KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PAI DI SDIT INSAN UTAMA YOGYAKARTA

(1)

KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PAI

DI SDIT INSAN UTAMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Oleh:

Lilis Oktaviani

NPM: 20120720197

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

SKRIPSI

Oleh:

Lilis Oktaviani

NPM: 20120720197

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii

KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PAI

DI SDIT INSAN UTAMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) Strata Satu

pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

Lilis Oktaviani NPM: 20120720197

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(4)

iii

Hal : Persetujuan Kepada Yth.

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama : Lilis Oktaviani

NPM : 20120720197

Judul : Korelasi Antara Kecerdasan Emosi dengan Prestasi Belajar PAI di SDIT Insan Utama Yogyakarta

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada Fakultas Agama Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut kepada Fakultas, dengan harapan dapat diterima dan segera di munaqosyahkan. Atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Pembimbing


(5)

iv

PENGESAHAN

Judul Skripsi

KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PAI DI SDIT INSAN UTAMA YOGYAKARTA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama : Lilis Oktaviani

NPM : 20120720197

telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Prodi Pendidikan Agama

Islam pada tanggal ……….. dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

Sidang Dewan Munaqasyah

Ketua Sidang : Sadam Fajar, Shodiq. M.Pd.I (………..)

Pembimbing : Dr. Akif Khilmiyah, M.Ag. (...)

Penguji : Nurwanto, M. A., M. Ed. (…………...)

Yogyakarta, 30 Agustus 2016 Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,

Dr. Mahli Zainuddin Tago, M.Si. NIK.19660717199203113014


(6)

v

Nama Mahasiswa : Lilis Oktaviani

NPM : 20120720197

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pada suatu perguruan tingggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 08 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan

Lilis Oktaviani NPM. 20120720197


(7)

vi

Motto

لا اوُماَقَأَو ْمِهَِِر ِهْجَو َءاَغِتْبا اوُرَ بَص َنيِذَلاَو

َنْ قَزَر اَِِ اوُقَفنَأَو َة َََص

ْمُا

ُأ َةَئهِيَسلا ِةَنَسَِِْْ َنوُءَرْدَيَو ًةَيِن َََعَو اًرِس

َلو

ِراَدلا ََْقُع ْمََُ َكِئ

[

٢٢

:

٣١

]

Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan

Shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang kami berikan kepada mereka, secara

sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan;


(8)

vii

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, bapak Rasiman dan Ibu Siti Latifah, S.Pd

yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan serta motivasi

sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan lancar.

2. Kedua kakakku, Mas Rosihan Aditya Hasan dan Mas Zaaki Mubarok,

yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan serta motivasi

sehingga dapat menyelesaikan dalam penulisan skripsi dengan lancar.

3. Keluarga dan saudara-saudaraku yang senantiasa memberikan dukungan

dan motivasi kepadaku.

4. Almamaterku tercinta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang

menjadi tempatku menuntut ilmu dan mengembangkan potensi sehingga


(9)

viii

KATA PENGANTAR

مْيــــــــــــــــــــــــــــــحَرلا ن ْحَرلا ه مــــــــــــــــــــــــــــــْسب ني ل عْلا ر َّ دْ حْلا ل ْ أ د ْشأ

هل كْيرش ل هدْح ه َلإ هلإ

هل ْوسر هدْبع اًدَ حم َ أ د ْشأ

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah Swt atas rahmat dan

karuniaNya sehingga penulisan skripsi dengan judul “Korelasi Antara Kecerdasan Emosi dengan Prestasi Belajar PAI di SDIT Insan Utama Yogyakarta” dapat terselesaikan dengan lancar.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak -

pihak yang telah berperan dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Tanpa

adanya bantuan, motivasi dan semangat dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak

akan terwujud. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Mahli Zainuddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Agama Islam.

2. Bapak Dr. H. Abd. Madjid, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Agama Islam.

3. Ibu Dr. Hj. Akif Khilmiyah, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dalam proses penulisan skripsi ini.

4. Kedua orangtuaku tercinta, bapak Rasiman dan ibu Siti Latifah, yang tiada

hentinya memberikan kasih sayang, perhatian, doa, dukungan, dan motivasi

untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Kakak-kakakku tercinta Rosihan Aditya Hasan dan Zaaki Mubarok, yang


(10)

ix

7. Semua pihak yang turut membantu penulis baik secara langsung maupun tidak

langsung sehingga skripsi ini selesai dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna

dan masih banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

untuk perbaikan masa mendatang. Penulis sangat berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak serta dapat menjadi salah satu acuan dalam

menyusun skripsi yang serupa di masa yang akan datang.

Yogyakarta, 08 Agustus 2016 Penulis

Lilis Oktaviani NPM. 20120720197


(11)

x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA

Transliterasi kata Arab-Indonesia yang dipakai dalam penyusunan risalah ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No: 158/1987 dan 0543b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

1. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

أ Alif - Tidak dilambangkan

Ba b be

Ta t te

ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

ج Jim J Je

ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)

Kha kh ka dan ha

د dal d de

żal ż zet (dengan titik di atas)

ra r Er

zai z zet

sin s es

syin sy es dan ye

ص ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

ض ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

ط ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

ظ ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)

ع ‘ain ‘... koma tebalik di atas

غ gain g ge

ف fa f ef

qaf q ki

kaf k ka

lam l el

mim m em

nun n en

wau w we

ha h ha

ء hamzah `... apostrof


(12)

xi

_____ Fathah A A

_____ Kasrah I I

_____ ḍammah U U

b. Vokal Rangkap

Tanda dan Huruf Nama Huru Latin Nama

....

Fathah Ai a dan i

....

kasrah au a dan u

Contoh:

ب ك

Ditulis Kataba

بهْ ي

Ditulis yażhabu

ل س

Ditulis Su`ila

3. Maddah

Harakat dan huruf Nama Huruf dan tanda Nama

. .... . ...

fathah dan alif atau ya

Ā a dan garis di

atas

. ....

kasrah dan ya Ī i dangaris di

bawah

. ....

ḍammah dan

wau

Ū u dan garis di

atas

Contoh:

ق

Ditulis Qāla

م

Ditulis Ramā

لْيق

Ditulis Qīla


(13)

xii 4. Ta Marbutah

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua yaitu:

1. Ta marbutah yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah, dan

ḍammah, transliterasinya adalah /t/

2. Ta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah /h/

Jika pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbutah itu transliterasinya ha.

Contoh:

ْطأْ ض ْ

Ditulis rauah al-afāl

ة

لْ ْي لْ

Ditulis al-madīnah al-munawwarah

ْ ط

Ditulis ṭalah

5. Syaddah (tasydid)

َب

Ditulis Rabbanā

َ ن

Ditulis Nazzala

6. Kata sandang (لا)

Dalam transliterasi ini kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf

qamariyah.

1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai bunyinya, yaitu huruf /1/ diganti dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.

Contoh:

لج َ ل

Ditulis ar-rajulu


(14)

xiii

Arab berupa alif.

Contoh:

ء َ ل

Ditulis an-nau`u

ءْيش

Ditulis Syai`un

ْ إ

Ditulis Inna

8. Penulisan kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il, isim maupun harf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harkat yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata yang lain yang mengikutinya.

Contoh:

نْيق َ ل ْيخ ل ه َ إ

ditulis -Wa innallāha lahuwa khair ar -rāziqīn.

-Wa innallāhu lahuwa khairur -raziqīn.

لْي ْل ْ ف ْ أف

ْي ْل

Ditulis -Fa aufū al-kaila wal-mizān. -Fa auful-kaila wal-mizān.

