Pengukuran Sifat Listrik Dan Sifat Fisiko Kimia Jambu Kristal (Psidium Guajava L) Pada Berbagai Tingkat Kematangan Dengan Kondisi Hydrocooling

PENGUKURAN SIFAT LISTRIK DAN SIFAT FISIKO KIMIA
JAMBU KRISTAL (Psidium guajava L) PADA BERBAGAI TINGKAT
KEMATANGAN DENGAN KONDISI HYDROCOOLING

NI KADEK TRI SEMARANDANI

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengukuran Sifat
Listrik dan Sifat Fisiko Kimia Jambu Kristal (Psidium guajava L) Pada Berbagai
Tingkat Kematangan dengan Kondisi Hydrocooling adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Ni Kadek Tri Semarandani
NIM G74110048

ABSTRAK
NI KADEK TRI SEMARANDANI. Pengukuran Sifat Listrik dan Sifat Fisiko
Kimia Jambu Kristal (Psidium guajava L) pada Berbagai Tingkat Kematangan
dengan Kondisi Hydrocooling. Dibimbing oleh KIAGUS DAHLAN.
Jambu Kristal (Psidium guajava L) termasuk buah-buahan yang mengalami
penurunan laju respirasi saat awal setelah pemetikan dan menghasilkan CO 2, H2O,
dan panas (klimaterik). Penelitian ini mengidentifikasi karakteristik sifat listrik
(impedansi, konduktansi, dan kapasitansi), karakteristik fisik (Total Padatan
Terlarut dan Kekerasan), serta karakteristik pH yang disimpan pada kondisi
hydrocooling suhu 16 oC, hydrocooling suhu ruang (26 oC sampai 30 oC), dan
tanpa perlakuan suhu ruang (26 oC sampai 30 oC). Sampel berjumlah 45 buah
disimpan pada berbagai kondisi dalam waktu 9 hari.
Pengukuran sifat listrik menggunakan LCR Meter HiTESTER. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa semakin lamanya umur simpan buah maka nilai
impedansi dan kapasitansi menurun, sedangkan konduktansi meningkat dengan
semakin lamanya umur simpan buah. Analisis karakteristik sifat fisiko kimia
dengan berbagai perlakuan memperlihatkan nilai TPT dan pH semakin meningkat
sedangkan kekerasan menjadi menurun dengan semakin lamanya umur simpan
buah. Umur simpan dengan tingkat kematangan 30 sampai 35 hari yang terbaik
dimiliki oleh jambu kristal dengan kondisi hydrocooling suhu 16 oC.
Kata kunci: penyimpanan dingin, jambu, impedansi, konduktansi, kapasitansi

ABSTRACT
NI KADEK TRI SEMARANDANI. Measurement of Electrical Properties and
Physico Chemical Properties of Crystals Guava (Psidium guajava L) at Different
Levels of Maturity with Hydrocooling Conditions. Supervised by KIAGUS
DAHLAN.
Crystal guava (Psidium guajava L) is classified as a fruits that decreased its
respiration rate after picking and produce CO2, H2O, and heat (klimaterik fruits) .
This research identifies the characteristics of the electrical properties (impedance,
conductance, and capacitance), physical characteristics (total soluble solid and
hardness), and pH characteristics which were stored in hydrocooling conditions of
temperature 16 oC, hydrocooling room temperature (26 oC to 30 oC), and without

treatment room temperature (26 oC to 30 oC). 45 Sampels were stored under
various conditions within 9 days.
The measurement of the electrical properties was conducted using LCR
Meter HiTESTER. The results include the length of shelf life, the value of
impedance, capacitance, and conductance. It was found that the capacitance is
decreasing while the conductance is increasing along with the length of shelf life.
Physical and chemical analysis of the properties of the various treatments showed
that TSS (total soluble solid) and pH values increases while the hardness
decreases comparable with the length of shelf life. Shelf life with the maturity
level of 30 to 35 days the best owned by crystal guava with temperature of 16 oC
hydrocooling conditions.
Keywords: cold storage, guava, impedance, conductance, capacitance

PENGUKURAN SIFAT LISTRIK DAN SIFAT FISIKO KIMIA
JAMBU KRISTAL (Psidium guajava L) PADA BERBAGAI TINGKAT
KEMATANGAN DENGAN KONDISI HYDROCOOLING

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Departemen Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengukuran
Sifat Listrik dan Sifat Fisiko Kimia Jambu Kristal (Psidium guajava L) Pada
Berbagai Tingkat Kematangan dengan Kondisi Hydrocooling” sebagai salah satu
syarat untuk melakukan penelitian dalam bidang Biofisika pada Departemen
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Maka untuk itu, penulis menyampaikan kepada:
1.

Bapak, Mama, Kakak dan Sahabat atas dukungan moril dan spirituil
kepada saya
2.
Bapak Dr. Kiagus Dahlan selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, saran dan kritik dalam penulisan skripsi
3.
Bapak Dr. Husin Alatas dan Bapak Dr. Irmansyah selaku dosen penguji
yang selalu memberikan bimbingan dan saran masukan
untuk
kesempurnaan skripsi ini
4.
Bapak Dr. Jajang Juansah yang memberikan bimbingan dan arahan demi
tercapainya kesempurnaan penelitian
5.
Pak Yani, Pak Toni, Pak Jun, dan Pak Bambang yang selalu memberikan
masukan serta kesabaran untuk melakukan penelitian
6.
Seluruh Dosen pengajar dan staf Departemen Fisika FMIPA Institut
Pertanian Bogor
7.

Tim penelitian biomaterial (Reta, Iim, Cici, Dena, Yuja, Muna, Arbay,
Tisa, mba Aisyah, mba Fitri, mba Jay, mba Nani, ibu Eli, mba Liza) serta
teman-teman fisika 46,47,48,49 yang tidak disebutkan
8.
Teman-teman KMHD IPB 48 ( Santya, Rama, Surya, Widya, Arini, Mang
Alit, Arpan, Baskara, dll) dan FISIKA IPB 48 (Riani, Egha, Nida, Octa,
Abson, Daus, dll) yang selalu memberikan semangat dan motivasinya.
9.
Teman-teman di kost Harmony (Aan, Ka Kiki, Happy, Icoy, Rani, dan
Ima) yang selalu memberikan hiburan
10.
Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu terima kasih
atas dukungannya
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semuanya.
Bogor, Juni 2015
Ni Kadek Tri Semarandani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Perumusan Masalah
Hipotesis
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Penyimpanan Dingin
Kapasitansi
Konduktansi

Impedansi
Total Padatan Terlarut
pH
Kekerasan
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Impedansi Jambu Kristal
Konduktansi Jambu Kristal
Kapasitansi Jambu Kristal
Total Padatan Terlarut Jambu Kristal
pH Jambu Kristal
Kekerasan Jambu Kristal
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

