Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Smp Muhammadiyah 17 Ciputat

(1)

ISLAM PADA SISWA SMP MUHAMMADIYAH 17 CIPUTAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh:

SITI HUMAEROH 107011000090

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

Pendidikan Agama Islam pada Siswa di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat Kecerdasan emosional dipandang sebagai salah satu faktor yang memiliki pengaruh penting terhadap prestasi belajar anak. Apabila tingkat kecerdasan emosional siswa tinggi, maka dapat menimbulkan rasa empati ,rasa saling menghargai satu sama lain dan kesadaran memotivasi diri sendiri dalam proses belajar sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Sebaliknya, bila tingkat kecerdasan emosional siswa rendah, maka berakibat menurunnya prestasi belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan menggunakan metode deskriptif analisis dengan mengambil sampel 40 siswa kelas VIII. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi Product Moment (r) sebesar 0,844 yang berarti terdapat pengaruh positif yang signifikan, korelasi ini tergolong korelasi yang kuat dan tinggi. Pengaruh tingkat kecerdasan emosional (X) dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa (Y) mendapat angka koefisien determinasi sebanyak 64%, sedangkan sisanya 36% merupakan variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara tingkat kecerdasan Emosional terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. Oleh karena itu, apabila siswa memiliki kecerdasan emosional yang baik dapat memberikan kontribusi yang baik juga terhadap prestasi belajarnya. Berdasarkan penelitian ini disarankan agar para pendidik memberikan pelajaran serta pengetahuan kepada siswa tentang segala hal yang berhubungan dengan kemampuan yang ada dalam diri termasuk kecerdasan emosional, tidak hanya pengetahuan yang bersifat rasional saja yang harus diajarkan akan tetapi pengetahuan tentang kemampuan mengenali emosi sendiri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan berempati dan keterampilan sosial juga perlu diajarkan.


(6)

Muhammadiyah 17 Ciputat.

Emotional intelligence is seen as a factor that has a significant impact on children's learning achievement. If a high level of emotional intelligence of students, it can cause a sense of empathy, a sense of mutual respect for each other and awareness of self-motivation in the learning process so as to achieve optimal learning. Conversely, if the level of emotional intelligence of students is low, then the resulting decline in student achievement. Based on the description problem formulation that can be drawn is there any influence of emotional intelligence on academic achievement of Islamic religious education. The purpose of this study was to determine the presence or absence of the influence of emotional intelligence on academic achievement of Islamic religious education in SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. This research is a quantitative and descriptive method of analysis by taking a sample of 40 eighth grade students. The data analysis technique used is the analysis Product Moment Correlation (r) of 0.844, which means there is a significant positive effect, the correlation is quite strong and high correlation. Effect of levels of emotional intelligence (X) with the learning achievement of students of Islamic Education (Y) got the coefficient of determination as much as 64%, while the remaining 36% are other variables that are not included in the study.

It can be concluded that there is a significant positive effect between the level of emotional intelligence on student achievement in the subjects of Islamic Religious Education in SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. Therefore, if students have good emotional intelligence can contribute to a good jugat erhadap academic achievement. Based on this study suggested that educators provide learning and knowledge to students on all matters related to the ability that exists within, including emotional intelligence, knowledge is not only rational course to be taught but the knowledge of their own ability to recognize emotions, the ability to manage emotions , the ability to empathize and social skills also need to be taught.


(7)

Yang Maha Esa, Tuhan dan pencipta dan pemelihara alam semesta. Dan sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat-sahabat dan para pengikutnya yang setia sampai hari akhir nanti.

Teristimewa, ucapan terimakasih penulis curahkan kepada Ayahanda (H.

Karim) dan Ibunda tercinta (Hj. Yoyoh) yang telah mendidik penulis dari buaian

hingga sekarang yang selalu berjuang baik materil maupun moril hingga penulis dapat menyelesaikan kuliah. Terima kasih banyak atas kesabarannya, ketulusannya dan perjuangan ayahanda dan ibunda tercinta, penulis tidak akan dapat membalas jasanya. Semoga Allah selalu memberikan balasan yang lebih atas semua yang telah ayahanda dan ibunda berikan untuk penulis.

Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar sarjana Strata Satu (S1), di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Oleh karena itu, penulis membuat skripsi dengan judul “Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Pendididikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat”.

Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi dan dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan data, maupun biaya yang tidak sedikit, dan sebagainya. Namun dengan kerja keras dan kesungguhan hati serta dorongan dan motivasi dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bahrisalim, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan bimbingan serta masukan yang berguna dalam penyusunan skripsi ini.


(8)

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Sururin, M.Ag, Sebagai Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Asisten Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membimbing dan mendidik penulis dengan memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.

6. Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah beserta stafnya, yang telah memberikan pelayanan dalam penyediaan buku-buku yang diperlukan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

7. Drs. Sayuti Sufriyatna, selaku Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 17 Ciputat beserta guru-guru, karyawan dan para siswa-siswi, yang telah memperkenankan penulis mengadakan penelitian.

8. Teristimewa Kakanda H. Rahmansyah, Hj Aisyah, H.Abdul Kohar, Siti Khodijah, Edi Junaedi, Adik bungsu Kamaludin dan Fida, Asyraf, Ajwa dan Alifa dan yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat. 9. Teman-teman Kosan Yuli, T’ Irna, Euis, Uci, Amel, Opie dan Upi, yang

selalu memberikan motivasi dan doa kepada penulis

10.Sahabat-sahabat PAI Angkatan 2007 Euis Fatmawati S.Pd.I, Dina Merliana S.Pd.I, Syifa Fauziyah, Eni Setyo Rini S.Pd.I, Reni Adhani dan Ratna Sari Ningsih S.Pd semangat dan keceriaannya tak terlupakan.