س ْ م ه ْ م ه مْ ب

Ditulis Bismillāhi majrēha wa mursāhā


(15)

xiv

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk : (1) mengetahui tingkat kecerdasan emosi siswa (2) mengetahui tingkat prestasi belajar PAI siswa (3) mengetahui korelasi antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar PAI di SDIT Insan Utama Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskritif kuantitatif model korelasional. dan subyek penelitiannya adalah siswa kelas V SDIT Insan Utama Yogyakarta sebanyak 33 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan skala kecerdasan emosi dan dokumentasi berupa observasi menggunakan angket, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji validitas dan reliabilitas, dengan rumus product moment dan uji reliabilitasnya menggunakan cronbach alpha.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) kecerdasan emosi siswa kelas V SDIT Insan Utama dengan pembelajaran PAI dapat dikategorikan sedang. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata dengan predikat baik dengan dibuktikan oleh data validitas angketnya 0.445 dan dinyatakan valid. 2) tingkat prestasi belajar PAI siswa kelas V SDIT Insan Utama sudah baik. Hal ini dibuktikan melalui nilai rapor dari hasil ujian tengah semester dan ujian akhir semester yang baik serta ujian afektif dan psikomotorik. 3) korelasi antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar PAI siswa kelas V ternyata memiliki korelasi positif. Dengan demikian tinggi rendahnya prestasi belajar PAI kuat korelasinya dengan tinggi rendahnya kecerdasan emosi siswa terhadap pembelajaran PAI.


(16)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Narna

Mahasiswa

: Lilis Oktaviani

I}tiSA}'l$TAMA YOGYAKARTA

Telah dimuqasyahkan

di

depan Sidang Munaqasyah Program Studi Pendidikan Agama Islarn pada tanggal 30 Agustus ?0lS dan tehh dinyatakan memenulri syarat

diterima

Sidang Dewnn i\{unaqasyah

Ketua Sidang : S*dam Fajar Shodiq. M.Pd.I

Pernbimbing : Dr. Akif Khikniyah. M.Ag

Pengnji : Nurwanto, M. 4., M, Ed.

Yogy*karfa, 30 Agustus 2t16

Fakultss Agama Islam

f

NPM

Program Studi

:2012A720197

: Pendidikan Agama Islam


(17)

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk : (1) mengetahui tingkat kecerdasan emosi siswa (2) mengetahui tingkat prestasi belajar PAI siswa (3) mengetahui korelasi antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar PAI di SDIT Insan Utama Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskritif kuantitatif model korelasional. dan subyek penelitiannya adalah siswa kelas V SDIT Insan Utama Yogyakarta sebanyak 33 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan skala kecerdasan emosi dan dokumentasi berupa observasi menggunakan angket, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji validitas dan reliabilitas, dengan rumus product moment dan uji reliabilitasnya menggunakan cronbach alpha.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) kecerdasan emosi siswa kelas V SDIT Insan Utama dengan pembelajaran PAI dapat dikategorikan sedang. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata dengan predikat baik dengan dibuktikan oleh data validitas angketnya 0.445 dan dinyatakan valid. 2) tingkat prestasi belajar PAI siswa kelas V SDIT Insan Utama sudah baik. Hal ini dibuktikan melalui nilai rapor dari hasil ujian tengah semester dan ujian akhir semester yang baik serta ujian afektif dan psikomotorik. 3) korelasi antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar PAI siswa kelas V ternyata memiliki korelasi positif. Dengan demikian tinggi rendahnya prestasi belajar PAI kuat korelasinya dengan tinggi rendahnya kecerdasan emosi siswa terhadap pembelajaran PAI.


(18)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan

dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal

juga merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

Melalui sekolah, siswa belajar mengenai berbagai macam hal yang diajarkan

(Muhibbin, 2011: 5).

Dalam pendidikan formal, belajar menunjukan adanya perubahan yang

sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan,

kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tercermin dalam

prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang

memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

Proses belajar yang terjadi pada individu merupakan sesuatu yang

sangat penting, karena melalui belajar anak mengenal lingkungannya dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya seperti keluarga dan

masyarakat sekitar. Menurut Irwanto belajar merupakan proses perubahan dari

belum mampu menjadi mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan (Irwanto,


(19)

2

Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri

seseorang. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi,

perlu adanya penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa

yang mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil

belajarnya. Penilaian dari hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh

mana seorang siswa tersebut mencapai sasaran belajar inilah yang disebut

sebagai prestasi belajar (Irwanto, 2002: 106).

Menurut Syaiful Bahri prestasi belajar merupakan hasil penilaian

pendidikan tentang kemajuan siswa setelah melakukan aktivitas belajar. Hal

ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian

terhadap hasil belajar siswa (Bahri, 2012: 24).

Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan

menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi

yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelegence Quentient

(IQ) yang tinggi, karena intelegensi merupakan bekal potensial yang akan

memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi

belajar yang optimal. Menurut Binet dalam buku Winkel hakikat intelegensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,

untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka pencapaian tujuan itu, dan

untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif (Winkel, 1997: 529).

Dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa


(20)

intelegensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi yang

tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa

yang walaupun kemampuan intelegensinya relatif rendah, dapat meraih

prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf intelegensi bukan

merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang,

karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Menurut Goleman kecerdasan

intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80%

adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah

kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati,

mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama (Goleman, 2000: 44).

Dalam proses belajar siswa, kedua intelegensi itu sangat diperlukan.

IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional

terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua

intelegensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ

merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman, 2002: 15).

Pendidikan di sekolah bukan hanya untuk mengembangkan rational intellegence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami oleh siswa saja, melainkan perlu juga untuk mengembangkan emotional intellegence


(21)

4

Pendidikan agama Islam bertujuan untuk membentuk perilaku dan

kepribadian seseorang dengan prinsip-prinsip dan konsep Islam dalam

mewujudkan nilai-nilai moral dan agama sebagai landasan pencapaian tujuan

pendidikan nasional. Akan tetapi, dalam realisasi di lapangan menunjukkan

hasil yang kurang memuaskan, baik dalam proses maupun hasil pembelajaran

siswa.

Emosi siswa terhadap pembelajaran PAI berpengaruh besar pada

prestasi belajar PAI. Karena siswa yang emosinya terkendali akan dengan

mudah menerima pengetahuan yang disampaikan guru ketika terjadi proses

pembelajaran. Siswa memiliki hak penuh dalam mengatur kestabilan emosi

dirinya, adapun faktor luar yang mempengaruhi kestabilan emosinya hanyalah

bersifat pendorong yang pada akhirnya keputusan penuh ada pada diri siswa

itu sendiri. Apabila siswa dapat mengatur kestabilan emosi dengan baik. Maka

akan mendapatkan sebuah indikasi yang baik. Begitu pula sebaliknya, siswa

yang tidak dapat mengontrol emosi dirinya dengan pembelajaran agama Islam

dapat dipastikan akan mendapat hasil yang tidak memuaskan, terlebih

perilakunya dalam hal keagamaan.

Hasil beberapa penelitian di University of Vermont mengenai analisis

struktur neurologis otak manusia dan penelitian perilaku oleh Ledoux (1970)

menunjukan bahwa dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu

mendahului intelengensi rasional. EQ yang baik dapat menentukan


(22)

mengembangkan hubungan suami istri yang harmonis dan dapat mengurangi

agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja (Goleman, 2002: 17).

Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan

mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan

mungkin tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai

dengan usia mereka. Namun fenomena yang ada menunjukan bahwa tidak

sedikit orang dengan IQ tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak orang

dengan IQ sedang yang mengungguli prestasi belajar orang dengan IQ tinggi.

Hal ini menunjukan bahwa IQ tidak selalu dapat memperkirakan prestasi

belajar seseorang.

Kemunculan istilah kecerdasan emosi dalam pendidikan, bagi

sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut.

Teori Daniel Goleman, sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi

baru terhadap kata cerdas. Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru

dibandingkan IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa

kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan IQ (Goleman, 2002:44).

Menurut Goleman kecerdasan emosional merupakan kemampuan

seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan


(23)

6

Menurut Goleman, khususnya pada orang-orang yang murni hanya

memiliki kecerdasan akademik tinggi, mereka cenderung memiliki rasa

gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri,

terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan

kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan

emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah.

Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf

kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang

yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya pada

orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa

bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, yang dialami oleh orang-orang

yang memiliki taraf IQ rata-rata atau sedang namun memiliki kecerdasan

emosional yang tinggi.