1
1
2
2
2
2
3
3
3
4
4
4
5
5
5
5
6

6
6
8
8
11
14
16
18
18
19
19
20
20
23
26

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

LCR Meter dan Kapasitor Sejajar
Impedansi jambu kristal perlakuan hydrocooling (16 oC) pada
berbagai tingkat kematangan
Impedansi jambu kristal perlakuan water storage suhu ruang (26 oC
sampai 30 oC) pada berbagai tingkat kematangan
Impedansi jambu kristal tanpa perlakuan suhu ruang (26 oC sampai
30 oC) pada berbagai tingkat kematangan
Impedansi frekuensi 510.4603 Hz pada berbagai perlakuan tingkat
kematangan
Konduktansi jambu kristal perlakuan hydrocooling (16 oC) pada
berbagai tingkat kematangan
Konduktansi jambu kristal perlakuan water storage suhu ruang (26
o
C sampai 30 oC) pada berbagai tingkat kematangan
Konduktansi jambu kristal tanpa perlakuan suhu ruang (26 oC sampai
30 oC) pada berbagai tingkat kematangan
Konduktansi frekuensi 510.4603 Hz pada berbagai perlakuan tingkat
kematangan
Kapasitansi jambu kristal perlakuan hydrocooling (16 oC) pada
berbagai tingkat kematangan
Kapasitansi jambu kristal perlakuan water storage suhu ruang (26 oC
sampai 30 oC) pada berbagai tingkat kematangan
Kapasitansi jambu kristal tanpa perlakuan suhu ruang (26 oC sampai
30 oC) pada berbagai tingkat kematangan
Kapasitansi frekuensi 510.4603 Hz pada berbagai perlakuan tingkat
kematangan
Total padatan terlarut dari berbagai perlakuan pada berbagai tingkat
kematangan
pH jambu kristal dari berbagai perlakuan pada berbagai tingkat
kematangan
Kekerasan jambu kristal dari berbagai perlakuan pada berbagai
tingkat kematangan

7
8
8
9
10
11
11
12
13
14
15
15
16
17
18
19

DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian
2
3
4
5
6
7

Nilai Impedansi (Ω) pada frekuensi 510.4603 Hz dari berbagai
perlakuan tingkat kematangan
Nilai Konduktansi (S) pada frekuensi 510.4603 Hz dari berbagai
perlakuan tingkat kematangan
Nilai Kapasitansi (F) pada frekuensi 510.4603 Hz dari berbagai
perlakuan tingkat kematangan
Nilai total padatan terlarut (% brix) dari berbagai perlakuan pada
berbagai tingkat kematangan
Nilai pH dari berbagai perlakuan pada berbagai tingkat kematangan
Kekerasan (N) jambu kristal dari berbagai perlakuan pada berbagai
tingkat kematangan

23
24
24
24
24
25
25

1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jambu (Psidium guajava L), keluarga Mrytaceae. Genus Psidium terdiri
dari sekitar 150 spesies dengan pohon yang pendek dan bersemak tetapi sangat
sedikit menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi dan sisanya hanya tumbuh liar
dengan kualitas buah yang rendah1. Di Indonesia komoditi buah-buahan yang
berpeluang besar untuk dikembangkan salah satunya adalah jambu biji. Buah ini
sangat digemari masyarakat dan sentra budidayanya terletak di Pulau Jawa.
Berikut total produksi jambu biji di Indonesia dari tahun 2009-2012.
Tabel 1 Jumlah produksi jambu biji di Indonesia tahun 2009-2012 (Ton)
Tahun
2009
2010
2011
2012
Sumber: BPS (2013)

Jawa Barat
70997
49203
75455
64681

Indonesia
212260
220202
204551
211836

Jambu biji (Psidium guajava L.) ‘Crystal’ merupakan salah satu buah
jambu biji yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dengan daging buah tebal
dan berbiji sedikit. Jambu biji ‘Crystal’, sebagaimana buah jambu biji pada
umumnya, tergolong buah klimaterik dengan masa simpan pendek antara 2
sampai 7 hari. Masa simpan yang pendek ini karena buah jambu biji mudah
mengalami kerusakan yang dapat dilihat dari perubahan tekstur dan munculnya
bercak coklat pada kulit. Perubahan ini menyebabkan penurunan mutu buah untuk
dipasarkan2.Pra-pendinginan merupakan salah satu mata rantai pascapanen yang
sangat penting di Indonesia.
Pra-pendinginan bertujuan untuk menghilangkan panas lapang (field heat)
dan suhu yang tinggi pada komoditas hortikultura sesegera dan secepat mungkin,
mempertahankan kesegaran, serta mengurangi beban pendinginan. Dengan
demikian, pra-pendinginan dilakukan segera setelah panen dan dengan laju yang
secepat mungkin3. Penyimpanan dingin memiliki resiko yang dapat menurunkan
mutu buah yaitu chilling injury merupaka gangguan utama pada tanaman tropis
dan subtropis, gangguan fisiologis ini akan muncul pada saat produk disimpan
pada suhu rendah4.
Penelitian ini dilakukan dengan analisis uji listrik LCR meter HiTESTER
yang memiliki tingkat presisi dan akurasi yang tinggi sehingga sangat cocok
untuk mengukur beberapa parameter sifat listrik yaitu impedansi (Z), kapasitansi
(C), dan konduktansi (G).

2
Tujuan Penelitian

1.

2.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
Memberikan informasi sifat listrik jambu kristal meliputi kapasitansi (C),
konduktansi (G), dan Impedansi (Z) pada kondisi hydrocooling suhu 16 oC,
water storage suhu ruang (26 oC sampai 30 oC), dan tanpa perlakuan suhu
ruang (26 oC sampai 30 oC)
Memberikan informasi sifat fisiko kimia jambu kristal selama penyimpanan
meliputi Total Padatan Terlarut (% brix), pH, dan kekerasan pada kondisi
hydrocooling suhu 16 oC, water storage suhu ruang (26 oC sampai 30 oC),
dan tanpa perlakuan suhu ruang (26 oC sampai 30 oC)

Perumusan Masalah

1.
2.
3.

Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah:
Apakah kondisi ini efektif untuk mengidentifikasi tingkat kematangan
jambu kristal
Apakah sifat listrik dapat digunakan untuk menentukan tingkat kematangan
jambu kristal secara akurat
Apakah terjadi perubahan tingkat kematangan terhadap perlakuan
hydrocooling suhu 16 oC, water storage suhu ruang (26 oC sampai 30 oC),
dan tanpa perlakuan suhu ruang (26 oC sampai 30 oC)

Hipotesis
Penyimpanan dingin merupakan teknik umum
diterapkan untuk
menghambat kerusakan dan memperpanjang masa simpan buah-buahan.
Perubahan kualitas jambu kristal selama penyimpanan berhubungan dengan
perubahan sifat listrik dan perubahan fisiko kimia. Perubahan umur simpan jambu
kristal akan mempengaruhi nilai TPT, pH, dan kekerasan. TPT dan pH akan
semakin meningkat dengan bertambahnya umur simpan buah dan kekerasan akan
semakin berkurang dengan bertambahnya umur simpan buah.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian ini adalah bidang biofisika membran khususnya
menjelaskan perlakuan Hydrocooling yang dapat dimanfaatkan sebagai cara untuk
memperlambat kematangan jambu. Perolehan data dilakukan dengan analisis uji
listrik melalui LCR Meter HiTESTER dan uji fisiko kimia melalui TPT, pH dan
uji kekerasan.