Semoga segala kebaikan tersebut mendapat balasan yang setimpal dari Allah Swt. Semoga rahmat, taufiq dan hidayah-Nya selalu dilimpahkan pada kita semua sepanjang kehidupan kita.Amiin

Jakarta, 01 April 2013

Penulis

Siti Humaeroh


(9)

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang……….. 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian... .... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Agama Islam ... 7

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 7

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 10

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 11

4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam………. 12

B. Prestasi Belajar ... 15

1. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ... 15

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 17

C. Kecerdasan Emosional ... 22


(10)

4. Karakteristik Kecerdasan Emosional ... 26

D. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar... 28

E. Hasil Penelitian yang relevan... 28

F. Kerangka Berpikir... 29

G. Pengajuan Hipotesa... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Variabel Penelitian ... 31

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Metode Penelitian ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Teknik Analisis Data... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 39

1. Sejarah Berdirinya SMP Muhammadiyah 17 Ciputat ... 39

2. Profil Sekolah ... 40

3. Keadaan Siswa, Guru dan Tata Usaha ... 41

4. Sarana dan Prasarana ... 42

B. Deskripsi dan Interpretasi Data ... 43

C. Analisis Data ... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA... 73


(11)

Tabel 3.2 Ketentuan skor kecerdasan emosional... 35

Tabel 3.3 Pengukuran secara deskriptif... 36

Tabel 3.4 Nilai “r” Product Moment... 37

Tabel 4.5 Keadaan Siswa... 41

Tabel 4.6 Keadaan Guru dan Tata Usaha... 41

Tabel 4.7 Sarana dan Prasarana... 42

Tabel 4.8 Data kepegawaian guru bidang study... 42

Tabel 4.9 Santai ketika dimarahi orang tua... 43

Tabel 4.10 Tahu persis hal-hal yang menyebabkan malas belajar... 44

Tabel 4.11 Sadar perasaan malu untuk bertanya... 44

Tabel 4.12 Tetap gugup dalam mengerjakan soal ulangan... 45

Tabel 4.13 Mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam diri... 46

Tabel 4.14 Kelebihan yang dimiliki akan dipergunakan untuk sombong... 46

Tabel 4.15 Perlu membalas ejekan teman... 47

Tabel 4.16 Belajar sesuai dengan jadwal... 48

Tabel 4.17 Dalam keadaan marah, mampu meredam kemarahan... 48

Tabel 4.18 Tidak mampu meredam kemarahan ketika teman mengejek... 49

Tabel 4.19 Kegagalan yang sekarang dialami dapat diubah menjadi keberhasilan di masa yang akan datang... 50

Tabel 4.20 Ketika tertimpa musibah, itu adalah karena perbuatan orang yang tidak menyukai saya... 50

Tabel 4.21 Terus berusaha mendapatkan nilai-nilai yang terbaik diantara teman-teman sekelas... 51

Tabel 4.22 Nilai yang jelek membuat pesimis (putus asa) meraih kesuksesan dalam belajar... 52


(12)

Tabel 4.26 Dengan hanya melihat raut muka, dapat mengenali perasaan yang

sedang dialami... 54

Tabel 4.27 Membiarkan teman mengungkapkan semua unek-uneknya terlebih dahulu sebelum memberikan saran... 55

Tabel 4.28 Saran dari teman-teman merupakan introspeksi diri... 55

Tabel 4.29 Tidak suka kalau ada seseorang yang mengkritik... 56

Tabel 4.30 Merasa bahagia melihat teman yang tidak disukai sedih... 57

Tabel 4.31 Selalu menyapa bapa ibu guru bila bertemu... 57

Tabel 4.32 Mudah bergaul dengan teman yang tidak sekelas……….. 58

Tabel 4.33 Cuek dan acuh tak acuh ketika ada orang yang mengajak berkenalan... 58

Tabel 4.34 Data skor angket (Kecerdasan emosional)... 59

Tabel 4.35 Data hasil belajar PAI... 61

Tabel 4.36 Analisis korelasi variabel kecerdasan emosional dengan prestasi belajar... 62


(13)

Lampiran 2 Berita wawancara Kepala Sekolah dan Guru Bidang Study

Lampiran 3 Tabulasi item angket dan skor Pengaruh Kecerdasan Emosional

terhadap Prestasi Belajar PAI

Lampiran 4 Surat Pengajuan Judul Skripsi

Lampiran 5 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 Surat Izin Observasi

Lampiran 8 Surat keterangan Penelitian di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan keharusan bagi bangsa Indonesia agar dapat bersaing di era globalisasi. Bidang pendidikan baik formal maupun nonformal memegang peranan yang sangat penting karena merupakan salah satu lembaga untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, pembangunan sektor pendidikan di Indonesia harus menjadi prioritas utama yang harus dilakukan oleh pemerintah. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa dan terciptanya manusia Indonesia seutuhnya.

Tujuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3, yang menjelaskan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah yang disebut dengan pendidikan formal, dilaksanakan serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi. Kegiatan-kegiatan di sekolah bertujuan menghasilkan

1


(15)

perubahan-perubahan positif dalam diri anak dalam bentuk proses belajar dan pembelajaran.

Belajar memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia terlahir sebagai mahluk lemah yang tidak mampu berbuat apa-apa serta tidak mengetahui apa-apa. Akan tetapi melalui proses belajar dalam fase perkembangannya, manusia bisa menguasai berbagai kemampuan maupun pengetahuan. Urgensi proses belajar telah ditegaskan sejak diturunkannya ayat pertama dalam Alquran. Ayat tersebut berkaitan erat dengan masalah baca-tulis dan belajar. Firman Allah Swt:



































Artinya:“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”2

Dalam surat Al-„Alaq, manusia diharapkan dapat belajar dan dapat mengetahui banyak ilmu atas dasar keimanan kepada Allah Swt.

Pembelajaran di sekolah mencakup beberapa mata pelajaran salah satunya adalah mata pelajaran pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah yang dimulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.

Kedudukan Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah merupakan upaya penyampaian ilmu pengetahuan agama Islam tidak hanya untuk dihayati dan difahami tetapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan Agama Islam melalui

2 Mohammad Noor, Al-Qur’an dan Terjemahan DEPAG RI, (Semarang : PT KaryaToha


(16)

kegiatan bimbingan dan pengajaran untuk mewujudkan pribadi muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah dan berakhlak mulia.

Keberhasilan siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat diwujudkan dari prestasi belajar mereka di mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Menurut Tohirin dalam bukunya Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar.3

Untuk mencapai hasil belajar siswa yang optimal dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Zikri Neni Iska, faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar diantaranya adalah faktor internal ini meliputi: faktor fisiologi yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indera, faktor psikologi yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal yang terdiri dari faktor lingkungan dan instrumental.4 Kecerdasan Emosional termasuk dalam faktor internal diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar siswa.

Kecerdasan emosi merupakan kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi dengan kecerdasan akademik (academic intelligence).5

Menurut Daniel Goleman, kecerdasan Intellekual hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yaitu kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.6

3

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.151

4

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi

Brother’s, 2006), h.85

5

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet, ke-3, h. 72

6

Daniel Goleman, Emotional Intelligence Ter T Hermaya, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h.44.


(17)

Dalam proses belajar siswa, kedua intelligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua Intelligensi itu saling melengkapi, keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rasional intelligensi yaitu model pemahaman yang lazimnya difahami siswa saja, melainkan perlu juga mengembangkan emosional intelligensi siswa.

Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi bisa mengolah emosi dengan baik, menghargai teman dan guru, dan motivasi belajar yang tinggi. Adapula siswa yang memiliki prestasi belajar tinggi, rata-rata nilai untuk semua mata pelajaran diatas 90, namun memiliki sifat yang angkuh, sombong, tidak menghargai teman karena merasa diri paling pintar.

