Seri Pedoman Tata Laksana Penyakit Kerja Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan : Penyakit Akibat Kerja Karena Pejanan Hipobarik

6 13.62
Ind
S

sセri@

PEDOMAN TATALAKSANA PENYAKIT AKIBAT KERJA
BAGI PETUGAS KESEHATAN

PENYAKIT AKIBA T KERJA KARENA
PAJANAN HIPOBARIK

DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2012

ii

SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KIA


Pekerja memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa
karena jumlahnya yang sangat besar, berperan dalam mengembangkan
pembangunan perekonomian negara, dan merupakan tulang punggung ekonomi
keluarga. Bila pekerja sehat dan produktif, ekonomi keluarga meningkat dan
berdampak pada ekonomi pembangunan bangsa serta angka kemiskinan dapat
diturunkan yang secara otomatis angka IMR dan MMR dapat diturunkan dan
status gizi dapat ditingkatkan.
Dalam perkembangan industrialisasi dan teknologi, makin banyak bahan dan alat
yang digunakan mempunyai risiko terhadap kesehatan pekerja. Pekerja dapat
terkena penyakit baik penyakit menular yang saat ini masih tinggi juga penyakit
tidak menular termasuk penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan di tempat kerja.
Penyakit akibat kerja ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas pekerja dan
bila tidak ditangani secara baik akan menyebabkan kecacatan seumur hidup
bahkan kematian. Oleh karena itu yang penting adalah deteksi dini penyaki!.
Untuk itu deteksi diperlukan kemampuan yang cukup dari
dokter dalam
diagnosis dini dan penanganan yang tepa!.
Saya menyambut baik adanya pedoman ini, semoga bermanfaat bagi dokter di

pelayanan kesehatan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA

DR.dr. H. Siamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena at as limpahan
rahmat dan karuniaNya buku Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja ini
dapat diselesaikan.
Perkembangan industri saat ini sarat akan teknologi yang selain berdampak
positif dari segi ekonomi namun juga dapat menimbulkan dampak buruk bagi
kesehatan.
Dokter di fasilitas kesehatan dasar sangat berperan untuk mencegah timbulnya
penyakit dan kecacatan akibat kerja dengan melakukan deteksi dini dan
penanganan yang tepa!.
Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja ini, diharapkan

memberikan informasi yang cukup bagi petugas kesehatan, dan
membantu dalam mengembangkan program.

dapat
dapat

Terimakasih kami sampaikan kepada PERDOKI yang telah berperan dalam
penyusunan pedoman ini. Terima kasih juga kepada semua pihak yang
membantu.
Kami menyadari pedoman ini tentu masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami sang at mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan dan
penyempurnaan dimasa mendatang.
Akhir kata, kami berharap semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi petugas
kesehatan khususnya dokter di fasilitas kesehatan dasar seperti puskesmas,
klinik perusahaan, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya maupun bagi
instansi terkai!.

Jakarta, Juni 2012
Direktur Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga


dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS

iv

TIM PENYUSUN

1. dr. Soemardoko, SpM , SpKP

2. dr. Mintoro Soemego , MS
3. Dr. dr. Dewi Soemarko , MS, SpOk
4. dr. Erna Tresnaningsih , MOH , PhD, SpOk

5. dr. Suryo Wibowo, MKK , SpOk
6. dr. Susan HM, MS, SpKL
7 . dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS
8. dr. Dina Dariana, MKK

9. dr. Istiati Suraningsih , MKK
10. dr. Harumiti , MKK
11 . dr. Inne Nutfiliana , MKK

12 . Ahmad Nadjmudin Mabruri, SKM

v

DAFTAR 151

KATA SAMBUTAN

.... i

KATA PENGANTAR

.... ii

TIM PENYUSUN

.... iii

DAFTAR lSi ................... .. . .


...... iv

BABI.PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN .... .. ... ... .. . ... .

C. SASARAN ............... . .
D. RUANG LlNGKUP ......... ....... . .......... .
BAB II. FISIOLOGI PERUBAHAN TEKANAN HIPOBARIK
BAB III. PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA PAJANAN HIPOBARIK

A. "TRAPED GAS"
B. HIPOKSIA HIPOKSIK
C. PENYAKIT DEKOMPRESI AKIBAT PAJANAN HIPOBARIK.
BABIV. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA ....... .... .