Namun pada realita yang ada, di SDIT Insan Utama Yogyakarta

banyak diantara siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang kurang baik

akan tetapi mereka memiliki nilai prestasi akademik yang baik, dari sinilah

peneliti merasa bahwa perlu diadakan penelitian tentang hubungan yang ada

pada SDIT Insan Utama ini untuk kelas V. Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan sampel pada SDIT Insan Utama Yogyakarta. Dalam kaitan

pentingnya kecerdasan emosi pada diri siswa sebagai salah satu faktor penting


(24)

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kecerdasan emosi siswa di SDIT Insan Utama

Yogyakarta?

2. Bagaimana tingkat prestasi belajar PAI siswa di SDIT Insan Utama

Yogyakarta?

3. Bagaimana korelasi antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar siswa

di SDIT Insan Utama Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan tingkat kecerdasan emosi di SDIT Insan Utama

Yogyakarta.

2. Untuk menjelaskan prestasi belajar PAI siswa di SDIT Insan Utama

Yogyakarta.

3. Untuk menjelaskan korelasi antara kecerdasan emosi dan prestasi belajar

siswa di SDIT Insan Utama Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan


(25)

8

dapat memberi gambaran mengenai korelasi antara kecerdasan emosi

dengan prestasi belajar PAI.

2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi bagi civitas akademika dan membantu bagi pengembangan di

lembaga tersebut serta memberikan informasi khususnya kepada para

orang tua, konselor sekolah dan guru dalam upaya membimbing dan

memotivasi siswa.

E. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan arah yang tepat dan tidak memperluas objek

pembahasan dalam kajian ini, maka disusun rumusan sistematika pembahasan

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN,

Adalah pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK

Adalah tinjauan pustaka dan kerangka teori yang mengulas tentang peneliti

terdahulu serta hasil penelitian dan perbedaan peneliti terdahulu dengan yang

diteliti penulis. Kerangka teoritik mengulas teori tentang semua yang

berkaitan dengan kecerdasan emosi dan prestasi belajar PAI.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Memuat tentang metodologi penelitian yang ditulis peneliti sebagaimana yang


(26)

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

Memuat tentang data dan pembahasan yang berisi tentang hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan ini menyajikan secara

ringkas seluruh penelitian yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Kesimpulan ini diperoleh berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjaun Pustaka

Untuk mendukung penelitian ini, maka peneliti mengemukakan

beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya:

Penelitian Maryono, tentang Kecerdasan Emosional Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa, Tingkat Kelas dan Prestasi Belajar Siswa SMP N 1 SEDAYU Tahun Ajaran 2011/2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa SMP N 1 Sedayu. Penelitian

ini merupakan kombinasi antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Studi pendahuluan: proses pengambilan data kualitatif metode pengumpulan

data antara lain wawancara, observasi dan dokumentasi. Proses pengambilan

data kuantitatif, diperlukan beberapa metode pengumpulan data diantaranya

adalah angket atau kuesioner dokumen. Dalam penelitian ini prestasi belajar

dapat diukur dengan cara melihat indikator dalam setiap dimensi, yaitu

dengan membandingkan prestasi yang telah dicapai dengan prestasi orang lain

yang sekelompok atau patokan ranah yang ditetapkan, hasil penelitian tersebut

diperhitungkan untuk menentukan nilai rapor.

Penelitian Arif Okto Bastian, tentang Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Lingkungan Belajar di Rumah dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X Semester II MAN YOGYAKARTA 1 Tahun Ajaran 2005/2006.


(28)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan yang positif

dan signifikan antara kecerdasan emosional dan lingkungan belajar di rumah

secara bersama-sama dengan prestasi belajar kimia siswa kelas x dalam

penelitian ini menggunakan tiga macam instrument yaitu angket kecerdasan

emosional, angket lingkungan belajar di rumag dan soal prestasi belajar kimia

kelas x semester 2 tahun ajaran 2005/2006. Data di atas menggunakan metode

statistik deskriptif korelasional.

Penelitian Umi Hani, tentang Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosi dan Pemanfaatan Waktu Belajar di Luar Jam Belajar Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA MAN Wonokromo Bantul Tahun Pelajaran 2004/2005. Tujuan penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dan dapat dijadikan bahan pertimbangan lebih lanjut bagi pendidik,

calon pendidik serta orang tua. Instrument pengumpulan data dalam penelitian

ini adalah angket, tes prestasi belajar matematika. Berdasarkan hasil penelitian

tentang pengaruh tingkat kecerdasan emosi dan pemanfaatan waktu belajar di

luar jam pelajaran sekolah terhadap prestasi belajar matematika siswa XI IPA

MAN Wonokromo bantul tahun pelajaran 2004/2005 pada tingkat kecerdasan

emosi memberikan sumbangan relatif sebesar 59.678% terhadap prestasi

belajar matematika.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa dari penelitian-penelitan

sebelumnya tidak ada yang membahas secara spesifik tentang hubungan


(29)

12

lebih banyak meneliti tentang kontribusi faktor kecerdasan emosi terhadap

prestasi belajar PAI karena diduga terdapat faktor kecerdasan emosi yang

mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar.

B. Landasan Teori

1. Kecerdasan Emosi

a. Pengertian Emosi

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yaitu berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa

kecenderungan bertindak merupakan hal muthlak dalam emosi.

Menurut Daniel Goleman (2002: 411) emosi merujuk pada

suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan

psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi

pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi

merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri

seseorang. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan

suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa,

emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

Daniel Goleman mengemukakan beberapa macam emosi, yaitu

rage (amarah), sorrow (kesedihan), afraid (rasa takut), pleasure

(kenikmatan), love (cinta), shocked (terkejut), cross (jengkel),


(30)

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa semua emosi

menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.

Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk

memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.

Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat

tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah

menguasai kehidupan emosi kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila

dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing

pemikiran, nilai dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat

dengan mudah menjadi tak terkendalikan dan hal itu sering kali

terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai

emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara

mengekspresikan (Goleman, 2002:16).

Menurut Mayer dan Goleman orang cenderung menganut

gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu;

sadar diri, tenggelam dalam permasalahan dan pasrah. Dengan melihat

keadaan itu maka penting bagi setiap orang untuk memiliki kecerdasan

emosional agar menjadikan hidupnya lebih bermakna dan tidak

menjadikan hidup yang dijalani menjadi sia-sia (Mayer dan Goleman,

2002: 65).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi


(31)

14

merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal

dari dalam maupun dari luar dirinya.

b. Pengertian Kecerdasan Emosional

Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada

tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan

John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan

kualitas-kualitas emosional yang tampaknya sangat penting bagi

keberhasilan.

Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau

yang sering disebut EQ sebagai:

“Himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan” (Gottman, 2001: 513).

Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan,

tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu

peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat

mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.

Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau

keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis,


(32)

anak semakin tinggi maka kecerdasan emosi menurun (Goleman,

2001:17).

Sebuah model pelopor lain tentang kecerdasan emosional

diajukan oleh Bar-On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel,

yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian

kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi

kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan

tekanan lingkungan (Goleman, 2000: 180).

Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame of Mind

(Goleman, 2000: 50-53) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis

kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam

kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan

tujuh varietas utama yaitu lingustik, matematika/logika, spasial,

kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini

dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel

Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional.

Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari kecerdasan

antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang

memovasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja

bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra

pribadi adalah kemampuan korelatif, tetapi terarah ke dalam diri.


(33)

16

sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk

menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan

secara efektif (Goleman, 2002: 52).

Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti

kecerdasan antar pribadi itu mencakup “kemampuan untuk

membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen,

motivasi dan hasrat orang lain.” Dalam kecerdasan antar pribadi yang

merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk

membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya

untuk menuntun tingkah laku” (Goleman, 2002: 53).

Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner

tersebut, Salovey (Goleman, 2000: 57) memilih kecerdasan

interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai

dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu.

Menurutnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang

untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,

mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan unuk membina

hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan

seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi (to manage our emotional life with intellegence); menjaga keselarasan


(34)

emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial (Goleman, 2002: 512).

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan

emosional adalah kemampuan anak untuk mengenali emosi diri,

mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang

lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama)

dengan orang lain.

c. Faktor Kecerdasan Emosional

Goleman mengutip Salovey menempatkan kecerdasan pribadi

Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang

dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi lima

kemampuan utama (Salovey, 2002: 58-59).

1) Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan

untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.

Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para

ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood,

yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer

kesadaran diri adalah waspada tehadap suasana hati maupun

pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu


(35)

18

(Goleman, 2002: 64). Kesadaran diri memang belum menjamin

penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting

untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai

emosi.

2) Mengelola Emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam

menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau

selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu.

Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan

kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang

meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak

kestabilan kita (Goleman, 2002: 77-78). Kemampuan ini

mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan

kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat

yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari

perasaan-perasaan yang menekan.

3) Memotivasi Diri Sendiri

Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam

diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri

terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta

mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme,


(36)

4) Mengenali Emosi Orang Lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut

juga empati. Menurut Goleman kemampuan seseorang untuk

mengenali orang lain atau peduli, menunjukan kemampuan empati

seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih

mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang

mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia

lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap

perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang

lain (Goleman, 2002: 57).

Rosenthal dalam penelitiannya menunjukan bahwa

orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih

mampu menyesuaikan diri secara emosional, lebih populer, lebih

mudah bergaul dan lebih peka (Goleman, 2002: 136). Nowicki,

ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu

membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus

menerus merasa frustasi (Goleman, 2002: 172).

5) Membina Hubungan

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu

keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan

keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002: 59). Keterampilan


(37)

20

keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk

mendapatkan apa yang diinginkannya sulit juga memahami

keinginan serta kemauan orang lain.

Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina

hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil

dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada

orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan

menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya

berkomunikasi (Goleman, 2002:59). Ramah tamah, baik hati,

hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif

bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain.

Sejauh mana kepribadian siswa berkembang dilihat dari

banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil

komponen-komponen utama dan prinsip-prinsip dasar dari kecerdasan

emosional sebagai faktor untuk mengembangkan instrumen

kecerdasan emosi.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Belajar

Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari berbuatan belajar,

karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar


(38)

belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang

siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami

oleh siswa tersebut. Menurut Harahap dalam Syaiful, (2012: 21)

belajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang sadar akan tujuan,

tujuan dalam belajar adalah terjadinya suatu perubahan dalam diri

individu. Senada dengan hal tersebut, menurut Sarjiman dan Syaiful,

(2012: 21) berpendapat bahwa belajar sebagai rangkaian jiwa-raga,

psikofisik menuju keperkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang

menyangkut unsur cipta, rasa dan karya, ranah kognitif, efektif dan

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai

sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun

dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan

masyarakat. Irwanto berpendapat bahwa belajar merupakan proses

perubahan dari yang belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi

dalam jangka waktu tertentu (Irwanto, 2002: 105). Sedangkan Ngalim

Purwanto menjelaskan pengertian belajar yaitu sebagai berikut:

“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang

terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya

yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku


(39)

22

kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya

kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)” (Purwanto, 2007: 84).

Dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu

menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach di dalam Sumadi

Suryabrata, mengungkapkan:

“Belajar dengan sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mampu lihai mempergunakan pancainderanya. Pancainderanya tidak terbatas hanya indera penglihatan saja, tetapi

juga berlaku bagi indera yang lain” (Suryabrata, 1998: 231).

Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam

diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan

belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri

perwujudan yang khas (Muhibbidin Syah, 2011: 116) antara lain:

1) Perubahan Intensional

Perubahan dalam proses belajar adalah karena pengalaman

atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri

ini siswa menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti

penambahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.

2) Perubahan Positif dan aktif

Positif berarti perubahan tersebut baik dan manfaat bagi

kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu


(40)

artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa

yang bersangkutan.

3) Perubahan Efektif dan Fungsional

Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh

dan manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang

fungsional artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif

menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat

direproduksi dan dimanfaatkan lagi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dijelaksan bahwa

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut relatif

menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi

siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Pengertian Prestasi Belajar PAI

Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang

dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan

berbagai tantangan yang harus dihadapi. Dengan penilaian terhadap

hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauhmana ia telah mencapai

sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Seperti

yang dikatakan oleh Syaiful Bahri, bahwa prestasi belajar merupakan


(41)

24

perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam

belajar (Bahri, 2012: 23).

Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang

dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar. Sedangkan

Syaiful Bahri berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil

penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa setelah melakukan

aktivitas belajar. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui

jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa (Bahri,

2012: 24).

Dari beberapa definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa prestasi

belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa

berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di

sekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir

semester di dalam bukti laporan yang disebut rapor.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor

yang perlu diperhatikan karena di dalam dunia pendidikan tidak

sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Terkadang terdapat siswa


(42)

untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam realitanya prestasi yang

dihasilkan di bawah kemampuannya.

Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali

faktor-faktor yang perlu diperhatikan. Menurut Surnadi Suryabrata secara

garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi

belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal

dna faktor eksternal:

1) Faktor Internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri

siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.

2) Faktor Fisiologis, dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud

adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan

pancaindera.

3) Faktor Psikologis, ada banyak faktor psikologis yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa.

4) Faktor Eksternal, selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa,

ada hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar yang akan diraih.

d. Pengukuran Prestasi Belajar

Dalam dunia pendidikan, menilai merupkan salah satu kegiatan

yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses

belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar


(43)

26

laporan yang disebut rapor. Dalam rapor dapat diketahui sejauhmana

prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau

gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh pendapat Sumadi

Suryabrata, bahwa rapor merupakan perumusan terakhir yang

diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar

murid-muridnya selama masa tertentu (Sumadi Suryabrata, 1998: 296).

Syaifudin Azwar, (2002: 11) menyebutkan bahwa ada

beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu:

1) Penilaian Berfungsi Selektif (Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini merupakan pengukuran akhir dalam

suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah

siswa dapat dinyatakan lulus atau tidak dalam program pendidikan

tersebut. Dengan kata lain penilaian berfungsi untuk membantu

guru mengadakan seleksi terhadap beberapa siswa, misalnya:

a) Memilih siswa yang akan diterima di sekolah

b) Memilih siswa untuk dapat naik kelas

c) Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa

2) Penilaian Berfungsi Diagnostik

Fungsi penilaian ini selain untuk mengetahui hasil yang

dicapai siswa juga mengetahui kelemahan siswa sehingga dengan

adanya penilaian, maka guru dapat mengetahui kelemahan dan


(44)

kelemahan siswa, maka kelemahan tersebut dapat segera

diperbaiki.

3) Penilaian Berfungsi Sebagai Penempatan (placement)

Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain.

Penilaian dilakukan untuk mengetahui di mana seharusnya siswa

tersebut ditempatkan sesuai dengan kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi belajar yang telah dicapainya.

4) Penilaian Berfungsi Sebagai Pengukur Keberhasilan

Penilaian berfungsi untuk mengetahui sejauhmana suatuu

program dapat diterapkan. Sebagai contoh adalah rapor disetiap

semester di sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah dapat

dipakai untuk mengetahui apakah program pendidikan yang telah

diterapkan berhasil diterapkan atau tidak pada siswa tersebut.

Rapor biasanya mengambil nilai dari angka 1 sampai 10,

terutama pada siswa SD sampai SMU, tetapi dalam realitanya nilai

terendah dalam rapor yaitu 4 dan nilai tertinggi 9. Nilai-nilai di

bawah 5 berarti tidak baik atau buru, sedangkan nilai-nilai di atas 5

berarti cukup baik, baik dan sangat baik (Azwar, 1998: 11). Dalam

penelitian ini pengukuran prestasi belajar menggunakan penilaian

sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif), yaitu nilai-nilai


(45)

28

C. Korelasi Antara Kecerdasan Emosi Dengan Prestasi Belajar PAI di SDIT Insan Utama Yogyakarta

Semakin pentingnya kecerdasan emosi di suatu lembaga pendidikan

maka sekolah-sekolah kini mengembangkan kurikulum yang menyangkut

kecerdasan emosi karena sangat berpengaruh juga pada prestasi belajar siswa.

