PERBANDINGAN KECERDASAN SPIRITUAL ANTARA SISWA SD MUHAMMADIYAH AMBARKETAWANG 2 DENGAN SDIT INSAN UTAMA
SKRIPSI
Oleh:
Maysaroh
NPM: 20120720199
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(2)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) strata Satu
pada Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Maysaroh
NPM: 20120720199
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(3)
(4)
مت ءْرمْلا لْقع مت ا إ
ؤا ب متو ْينامأ ْتمتو رْومأ ْت
)سْو قْلا ْبع نْب حلاص(
Jika sempurna akal seseorang, maka sempurna pula semua urusan, cita-cita, dan bangunan hidupnya (Shaleh bin Abdul Qudus)
(5)
Skripsi ini aku persembahkan kepada almarhum Ayahanda, Ibunda dan kelima saudaraku yang selama ini selalu hadir menjadi motivator baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Almamater yang selalu menjadi kebanggaan
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(6)
NOTA DINAS ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
ABSTRAK ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian... 5
E. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK A. Tinjauan Pustaka ... 8
B. Kerangka Teori... 9
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan ... 28
(7)
E. Metode Pengumpulan Data ... 30
F. Analisis Instrumen ... 33
G. Teknik Analisis Data ... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 ... 36
1. Identitas Sekolah ... 36
2. Visi, Misi, dan Tujuan ... 36
3. Data Guru dan Karyawan ... 38
4. Data Buku Pengayaan ... 38
5. Keadaan Tenaga Didik ... 38
6. Tingkat Pendidikan Guru ... 39
7. Sarana Prasarana ... 39
8. Kegiatan Sekolah ... 39
9. Keadaan Siswa ... 40
B. SDIT Insan Utama 1. Profil Sekolah ... 40
2. Sejarah Berdiri ... 41
3. Materi Pendidikan ... 43
4. Visi dan Misi ... 44
(8)
2. Kecerdasan Spiritual Siswa ... 52
3. Analisis Kecerdasan Spiritual Siswa ... 59
4. Analisis Perbedaan Kecerdasan Spiritual antara Siswa SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 dengan SDIT Insan Utama ... 63
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 70
B. Saran-Saran ... 71
C. Kata Penutup ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 75
(9)
Tabel 2.1 Data Guru dan Karyawan SD Muhammadiyah Ambarketawang
2 ... 38
Tabel 2.2 Data Buku Pengayaan SD Ambarketawang... 38
Tabel 2.3 Keadaan Tenaga Didik ... 38
Tabel 2.4 Tingkat Pendidikan Guru SD Ambarketawang ... 39
Tabel 2.5 Sarana Prasarana SD Ambarketawang ... 39
Tabel 2.6 Kegiatan Sekolah SD Ambarketawang ... 39
Tabel 2.7 Keadaan Siswa SD Ambarketawang... 40
Tabel 3.1 Data Tenaga Guru dan Karyawan SDIT Insan Utama ... 45
Tabel 3.2 Data Siswa SDIT Insan Utama ... 47
Tabel 3.3 Prasarana SDIT Insan Utama ... 48
Tabel 4.1 Validitas Item Soal ... 51
Tabel 4.2 Uji Reliabilitas ... 52
Tabel 4.3 Frekuensi Kecerdasan Spiritual Siswa SD Ambarketawang ... 54
Tabel 4.4 Kecerdasan Spiritual SD Ambarketawang ... 55
Tabel 4.5 Frekuensi Kecerdasan Spiritual Siswa SDIT ... 57
Tabel 4.6 Kecerdasan Spiritual SDIT Insan Utama ... 58
Tabel 4.7 Tes Normalitas Data... 64
Tabel 4.8 Uji Homogenitas Data ... 65
Tabel 4.9 Grup Statistik ... 67
(10)
Ambarketawang 2 ... 56 Gambar 1.2 Tingkat Kecerdasan Spiritual Siswa SDIT Insan Utama ... 59
(11)
PERBANDINGAN KECERDASAN SPIRITI}AL ANTARA STSWA SI} MUEAMMAI}IYAII AMBARIGTAWANG 2
DENGAN SIXT INSAN T}TAMA
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Telah dimunaqasyahkan
di
depan sidang Munaqasyah program studi Pendidikan Agama Islam pada tanggal3l
Agustus 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.Sidang Dewan Munaqasyah
Ketua
Sidang
: Anita AisahM.psi
('ft,
Yogyakarta, 7 September2Aft
Nama Mahasiswa
NPM
Pembimbing
Penguji
: Maysaroh :20DA72A199
: Dr. Akif Khilmiyah, M.Ag
: Dr. Abd. Madjid, M.Ag.
tv
r*.{rfi$#tfk;X
if
{,ffi,'\*4
g
Mi"ff:+
?\"rt;*
f^ \--'<k-.*]ilfi*
(12)
Utama serta perbedaan kecerdasan spiritual antara siswa SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 dengan SDIT Insan Utama. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan pada dua sekolah yang berbeda, yaitu SD Muhammadiyah Ambarketawang 2, Gamping, Sleman dengan SDIT Insan Utama, Kasihan, Bantul. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak berdasarkan pertimbangan tertentu. Sampel penelitian ini ialah siswa kelas 5 SD dari masing-masing sekolah dengan menyesuaikan jumlah antara satu sekolah dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan kelas 5 adalah siswa yang telah memasuki usia remaja yang mana kecerdasan spiritual akan terlihat pada usia seperti itu juga merupakan siswa yang akan menginjak tahun akhir sehingga bisa dilihat hasil dari pendidikannya selama ini di lembaga pendidikan Islam tersebut. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini ialah Uji-T (T-Test) Sampel Independen.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Tingkat kecerdasan spiritual siswa SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 termasuk dalam kategori sedang. Terbukti bahwa 43% dari jumlah responden memiliki kecerdasan spiritual baik. 2) Tingkat kecerdasan spiritual siswa SDIT Insan Utama termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini dibuktikan oleh prosentase 46% dari jumlah responden memiliki kecerdasan spiritual sangat baik. 3) Terdapat perbedaan kecerdasan spiritual yang sangat signifikan antara siswa SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 dengan SDIT Insan Utama. Hal ini ditunjukkan pada nilai signifikansi 0.001 ≤ 0.01 yang berarti terdapat perbedaan kecerdasan spiritual yang sangat signifikan antara siswa SD Muhamammdiyah Ambarketawang 2 dengan SDIT Insan Utama.
(13)
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal penting bagi manusia dalam kehidupannya. Dengan adanya pendidikan, diharapkan seorang manusia mampu melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan maksimal. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1 tentang ketentuan umum pendidikan, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013: 1).
Fokus utama pendidikan diletakkan pada tumbuhnya kecerdasan anak yaitu kepribadian yang sadar akan dirinya atau kesadaran budi sebagai pangkal dari kecerdasan kreatif. Dari akar kepribadian yang sadar diri atau suatu kualitas budi luhur inilah seorang manusia bisa terus berkembang mandiri di tengah lingkungan sosial yang terus berubah semakin cepat. Orang yang cerdas adalah orang yang tidak pernah hilang akal atau putus asa, karena selalu bisa menggunakan nalarnya guna memahami dan memecahkan persoalan yang sedang dihadapinya. Kualitas pribadi yang cerdas adalah dasar orientasi pendidikan kecerdasan, kebangsaan, demokrasi, dan
(14)
kemanusiaan. Ide ini seharusnya nampak lebih jelas dalam pendidikan yang dikembangkan oleh gerakan keagamaan yang disebut Pendidikan Islam (Mulkhan, 2002: 1).
Lembaga Pendidikan Islam menjadi harapan sebagai wadah yang membina manusia, mengarahkan siswa untuk menjadi manusia yang tidak hanya cerdas secara kognitif, melainkan manusia yang cerdas, taqwa, terampil, dan berakhlakul karimah (Visi SD Muhammadiyah Ambarketawang 2). Hal ini dikarenakan kecerdasan intelektual saja tidak cukup untuk mewujudkan manusia yang seutuhnya. Perlu adanya peningkatan kecerdasan lain yang dapat menjadikan seorang siswa dapat menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidupnya lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan spiritual, landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan lainnya (IQ dan EQ) secara efektif. Bahkan kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi kita (Zohar dan Marshall, 2007: 4).
Namun pada kenyataannya, kebanyakan dari masyarakat Indonesia beranggapan bahwa Lembaga Pendidikan Islam tidak keseluruhan menghasilkan manusia yang tidak cerdas secara kognitif saja melainkan cerdas kognitif dan juga spiritual. Antara satu lembaga pendidikan Islam lebih baik pendidikan kecerdasan spiritualnya jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan Islam lainnya. Hal ini merupakan hal yang di luar kata wajar
(15)
ketika ada kesamaan visi, misi dan tujuan dari dua lembaga pendidikan Islam ini. Hal ini menyebabkan sebagian besar masyarakat memandang salah satu lembaga pendidikan Islam lebih baik dan lebih layak untuk menitipkan anak-anak mereka guna membentuk mereka menjadi generasi-generasi yang cerdas dan islami.
Beberapa faktor menjadi penyebab perbedaan output atau lulusan dari dua lembaga pendidikan Islam yang berbeda. Salah satu di antaranya adalah ketidakseiramaan pendapat antara satu guru dengan guru lainnya pada sebuah lembaga pendidikan Islam. Hal ini bisa dilihat ketika beberapa lembaga pendidikan Islam hanya membebankan peningkatan kecerdasan spiritual siswa kepada guru pengampu mata pelajaran Agama Islam, sedangkan guru yang lainnya tidak merasa harus ikut andil dalam peningkatan kecerdasan tersebut. Guru-guru PAI merasa kesulitan jika tidak adanya kerja sama di antara para guru hingga akan terjadi
„pembiaran’ terhadap kesalahan-kesalahan siswa (wawancara dengan guru Agama di SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 tanggal 11 Juni 2016).
Keikutsertaan orang tua dalam pendidikan siswa di luar sekolah adalah peran paling utama dalam pengembangan kecerdasan spiritual. Jika tidak ada pemenuhan tanggung jawab pendidikan oleh orang tua ketika siswa pulang dari sekolah, maka pendidikan yang dilakukan di sekolah bisa saja menjadi hal yang sia-sia. Terlebih ketika siswa berada di rumah, justru pendidikan yang buruk adalah pemandangan yang biasa. Perlu adanya penekanan bahwa pendidikan tetap menjadi tanggung jawab penuh orang tua, lembaga pendidikan Islam hanyalah wadah yang membantu mengembangkan kecerdasan siswa jika berada di sekolah (wawancara dengan guru Agama Islam SDIT Insan Utama tangga 18 Juni 2016).