vi


BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya biasa hidup di permukaan tanah dengan tekanan udara
satu atmosfir. suhu antara 20 DC sampai dengan 35 DC dan Gaya G sebesar 1 G.
Karena tuntutan pekerjaan dan adanya perkembangan teknologi, kadang-kadang
manusia harus bekerja di ketinggian baik dipegunungan maupun di udara. Oleh
karena itu manusia akan terpajan dalam keadaan hipobarik, yang merupakan
lingkungan yang tidak fisiologis bagi manusia .
Beberapa contoh profesi dimana pekerja akan terpajan dalam kondisi hipobarik,
diantaranya penerbang , awak kabin , penumpang pesawat terbang, olahragawan
terjun dirgantara , penghuni atau pekerja yang bekerja di daerah pegunungan
(Iebih dari 5000 kaki) (1 m = 3,3 kaki ) Pekerja yang terpajan dalam lingkungan
tersebut diatas secara umum akan terpajan pada penurunan tekanan udara di
sekitarnya sesuai dengan ketinggian dengan segala konsekuensinya.
Berdasarkan tiga mekanisme dasar yang sangat berpengaruh yaitu proses
keseimbangan tekanan udara yang terkurung dalam rongga yang normal/tidak
normal dalam tubuh , berkurangnya kadar oksigen diketinggian dan keluarnya
udara yang sebelumnya larut dalam cairan tubuh dan jaringan lemak , kondisi ini
dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan pekerja sesuai dengan risikorisiko yang dihadapinya .

Indonesia belum mempunyai data angka kejadian Penyakit Akibat Hipobarik
secara rinci. Dengan disusunnya buku pedoman ini diharapkan angka kejadian
dapat dilaporkan serta dimonitor secara rinci , sehingga dapat dijadikan acuan
untuk menyusun kebijakan .
Ada tiga kelompok utama penyakit akibat kerja sebagai akibat dari kondisi
terpajan hipobarik yang perlu dibicarakan "Trapped Gas", "Hypoxic Hypoxia" dan
"Evolved Gas". Penyakit akibat Hipobarik tersebut akan dijelaskan berdasarkan
Hukum Boyle , Hukum Dalton dan Hukum Henry.

Gambar 1. Pekerja di kelinggian

B. Tujuan
Sebagai bahan acuan bagi dokler pelayanan primer dalam menegakkan
diagnosis dini dan melakukan upaya kesehalan , lalalaksana penyakil
akibal perubahan lekanan rendah (hipobarik).

C. Sasaran
Dokler di fasililas pelayanan kesehalan primer yang berhubungan dengan
kegialan penerbangan dan di wilayah pegunungan (> 5000 kaki).


D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman lalalaksana penyakil akibal kerja karena pajanan
hipobarik melipuli pengenalan pajanan dan faklor-faklor risiko,
lalalaksana dan pencegahan .

2

BAB II
FISIOLOGI PERU BAHAN TEKANAN RENDAH (HIPOBARIK)

Susunan atmosfer pada zaman dahulu berbeda dengan susunan atmosfer pada
zam an sekarang . Susunan atmosfer pada zaman dahulu , ya itu pada saat
pembentukan atmosfer, terdiri dari gas-gas Hidrogen , Amoniak, Methan, Helium
dan uap air dan disebut protoatmosfer. Dengan berbagai perubahan terjadilah
atmosfer seperti sekarang ini, yang disebut neoatmosfer dan selanjutnya kita
sebut atmosfer. Gas-gas pada atmosfer terdiri dari : Nitrogen dengan prosentase
70,09% , Oksigen dengan prosentase 20,95%, Argon 0,93%, Karbon Dioksida
0,03% dan sisanya terdiri dari gas-gas yang sangat keeil jumlahnya(terdiri dari
Helium, Neon, Hidrogen, Xenon dan lain-lain).
Berdasarkan sifat fisiologis atmosfir dibagi tiga zona sebagai berikut :


a. Physiological Zone (daerah fisiologis)
Physiological zone adalah suatu daerah yang terbentang dari permukaan bumi
sampai ketinggian 10.000 kaki, dimana pada zone ini manusia masih dapat
melakukan kegiatan tanpa memerlukan alat bantu pernafasan . Gangguan
penglihatan warna mulai terjadi pada ketinggian 5000 kaki Hセ@ 1500 meter di atas
permukaan laut) , terutama pad a waktu malam hari. Kondisi ini dapat terjadi pada
pekerja yang bekerja di pegunungan tinggi.
Awak kabin dan pilot penerbangan sipil meskipun berada pada ketinggian lebih
dari 10.000 kaki tetapi tekanan kabin pesawat diatur sesuai dengan ketinggian
diantara 5.000 sampai dengan 8.000 kaki , masih dalam physiological zone ,
sehingga masih dapat melakukan pekerjaan dengan baik tanpa memerlukan alat
bantu.

b . Physiological Defficient Zone (daerah defisien fisiologi)
Phyisiological deficient zone adalah daerah yang terbentang dari ketinggian
10.000 kaki sampai 50.000 kaki.
Pada zona ini orang akan mengalami
gangguan fisiologi atau mengalami kelainan faal tubuh diantaranya hipoksia
hipoksik, namun manusia masih dapat bekerja dengan baik apabila

menggunakan alat bantu (perangkat oksigen, kabin bertekanan) . Untuk
keselamatan mulai ketinggian 28.500 kaki harus menggunakan oksigen dengan
tekanan positif (diluter pressure demand). Contohnya pad a penerbang pada
pesawat tempur.