Tetapi pendidikan di sekolah hanya beberapa jam sehari, sehingga tidak

sepenuhnya mengajarkan berbagai macam hal untuk diketahui siswa, maka

akan lebih baik pendidikan bagi siswa diberikan juga ketika berada di rumah

masing-masing. Di tengah semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan

dewasa ini, merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir

akan mengalami kegagalan atau ketidakberhasilan dalam meraih prestasi

belajar atau bahkan ada siswa yang takut tinggal kelas.

Banyak usaha yang dilakukan oleh para orang tua maupun siswa untuk

meraih prestasi belajar agar menjadi yang terbaik seperti halnya mengikuti les

bimbingan belajar. Usaha ini jelas baik, namun masih terdapat faktor lain

yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain kecerdasan

intelektual, faktor tersebut ialah kecerdasan emosional. Karena kecerdasan

intelektual saja tidak memberikan persiapan bagi seseorang untuk menghadapi

gejolak, kesempatan ataupun kesulitan-kesulitan dan juga rintangan

kehidupan. Dengan kecerdasan emosi, seseorang mampu mengetahui dan

menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan


(46)

keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia

akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk berprestasi.

Sedangkan seseorang yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan

emosionalnya akan mengalami perang batin yang merusak kemampuannnya

untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugasnya dan memiliki pikiran yang

jernih.

Sebuah laporan dari National for Clinical Infant Programs (1992)

mengatakan bahwa keberhasilan siswa dalam belajar di sekolah bukan

diramalkan oleh kumpulan fakta seorang siswa atau kemampuannya dalam

membaca dan menulis, melainkan oleh ukuran emosi dan sosialnya yaitu pada

diri siswa tersebut dan memiliki minat; mengetahui pola perilaku yang

disenangi orang lain dan bagaimana mengendalikan keinginan hati untuk

berbuat buruk; mampu untuk menunggu, mau untuk mengikuti petunjuk dan

menaati perintah guru; serta mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan saat

bersama teman bermain. Karena hampir semua siswa yang berprestasi

sekolahnya buruk, menurut laporan tersebut, kebanyakan dari mereka tidak

memiliki satu atau lebih unsur-unsur kecerdasan emosi ini (tanpa

memperdulikan apakah mereka juga memiliki kesulitan-kesulitan kognitif

seperti tidak cepat menguasai pelajaran (Goleman, 2002: 273).

Seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan emosi yang lebih baik,

dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya, jarang tertular


(47)

30

berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain dan

untuk kerja akademis di sekolah lebih baik (Gottman, 2001: 17).

Keterampilan dasar emosi tidak dapat dimiliki secara langsung, tetapi

membutuhkan proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang

membentuk kecerdasan emosi tersebut besar pengaruhnya. Hal positif akan

diperoleh bila anak diajarkan keterampilan dasar kecerdasan emosi, karena

dengan emosi anak akan lebih cerdas, pengertian, lebih menerima dan

memiliki lebih banyak pengalaman serta mampu memecahkan masalahnya

sendiri. Sehingga, pada saat siswa tersebut dewasa akan lebih sukses dimana

pun (Gottman, 2001: 250).

Dari uraian di atas, dapat dimengerti bahwa kecerdasan emosi yang

berkembang dan dikelola dengan baik sejak dini akan berpengaruh baik

kepada seseorang sampai ia dewasa, dan berpengaruh baik pula dalam setiap

aktivitas yang dilakukan seseorang seperti halnya belajar. Ketika kecerdasan

emosi tidak terdapat dalam diri siswa atau tidak berkembang dengan baik

dalam diri siswa maka akan memberikan pengaruh yang tidak baik dalam diri

siswa tersebut. Jadi, terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan

prestasi belajar PAI, sebab taraf intelegensi bukan merupakan satu-satunya

faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang

mempengaruhi yaitu kecerdasan emosi. Menurut Goleman kecerdasan


(48)

adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif kuantitatif dengan model korelasional, yaitu penelitian

yang dituntut untuk menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari datanya. Metode

penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif karena Penelitian

kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan

data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa

yang hendak diketahui. Penelitian kuantitatif pada umumnya dapat dilakukan

berupa penelitian hubungan atau hubungan korelasi (Koentjaraningrat, 1993:

309). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala kecerdasan emosi dan

model dokumentasi.

1. Skala Kecerdasan Emosi

Skala kecerdasan emosi terdiri dari aspek mengenali emosi diri,

mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain

(empati), bekerjasama dengan orang lain (Goleman, 2002: 57) yang

berguna untuk mengukur sejauhmana kecerdasan emosi dipahami siswa


(50)

2. Identifikasi Variabel Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis penelitian

maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:

a) Variabel bebas : kecerdasan emosi

b) Variabel terikat : prestasi belajar PAI

Tabel. 1

Instrumen Penelitian Kecerdasan Emosi Siswa

No Indikator Pernyataan Jumlah

Favorable(+) Unfavorable(-)

1 Mengenali emosi diri 1,2,3,4 5 5

2 Mengelola emosi 7,9,10,26,

30

5

3 Motivasi diri 11,13 12,14, 4

4 Mengenali emosi

orang lain

16,17,19,20 18 5

5 Membina hubungan 21,23,24,

25,

22,27 6

Jumlah 19 6 25

3. Definis operasional

a) Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengenali

emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi

orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan


(51)

34

b) Prestasi belajar PAI adalah hasil belajar dari suatu aktivitas belajar

yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil

kegiatan belajar dalam bidang akademik yang diwujudkan berupa

angka-angka dalam rapor. Pada penelitian ini menggunakan nilai rapor

kelas V.

4. Populasi dan model pengambilan sampel

Menurut Sutrisno Hadi, populasi adalah seluruh penduduk atau

individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama (Hadi, 1996:

220). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDIT

Insan Utama Yogyakarta.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala kecerdasan

emosi dan metode dokumentasi.

a. Metode Angket

Angket adalah kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat penyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel

yang akan diukur dan tahu akan apa yang biasa diharapkan dari

responden (Sugiono, 2012: 199).

Dalam penelitian ini metode kuesioner digunakan untuk


(52)

di SDIT Insan Utama Yogyakarta. Hal ini dilakukan untuk

memperoleh data tentang bagaimana siswa dapat mengenali emosi

diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang

lain dan membina hubungan.

b. Metode Observasi

Observasi berarti pengamatan. Yang dimaksud disini adalah

suatu cara pengumpulan data menggunakan indera, terutama indera

penglihatan dan indera pendengaran. Observasi dapat pula dikatakan

sebagai pencatatan dan pengamatan secara sistematis terhadap

fenomena-fenomena atau gejala-gejala yang diselidiki (Sukmadinata,

2010: 220). Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data

tentang situasi umum seperti: lokasi SDIT Insan Utama Yogyakarta,

sistem administrasi dan pelaksanaan proses belajar di SDIT Insan

Utama Yogyakarta.

c. Metode Interview

Metode ini biasanya diartikan sebagai teknik dimana peneliti

mengumpulkan data dengan jalan komunikasi langsung dengan subjek

(Sutrisno Hadi, 2000: 4). Karena interview ini merupakan metode

pengumpulan data dengan tanya jawab, dialog dengan wawancara

dengan orang-orang tertentu yang diperlukan oleh peneliti, maka harus

dilakukan secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penelitian.


(53)

36

dalam mengadakan wawancara peneliti lakukan secara bebas tetapi

dibatasi oleh struktur pertanyaan yang telah dipersiapkan. Dalam hal

ini peneliti mengadakan interview dengan:

1) Kepala sekolah; guna mendapatkan data mengenai sejarah dan

tujuan berdirinya sekolah tersebut.

