Seri Pedoman Tata Laksana Penyakit Kerja Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan : Penyakit Akibat Kerja Karena Pejanan Hipobarik
6 13.62
Ind
S
sセri@
PEDOMAN TATALAKSANA PENYAKIT AKIBAT KERJA
BAGI PETUGAS KESEHATAN
PENYAKIT AKIBA T KERJA KARENA
PAJANAN HIPOBARIK
DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2012
ii
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
Pekerja memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa
karena jumlahnya yang sangat besar, berperan dalam mengembangkan
pembangunan perekonomian negara, dan merupakan tulang punggung ekonomi
keluarga. Bila pekerja sehat dan produktif, ekonomi keluarga meningkat dan
berdampak pada ekonomi pembangunan bangsa serta angka kemiskinan dapat
diturunkan yang secara otomatis angka IMR dan MMR dapat diturunkan dan
status gizi dapat ditingkatkan.
Dalam perkembangan industrialisasi dan teknologi, makin banyak bahan dan alat
yang digunakan mempunyai risiko terhadap kesehatan pekerja. Pekerja dapat
terkena penyakit baik penyakit menular yang saat ini masih tinggi juga penyakit
tidak menular termasuk penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan di tempat kerja.
Penyakit akibat kerja ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas pekerja dan
bila tidak ditangani secara baik akan menyebabkan kecacatan seumur hidup
bahkan kematian. Oleh karena itu yang penting adalah deteksi dini penyaki!.
Untuk itu deteksi diperlukan kemampuan yang cukup dari
dokter dalam
diagnosis dini dan penanganan yang tepa!.
Saya menyambut baik adanya pedoman ini, semoga bermanfaat bagi dokter di
pelayanan kesehatan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA
DR.dr. H. Siamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena at as limpahan
rahmat dan karuniaNya buku Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja ini
dapat diselesaikan.
Perkembangan industri saat ini sarat akan teknologi yang selain berdampak
positif dari segi ekonomi namun juga dapat menimbulkan dampak buruk bagi
kesehatan.
Dokter di fasilitas kesehatan dasar sangat berperan untuk mencegah timbulnya
penyakit dan kecacatan akibat kerja dengan melakukan deteksi dini dan
penanganan yang tepa!.
Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja ini, diharapkan
memberikan informasi yang cukup bagi petugas kesehatan, dan
membantu dalam mengembangkan program.
dapat
dapat
Terimakasih kami sampaikan kepada PERDOKI yang telah berperan dalam
penyusunan pedoman ini. Terima kasih juga kepada semua pihak yang
membantu.
Kami menyadari pedoman ini tentu masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami sang at mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan dan
penyempurnaan dimasa mendatang.
Akhir kata, kami berharap semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi petugas
kesehatan khususnya dokter di fasilitas kesehatan dasar seperti puskesmas,
klinik perusahaan, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya maupun bagi
instansi terkai!.
Jakarta, Juni 2012
Direktur Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga
dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS
iv
TIM PENYUSUN
1. dr. Soemardoko, SpM , SpKP
2. dr. Mintoro Soemego , MS
3. Dr. dr. Dewi Soemarko , MS, SpOk
4. dr. Erna Tresnaningsih , MOH , PhD, SpOk
5. dr. Suryo Wibowo, MKK , SpOk
6. dr. Susan HM, MS, SpKL
7 . dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS
8. dr. Dina Dariana, MKK
9. dr. Istiati Suraningsih , MKK
10. dr. Harumiti , MKK
11 . dr. Inne Nutfiliana , MKK
12 . Ahmad Nadjmudin Mabruri, SKM
v
DAFTAR 151
KATA SAMBUTAN
.... i
KATA PENGANTAR
.... ii
TIM PENYUSUN
.... iii
DAFTAR lSi ................... .. . .
...... iv
BABI.PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN .... .. ... ... .. . ... .
C. SASARAN ............... . .
D. RUANG LlNGKUP ......... ....... . .......... .
BAB II. FISIOLOGI PERUBAHAN TEKANAN HIPOBARIK
BAB III. PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA PAJANAN HIPOBARIK
A. "TRAPED GAS"
B. HIPOKSIA HIPOKSIK
C. PENYAKIT DEKOMPRESI AKIBAT PAJANAN HIPOBARIK.
BABIV. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA ....... .... .
vi
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya biasa hidup di permukaan tanah dengan tekanan udara
satu atmosfir. suhu antara 20 DC sampai dengan 35 DC dan Gaya G sebesar 1 G.
Karena tuntutan pekerjaan dan adanya perkembangan teknologi, kadang-kadang
manusia harus bekerja di ketinggian baik dipegunungan maupun di udara. Oleh
karena itu manusia akan terpajan dalam keadaan hipobarik, yang merupakan
lingkungan yang tidak fisiologis bagi manusia .
Beberapa contoh profesi dimana pekerja akan terpajan dalam kondisi hipobarik,
diantaranya penerbang , awak kabin , penumpang pesawat terbang, olahragawan
terjun dirgantara , penghuni atau pekerja yang bekerja di daerah pegunungan
(Iebih dari 5000 kaki) (1 m = 3,3 kaki ) Pekerja yang terpajan dalam lingkungan
tersebut diatas secara umum akan terpajan pada penurunan tekanan udara di
sekitarnya sesuai dengan ketinggian dengan segala konsekuensinya.
Berdasarkan tiga mekanisme dasar yang sangat berpengaruh yaitu proses
keseimbangan tekanan udara yang terkurung dalam rongga yang normal/tidak
normal dalam tubuh , berkurangnya kadar oksigen diketinggian dan keluarnya
udara yang sebelumnya larut dalam cairan tubuh dan jaringan lemak , kondisi ini
dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan pekerja sesuai dengan risikorisiko yang dihadapinya .
Indonesia belum mempunyai data angka kejadian Penyakit Akibat Hipobarik
secara rinci. Dengan disusunnya buku pedoman ini diharapkan angka kejadian
dapat dilaporkan serta dimonitor secara rinci , sehingga dapat dijadikan acuan
untuk menyusun kebijakan .
Ada tiga kelompok utama penyakit akibat kerja sebagai akibat dari kondisi
terpajan hipobarik yang perlu dibicarakan "Trapped Gas", "Hypoxic Hypoxia" dan
"Evolved Gas". Penyakit akibat Hipobarik tersebut akan dijelaskan berdasarkan
Hukum Boyle , Hukum Dalton dan Hukum Henry.
Gambar 1. Pekerja di kelinggian
B. Tujuan
Sebagai bahan acuan bagi dokler pelayanan primer dalam menegakkan
diagnosis dini dan melakukan upaya kesehalan , lalalaksana penyakil
akibal perubahan lekanan rendah (hipobarik).
C. Sasaran
Dokler di fasililas pelayanan kesehalan primer yang berhubungan dengan
kegialan penerbangan dan di wilayah pegunungan (> 5000 kaki).
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman lalalaksana penyakil akibal kerja karena pajanan
hipobarik melipuli pengenalan pajanan dan faklor-faklor risiko,
lalalaksana dan pencegahan .
2
BAB II
FISIOLOGI PERU BAHAN TEKANAN RENDAH (HIPOBARIK)
Susunan atmosfer pada zaman dahulu berbeda dengan susunan atmosfer pada
zam an sekarang . Susunan atmosfer pada zaman dahulu , ya itu pada saat
pembentukan atmosfer, terdiri dari gas-gas Hidrogen , Amoniak, Methan, Helium
dan uap air dan disebut protoatmosfer. Dengan berbagai perubahan terjadilah
atmosfer seperti sekarang ini, yang disebut neoatmosfer dan selanjutnya kita
sebut atmosfer. Gas-gas pada atmosfer terdiri dari : Nitrogen dengan prosentase
70,09% , Oksigen dengan prosentase 20,95%, Argon 0,93%, Karbon Dioksida
0,03% dan sisanya terdiri dari gas-gas yang sangat keeil jumlahnya(terdiri dari
Helium, Neon, Hidrogen, Xenon dan lain-lain).
Berdasarkan sifat fisiologis atmosfir dibagi tiga zona sebagai berikut :
a. Physiological Zone (daerah fisiologis)
Physiological zone adalah suatu daerah yang terbentang dari permukaan bumi
sampai ketinggian 10.000 kaki, dimana pada zone ini manusia masih dapat
melakukan kegiatan tanpa memerlukan alat bantu pernafasan . Gangguan
penglihatan warna mulai terjadi pada ketinggian 5000 kaki Hセ@ 1500 meter di atas
permukaan laut) , terutama pad a waktu malam hari. Kondisi ini dapat terjadi pada
pekerja yang bekerja di pegunungan tinggi.