c. Space Equivalent Zone (daerah menyerupai ruang angkasa)
Spaee like zone adalah ketinggian di atas 50.000 kaki dimana orang akan
mengalami hipoksia hipoksk yang berat, oleh karena itu peralatan yang dipakai

3

sesuai dengan peralatan yang dipakai oleh astronout (full pressure suit , sealed
Cabin) untuk ke ruang angkasa.
Ada beberapa masalah akibat perubahan tekanan hipobarik yaitu :
a) "Trapped Gas" adalah suatu permasalahan penyesuaian tekanan udara di
dalam rongga yang normal terdapat dalam tubuh seperti sinus paranasalis,
rongga telinga bagian tengah , saluran pencernaan dan kondisi rongga yang
timbul karena gigi yang berlubang dan jaringan lunak gigi yang mengalami
peradangan (periodontitis) . Ini dapat dijelaskan sesuai Hukum Boyle (tekanan x
volume = Constan)
Jenis penyakit akibat trapped gas :
1. Barotitis media (Ear blocked)
2. Barosunusitis (Sinus block)
3. Barodontalgia
4 . Gangguan saluran pencernaan
b)

Hipoksia adalah suatu kumpulan gejala yang diakibatkan karena berkurangnya
konsentrasi oksigen di dalam jaringan dan cairan tubuh sehingga terjadi
gangguan fungsi fisiologis . Hipoksia yang dibicarakan di sini adalah hipoksia
hipoksik (mountain sickness).

c)

"Evolved Gas" adalah sekumpulan gejala sebagai akibat keluarnya gelembung
gelembung udara (Nitrogen/N2) yang sebelumnya larut dalam cairan tubuh atau
jaringan
lemak tubuh
sebagai
akibat
berkurangnya
tekanan
udara
disekelilingnya(hipobarik) dengan gejala bend, chokes, skin symptom, CNS
problem , neurovascular co/laps
Gejala-gejala terdapat dalam Penyakit
Dekompresi yang disebabkan karena perubahan tekanan hipobarik. Apabila
sudah terjadi skin symptom, maka ini merupakan tanda kritis yang harus segera
dirujuk ke fasilitas yang mempunyai fasilitas HIPERBARIK .
Patofiologi terjadinya evolved gas adalah berdasarkan Hukum Henry Uumlah
udara yang dapat larut dalam suatu larutan , berbanding lurus dengan besar
tekanan udara di sekitarnya).
Ketinggian kritis dimana evolved gas mulai terjadi adalah 25.000 kaki (FL 250)
tetapi dapat terjadi pada ketinggian lebih rendah bila sebelum terbang melakukan
penyelaman (sebaiknya setelah menyelam tidak boleh langsung terbang dalam
kurun waktu 12 jam).

4

f

c.J;o.Jphorc




セ@

i@

"p3C-Gcrafl


N@

tlJcnnophoro
mc.soPlJlDC
moo$O$phore

...u-at op

L.l5.

IJ"Oj)OSphere

Gambar 2. Fisiologis Atmosfir

5

BAB III
PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA PAJANAN
HIPOBARIK

A. TRAPPED GAS
1.

BAROTITIS MEDIA I AEROTITIS (ICD-10, T70.0)
a.

Pengertian:
Adalah rasa sakit pada telinga tengah karena teregangnya selaput
gendang akibat terganggunya penyamaan tekanan sebagai akibat
Bertambahnya
ketinggian
akan
perubahan
tekanan
udara.
menyebabkan tekanan dalam telinga tengah menjadi lebih besar dari
tekanan di luar tubuh , sehingga akan terjadi aliran udara dari telinga
tengah ke luar tubuh melalui tuba Eustachii. Bila bertambahnya
ketinggian terjadi dengan cepat, maka usaha mengadakan
keseimbangan tidak cukup waktu . Hal ini akan menyebabkan
ketegangan , perdarahan bahkan dapat terjadi robekan selaput
gendang telinga ( tambah gambar )
Kejadian serupa dapat terjadi juga pada waktu ketinggian berkurang ,
bahkan lebih sering terjadi karena pada waktu turun tekanan di telinga
tengah menjadi lebih kecil dari tekanan di luar sehingga udara akan
mengalir masuk telinga tengah , sedang muara tuba eustachii di
tenggorokan biasanya sering tertutup (pada saat menderita flu) ,
sehingga menyukarkan aliran udara masuk kerongga tersebut.

Gambar 2. Barotitis Media

6

b. Faktor risiko :
Adanya peradangan saluran pernafasan atas yang mengganggu
patensi tuba eustachii, contoh rhinofaringistis , rhinosinusitis dan ISPA
lainnya. Adanya kelainan lubang dari salurannya
c.