2) Guru PAI; tentang sistem pengajarannya, hambatan dan kesulitan

dalam pemmbelajaran PAI serta evaluasinya.

3) Tata usaha; guna mendapatkan data tentang guru, keadaan

karyawan, siswa serta sarana dan prasarana yang ada.

d. Metode Dokumentasi

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata teknik pemeriksaan

dokumen merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalis dokumen-dokumen, baik dokumen

tertulis, gambar maupun elektronik dan himpun sesuai dengan tujuan

fokus masalah (Sukmadinata, 2012: 221). Teknik pemeriksaan

dokumen ini khusus digunakan untuk pengumpulan data terhadap

prestasi belajar siswa, yaitu dengan mengambil data yang sudah

tersedia seperti nilai IP (indeks prestasi) pada semester satu sebagai

subyek penelitian yang merupakan hasil penilaian oleh pihak

akademis. Data dari prestasi belajar ini dikumpulkan dengan cara


(54)

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif, yakni penelitian yang dituntut untuk menggunakan

angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta

penampilan dari datanya. Maka penelitian ini bersifat penelitian deskriptif

analisis kuantitatif yang disimpulkan menggunakan angka-angka secara

faktual dan akurat tentang hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar

PAI SDIT Insan Utama Yogyakarta.

C. Teknik Analisis Data

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Suatu alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan

mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah

memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan oleh para ahli

psikometri, yaitu kriteria valid dan reliabel. Oleh karena itu agar

kesimpulan tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang jauh

berbeda dari keadaan yang sebenarnya diperlukan uji validitas dan

reliabilitas dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian.

a. Uji Validitas

Menurut Kartini Kartono adalah alat ukur yang berfungsi

dengan baik akan mampu mengukur dengan tepat dan mengena


(55)

38

1) Uji validitas item

Uji validitas item yaitu pengujian terhadap kualitas

item-itemnya yang bertujuan untuk memilih item-item yang benar-benar

telah selaras dan sesuai dengan faktor yang ingin diselidiki. Cara

perhitungan uji coba validitas item yaitu dengan cara

mengorelasikan skor tiap item dengan skor total item.

2) Uji korelasi antar faktor

Uji korelasi antar faktor yaitu pengujian antar faktor

dengan konstrak yang bertujuan untuk membuktikan bahwa setiap

faktor dalam instrumen skala kecerdasan emosi telah benar-benar

mengungkap konstrak yang didefinisikan. Adapun cara

perhitungan uji validitas faktor adalah dengan mengorelasikan skor

tiap faktor dengan skor total faktor item-item yang valid.

Untuk menghitung analisis item dan korelasi antar faktor

digunakan rumus koefisien product moment dan perhitungannya

dibantu dengan program SPSS.

Rumus:

N∑XY-(∑X).(∑Y)

√{N∑X2-(X)2} . {NY2-(Y2)}

Keterangan:


(56)

xy = jumlah hasil perkalian antara variabel x dengan y.

x = jumlah nilai setiap item.

y = jumlah nilai konstan.

N = jumlah subyek penelitian.

Sumber : Suharsimi, (2010: 213)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksana pengukuran

terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama.

Dalam penelitian ini, uji realibilitas dilakukan dengan menggunakan

teknik formula Alpha Cronbach dan dengan menggunakan program

SPSS.

Rumus:

r11= 2.r1/21/2

(1+r1/21/2)

Keterangan:

r1/

21/2 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.

r11 = koefisien realibilitas yang sudah disesuaikan.

Sumber: Suharsimi, (2010: 223)

Analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara


(57)

40

korelasi product moment dari Karl Pearson. Cara perhitungan dibantu dengan menggunakan program SPSS.

2. Analisis Deskriptif

Berdasarkan data yang diperoleh dari instrumen skala kecerdasan

emosi, diperoleh respon dari variabel kecerdasan emosi siswa yang diukur

dari empat hal, yaitu: kemampuan siswa untuk mengenali emosi,

mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain

serta membina hubungan dengan orang lain, yang terdiri dari 25

pertanyaan, yaitu 19 item favorabel dan 6 item unfavorabel, kemudian di

jawab oleh sebanyak 33 siswa. Dari 33 responden yang mengisi skala

kecerdasan emosi antara lain 3 orang responden menunjukan kriteria

sangat baik, 14 orang responden menunjukkan kriteria cukup baik dan 16

orang responden menunjukkan kriteria baik.

Tingkat keberhasilan atau prestasi akademik di SDIT Insan Utama

dinyatakan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam buku rapor. Tinggi

rendahnya nilai yang mampu dicapai siswa akan menggambarkan berhasil

atau tidaknya seorang siswa dalam menempuh suatu mata pelajaran


(58)

Tabel. 2

Kriteria Tingkat Prestasi SDIT Insan Utama

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

91-100 Istimewa 41-50 Hampir Cukup

81-90 Baik sekali 31-40 Kurang

71-80 Baik 21-30 Kurang Sekali

61-70 Lebih dari Cukup 11-20 Buruk

51-60 Cukup 1-10 Buruk Sekali

dalam mencari data tentang prestasi akademik siswa kelas V SDIT

Insan Utama, peneliti mengumpulkan data dari buku rapor siswa yang

diambil dari semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.

3. Analisis Statistik

Hasil analisis korelasi, menunjukkan adanya hubungan antara

variabel kecerdasan emosi siswa dengan variabel prestasi belajar siswa.

Hal ini dibuktikan dari hasil statistik yang menunjukkan nilai r (rxy)

sebesar 0.445 lebih besar dari nilai rt sebesar 0.388.

Kecerdasan emosi yang berkembang dan dikelola dengan baik akan

berpengaruh baik pada diri seseorang, kecerdasan emosi yang baik akan

berpengaruh baik pula disetiap aktifitas dan pekerjaan yang dilakukan

seseorang, yang termasuk di dalamnya adalah belajar. Begitu juga

sebaliknya kecerdasan emosi yang kurang atau tidak berkembang dengan

baik, tentu juga akan memberikan pengaruh yang tidak baik pula pada diri


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SDIT Insan Utama Yogyakarta

1. Profil Sekolah

Provinsi : Prop.D.I.Yogyakarta Kab/Kota : Kab. Bantul

Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SDIT INSAN UTAMA

NPSN/NSS : 20403525 / 102040103040

Jenjang Pendidikan : SD Status Sekolah : Swasta

Lokasi Sekolah

Alamat : Jl. Lingkar Selatan Tamantirto Kasihan Bantul

RT/RW : 1/0

Nama Dusun : Gatak

Desa/Kelurahan : Tamantirto

Kode Pos : 55183

Kecamatan : Kec. Kasihan

Lintang Bujur : 0.000000/0.000000

Data Perlengkapan Sekolah

Kebutuhan Khusus : - SK Pendirian


(60)

Sekolah : Tgl SK Pendirian :

Status Kepemilikan : Yayasan SK Izin Operasional : 099 tahun 2005 Tgl SK Izin

Operasional : 2005-12-31

SK Akreditasi : 21.01/BAP-SM/TU/XII/2013

Tgl SK Akreditasi : 2013-12-21

No Rek. BOS : 004231013445

Nama Bank : BPD DIY

Cabang/KCP : BANTUL

Rek. Atas Nama : SDIT INSAN UTAMA KASIHAN

MBS : Ya

Luas Tanah Milik : 3394 m2 Luas Tanah Bukan

Milik : 0 m2

Kontrak Sekolah

Nomor Telepon : 02744342259

Nomor FAX : -

Email : sdit_insanutama@yahoo.com

Data Periodik

Kategori Wilayah : Daya Listrik : 4400

Akses Internet : Telkom Speedy Akreditasi Waktu : A

Penyelenggaraan : Pagi


(61)

44

Sertifikasi ISO : Belum Bersertifikat

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Utama adalah lembaga

pendidikan dasar yang bertujuan membentuk generasi unggul, taqwa dan

mandiri. Dengan mengembangkan metode pembiasaan kepada siswa dan

system yang terarah, siswa diharapkan memiliki akhlak mulia, santun dalam

berbicara, sopan dalam berperilaku, tertib dalam shalat, gemar berinfak,

bershadaqah, gemar membaca dan lain-lain. Sumber daya guru sebagian

sudah sertifikasi dan relative masih muda cenderung memiliki semangat

mengajar yang tinggi (wawancara dengan ibu Sulastri pada tanggal 09 Mei

2016).