Pemahaman mengenai perbedaan kualitas lembaga pendidikan Islam ini akan berdampak buruk jika terus berlanjut dan tidak ada usaha untuk perbaikan. Masyarakat akan memilih mengamanahkan anak-anak mereka ke sekolah umum karena merasa tidak mendapatkan hasil yang maksimal dalam pengembangan keagamaan anak sekalipun telah diamanahkan ke lembaga pendidikan Islam. Padahal, lembaga pendidikan Islam inilah yang seharusnya
(16)
lebih unggul dalam pembentukan kecerdasan spiritual di samping kecerdasan lainnya daripada lembaga pendidikan umum. Begitu pula dengan guru-guru PAI, ilmu yang dipelajari selama menjadi calon guru hanya akan sia-sia dan tidak teraplikasikan dengan baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membuktikan apakah benar adanya perbedaan kecerdasan spiritual yang sangat besar antara dua lembaga pendidikan Islam. Penelitian ini akan dilakukan pada dua sekolah yang berbeda yayasan. Salah satunya ialah SD Muhammadiyah Ambarketawang 2, Gamping, Sleman, Yogyakarta dan sekolah lainnya ialah SDIT Insan Utama Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Kedua sekolah ini berbeda yayasan tetapi memiliki visi dan misi yang sama, akan tetapi dalam penerapannya ada beberapa perbedaan yang menyebabkan adanya perbedaan hasil dari pendidikan tersebut.
Penelitian akan dilakukan terhadap siswa kelas 5 SD pada masing-masing sekolah. Hal ini dikarenakan siswa kelas 5 adalah adalah siswa yang akan memasuki usia remaja yang mana kecerdasan spiritual akan terlihat pada usia seperti itu juga merupakan siswa yang akan menginjak tahun akhir sehingga bisa dilihat hasil dari pendidikannya selama ini di lembaga pendidikan Islam tersebut.
B. Rumusan Masalah
Masalah perlu memenuhi syarat-syarat agar perumusan masalah
(17)
belakang masalah di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang di
antaranya adalah:
1. Bagaimana kecerdasan spiritual siswa kelas 5 SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 Sleman Yogyakarta?
2. Bagaimana kecerdasan spiritual siswa kelas 5 SDIT Insan Utama Bantul Yogyakarta?
3. Adakah perbedaan kecerdasan spiritual antara siswa kelas 5 SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 dengan SDIT Insan Utama?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kecerdasan spiritual siswa kelas 5 SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 Sleman Yogyakarta.
2. Mengetahui kecerdasan spiritual siswa kelas 5 SDIT Insan Utama Bantul Yogyakarta.
3. Menganalisis perbedaan kecerdasan spiritual antara siswa kelas 5 SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 dengan SDIT Insan Utama.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu pendidikan Islam.
(18)
2. Kegunaan Praktis
a. Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya, dan penentu kebijakan lembaga pendidikan, serta pemerintah secara umum.
b. Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia sebagai solusi terhadap permasalahan pendidikan dan masyarakat yang ada.
E. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran pembahasan secara menyeluruh dan sistematis dalam penulisan ini, akan disusun sistematika sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan yang diawali dengan menampilkan latar belakang masalah dilakukannya penelitian ini yang akan menguraikan kajian pokok penelitian. Kemudian berdasarkan latar belakang masalah yang ada, dilanjutkan dengan perumusan masalah yang akan diteliti, dan juga dicantumkan tujuan serta manfaat dari penelitian ini. Kemudian dilanjutkan dengan membuat suatu kerangka teoritik dan metode penelitian yang menggambarkan serta menerangkan cara-cara yang ditempuh dalam penelitian dan yang terakhir adalah menyusun sistematika penulisan.
Bab II merupakan bab tinjuan pustaka dan kerangka teoritik. Bab ini memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teoritik relevan dan terkait dengan tema skripsi, yaitu mengenai Kecerdasan Spiritual.
(19)
Bab III merupakan bab metode penelitian. Pada bab ini akan dibahas secara rinci metode penelitian yang digunakan peneliti beserta justifikasi/alasannya; jenis penelitian, desain, lokasi, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, definisi konsep dan variabel, serta analisis data yang digunakan.
Bab IV merupakan bab hasil dan pembahasan. Pada bab ini akan dicantumkan 1). Hasil penelitian, klasifikasi pembahasan disesuaikan dengan pendekatan, sifat penelitian dan rumusan masalah atau fokus penelitian. 2). Pembahasan, Sub pembahasan.
Bab V merupakan bab penutup. Pada bab ini akan dicantumkan kesimpulan, saran-saran atau rekomendasi. Kesimpulan menyajikan secara ringkas seluruh penemuan yang diperoleh berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Saran-saran dirumuskan berdasarkan hasil penelitian, berisi uraian mengenai langkah-langkah apa yang perlu diambil oleh pihak-pihak yang berkaitan.
(20)
A. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian sebelumnya ada beberapa hasil penelitian yang memiliki hubungan dengan permasalahan penelitian ini:
Penelitian yang berjudul Perbedaan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran PAI dengan Menggunakan Multiple Intelligences Antara SDIT Nurul Islam dan SDIT Insan Utama (Arifin, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keaktifan siswa dalam pembelajaran PAI antara SDIT Nurul Islam dengan SDIT Insan Utama. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan keaktifan siswa dalam pembelajara PAI. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi Thitung 0,419 <
Ttabel 1,6646, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Penelitian ini berfokus pada
perbedaan keaktifan siswa dalam pembelajaran PAI, sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan berfokus pada perbedaan kecerdasan spiritual antara siswa SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 dengan SDIT Insan Utama.
Penelitian yang berjudul Analisis Komparatif Perbedaan Tingkat Religiusitas Siswa di Lembaga Pendidikan Pesantren, MAN, dan SMU
(Ismail, 2009). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada tingkat religiusitas siswa di Lembaga Pendidikan pesantren, MAN, dan SMU. Perbedaan dengan penelitian yang akan
(21)
dilakukan oleh peneliti ialah pada objek perbendingannya, yaitu tingkat religiusitas dan kecerdasan spiritual.
Penelitian yang berjudul Studi Komparasi Kemampuan Membaca al-Qur`an Siswa kelas IV SD Muhammadiyah Beji dan SD Muhammadiyah Bogor Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul (Wibowo, 2010). Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca al-Qur`an antara siswa kelas IV SD Beji dan SD Muhammadiyah Bogor. Penelitian ini menekankan pada perbedaan kemampuan membaca al-Qur`an saja. Penelitian ini hanya berfokus pada perbedaan kemampuan membaca al-Qur`an siswa, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti berfokus pada perbedaan kecerdasan spiritual secara umum.
Penelitian yang berjudul Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswi Tsanawiyah yang Tinggal di Asrama dan yang Tidak Tinggal di Asrama Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta 2010 (Subekti, 2010). Penelitian ini berfokus pada perbedaan prestasi belajar siswi Tsanawiyah yang berasrama dan tidak berasrama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar yang signifikan di antara kedua tipe siswi tersebut. Jika pada penelitian ini mencari perbedaan prestasi belajar antara siswi Tsanawiyah yang tinggal di asrama dan yang tidak tinggal di asrama, maka penelitian yang akan dilakukan peneliti mencari perbedaan kecerdasan spiritual antara siswa SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 dengan SDIT Insan Utama.
(22)
Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Di antaranya ialah, penelitian-penelitian ini akan berfokus pada perbandingan kecerdasan spiritual antara siswa kelas 5 SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 dengan SDIT Insan Utama. Obyek penelitian pun berbeda dengan penelian sebelumnya, yaitu siswa kelas 5 SD yang berada pada masing-masing sekolah dan penelitian ini, membandingkan kecerdasan spiritual siswa yang bersekolah di lembaga pendidikan Islam yang berbeda yayasan.
B. Kerangka Teoritik
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Secara konseptual, kecerdasan spiritual terdiri atas gabungan kata kecerdasan dan spiritual. Dalam kamus bahasa Salim’s Ninth Collegiate
English-Indonesian Dictionary (Salim, 2000: 1423), kata spirit memiliki sepuluh arti etimologis bila diperlakukan sebagai kata benda. Lalu, bila spirit
diperlakukan sebagai kata kerja atau kata sifat, memiliki beberapa arti pula. Dari kesepuluh arti itu, dipersempit menjadi tiga arti saja, yaitu yang berkaitan dengan moral, semangat, dan sukma. Dari sini dapat diartikan bahwa spiritual sebagai suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan dalam membangkitkan semangat, misalnya. Dengan kata lain, bagaimana seseorang benar-benar memperhatikan dan menunjukkan jiwa atau sukma dalam menyelenggarakan kehidupan di bumi. Selain itu, apakah perilakunya merujuk ke sebuah tatanan moral yang benar-benar luhur dan agung (Doe dan Walch, 2001: 5).
(23)
Ada beberapa yang berpendapat bahwa kata spirit secara etimologi berasal dari bahasa Latin spiritus, yang di antaranya berarti ruh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadah, nafas hidup, nyawa hidup. Dalam perkembangannya, kata spirit diartikan secara lebih luas. Para filsuf mengonotasikan spirit dengan; (1) kekuatan yang manganimasi dan memberi energi pada kosmos, (2) kesadaran yang berkaitan dengan kemampuan, keinginan, dan inteligensi, (3) makhluk immaterial, (4) wujud ideal akal pikiran (intelektualitas, rasionalitas, moralitas, kesucian atau keIlahian), (Wahab dan Umiarso, 2011: 47).
Spiritual berasal dari bahasa Latin yaitu spiritus yang berarti prinsip yang memfasilitasi suatu organisme, bisa juga dari bahasa Latin sapientia
(sophia dalam bahasa Yunani) yang berarti kearifan-kecerdasan kearifan (wisdom intelligence), (Zohar dan Marshall, 2005: 115). Dalam kamus psikologi, spirit adalah suatu zat atau makhluk immaterial, biasanya bersifat ketuhanan menurut aslinya, yang diberi sifat dari banyak ciri karakteristik manusia, kekuatan, tenaga, semangat, vitalitas energi disposisi, moral atau motivasi (Chaplin, 1989: 480).
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marshall, 2007: 4).
(24)
Kecerdasan spiritual melibatkan kemampuan dalam menghidupkan kebenaran yang paling dalam. Itu berarti mewujudkan hal yang terbaik, utuh dan paling manusiawi dalam batin. Gagasan, energi, nilai, visi, dorongan dan arah panggilan hidup mengalir dari dalam, yaitu dari suatu keadaan kesadaran yang hidup bersama cinta. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual menjadikan manusia hidup dengan sesama yang dijalin dengan cinta, ikhlas, dan ihsan yang semua itu bermuara pada Ilahi (Wahab dan Umiarso, 2011: 49-50).