Pekerja berisiko :
Penerbang, pekerja di ketinggian, penumpang pesawat , awak kabin
penerbangan.

d. Tanda dan gejala umum :
Nyeri pada telinga tengah saat adanya perubahan tekanan
Gangguan pendengaran
Dapat terjadi perdarahan di telinga,
e. Tatalaksana:
1) Kriteria Diagnosis
Anamnesis
riwayat terpajan perubahan tekanan hipobarik
dalam melakukan pekerjaannya , adanya keluhan nyeri telinga.
Pemeriksaan Fisik
Tampak oedema membran timpani , warna kemerahan
(perdarahan pada membrana tympani), atau perforasi
timpani yang baru .
Tes Penala : Tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke sisi
yang sakit, hal ini menunjukkan adanya gangguan konduktif.
Audiometri nada murni: Terdapat gangguan konduktif
- Tympanometri: terdapat gambaran timpanogram tipe C ,yang
berarti terdapat tekanan negatif di rongg a telinga tengah
2) Diagnosis Okupasi
Langkah-Iangkah dalam menegakkan diagnosis:
1. Diagnosis klinis rasa sa kit yang mend adak ,
gangguan
pendengaran akibat perubahan tekanan yang tiba tiba
2. Menentukan pajanan di tempat kerja: perubahan tekanan
hipobarik pad a saat melakukan pekerjaan di ketinggian .
3. Menentukan adanya hubungan pajanan dengan diagnosis
klinis : perubahan tekanan udara yang tiba-tiba dan dapat
mengakibatkan barotitis media .
4. Besaran pajanan perubahan tekanan udara yang tiba-tiba di
bawah 1 atmosfer.
5. Peranan faktor individu: adanya gangguan fungsi tuba
sebelumnya (seperti rhinofaringitis , rhinosinusitis , ISPA, )
6. Faktor risiko di luar pekerjaan : sedang menderita flu, ISPA
sehingga meatus tuba tertutup atau pad a bayi USIA < 2 minggu

7

7.

Diagnosis Okupasi : Barotitis Media Akibat Pajanan Hipobarik
Keqa (ICD-10, TlO.O)

3) Terapi


Diberikan pengobatan medikamentosa seperti dekongestan,
antiinflamasi, analgetik.



Diberikan pendidikan tentang teknik yang benar agar tidak
mengakibatkan perubahan tekanan udara tiba-tiba. (teknik
equalizer/memyeimbangkan tekanan antara telinga luar dan
telinga tengah dengan menelan ludah, jawningl menggerakkan
rahang bawah kekiri- kanan,cara valsava dan menggunakan
Pullitzer bag kalau masih tidak berhasil naik lagi ke ketinggian)



Pada waktu naik pesawat harus berkoordinasi dengan "Purser"
untuk sementara pesawat "level off', kalau perlu naik lagi ke
ketinggian tertentu , kemudian Akan turun dengan kecepatan
yang lebih rendah .

4) Prognosis
Barotitis media akibat pajanan perubahan tekanan udara yang tibatiba  dapat diobati dan  akan  sembuh sempurna 
5)  Pencegahan 
Pencegahan  dapat dilakukan  dengan  latihan  yang  benar teknik 
equalizer "Valsalva Manneuver" (penyeimbangan  tekanan 
telinga  luar  dan  tengah).  Menelan  ludah  pada  waktu  pesawat 
udara  naik  agar  tuba  eustachii  terbuka,  menggerakkan  rahang 
bawah  kekiri­ kanan  dan  melakukan  gerakan  Valsava  pada 
waktu  pesawat  turun .  Gerakan  valsava  adalah  gerakan  yang 
dimulai  demgan  menarik  napas  panjang  menutup  glotis  dan 
cuping  hidung  dengan  ibu  jari  dan  telunjuk  kemudian  meniup 
dengan  kuat  untuk  memasukkan  Udara  ke  rongga  telinga 
bagian  tengah  melalui  tuba . 
Mengurangi  kecepatan  naik  maupun  kecepatan  turun,  agar 
tidak  terlalu  besar  selisih  tekanan  antara  udara  luar  dengan 
rongga  telinga  tengah . 
Melarang  terbang  para  awak  pesawat  yang  sedang  sakit 
saluran  pernapasan bag ian  atas. 
Penggunaan  pesawat  udara  dengan  kabin  bertekananl 
pressurized cabin.
Catatan  pada  pekerja  dan  awak  kabin  termasuk  penumpang  pesawat 
terbang  pad a  sa at  take of dan  landing harus  melakukan  gerakan  menelan 
ludah  untuk  menyamakan  tekanan  udara  di  luar  dan  di  rongga  telinga 

8

tengah .  Untuk  bayi  dan  anak  kecil  harus  disusui  I minum  I makan  tidak 
boleh  tidur. 