SDIT Insan Utama saat ini menerapkan kurikulum terpadu yakni

KTSP, kurikulum local (YIU) kurikulum JSIT (Jaringan Sekolah Islam

Terpadu) Indonesia. Metode yang digunakan cukup variatif yaitu metode

PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan),

Quantum Teaching, Quantum Learning dan lain-lain.

Badan Pengelola : Yayasan Insan Utama

Badan Pelaksana : Direktur Departemen Pendidikan Islam

Terpadu Insan Utama : Suripta

Kepala Sekolah : Pranowo Sasongko, S.Pt

Jumlah Siswa : 468 Siswa


(62)

2. Sejarah Berdirinya SDIT Insan Utama Yogyakarta

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Utama yang dikelola

Yayasan Insan Utama, berlokasi di kompleks Pendidikan Islam Terpadu

Insan Utama, dusun Gatak,RT 01/RW III, Tamantirto, Kasihan, Bantul. SDIT

ini mulai berdiri dan beroperasi pada awal tahun ajaran 2002/2003 dengan

menyewa sebuah rumah di Sonopati Lor, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Pada

saat itu siswa kelas I ada 16 orang sebagai angkatan pertama. SDIT Insan

Utama bergabung dalam wadah Asosiasi Lembaga Pendidikan Islam Terpadu

(ALPIT), kini menjadi Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), turut

menyertakan siswanya dalam berbagai kegiatan di luar sekolah, seperti lomba

mata pelajaran Bahasa Indonesia antar SDIT yang diadakan ALPIT se jogja,

Jawa Tengah dan Jawa Timur di Magelang pada tahun 2003, maupun lomba

mata pelajaran Matematika dan Pendidikan Agama Islam yang diadakan oleh

panitia yang sama, begitu pula di Temanggung pada tahun 2003. Pada lomba

mata pelajaran Matematika ini SDIT Insan Utama mampu meraih ranking

empat (wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 29 Mei 2016).

3. Materi Pendidikan

Kegiatan belajar dan mengajar di sekolah ini berlangsung pada jam

07:15-15:00 WIB dengan menggabungkan kurikulum yang ada di Depdiknas

dengan kurikulum Pendidikan Islam Terpadu Insan Utama. Dalam

pendidikan yang ada di SDIT ini para siswa dalam bimbingan para guru yang


(63)

(unggul-taqwa-46

mandiri) yaitu: Penguasaan ilmu/pelajaran baik agama maupun umum, Cakap

dalam berbagai keterampilan, Ibadah yang rajin dengan kesadaran sendiri,

Akhlaq/perilaku yang Islami, Kemandirian tidak selalu tergantung pada orang

lain dalam kesehariannya (wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 29

Mei 2016).

4. Visi dan Misi

a. Visi

Visi SDIT Insan Utama Yogyakarta yaitu terpercaya menjadikan generasi

yang unggul, taqwa, mandiri. Dengan indikator sebagai berikut:

1) Unggul dalam beribadah.

2) Unggul dalam ilmu pengetahuan.

3) Unggul dalam life skill.

b. Misi

Adapun misi SDIT Yogyakarta ini adalah:

1) Menyelenggarakan penerapan sistem pendidikan Islamiyah yang

terpadu dan sistematis.

2) Sebagai salah satu inisiator dan pelopor untuk mewujudkan

masyarakat utama.

3) Menjalin kerjasama dengan departemen dan lembaga terkait untuk


(64)

c. Tujuan

1) Mewujudkan pribadi yang religious, berakhlak mulia dan mampu

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Mengembangkan pribadi yang menghargai nilai-nilai budaya yang

lokal yang selaras dengan nilai-nilai Islam.

3) Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik.

4) Menghasilkan lulusan yang menghasilkan nilai UASBN tertinggi di

kabupaten Bantul.

5) Mengembangkan kompetensi tenaga pendidik.

6) Mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana serta lingkungan

yang ada.

7) Mengembangkan pribadi yang mandiri dan berjiwa wirausaha.

8) Memperoleh dukungan dari berbagai pihak terkait.

5. Ketenagaan, siswa dan prasarana

a. Ketenagaan

1) Guru dan Karyawan

Tenaga guru di SDIT Insan Utama pada tahun 2014/2016 terdiri dari

34 personil, guru tetap sebanyak 17 orang sedangkan guru honorer

sebanyak 17 orang juga. Rincian daftar nama tenaga guru di SDIT


(65)

48

Tabel. 3

Daftar Guru dan Karyawan

No. Nama NUPTK Kepegaw

aian Jabatan

TMT kerja

1 Alfiyatun Solihah

6447743646200003 GTY/PTY Guru

Kelas

30-06-2012

2 Ali Sumono 3463757658300032 GTY/PTY Guru

Kelas

01-07-2002

3 Ari Murtiawati GTY/PTY Guru

Kelas

01-12-2003

4 Dewi

Kurniawati

GTY/PTY Guru

Kelas

01-12-2003

5 Dewi

Ratnaningsih W. Guru Honor Sekolah Guru Kelas 01-09-2013

6 Emi Handayani 7950758659300002 GTY/PTY Guru

Kelas

30-08-2002

7 Eni Yuliati Guru

Honor Sekolah Guru Kelas 30-08-2002

8 Hartanto 2536752655200013 GTY/PTY Lainnya

01-07-2007

9 Heriyanto GTY/PTY Guru

Kelas

01-07-2007


(66)

18-08-Kelas 2008

11 Krisnawati 1636756658300012 GTY/PTY Tenaga

Administr asi Sekolah

28-07-2001

12 Kurnia Sari Murtiningsih Guru Honor Sekolah Guru Pendampi ng 28-07-2001

13 Kustanti 8633745646300012 GTY/PTY Lainnya

28-07-2001

14 Lina Setyastuti Guru

Honor Sekolah

Lainnya 28-07-2001

15 Lisa Septiyani Guru

Honor Sekolah Guru Kelas 01-09-2013

16 Maryatun 2753758661300002 Guru

Honor Sekolah

Lainnya 01-09-2013

17 Nanang Pudjianto Guru Honor Sekolah Guru Mata Pelajaran 01-06-2011

18 Nasori Guru

Honor Sekolah Guru Mata Pelajaran 13-06-2011

19 Pranowo S. 8059744646200003 GTY/PTY Guru Mata

Pelajaran

01-07-2004


(67)

50

20 Rahmad Pujianto Guru Honor Sekolah Guru Pendampi ng 04-11-2013

21 Ramadhan Wahyu

2256753654200003 GTY/PTY Tenaga

Administr asi Sekolah

06-08-2006

22 Ratrianingsih A. Guru

Honor Sekolah Guru Kelas 21-09-2010

23 Rien Widyarti GTY/PTY Guru

Kelas

01-07-2014

24 Rohadi 2436757660200002 GTY/PTY Lainnya

01-07-2003

25 Sakhirin Guru

Honor Sekolah Guru Kelas 06-11-2012

26 Siti Nurul F. Guru

Honor Sekolah Guru Kelas 02-07-2012

27 Slamet Hadi R. 3535760662200032 GTY/PTY Guru

Kelas

31-07-2007

28 Sudiah 5746743644300012 GTY/PTY Lainnya

01-07-2002

29 Sulastri 1559751655300002 GTY/PTY Guru

Kelas

06-08-1999


(68)