Toto Tasmara dalam bukunya Kecerdasan Ruhaniah (Trancendental Intelligence) menyatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya, baik buruk dan rasa moral dalam caranya menempatkan diri dalam pergaulan (dalam Wahab dan Umiarso, 2011: 50).
Menurut Ary Ginanjar Agustian dalam buku ESQ, menyebutkan bahwa SQ adalah kemampuan untuk memeberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya atau sebenar-benarnya manusia (hanif), dan memiliki pola pemikiran integralistik (tauhidi), serta berprinsip
“hanya karena Allah” (dalam Wahab dan Umiarso, 2011: 50).
Dari berbagai definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sudah terdapat dalam diri setiap manusia, bahkan semenjak dilahirkan ke dunia. Kecerdasan ini yang membuat manusia menjalani hidup dengan penuh makna, selalu
(25)
mendengarkan suara hati nuraninya, tak pernah merasa sia-sia, semua yang dijalaninya selalu bernilai. Maka, kecerdasan spiritual ini dapat membantu seseorang untuk membangun dirinya secara utuh. Semua yang dijalani tidak semata-mata berasal dari rasio saja, melainkan juga menggunakan hati nurani karena hati nurani adalah pusat kecerdasan spiritual. Oleh karenanya, kecerdasan spiritual menyingkap kebenaran hakiki yang lebi sering tersembunyi di tengah adegan-adegan hidup yang serba palsu dan menipu (Wahab dan Umiarso, 2011: 52).
2. Manfaat Kecerdasan Spiritual
Ada beberapa manfaat yang didapatkan ketika seseorang menerapkan kecerdasan spiritual, di antaranya adalah sebagai berikut: (Wahab dan Umiarso, 2011: 58-60).
a. Kecerdasan spiritual menyalakan manusia untuk menjadi manusia seperti adanya sekarang dan memberi potensi untuk menyalakan lagi yaitu untuk tumbuh dan berubah, serta menjalani lebih lanjut evolusi potensi manusiawinya.
b. Untuk menjadi kreatif, luwes, berwawasan luas, atau spontan secara kreatif.
c. Untuk berhadapan dengan masalah eksistensial, atau saat merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran, dan masalah masa lalu akibat penyakit dan kesedihan. Kecerdasan spiritual menjadikan seseorang sadar bahwa memiliki masalah setidak-tidaknya bisa berdamai dengan masalah
(26)
tersebut. Kecerdasan spiritual juga memberi semua rasa yang dalam mengenai perjuangan hidup.
d. Menjadi pedoman saat berada di tengah-tengah masalah yang paling menantang. Masalah-masalah eksistensial yang paling menantang dalam hidup berada di luar yang diharapkan dan dikenal, di luar aturan-aturan yang telah diberikan, melampaui masa lalu, dan melampaui sesuatu yang dihadapi.
e. Mendorong untuk menjadi lebih cerdas secara spiritual dalam beragama. Kecerdasan spiritual membawa segala sesuatu ke jantung, ke kesatuan di balik perbedaan, ke potensi di balik ekspresi nyata. Kecerdasan spiritual mampu menghubungkan dengan makna dan ruh esensial di belakang semua agama besar. Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi, mungkin menjalankan agama tertentu, tapi tidak secara picik, ekslusif, fanatik, atau prasangka.
f. Berperan menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dengan orang lain. Kecerdasan spiritual membuat seseorang mempunyai pemahaman tentang siapa dirinya, apa makna segala sesuatu baginya, dan bagaimana semua itu memberikan suatu tempat di dalam dirinya kepada orang lain dan makna-makna mereka bagi dirinya.
g. Mendorong untuk mencapai perkembangan diri yang lebih utuh karena setiap orang memiliki potensi untuk itu. Masing-masing membentuk suatu karakter melalui gabungan antara pengalaman dan visi, ketegangan antara
(27)
apa yang benar-benar dilakukan dan hal-hal yang lebih besar dan lebih baik yang mungkin dilakukan. Kecerdasan spiritual membantu tumbuh melebih ego terdekat diri dan mencapai lapisan yang lebih dalam yang tersembunyi di dalam diri. Ia membantu seseorang menjalani hidup pada tingkatan makna yang lebih dalam.
h. Membantu dalam mengahadapi masalah baik dan jahat, hidup dan mati, dan asal-usul sejati dari penderitaan dan keputusasaan manusia. Agar memiliki spiritual secara utuh, terkadang harus melihat wajah neraka, mengetahui kemungkinan untuk putus asa, menderita, sakit, kehilangan dan tetap tabah menghadapinya.
i. M. Quraish Shihab dalam bukunya Dia Ada di Mana-mana mengatakan bahwa kecerdasan spiritual melahirkan iman yang kokoh dan rasa kepekaan yang mendalam. Kecerdasan semacam inilah yang menegaskan wujud Allah yang dapat ditemukan di mana-mana. Kecerdasan yang melahirkan kemampuan untuk menemukan makna hidup, memperhalus budi pekerti, dan dia juga melahirkan indera keenam bagi manusia.
Manfaat terpenting dari kecerdasan spiritual adalah untuk memahami bahwa setiap detik, dan desah nafas selalu diperhatikan Allah dan tidak pernah luput dari pengawasan-Nya. Kecerdasan spiritual juga mampu mengintegrasi kekuatan otak dan hati manusia dalam membangun karakter dan kepribadian tangguh berdasarkan nilai-nilai mulia kemanusiaan (Wahab dan Umiarso, 2011: 60).
(28)
3. Ciri-ciri Anak yang Memiliki Kecerdasan Spiritual Tinggi
Ada beberapa ciri-ciri atau karakteristik seorang anak yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi menurut Marsha Sinetar. Karakteristik ini biasanya sudah mulai tampak ketika anak mulai beranjak menuju masa remaja dan akan menjadi mapan ketika mencapai masa dewasa. Karakteristik ini juga dipengaruhi oleh lingkungan anak itu sendiri. Adapun karakteristik tersebut yaitu: (dalam Safaria, 2007: 26-28)
a. Kesadaran diri yang mendalam, intuisi yang tajam, kekuatan keakuan (ego-strenght), dan memiliki otoritas bawaan. Ciri utama munculnya kesadaran diri yang kuat adalah memiliki kemampuan untuk memahami dirinya sendiri serta memahami emosi-emosinya yang muncul, sehingga mampu berempati dengan apa yang terjadi pada orang lain. Anak-anak ini juga memiliki intuisi bawaan yang tajam, semisal mampu melihat kejadian-kejadian akan datang secara akurat. Sehingga anak mampu mengendalikan perilakunya sendiri. Juga mampu mengendalikan dorongan-dorongan bawah sadarnya, sehingga perilaku anak seperti sosok dewasa yang matang. Di samping juga memiliki kepercayaan diri tinggi dan kemauan keras untuk mencapai tujuannya serta memiliki keyakinan dan prinsip-prinsip hidup.
b. Anak memiliki pandangan luas terhadap dunia dan alam. Ia melihat diri sendiri dan orang lain saling terkait, menyadari bahwa bagaimanapun kosmos ini hidup dan bersinar. Artinya, ia memiliki sesuatu yang disebut sebagai cahaya subyektif, sehingga mampu melihat bahwa alam adalah
(29)
sahabat bagi manusia, hingga ia memiliki perhatian yang mendalam terhadap alam sekitarnya, dan mampu melihat bahwa alam raya ini diciptakan oleh Dzat Yang Maha Tinggi yaitu Tuhan.
c. Moral tinggi, pendapat yang kokoh, kecenderungan untuk merasa gembira, mengalami pengalaman-pengalaman puncak, atau bakat-bakat estetis. Anak-anak ini mempunyai kecerdasan moral yang tinggi, mampu memahami nilai-nilai kasih sayang, penghargaan dan cinta. Menunjukkan perhatian kepada orang-orang di sekitarnya dan tidak suka menyakiti. Suka berinteraksi dan menjadi teman yang baik. Memiliki keberanian untuk mengajukan pendapatnya secara kokoh, mampu menerima pencerahan dari berbagai sumber, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan cenderung selalu merasa gembira dan membuat orang lain gembira. Juga memiliki nilai keindahan dengan baik, tidak suka merusak hal-hal di sekitarnya dan mencintai segala sesuatu yang indah seperti bunga-bunga.
d. Pemahaman tentang tujuan hidupnya. Anak dapat merasakan arah nasibnya, melihat berbagai kemungkinan, seperti cita-citanya yang sempurna di antara hal-hal yang biasa. Sejak awal sudah memiliki impian tentang cita-citanya di masa depan. Terkadang mampu menggambarkan kehidupannya di masa depan, memiliki visi yang tajam dan mampu menerapkan misi yang dibuatnya sendiri dalam hidupnya. Juga mampu menangkap hubungan antara impian, usaha keras dan pencapaian cita-cita. e. Kelaparan tak terpuaskan akan hal-hal selektif yang diminati. Pada
(30)
kepentingan orang lain atau keinginan untuk berkontribusi kepada orang lain. Memiliki keinginan untuk selalu menolong orang lain, menunjukkan rasa kasih sayang terhadap orang lain, bersahabat dan senang berinteraksi dengan orang lain. Juga memiliki ketekunan dalam mencapai keinginannya, dan selalu berusaha untuk secara terus menerus mencapai impiannya itu.
f. Gagasan-gagasan yang segar dan memiliki rasa humor dewasa. Kemampuan anak melihat keterkaitan antara dirinya, alam dan kosmos secara keseluruhan membuatnya mampu memunculkan gagasan-gagasan baru yang bermanfaat bagi lingkungannya. Atau memiliki kecendrungan untuk melayani sesama manusia melalui kegiatan-kegiatan yang kongkrit dan nyata.
g. Pandangan pragmatis dan efisien tentang realitas. Anak memiliki kemampuan untuk bertindak praktis. Meskipun tidak selalu, tetapi kemampuan ini sudah tampak sejak anak beranjak remaja. Mampu melihat situasi sekitar, mau peduli dengan kesulitan orang lain. Tidak menuntut orang tuanya dengan paksaan.
Frances Vaughan (1992) yang merupakan seorang ahli psikologi transpersonal mengemukakan beberapa aspek spiritualitas yang sehat di dalam tulisannya yang berjudul Spiritual Issues in Psychoterapy pada Journal of Transpersonal Psychology. Aspek-aspek tersebut di antaranya ialah selalu mengetengahkan kebebasan dan kemerdekaan manusia, otonomi yang kokoh,
(31)
harga diri dan juga menunjukkan tanggung jawab sosial yang matang (dalam Safaria, 2007: 29).