Awak kabin dan pilot penerbangan sipil meskipun berada pada ketinggian lebih
dari 10.000 kaki tetapi tekanan kabin pesawat diatur sesuai dengan ketinggian
diantara 5.000 sampai dengan 8.000 kaki , masih dalam physiological zone ,
sehingga masih dapat melakukan pekerjaan dengan baik tanpa memerlukan alat
bantu.
b . Physiological Defficient Zone (daerah defisien fisiologi)
Phyisiological deficient zone adalah daerah yang terbentang dari ketinggian
10.000 kaki sampai 50.000 kaki.
Pada zona ini orang akan mengalami
gangguan fisiologi atau mengalami kelainan faal tubuh diantaranya hipoksia
hipoksik, namun manusia masih dapat bekerja dengan baik apabila
menggunakan alat bantu (perangkat oksigen, kabin bertekanan) . Untuk
keselamatan mulai ketinggian 28.500 kaki harus menggunakan oksigen dengan
tekanan positif (diluter pressure demand). Contohnya pad a penerbang pada
pesawat tempur.
c. Space Equivalent Zone (daerah menyerupai ruang angkasa)
Spaee like zone adalah ketinggian di atas 50.000 kaki dimana orang akan
mengalami hipoksia hipoksk yang berat, oleh karena itu peralatan yang dipakai
3
sesuai dengan peralatan yang dipakai oleh astronout (full pressure suit , sealed
Cabin) untuk ke ruang angkasa.
Ada beberapa masalah akibat perubahan tekanan hipobarik yaitu :
a) "Trapped Gas" adalah suatu permasalahan penyesuaian tekanan udara di
dalam rongga yang normal terdapat dalam tubuh seperti sinus paranasalis,
rongga telinga bagian tengah , saluran pencernaan dan kondisi rongga yang
timbul karena gigi yang berlubang dan jaringan lunak gigi yang mengalami
peradangan (periodontitis) . Ini dapat dijelaskan sesuai Hukum Boyle (tekanan x
volume = Constan)
Jenis penyakit akibat trapped gas :
1. Barotitis media (Ear blocked)
2. Barosunusitis (Sinus block)
3. Barodontalgia
4 . Gangguan saluran pencernaan
b)
Hipoksia adalah suatu kumpulan gejala yang diakibatkan karena berkurangnya
konsentrasi oksigen di dalam jaringan dan cairan tubuh sehingga terjadi
gangguan fungsi fisiologis . Hipoksia yang dibicarakan di sini adalah hipoksia
hipoksik (mountain sickness).
c)
"Evolved Gas" adalah sekumpulan gejala sebagai akibat keluarnya gelembung
gelembung udara (Nitrogen/N2) yang sebelumnya larut dalam cairan tubuh atau
jaringan
lemak tubuh
sebagai
akibat
berkurangnya
tekanan
udara
disekelilingnya(hipobarik) dengan gejala bend, chokes, skin symptom, CNS
problem , neurovascular co/laps
Gejala-gejala terdapat dalam Penyakit
Dekompresi yang disebabkan karena perubahan tekanan hipobarik. Apabila
sudah terjadi skin symptom, maka ini merupakan tanda kritis yang harus segera
dirujuk ke fasilitas yang mempunyai fasilitas HIPERBARIK .
Patofiologi terjadinya evolved gas adalah berdasarkan Hukum Henry Uumlah
udara yang dapat larut dalam suatu larutan , berbanding lurus dengan besar
tekanan udara di sekitarnya).
Ketinggian kritis dimana evolved gas mulai terjadi adalah 25.000 kaki (FL 250)
tetapi dapat terjadi pada ketinggian lebih rendah bila sebelum terbang melakukan
penyelaman (sebaiknya setelah menyelam tidak boleh langsung terbang dalam
kurun waktu 12 jam).
4
f
c.J;o.Jphorc
L
セ
セ@
i@
"p3C-Gcrafl
セ
N@
tlJcnnophoro
mc.soPlJlDC
moo$O$phore
...u-at op
L.l5.
IJ"Oj)OSphere
Gambar 2. Fisiologis Atmosfir
5
BAB III
PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA PAJANAN
HIPOBARIK
A. TRAPPED GAS
1.
BAROTITIS MEDIA I AEROTITIS (ICD-10, T70.0)
a.
Pengertian:
Adalah rasa sakit pada telinga tengah karena teregangnya selaput
gendang akibat terganggunya penyamaan tekanan sebagai akibat
Bertambahnya
ketinggian
akan
perubahan
tekanan
udara.
menyebabkan tekanan dalam telinga tengah menjadi lebih besar dari
tekanan di luar tubuh , sehingga akan terjadi aliran udara dari telinga
tengah ke luar tubuh melalui tuba Eustachii. Bila bertambahnya
ketinggian terjadi dengan cepat, maka usaha mengadakan
keseimbangan tidak cukup waktu . Hal ini akan menyebabkan
ketegangan , perdarahan bahkan dapat terjadi robekan selaput
gendang telinga ( tambah gambar )
Kejadian serupa dapat terjadi juga pada waktu ketinggian berkurang ,
bahkan lebih sering terjadi karena pada waktu turun tekanan di telinga
tengah menjadi lebih kecil dari tekanan di luar sehingga udara akan
mengalir masuk telinga tengah , sedang muara tuba eustachii di
tenggorokan biasanya sering tertutup (pada saat menderita flu) ,
sehingga menyukarkan aliran udara masuk kerongga tersebut.
Gambar 2. Barotitis Media
6
b. Faktor risiko :
Adanya peradangan saluran pernafasan atas yang mengganggu
patensi tuba eustachii, contoh rhinofaringistis , rhinosinusitis dan ISPA
lainnya. Adanya kelainan lubang dari salurannya
c.
Pekerja berisiko :
Penerbang, pekerja di ketinggian, penumpang pesawat , awak kabin
penerbangan.
d. Tanda dan gejala umum :
Nyeri pada telinga tengah saat adanya perubahan tekanan
Gangguan pendengaran
Dapat terjadi perdarahan di telinga,
e. Tatalaksana:
1) Kriteria Diagnosis
Anamnesis
riwayat terpajan perubahan tekanan hipobarik
dalam melakukan pekerjaannya , adanya keluhan nyeri telinga.
Pemeriksaan Fisik
Tampak oedema membran timpani , warna kemerahan
(perdarahan pada membrana tympani), atau perforasi
timpani yang baru .
Tes Penala : Tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke sisi
yang sakit, hal ini menunjukkan adanya gangguan konduktif.
Audiometri nada murni: Terdapat gangguan konduktif
- Tympanometri: terdapat gambaran timpanogram tipe C ,yang
berarti terdapat tekanan negatif di rongg a telinga tengah
2) Diagnosis Okupasi
Langkah-Iangkah dalam menegakkan diagnosis:
1. Diagnosis klinis rasa sa kit yang mend adak ,
gangguan
pendengaran akibat perubahan tekanan yang tiba tiba
2. Menentukan pajanan di tempat kerja: perubahan tekanan
hipobarik pad a saat melakukan pekerjaan di ketinggian .
3. Menentukan adanya hubungan pajanan dengan diagnosis
klinis : perubahan tekanan udara yang tiba-tiba dan dapat
mengakibatkan barotitis media .
4. Besaran pajanan perubahan tekanan udara yang tiba-tiba di
bawah 1 atmosfer.
5. Peranan faktor individu: adanya gangguan fungsi tuba
sebelumnya (seperti rhinofaringitis , rhinosinusitis , ISPA, )
6. Faktor risiko di luar pekerjaan : sedang menderita flu, ISPA
sehingga meatus tuba tertutup atau pad a bayi USIA < 2 minggu
7
7.
Diagnosis Okupasi : Barotitis Media Akibat Pajanan Hipobarik
Keqa (ICD-10, TlO.O)
3) Terapi
•
Diberikan pengobatan medikamentosa seperti dekongestan,
antiinflamasi, analgetik.
•
Diberikan pendidikan tentang teknik yang benar agar tidak
mengakibatkan perubahan tekanan udara tiba-tiba. (teknik
equalizer/memyeimbangkan tekanan antara telinga luar dan
telinga tengah dengan menelan ludah, jawningl menggerakkan
rahang bawah kekiri- kanan,cara valsava dan menggunakan
Pullitzer bag kalau masih tidak berhasil naik lagi ke ketinggian)
•
Pada waktu naik pesawat harus berkoordinasi dengan "Purser"
untuk sementara pesawat "level off', kalau perlu naik lagi ke
ketinggian tertentu , kemudian Akan turun dengan kecepatan
yang lebih rendah .
4) Prognosis
Barotitis media akibat pajanan perubahan tekanan udara yang tibatiba dapat diobati dan akan sembuh sempurna
5) Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan latihan yang benar teknik
equalizer "Valsalva Manneuver" (penyeimbangan tekanan
telinga luar dan tengah). Menelan ludah pada waktu pesawat
udara naik agar tuba eustachii terbuka, menggerakkan rahang
bawah kekiri kanan dan melakukan gerakan Valsava pada
waktu pesawat turun . Gerakan valsava adalah gerakan yang
dimulai demgan menarik napas panjang menutup glotis dan
cuping hidung dengan ibu jari dan telunjuk kemudian meniup
dengan kuat untuk memasukkan Udara ke rongga telinga
bagian tengah melalui tuba .