30 Supriyono Tenaga Honor Sekolah

Lainnya 01-07-2011

31 Sutiyah 3546749649300003 GTY/PTY Guru Mata

Pelajaran

01-07-2011

32 Tehnik Winarni GTY/PTY Guru Mata

Pelajaran

03-02-2015

33 Wahyu Ari Wiratno Guru Honor Sekolah Guru Mata Pelajaran 10-06-2011

34 Wika Luh Mahanani Guru Honor Sekolah Guru Mata Pelajaran 06-11-2012

35 Yunia Trisnawati

1934755654300002 GTY/PTY Lainnya

01-08-2005

2) Siswa/i

Siswa SDIT Insan Utama pada tahun 2014/2015 sebanyak 468

siswa, yang terdiri dari kelas I sampai VI dengan rincian jumlah


(69)

52

Tabel. 4

Jumlah Peserta Didik dan Wali Kelas SDIT Insan Utama Tahun Ajaran 2016/2017

KELAS ROMBEL L P JML WALI KELAS

I I A 16 10 26 Siti Nurul Fajriah, S.Pd/Rien Widyati

A.Md

I B 17 8 25 Emi Handayani, S.Pd/Barrotun Nafisah,

S.Sos I

I C 16 9 25 Suliyah/Ambarwati Fatmasari, S.Pd

JUMLAH 49 27 76

II II A 17 10 27 Tehnik Winarni, A.Md/Rahmad Pujianto,

S.Pd

II B 16 12 28 Eni Yuliati, S.Pd.Si/Puji Utami S.E II C 16 12 28 Kurniasari Murtiningsih, S.S/Pinesthy

Putri Hartoyo, S.Pd

JUMLAH 49 34 83

III III A 18 11 29 Lisa Septiyani, S.E/Aris Ayu Handayani,

S.Pd

III B 17 11 28 Alfiyatun Solihah, S.Si/Oman Heryanto, S.Pd.I

III C 18 11 29 Lina Setyastuti, S.P

JUMLAH 53 33 86

1V IV A 25 0 25 Sakhirin, S.Pd

IV B 25 0 25 Dwi Ratnaningsih W, S.Sos/Drs. Nanang

P.


(1)

Hasil uji validitas kecerdasan emosional kedua

Cor relations

1 .230 .328 .430* .467** .337 .314 .418* .557** .679** .199 .062 .013 .006 .055 .075 .016 .001 .000 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 .230 1 .307 .019 .383* .017 .127 .366* .174 .404* .199 .082 .916 .028 .924 .481 .036 .331 .020

33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 .328 .307 1 .077 .544** .494** .199 .288 .197 .600** .062 .082 .670 .001 .003 .266 .104 .271 .000

33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 .430* .019 .077 1 .232 .138 .195 .205 .306 .473** .013 .916 .670 .194 .442 .277 .252 .083 .005

33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 .467** .383* .544** .232 1 .603** .388* .712** .436* .808** .006 .028 .001 .194 .000 .026 .000 .011 .000

33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 .337 .017 .494** .138 .603** 1 .440* .312 .633** .628** .055 .924 .003 .442 .000 .010 .077 .000 .000

33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 .314 .127 .199 .195 .388* .440* 1 .236 .559** .495** .075 .481 .266 .277 .026 .010 .186 .001 .003

33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 .418* .366* .288 .205 .712** .312 .236 1 .473** .714** .016 .036 .104 .252 .000 .077 .186 .005 .000

33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 .557** .174 .197 .306 .436* .633** .559** .473** 1 .705** .001 .331 .271 .083 .011 .000 .001 .005 .000

33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 .679** .404* .600** .473** .808** .628** .495** .714** .705** 1 .000 .020 .000 .005 .000 .000 .003 .000 .000

33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P11 P12 P13 P14 P16 P17 P18 P19 P20 Total

P11 P12 P13 P14 P16 P17 P18 P19 P20 Total

Correlation is s ignificant at the 0.05 lev el (2-tailed). *.

Correlation is s ignificant at the 0.01 lev el (2-tailed). **.


(2)

Hasil uji validitas kecerdasan emosional kedua

Cor relations

1 .342 .538** .488** .593** .282 .146 .408* .765** .051 .001 .004 .000 .112 .417 .018 .000

33 33 33 33 33 33 33 33 33

.342 1 .245 .242 .097 .422* .237 -.009 .448** .051 .169 .176 .592 .014 .183 .960 .009

33 33 33 33 33 33 33 33 33

.538** .245 1 .572** .333 .355* -.039 .115 .528** .001 .169 .001 .058 .042 .830 .526 .002

33 33 33 33 33 33 33 33 33

.488** .242 .572** 1 .546** .374* .021 .171 .627** .004 .176 .001 .001 .032 .910 .341 .000

33 33 33 33 33 33 33 33 33

.593** .097 .333 .546** 1 .055 .177 .490** .682** .000 .592 .058 .001 .760 .325 .004 .000

33 33 33 33 33 33 33 33 33

.282 .422* .355* .374* .055 1 .117 .110 .406* .112 .014 .042 .032 .760 .518 .542 .019

33 33 33 33 33 33 33 33 33

.146 .237 -.039 .021 .177 .117 1 .157 .440* .417 .183 .830 .910 .325 .518 .384 .010

33 33 33 33 33 33 33 33 33

.408* -.009 .115 .171 .490** .110 .157 1 .457** .018 .960 .526 .341 .004 .542 .384 .008

33 33 33 33 33 33 33 33 33

.765** .448** .528** .627** .682** .406* .440* .457** 1 .000 .009 .002 .000 .000 .019 .010 .008

33 33 33 33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P30 Total

P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P30 Total

Correlation is s ignif icant at the 0.01 lev el (2-tailed). **.

Correlation is s ignif icant at the 0.05 lev el (2-tailed). *.


(3)

Hasil uji reliabilitas kecerdasan emosional kedua

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Cas e Proce ss ing Sum m ary

33 100.0

0 .0

33 100.0 Valid

Ex cludeda Total Cases

N %

Listw ise deletion bas ed on all variables in the proc edure. a.

Reliability Statis tics

.907 25 Cronbac h's


(4)

Frequency Table

Kecerdas an em os ional

14 42.4 42.4 42.4 16 48.5 48.5 90.9 3 9.1 9.1 100.0 33 100.0 100.0

Cukup baik Baik Sangat baik Total Valid

Frequenc y Percent Valid Percent

Cumulativ e Percent

Pres tas i belajar

1 3.0 3.0 3.0 8 24.2 24.2 27.3 24 72.7 72.7 100.0 33 100.0 100.0

Baik Baik s ekali Is timew a Total V alid

Frequenc y Percent V alid Percent

Cumulativ e Percent


(5)

Hasil hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar

Cor relations

1 .445** .009

33 33

.445** 1 .009

33 33

Pears on Correlation Sig. (2-tailed) N

Pears on Correlation Sig. (2-tailed) N

Kecerdasan_Emosional

Prestas i_Belajar

Kecerdasan_ Emosional

Prestas i_ Belajar

Correlation is s ignif icant at the 0.01 level (2-tailed). **.


(6)

CURRICULUM

VITAE

Nama

: Lilis Oktaviani

Tempat Tanggal Lahir

: Banyumas, 15 Oktober 1994

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Dsn. Sibulus Rt: 03 Rw : 04, Ds. Sibalung,

Kec.Kemranjen, Kab.Banyumas, Jawa Tengah.

Riwayat Pendidikan :

1.

Tingkat Pendidikan Dasar

: MI Islamiyah Sibalung

(Lulus Tahun 2006 )

2.

Tingkat Menengah Pertama

: MTS Wathaniyah Islamiyah Kebarongan

(Lulus Tahun 2009 )

3.

Tingkat Menengah Atas

: MA Wathaniyah Islamiyah Kebarongan

(Lulus Tahun 2012)

4.

Tingkat Perguruan Tinggi

: Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah

Orang Tua

:

1.

Nama Ayah

: Rasiman

2.

Pekerjaan

: Guru

3.

Nama Ibu

: Siti Latifah

4.

Pekerjaan

: Guru

5.

Alamat

: Dsn.Sibulus Rt: 03 Rw : 04, Ds.Sibalung,