3
TINJAUAN PUSTAKA
Penyimpanan Dingin
Precooling adalah proses pelepasan panas lapang dari hasil buah yang baru
saja dipanen dan sayur-sayuran sebelum disimpan. Penyimpanan dingin secara
cepat akan menghalangi pertumbuhan mikroba karena proses pembusukan,
mengurangi proses kehilangan air, dan aktivitas respirasi. Prinsip penyimpanan
dingin adalah mendinginkan lingkungan secara mekanis dengan pengupan gas air
bertekanan (refrigant) dalam sistem tertutup, panas yang diperlukan untuk
mengubah refrigant menjadi uap diambil dari ruangan tempat penyimpanan hasil
hortikultura18. Pendinginan menuntut adanya pengontrolan terhadap kondisi
lngkungan, pegontrolan dilakukan terhadap suhu rendah, komposisi udara,
kelembaban, dan sirkulasi udara. Hydrocooling adalah metode precooling yang
menggunakan mekanisme pencelupan produk ke dalam air yang bersuhu sekitar 0
o
C. Metode ini dianggap merupakan metode yang paling efektif dalam membuang
panas sensible. Produk yang diberi perlakuan hydrocooling harus toleran terhadap
air3.

Kapasitansi
Kapasitansi adalah sifat dari bahan yang ditandai dengan kemampuannya
untuk menyimpan muatan listrik. Kapasitor dirancang untuk menyediakan
kapasitansi pada rangkaian listrik5.
Bentuk paling sederhana dari kapasitor terdiri dari dua plat konduksi yang
sejajar yang luasnya masing-masing A yang terpisah dengan jarak d yang kecil,
jika dibandingkan dengan dimensi-dimensi plat itu. Bila plat-plat itu diberi
muatan, maka medan di antara plat-plat itu pada pokoknya adalah homogen dan
muatan-muatan pada plat-plat itu akan didistribusikan secara homogen pada
permukaan-permukaannya yang berhadapan dinamakan susunan ini sebuah plat
kapasitor sejajar6. Dari hal ini bahwa kapasitansi C dari sebuah kapasitor sejajar
dalam ruang hampa adalah
=

(1)

Dimana:
k = konstanta dielektrik
A= luas penampang keping sejajar (m2)
Ԑ0= permitivitas ruang hampa (8.85 x 10-12 F/m)
d=jarak antar keping (m)
Dielektrik atau permitivitas menunjukan interaksi material dengan
permukaan yang berhubungan dengan listrik. Dielektrik biasanya digunakan untuk
kepentingan menentukan kostanta dielektrik dan faktor kehilangan dielektrik
(dielectric loss factor) 7.

4
Konduktansi
Konduktansi didefinisikan sebagai ukuran kemampuan suatu bahan untuk
mengalirkan muatan dan dalam standar SI mempunyai satuan Siemens (S)8.
Konduktivitas listrik yaitu hubungan atau perhitungan dari tegangan dan data arus
yang digunakan untuk persamaan dibawah ini9:
=

(2)

Dimana:
= konduktivitas listrik (S/m)
l= jarak antar kontak (m)
G= konduktansi (S)
A=luas penampang (m2)
Nilai konduktansi yang besar menunjukan bahwa bahan tersebut mampu
menghantarkan arus listrik dengan baik, tetapi sebaliknya dengan nilai
konduktansi yang semakin rendah9.
Konduktivitas listrik adalah kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan
arus listik. Konduktivitas listrik ditentukan oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi
atau jumlah ion, mobilitas ion, serta suhu. Semakin tinggi konsentrasi atau jumlah
ion maka konduktivitas listriknya semakin meningkat. Hubungan ini terus berlaku
hingga larutan menjadi jenuh. Suhu yang tinggi mengakibatkan viskositas air
menurun dan ion-ion dalam air bergerak cepat yang menyebabkan kenaikan
konduktivitas listrik10.

Impedansi
Impedansi dari suatu rangkaian merupakan rasio dari tegangan yang
melintasi elemen rangkaian terhadap arus yang mengalir pada rangkaian. Pada
keping kapasitor impedansi sebagai perintang suatu medn listrik yang diberikan
pada keping. Impedansi pada rangkaian kapasitor besarnya dipengaruhi oleh
frekuensi, resistansi, dan reaktansi total8. Dengan analisis fasor untuk tegangan
diperoleh nilai impedansi rangkaian seri sesuai permukaan :
=

+(



)

Z = impedansi (Ω)
R = Resistansi (Ω)
XL = Reaktansi Induktif (Ω)
XC = Reaktansi Kapasitif (Ω)

(3)

5
Total Padatan Terlarut
Total padatan terlarut merepresentasikan kadar gula atau padatan yang
terlarut dalam bahan tersebut11. Pantastico (1993) menyatakan bahwa selama
pemasakan pati akan dihidrolisis menjadi senyawa-senyawa sederhana yang
merupakan sumber energi selama proses respirasi. Pada tahap ini sukrosa yang
terbentuk akan dipecah lagi menjadi glukosa dan fruktosa. Sebagian glukosa
digunakan dalam proses respirasi12. Penurunan kandungan asam dapat terjadi
karena terjadinya konversi asam membentuk gula setelah buah lewat matang.
Peningkatan kandungan padatan terlarut disebabkan oleh adanya perubahan
polisakarida(pati, pektin, dan hemiselulosa) menjadi gula terlarut sederhana 13.

Derajat Keasaman atau pH
Derajat keasaman atau pH digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau padatan. Perubahan pH dapat
disebabkan oleh lama penyimpanan dan adanya mikroorganisme. Perubahan pH
menunjukan berkurang atau meningkatnya konsentrasi H+14.
Buah-buahan akan memiliki pH yang rendah (asam) sebelum buah matang,
semakin lama pH akan naik sampai buah diindikasikan matang tetapi kenaikan pH
pada umumnya memiliki nilai dibawah 7. Pada kondisi buah lewat matang, maka
pH akan kembali turun disertai penurunan sifat fisiknya 15.

Kekerasan
Kekerasan merupakan ukuran ketahanan suatu bahan terhadap deformasi
tekanan. Deformasi yang terjadi dapat berupa kombinasi perilaku elastis dan
plastis. Pada permukaan dari kombinasi yang saling bersinggungan dan bergerak
satu terhadap lainnya akan terjadi deformasi elastis dan plastis16.
Kekerasan merupakan indikator kerusakan. Faktor yang mempengaruhi
kekerasan yaitu turgor sel yang masih hidup selama proses pematangan buah
pascapanen. Tekanan turgor berubah terhadap pematangan buah, semakin matang
buah maka kekerasan akan semakin menurun. Turgor adalah tekanan dari isi sel
terhadap dinding sel, sehingga sel ada pada normal tetapi memungkinkan adanya
perubahan senyawa3.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2014-Februari 2015 bertempat
di Laboratorium Biofisika Membran, Departemen Fisika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.

6
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah jambu kristal yang
diperoleh dri petani Cikarawang, Kabupaten Bogor, aquades, plat kapasitor
ukuran 3.5 cm x 3.5 cm yang telah disepuh dengan emas, mika akrilik, kabel
tembaga, kabel serabut, buffer pH 4, kardus, dan toples.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah LCR Meter Hitester (353250 LCR HiTESTER Hioki, Tokyo, Japan), refraktometer, pH meter, economy
force sensor, gelas ukur, timbangan digital, dan termometer. Alat bantu di dalam
penelitian ini adalah pisau, kain lap, blender, mistar, mortar, dan cawan petri.