Dari fenomena di atas, penulis tertarik mengetahui lebih jauh Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar, khususnya pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Karena lewat pelajaran inilah kecerdasan emosional lebih ditekankan agar siswa menjadi manusia yang bukan hanya pintar dalam pengetahuan tetapi juga pintar dalam mengolah emosi dan bersosialisasi.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP


(18)

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam pada Siswa SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. 2. Adanya ayat yang alquran yang mengharuskan manusia untuk belajar. 3. Adanya perbedaan motivasi belajar pada siswa SMP Muhammadiyah 17

Ciputat.

C.

Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah hanya pada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMP Muhammadiyah 17 Ciputat.

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimanakah pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat?

E.

Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi siswa di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat.

F.

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, agar dapat menambah wawasan mengenai kecerdasan emosional, sehingga penulis mengetahui betapa pentingnya peranan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar.


(19)

2. Bagi guru, diharapkan penelitian ini menjadi bahan pertimbangan bahwa dalam proses pembelajaran tidak hanya berorientasi pada perkembangan intelektual siswa semata, akan tetapi kecerdasan emosional siswa juga perlu dikembangkan secara lebih maksimal.

3. Bagi sekolah, agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang terlihat dari kecerdasan emosionalnya, sehingga menghasilkan para pelajar yang berkompeten dalam iptek maupun imtaq.

4. Bagi instansi yang berkepentingan dalam hal ini, diharapkan masalah kecerdasan emosional ini menjadi salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan dalam bimbingan di sekolah agar prestasi siswa dapat terus ditingkatkan menjadi lebih baik.


(20)

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A.

Pendidikan Agama Islam

1.

Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas tentang pengertian Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu penulis akan kemukakan pengertian pendidikan. Kata

Pendidikan” secara etimologi berasal dari kata “didik” yang berarti proses perubahan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pendidikan dan pelatihan.7 Dalam bahasa Arab istilah ini dikenal dengan kata tarbiyah dengan kata kerjanya rabba-yurobbi-tarbiyatan yang berarti “mengasuh, mendidik, dan memelihara.”8

Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

7

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 204

8

A. Warson Munir, Kamus Al-Munawir, (Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan, 1984), cet ke-1, h. 505


(21)

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.9

Menurut Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikutip oleh

Hasbullah, bahwa pendidikan adalah “Menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

setinggi-tingginya.”10

Sedangkan menurut Omar Muhammad al-Toumy, pendidikan adalah proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi diantara berbagai profesi asasi dalam masyarakat.11

Berdasarkan pengertian di atas, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha secara sadar yang dilakukan orang dewasa untuk menyiapkan seseorang menuju kedewasaan, berkecakapan tinggi, berkepribadian, berakhlak mulia dan kecerdasan berpikir melalui bimbingan pengajaran dan latihan. Melalui pendidikan diharapkan anak dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya sehingga dapat menghantarkannya pada cita-cita yang diharapkan.

Sedangkan pengertian Pendidikan Agama Islam menurut Abdul Majid dan Dian Andayani, adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.12

9

Undang- Undang RI No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. h. 2

10

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009),h.4

11

Jalaluddin, Teologi Pendidikan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002) h.76

12

Abdul majid dan Dian andayani, Pendidikan Agama Islam berbasis kompetensi (konsep dan implementasi kurikulum 2004), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. III, h. 132


(22)

Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. 13

Pendidikan Agama Islam menurut Tafsir dalam buku ilmu pendidikan dalam persfektif Islam menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.14

Sedangkan Pendidikan Agama Islam secara formal dalam kurikulum berbasis kompetensi dijelaskan bahwa:

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.15

Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yang didasarkan pada ajaran agama Islam agar siswa dapat memahami, menghayati, mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta pengalaman dan menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidup agar kelak mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

13

Zakiah Daradjat, Imu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. 3 h, 86

14

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Dalam Persfektif Islam, (Jakrta: Rosdakarya, 2005),h. 32

15

Muhaimin , Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) cet-4, h. 75


(23)

2.

Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan. Begitu juga halnya dalam pendidikan agama Islam, tujuan itulah yang hendak dicapai dalam kegiatan atau pelaksanaan pendidikan.

Pendidikan Agama Islam menurut Kongres Pendidikan Islam se-dunia pada tahun 1980, bertujuan untuk merealisasikan cita-cita Islami yang mencakup pengembangan kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis berdasarkan potensi psikologi dan fisiologi manusia mengacu kepada keimanan dan ilmu pengetahuan secara berkeseimbangan sehingga terbentuklah manusia muslim yang berjiwa tawakal (menyerahkan diri) secara total kepada Allah Swt.16

Zakiyah Daradjat dalam bukunya yang berjudul “ Pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam ialah untuk membina manusia menjadi hamba Allah yang shaleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan, Pikiran, dan perasaannya.”17

Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah “Kepribadian Muslim” yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam.18

Orang yang berkepribadian muslim disebut “Muttaqiin” karena itu Pendidikan Agama Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertakwa. Hal ini sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional yang akan membentuk manusia pancasila yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tercantumnya kata beriman dan bertakwa kepada Allah Swt dan berbudi pekerti yang luhur, menunjukan bahwa pendidikan agama sangat diharapkan berperan langsung dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan

16

M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2009), h.55

17

Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995) cet ke-2, h. 35

18

Zakiah Daradjat dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.72


(24)

itu sendiri, karena tanpa melalui pendidikan agama, tidak mungkin diwujudkan, karena pendidikan agama termasuk pendidikan agama Islam mempunyai peran dan kedudukan yang sangat penting.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah meningkatkan dan membentuk pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Allah, serta berakhlak mulia, dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah diharapkan akan tercapainya kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat serta berbudi pekerti yang luhur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3.

Fungsi Pendidikan Agama Islam

Abdul Majid dan Dian Andayani menjelaskan bahwa fungsi Pendidikan Agama Islam untuk sekolah / madrasah sebagai berikut:19

a. Pengembangan

Pengembangan merupakan upaya peningkatan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt. yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Sekolah berfungsi untuk mengembangkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt. Melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan sehingga nilai keimanan dan ketakwaannya terus berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Penanaman Nilai

Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

c. Penyesuaian Mental

Penyesuaian mental yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

19


(25)

d. Perbaikan

Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan

Pencegahan berfungsi untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f. Penyaluran

Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, fungsi Pendidikan Agama Islam yakni untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa, meningkatkan pemahaman siswa mengenai ajaran agama Islam sehingga nilai-nilai agama dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta memperbaiki dan mencegah dari kesalahan-kesalahan pemahaman yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.