Vaughan kemudian menyajikan karakteristik spiritual yang sehat tersebut yaitu: (Safaria, 2007: 30-34)
a. Autentik. Menjadi autentik berarti bertanggung jawab dan jujur terhadap diri sendiri. Hal ini juga ditunjukkan dengan seiya-sekatanya antara keyakinan, prinsip-prinsip, pikiran, perkataan, perasaan, dan tindakan. Individu tidak menjadi palsu dan hipokrit.
b. Melepaskan masa lalu. Orang yang sehat secara spiritual adalah individu yang mampu memaafkan dan tidak hidup di masa lalu. Ia menghadapi kehidupannya di sini dan kini, dimana seluruh energi dan perhatiannya dipusatkan pada kegiatan-kegiatan positif yang ada di hadapannya, tidak terikat dengan masa lalu yang telah berlalu. Kemampuan untuk melepaskan rasa bersalah dan dendam masa lalu menjadi salah satu syarat pencapaian spiritualitas yang tinggi, jika jiwa dipenuhi oleh dendam-dendam masa lalu, maka ia akan merana yang pada akhirnya merusak potensi untuk pencapaian kedamaian spiritual.
c. Menghadapi ketakukan sendiri. Orang yang hebat secara spiritual adalah orang yang mampu menghadapi ketakutannya sendiri dengan cara bertanggung jawab. Tidak lari atau bersembunyi dari ketakutan, atau mencari-cari cara yang neurotis agar terhindar dari ketakutannya itu. Karena menurut Vaughan, kedamaian itu diperoleh melalui pembukaan
(32)
diri terhadap ketakutan, terhadap himpitan kehidupan yang pahit dan berjuang untuk mengalahkannya secara sehat.
d. Pemahaman dan memaafkan. Pemahaman akan diri sendiri merupakan langkah menuju spiritual yang sehat. Memahami keseluruhan akan diri sendiri berarti menyadari keberadaan dirinya di dunia. Hal ini mampu membuat melihat secara jelas eksistensi diri sendiri sehingga melalui hal itu dapat mengembangkan visi dan misi hidup sendiri. Karena melalui pemahaman akan diri sendiri kita akan mampu memahami orang lain. Ketika kita telah menerima dan memaafkan diri sendiri, saat itu pula kita membuka hati untuk memaafkan orang lain. Kemampuan berempati merupakan salah satu tolak ukur dari adanya spiritual yang sehat dalam siri seseorang.
e. Cinta dan kasih sayang. Kemampuan untuk memberikan cinta dan kasih sayang merupakan karakteristik dari orang yang sehat secara spiritual. Cinta memberikan kekuatan untuk mencerahkan eksistensi kehidupan manusia tanpa kebencian dan ketakutan untuk dikuasai. Melalui cinta dan kasih sayang, kebermaknaan spiritual akan dicapai, sehingga melalui cinta jiwa dapat tercerahkan.
f. Tanggung jawab sosial. Salah satu kriteria selanjutnya dari seseorang yang memiliki spiritual yang sehat adalah sikap tanggung jawab sosialnya. Salah satu kriteria selanjutnya ialah sikap tanggung jawab sosial. Yaitu menunjukkan rasa kepedulian terhadap orang lain, memiliki sikap mau menolong ketika melihat kesusahan orang lain dan melihat kehidupan
(33)
secara realistis. Orang-orang demikian memperoleh kebermaknaan spiritual melalui sikapnya yang proposial. Yakni lebih banyak memberi dari pada menerima. Tidak terjebak dalam egoisme yang mementingkan kesejahteraan diri sendiri, namun ikut membantu secara nyata demi peningkatan kesejahteraan orang lain.
g. Kesadaran. Seseorang yang memiliki spiritual yang sehat memiliki kesadaran diri yang tinggi. Dengan kesadaran ini mereka mampu memahami gejolak perasaannya sendiri dan memahami tujuan-tujuan hidupnya yang pada akhirnya mampu menghayati kehidupan secara arif dan bermakna. Kesadaran ini membawa manusia menuju penghayatan yang lebih mendalam akan eksistensinya, termasuk di dalamnya penghayatan akan dunia spiritualitasnya sendiri.
h. Kedamaian. Seseorang yang sehat secara spiritual memperoleh kedamaian di dalam dirinya sendiri. Dengan kedamaian yang diperolehnya tersebut, dia kemudian menularkannya kepada orang lain. Mereka adalah orang-orang yang lebih gemar menciptakan kedamaian antar umat manusia, mengetengahkan kehidupan harmonis, dan menolak kekerasan dengan alasan apapun.
i. Pembebasan. Seseorang yang sehat secara spiritual juga adalah orang yang tidak menginginkan pengeksploitasian dan memanipulasi orang untuk kepentingannya sendiri. Tetapi berkeinginan yang kuat untuk membebaskan orang lain, sehingga mereka mampu memenuhi aktualisasi dirinya secara penuh.
(34)
Kecerdasan spiritual membutuhkan spiritual yang sehat. Hal ini dikarenakan keduanya merupakan satu kesatuan yang saling terkait satu sama lain. Dengan demikian, seseorang yang cerdas secara spiritual adalah orang yang juga sehat secara spiritual, begitu pula sebaiknya. Menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan dan kesehatan spiritual pada anak merupakan peran utama orang tua, sekalipun telah diamanahkan ke lembaga pendidikan, orang tua tetap tidak bisa hanya menggantungkan pengembangan kecerdasan spiritual anak kepada guru dan pihak lembaga pendidikan (Safaria, 2007: 35). 4. Kecerdasan Spiritual dan Agama
Kecerdasan spiritual tidak mesti berhubungan dengan agama. Sebagian orang mungkin menemukan cara pengungkapan kecerdasan spiritual melalui agama formal, tetapi beragama tidak menjamin kecerdasan spiritual yang tinggi. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan internal
bawaan otak dan jiwa manusia, yang sumber terdalamnya ialah inti alam semesta sendiri, sedangkan agama formal adalah seperangkat aturan dan kepercayaan yang dibebankan secara eksternal, bersifat top-down, diwarisi dari pendeta, nabi dan kitab suci atau ditanamkan melalui keluarga dan tradisi (Zohar dan Marshall, 2000: 8).
5. Menguji Kecerdasan Spiritual
Tanda-tanda dari kecerdasan spiritual yang telah berkembang dengan baik mencakup hal-hal berikut: (Zohar dan Marshall. 2000: 14)
a. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif) b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi
(35)
c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
g. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan holistik)
h. Kecenderungan nyata untuk bertanya “Mengapa” atau “Bagaimana jika?” untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar
i. Mejadi apa yang disebut oleh para psikologi sebagai “bidang mandiri” – yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.
Seseorang yang tinggi kecerdasan spiritualnya juga cenderung menjadi seorang pemimpin yang penuh pengabdian-yaitu seorang yang bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada orang lain dan memberikan petunjuk penggunaannya. Dengan kata lain, seseorang yang memberikan inspirasi kepada orang lain.
6. Kecerdasan Spiritual pada remaja
Ada beberapa ciri-ciri atau karakteristik seorang anak yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi menurut Marsha Sinetar. Karakteristik ini biasanya sudah mulai tampak ketika anak mulai beranjak menuju masa remaja dan akan menjadi mapan ketika mencapai masa dewasa. Karakteristik ini juga dipengaruhi oleh lingkungan anak itu sendiri. Adapun karakteristik tersebut yaitu: (dalam Safaria, 2007: 26-28)
(36)
Masa remaja adalah masa di mana seorang anak berjuang memisahkan diri secara moral dari orang-orang yang lebih dewasa terutama orang tuanya, namun pada waktu yang sama tetap berhubungan dengan mereka untuk mendapatkan hidup yang berharga. Hasil perjuangan seperti itu seringkali merupakan kelumpuhan moral, suatu rasa penyimpangan moral, yang melemahkan, yang sulit dilepaskan (Coles, 2003: 167).
Anak-anak yang telah menginjak masa remaja, atau sedang menginjak masa-masa peralihan menuju remaja masih berpegang teguh pada aturan dan nilai-nilai yang ditanamkan pada mereka sejak kecil, seperti anak remaja harus pulang pada jam tertentu, bahwa mereka harus berpakaian dengan cara-cara tertentu bukan dengan cara-cara-cara-cara lainnya, bahwa mereka harus memikul tanggung jawab tertentu di rumah, dengan tetangga. Nilai-nilai seperti itu tetap tertanam pada dirinya sekalipun terlihat tidak sungguh-sungguh dengan itu. Sikap suka memberontak menghasilkan pertengkaran-pertengaran kecil dengan orang yang lebih dewasa di sekitarnya (Coles, 2003: 169). Hal-hal seperti ini kemudian yang akan memperlihatkan dengan jelas kecerdasan spiritual seseorang, karena pada usia menginjak remaja, terjadi ledakan-ledakan dalam dirinya.
Pada usia seperti ini perlu dijalin hubungan yang lebih baik terhadap para remaja, terlebih hubungan dengan orang tua. Perlu ditanamkan hubungan sejenis persahabatan, suatu keterbukaan, menghapus kecurigaan, menyatukan pandangan mengenai apa yang dicita-citakan, dan bergandengan tangan (Coles, 2003: 206). Aturan dan nilai-nilai sudah seharusnya ditanamkan
(37)
sedari kecil, sehingga ketika menginjak usia remaja, tugas orang tua atau guru hanyalah berupa pendekatan yang lebih baik agar aturan dan nilai-nilai tersebut dapat terealisasi dengan baik dalam kehidupan remaja seorang anak. 7. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual
a. Pendidikan Keluarga
Kecerdasan spiritual seorang siswa tidak melulu didapatkan dari sekolah atau pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah. Hal terpenting yang dapat menumbuhkan kecerdasan spiritual seorang siswa ialah pengawasan orang tua, lingkungan sekitar dan kebiasaan yang baik. Orang tua memiliki peran terpenting dalam menumbuhkan kecerdasan spiritual siswa, sekalipun ada beberapa anak di dunia ini yang justru memiliki kecerdasan spiritual tinggi dikarenakan ketidakbaikan pengasuhan orang tuanya. Karena pada dasarnya, kecerdasan spiritual itu ialah potensi yang telah ada dalam diri manusia sejak ia dilahirkan. Kemudian faktor-faktor lainnya ikut mendukung perkembangan kecerdasan spiritual tersebut.