Prosedur Penelitian
Persiapan sampel
Sampel jambu kristal yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan
kriteria sebagai berikut: berat yang seragam yaitu berkisar 150 gram sampai 250
gram, tingkat kematangan buah berumur 30 hari sampai 35 hari setelah
pembungkusan, memiliki warna hijau lebih banyak, terdapat sedikit luka,
permukaan kulit tidak mulus bebas, bentuk normal serta sifat varietas yang
seragam dan termasuk buah dengan tipe grade B. Jambu kristal diambil langsung
dari perkebunan milik petani di daerah Cangkrang Cikarawang Bogor.
Penelitian ini lama perjalanan buah dari kebun menuju laboraturium
biofisika IPB selama 5 menit. Jambu kristal yang telah disortir diletakan di dalam
kardus dengan menggunakan irisan kertas bekas serta kain yang berfungsi sebagai
pengisi agar tidak terjadi kontak mekanis atau benturan yang menyebabkan
kerusakan atau kecacatan pada permukaan jambu kristal. Pembersihan dilakukan
dengan air mengalir hingga bersih di Laboraturium, selanjutnya jambu kristal
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Setelah kering, jambu kristal
diletakkan di dalam toples yang berisi air suhu 16 oC dan disimpan ke dalam
ruangan AC, air suhu ruang (26 oC sampai 30 oC) dan tanpa perlakuan suhu ruang
(26 oC sampai 30 oC). Sampel yang digunakan untuk masing-masing perlakuan
berjumlah 15 buah dengan total buah berjumlah 45 buah dan melakukan 3 kali
perulangan. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan pada hari ke-3, hari ke5, hari ke-7, dan hari ke-9. Pengukuran yang dilakukan adalah pengambilan data
sifat uji listrik, total padatan terlarut, pH, dan kekerasan.
Pengukuran sifat listrik (Hioki 3532-50 LCR HiTESTER)
Pengukuran sifat listrik jambu kristal dilakukan dengan memotong dadu
jambu kristal dengan ukuran 3.5 cm x 3.5 cm dengan ketebalan buah 0.5 cm, nilai
arus konstan 5 mA pada frekuensi 42 Hz sampai 1000 Hz. Pengukuran listrik
dilakukan dengan menggunakan sepasang plat tembaga, sepasang plat ukuran 3.5
cm x 3.5 cm dengan jarak pisah 0.5 cm digunakan untuk mengukur sifat listrik

7
daging buah jambu kristal. Dimensi daging jambu kristal mengikuti dimensi plat
kapasitor agar tidak terjadi hilang kontak antar ujung plat.
Alat utama yang digunakan untuk mengukur besaran listrik adalah LCR
HiTESTER 3532-50 Hioki yang menggunakan metode empat elektoda titik yang
digabung jadi dua terminal, satu sebagai sumber arus dan satu lagi sebagai
pembaca17. Sumber arus tetap digunakan pada penelitian ini sehingga kondisi
sumber sinyal tidak terganggu oleh kondisi bahan, dalam penelitian ini dilakukan
variasi frekuensi sumber arus dari 42 Hz sampai 1000 Hz.

Gambar 1 LCR Meter dan Kapasitor Sejajar
Pengukuran parameter lainnya
Kekerasan jambu kristal
Kekerasan buah diukur dengan menggunakan economy force sensor dengan
interface pasco yang dihubungkan dengan perangkat komputer sofware
datastudio. Probe yang digunakan probe berbentuk silinder dengan ketebalan 3 cm
dan panjang 1 cm. Sampel yang akan diukur ditusuk dengan economy force
sensor sedalam 0.5 cm selama beberapa detik. Pengukuran dilakukan di tiga titik
yaitu ujung, tengah, dan pangkal. Pengambilan data dilakukan pada tiga titik
karena gaya tekan yang dibutuhkan untuk masing-masing titik berbeda.
pH meter
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan alat pHmeter Hanna
Instrument. Alat ini sebelum digunakan terlebih dahulu dikalibrasi dengan
mencelupkan elektroda ke dalam larutan buffer pH 6.96 dan nilai yang terbaca
harus sesuai dengan nilai larutan buffer. Setelah dikalibrasi elektroda dicuci ke
dalam larutan aquades dan dikeringkan dengan menggunakan tisue. Setelah pH
meter dikalibrasi, pengukuran jambu kristal dapat dilakukan. Sampel yang
digunakan 25 gram jambu kristal yang diambil dari tiga titik yaitu ujung, tengah,
dan pangkal serta campuran 100 mL aquades kemudian di blender dan diukur
nilai pHnya sampai terbaca dalam keadaan stabil.
Total Padatan Terlarut
Total padatan terlarut diukur dengan menggunakan alat Hand Refraktometer
sebelum digunakan tempat sampel dibersihkan terlebih dahulu dengan aquades
sampai terlihat nilai 0.0 % dan dibersihkan dengan tisue. Sampel cairan diteteskan
pada prisma refraktometer sebanyak 1 tetes sampai 3 tetes. Pengukuran TPT
dilakukan pada tiga titik yaitu ujung, tengah, dan pangkal.

8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Impedansi Jambu Kristal
Hasil perlakuan impedansi hydrocooling suhu 16 oC, water storage suhu
ruang (26 oC sampai 30 oC), dan tanpa perlakuan suhu ruang (26 oC sampai 30 oC)
terlihat pada gambar di bawah ini:
40

Impedansi (Ω)

38
36
34
32
30
28
26
24
42

142

242

342

442

542

642

742

842

942

Frekuensi (Hz)
Hydrocooling AC Hari Ke-3

Hydrocooling AC Hari Ke-5

Hydrocooling AC Hari Ke-7

Hydrocooling AC Hari Ke-9

Impedansi (Ω)

Gambar 2 Impedansi jambu kristal perlakuan hydrocooling (16 oC) pada berbagai
tingkat kematangan
27
26
25
24
23
22
21
20
19
18
42

142

242

342

442

542

642

742

842

942

Frekuensi (Hz)
Water storage SR Hari Ke-3

Water storage SR Hari Ke-5

Water storage SR Hari Ke-7

Water storage SR Hari Ke-9

Gambar 3 Impedansi jambu kristal perlakuan water storage suhu ruang (26 oC
sampai 30 oC) pada berbagai tingkat kematangan

Impedansi (Ω)