4.

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah meliputi tujuh unsur pokok, yaitu:

a). Keimanan

Pengajaran dan pendidikan keimanan berarti proses belajar dan pembelajaran tentang berbagai aspek kepercayaan. Dalam pelajaran keimanan, pusat atau inti pembicaraan/pembahasan ialah tentang ke-Esaan Allah. Karena itu, ilmu tentang keimanan ini disebut juga tauhid. Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun iman


(26)

yang enam, yaitu percaya kepada Allah, kepada para Rasul Allah, kepada Para Malaikat, kepada kitab-kitab suci yang diturunkan kepada para Rasul Allah, kepada hari kiamat, dan kepada qada dan qadar.

b). Akhlak

Akhlak merupakan bentuk batin dari seseorang. Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang batin seseorang yang kelihatan pada tingkah lakunya. Pembentukan akhlak dapat dilakukan dengan memberi pengertian tentang baik buruk dan kepentingannya dalam kehidupan, memberikan ukuran baik dan buruk, melatih dan membiasakan berbuat, mendorong dan memberi sugesti agar mau dan senang berbuat kebaikan. Dasar pelaksanaan pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak baik.

c).Ibadah

Dalam pengertian yang luas, ibadah itu ialah segala bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah semata yang diawali oleh niat. Materi pelajaran ibadah ini seluruhnya dimuat dalam ilmu fiqih, selain membicarakan ibadah, juga membicarakan kehidupan sosial, seperti perdagangan (jual beli), perkawinan, kekeluargaan, warisan, pelanggaran, hukuman, perjuangan (jihad), politik/pemerintahan, makanan, minuman, pakaian dan lain-lain.

d). Al-Qur’an

Membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca buku atau membaca kitab suci lain. Membaca Al-Qur’an adalah ibadah, membaca Al-Qur’an juga merupakan seni suatu ilmu yang mengandung seni yakni seni membaca Al-Qur’an. Isi pengajaran Al

-Qur’an diantaranya pengenalan huruf-huruf hijaiyah, cara menyebutkannya, bentuk dan fungsi tanda baca, tanda berhenti, dan tanda lainnya. Ruang lingkup pengajaran Al-Qur’an ini lebih banyak berisi pengajaran yang memerlukan latihan dan pembiasaan.


(27)

e). Muamalah

Muamalah merupakan sebagian perincian dari ilmu fiqih, ilmu ini lebih membahas tentang hubungan sosial manusia, yakni muamalat madaniyat dan muamalat maliyat. Muamalat madaniyat membahas masalah-masalah yang dikelompokan kedalam kelompok persoalan harta kekayaan, harta milik, harta kebutuhan, dan cara ,menggunakan dan mendapatkannya. Sedangkan Muamalat maliyat membahas masalah-masalah yang dikelompokan kedalam kelompok persoalan harta kekayaan milik bersama baik masyarakat kecil ataupun besar seperti negara (perbendaharaan negara).

f). Syariah

Syariah merupakan ilmu yang mempelajari tentang syariat/hukum Islam.Ayat pertama yang berbunyi “Iqra” merupakan pensyariatan pertama hukum Islam. Perintah membaca, merupakan syariat yang pertama dalam ajaran Islam. Ilmu ini membicarakan hukum-hukum dalam kehidupan umat manusia.20

Adapun pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat adalah semua siswa wajib melaksanakan ibadah shalat fardhu, siswa mengucapkan salam ketika guru masuk kelas dan ketika bertemu guru, berdo’a sebelum dan sesudah proses belajar dan pembelajaran, dan siswa juga mengikuti kegiatan-kegiatan Islam seperti Membaca Al-Qur’an bersama dan shalat berjama’ah bersama. Semua itu menunjukan bahwa adanya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah, dan semua manusia. Siswa mendapatkan pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah dalam waktu satu kali dalam seminggu.

20

Zakiyah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. 2, h. 63-93


(28)

B.

Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

1.

Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

Setiap manusia (insan) yang dilahirkan ke muka bumi pada hakikatnya dalam keadaan tidak berilmu, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Swt dalam surat An-Nahl ayat 78 yang berbunyi sebagai berikut: 

















































Artinya: “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”21

Berdasarkan ayat di atas diketahui bahwa tidak ada suatu pengetahuan yang dimiliki manusia, maka manusia memerlukan belajar agar memiliki ilmu. Adapun mengenai pengertian belajar terdapat beberapa pendapat diantaranya:

a. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman dan latihan.

b. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada.22

c. Belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya.23

21 Mohammad Noor, Al-Qur’an dan Terjemahan DEPAG RI, (Semarang : PT Karya Toha

Putra, 1996) h.220

22

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,2007) h. 55

23

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rajawali, 1992)Cet. Ke-4.h.22


(29)

Sedangkan pengertian belajar menurut Wasty Soemanto adalah proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.24

Jadi, yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses perubahan perilaku individu yang dapat melalui pengalaman dan latihan baik perubahan tersebut berupa sikap, pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sebagainya.

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Prestasi adalah hasil yang telah dicapai(dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).25

Sedangkan Menurut Tohirin prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Akan tetapi mengenai apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar, ada juga yang menyebutnya dengan istilah hasil belajar.26

Sedangkan menurut Sutratinah Tirtonegoro yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.27

Dapat disimpulkan, prestasi belajar merupakan hasil yang telah diperoleh oleh siswa setelah melaksanakan kegiatan belajar di sekolah

24

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan kerja pemimpin pendidikan ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006) Cet, ke-5, h.104

25

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1988), Cet.1, h. 700

26

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 151

27

Sutratinah Tirtonegoro, Anak supernormal dan program Pendidikannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), cet. 6, h. 43


(30)

dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun kalimat yang ditulis oleh guru dalam buku prestasi belajar siswa (raport).

Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah “ usaha

sadar untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.”28

Dengan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Pendidikan Agama Islam yakni hasil belajar yang diraih oleh siswa setelah mengikuti proses belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang meliputi aspek aqidah, fikih, Al-Qur’an, Akhlak dan Sejarah Islam.