Seorang anak membutuhkan pemeliharaan, pengawasan dan bimbingan yang serasi dan sesuai agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat berjalan secara baik dan benar. Manusia memang bukan makhuk instinktif secara utuh, sehingga ia tidak mungkin berkembang dan bertumbuh secara instinktif sepenuhnya. Maka dari itu, menurut W.H. Clark, bayi memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu dan pengawasan serta pemeliharaan yang terus menerus sebagai latihan dasar dalam pembentukan kebiasaan dan sikap-sikap tertentu agar ia memiliki kemungkinan untuk
(38)
berkembang secara wajar dalam kehidupan di masa datang (dalam Jalaluddin, 2001: 217-218).
b. Pendidikan Kelembagaan
Pelajaran-pelajaran di sekolah menjadi penting bagi perkembangan kecerdasan spiritual siswa, di samping memberikan ilmu pengetahuan tambahan bagi siswa untuk membantu mereka lebih mengenal perbedaan antara baik dan buruk, juga metode pembiasaan yang diterapkan di sekolah membantu sedikit lebih banyak. Oleh karenanya, pendidikan di sekolah juga menjadi penting di samping pendidikan dari orang tua, sehingga jika terdapat sebuah jalinan yang baik antara pendidikan dari sekolah dengan pengawasan orang tua, kecerdasan spiritual siswa juga dapat berkembang lebih baik.
Selain itu, sejalan dengan fungsi dan perannya, maka sekolah sebagai kelembagaan pendidikan adalah pelanjut dari pendidikan keluarga. Karena keterbatasan orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, maka mereka di serahkan ke sekolah-sekolah. Sejalan dengan kepentingan dan masa depan anak-anak, terkadang orang tua sangat selektif dalam menentukan tempat untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Mungkin saja para orang tua yang taa beragama akan memasukkan anak-anaknya ke sekolah agama dengan harapan secara kelembagaan sekolah tersebut dapat memberi pengaruh dalam membentuk kepribadian anak-anak mereka (Jalaluddin, 2001: 219).
Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan memberi pengaruh bagi pembentukan kecerdasan spiritual pada anak. Namun demikian besar kecilnya pengaruh dimaksud dangat tergantung pada berbagai
(39)
faktor yang dapat memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama. Sebab pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu pendidikan agama lebih dititikberatkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama (Jalaluddin, 2001: 220). c. Pendidikan di Masyarakat
Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga. Para pendidik umumnya sependapat bahwa lapangan pendidikan yang ikut mempengaruhi perkembangan anak didik adalah keluarga, kelembagaan pendidikan dan lingkungan masyarakat. Keserasian antara ketiga lapangan pendidikan ini akan memberikan dampak yang positif bagi perkembangan kecerdasan spiritual anak, termasuk dalam pembentukan jiwa keagamaan mereka (Jalaluddin, 2001: 222).
Asuhan terhadap pertumbuhan anak harus berlangsung secara terus menerus. Oleh karena itu, lingkungan masyarakat akan memberi dampak dalam pembentukan pertumbuhan tersebut. Jika pertumbuhan fisik akan berhenti saat anak mencapai usia dewasa, namun pertumbuhan psikis akan berlangsung seumur hidup. Hal ini menunjukkan bahwa masa asuhan di kelembagaan pendidikan (sekolah) hanya berlangsung selama waktu tertentu. Sebaliknya asuhan oleh masyarakat akan berjalan seumur hidup. Dalam kaitan ini pula terlihat besarnya pengaruh masyarakat terhadap pertumbuhan kecerdasan spiritual sebagai bagian dari aspek kepribadian yang terintegrasi dalam pertumbuhan psikis (Jalaluddin, 2001: 223).
(40)
A. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, hal ini dikarenakan penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan (Fawad, 2013: 5). Proses penelitian ini melibatkan upaya-upaya penting seperti mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan di SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 Sleman Yogyakarta dan SDIT Insan Utama, menganalisis data secara induktif dan menafsirkan makna data.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian komparasi. Penelitian komparasi menurut Suharsimi Arikunto ialah penelitian yang berusaha untuk menemukan persamaan dan perbedaantentang benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja (dalam Sudijono, 2008: 274). Dalam penelitian ini membandingkan tentang kecerdasan spiritual, dan variabel yang dibandingkan hanya dua buah.
(41)
C.Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2016. Selanjutnya kecerdasan spiritual siswa akan diambil dari angket yang diberikan oleh peneliti pada bulan Juli 2016. Adapun tempat penelitian adalah di SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 Sleman Yogyakarta dan SDIT Insan Utama Bantul Yogyakarta.
D.Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atas segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 1999: 115). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 yang bersekolah di SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 dan SDIT Insan Utama.
Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode
purposive sampling yang bertujuan untuk mendapatkan sampel sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Purposive sampling yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak berdasarkan pertimbangan tertentu yang ditentukan dengan tujuan atau permasalahan dalam penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999: 131). Adapun kriteria penentuan sampel adalah sebagai berikut:
a. Siswa kelas 5 yang bersekolah di SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 Sleman Yogyakarta. Siswa kelas 5 SD di sekolah ini berjumlah 28 siswa dengan jumlah kelas yaitu 1 buah rinciannya adalah; (1) siswa laki-laki sebanyak 12 orang, (2) siswa perempuan sebanyak 16 orang. Hal ini dikarenakan siswa kelas 5 adalah siswa yang telah mampu memahami
(42)
maksud dari angket yang akan diberikan juga merupakan siswa yang akan menginjak tahun akhir sehingga bisa dilihat hasil dari pendidikannya selama ini di lembaga pendidikan Islam tersebut.
b. Siswa kelas 5 yang bersekolah di SDIT Insan Utama Bantul Yogyakarta. Siswa kelas 5 SD di sekolah ini berjumlah 84 orang dengan jumlah kelas 3 buah. Maka pemilihan sampel pada sekolah ini akan menyesuaikan jumlah dengan siswa SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 dengan pemilihan 9-10 orang dari setiap kelasnya. Hal ini dikarenakan siswa kelas 5 adalah siswa yang telah mampu memahami maksud dari angket yang akan diberikan juga merupakan siswa yang akan menginjak tahun akhir sehingga bisa dilihat hasil dari pendidikannya selama ini di lembaga pendidikan Islam tersebut.
E.Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2013: 194). Angket ini di susun untuk mengukur ada-tidaknya perbedaan kecerdasan spiritual antara siswa SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 dengan SDIT Insan Utama.
(43)
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala deskriptif (descriptive rating scale) mengikuti bentuk skala sikap dari Likert, berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala persetujuan atau penolakan terhadap pertanyaan atau pernyataan. Penerimaan atau penolakan dinyatakan dalam persetujuan, yang dimulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sampai sangat tidak setuju (Sukmadinata, 2013: 225).
Dalam pembuatan angket, peneliti menggunakan kisi-kisi instrumen kecerdasan spiritual sebagai berikut (Zohar dan Marshall, 2000: 14) :
Tabel. 1.1 Instrumen Penelitian Kecerdasan Spiritual Siswa
No. Indikator Item soal
Favorable Unfavorable
1. Kemampuan bersikap
fleksibel 1,3 2
2. Tingkat kesadaran diri yang
tinggi 4,6 5
3. Kemampuan untuk menghadapi dan
memanfaatkan penderitaan
7 8
4. Kemampuan untuk
menghadapi dan melampaui rasa sakit
9,11,13 10,12
5. Kualitas hidup yang diilhami
oleh visi dan nilai-nilai 14,15,16 -
6. Keengganan untuk
(44)
tidak perlu
7. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
22,24 23
8. Kecenderungan nyata untuk
bertanya “mengapa?” atau “bagaimana jika?” untuk
mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
26 25,27
9. Menjadi apa yang disebut
“bidang mandiri” yaitu
memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi
28 29,30
Jumlah 30 butir soal
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu. Percakapan yang dilakukan melibatkan dua belah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan (Moleong, 2007: 186). Wawancara yang digunakan menggunakan wawancara bebas, yaitu metode wawancara dengan menggunakan pertanyaan yang masih umum, biasanya metode ini digunakan untuk mencari informasi awal atau sebuah isu yang sedang berkembang pada obyek penelitian. Adapun metode ini digunakan untuk memperoleh informasi awal atau isu yang sedang berkembang mengenai kecerdasan spiritual siswa di
(45)
SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 dan SDIT Insan Utama Yogyakarta.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dokumentasi adalah mencari data menyangkut hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2013: 274). Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan melalui dokumen-dokumen dengan mengkaji dokumen berupa letak geografis, sejarah, visi dan misi, profil struktur organisasi, keadaan siswa, sarana dan prasarana yang ada di SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 dan SDIT Insan Utama Yogyakarta. d. Observasi
Teknik pengumpulan data observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan kegiatan atau kejadian yang sedang terjadi (Sukmadinata, 2013: 220). Kegiatan yang diamati meliputi kegiatan pembelajaran dan pembiasaan yang dilakukan oleh siswa di SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 dan SDIT Insan Utama Yogyakarta.
F. Analisis Instrumen
a. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang akan diungkap. Prosedur yang dilakukan dalam uji validitas ini dengan
(46)
cara mengkorelasikan skor-skor pada butir soal dengan skor total. Tabel yang digunakan adalah tabel r atau tabel koefisien relasi “r” momen product. Penguji meneliti dengan menggunakan sampel untuk menguji kuesioner sebanyak 56 orang responden dengan signifikansi 5%, dari sini dapat ditemukan nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
N : 56 Df : N-2
: 56-2 : 54 : 0.2632
Kemudian pengukuran validitas instrumen dilakukan dengan asumsi jika rTabel < rHitung = Soal dikatakan Valid, dan jika rTabel > rHitung = soal dikatakan tidak valid.
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksana pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik formula
Alpha Cronbach dan dengan menggunakan bantuan program SPSS.
Rumus :
Keterangan:
R1/2 : korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.
R11 : koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan.
(47)
G.Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Uji-T (T-Test) Sampel Independen. uji ini dilakukan untuk dua macam sampel yang diambil secara bebeas, tanpa dipasang-pasangkan. Pengolahan data angket akan menggunakan SPSS 16. Analisis harus dilakukan dalam dua tahap jika tidak menggunakan SPSS, yaitu menguji kesamaan dua variance (dengan Uji-F) kemudian menguji apakah ada beda nyata dari kedua rata-rata (dengan Uji-T). Akan tetapi, pekerjaannya dalam SPSS menjadi lebih mudah karena hanya dilakukan dengan sekali jala, hanya jendela outputnya diinterpretasikan. Aturan penyimpulan sama seperti uji-t untuk satu sampel, yaitu dengan melihat signifikansinya (Tuhuleley, 2015: 40).
Sebelum melakukan olah data, terlebih dahulu salah satu persyaratan harus dipenuhi, yaitu data harus berdistribusi normal di samping tentu saja data harus berskala interval atau rasio (Tuhuleley, 2015: 40). Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan kecerdasan spiritual antara siswa kelas 5 SD Muhammadiyah Ambarketawang 3 dengan siswa kelas 5 SDIT Insan Utama.