9
28
27
26
25
24
23
22
21
20
19
18
42

142

242

342

442

542

642

742

842

942

Frekuensi (Hz)
Tanpa Perlakuan SR Hari Ke-3

Tanpa Perlakuan SR Hari Ke-5

Tanpa Perlakuan SR Hari Ke-7

Tanpa Perlakuan SR Hari Ke-9

Gambar 4 Impedansi jambu kristal tanpa perlakuan suhu ruang (26 oC sampai
30 oC) pada berbagai tingkat kematangan
Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai impedansi pada perlakuan
hydrocooling suhu 16 oC mengalami penurunan dengan semakin lamanya umur
simpan jambu kristal dan ini terus terjadi hingga hari ke-5 pada frekuensi 42 Hz
sampai 1000 Hz. Kenaikan impedansi terjadi pada hari ke-7, hal ini dapat
disebabkan oleh semakin banyak jumlah air yang keluar dari dalam buah sehingga
konsentrasi buah menurun. Keluarnya air dari dalam buah mengakibatkan tekstur
permukaan buah yang tidak bagus. Kerusakan produk ini termasuk kerusakan fisik
yang merupakan jenis kerusakan yang terjadi akibat perlakuan fisik18, seperti
terdapat gigitan serangga yang menyebabkan timbulnya luka di sekitar permukaan
buah maka akan terjadi resiko kerusakan dingin (chilling injury). Karena air dapat
mengikat elektron dengan baik sehingga mampu untuk menghantarkan arus listrik
maka dengan meningkatnya kandungan air jambu, sifat listrik tidak lagi berperan
sebagai perintang suatu medan listrik.
Suhu air sebelum diberikan perlakuan water storage adalah 27 oC dan suhu
udara ruangan adalah 26 oC. Gambar 2 menunjukan bahwa nilai impedansi pada
perlakuan water storage suhu ruang (26 oC sampai 30 oC) mengalami penurunan
dengan semakin lamanya umur simpan buah dan terjadi hingga hari ke-7 dan
mengalami peningkatan pada hari ke-9. Perbedaan nilai ini tidak terlalu signifikan
antara perlakuan water storage dan tanpa perlakuan. Hal ini terlihat dari nilai
impedansi yang cenderung tidak mengalami perubahan pada kedua perlakuan
tersebut. Teknik penyimpanan ini tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
suhu jambu kristal, karena suhu untuk menyimpan jambu kristal sama yaitu 27 oC.

10

Impedansi (Ω)

35
30
25
20
15
3

4

5

6

7

8

9

Hari
Hydrocooling Suhu AC

Water storage Suhu Ruang

Tanpa Perlakuan Suhu Ruang

Gambar 5 Impedansi frekuensi 510.4603 Hz pada berbagai perlakuan tingkat
kematangan
Gambar 5 menunjukkan bahwa pada frekuensi 510.4603 Hz, nilai impedansi
hydrocooling suhu 16 oC selama penyimpanan memiliki perubahan nilai yang
besar pada hari ke-7 yaitu sebesar 37.165 Ω. Hal ini berlaku dari pengukuran
frekuensi 42 Hz sampai 1000 Hz. Kenaikan nilai impedansi ini diduga karena
resiko kerusakan dingin (chilling injury) serta gangguan fisiologis karena
diletakkan pada suhu rendah. Perlakuan water storage suhu ruang (26 oC sampai
30 oC) dan tanpa perlakuan suhu ruang (26 oC sampai 30 oC) tidak mengalami
perubahan yang signifikan. Pada hari ke-5 nilai impedansi bernilai sama yaitu
20.73167 Ω. Hal ini karena teknik penyimpanan untuk kedua perlakuan
diletakkan pada suhu yang sama sehingga perlakuan tersebut tidak memberikan
perbedaan yang nyata.

11
Konduktansi Jambu Kristal
Hasil perlakuan konduktansi hydrocooling suhu 16 oC, water storage suhu
ruang (26 oC sampai 30 oC), dan tanpa perlakuan suhu ruang (26 oC sampai 30 oC)
terlihat pada gambar di bawah ini:
0.039
Konduktansi (S)

0.037
0.035
0.033
0.031
0.029
0.027
0.025
42

242

442

642

842

Frekuensi (Hz)

Konduktansi (S)

Gambar 6

Hydrocooling AC Hari Ke-3

Hydrocooling AC Hari Ke-5

Hydrocooling AC Hari Ke-7

Hydrocooling AC Hari Ke-9

Konduktansi jambu kristal perlakuan hydrocooling (16 oC) pada
berbagai tingkat kematangan

0.055
0.053
0.051
0.049
0.047
0.045
0.043
0.041
0.039
42

242

442

642

842

Frekuensi (Hz)
Water storage SR Hari Ke-3

Water storage SR Hari Ke-5

Water storage SR Hari Ke-7

Water storage SR Hari Ke-9

Gambar 7 Konduktansi jambu kristal perlakuan water storage suhu ruang (26 oC
sampai 30 oC) pada berbagai tingkat kematangan

12

Konduktansi (S)

0.047
0.045
0.043
0.041
0.039
0.037
0.035
42

242

442

642

842

Frekuensi (Hz)
Tanpa Perlakuan SR Hari Ke-3

Tanpa Perlakuan SR Hari Ke-5

Tanpa Perlakuan SR Hari Ke-7

Tanpa Perlakuan SR Hari Ke-9

Gambar 8 Konduktansi jambu kristal tanpa perlakuan suhu ruang (26 oC sampai
30 oC) pada berbagai tingkat kematangan
Ion merupakan muatan listrik baik berupa atom maupun molekul dan
dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan
ion. Konsentrasi ion menentukan banyaknya ion yang ada pada larutan tetapi
bukan berarti berbanding lurus dengan besar konduktivitas membran karena
membran mempunyai karakter yang khas19. Diantaranya dapat mempertahankan
beda potensial antara lingkungan di kedua sisinya. Ada dua sumber ion yaitu yang
cepat berupa kompartemen kecil yang bisa menjadi dinding sel dan yang lambat
berupa sebuah kompartemen jauh lebih besar yang bisa menjadi sitoplasma dan
vakuola.
Tekstur buah-buahan bergantung pada ketegangan, ukuran, bentuk, dan
keterikatan sel-sel. Ketegangan disebabkan oleh tekanan isi sel pada dinding sel,
dan bergantung pada konsentrasi zat-zat osmotik aktif vakuola, permeabilitas
protoplasma, dan elastisitas dinding sel. Dalam osmosis zat-zat bergerak dari
daerah dengan energi kinetik tinggi ke daerah dengan energi kinetik lebih rendah
karena zat-zat yang terlarut di dalamnya, sebagai akibat air berdifusi ke dalam sel.
Difusi terus menerus dan menyebabkan sel menjadi tegang. Bila jenjang energi di
luar sel lebih rendah, akan terjadi difusi zat-zat ke luar sel yang mengakibatkan
plasmolisis atau kematian sel20.

13
0.06
Konduktansi (S)