2.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Muhibbin syah dan Agus Efendi ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup : kecerdasan emosional, intelligensi, sikap, bakat, minat dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi: lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.29 Berikut ini akan di jelaskan masing-masing aspek:

1) Faktor Internal Siswa a) Kecerdasan Emosional

kecerdasan Emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Kecerdasan emosional adalah kcerdasan yang sangat diperlukan untuk berprestasi.30

28

Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam , op.cit., h.86

29

Muhibbin.op.cit, h.129 & Agus Efendi,Revolusi Kecerdasan Abad 21 (Bandung: Alfabeta,2005), h.183

30


(31)

Kecerdasan Emosional merupakan faktor penting dalam perkembangan intellektual anak, hal ini sejalan dengan pandangan semiawan bahwa stimulasi intelektual sangat dipengaruhi oleh keterlibatan emosional, bahkan emosi juga amat menentukan perkembangan intelektual anak secara bertahap. Artinya secara timbal balik faktor kognitif juga terlibat dalam perkembangan emosional.31

b) Intelligensi

Intelligensi merupakan istilah umum untuk menggambarkan kepintaran dan kepandaian seseorang. Suharsono menyebutkan bahwa intelligensi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah secara benar. Intelligensi ini dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.

Tingkat intelligensi siswa tidak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa. Intelligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan dan hasil belajar. Siswa yang mempunyai tingkat intelligensi tinggi akan lebih berhasil dari siswa yang mempunyai tingkat intelligensi yang rendah.

c) Sikap

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.32

Sikap yang positif terhadap mata pelajaran, dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap proses belajar. Sebaliknya, sikap yang negatif terhadap mata pelajaran, akan menimbulkan kesulitan belajar. d) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga diartikan

31

Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran,( Jakarta:PT Bumi Aksara,2006) ,h. 80

32


(32)

sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.33

Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Apabila bidang studi yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, hasil belajarnya akan lebih baik karena siswa senang mempelajarinya. Sebaliknya, jika bidang studi yang dipelajari siswa tidak sesuai dengan bakatnya, siswa akan mengalami kesulitan dalam mempelajarinya.

e) Minat

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.34 Peran minat dalam belajar yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran, akan terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran, siswa hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bisa terus tekun karena tidak ada pendorongnya. 35

Minat mempunyai peranan yang penting dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Siswa yang berminat terhadap pelajaran, akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat. Dengan demikian tinggi rendahnya minat belajar siswa akan mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai.

f) Motivasi

Motivasi dapat diartikan sebagai upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat juga diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.36

33

Ibid.,h.133

34

Ibid., h.133

35

Alisuf, op cit., h.85

36


(33)

Motivasi belajar pada dasarnya mempengaruhi tingkah laku belajar. Motivasi adalah sebagai penggerak tingkah laku dan sangat penting dalam proses belajar. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar, maka prestasi belajarnya akan optimal, sebaliknya siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajar, maka prestasi belajarnya di sekolah tidak akan meningkat.

2) Faktor Eksternal Siswa a) Lingkungan Keluarga

Setiap orang memulai kehidupannya di dalam keluarga. Lingkungan keluarga besar atau kecil mempunyai pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Posisi seseorang dalam keluarga yang merawatnya berpengaruh pada fungsi belajarnya. Studi lain menunjukan bahwa penampilan sikap orang tua berperan penting dalam memajukan atau menghambat pendidikan seseorang.37

Faktor-faktor fisik dan sosial psikologis yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan belajar anak. Termasuk faktor fisik dalam lingkungan keluarga adalah: keadaan rumah dan suasana tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, ketenangan dalam rumah dan juga dilingkungan sekitar rumah. Kondisi psikologis keluarga yang diwarnai rasa sayang, percaya, keterbukaan dan rasa saling memiliki akan mendukung kelancaran dan keberhasilan belajar.38

Bimbingan dari orang tua juga merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam keberhasilan siswa dalam belajar. Bimbingan itu bisa membuat siswa akan terdorong belajar secara aktif, karena bimbingan merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi dalam belajar.

37

Monty P. Satiadarma & Fidelis, Mendidik Kecerdasan ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.122-123

38

Nana Saodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke-4, h. 163


(34)

b) Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, atau pelatihan dalam rangka membantu para siswa agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, sosial, maupun fisik-motoriknya. Harlock mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak, baik dalam cara berfikir, bersikap, maupun berperilaku.39

Lingkungan sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, seperti adanya sarana dan prasarana yang memadai, metode mengajar, kurikulum, dan alat-alat pelajaran seperti buku pelajaran, alat olah raga dan sebagainya. Dengan demikian lingkungan sekolah sangat mendukung prestasi belajar siswa di sekolah.

c) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum di milikinya.40

39

Syamsu Yusuf dan Nani M, Perkembangan Peserta Didik ( Jakarta: Rajawali Pers, 2011) ,h.30

40


(35)

C.

Kecerdasan Emosional (Emotional Qoutient)

1.

Pengertian Emosi

Kata emosi berasal dari bahasa latin yairu emovere yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Dan pada dasarnya emosi adalah dorongan untuk bertindak. Menurut Daniel Goleman emosi

merujuk pada “suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis, psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.”41 Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berprilaku menangis.

Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai fikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam hati meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.

Sedangkan menurut Zikri Neni Iska, “emosi adalah setiap keadaan

diri seseorang yang disertai dengan warna afektif, baik pada tingkat yang lemah maupun pada tingkat yang kuat. Warna afektif merupakan perasaan yang berbeda-beda, baik perasaan senang maupun perasaan tidak senang.”42

Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Decraetes. Menurut Decrates, emosi terbagi atas: Desire (hasrat), Hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan).43 Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu: Fear (ketakutan), Rage (kemarahan), Love (cinta).44

41

Goleman, Emotional Intelligence Ter T Hermaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007). Cet. 17, h. 411.

42

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan (Jakarta: Kizi

Brother’s, 2006) h. 104

43

Hartati, Nety, dkk. Islam dan Psikologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet.1, h. 100

44


(36)

Dan menurut F. Wundi ada tiga pasang kutub emosi, yaitu: Lust-Unlust (senang- tak senang), Spannung-Losung (tegang-tak tegang), Eerregung-Berubingung (semangat-tenang)45.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.

2.

Pengertian Kecerdasan

Inteligensi’’ atau “kecerdasan” merupakan kata benda yang menerangkan kata kerja atau kata keterangan. Seseorang menunjukan intelligensinya ketika ia bertindak atau berbuat dalam suatu situasi secara intelligent/cerdas atau bodoh, inteligensi seseorang dapat dilihat dalam caranya orang tersebut berbuat dan bertindak.46

Beberapa tokoh mengemukan pengertian kecerdasan antara lain Howard Gardner berpendapat bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya

tertentu. Sedangkan menurut Piaget mengatakakan “ Intelligence is what yaou use when you don’t know what to do ( kecerdasan adalah apa yang kita gunakan pada saat kita tidak tahu apa yang harus dilakukan). Dan menurut Sternberg kecerdasan adalah (1) kemampuan untuk belajar dari pengalaman, dan (2) kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar (surrounding environment).47

Dalam psikologi, dikemukakan bahwa intelligence, yang dalam bahasa Indonesia disebut intelligensi atau kecerdasan berarti penggunaan intellektual secara nyata. Akan tetapi, kemudian diartikan sebagai suatu kekuatan lain, oleh karena itu, intelligensi atau kecerdasan terdiri dari tiga komponen yaitu (a) kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau

45

Ibid.,h. 102

46

Alisuf, op.cit.,h.115

47


(37)

mengarahkan tindakan; (b) kemampuan untuk mengubah arah tindakan apabila tindakan tersebut telah dilaksanakan; (c) kemampuan untuk mengubah diri sendiri.48

Jadi kecerdasan merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, intelligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berfikir rasional itu.