Mengurangi kecepatan naik maupun kecepatan turun, agar
tidak terlalu besar selisih tekanan antara udara luar dengan
rongga telinga tengah .
Melarang terbang para awak pesawat yang sedang sakit
saluran pernapasan bag ian atas.
Penggunaan pesawat udara dengan kabin bertekananl
pressurized cabin.
Catatan pada pekerja dan awak kabin termasuk penumpang pesawat
terbang pad a sa at take of dan landing harus melakukan gerakan menelan
ludah untuk menyamakan tekanan udara di luar dan di rongga telinga
8
tengah . Untuk bayi dan anak kecil harus disusui I minum I makan tidak
boleh tidur.
2. SINUS BLOCKI BAROSINUSITIS (ICD-10 T70 .1)
a. Pengertian:
Adalah rasa sakit pada daerah sinus parana salis karena perubahan
tekanan udara . Bertambahnya ketinggian akan menyebabkan tekanan
dalam sinus parana salis menjadi lebih besar dari tekanan di luar tubuh .
sehingga udara dalam ruang sinus akan mengalir keluar sampai terjadi
keseimbangan . Apabila saluran terganggu udara tidak bisa keluar dan
menekan dinding sinus sehingga terjadi rasa sakit
b. Faktor risiko :
Adanya peradangan pada rongga hidung sehingga meatus sinus
paranasal bengkak dan menutup contoh sinusitis, rhinosinusitis ,
common cold atau adanya kelainan pada miatus yang Akan sudah
dapat diketahui pada saat dilakukan "Ear and Sinus check" pada
latihan Aerofisiology.
c. Pekerja berisiko :
Penerbang , pekerja di ketinggian , penumpang pesawat, awak kabin
penerbangan .
d . Tanda dan gejala umum :
Rasa nyeri pada daerah sinus paranasal sesuai dengan sinus yang
terkait sebagai akibat naik/turunnya tekanan udara dalam rongga
sinus.
e . Tatalaksana
1) Kriteria Diagnosis
Anamnesis
riwayat terpajan perubahan tekanan hipobarik
dalam melakukan pekerjaannya, adanya keluhan nyeri sinus
paranasal.
Pemeriksaan Fisik : Nyeri di daerah sinus paranasal
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen sinus
paranasalis
didapatkan tandatanda perselubungan .
2) Diagnos is Okupasi
LangkahIangkah dalam menegakkan diagnosis :
1. Diagnosis klinis barosinusitis/sinus block akibat perubahan
tekanan yang tiba tiba
9
2. Menentukan pajanan di tempat kerja: perubahan tekanan
hipobarik pad a saat melakukan pekerjaan di ketinggian .
3. Menentukan adanya hubungan pajanan dengan diagnosis
klinis: perubahan tekanan udara yang tibatiba dan dapat
mengakibatkan barosinusitis.
4. Besaran pajanan perubahan tekanan udara yang tibatiba di
bawah 1 atmosler.
5. Peranan laktor individu: adanya gangguan sinus (sinusitis)
6. Faktor risiko di luar pekerjaan: kecepatan naik yang berlebihan.
7. Diagnosis Okupasi : Barosinusitis Akibat Pajanan Hipobarik di
Tempat Kerja (ICD10 TlO .1)
3) Terapi
Diberikan pengobatan
antiinllamasi, analgetik.
medikamentosa seperti
dekongestan,
4) Prognosis
Barosinusitis akibat pajanan peru bah an tekanan udara yang tibatiba dapat diobati dengan prognosa yang baik.
5) Pencegahan
Mengurangi kecepatan naik maupun kecepatan turun, agar
tidak terlalu besar selisih tekanan antana udara luar dengan
telinga tengah.
Melarang terbang para awak pesawat yang sedang sa kit
sinusitis
Penggunaan pesawal udara dengan pressurized cabin.
Apabila menderita Commoncold atau ISPA 30 men it sebelum
terbang sebaiknya memakai tetes/semprot hidung.
3. BARODONTALGIA (ICD10, T.70.9)
a. Pengertian
Nyeri gigi yang diakibatkan karena ada perubahan tekanan hipobarik
yang menyebabkan volume gas dalam tumpatan/tambahan gigi yang
tidak sempurna atau udara yang terdapat pada jaringan lunak gigi
yang beradang / periodontis menekan jaringan sekitarnya.
b. Faktor risiko :
Caries, erosi enamel gigi, abses periapikal, inleksi odontogenik dan
peradangan pada jaringan lunak gigi.
c. Pekerja berisiko :
10
Penerbang, pekerja di ketinggian, penumpang pesawat, awak kabin
penerbangan.
d. Tanda dan gejala umum :
Nyeri gigi pada waktu naik atau turun.
e. Tatalaksana
1. Kriteria Diagnosis
Anamnesis
pajanan
Pemeriksaan Fisik
gigi.
Pemeriksaan penunjang
nyeri gigi setelah ada riwayat
hipobarik.
: adanya caries, erosi enamel, abses
periapikal, infeksi jaringan lunak
bila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan rontgen gigi.
2. Diagnosis Okupasi
LangkahIangkah dalam menegakkan diagnosis:
1. Diagnosis klinis gangguan pendengaran akibat perubahan
tekanan yang tiba tiba.
2. Menentukan pajanan di tempat kerja: perubahan tekanan
hipobarik pada saat melakukan pekerjaan di ketinggian dan atau
saat terbang.
3. Menentukan adanya hubungan pajanan dengan diagnosis klinis:
perubahan tekanan udara yang tibatiba dan dapat
mengakibatkan barodontalgia.
4. Besaran pajanan perubahan tekanan udara yang tibatiba di
bawah 1 atmosfer.
5. Peranan faktor individu: adanya caries, erosi enamel, abses
periapikal.
6. Faktor risiko di luar pekerjaan: Kecepatan naik atau turun yang
tinggi.
7. Diagnosis Okupasi : Barodontalgia akibat pajanan hipobarik di
tempat kerja. (ICD10, T.70.9)
3. Penatalaksanaan'
Untuk mengurangi nyeri gunakan analgetik, jika ada
pembengkakan dan peradangan diberikan antibiotik sesuai dengan
kebutuhan. Selanjutnya dirujuk ke dokter gigi terdekat untuk
penatalaksanaan selanjutnya. Bila dalam pesawat level off dahulu,
bila tidak hi lang sakitnya pesawat sebaiknya naik lagi, apabila rasa
sakit sudah hi lang baru turun dengan kecepatan yang lebih rendah,
bekerja sama dengan "purser' atau awak kabin
11
4. Pencegahan
Melakukan pemeriksaan gigi secara berkala dan melakukan
perawalan gigi sesuai dengan lemuan. Pada saal ada keluhan gigi
lidak dianjurkan bekerja pada kelinggian alau terbang.
4. GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN AKIBAT HIPOBARIK
(ICD-1 0, nO.9)
a. Pengerlian
Gejalagejala yang dirasakan pada saluran pencernaan yang
diakibatkan karena ada perubahan tekanan hipobarik yang
menyebabkan volume gas dalam ruang membesar sehingga menekan
jaringan sekitarnya. Gejala dapat ringan yaitu rasa tidak enak
(discomfort) pada perul sampai berat. Rasa discomfort yang lebih
beral terjadi apabila ketinggian dicapai dengan cepat atau terdapal
halangan dalam saluran pencernaan maka pressure equalisation tidak
berjalan dengan lancar. sehingga gasgas sukar keluar. Pada
ketinggian di atas 25 .000 kaki limbul rasa sakit perut yang hebat. sakit
perut ini secara reflekloris dapat menyebabkan turunnya tekanan
darah secara drastis. sehingga pingsan .
b. Faktor risiko :
Infeksi saluran cerna
Makan makanan yang menghasilkan banyak gas sebelum terbang.
Minun minuman yang mengandung C02 ("carbonated beverage")
Mengundang permen karet yang berlebihanl aerophagi
Terbang segera setelah makan.
c. Pekerja berisiko :
Penerbang. pekerja di ketinggian . penumpang pesawal. awak kabin .
d. Tanda dan gejala umum :
Abdomen discomfort untuk yang ringan hingga kolik abdomen. sangat
variatif.
e. Tatalaksana
1. Diagnosis Klinis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
12
: nyeri abdomen/"acut Abdomen"
setelah ada riwayat pajanan
hipobarik.
: adanya nyeri tekan abdomen .
perkusi hipersonor. bising
usus meningkaU negatif
Pemeriksaan penunjang
(setelah terjadi invaginasi
usus), tegang pada otot perut
(defance musculare) .
: bila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan rontgen abdomen .
2. Diagnosis Okupasi
LangkahIangkah dalam menegakkan diagnosis
1. Diagnosis klinis gangguan pencernaan akibat perubahan
tekanan yang tiba tiba.