2. SINUS BLOCKI BAROSINUSITIS (ICD-10 T70 .1)
a.   Pengertian: 
Adalah  rasa  sakit  pada  daerah  sinus  parana salis  karena  perubahan 
tekanan  udara .  Bertambahnya  ketinggian  akan  menyebabkan  tekanan 
dalam sinus  parana salis  menjadi lebih  besar dari  tekanan  di  luar tubuh . 
sehingga udara  dalam  ruang  sinus akan  mengalir keluar sampai  terjadi 
keseimbangan . Apabila  saluran  terganggu  udara  tidak  bisa  keluar  dan 
menekan dinding  sinus sehingga terjadi  rasa  sakit 
b.   Faktor risiko  : 
Adanya  peradangan  pada  rongga  hidung  sehingga  meatus  sinus 
paranasal  bengkak  dan  menutup  contoh  sinusitis,  rhinosinusitis , 
common  cold  atau  adanya  kelainan  pada  miatus  yang  Akan  sudah 
dapat  diketahui  pada  saat  dilakukan  "Ear and Sinus check" pada 
latihan Aerofisiology. 
c.   Pekerja berisiko : 
Penerbang ,  pekerja  di  ketinggian , penumpang  pesawat, awak kabin 
penerbangan . 
d .   Tanda dan gejala umum : 
Rasa  nyeri  pada daerah sinus paranasal  sesuai dengan sinus yang 
terkait sebagai  akibat naik/turunnya tekanan  udara dalam rongga 
sinus. 
e .   Tatalaksana 
1)  Kriteria  Diagnosis 
Anamnesis 
riwayat  terpajan  perubahan  tekanan  hipobarik 
dalam  melakukan  pekerjaannya,  adanya  keluhan  nyeri  sinus 
paranasal. 
Pemeriksaan  Fisik  : Nyeri di daerah sinus  paranasal 
Pemeriksaan  Penunjang 
Rontgen  sinus 
paranasalis 
didapatkan tanda­tanda  perselubungan . 
2)   Diagnos is Okupasi  
Langkah­Iangkah dalam  menegakkan diagnosis :  
1.   Diagnosis  klinis  barosinusitis/sinus  block  akibat  perubahan 
tekanan yang  tiba  tiba 

9

2.   Menentukan  pajanan  di  tempat  kerja:  perubahan  tekanan 
hipobarik pad a saat melakukan pekerjaan di ketinggian . 
3.   Menentukan  adanya  hubungan  pajanan  dengan  diagnosis 
klinis:  perubahan  tekanan  udara  yang  tiba­tiba  dan  dapat 
mengakibatkan  barosinusitis. 
4.   Besaran  pajanan  perubahan  tekanan  udara  yang  tiba­tiba  di 
bawah  1 atmosler. 
5.   Peranan  laktor individu:  adanya gangguan sinus (sinusitis) 
6.   Faktor risiko  di  luar pekerjaan:  kecepatan  naik yang  berlebihan. 
7.   Diagnosis  Okupasi  :  Barosinusitis  Akibat  Pajanan  Hipobarik  di 
Tempat Kerja (ICD­10 TlO .1)
3)   Terapi 
Diberikan  pengobatan 
antiinllamasi,  analgetik. 

medikamentosa  seperti 

dekongestan, 

4)   Prognosis 
Barosinusitis  akibat  pajanan  peru bah an  tekanan  udara  yang  tibatiba  dapat diobati dengan prognosa yang baik. 
5)  Pencegahan 
Mengurangi  kecepatan  naik  maupun  kecepatan  turun,  agar 
tidak  terlalu  besar  selisih  tekanan  antana  udara  luar  dengan 
telinga  tengah. 
Melarang  terbang  para  awak  pesawat  yang  sedang  sa kit 
sinusitis 
Penggunaan pesawal udara dengan pressurized cabin.
Apabila  menderita  Commoncold  atau  ISPA  30  men it  sebelum 
terbang  sebaiknya memakai tetes/semprot hidung. 

3.   BARODONTALGIA (ICD­10,  T.70.9) 
a.   Pengertian 
Nyeri  gigi  yang  diakibatkan  karena  ada  perubahan  tekanan  hipobarik 
yang  menyebabkan  volume  gas  dalam  tumpatan/tambahan  gigi  yang 
tidak  sempurna  atau  udara  yang  terdapat  pada  jaringan  lunak  gigi 
yang  beradang / periodontis  menekan jaringan sekitarnya. 
b.   Faktor risiko  : 
Caries,  erosi  enamel  gigi,  abses  periapikal,  inleksi  odontogenik  dan 
peradangan  pada jaringan  lunak gigi. 
c.   Pekerja berisiko : 

10

Penerbang,  pekerja  di  ketinggian,  penumpang  pesawat,  awak  kabin 
penerbangan. 
d.   Tanda  dan  gejala umum  : 
Nyeri gigi  pada waktu  naik atau  turun. 
e.   Tatalaksana 
1.   Kriteria  Diagnosis 
Anamnesis 
pajanan 
Pemeriksaan  Fisik 
gigi. 
Pemeriksaan penunjang 

nyeri  gigi  setelah  ada  riwayat 
hipobarik. 
: adanya  caries,  erosi  enamel,  abses 
periapikal,  infeksi  jaringan  lunak 
bila  diperlukan dapat dilakukan 
pemeriksaan  rontgen gigi. 