3.

PengertianKecerdasan Emosional

Istilah “kecerdasan Emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang ahli, yaitu Peter Salovey dan John Mayer untuk menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang dianggap penting untuk mencapai keberhasilan.49 Salovey dan Mayer mendefinisikan “ Kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan perasaan orang lain, serta menggunakan perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan.”50

Sementara Robert K. Cooper dan Sawaf mengatakan bahwa “

kecerdasan emosional menuntut seseorang belajar mengakui dan menghargai perasaan pada dirinya dan orang lain untuk menanggapi dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi, emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.” kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energy, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.51

48

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet, ke-3. h. 60

49

Ibid.,.h.68

50

Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Terj. Dari Working with Emotional Intelligence oleh Alex Tri Kantjono Widodo, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet. VI, h. 513

51

Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi, Terj. Dari Emotional Intelligence in Leadership and Organizations oleh Alex Tri Kantjono widodo, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), Cet. III, h.XV.


(38)

Dengan demikian , kecerdasan emosi merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi dengan kecerdasan akademik (academic intelligence), yaitu kemampuan-kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ. Banyak orang yang cerdas dalam arti terpelajar, tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosi, sehingga saat bekerja menjadi bawahan dari orang yang ber IQ lebih rendah, tetapi unggul dalam keterampilan kecerdasan emosi.52

Dari berbagai hasil penelitian, telah banyak terbukti bahwa kecerdasan emosi memiliki peran yang jauh lebih signifikan dibanding kecerdasan Intellektual (IQ). Kecerdasan otak (IQ) barulah sebatas syarat minimal meraih keberhasilan, namun kecerdasan emosilah yang sesungguhnya (hampir seluruhnya terbukti) mengantarkan seseorang menuju puncak prestasi. terbukti banyak orang-orang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi, terpuruk di tengah persaingan. sebaliknya banyak orang-orang yang mempunyai kecerdasan intelektual biasa-biasa saja, justru sukses menjadi bintang-bintang kinerja, pengusaha-pengusaha sukses, dan pemimpin-pemimpin diberbagai kelompok.53

Dapat disimpulkan yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.

52

Hamzah, op.cit.,.h.72

53

Ari Ginanjar Agustian, Emotional Spiritual Quotient The ESQ WAY 165 1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta:Penerbit Arga, 2005) h. 17


(39)

4.

Karakteristik Kecerdasan Emosional

Goleman mengutip Salovey menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama yaitu:54

a.

Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai meramood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer, kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun fikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi , namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi. Dalam penelitian ini diharapkan siswa dapat mengenali emosi diri sendiri seperti rasa marah, sedih, gundah, bahagia dan lain sebagainya.

b.

Mengelola Emosi (Pengendalian diri)

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Ini masuk dalam pengendalian emosi diri agar tidak terus menerus menjelajah alam fikiran individu, sehingga individu dapat mengontrol emosi yang kita alami. Emosi yang berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan individu.

54


(40)

c.

Memotivasi Diri Sendiri

Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.

d.

Mengenali Emosi Orang Lain (Empati)

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman, kemampuan seseorang untuk mengenali perasaan otrang lain atau peduli, menunjukan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.

Rosental dalam peneitiannya menunjukan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuaikan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka.55 Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi. Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.56

e.

Membina Hubungan

55

Goleman,op.cit.,h.136

56


(41)

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik kecerdasan emosional memiliki dimensi ketajaman dan keterampilan naluri seseorang dalam mengatur atau mengelola emosi dalam perasaan sendiri serta orang lain, sehingga melahirkan pengaruh dalam kemampuan merasakan dan memahami serta membangun hubungan yang baik dengan orang lain.

D.

Hubungan EQ dengan Prestasi Belajar Siswa

Dalam konteks hubungan emosi dengan prestasi, tindakan berprestasi harus dilakukan dengan menyentuh emosi, karena emosi yang negatif akan melahirkan tindakan yang negatif pula. Begitu pula sebaliknya emosi yang positif akan melahirkan tindakan positif pula.

E.

Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan judul “Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam” adalah sebagai beirkut:

“Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas XI SMA Triguna Utama Ciputat”, Iman Firmansyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Fakultas Psikologi,2010.

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan:

Bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa SMA Triguna Utama Ciputat, dengan kata lain prestasi belajar tidak dapat dipengaruhi dengan kecerdasana emosional.


(42)

Hal ini berarti siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang tinggi tidak berarti memiliki tingkat prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang rendah tidak berarti memiliki tingkat prestasi belajar yang rendah pula.

Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan skor kecerdasan emosional dimana 18.52% responden dari jumlah sampel berada pada kategori tinggi, 44.44% responden berada pada kategori sedang dan 37.04% responden berada dalam kategori rendah. Adapun hasil perhitungan nilai prestasi belajar didapat 14.81% responden berada dalam kategori rendah, 14.81% responden berada pada kategori sedang, dan 70.37% responden berada pada kategori tinggi.57

Terdapat perbedaan antara penelitian di atas dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel kecerdasan emosional dan prestasi belajar, sedangkan penelitian yang penulis lakukan menggunakan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam.

F.

Kerangka Berfikir

Kecerdasan Emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.

Dengan kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan mengahadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif. Individu dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Sedangkan individu yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak kemampuan

57

Iman Firmansyah, Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi belajar siswa di SMA Triguna Utama, (Ciputat:UIN Jakarta 2010), h. 59


(43)

untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugasnya dan memiliki fikiran yang jernih.

Kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang sangat diperlukan untuk berprestasi. Meskipun, seperti dikatakan Goleman, kita tidak boleh melupakan peran motivasi positif dalam mencapai prestasi.Motivasi positif itu berupa kumpulan perasaan antusiasme, gairah, dan keyakinan diri.

Diduga ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa. Bila EQ yang dimiliki siswa tinggi maka prestasi belajarnya pun tinggi begitupun sebaliknya, apabila EQ yang dimiliki siswa rendah maka prestasis nya pun akan rendah.

G.

Pengajuan Hipotesa

Berdasarkan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa.

Ha: Ada Pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa.