0.055
0.05
0.045
0.04
0.035
0.03
0.025
3

4

5

6

7

8

9

Hari
Hydrocooling Suhu AC

Water storage Suhu Ruang

Tanpa Perlakuan Suhu Ruang

Gambar 9 Konduktansi frekuensi 510.4603 Hz pada berbagai perlakuan tingkat
kematangan
Semakin besar frekuensi yang diberikan maka konduktansi jambu kristal
akan semakin meningkat. Jika frekuensi meningkat maka pergerakan muatan di
dalam plat akan berlangsung sangat cepat, sehingga semakin banyak jumlah
muatan yang bergerak makin besar konduktansinya5.
Pengisian dan pengosongan muatan dalam plat kapasitor berlangsung sangat
cepat, akibatnya muatan yang tersimpan dalam plat semakin berkurang dan
kemampuan kapasitor dalam menyimpan muatan akan semakin kecil 5.
Konduktansi jambu kristal perlakuan hydrocooling suhu 16 oC meningkat hingga
hari ke-5 dan menurun pada hari ke-7, frekuensi yang bertambah besar
menyebabkan pergerakan ion dan muatan semakin meningkat. Penurunan drastis
terjadi pada hari ke-7 bernilai 0.027366 S. Hal ini berarti konsentrasi ion yang
dapat menghantarkan listrik semakin berkurang, penurunan ini juga dimungkinkan
karena adanya aktivitas mikroba akibat memar yang terjadi pada saat buah panen
sehingga menyebabkan mobilitas ion semakin berkurang. Perlakuan water storage
suhu ruang (26 oC sampai 30 oC) meningkat hingga hari ke-7 dan terjadi
perubahan penurunan pada hari ke-9 sebesar 0.043674 S, perbedaan perlakuan
suhu juga berpengaruh terhadap nilai konduktansi listrik buah dan tanpa perlakuan
suhu ruang (26 oC sampai 30 oC) tidak begitu mengalami perubahan yang
signifikan, hal ini karena suhu yang terdapat pada air dan udara tidak mengalami
perubahan berkisar 26 oC sampai 27 oC, nilai konduktansi water storage yang
lebih besar daripada tanpa perlakuan juga disebabkan air yang terdapat pada
perlakuan water storage yang mempengaruhi jumlah ion sehingga nilai
konduktansinya lebih besar.
Gambar 9 menunjukkan bahwa pada frekuensi 510.4603 Hz, nilai impedansi
hydrocooling suhu 16 oC selama penyimpanan memiliki perubahan nilai yang
besar pada hari ke-7 yaitu sebesar 0.027366 S, hal ini berlaku dari pengukuran
frekuensi 42 Hz sampai 1000 Hz. Penurunan nilai impedansi ini diduga karena
konsentrasi ion yang semakin berkurang karena resiko kerusakan dingin (chilling
injury) serta gangguan fisiologis karena diletakkan pada suhu rendah, suhu dingin

14
tersebut dapat menyebabkan dinding sel rusak sehingga saat sampel dikeluarkan
dari suhu dingin, air dari dalam sel akan keluar melalui dinding sel yang telah
rusak dan mengakibatkan rusaknya jambu kristal tersebut. Perlakuan water
storage suhu ruang (26 oC sampai 30 oC) mengalami penurunan pada hari ke-9
bernilai 0.043674 S dan tanpa perlakuan suhu ruang (26 oC sampai 30 oC)
mengalami penurunan pada hari ke-7 bernilai 0.04247 S, nilai konduktansi untuk
perlakuan water stroage dan tanpa perlakuan dari hari ke-3, hari ke-5, hari ke-7,
dan hari ke-9 tidak mengalami perubahan yang signifikan, nilai konduktansi
perlakuan water storage lebih besar daripada tanpa perlakuan hal ini mungkin
karena adanya air yang terdapat pada perlakuan water stroage sehingga
meningkatkan jumlah ion.

Kapasitansi Jambu Kristal
Hasil perlakuan konduktansi hydrocooling suhu 16 oC, water storage suhu
ruang (26 oC sampai 30 oC), dan tanpa perlakuan suhu ruang (26 oC sampai 30 oC)
terlihat pada gambar di bawah ini:

Kapasitansi (µF)

20
15
10
5
0
42

242

442

642

842

Frekuensi (Hz)
Hydrocooling AC Hari Ke-3

Hydrocooling AC Hari Ke-5

Hydrocooling AC Hari Ke-7

Hydrocooling AC Hari Ke-9

Gambar 10 Kapasitansi jambu kristal perlakuan hydrocooling (16 oC) pada
berbagai tingkat kematangan

15

30
Kapasitansi (µF)

25
20
15
10
5
0
42

242

442

642

842

Frekuensi (Hz)
Water Storage SR Hari Ke-3

Water Storage SR Hari Ke-5

Water Storage SR Hari Ke-7

Water Storage SR Hari Ke-9

Gambar 11 Kapasitansi jambu kristal perlakuan water storage suhu ruang (26 oC
sampai 30 oC) pada berbagai tingkat kematangan
30

Kapasitansi (µF)

25
20
15
10
5
0
42

242

442

642

842

Frekuensi (Hz)
Tanpa Perlakuan SR Hari Ke-3

Tanpa Perlakuan SR Hari Ke-5

Tanpa Perlakuan SR Hari Ke-7

Tanpa Perlakuan SR Hari Ke-9

Gambar 12 Kapasitansi jambu kristal tanpa perlakuan suhu ruang (26 oC sampai
30 oC) pada berbagai tingkat kematangan

Kapasitansi (µF)

16

1.825
1.625
1.425
1.225
1.025
0.825
3

4

5

6

7

8

9

Hari
Hydrocooling Suhu AC

Water storage Suhu Ruang

Tanpa Perlakuan Suhu Ruang

Gambar 13 Kapasitansi frekuensi 510.4603 Hz pada berbagai perlakuan tingkat
kematangan
Gambar 10, 11, dan 12 menunjukkan bahwa nilai kapasitansi cenderung
tidak mengalami perubahan signifikan terlihat dari keadaan grafik. Pada frekuensi
510.4603 Hz perubahan yang cukup berarti terjadi saat kondisi hydrocooling suhu
16 oC, kapasitansi jambu kristal cenderung menurun dengan semakin lamanya
umur simpan tetapi mengalami kenaikan pada hari ke-9. Hal ini diduga karena
jambu kristal mengalami gangguan fisiologis pada saat produk disimpan pada
suhu rendah, dengan adanya gangguan tersebut maka terjadi kerusakan membran
sehingga proses difusi keluar masuknya ion berlangsung secara tidak normal dan
akan terjadi kenaikan nilai kapasitansi yang menandakan molekul tersebut
mengalami peningkatan polarisasi, perubahan frekuensi akan mempengaruhi
kondisi ion di dalam material.
Total Padatan Terlarut Jambu Kristal
Penyimpanan hydrocooling suhu 16 oC kadar total padatan terlarut
mengalami penurunan hingga hari ke-7 sedangkan water storage suhu ruang (26
o
C sampai 30 oC) mengalami penurunan hingga hari ke-5 namun mengalami
peningkatan kembali pada hari ke-7, hal ini mungkin disebabkan pada awal
penyimpanan suhu kamar, buah mengalami kadar TPT yang lebih cepat karena
banyaknya pati yang terurai menjadi gula sebgai substrat proses respirasi, dan
akan mengalami penurunan kembali karena substrat respirasi telah banyak
digunakan21.

Total Padatan Terlarut (% brix)

17
80
75
70
65
60
55
50
3

4

5

6

7

8

9

Hari
Hydrocooling

Water storage

Tanpa Perlakuan

Gambar 14 Total padatan terlarut dari berbagai perlakuan pada berbagai tingkat
kematangan
Jambu kristal yang disimpan pada tanpa perlakuan suhu ruang (26 oC
sampai 30 oC), kadar TPT menunjukkan bahwa kandungan gula dalam daging
semakin banyak seiring dengan lamanya penyimpanan, secara umum apabila
buah-buahan menjadi matang maka kandungan gulanya akan meningkat dan
kandungan asamnya akan menurun. Keadaan ini berlaku untuk buah klimaterik22.
Total padatan terlarut akan meningkat dengan cepat ketika mengalami
pematangan dan akan terus menurun seiring dengan lamanya penyimpanan.