2.   Diagnosis Okupasi  
Langkah­Iangkah dalam menegakkan diagnosis:  
1.  Diagnosis  klinis  gangguan  pendengaran  akibat  perubahan 
tekanan  yang  tiba  tiba. 
2.  Menentukan  pajanan  di  tempat  kerja:  perubahan  tekanan 
hipobarik  pada  saat  melakukan  pekerjaan  di  ketinggian  dan  atau 
saat terbang. 
3.  Menentukan  adanya  hubungan  pajanan  dengan diagnosis klinis: 
perubahan  tekanan  udara  yang  tiba­tiba  dan  dapat 
mengakibatkan  barodontalgia. 
4.  Besaran  pajanan  perubahan  tekanan  udara  yang  tiba­tiba  di 
bawah  1 atmosfer. 
5.  Peranan  faktor  individu:  adanya  caries,  erosi  enamel,  abses 
periapikal. 
6.   Faktor  risiko  di  luar  pekerjaan:  Kecepatan  naik  atau  turun  yang 
tinggi. 
7.   Diagnosis  Okupasi  :  Barodontalgia  akibat  pajanan  hipobarik  di 
tempat kerja.  (ICD­10,  T.70.9) 
3.   Penatalaksanaan' 
Untuk  mengurangi  nyeri  gunakan  analgetik,  jika  ada 
pembengkakan dan  peradangan  diberikan  antibiotik  sesuai  dengan 
kebutuhan.  Selanjutnya  dirujuk  ke  dokter  gigi  terdekat  untuk 
penatalaksanaan  selanjutnya.  Bila  dalam  pesawat  level off dahulu, 
bila  tidak  hi lang  sakitnya  pesawat sebaiknya  naik  lagi,  apabila  rasa 
sakit sudah  hi lang  baru  turun  dengan  kecepatan  yang  lebih  rendah, 
bekerja sama  dengan  "purser' atau awak kabin 
11

4.   Pencegahan 
Melakukan  pemeriksaan  gigi  secara  berkala  dan  melakukan 
perawalan  gigi  sesuai  dengan  lemuan.  Pada  saal ada  keluhan  gigi 
lidak dianjurkan bekerja  pada kelinggian  alau terbang. 
4.   GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN AKIBAT HIPOBARIK
(ICD-1 0, nO.9)
a.   Pengerlian 
Gejala­gejala  yang  dirasakan  pada  saluran  pencernaan  yang 
diakibatkan  karena  ada  perubahan  tekanan  hipobarik  yang 
menyebabkan volume  gas dalam  ruang  membesar sehingga  menekan 
jaringan  sekitarnya.  Gejala  dapat  ringan  yaitu  rasa  tidak  enak 
(discomfort) pada  perul  sampai  berat.  Rasa  discomfort  yang  lebih 
beral  terjadi  apabila  ketinggian  dicapai  dengan  cepat  atau  terdapal 
halangan  dalam  saluran  pencernaan  maka  pressure  equalisation  tidak 
berjalan  dengan  lancar.  sehingga  gas­gas  sukar  keluar.  Pada 
ketinggian  di  atas  25 .000  kaki  limbul  rasa  sakit  perut  yang  hebat. sakit 
perut  ini  secara  reflekloris  dapat  menyebabkan  turunnya  tekanan 
darah secara drastis.  sehingga  pingsan . 
b.   Faktor risiko  : 
Infeksi  saluran  cerna 
Makan  makanan yang  menghasilkan banyak gas sebelum  terbang. 
Minun minuman yang  mengandung  C02 ("carbonated beverage") 
Mengundang permen  karet yang  berlebihanl  aerophagi 
Terbang  segera  setelah  makan. 
c.   Pekerja  berisiko : 
Penerbang.  pekerja di  ketinggian . penumpang  pesawal. awak  kabin . 
d.   Tanda dan gejala  umum  : 
Abdomen  discomfort untuk yang  ringan  hingga  kolik  abdomen. sangat 
variatif. 
e.  Tatalaksana 
1.  Diagnosis Klinis 
Anamnesis 

Pemeriksaan Fisik 

12

: nyeri  abdomen/"acut Abdomen"
setelah  ada riwayat pajanan 
hipobarik. 
: adanya nyeri tekan  abdomen . 
perkusi  hipersonor.  bising 
usus meningkaU negatif 

Pemeriksaan penunjang 

(setelah terjadi  invaginasi 
usus),  tegang  pada otot perut 
(defance musculare) . 
: bila  diperlukan dapat dilakukan 
pemeriksaan rontgen  abdomen . 