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang dijadikan sebagai obyek penelitian adalah SMP Muhammadiyah 17 Ciputat yang berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda No.211 Rempoa Ciputat Timur 15412 .Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012- April 2013.

B.

Variabel Penelitian

Variabel adalah “obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian”.58Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:

1) Variabel tingkat kecerdasan emosional (variabel X) disebut Independent Variable yang dapat memberikan pengaruh.

2) Variabel prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI (variabel Y) disebut Dependent Variable yaitu variabel yang dipengaruhi.

C.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.59 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VIII yang terdiri dari 4 kelas yang berjumlah 160 siswa.

58

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. XIV, h.161

59


(45)

Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.60 Dan untuk mempermudah proses penempatan sampel ini, penulis berpedoman pada pendapat Suharsimi

Arikunto yang menyatakan bahwa “Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik mengambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan populasi. Selanjutnya jika subyeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%. Berdasarkan pendapat di atas maka penulis mengambil sampel 25% dari jumlah populasi yang ada (160 x 25% = 40 orang). Dan dalam penetapan sampel penulis menggunakan teknik Random Sampling (sampel acak sederhana).

D.

Metode Penelitian

Untuk memudahkan penulis dalam pengumpulan data, fakta dan informasi dalam penelitian tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar PAI di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat, maka penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang yang didasarkan pada pengujian data, bilangan-bilangan yang melakukan analisis prediktif dari suatu teori tertentu. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan:

1. Field Research, yaitu peneliti terjun langsung ke obyek penelitian karena dalam penelitian ini memerlukan data-data dan fakta-fakta yang valid agar dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

2. Library Research, yaitu peneliti mengumpulkan data berdasarkan buku-buku dan rujukan lain yang berkaitan dengan tema yang sedang diteliti.

E.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan suatu penelitian yang merupakan langkah penting metode ilmiah, oleh karena itu pengumpulan data diperlukan dalam suatu penelitian.

60


(46)

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Observasi

Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.61 Dalam hal ini penulis lebih mengamati sikap dan perilaku siswa.

2. Interview/wawancara

Wawancara ialah ”cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.”62 Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dengan kepala sekolah, guru, orangtua dan siswa dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kecerdasan emosional siswa terhadap prestasi belajar siswa.

3. Dokumentasi

Menurut suharsimi Arikunto dokumentasi berasal dari katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen dll.63 Dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui profile sekolah SMP Muhammadiyah 17 Ciputat khususnya data-data yang dapat mendukung dalam penelitian, seperti dokumen sekolah, daftar jumlah siswa dan melihat nilai siswa-siswi kelas VIII dari raport dan leger tahun ajaran 2012-2013

4. Angket atau Kuesioner

Kuesioner adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya”. Kuesioner juga bisa diartikan

“suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu

61

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.76

62

Ibid.,h.82

63


(47)

masalah atau bidang yang akan diteliti.”64 Kuesioner atau angket ini penulis susun dengan beberapa pertanyaan atau pernyataan mengenai pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen angket Kecerdasan Emosional dan Prestasi belajar

No VARIABEL DIMENSI INDIKATOR

1. Variabel X Kecerdasan Emosional

1. Mengenali Emosi

Kesadaran diri, kemampuan untuk mengetahui perasaan yang muncul dalam diridan mampu menilai diri sendiri secara teliti. 2. Mengelola

Emosi

Mampu mengatur emosi sendiri dan mampu mengendalikan dan mengatasi stress.

3. Memotivasi diri Memiliki harapan yang tinggi, mampu untuk berfikir positif dan

dorongan untuk

berprestasi. 4. Mengenali

emosi orang lain

Mampu membaca emosi orang lain,menghargai emosi orang lain dan mau menerima sudut pandang orang lain.

5. Membina hubungan dengan

orang lain

Mampu berkomunikasi terhadap orang lain dengan baikdan meningkatkan jaringan sosial.

2 Variabel Y Prestasi Belajar pada mata pelajaran

PAI

Nilai Raport Dokumentasi Data nilai raport kelas VIII semester 1 tahun pelajaran 2012-2013

64

Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. VI, h. 76


(48)

F.

Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data. Maka penulis perlu menganalisa data yang telah masuk. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisa data adalah sebagai berikut:

1. Editing

Yakni penulis berusaha meneliti sedetail mungkin terhadap angket yang disebarkan kepada populasi yang ada. Hal tersebut dilakukan agar angket terhindar dari kesalahan dan diharapkan nantinya hasil yang diperoleh benar-benar obyektif.

2. Skoring

Apabila tahap editing telah selesai dan catatan jawaban di dalam kuesioner telah memadai untuk menghasilkan data yang baik dan cermat, dapat di mulai dengan kegiatan skoring.

Adapun yang dimaksud dengan skoring adalah usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya. Klasifikas di lakukan dengan jalan menandai masing-masing jawaban dengan tanda kode tersendiri atau tertentu, lazimnya dalam bentuk angka.

Setiap jawaban mempunyai angka kode sendiri untuk menghitung data tentang penelitian ini dengan menggunakan angket, penulis memberikan skor pada setiap poin jawaban yakni:

Tabel 3.2

Ketentuan Skor Kecerdasan Emosional (Variabel X)

No Alternatif Jawaban Positif Negatif

Jumlah skor Jumlah skor

1 Sangat Setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak Setuju 2 3


(49)

3. Tabulating

Tabulating, yaitu jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori jawaban, dimasukan dalam tabel-tabel sesuai dengan item pertanyaan yang diajukan.

Penggunaan teknik analisa data dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu data kualitatif yang kemudian diubah menjadi data kuantitatif, maka teknik yang digunakan adalah analisis statistic, yaitu dengan menggunakan rumus statistic persentase dengan rumus:

P=

x 100 %

Keterangan:

P = Angket Persentase untuk kategori jawaban F = Frekuensi jawaban responden

N = Jumlah sampel responden

Selanjutnya untuk menganalisa data yang terkumpul, maka penulis menggunakan teknik analisa non statistic. Analisa non statistic menggunakan metode deskriptif, yaitu menuturkan dan menganalisa data yang berupa angka-angka yang diperoleh oleh penelitian, sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pengukuran Secara Deskriptif

No Skor Keterangan

1 0-25 Sangat Rendah

2 25-50 Rendah

3 51-75 Sedang

4 76-100 Tinggi

Setelah itu untuk mencari korelasi antara dua variabel yaitu kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar PAI, Penulis menggunakan Product Of


(1)

(2)

REFERENSI Nama : Siti Humaeroh

Nim : 107011000090

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat

No Referensi dan Halaman Buku Paraf

Pembimbing BAB I

1 Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal. 5

2 Mohammad Noor, Al-Qur’an danTerjemahan DEPAG RI, (Semarang : PT. KaryaToha Putra, 1996) hal.479

3 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 151

4 Zikri Neni Iska, Psikologi pengantar pemahaman diri dan lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006) hal 85

5 Dr. Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet, ke-3, h. 72

6 Daniel Goleman, Emotional Intelligence Ter T Hermaya, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007) hal.44.

7 Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi, Terj. Dari Emotional Intelligence in Leadership and Organizations oleh Alex Tri Kantjono widodo, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), Cet. III, h.Xii.