18
Derajat Keasaman atau pH Jambu Kristal
5.44
5.39
5.34
pH

5.29
5.24
5.19
5.14
3

4

5

6

7

8

9

Hari
Hydrocooling

Water storage

Tanpa Perlakuan

Gambar 15 pH jambu kristal dari berbagai perlakuan pada berbagai tingkat
kematangan
Gambar 15 menunjukkan bahwa pada berbagai perlakuan hydrocooling,
water storage, dan tanpa perlakuan tidak mengalami perubahan derajat keasaman
yang terlalu signifikan. Nilai pH jambu kristal semakin lama umur simpan maka
semakin meningkat nilai pH yang berarti buah semakin asam. Winarno dan
Wirakartakusuma (1979) menyatakan bahwa segera setelah respirasi klimaterik
tercapai, terjadi penurunan keasaman. Penurunan ini disebabkan oleh penggunaan
asam organik sebagai substrat pada respirasi atau terjadi transformasi asam
organik menjadi senyawa baru pada proses pemasakan24.

Kekerasan Jambu Kristal
Nilai kekerasan setelah pascapanen akan semakin mengalami penurunan
karena semakin lamanya umur simpan sehingga dapat mengakibatkan penurunan
mutu dari komoditas pertanian yang akan disimpan. Nilai kekerasan yang tinggi
menunjukan bahwa tekstur daging buah masih keras dan sebaliknya nilai
kekerasan semakin menurun karena tekstur daging buah semakin lunak atau
menurun kekerasannya.
Penurunan kekerasan juga disebabkan oleh adanya proses respirasi dan
transpirasi. Pada proses respirasi akan mengakibatkan pecahnya karbohidrat maka
akan menyebabkan pecahnya jaringan pada buah-buahan sehingga produk
menjadi lunak. Sedangkan pada proses transpirasi akan terjadi penguapan air yang
akan menyebabkan buah-buahan menjadi layu dan mengerut sehingga buah
menjadi lebih lunak. Hal ini terjadi karena sebagian air pada buah mengalami
penguapan sehingga ketegaran buah semakin menurun23.

19
11.5
11
Kekerasan (N)

10.5
10
9.5
9
8.5
8
7.5
3

4

5

6

7

8

9

Hari
Hydrocooling

Water Storage

Tanpa Perlakuan

Gambar 16 Kekerasan jambu kristal dari berbagai perlakuan pada berbagai
tingkat kematangan
Penurunan kekerasan daging buah secara cepat terjadi pada buah yang
diletakkan pada suhu ruang tanpa perlakuan. Pada suhu penyimpanan ini buah
mengalami penurunan kekerasan dan permukaan buah semakin mengerut karena
terjadinya proses transpirasi. Jambu kristal perlakuan hydrocooling suhu 16 oC
memiliki kekerasan yang lebih besar dengan semakin lamanya umur simpan hal
ini menunjukan bahwa jambu kristal mampu mempertahankan mutunya pada suhu
rendah jika dibandingkan dengan jambu kristal perlakuan water storage suhu
ruang (26 oC sampai 30 oC) yang mengalami penurunan lebih cepat pada suhu
tinggi.
Penurunan kekerasan disebabkan adanya perubahan polimer karbonhidrat
meliputi konversi pati menjadi gula, terdegradasinya hemiselulosa dan
terdegradasinya protopektin yang tidak larut pada dinding sel sehingga jumlahnya
menurun dan terbentuk pektin yang larut.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Perlakuan Hydrocooling merupakan perlakuan untuk memperpanjang umur
simpan buah. Data hasil penelitian mengkaji sifat listrik dan sifat fisiko kimia
jambu kristal dengan tingkat kematangan berbeda menunjukan bahwa :
1. Perlakuan hydrocooling suhu 16 oC, water storage suhu ruang (26 oC
sampai 30 oC), dan tanpa perlakuan suhu ruang (26 oC sampai 30 oC)
memperlihatkan bahwa nilai impedansi dan kapasitansi semakin
menurun dengan semakin lamanya umur simpan buah pada frekuensi 42
Hz sampai 1000 Hz.

20
2. Semakin lama umur simpan jambu maka nilai TPT dan pH semakin
meningkat tetapi nilai kekerasan semakin menurun.
3. Perubahan signifikan nilai impedansi, konduktansi, dan kapasitansi
hydrocooling suhu 16 oC pada hari ke-7 memperlihatkan bahwa adanya
resiko kerusakan dingin serta gangguan fisiologis pada saat jambu
diletakkan pada suhu rendah yang menyebabkan terjadinya kerusakan
membran sehingga proses keluar masuknya ion berlangsung secara tidak
normal.
4. Perubahan signifikan impedansi, konduktansi, dan kapasitansi untuk
water storage suhu ruang (26 oC sampai 30 oC), dan tanpa perlakuan
suhu ruang (26 oC sampai 30 oC) terjadi pada hari ke-9, hal ini
disebabkan oleh adanya aktivitas mikroba atau pantogen akibat dari
keadaan saat pascapanen serta peningkatan polarisasi ketika diberi
medan listrik.
Saran
Penelitian selanjutnya disarankan pengambilan sampel dengan menghitung
umur jambu agar diperoleh data yang lebih akurat. Faktor lain yang menentukan
tingkat kematangan buah seperti susut bobot. Pengukuran secara non-destruktif
dapat dilakukan untuk mengetahui kebocoran ion yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
1.

2.

3.

4.

5.

6.

Amadi JE, Nwaokike P, Olahan GS, Garuba T. Isolation and
Identification Fungi Involved In The Post-Harvest Spoilage of Guava
(Psidium guajava) In Awka Metropolis. Departemen of Botany, Nnamdi
Azikiwe University , Awka. International Journal of Engineering and
Applied Sciences. 4:7-12.2014
Widodo SE, Zulferiyenni, Maretha I. Pengaruh Perubahan Indole Acid
(IAA) Pada Pelapis Kitosan Terhadap Mutu dan Masa Simpan Jambu
Biji (Psidium guajava L) ‘Crystal’. Jurnal Agrotropika. 17(1):1418.2012
Nurmawati NE. Pengaruh Prapendinginan dan Suhu Penyimpanan
Terhadap Mutu Buah Mangga Cengkir Indramayu.[Skripsi].
Bogor:Institut Pertanian Bogor.2008
Zainal PW, Ahmad U, Purwanto YA. Deteksi Chilling Injury pada Buah
Mangga Gedong Gincu dengan Menggunakan Near Infrared
Spectroscopy. Jurnal Keteknikan Pertanian. Vol.26 No.1.2012
Putri R. Kajian Sifat Listrik Buah Manggis (Garcinia mangostana L)
Pada Tingkat Kematangan Berbeda.[Skripsi]. Bogor:Institut Pertanian
Bogor.2007
Young HD, Freedman RA. Fisika Universitas Jilid 2. Erlangga: Jakarta

21
7.

8.
9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.
18.

19.
20.
21.

22.

23.