(48)
A. SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 Sleman
1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SD Muhammadiyah Ambarketawang 2
Desa : Ambarketawang
Kecamatan : Gamping
Kabupaten : Sleman
NSS/NPSN : 102040203028/20401482
Tahun didirikan/No. : 1 Januari 1972/3004/L.1912/DIY.72/77 2. Visi, Misi dan Tujuan
SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 memiliki visi, misi, dan tujuan sebagai berikut:
a. Visi
Mewujudkan manusia cerdas, taqwa, terampil dan berakhlakul karimah
b. Misi
1) Meningkatkan disiplin guru dan siswa dalam amalan ibadah sholat, jamaah duhur serta amalan ibadah lainnya
2) Meningkatkan profesional dan mutu guru melalui KKG, penataran seminar dan lainnya
3) Meningkatkan disiplin guru dan siswa disiplin waktu, tata tertib dan lainnya
4) Meningkatkan perolehan nilai rata-rata kelulusan serta mutu non akademik lainnya
(49)
5) Peningkatan penanaman budi pekerti, tingkah laku, budaya senyum, salam, sapa di setiap saat setiap waktu.
c. Tujuan
SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Mewujudkan anak-anak yang sholeh-sholihah sesuai ajaran Islam 2) Meningkatkan pencapaian target nilai rata-rata US dari 6,54
menjadi 7,0
3) Mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler Qiroah hingga mendapatkan kejuaran tingkat kecamatan Gamping
4) Meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler seni Karawitan hingga memperoleh juara tingkat kabupaten Sleman
5) Meningkatkan mutu siswa di bidang olahraga sepak bola hingga dapat mengikuti lomba di kecamatan Gamping
6) Mampu bersaing dengan SD lain dalam penerimaan siswa baru di SLTP Negeri
7) Meningkatkan peringkat ranking 20 besar pada US di tahun ajar 2015/2016
8) Meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler Drumband hingga memperoleh juara tingkat kabupaten Sleman.
(50)
d. Data Guru dan Karyawan
Tabel 2.1 Data Guru dan Karyawan SD Muhammadiyah Ambarketawang 2
No. Nama NIP/NUPTK GOL Tugas
1 Siti Fathonah, S.Pd 195810141979112002 IV A Kep.Sek
2 Sarjana, S.Pd.I 195603231982021005 IV A G.Al III-VI
3 Eka Randiyah, S.Pd 8939742644300032 - Gr.Klas IV
4 Atik Wijayanti, S.Pd 20401482184001 - Gr.Klas III
5 Nurkhayati, S.Pd.SD 5752751652300032 - Gr.Klas II
6 Indah Susany Farida, S.Pd
9052753654300003 - Gr.Klas I
7 Erni Solikhatun, S.Pd 2534755698300003 - Gr.Klas V
8 Ayi Suryatiani 8152769651210113 - Gr.Kls VI
9 Hamimi Hidayati, S.Pd 992 028 015 - Gr.Bhs.Ing
10 Harizal 1848760661200022 - Operator
11 Isa Farhani, S.TH.I 3557753656200023 - Gr.Agm+Kem
uh
12 Sularsih - Gr.Kes.Tari
13 R. Bambang Hendriyanto
992.028.011 - Gr.Drumband
14 Santosa Rahayu, S.Pd - Gr.Krwtn
15 Sugeng Raharjo 9734755656200022 - Penjaga
e. Data Buku Pengayaan
Tabel 2.2 Data Buku Pengayaan SD Ambarketawang
No Judul Buku Jumlah Kondisi
1 Pengayaan mata pelajaran 10 Rusak
2 Pengayaan Muatan Lokal 15 Rusak
3 Pengayaan Agama Islam 10 Baik
4 Pengayaan pengembangan diri/Karakter bangsa 0 -
f. Keadaan Tenaga Didik
Tabel 2.3 Keadaan Tenaga Didik
Tugas Jumlah PNS GTT
Kepala Sekolah 1 1
Guru Kelas 6 - 6
Guru Agama 2 1 1
Guru Penjaskes 1 1
Guru Mulok 1 - 1
Guru Kesenian 3 3
Penjaga 1 1
(51)
g. Tingkat Pendidikan Guru
Tabel 2.4 Tingkat Pendidikan Guru SD Ambarketawang
Pendidikan PNS GTT
S 1 2 8
D III 1
D II
D I 2
SLTA 1
SMP 1
Jumlah 2 13
h. Sarana Prasarana
Tabel 2.5 Sarana Prasarana SD Ambarketawang
Jenis Barang Jumlah Keterangan
Kelas 6 Baik 5 tidak baik 1
Ruang Guru 1 Baik
Ruang Kep.Sek 1 Baik
Ruang UKS Belum Ada -
Gudang Belum Ada -
Perpustakaan Belum Ada -
Meja Kursi Murid 6 Lokal Baik
Ruang Kegiatan Belum Ada -
Alat Peraga Belum Ada -
i. Kegiatan Sekolah
Tabel 2.6 Kegiatan Sekolah SD Ambarketawang
No. Mulok/Jenis Kegiatan Pelaksanaan
1 Bhs. Inggris Kelas I-VI
2 Komputer I-VI
3 TPA I-VI
4 Drumband III-VI
5 Karawitan III-VI
6 Tari I-III
(52)
j. Keadaan Siswa
Tabel 2.7 Keadaan Siswa SD Ambarketawang
No Kelas Jenis Kelamin Jumlah Wali Kelas
Laki-Laki Perempuan
1 Kelas 1 13 16 29 Indah Susany, S.Pd
2 Kelas 2 13 19 32 Nurkhayati, S.Pd
3 Kelas 3 14 13 27 Atik Wijayanti, S.Pd
4 Kelas 4 9 6 15 Ayi Suryatiani
5 Kelas 5 12 16 28 Eka Randiyah, S.Pd
6 Kelas 6 13 15 28 Erni Solikhatun, S.Pd
(Profil Sekolah SD Muhammadiyah Ambarketawang 2 diakses pada tanggal 7 Juni 2014)
B. SDIT Insan Utama
1. Profil Sekolah
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Utama adalah lembaga pendidikan dasar yang bertujuan membentuk generasi unggul, taqwa dan mandiri. Dengan mengembangkan metode pembiasaan kepada siswa dan system yang terarah, siswa diharapkan memiliki akhlak mulia, santun dalam berbicara, sopan dalam berperilaku, tertib dalam shalat, gemar berinfak, bershadaqah, gemar membaca dan lain-lain. Sumber daya guru sebagian sudah sertifikasi dan relative masih muda cenderung memiliki semangat mengajar yang tinggi.
SDIT Insan Utama saat ini menerapkan kurikulum terpadu yakni KTSP, kurikulum local (YIU) kurikulum JSIT (Jaringan Sekolah Islam Terpadu) Indonesia. Metode yang digunakan cukup variatif yaitu metode PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan), Quantum Teaching, Quantum Learning dan lain-lain.
(53)
Badan Pengelola : Yayasan Insan Utama
Badan Pelaksana : Direktur Departemen Pendidikan Islam
Terpadu Insan Utama : Suripta
Kepala Sekolah : Pranowo Sasongko, S.Pt
Jumlah Siswa : 468 Siswa
Jumlah Guru : 32 0rang
2. Sejarah Berdiri
SDIT Insan Utama awal berdirinya atas permintaan masyarakat khususnya para wali murid yang putra-putrinya disekolahkan di TK IT Insan Utama. Mereka menganggap bahwa targer dan tujuan yang dicanangkan oleh lembaga prasekolah tersebut harus dituntaskan dengan melanjutkan putra-putri mereka di SDIT tersebut.
SDIT ini mulai berdiri dan beroperasi pada awal tahun ajaran 2002/2003 dengan mengontrak sebuah rumah di Sonopakis Lor, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Pada saat itu siswa kelas satu ada 16 orang sebagai angkatan pertama. SDIT Insan Utama bergabung dalam wadah Asosiasi Lembaga Pendidikan Islam Terpadu (ALPIT), kini menjadi Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT).
Upaya kerjasama terus dilakukan dengan berbagai elemen masyarakat dan dinas pendidikan serta Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) DIY untuk memenuhi kebutuhan pengembangan mutu dan fasilitas pendidikan di SD tersebut. Dari tahun ke tahun jumlah siswa semakin bertambah. Melihat prestasi hasil belajar siswa yang cukup fantastis maka yayasan ini kemudian berusaha memperluas arena belajar siswa dengan membebaskan tanah seluas 525 m2 di depan halaman masjid. Sehingga secara keseluruhan luas sekolah SDIT Insan Utama sekitar 1.925 m2 dengan status milik sendiri.
(54)
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Utama yang dikelola oleh Yayasan Insan Utama, berlokasi di Kompleks Pendidikan Islam Terpadu Insan Utama, dusun Gatak, RT 01/RW III, Tamantirto, Kasihan, Bantul.
Provinsi : Prop. D.I. Yogyakarta
Kab/Kota : Kab. Bantul
Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SD IT Insan Utama
NPSN/NSS : 20403525/102040103040
Jenjang Pendidikan : SD
Status Sekolah : Swasta
Lokasi Sekolah
Alamat : Jl. Lingkar Selatan Tamantirto Kasihan Bantul
RT/RW : 1/0
Nama Dusun : Gatak
Desa/Kelurahan : Tamantirto
Kode Pos : 55183
Kecamatan : Kec. Kasihan
Lintang/Bujur : 0.000000/0.000000
Data Pelengkap Sekolah
Kebutuhan Khusus : -
SK Pendirian Sekolah :
Tgl SK Pendirian :
Status Kepemilikan : Yayasan
SK Izin Operasional : 099 tahun 2005 Tgl SK Izin Operasional : 2005-12-31
SK Akreditasi : 21.01/BAP-SM/TU/XII/2013
Tgl SK Akreditasi : 2013-12-21
No Rekening BOS : 004231013445
Nama Bank : BPD DIY
Cabang/KCP Unit : Bantul
Rekening Atas Nama : SDIT Insan Utama Kasihan
MBS : Ya
Luas Tanah Milik : 3394 m2
(55)
Kontak Sekolah
Nomor Telepon : 02744342259
Nomor Fax : -
Email : [email protected]
Website :
Data Periodik
Kategori Wilayah :
Daya Listrik : 4400
Akses Internet : Telkom Speedy
Akreditasi : A
Waktu
Penyelenggaraan : Pagi
Sumber Listrik : PLN
Sertifikasi ISO : Belum Bersertifikat
3. Materi Pendidikan
Kegiatan belajar dan mengajar di sekolah ini berlangsung pada jam 07:15-15:00 WIB dengan menggabungkan kurikulum yang ada di Depdiknas dengan kurikulum Pendidikan Islam Terpadu Insan Utama. Dalam pendidikan yang ada di SDIT ini para siswa dalam bimbingan para guru yang intensif diarahkan pada terbentuknya pribadi yang utama (unggul-taqwa-mandiri) yaitu: Penguasaan ilmu/pelajaran baik agama maupun umum, Cakap dalam berbagai keterampilan, Ibadah yang rajin dengan kesadaran sendiri, Akhlaq/perilaku yang Islami, Kemandirian tidak selalu tergantung pada orang lain dalam kesehariannya.