BAB II

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hal. 204 2 A. Warson Munir, Kamus Al-Munawir, (Yogyakarta: Unit

Pengadaan buku-buku ilmiah Keagamaan, 1984), cet ke-1, h. 505

3 Undang- Undang RI No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. h. 2

4 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009),h.4

5 H. Jalaluddin, Teologi Pendidikan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002) h.76

6 Abdul majid dan Dian andayani, Pendidikan Agama Islam berbasis kompetensi (konsep dan implementasi kurikulum 2004), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. III, h.


(3)

132

7 Zakiah Daradjat, Imu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. 3 hal, 86

8 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Dalam Persfektif Islam, (Jakrta: Rosdakarya, 2005),h. 32

9 Muhaimin , Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) cet-4, h. 75

10 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2009), h.55

11 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995) cet ke-2, h. 35

12 Zakiah Daradjat dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.72

13 Hamdani Ikhsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setian 1998), h. 74

14 Hamdani Ikhsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setian 1998), h. 77

15 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat pers, 2002), h. 19

16 Abdul majid dan Dian andayani, Pendidikan Agama Islam berbasis kompetensi (konsep dan implementasi kurikulum 2004), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. III, h. 134-135

17 Zakiyah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. 2, hal. 63-93 18 Mohammad Noor, Al-Qur’an dan Terjemahan DEPAG RI,

(Semarang : PT. Karya Toha Putra, 1996) hal.220

19 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,2007) hal. 55

20 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rajawali, 1992)Cet. Ke-4. Hal.22

21 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal.88 22 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan kerja

pemimpin pendidikan ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006) Cet, ke-5. Hal,104

23 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus besar bahasa indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1988), Cet.1, h. 700

24 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 151

25 Sutratinah Tirtonegoro, Anak supernormal dan program Pendidikannya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), cet. 6, h. 43


(4)

26 Zakiah Daradjat, Imu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. 3 hal, 86

27 Muhibbin.op.cit, h.116 & Agus Efendi,Revolusi Kecerdasan Abad 21 (Bandung: Alfabeta,2005) hal.183

28 Agus Efendi,Revolusi Kecerdasan Abad 21 (Bandung: Alfabeta,2005) hal.183

29 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran,( Jakarta:PT Bumi Aksara,2006) hal. 80

30 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Hal. 132 31 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan

baru,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal.133 32 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan

baru,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal.133 33 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya,2007) hal. 85

34 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rajawali, 1992)Cet. Ke-4. Hal.73

35 Monty P. Satiadarma & Fidelis, Mendidik Kecerdasan ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal.122-123

36 Nana syaodih sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke-4 hal 164

37 Syamsu Yusuf dan Nani M, Perkembangan Peserta Didik ( Jakarta: Rajawali Pers, 2011) hal. 30

38 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal.135 39 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:

PT Raja Grafindo persada, 2008)h. 107-118

40 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 154

41 Suharsimi Arikunto, Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), cet ke-1 h. 178

42 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 155-156 43 Goleman, Emotional Intelligence Ter T Hermaya, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2007). Cet. 17, hal. 411.

44 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006) hal. 103

45 Hartati, Nety, dkk. Islam dan Psikologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet.1, hal. 100

46 Hartati, Nety, dkk. Islam dan Psikologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet.1, hal. 94

47 Hartati, Nety, dkk. Islam dan Psikologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet.1, hal.102


(5)

48 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,2007) hal. 115

49 Agus Efendi,Revolusi Kecerdasan Abad 21 (Bandung: Alfabeta,2005) hal.81-85

50 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet, ke-3. Hal, 60

51 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet, ke-3. Hal, 68

52 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Terj. Dari Workingwith Emotional Intelligence oleh Alex Tri Kantjono Widodo, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet. VI, h. 513

53 Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi, Terj. Dari Emotional Intelligence in Leadership and Organizations oleh Alex Tri Kantjono widodo, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), Cet. III, h.XV.

54 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet, ke-3. Hal, 72

55 Ari Ginanjar Agustian, Emotional Spiritual Quotient The ESQ WAY 165 1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta:Penerbit Arga, 2005) hal. 17

56 Mubayidh, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2006), Cet. 1, hal.7

57 Goleman, Emotional Intelligence Ter T Hermaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007). Cet. 17, hal. 58-59

58 Goleman, Emotional Intelligence Ter T Hermaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007). Cet. 17, hal. 136

59 Goleman, Emotional Intelligence Ter T Hermaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007). Cet. 17, hal. 172

60 Mubayidh, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2006), Cet. 1, hal.125 61 Mubayidh, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak,

( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2006), Cet. 1, hal.111 62 Mubayidh, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak,

( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2006), Cet. 1, hal.33-35 63 Iman Firmansyah, Pengaruh Kecerdasan Emosional

terhadap Prestasi belajar siswa di SMA Triguna Utama, (Ciputat:UIN Jakarta 2010), Hal. 59

BAB III

1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. XIV, H.161


(6)

2 Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2006), hal.68

3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung: ALFABETA, 2010), hal. 118

4 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.76

5 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.82

6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. XIV, H.201 7 Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. VI, H. 76

8 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.219

9 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.181

Mengetahui:

Dosen Pembimbing Penulis


Dokumen yang terkait

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

2 15 13

Hubungan kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar IPS di SMP muhammadiyah 17 ciputat

1 5 104

Hubungan Antara Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Kecerdasan Spiritual Siswa SMP PGRI 2 Ciputat

15 113 114

Pengaruh kedisplinan guru terhadap prestasi belajar siswa pada pendidikan agama islam di SMP PGRI I Ciputat

4 16 103

Pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa SMA Triguna Utama Ciputat

0 6 87

Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam: Studi Penelitian di Kelas XI SMA PGRI 109 Tangerang

2 10 112

Hubungan antara pembelajaran pendidikan agama islam terhadap kecerdasan emosional peserta didik di SMPN 226 Jakarta Selatan

0 7 0

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD MUHAMMADIYAH Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sd Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta Tahun 2015/2016.

0 3 16

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD MUHAMMADIYAH 10 Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sd Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta Tahun 2015/2016.

0 5 17

PENGARUH TINGKAT KECERDASAN INTELEKTUAL DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA SISWA DI SMP N 15 YOGYAKARTA.

1 3 116