Soltani M, Alimardani R, Omid M. Use of Dielectric Properties In
Quality Measurement of Agricultural Products. Nature and Science. 9(4)
2011
Sidik W. Identifikasi Pemalsuan Susu Kambing Melalui Sifat Uji
Listrik.[Skripsi]. Bogor:Institut Pertanian Bogor.2013
Darvishi H, Hosainpour A, Nergesi F, Khoshtaghaza MH, Torang H.
Ohmic Processing: Temperature Dependent Electrical Conductivities of
Lemon Juice. Modern Applied Science. Vol.5, No.1.2011
Hikmah YN. Sifat Kristal dan Sifat Listrik Film Litium Tantalat Silikat
(LiTaSiO5) Terhadap Variasi Suhu Serta Waktu Annealing. [Skripsi].
Bogor:Institut Pertanian Bogor.2013
Hidayah NN. Sifat Optik Buah Jambu Biji (Psidium guajava) yang
Disimpan dalam Toples Plastik Menggunakan Spektrofotometer
Reflektas UV-VIS. [Skripsi]. Bogor:Institut Pertanian Bogor.2009
Syafutri MI, Pratama F, Saputra D. Sifat Fisik dan Kimia Buah Mangga
(Mangifera Indica L) Selama Penyimpanan dengan Berbagai Metode
Pengemasan. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol.17 No.1.2006
Julianti E. Pengaruh Tingkat Kematangan dan Suhu Penyimpanan
Terhadap Mutu Buah Terong Belanda (Cyphomandra betacea). Jurnal
Hortikultura Indonesia. 2(1):14-20.2011
Heruwati I. Deteksi Gejala Chilling Injury Buah Belimbing (Averrhoa
carambola L) yang Disimpan Pada Suhu Rendah Dengan NIR
Spectroscopy. [Skripsi]. Bogor:Institut Pertanian Bogor.2011
Yulia R. Kajian Sifat Listrik dan Sifat Fisiko Kimia Berbagai Jenis Buah
Mangga (Mangifera spp) Pada Tingkat Kematangan Berbeda. [Skripsi].
Bogor:Institut Pertanian Bogor.2008
Dahlan H. Pengaruh Variasi Beban Indentor Micro Hardness Tester
Terhadap Akurasi Data Uji Kekerasan Material. ISSN 0852-4777.
No.23-24/Thn VI. 2000
Juansah J, Irmansyah, Kusnadi. Sifat Listrik Telur Ayam Kampung
Selama Penyimpanan. 32(1):22-30.2009
Fikri I. Deteksi Gejala Kerusakan Dingin pada Buah Mangga Varietas
Gedong Gincu (Mangifera Indica L) yang Disimpan pada Suhu Rendah
Menggunakan NIR. [Skripsi]. Bogor:Institut Pertanian Bogor.2011
Athis AW. Physical Chemistry International Student Fifth Edition.
Addison Wesley. New York Pp:830-846
Nobel PS. Physicochemical and Environment Plant Physiology.
University California, Los Angles, California.
Purwoko BS, Magdalena FS. Pengaruh Perlakuan Pascapanen dan
Suhu Simpan Terhadap Daya Simpan dan Kualitas Buah Mangga
(Mangifera indica L) Varietas Arumanis.Bul.Agron.27(1):16-24.1999
Hidayah NN. Sifat Optik Jambu biji (Psidium guajava) yang Disimpan
Dalam Toples Plastik Menggunakan Spektrofotometer Reflektans UVVIS. [Skripsi]. Bogor:Institut Pertanian Bogor.2009
Utama IMS, Setiyo Y, Puja IDARP, Antara NS. Kajian Atmosfir
Terkendali untuk Memperlambat Penurunan Mutu Buah Mangga
Arumanis selama Penyimpanan.J.Hort.Indonesia.2(1):27-33.2011

22
24. Winarno, F.G. dan Wirakartakusuma. Fisiologi Pasca Panen. Sastra
Hudaya: Jakarta. 1979

23
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Mulai

Persiapan Alat dan
Bahan

Hydrocooling (suhu 16
o
C)

Kontrol (suhu ruang)

Pembuatan jambu Kristal
ukuran dadu

Hydrocooling (suhu
ruang)

Pembuatan Sari Jambu

Karakteristik : Z, G, C, TPT,
pH, dan uji kekerasan

Pengolahan dan
Analisis Data

Penyusunan skripsi

Selesai

24
Lampiran 2 Nilai Impedansi (Ω) pada frekuensi 510.4603 Hz dari berbagai perlakuan
tingkat kematangan
Hari
3
5
7
9

Hydrocooling Hydrocooling
suhu 16 oC
suhu ruangan
30.066
23.74133
25.39967
20.73167
37.165
18.68967
26.586
23.32233

Tanpa perlakuan
suhu ruangan
22.85867
20.73167
18.68967
23.43467

Lampiran 3 Nilai Konduktansi (S) pada frekuensi 510.4603 Hz dari berbagai perlakuan
tingkat kematangan
Hari
3
5
7
9

Hydrocooling Hydrocooling
suhu 16 oC
suhu ruangan
0.035083
0.044696
0.039195
0.048545
0.027366
0.053815
0.038663
0.043674

Tanpa perlakuan
suhu ruangan
0.04397
0.043904
0.04247
0.045856

Lampiran 4 Nilai Kapasitansi ( F) pada frekuensi 510.4603 Hz dari berbagai perlakuan
tingkat kematangan
Hari
3
5
7
9

Hydrocooling Hydrocooling
suhu 16 oC
suhu ruangan
1.12
1.80
1.31
1.80
0.877
1.74
1.32
1.67

Tanpa perlakuan
suhu ruangan
1.70
1.80
1.74
1.56

Lampiran 5 Nilai total padatan terlarut (% brix) dari berbagai perlakuan pada berbagai
tingkat kematangan
Hydrocooling
Hydrocooling Tanpa perlakuan
suhu 16 oC
suhu ruangan
suhu ruangan
3
61.66667
53.44444
58.44444
5
54.22222
50.33333
68.44444
7Hamdila, 2014
53.333333 ekor domba
55.88889
71.11111
9
54
50.33333
79.77778

Hari

25
Lampiran 6 Nilai pH dari berbagai perlakuan pada berbagai tingkat kematangan
Hari
3
5
7
9

Hydrocooling Hydrocooling
suhu 16 oC
suhu ruangan
5.266667
5.277778
5.3
5.3
5.344444
5.277778
5.4
5.266667

Tanpa perlakuan
suhu ruangan
5.266667
5.2
5.266667
5.266667

Lampiran 7 Kekerasan (N) jambu kristal dari berbagai perlakuan pada berbagai tingkat
kematangan
Hari
3
5
7
9

Hydrocooling Hydrocooling
suhu 16 oC
suhu ruangan
11.13
10.80667
11.04333
9.72
9.526667
10.41
7.83
8.106667

Tanpa perlakuan
suhu ruangan
10.19
10.01333
8.466667
8.406667

26

RIWAYAT HIDUP
Ni Kadek Tri Semarandani, Lahir di Sampit, 08 Maret 1994 dari Ayah I
Ketut Seleb dan Ibu Ni Wayan Jendri, sebagai putri kedua dari dua bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Idhata pada tahun
1998, SDN 4 Mentawa Baru Hilir Sampit lulus pada tahun 2005 , SMP Negeri 1
Sampit lulus pada tahun 2008, SMA Negeri 1 Sampit, Kalimantan Tengah lulus
pada tahun 2011, dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur
Undangan Nasional IPB. Penulis memilih program studi Fisika, Departemen
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti
perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan akademik maupun nonakademik termasuk menjadi asisten praktikum untuk matakuliah Fisika TPB pada
tahun 2013-2015, Anggota KMHD IPB 2011-2012, Ketua Bidang Sosial
Lingkungan KMHD IPB 2012-2013, Ketua Pelaksana Bakti Sosial KMHD IPB
2012, Ketua Badan Pengawas Himafi IPB 2013-2014, Wakil Ketua Pelaksana
MPD Fisika 2013, Ketua Open House Fisika IPB 2013 dan kegiatan kepanitian
lainnya.