2.   Diagnosis Okupasi 
Langkah­Iangkah dalam  menegakkan diagnosis 
1.   Diagnosis  klinis  gangguan  pencernaan  akibat  perubahan 
tekanan yang  tiba  tiba. 
2.   Menentukan  pajanan  di  tempat  kerja :  perubahan  tekanan 
hipobarik pada  saat  melakukan  pekerjaan di  ketinggian. 
3.   Menentukan  adanya  hubungan  pajanan  dengan  diagnosis 
klinis:  perubahan  tekanan  udara  yang  tiba­tiba  dan  dapat 
mengakibatkan gangguan saluran  cerna . 
4.   Besaran pajanan  perubahan  tekanan  udara  yang  tiba­tiba , "rate
of ascend/descend' terlalu  besar 
5.   Peranan  faktor  individu:  adanya  infeksi  saluran  cerna ,  banyak 
asam lambung yang  berlebihan 
6.   Faktor  risiko  di  luar  pekerjaan :  makan  makanan  yang 
menghasikan  banyak  gas,  minum  minuman  "carbonated',
mengunyah  permen  karet  berlebihan  dan  terbang  segera 
setelah  makan 
7.   Diagnosis  Okupasi  :  Gangguan  Saluran  Cerna  Akibat  Pajanan 
Hipobarik di  Tempat Kerja  (lCD­10,  T70 .9) 
3.   Penatalaksanaan  : 
Berhenti  bekerja  bagi  pekerja  yang  bekerja  di  ketinggian . 
Kendorkan  semua  pakaian  terutama  ikat  pinggang.  Posisi 
Trendelenberg  bila  rasa  sakit  dibagian  atas,  sebaliknya  bila 
rasa  sakit dibagian  bawah. 
Usaha  kan  mengeluarkan  Udara  dari  muluV dubur. 
Apabila  ada  gejala  muntah  atau  bising  usus  (­),  segera  rujuk 
ke  spesialis  bedah  terdekat. 
4.   Pencegahan 
Tindakan  preventif agar tidak  banyak  terkumpul  gas  dalam  saluran 
pencernaan , meliputi  : 
Dilarang  minum  bir,  air  soda  dan  minuman  lain  yang  
mengandung gas CO 2 sebelum  terbang .  
Makanan  yang  dilarang  sebelum  terbang  adalah  bawang  
merah,  bawang  putih,  kubis ,  kacang­kacangan ,  ketimun ,  
semangka  Dan  buncis.  
Hindari  makan permen  karet berlebihan  (aerophagi)  

13

Tidak  dibenarkan  makan  dengan  gesa­gesa  dan  sambil  
bekerja.  
Baru  bekerjal terbang  lagi  minimal  30  menit setelah  makan.  
B. HIPOKSIK HIPOKSIA (ICD-10 T70.2)
1.   Pengertian  : 
Hipoksia  adalah  suatu  kumpulan  gejala  yang  diakibatkan  karena 
berkurangnya  konsentrasi  oksigen  di  dalam  jaringan  dan  cairan  tubuh 
sehingga  terjadi  gangguan  fungsi  fisiologis.  Keadaan  tersebut  adalah  suatu 
kondisi  akut. 
Hipoksia  yang  disebabkan  karena  ketinggian  disebut  hipoksia  hipoksik 
(mountain sickness). Dengan  berkurangnya  tekanan  udara  pada 
ketinggian,  maka  tekanan  parsiil  oksigen  dalam  udara  menu run  atau 
mengecil.  Mengecilnya  tekanan  parsiil  oksigen  dalam  udara  pernapasan 
akan  berakibat terjadinya  hipoksia hipoksik. 
Secara  fisiologis ketinggian dibagi  menjadi  3: 
A.  "Physiologycal  zone" antara permukaan  tanah  ­ 10.000 kaki 
Pada  ketinggian  ini  orang  dapat hidup  secara  normal  tanpa  memerlukan 
alat  Bantu,  meskipun  masih  dapat  terjadi  hipoksia  tetapi  Hipoksia  tipe 
lain. 
B.  "Physiologycal  deficient zone" antara  10.000 ­ 50.000 kaki,  dimana alat 
Bantu  sangat diperlukan  untuk dapat bekerja  dengan  baik.  Biasanya alat 
Bantu yang diperlukan adalah  peralatan  02 dan  Kabin  bertekanan. 

c.  "Space  Like  Zone"  adalah  ketinggian  diatas  50,000  kaki,  disini 
diperlukan 
peralatan 
Bantu 
seperti 
berada 
di 
Ruang 
Angkasa/Space. 
Gejala­gejala  hipoksia  yang  timbul  ditentukan  oleh  ketinggian  tempat  orang 
tersebut  berada.  Berdasarkan  gejala  yang  terjadi  dapat  dibagi  menjadi  4 
golongan  yaitu  : 
a.   The Indifferent Stage, yaitu  ketinggian  dari  sea level sampai  ketinggian 
10.000  kaki  Biasanya  yang  terganggu  oleh  hipoksia  di  daerah  ini  hanya 
penglihatan  malam  dengan  daya  adaptasi  gelap  terganggu.  Pada 
umumnya gangguan  ini  sudah  mulai  nyata  pada  ketinggian  di  atas 5.000 
kaki 
b.   Compensatory Stage, yaitu  ketinggian  dari  10.000  sampai  15.000  kaki 
Pada  daerah  ini  sistem  peredaran  darah  dan  pernapasan  telah 
mengadakan  perubahan  dengan  menaikkan  frekuensi  nadi  dan 
pernapasan,  menaikkan  tekanan  darah  sistolik  dan  cardiac  output  untuk 