2. Menentukan pajanan di tempat kerja : perubahan tekanan
hipobarik pada saat melakukan pekerjaan di ketinggian.
3. Menentukan adanya hubungan pajanan dengan diagnosis
klinis: perubahan tekanan udara yang tibatiba dan dapat
mengakibatkan gangguan saluran cerna .
4. Besaran pajanan perubahan tekanan udara yang tibatiba , "rate
of ascend/descend' terlalu besar
5. Peranan faktor individu: adanya infeksi saluran cerna , banyak
asam lambung yang berlebihan
6. Faktor risiko di luar pekerjaan : makan makanan yang
menghasikan banyak gas, minum minuman "carbonated',
mengunyah permen karet berlebihan dan terbang segera
setelah makan
7. Diagnosis Okupasi : Gangguan Saluran Cerna Akibat Pajanan
Hipobarik di Tempat Kerja (lCD10, T70 .9)
3. Penatalaksanaan :
Berhenti bekerja bagi pekerja yang bekerja di ketinggian .
Kendorkan semua pakaian terutama ikat pinggang. Posisi
Trendelenberg bila rasa sakit dibagian atas, sebaliknya bila
rasa sakit dibagian bawah.
Usaha kan mengeluarkan Udara dari muluV dubur.
Apabila ada gejala muntah atau bising usus (), segera rujuk
ke spesialis bedah terdekat.
4. Pencegahan
Tindakan preventif agar tidak banyak terkumpul gas dalam saluran
pencernaan , meliputi :
Dilarang minum bir, air soda dan minuman lain yang
mengandung gas CO 2 sebelum terbang .
Makanan yang dilarang sebelum terbang adalah bawang
merah, bawang putih, kubis , kacangkacangan , ketimun ,
semangka Dan buncis.
Hindari makan permen karet berlebihan (aerophagi)
13
Tidak dibenarkan makan dengan gesagesa dan sambil
bekerja.
Baru bekerjal terbang lagi minimal 30 menit setelah makan.
B. HIPOKSIK HIPOKSIA (ICD-10 T70.2)
1. Pengertian :
Hipoksia adalah suatu kumpulan gejala yang diakibatkan karena
berkurangnya konsentrasi oksigen di dalam jaringan dan cairan tubuh
sehingga terjadi gangguan fungsi fisiologis. Keadaan tersebut adalah suatu
kondisi akut.
Hipoksia yang disebabkan karena ketinggian disebut hipoksia hipoksik
(mountain sickness). Dengan berkurangnya tekanan udara pada
ketinggian, maka tekanan parsiil oksigen dalam udara menu run atau
mengecil. Mengecilnya tekanan parsiil oksigen dalam udara pernapasan
akan berakibat terjadinya hipoksia hipoksik.
Secara fisiologis ketinggian dibagi menjadi 3:
A. "Physiologycal zone" antara permukaan tanah 10.000 kaki
Pada ketinggian ini orang dapat hidup secara normal tanpa memerlukan
alat Bantu, meskipun masih dapat terjadi hipoksia tetapi Hipoksia tipe
lain.
B. "Physiologycal deficient zone" antara 10.000 50.000 kaki, dimana alat
Bantu sangat diperlukan untuk dapat bekerja dengan baik. Biasanya alat
Bantu yang diperlukan adalah peralatan 02 dan Kabin bertekanan.
c. "Space Like Zone" adalah ketinggian diatas 50,000 kaki, disini
diperlukan
peralatan
Bantu
seperti
berada
di
Ruang
Angkasa/Space.
Gejalagejala hipoksia yang timbul ditentukan oleh ketinggian tempat orang
tersebut berada. Berdasarkan gejala yang terjadi dapat dibagi menjadi 4
golongan yaitu :
a. The Indifferent Stage, yaitu ketinggian dari sea level sampai ketinggian
10.000 kaki Biasanya yang terganggu oleh hipoksia di daerah ini hanya
penglihatan malam dengan daya adaptasi gelap terganggu. Pada
umumnya gangguan ini sudah mulai nyata pada ketinggian di atas 5.000
kaki
b. Compensatory Stage, yaitu ketinggian dari 10.000 sampai 15.000 kaki
Pada daerah ini sistem peredaran darah dan pernapasan telah
mengadakan perubahan dengan menaikkan frekuensi nadi dan
pernapasan, menaikkan tekanan darah sistolik dan cardiac output untuk
14
mengatasi hipoksia yang terjadi. Pada daerah ini sistem saraf telah
terganggu , oleh karena itu tiap awak pesawat yang terbang di daerah ini
harus menggunakan oksigen.
c. Disturbance Stage, yaitu ketinggian dari 15.000 kaki sampai 20.000 kaki.
Pada daerah ini usaha tubuh untuk mengatasi hipoksia sangat terbatas
waktunya, jadi pada daerah ini orang tidak akan dapat lama tanpa
bantuan oksigen . Biasanya tandatanda serangan hipoksia ini tidak
terasa hanya kadangkadang saja timbul rasa malas, ngantuk, euphoria
dan sebagainya, sehingga tahutahu orang tersebut menjadi pingsan.
Gejalagejala obyektif antara lain pandangan menjadi menyempit (tunnel
vision), kepandaian menurun , judgement terganggu . Oleh karena itu
pada daerah ini merupakan keharusan mutlak seluruh awak pesawat
maupun penumpang untuk menggunakan oksigen.
d. Critical Stage, yaitu daerah dari ketinggian 20.000 kaki sampai 23 .000
kaki Pada daerah ini dalam waktu 3 5 menit saja orang sudah tidak
dapat menggunakan lagi pikiran dan judgement lain tanpa bantuan
oksigen .
2. Faktor risiko :
kondisi badan yang tidak bugar(dalam keadaan sakitJbaru sebuh dari sa kit,
baru melakukan kegiatan fisik yang berlebihan).
3. Pekerja berisiko :
Penerbang, pekerja di ketinggian, penumpang pesawat, awak kabin .
4. Tanda dan gejala umum :
Gejala yang timbul pad a hipoksia sangat individual, tidak ada "warning
sign" dan bersifat "incidious"/ secara perlahan lahan . Sedang berat
ringannya gejala tergantung pada lamanya berada di daerah itu , cepatnya
mencapai ketinggian tersebut, kondisi badan orang yang menderitanya dan
lain sebagainya . Gejalagejala ini dapat dikelompokkan dalam dua
golongan, yaitu :
Gejalagejala Obyektif :
Air hunger, yaitu rasa ingin menarik napas panjang terusmenerus
(respiration rate> 20X, tidal volume menurun)
Frekuensi nadi menurun
Gangguan pada cara berpikir dan berkonsentrasi
• Gangguan dalam melakukan gerakan koordinatif misalnya memasukkan
paku ke dalam lubang yang sempit.
Cyanosis , yaitu warna kulit , kuku dan bibir menjadi pucat atau biru.
Lemas
Kejangkejang
15
Tidak Sadar
Gejalagejala Subyektif :
Malas
Ngantuk
Euphoria yaitu rasa gembira tanpa sebab dan kadangkadang timbul
rasa
sok jagoan. Rasa ini yang harus mendapat perhatian khusus pada
awak
pesawat, karena euphoria ini banyak membawa korban akibat
tidak adanya
kese imbangan lagi antara kemampuan yang mulai mundur
dan kemauan yang meningkat.
Self Confidence meningkat sehingga mengganggu proses berpikir.
Gambar euforia karena hipoksia
5. Tatalaksana
1. Diagnosis Klinis
Anamnesis
: keluhan tanda tanda hipoksia setelah ada riwayat
pajanan hipobarik.
Pemeriksaan Fisik : gelisah, takikardia, takipneu , cyanosis, keringat
dingin , euphoria, rasa percaya diri meningkatJ
berlebihan
Pemeriksaan pe nunjang: pemeriksaan P0 2 pada darah arteri .
2. Diagnosis Okupasi
LangkahIangkah dalam menegakkan diagnosis:
1. Diagnosis klinis hipoksia hipoksik akibat penurunan tekanan udara
2. Menentukan pajanan di tempat kerja : perubahan tekanan hipobarik
pada saat melakukan pekerjaan di ketinggianl penerbangan pada
ketinggian tertentu
16
3. Menentukan adanya hubungan pajanan dengan diagnosis klinis:
perubahan tekanan udara dan dapat mengakibatkan hipoksia
hipoksik
4. Besaran pajanan perubahan tekanan udara di bawah 1 atmosfer.
5. Peranan faktor individu: anemia, penyakit saluran nafas. kelelahan
6. Faktor risiko di luar pekerjaan: 7. Diagnosis Okupasi : Hipoksia Hipoksik Akibat Pajanan Hipobarik di
Tempat Kerja (ICD1O . T70.2)
3. Penatalaksanaan :
Segera dberikan oksigen sesuai dengan kebutuhan kalau ,
diperlukan memakai tekanan positif
Istirahat berhenti melakukan pekerjaan
Usaha kan mengatur frekuensi Napas
Ind
S
sセri@
PEDOMAN TATALAKSANA PENYAKIT AKIBAT KERJA
BAGI PETUGAS KESEHATAN
PENYAKIT AKIBA T KERJA KARENA
PAJANAN HIPOBARIK
DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2012
ii
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
Pekerja memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa
karena jumlahnya yang sangat besar, berperan dalam mengembangkan
pembangunan perekonomian negara, dan merupakan tulang punggung ekonomi
keluarga. Bila pekerja sehat dan produktif, ekonomi keluarga meningkat dan
berdampak pada ekonomi pembangunan bangsa serta angka kemiskinan dapat
diturunkan yang secara otomatis angka IMR dan MMR dapat diturunkan dan
status gizi dapat ditingkatkan.
