Mandailing

Natal

14.437,90 14.463,20 14.767,30 15.171,10 15.193,60 6 Tapanuli

Utara

199,00 199,80 206,10 132,80 143,00 7 Toba

Samosir

539,40 668,40 664,40 668,40 694,60 8 Simalungun 357,70 331,30 301,10 219,20 233,30

9 Dairi 341 344,00 350,00 327,00 358,80

10 Karo 173,20 120,30 123,00 100,30 106,00

11 Langkat 19.512,50 20.182,20 19.922,20 19.892,10 19.999,60 12 Deli

Serdang

36.402,10 37.661,00 42.128,60 37.190,60 39.981,80 13 Medan 55.499,40 61.569,80 62.561,00 66.279,50 66.790,10 14 Asahan 73.691,30 67.212,90 66.352,70 55.873,50 56.247,10 15 Tanjung

Balai

34.251,30 36.161,40 37.606,40 30.461,20 30.888,00 16 Labuhan

Batu

30.836,00 30.506,00 29.658,70 23.721,30 24.026,10 Total 350.366,40 358.857,30 354.675,70 313.486,90 338.006,10 Sumber : Dinas Perikanan Tingkat I Sumatera Utara