(56)
4. Visi dan Misi a. Visi
Visi SDIT Insan Utama Yogyakarta yaitu terpercaya menjadikan generasi yang unggul, taqwa, mandiri. Dengan indikator sebagai berikut:
1) Unggul dalam beribadah.
2) Unggul dalam ilmu pengetahuan. 3) Unggul dalam life skill.
b. Misi
Adapun misi SDIT Yogyakarta ini adalah:
1) Menyelenggarakan penerapan sistem pendidikan Islamiyah yang terpadu dan sistematis.
2) Sebagai salah satu inisiator dan pelopor untuk mewujudkan masyarakat utama.
3) Menjalin kerjasama dengan departemen dan lembaga terkait untuk menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas.
c. Tujuan
1) Mewujudkan pribadi yang religius, berakhlak mulia, dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
2) Mengembangkan pribadi yang menghargai nilai-nilai budaya lokal yang selaras dengan nilai-nilai Islam
3) Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik
4) Menghasilkan lulusan yang menghasilkan nilai UASBN tertinggi di kabupaten Bantul
(57)
5) Mengembangkan kompetensi tenaga pendidik
6) Mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana serta lingkungan yang ada
7) Mengembangkan pribadi yang mandiri dan berjiwa wirausaha 8) Memperoleh dukungan dari berbagai pihak terkait.
5. Ketenagaan, Siswa dan Prasarana a. Ketenagaan (Guru dan Karyawan)
Tenaga guru di SDIT Insan Utama terdiri dari 33 personil, guru tetap sebanyak 17 orang sedangkan guru honorer sebanyak 17 orang juga. Rincian daftar nama tenaga guru di SDIT Insan Utama sebagai berikut:
Tabel 3.1 Data Tenaga Guru dan Karyawan SDIT Insan Utama
No Nama NUPTK Kepegawaian Jabatan
1 Ali Sumono 6447743646200003 GTY/PTY Guru Mata
Pelajaran
2 Ari Murtiawati 34637576658300032 GTY/PTY Guru Kelas
3 Dewi Kurniawati Guru Honor
Sekolah
Guru Kelas 4 Dwi Ratnaningsih
Widyastuti
Guru Honor Sekolah
Guru Mata Pelajaran 5 Eko Murni
Ciptoningsih
7235750653300003 GTY/PTY Lainnya
6 Emi Handayani 7950758659300002 GTY/PTY Guru Kelas
7 Eni Yuliati Guru Honor
Sekolah
Guru Mata Pelajaran
8 Hartanto 2536752655200013 GTY/PTY Lainnya
9 Heriyanto Guru Honor
Sekolah
Guru Kelas
10 Khusnul Ansho
Firoini
3651758659300092 GTY/PTY Guru Kelas
11 Krisnawati 1636756658300012 GTY/PTY Tenaga
Adm. Sekolah
12 Kustantini 8633745646300012 GTY/PTY Lainnya
13 Lina Setyasturi Guru Honor
Sekolah
(58)
No Nama NUPTK Kepegawaian Jabatan
14 Lisa Septiyani Guru Honor
Sekolah
Guru Mata Pelajaran
15 Maryatun 2753758661300002 Guru Honor
Sekolah
Lainnya
16 Nanang Pudjianto Guru Honor
Sekolah
Guru Mata Pelajaran
17 Nasori Guru Honor
Sekolah
Guru Mapel
18 Pranowo Sasongko 805974464200003 GTY/PTY Guru Mapel
19 Ramadhan Wahyu
Nugroho
2256753654200003 GTY/PTY Tenaga
Adm. Sekolah
20 Rien Widyarti Guru Honor
Sekolah
Guru Kelas
21 Rohadi 243675766020002 GTY/PTY Lainnya
22 Sakhirin Guru Honor
Sekolah
Guru Kelas
23 Siti Nurul Fajriyah Guru Honor
Sekolah
Guru Mapel
24 Slamet Hadi
Riyanto
3535760662200032 GTY/PTY Guru Kelas
25 Suastri Utami 2034758661300003 GTY/PTY Tenaga
Adm. Sekolah
26 Sudiah 5746743644300012 GTY/PTY Lainnya
27 Sulastri 1559751655300002 GTY/PTY Guru Kelas
28 Supriyono Tenaga
Honor Sekolah
Lainnya
29 Sutiyah 3546749649300003 GTY/PTY Guru Kelas
30 Tehnik Winarni Guru Honor
Sekolah
Guru Kelas
31 Wahyu Ari
Wiratno
Guru Honor Sekolah
Guru Kelas
32 Wika Luh
Mahanani
Guru Honor Sekolah
Guru Mapel
(59)
b. Siswa-Siswi
Siswa SDIT Insan Utama berjumlah 468 siswa dengan jumlah kelas 6x3=18, rincian sebagai berikut:
Tabel 3.2 Data Siswa SDIT Insan Utama
KELAS ROMBEL L P JUMLAH WALI KELAS
I
I A 16 10 26 Siti Nurul Fajriah, S.Pd/Rien
Widyati, A.Md
I B 17 8 25 Emi Handayani, S.Pd/Barrotun
Nafisah, S.Sos.I
IC 16 9 25 Suliyah/Ambarwati Fatmasari,
S.Pd
JUMLAH 49 27 76
II
II A 17 10 27 Tehnik Winarni,
A.Md/Rahmad Pujianto, S.Pd
II B 16 12 28 Eni Yuliati, S.Pd.Si/Puji Utami,
S.E
II C 16 12 28 Kurniasari Murtiningsih,
S.S/Pinesthy Putri Hatoyo, S.Pd
JUMLAH 49 34 83
III
III A 18 11 29 Lisa Septiyani, S.E/Aris Ayu
Handayani, S.Pd
III B 17 11 28 Alfiyatun Solohah, S.Si/Oman
Heryanto, S.Pd.I
III C 18 11 29 Lina Setyastuti, S.P
JUMLAH 53 33 86
IV
IV A 25 0 25 Sakhirin, S.Pd
IV B 25 0 25 Dwi Ratnaningsih W,
S.Sos/Drs. Nanang P.
IV C 0 34 34 Dewi Kurniawati, S.Pd.Si/Wika
Luh M, S.Pd.I
JUMLAH 50 34 84
V
V A 21 0 21 Heryanto, S.Sos.I/Nasori, S..Pd
V B 21 0 21 Wahyu Ari Wiranto, S.T
V C 0 30 30 Khusnul Anso Firoini, S.Si
JUMLAH 42 30 72
VI
VI A 17 0 17 Slamet Hadi R/Ali Sumono,
S.Pd
VI B 17 0 17 Sulastri, S.Ag
VI C 0 33 33 Ari Murtiawati, S.Pi
JUMLAH 34 33 67
(60)
c. Sarana Prasarana
1) Sarana yang terdapat di SDIT Insan Utama berupa fasilitas kegiatan belajar mengajar yaitu alat peraga pelajaran, meja, kursi, komputer dan lainnya yang terlampir.
2) Prasarana yang terdapat di SDIT Insan Utama berupa ruang kelas, perpustakaan, ruang lab, lapangan, masjid dan yang lainnya sebagai berikut:
Tabel 3.3 Prasarana SDIT Insan Utama
No. Nama Barang Panjang
(m) Latar (m)
Rata-rata kondisi kerusakan
Status Kepemilikan
1. Dapur 6 7 0.00 Milik
2. Gudang 5 5 0.28 Milik
3. Kelas I A 8 7 0.28 Milik
4. Kelas I B 8 7 0.28 Milik
5. Kelas I C 8 7 0.28 Milik
6. Kelas II A 7 6 2.22 Milik
7. Kelas II B 7 6 0.28 Milik
8. Kelas II C 7 7 2.22 Milik
9. Kelas III A 8 7 0.00 Milik
10. Kelas III B 8 7 0.00 Milik
11. Kelas III C 8 7 0.00 Milik
12. Kelas IV A 9 5 0.28 Milik
13. Kelas IV B 8 7 0.28 Milik
14. Kelas IV C 8 7 0.56 Milik
15. Kelas V A 8 7 0.28 Milik
16. Kelas V B 6 5 0.28 Milik
17. Kelas VI A 6 7 0.28 Milik
18. Kelas VI B 5 5 0.28 Milik
19. KM/WC Putra 1.5 1 0.83 Milik
20. KM/WC Putri 1.5 1 0.28 Milik
21. KM/WC Ustadz 1.5 1 0.28 Milik
22. KM/WC Ustadzah 1.5 1 0.28 Milik
23. Masjid 14 7 0.28 Milik
24. Ruang Alat Olahraga 1.3 3 0.28 Milik
25. Ruang Kep.Sek 4 3 0.28 Milik
26. Ruang Komputer 6 4 0.28 Milik
(61)
No Nama Barang Panjang (m)
Latar (m) Rata-rata Kondisi Kerusakan
Status Kepemilikan
28. Ruang UKS 3 5 0.28 Milik
29. Ruang Unit Usaha 3 5 0.00 Milik
30. Ruang Ustadzah 7 5 1.11 Milik
(Profil Sekolah SDIT Insan Utama diakses pada tanggal 19 Juli 2016)
C. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Uji Instrumen Penelitian a. Uji Validitas
Sebelum digunakan pada subyek penelitian yang sesungguhnya, alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini harus diuji terlebih dahulu. Selain itu, tujuan dari uji coba adalah untuk menyeleksi item-item manakah yang valid dan reliabel agar dapat digunakan dalam penelitian. Uji coba dilaksanakan pada tangga 25 Juli 2016 dengan menggunakan sampel sebanyak 56 siswa dari dua sekolah yaitu SDIT Insan Utama dan SD Muhammadiyah Ambarketawang 2, dengan dikhususkan pada siswa kelas 5 dari masing-masing sekolah. Jumlah siswa disesuaikan pada jumlah minimal, yaitu mengikuti jumlah siswa kelas 5 pada SD Ambarketawang 2 sebanyak 28 siswa. Hal ini dikarenakan siswa kelas 5 merupakan siswa dengan usia memasuki remaja, yang mana pada usia seperti itulah kecerdasan spiritual sudah mulai bisa terlihat dari diri seseorang. Siswa kelas 5 juga merupakan siswa yang telah mampu memahami maksud dari angket yang akan diberikan, serta siswa yang akan menginjak tahun akhir sehingga bisa dilihat hasil dari pendidikannya selama ini di lembaga pendidikan Islam tersebut.