Dalam perkembangan industrialisasi dan teknologi, makin banyak bahan dan alat
yang digunakan mempunyai risiko terhadap kesehatan pekerja. Pekerja dapat
terkena penyakit baik penyakit menular yang saat ini masih tinggi juga penyakit
tidak menular termasuk penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan di tempat kerja.
Penyakit akibat kerja ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas pekerja dan
bila tidak ditangani secara baik akan menyebabkan kecacatan seumur hidup
bahkan kematian. Oleh karena itu yang penting adalah deteksi dini penyaki!.
Untuk itu deteksi diperlukan kemampuan yang cukup dari
dokter dalam
diagnosis dini dan penanganan yang tepa!.
Saya menyambut baik adanya pedoman ini, semoga bermanfaat bagi dokter di
pelayanan kesehatan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA
DR.dr. H. Siamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena at as limpahan
rahmat dan karuniaNya buku Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja ini
dapat diselesaikan.
Perkembangan industri saat ini sarat akan teknologi yang selain berdampak
positif dari segi ekonomi namun juga dapat menimbulkan dampak buruk bagi
kesehatan.
Dokter di fasilitas kesehatan dasar sangat berperan untuk mencegah timbulnya
penyakit dan kecacatan akibat kerja dengan melakukan deteksi dini dan
penanganan yang tepa!.
Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja ini, diharapkan
memberikan informasi yang cukup bagi petugas kesehatan, dan
membantu dalam mengembangkan program.
dapat
dapat
Terimakasih kami sampaikan kepada PERDOKI yang telah berperan dalam
penyusunan pedoman ini. Terima kasih juga kepada semua pihak yang
membantu.
Kami menyadari pedoman ini tentu masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami sang at mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan dan
penyempurnaan dimasa mendatang.
Akhir kata, kami berharap semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi petugas
kesehatan khususnya dokter di fasilitas kesehatan dasar seperti puskesmas,
klinik perusahaan, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya maupun bagi
instansi terkai!.
Jakarta, Juni 2012
Direktur Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga
dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS
iv
TIM PENYUSUN
1. dr. Soemardoko, SpM , SpKP
2. dr. Mintoro Soemego , MS
3. Dr. dr. Dewi Soemarko , MS, SpOk
4. dr. Erna Tresnaningsih , MOH , PhD, SpOk
5. dr. Suryo Wibowo, MKK , SpOk
6. dr. Susan HM, MS, SpKL
7 . dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS
8. dr. Dina Dariana, MKK
9. dr. Istiati Suraningsih , MKK
10. dr. Harumiti , MKK
11 . dr. Inne Nutfiliana , MKK
12 . Ahmad Nadjmudin Mabruri, SKM
v
DAFTAR 151
KATA SAMBUTAN
.... i
KATA PENGANTAR
.... ii
TIM PENYUSUN
.... iii
DAFTAR lSi ................... .. . .
...... iv
BABI.PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN .... .. ... ... .. . ... .
C. SASARAN ............... . .
D. RUANG LlNGKUP ......... ....... . .......... .
BAB II. FISIOLOGI PERUBAHAN TEKANAN HIPOBARIK
BAB III. PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA PAJANAN HIPOBARIK
A. "TRAPED GAS"
B. HIPOKSIA HIPOKSIK
C. PENYAKIT DEKOMPRESI AKIBAT PAJANAN HIPOBARIK.
BABIV. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA ....... .... .
vi
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya biasa hidup di permukaan tanah dengan tekanan udara
satu atmosfir. suhu antara 20 DC sampai dengan 35 DC dan Gaya G sebesar 1 G.
Karena tuntutan pekerjaan dan adanya perkembangan teknologi, kadang-kadang
manusia harus bekerja di ketinggian baik dipegunungan maupun di udara. Oleh
karena itu manusia akan terpajan dalam keadaan hipobarik, yang merupakan
lingkungan yang tidak fisiologis bagi manusia .
Beberapa contoh profesi dimana pekerja akan terpajan dalam kondisi hipobarik,
diantaranya penerbang , awak kabin , penumpang pesawat terbang, olahragawan
terjun dirgantara , penghuni atau pekerja yang bekerja di daerah pegunungan
(Iebih dari 5000 kaki) (1 m = 3,3 kaki ) Pekerja yang terpajan dalam lingkungan
tersebut diatas secara umum akan terpajan pada penurunan tekanan udara di
sekitarnya sesuai dengan ketinggian dengan segala konsekuensinya.
Berdasarkan tiga mekanisme dasar yang sangat berpengaruh yaitu proses
keseimbangan tekanan udara yang terkurung dalam rongga yang normal/tidak
normal dalam tubuh , berkurangnya kadar oksigen diketinggian dan keluarnya
udara yang sebelumnya larut dalam cairan tubuh dan jaringan lemak , kondisi ini
dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan pekerja sesuai dengan risikorisiko yang dihadapinya .
Indonesia belum mempunyai data angka kejadian Penyakit Akibat Hipobarik
secara rinci. Dengan disusunnya buku pedoman ini diharapkan angka kejadian
dapat dilaporkan serta dimonitor secara rinci , sehingga dapat dijadikan acuan
untuk menyusun kebijakan .
Ada tiga kelompok utama penyakit akibat kerja sebagai akibat dari kondisi
terpajan hipobarik yang perlu dibicarakan "Trapped Gas", "Hypoxic Hypoxia" dan
"Evolved Gas". Penyakit akibat Hipobarik tersebut akan dijelaskan berdasarkan
Hukum Boyle , Hukum Dalton dan Hukum Henry.
Gambar 1. Pekerja di kelinggian
B. Tujuan
Sebagai bahan acuan bagi dokler pelayanan primer dalam menegakkan
diagnosis dini dan melakukan upaya kesehalan , lalalaksana penyakil
akibal perubahan lekanan rendah (hipobarik).
C. Sasaran
Dokler di fasililas pelayanan kesehalan primer yang berhubungan dengan
kegialan penerbangan dan di wilayah pegunungan (> 5000 kaki).
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman lalalaksana penyakil akibal kerja karena pajanan
hipobarik melipuli pengenalan pajanan dan faklor-faklor risiko,
lalalaksana dan pencegahan .
2
BAB II
FISIOLOGI PERU BAHAN TEKANAN RENDAH (HIPOBARIK)
Susunan atmosfer pada zaman dahulu berbeda dengan susunan atmosfer pada
zam an sekarang . Susunan atmosfer pada zaman dahulu , ya itu pada saat
pembentukan atmosfer, terdiri dari gas-gas Hidrogen , Amoniak, Methan, Helium
dan uap air dan disebut protoatmosfer. Dengan berbagai perubahan terjadilah
atmosfer seperti sekarang ini, yang disebut neoatmosfer dan selanjutnya kita
sebut atmosfer. Gas-gas pada atmosfer terdiri dari : Nitrogen dengan prosentase
70,09% , Oksigen dengan prosentase 20,95%, Argon 0,93%, Karbon Dioksida
0,03% dan sisanya terdiri dari gas-gas yang sangat keeil jumlahnya(terdiri dari
Helium, Neon, Hidrogen, Xenon dan lain-lain).
Berdasarkan sifat fisiologis atmosfir dibagi tiga zona sebagai berikut :
a. Physiological Zone (daerah fisiologis)
Physiological zone adalah suatu daerah yang terbentang dari permukaan bumi
sampai ketinggian 10.000 kaki, dimana pada zone ini manusia masih dapat
melakukan kegiatan tanpa memerlukan alat bantu pernafasan . Gangguan
penglihatan warna mulai terjadi pada ketinggian 5000 kaki Hセ@ 1500 meter di atas
permukaan laut) , terutama pad a waktu malam hari. Kondisi ini dapat terjadi pada
pekerja yang bekerja di pegunungan tinggi.
Awak kabin dan pilot penerbangan sipil meskipun berada pada ketinggian lebih
dari 10.000 kaki tetapi tekanan kabin pesawat diatur sesuai dengan ketinggian
diantara 5.000 sampai dengan 8.000 kaki , masih dalam physiological zone ,
sehingga masih dapat melakukan pekerjaan dengan baik tanpa memerlukan alat
bantu.
b . Physiological Defficient Zone (daerah defisien fisiologi)
Phyisiological deficient zone adalah daerah yang terbentang dari ketinggian
10.000 kaki sampai 50.000 kaki.
Pada zona ini orang akan mengalami
gangguan fisiologi atau mengalami kelainan faal tubuh diantaranya hipoksia
hipoksik, namun manusia masih dapat bekerja dengan baik apabila
menggunakan alat bantu (perangkat oksigen, kabin bertekanan) . Untuk
keselamatan mulai ketinggian 28.500 kaki harus menggunakan oksigen dengan
tekanan positif (diluter pressure demand). Contohnya pad a penerbang pada
pesawat tempur.
c. Space Equivalent Zone (daerah menyerupai ruang angkasa)
Spaee like zone adalah ketinggian di atas 50.000 kaki dimana orang akan
mengalami hipoksia hipoksk yang berat, oleh karena itu peralatan yang dipakai
3
sesuai dengan peralatan yang dipakai oleh astronout (full pressure suit , sealed
Cabin) untuk ke ruang angkasa.
Ada beberapa masalah akibat perubahan tekanan hipobarik yaitu :
a) "Trapped Gas" adalah suatu permasalahan penyesuaian tekanan udara di
dalam rongga yang normal terdapat dalam tubuh seperti sinus paranasalis,
rongga telinga bagian tengah , saluran pencernaan dan kondisi rongga yang
timbul karena gigi yang berlubang dan jaringan lunak gigi yang mengalami
peradangan (periodontitis) . Ini dapat dijelaskan sesuai Hukum Boyle (tekanan x
volume = Constan)
Jenis penyakit akibat trapped gas :
1. Barotitis media (Ear blocked)
2. Barosunusitis (Sinus block)
3. Barodontalgia
4 . Gangguan saluran pencernaan
b)
Hipoksia adalah suatu kumpulan gejala yang diakibatkan karena berkurangnya
konsentrasi oksigen di dalam jaringan dan cairan tubuh sehingga terjadi
gangguan fungsi fisiologis . Hipoksia yang dibicarakan di sini adalah hipoksia
hipoksik (mountain sickness).
c)
"Evolved Gas" adalah sekumpulan gejala sebagai akibat keluarnya gelembung
gelembung udara (Nitrogen/N2) yang sebelumnya larut dalam cairan tubuh atau
jaringan
lemak tubuh
sebagai
akibat
berkurangnya
tekanan
udara
disekelilingnya(hipobarik) dengan gejala bend, chokes, skin symptom, CNS
problem , neurovascular co/laps
Gejala-gejala terdapat dalam Penyakit
Dekompresi yang disebabkan karena perubahan tekanan hipobarik. Apabila
sudah terjadi skin symptom, maka ini merupakan tanda kritis yang harus segera
dirujuk ke fasilitas yang mempunyai fasilitas HIPERBARIK .
Patofiologi terjadinya evolved gas adalah berdasarkan Hukum Henry Uumlah
udara yang dapat larut dalam suatu larutan , berbanding lurus dengan besar
tekanan udara di sekitarnya).
Ketinggian kritis dimana evolved gas mulai terjadi adalah 25.000 kaki (FL 250)
tetapi dapat terjadi pada ketinggian lebih rendah bila sebelum terbang melakukan
penyelaman (sebaiknya setelah menyelam tidak boleh langsung terbang dalam
kurun waktu 12 jam).
4
f
c.J;o.Jphorc
L
セ
セ@
i@
"p3C-Gcrafl
セ
N@
tlJcnnophoro
mc.soPlJlDC
moo$O$phore
...u-at op
L.l5.
IJ"Oj)OSphere
Gambar 2. Fisiologis Atmosfir
5
BAB III
PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA PAJANAN
HIPOBARIK
A. TRAPPED GAS
1.
BAROTITIS MEDIA I AEROTITIS (ICD-10, T70.0)
a.
Pengertian:
Adalah rasa sakit pada telinga tengah karena teregangnya selaput
gendang akibat terganggunya penyamaan tekanan sebagai akibat
Bertambahnya
ketinggian
akan
perubahan
tekanan
udara.
menyebabkan tekanan dalam telinga tengah menjadi lebih besar dari
tekanan di luar tubuh , sehingga akan terjadi aliran udara dari telinga
tengah ke luar tubuh melalui tuba Eustachii. Bila bertambahnya
ketinggian terjadi dengan cepat, maka usaha mengadakan
keseimbangan tidak cukup waktu . Hal ini akan menyebabkan
ketegangan , perdarahan bahkan dapat terjadi robekan selaput
gendang telinga ( tambah gambar )
Kejadian serupa dapat terjadi juga pada waktu ketinggian berkurang ,
bahkan lebih sering terjadi karena pada waktu turun tekanan di telinga
tengah menjadi lebih kecil dari tekanan di luar sehingga udara akan
mengalir masuk telinga tengah , sedang muara tuba eustachii di
tenggorokan biasanya sering tertutup (pada saat menderita flu) ,
sehingga menyukarkan aliran udara masuk kerongga tersebut.
Gambar 2. Barotitis Media
6
b. Faktor risiko :
Adanya peradangan saluran pernafasan atas yang mengganggu
patensi tuba eustachii, contoh rhinofaringistis , rhinosinusitis dan ISPA
lainnya. Adanya kelainan lubang dari salurannya
c.
Pekerja berisiko :
Penerbang, pekerja di ketinggian, penumpang pesawat , awak kabin
penerbangan.
d. Tanda dan gejala umum :
Nyeri pada telinga tengah saat adanya perubahan tekanan
Gangguan pendengaran
Dapat terjadi perdarahan di telinga,
e. Tatalaksana:
1) Kriteria Diagnosis
Anamnesis
riwayat terpajan perubahan tekanan hipobarik
dalam melakukan pekerjaannya , adanya keluhan nyeri telinga.
Pemeriksaan Fisik
Tampak oedema membran timpani , warna kemerahan
(perdarahan pada membrana tympani), atau perforasi
timpani yang baru .
Tes Penala : Tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke sisi
yang sakit, hal ini menunjukkan adanya gangguan konduktif.
Audiometri nada murni: Terdapat gangguan konduktif
- Tympanometri: terdapat gambaran timpanogram tipe C ,yang
berarti terdapat tekanan negatif di rongg a telinga tengah
2) Diagnosis Okupasi
Langkah-Iangkah dalam menegakkan diagnosis:
1. Diagnosis klinis rasa sa kit yang mend adak ,
gangguan
pendengaran akibat perubahan tekanan yang tiba tiba
2. Menentukan pajanan di tempat kerja: perubahan tekanan
hipobarik pad a saat melakukan pekerjaan di ketinggian .
3. Menentukan adanya hubungan pajanan dengan diagnosis
klinis : perubahan tekanan udara yang tiba-tiba dan dapat
mengakibatkan barotitis media .
4. Besaran pajanan perubahan tekanan udara yang tiba-tiba di
bawah 1 atmosfer.
5. Peranan faktor individu: adanya gangguan fungsi tuba
sebelumnya (seperti rhinofaringitis , rhinosinusitis , ISPA, )
6. Faktor risiko di luar pekerjaan : sedang menderita flu, ISPA
sehingga meatus tuba tertutup atau pad a bayi USIA < 2 minggu
7
7.
Diagnosis Okupasi : Barotitis Media Akibat Pajanan Hipobarik
Keqa (ICD-10, TlO.O)
3) Terapi
•
Diberikan pengobatan medikamentosa seperti dekongestan,
antiinflamasi, analgetik.
•
Diberikan pendidikan tentang teknik yang benar agar tidak
mengakibatkan perubahan tekanan udara tiba-tiba. (teknik
equalizer/memyeimbangkan tekanan antara telinga luar dan
telinga tengah dengan menelan ludah, jawningl menggerakkan
rahang bawah kekiri- kanan,cara valsava dan menggunakan
Pullitzer bag kalau masih tidak berhasil naik lagi ke ketinggian)
•
Pada waktu naik pesawat harus berkoordinasi dengan "Purser"
untuk sementara pesawat "level off', kalau perlu naik lagi ke
ketinggian tertentu , kemudian Akan turun dengan kecepatan
yang lebih rendah .
4) Prognosis
Barotitis media akibat pajanan perubahan tekanan udara yang tibatiba dapat diobati dan akan sembuh sempurna
5) Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan latihan yang benar teknik
equalizer "Valsalva Manneuver" (penyeimbangan tekanan
telinga luar dan tengah). Menelan ludah pada waktu pesawat
udara naik agar tuba eustachii terbuka, menggerakkan rahang
bawah kekiri kanan dan melakukan gerakan Valsava pada
waktu pesawat turun . Gerakan valsava adalah gerakan yang
dimulai demgan menarik napas panjang menutup glotis dan
cuping hidung dengan ibu jari dan telunjuk kemudian meniup
dengan kuat untuk memasukkan Udara ke rongga telinga
bagian tengah melalui tuba .