(62)
Data yang diperoleh pada saat uji coba kemudian dianalisis untuk mengetahui kualitas dari alat ukur tersebut. Untuk perhitungan analisis skala kecerdasan spiritual digunakan bantuan komputer dengan program Excel 2010 dan SPSS versi 16.0 for windows. Menurut Sugiono, muatan faktor atau standar ukuran untuk mengatakan bahwa data itu valid dan layak adalah besar dari 0.34. hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa muatan item soal yang memiliki nilai hasil 0.34 menunjukkan validitas yang lemah, sehingga item soal yang memiliki nilai < 0.34 harus digugurkan atau diganti (2012: 178).
Pada awalnya instrumen penelitian kecerdasan spiritual siswa memiliki item 40 soal. Kemudian setelah dilakukan uji validitas, instrumen penelitian kecerdasan spiritual siswa yang valid berjumlah 30 soal. Item instrumen penelitian yang digugurkan karena ketidak validannya adalah item soal nomor 1, 6, 9, 12, 13, 20, 22, 32, 33, dan 39. Data mengenai item soal yang digugurkan ini hanya akan ditampilkan pada lembar lampiran, pada pembahasan ini peneliti hanya menampilkan item-item soal yang valid.
Keseluruhan instrumen tentang variabel kecerdasan spiritual siswa ini telah diuji coba untuk diperoleh data yang valid. Kevaliditasan instrumen ini terlihat setelah dilakukan analisis menggunakan program SPSS 16.0. Hal ini ditunjukkan oleh nilai antara 0.314 sampai dengan nilai tertinggi yaitu 0.641 dari tiap item soal yang dianalisis dengan rincian sebagai berikut:
(63)
Tabel 4.1 Validitas Item Soal
Item Hasil Kriteria Keterangan
P1 0.440 0.263 Valid
P2 0.365 0.263 Valid
P3 0.334 0.263 Valid
P4 0.584 0.263 Valid
P5 0.574 0.263 Valid
P6 0.588 0.263 Valid
P7 0.481 0.263 Valid
P8 0.376 0.263 Valid
P9 0.562 0.263 Valid
P10 0.629 0.263 Valid
P11 0.602 0.263 Valid
P12 0.641 0.263 Valid
P13 0.482 0.263 Valid
P14 0.381 0.263 Valid
P15 0.314 0.263 Valid
P16 0.432 0.263 Valid
P17 0.562 0.263 Valid
P18 0.460 0.263 Valid
P19 0.363 0.263 Valid
P20 0.486 0.263 Valid
P21 0.443 0.263 Valid
P22 0.424 0.263 Valid
P23 0.478 0.263 Valid
P24 0.432 0.263 Valid
P25 0.319 0.263 Valid
P26 0.580 0.263 Valid
P27 0.528 0.263 Valid
P28 0.488 0.263 Valid
P29 0.295 0.263 Valid
P30 0.491 0.263 Valid
Terlihat bahwa seluruh item soal telah valid sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Maka penelitian dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya, karena dari hasil ini layak digunakan untuk penelitian.
(64)
b. Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan komputer melalui program SPSS versi 16.0. hasil uji reliabilitas pada kuesioner sebagai berikut:
Tabel 4.2 Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha Reliabilitas
Hitung Min Reliabel
Kecerdasan Spiritual
0.856 0.6 Reliabel
Dari hasil perhitungan uji reliabilitas pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa reliabilitas untuk instrumen kecerdasan spiritual siswa adalah sebesar 0.856, sedangkan kuesioner yang dikatakan reliabel adalah apabila memiliki nilai koefisien alpha yang lebih besar dari 0.6 (Haryadi, 2011: 45). Oleh karena itu, perhitungan uji reliabilitas kuesioner pada penelitian ini dinyatakan reliabel karena memiliki nilai koefisien alpha di atas 0.6. hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian ini dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data.
2. Kecerdasan Spiritual Siswa
a. Tingkat Kecerdasan Spiritual Siswa SD Muhammadiyah
Ambarketawang 2
Tingkat kecerdasan spiritual siswa dihitung berdasarkan jumlah jawaban angket dari responden. Sebelum mencari nilai presentase terlebih dahulu mencari interval kelas untuk menentukan kategori yang akan digunakan.
(1)
(2)
ANGKET SPIRITUALITAS
Petunjuk mengerjakan:Baca dan pahami baik-baik, kemudian nyatakan apakah isi pernyataan tersebut sesuai dengan diri anda, dengan cara mencentang salah satu jawaban anda pada jawaban yang tersedia.
Adapun pilihan tersebut adalah:
TS : Tidak Setuju
KS : Kurang Setuju
N : Antara Setuju dengan Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Pillihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda, karena tidak ada jawaban yang dianggap salah dan tanpa perlu menuliskan nama.
No. Soal Pilihan
TS KS N S SS Kemampuan bersikap fleksibel
1.
Ketika menginginkan sesuatu, saya tidak akan memaksakan kehendak saya kepada orang tua.
2.
Saya akan terus merengek kepada orang tua jika menginginkan sesuatu sampai orang tua saya membelikannya.
3. Saya bukan tipe orang yang memilih-milih teman.
Tingkat kesadaran diri yang tinggi
4. Saya selalu membantu pekerjaan orang tua di rumah.
5.
Jika saya sedang menonton acara kesukaan saya di televisi, saya tidak suka jika ibu menyuruh-nyuruh saya melakukan pekerjaan
(3)
rumah. 6.
Saya tidak pernah membuang sampah sembarangan, baik di sekolah maupun di rumah.
Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
7.
Jika teman selalu berbuat jahat kepada saya, saya tidak akan membalas perbuatannya tersebut.
8. Teman yang jahat, seharusnya mendapatkan balasan atas apa yang dia lakukan.
Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
9.
Ketika guru memberikan ujian mendadak, saya tidak akan panik karena saya selalu mengulang pelajaran di rumah.
10.
Saya tidak menyukai guru yang selalu memberikan ujian mendadak, karena itu menyulitkan saya.
11.
Saya akan berbuat baik kepada semua teman saya, sekalipun beberapa teman saya selalu mengejek saya.
12. Saya hanya mau berteman dengan teman saya yang tidak pernah mengganggu saya.
13. Shalat dan mengaji adalah obat yang paling manjur untuk menenangkan hati.
Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
14.
Saya selalu membaca basmalah ketika melakukan sesuatu seperti makan, minum dan berganti pakaian.
15. Saya selalu berpakaian yang rapi karena Islam mengajarkan saya tentang kebersihan.
16.
Saya selalu menghabiskan makanan saya dan tidak pernah membuang makanan karena itu adalah perbuatan mubazzir.
Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
17. Saya tidak akan mengganggu teman saya di sekolah.
18. Saya suka menjaili teman saya yang pendiam di kelas.
19.
Saya selalu membuang sampah pada tempatnya agar tidak merepotkan teman yang bertugas piket.
(4)
20. Saat guru tidak masuk adalah kesempatan untuk saya dan teman-teman bermain di kelas. 21.
Saya lebih memilih diam dan belajar sendiri dibandingkan bermain dan membuat keributan di kelas saat guru tidak masuk.
Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
22. Saya dihukum oleh guru karena saya melakukan sebuah kesalahan.
23.
Guru yang selalu menghukum saya adalah guru yang tidak menyukai saya dan hanya menginginkan saya dalam kesulitan.
24.
Jika saya tidak membersihkan tangan sebelum makan dan tidak membaca doa, saya akan sakit perut.
Kecenderungan nyata untuk bertanya demi mencari jawaban-jawaban yang mendasar
25. Saya hanya bertindak sesuai dengan apa yang saya inginkan tanpa berpikir terlebih dahulu. 26.
Tujuan saya dilahirkan adalah untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah.
27. Saya hidup di dunia untuk menikmati kehidupan.
Menjadi apa yang disebut bidang mandiri yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi
28. Saya akan menyisihkan uang jajan untuk ditabung.
29. Saya menjadi murid yang baik agar disukai oleh guru-guru dan teman.
30. Saya hanya akan belajar yang rajin jika orang tua menjanjikan saya hadiah.
(5)
CURRICULUM VITAE
Nama : Maysaroh
TTL : Tarakan, 25 November 1992
Alamat : Jl. Lembaga, Gg. Seruni, Rt. 4, no. 114, Karang Balik, Tarakan Barat, Tarakan, Kalimantan Utara Telepon/Hp : 082225987505 / 085601010961
Email : [email protected]
Facebook : Maysaroh Abasram at-Tarkani Twitter : @maysarohabasram
Blog : http://mayabasram.blogspot.com/
Motto : Hidup adalah semua tentang pengabdian dan pengorbanan
Riwayat Pendidikan
- SD Negeri Utama 1 Tarakan, Kalimantan Utara (1998-2004)
- Podok Pesantren Darul Huffadh, Bone, Sulawesi Selatan (2004-2008) - SMP KUMI Tarakan, Kalimantan Utara (2008-2009)
- SMK Negeri 1 Tarakan, Kalimantan Utara (2009-2012)
- Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah Yogyakarta (2012-2015) - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (sedang dalam proses) Pengalaman Organisasi
- Dewan Kerja Koordinator (DKK) Organisasi Santriwati Darul Huffadh (OSDHA), (2007-2008)
(6)
- Anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMK Negeri 1 Tarakan (2009-2010)
- Sekretaris Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat PUTM Putri (2013-2014)
- Ketua Bidang Bahasa Ikatan Mahasiswa Tarjih Muhammadiyah PUTM Putri (2014-2015)
- Dan lain-lain
Pengalaman Lomba/Prestasi
- Khatimat acara Kesyukuran dan Khataman (Penamatan hafalan al-Qur`an) serta Wisuda Santri/wati, Pondok Pesantren Darul Huffadh, 2007
- Juara 1 Hifẓil Qur`an Putri, STQ tingkat Kelurahan, Karang Balik, Tarakan Barat, 2009
- Hafiẓah 5 Juz terbaik, MTQ tingkat Kecamatan, Tarakan Barat, 2009 - Terbaik III, Tahfiẓ 5 Juz Putri, MTQ tingkat Kota, Tarakan, kalimantan
Utara, 2009
- Juara 1 Tarakan Drumband Competition (DBC) tingkat Provinsi, Kalimantan Utara, 2010
- Juara 1 Tarakan Drumband Competition (DBC) tingkat Provinsi, Kalimantan Utara, 2012
- Juara 2 Tafsir Bahasa Arab Putri, STQ tingkat Kota, Yogyakarta, 2013 - Juara 1 Tafsir Bahasa Arab Putri, MTQ tingkat Provinsi, DIY, 2014