Mengurangi kecepatan naik maupun kecepatan turun, agar
tidak terlalu besar selisih tekanan antara udara luar dengan
rongga telinga tengah .
Melarang terbang para awak pesawat yang sedang sakit
saluran pernapasan bag ian atas.
Penggunaan pesawat udara dengan kabin bertekananl
pressurized cabin.
Catatan pada pekerja dan awak kabin termasuk penumpang pesawat
terbang pad a sa at take of dan landing harus melakukan gerakan menelan
ludah untuk menyamakan tekanan udara di luar dan di rongga telinga
8
tengah . Untuk bayi dan anak kecil harus disusui I minum I makan tidak
boleh tidur.
2. SINUS BLOCKI BAROSINUSITIS (ICD-10 T70 .1)
a. Pengertian:
Adalah rasa sakit pada daerah sinus parana salis karena perubahan
tekanan udara . Bertambahnya ketinggian akan menyebabkan tekanan
dalam sinus parana salis menjadi lebih besar dari tekanan di luar tubuh .
sehingga udara dalam ruang sinus akan mengalir keluar sampai terjadi
keseimbangan . Apabila saluran terganggu udara tidak bisa keluar dan
menekan dinding sinus sehingga terjadi rasa sakit
b. Faktor risiko :
Adanya peradangan pada rongga hidung sehingga meatus sinus
paranasal bengkak dan menutup contoh sinusitis, rhinosinusitis ,
common cold atau adanya kelainan pada miatus yang Akan sudah
dapat diketahui pada saat dilakukan "Ear and Sinus check" pada
latihan Aerofisiology.
c. Pekerja berisiko :
Penerbang , pekerja di ketinggian , penumpang pesawat, awak kabin
penerbangan .
d . Tanda dan gejala umum :
Rasa nyeri pada daerah sinus paranasal sesuai dengan sinus yang
terkait sebagai akibat naik/turunnya tekanan udara dalam rongga
sinus.
e . Tatalaksana
1) Kriteria Diagnosis
Anamnesis
riwayat terpajan perubahan tekanan hipobarik
dalam melakukan pekerjaannya, adanya keluhan nyeri sinus
paranasal.
Pemeriksaan Fisik : Nyeri di daerah sinus paranasal
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen sinus
paranasalis
didapatkan tandatanda perselubungan .
2) Diagnos is Okupasi
LangkahIangkah dalam menegakkan diagnosis :
1. Diagnosis klinis barosinusitis/sinus block akibat perubahan
tekanan yang tiba tiba
9
2. Menentukan pajanan di tempat kerja: perubahan tekanan
hipobarik pad a saat melakukan pekerjaan di ketinggian .
3. Menentukan adanya hubungan pajanan dengan diagnosis
klinis: perubahan tekanan udara yang tibatiba dan dapat
mengakibatkan barosinusitis.
4. Besaran pajanan perubahan tekanan udara yang tibatiba di
bawah 1 atmosler.
5. Peranan laktor individu: adanya gangguan sinus (sinusitis)
6. Faktor risiko di luar pekerjaan: kecepatan naik yang berlebihan.
7. Diagnosis Okupasi : Barosinusitis Akibat Pajanan Hipobarik di
Tempat Kerja (ICD10 TlO .1)
3) Terapi
Diberikan pengobatan
antiinllamasi, analgetik.
medikamentosa seperti
dekongestan,
4) Prognosis
Barosinusitis akibat pajanan peru bah an tekanan udara yang tibatiba dapat diobati dengan prognosa yang baik.
5) Pencegahan
Mengurangi kecepatan naik maupun kecepatan turun, agar
tidak terlalu besar selisih tekanan antana udara luar dengan
telinga tengah.
Melarang terbang para awak pesawat yang sedang sa kit
sinusitis
Penggunaan pesawal udara dengan pressurized cabin.
Apabila menderita Commoncold atau ISPA 30 men it sebelum
terbang sebaiknya memakai tetes/semprot hidung.
3. BARODONTALGIA (ICD10, T.70.9)
a. Pengertian
Nyeri gigi yang diakibatkan karena ada perubahan tekanan hipobarik
yang menyebabkan volume gas dalam tumpatan/tambahan gigi yang
tidak sempurna atau udara yang terdapat pada jaringan lunak gigi
yang beradang / periodontis menekan jaringan sekitarnya.
b. Faktor risiko :
Caries, erosi enamel gigi, abses periapikal, inleksi odontogenik dan
peradangan pada jaringan lunak gigi.
c. Pekerja berisiko :
10
Penerbang, pekerja di ketinggian, penumpang pesawat, awak kabin
penerbangan.
d. Tanda dan gejala umum :
Nyeri gigi pada waktu naik atau turun.
e. Tatalaksana
1. Kriteria Diagnosis
Anamnesis
pajanan
Pemeriksaan Fisik
gigi.
Pemeriksaan penunjang
nyeri gigi setelah ada riwayat
hipobarik.
: adanya caries, erosi enamel, abses
periapikal, infeksi jaringan lunak
bila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan rontgen gigi.
2. Diagnosis Okupasi
LangkahIangkah dalam menegakkan diagnosis:
1. Diagnosis klinis gangguan pendengaran akibat perubahan
tekanan yang tiba tiba.
2. Menentukan pajanan di tempat kerja: perubahan tekanan
hipobarik pada saat melakukan pekerjaan di ketinggian dan atau
saat terbang.
3. Menentukan adanya hubungan pajanan dengan diagnosis klinis:
perubahan tekanan udara yang tibatiba dan dapat
mengakibatkan barodontalgia.
4. Besaran pajanan perubahan tekanan udara yang tibatiba di
bawah 1 atmosfer.
5. Peranan faktor individu: adanya caries, erosi enamel, abses
periapikal.
6. Faktor risiko di luar pekerjaan: Kecepatan naik atau turun yang
tinggi.
7. Diagnosis Okupasi : Barodontalgia akibat pajanan hipobarik di
tempat kerja. (ICD10, T.70.9)
3. Penatalaksanaan'
Untuk mengurangi nyeri gunakan analgetik, jika ada
pembengkakan dan peradangan diberikan antibiotik sesuai dengan
kebutuhan. Selanjutnya dirujuk ke dokter gigi terdekat untuk
penatalaksanaan selanjutnya. Bila dalam pesawat level off dahulu,
bila tidak hi lang sakitnya pesawat sebaiknya naik lagi, apabila rasa
sakit sudah hi lang baru turun dengan kecepatan yang lebih rendah,
bekerja sama dengan "purser' atau awak kabin
11
4. Pencegahan
Melakukan pemeriksaan gigi secara berkala dan melakukan
perawalan gigi sesuai dengan lemuan. Pada saal ada keluhan gigi
lidak dianjurkan bekerja pada kelinggian alau terbang.
4. GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN AKIBAT HIPOBARIK
(ICD-1 0, nO.9)
a. Pengerlian
Gejalagejala yang dirasakan pada saluran pencernaan yang
diakibatkan karena ada perubahan tekanan hipobarik yang
menyebabkan volume gas dalam ruang membesar sehingga menekan
jaringan sekitarnya. Gejala dapat ringan yaitu rasa tidak enak
(discomfort) pada perul sampai berat. Rasa discomfort yang lebih
beral terjadi apabila ketinggian dicapai dengan cepat atau terdapal
halangan dalam saluran pencernaan maka pressure equalisation tidak
berjalan dengan lancar. sehingga gasgas sukar keluar. Pada
ketinggian di atas 25 .000 kaki limbul rasa sakit perut yang hebat. sakit
perut ini secara reflekloris dapat menyebabkan turunnya tekanan
darah secara drastis. sehingga pingsan .
b. Faktor risiko :
Infeksi saluran cerna
Makan makanan yang menghasilkan banyak gas sebelum terbang.
Minun minuman yang mengandung C02 ("carbonated beverage")
Mengundang permen karet yang berlebihanl aerophagi
Terbang segera setelah makan.
c. Pekerja berisiko :
Penerbang. pekerja di ketinggian . penumpang pesawal. awak kabin .
d. Tanda dan gejala umum :
Abdomen discomfort untuk yang ringan hingga kolik abdomen. sangat
variatif.
e. Tatalaksana
1. Diagnosis Klinis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
12
: nyeri abdomen/"acut Abdomen"
setelah ada riwayat pajanan
hipobarik.
: adanya nyeri tekan abdomen .
perkusi hipersonor. bising
usus meningkaU negatif
Pemeriksaan penunjang
(setelah terjadi invaginasi
usus), tegang pada otot perut
(defance musculare) .
: bila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan rontgen abdomen .
2. Diagnosis Okupasi
LangkahIangkah dalam menegakkan diagnosis
1. Diagnosis klinis gangguan pencernaan akibat perubahan
tekanan yang tiba tiba.
2. Menentukan pajanan di tempat kerja : perubahan tekanan
hipobarik pada saat melakukan pekerjaan di ketinggian.
3. Menentukan adanya hubungan pajanan dengan diagnosis
klinis: perubahan tekanan udara yang tibatiba dan dapat
mengakibatkan gangguan saluran cerna .
4. Besaran pajanan perubahan tekanan udara yang tibatiba , "rate
of ascend/descend' terlalu besar
5. Peranan faktor individu: adanya infeksi saluran cerna , banyak
asam lambung yang berlebihan
6. Faktor risiko di luar pekerjaan : makan makanan yang
menghasikan banyak gas, minum minuman "carbonated',
mengunyah permen karet berlebihan dan terbang segera
setelah makan
7. Diagnosis Okupasi : Gangguan Saluran Cerna Akibat Pajanan
Hipobarik di Tempat Kerja (lCD10, T70 .9)
3. Penatalaksanaan :
Berhenti bekerja bagi pekerja yang bekerja di ketinggian .
Kendorkan semua pakaian terutama ikat pinggang. Posisi
Trendelenberg bila rasa sakit dibagian atas, sebaliknya bila
rasa sakit dibagian bawah.
Usaha kan mengeluarkan Udara dari muluV dubur.
Apabila ada gejala muntah atau bising usus (), segera rujuk
ke spesialis bedah terdekat.
4. Pencegahan
Tindakan preventif agar tidak banyak terkumpul gas dalam saluran
pencernaan , meliputi :
Dilarang minum bir, air soda dan minuman lain yang
mengandung gas CO 2 sebelum terbang .
Makanan yang dilarang sebelum terbang adalah bawang
merah, bawang putih, kubis , kacangkacangan , ketimun ,
semangka Dan buncis.
Hindari makan permen karet berlebihan (aerophagi)
13
Tidak dibenarkan makan dengan gesagesa dan sambil
bekerja.
Baru bekerjal terbang lagi minimal 30 menit setelah makan.
B. HIPOKSIK HIPOKSIA (ICD-10 T70.2)
1. Pengertian :
Hipoksia adalah suatu kumpulan gejala yang diakibatkan karena
berkurangnya konsentrasi oksigen di dalam jaringan dan cairan tubuh
sehingga terjadi gangguan fungsi fisiologis. Keadaan tersebut adalah suatu
kondisi akut.
Hipoksia yang disebabkan karena ketinggian disebut hipoksia hipoksik
(mountain sickness). Dengan berkurangnya tekanan udara pada
ketinggian, maka tekanan parsiil oksigen dalam udara menu run atau
mengecil. Mengecilnya tekanan parsiil oksigen dalam udara pernapasan
akan berakibat terjadinya hipoksia hipoksik.
Secara fisiologis ketinggian dibagi menjadi 3:
A. "Physiologycal zone" antara permukaan tanah 10.000 kaki
Pada ketinggian ini orang dapat hidup secara normal tanpa memerlukan
alat Bantu, meskipun masih dapat terjadi hipoksia tetapi Hipoksia tipe
lain.
B. "Physiologycal deficient zone" antara 10.000 50.000 kaki, dimana alat
Bantu sangat diperlukan untuk dapat bekerja dengan baik. Biasanya alat
Bantu yang diperlukan adalah peralatan 02 dan Kabin bertekanan.
c. "Space Like Zone" adalah ketinggian diatas 50,000 kaki, disini
diperlukan
peralatan
Bantu
seperti
berada
di
Ruang
Angkasa/Space.
Gejalagejala hipoksia yang timbul ditentukan oleh ketinggian tempat orang
tersebut berada. Berdasarkan gejala yang terjadi dapat dibagi menjadi 4
golongan yaitu :
a. The Indifferent Stage, yaitu ketinggian dari sea level sampai ketinggian
10.000 kaki Biasanya yang terganggu oleh hipoksia di daerah ini hanya
penglihatan malam dengan daya adaptasi gelap terganggu. Pada
umumnya gangguan ini sudah mulai nyata pada ketinggian di atas 5.000
kaki
b. Compensatory Stage, yaitu ketinggian dari 10.000 sampai 15.000 kaki
Pada daerah ini sistem peredaran darah dan pernapasan telah
mengadakan perubahan dengan menaikkan frekuensi nadi dan
pernapasan, menaikkan tekanan darah sistolik dan cardiac output untuk
14
mengatasi hipoksia yang terjadi. Pada daerah ini sistem saraf telah
terganggu , oleh karena itu tiap awak pesawat yang terbang di daerah ini
harus menggunakan oksigen.
c. Disturbance Stage, yaitu ketinggian dari 15.000 kaki sampai 20.000 kaki.
Pada daerah ini usaha tubuh untuk mengatasi hipoksia sangat terbatas
waktunya, jadi pada daerah ini orang tidak akan dapat lama tanpa
bantuan oksigen . Biasanya tandatanda serangan hipoksia ini tidak
terasa hanya kadangkadang saja timbul rasa malas, ngantuk, euphoria
dan sebagainya, sehingga tahutahu orang tersebut menjadi pingsan.
Gejalagejala obyektif antara lain pandangan menjadi menyempit (tunnel
vision), kepandaian menurun , judgement terganggu . Oleh karena itu
pada daerah ini merupakan keharusan mutlak seluruh awak pesawat
maupun penumpang untuk menggunakan oksigen.
d. Critical Stage, yaitu daerah dari ketinggian 20.000 kaki sampai 23 .000
kaki Pada daerah ini dalam waktu 3 5 menit saja orang sudah tidak
dapat menggunakan lagi pikiran dan judgement lain tanpa bantuan
oksigen .
2. Faktor risiko :
kondisi badan yang tidak bugar(dalam keadaan sakitJbaru sebuh dari sa kit,
baru melakukan kegiatan fisik yang berlebihan).
3. Pekerja berisiko :
Penerbang, pekerja di ketinggian, penumpang pesawat, awak kabin .
4. Tanda dan gejala umum :
Gejala yang timbul pad a hipoksia sangat individual, tidak ada "warning
sign" dan bersifat "incidious"/ secara perlahan lahan . Sedang berat
ringannya gejala tergantung pada lamanya berada di daerah itu , cepatnya
mencapai ketinggian tersebut, kondisi badan orang yang menderitanya dan
lain sebagainya . Gejalagejala ini dapat dikelompokkan dalam dua
golongan, yaitu :
Gejalagejala Obyektif :
Air hunger, yaitu rasa ingin menarik napas panjang terusmenerus
(respiration rate> 20X, tidal volume menurun)
Frekuensi nadi menurun
Gangguan pada cara berpikir dan berkonsentrasi
• Gangguan dalam melakukan gerakan koordinatif misalnya memasukkan
paku ke dalam lubang yang sempit.
Cyanosis , yaitu warna kulit , kuku dan bibir menjadi pucat atau biru.
Lemas
Kejangkejang
15
Tidak Sadar
Gejalagejala Subyektif :
Malas
Ngantuk
Euphoria yaitu rasa gembira tanpa sebab dan kadangkadang timbul
rasa
sok jagoan. Rasa ini yang harus mendapat perhatian khusus pada
awak
pesawat, karena euphoria ini banyak membawa korban akibat
tidak adanya
kese imbangan lagi antara kemampuan yang mulai mundur
dan kemauan yang meningkat.
Self Confidence meningkat sehingga mengganggu proses berpikir.
Gambar euforia karena hipoksia
5. Tatalaksana
1. Diagnosis Klinis
Anamnesis
: keluhan tanda tanda hipoksia setelah ada riwayat
pajanan hipobarik.
Pemeriksaan Fisik : gelisah, takikardia, takipneu , cyanosis, keringat
dingin , euphoria, rasa percaya diri meningkatJ
berlebihan
Pemeriksaan pe nunjang: pemeriksaan P0 2 pada darah arteri .
2. Diagnosis Okupasi
LangkahIangkah dalam menegakkan diagnosis:
1. Diagnosis klinis hipoksia hipoksik akibat penurunan tekanan udara
2. Menentukan pajanan di tempat kerja : perubahan tekanan hipobarik
pada saat melakukan pekerjaan di ketinggianl penerbangan pada
ketinggian tertentu
16
3. Menentukan adanya hubungan pajanan dengan diagnosis klinis:
perubahan tekanan udara dan dapat mengakibatkan hipoksia
hipoksik
4. Besaran pajanan perubahan tekanan udara di bawah 1 atmosfer.
5. Peranan faktor individu: anemia, penyakit saluran nafas. kelelahan
6. Faktor risiko di luar pekerjaan: 7. Diagnosis Okupasi : Hipoksia Hipoksik Akibat Pajanan Hipobarik di
Tempat Kerja (ICD1O . T70.2)
3. Penatalaksanaan :
Segera dberikan oksigen sesuai dengan kebutuhan kalau ,
diperlukan memakai tekanan positif
Istirahat berhenti melakukan pekerjaan
Usaha kan mengatur frekuensi Napas