14

mengatasi  hipoksia  yang  terjadi.  Pada  daerah  ini  sistem  saraf  telah 
terganggu , oleh  karena  itu  tiap  awak pesawat  yang  terbang  di  daerah  ini 
harus menggunakan oksigen. 
c.   Disturbance Stage, yaitu  ketinggian  dari  15.000 kaki  sampai 20.000 kaki. 
Pada  daerah  ini  usaha  tubuh  untuk  mengatasi  hipoksia  sangat  terbatas 
waktunya,  jadi  pada  daerah  ini  orang  tidak  akan  dapat  lama  tanpa 
bantuan  oksigen .  Biasanya  tanda­tanda  serangan  hipoksia  ini  tidak 
terasa  hanya  kadang­kadang  saja  timbul  rasa  malas,  ngantuk, euphoria 
dan  sebagainya,  sehingga  tahu­tahu  orang  tersebut  menjadi  pingsan. 
Gejala­gejala  obyektif antara  lain  pandangan  menjadi  menyempit  (tunnel 
vision),  kepandaian  menurun ,  judgement  terganggu .  Oleh  karena  itu 
pada  daerah  ini  merupakan  keharusan  mutlak  seluruh  awak  pesawat 
maupun  penumpang untuk menggunakan oksigen. 
d.  Critical Stage, yaitu  daerah  dari  ketinggian  20.000  kaki  sampai  23 .000 
kaki  Pada  daerah  ini  dalam  waktu  3  ­ 5  menit  saja  orang  sudah  tidak 
dapat  menggunakan  lagi  pikiran  dan  judgement  lain  tanpa  bantuan 
oksigen . 
2.  Faktor risiko  : 
kondisi  badan  yang  tidak bugar(dalam  keadaan  sakitJbaru  sebuh  dari sa kit, 
baru  melakukan kegiatan  fisik yang  berlebihan). 
3.  Pekerja berisiko : 
Penerbang,  pekerja di ketinggian,  penumpang pesawat,  awak kabin . 
4.  Tanda dan gejala umum  : 
Gejala  yang  timbul  pad a  hipoksia  sangat  individual,  tidak  ada  "warning
sign" dan  bersifat  "incidious"/ secara  perlahan  lahan .  Sedang  berat 
ringannya  gejala  tergantung  pada  lamanya  berada  di  daerah  itu ,  cepatnya 
mencapai  ketinggian  tersebut,  kondisi  badan  orang  yang  menderitanya dan 
lain  sebagainya .  Gejala­gejala  ini  dapat  dikelompokkan  dalam  dua 
golongan,  yaitu  : 
Gejala­gejala Obyektif :  
Air hunger, yaitu  rasa  ingin  menarik napas panjang  terus­menerus  
(respiration  rate> 20X, tidal  volume menurun)  
Frekuensi  nadi  menurun  
Gangguan pada  cara  berpikir dan berkonsentrasi  
• Gangguan  dalam  melakukan  gerakan  koordinatif  misalnya  memasukkan 
paku  ke  dalam lubang  yang  sempit. 
Cyanosis , yaitu  warna  kulit , kuku  dan bibir menjadi  pucat atau biru. 
Lemas 
Kejang­kejang 
15 

Tidak Sadar 
Gejala­gejala Subyektif : 
Malas 
Ngantuk 
Euphoria  yaitu  rasa  gembira  tanpa  sebab  dan  kadang­kadang  timbul 
rasa 
sok jagoan.  Rasa  ini  yang  harus mendapat perhatian  khusus pada 
awak 
pesawat,  karena  euphoria  ini  banyak  membawa  korban  akibat 
tidak adanya 
kese imbangan  lagi  antara  kemampuan  yang  mulai  mundur 
dan kemauan  yang  meningkat. 

Self Confidence meningkat sehingga mengganggu  proses berpikir. 

Gambar euforia  karena  hipoksia 
5.  Tatalaksana 
1.   Diagnosis  Klinis 
Anamnesis 

: keluhan  tanda  tanda  hipoksia setelah  ada riwayat 
pajanan  hipobarik. 
Pemeriksaan  Fisik  : gelisah, takikardia,  takipneu , cyanosis,  keringat 
dingin , euphoria,  rasa  percaya diri  meningkatJ 
berlebihan 
Pemeriksaan pe nunjang:  pemeriksaan P0 2 pada darah arteri . 

2.   Diagnosis Okupasi  
Langkah­Iangkah  dalam menegakkan diagnosis:  
1.   Diagnosis klinis hipoksia  hipoksik akibat penurunan  tekanan  udara 
2.   Menentukan  pajanan  di  tempat  kerja :  perubahan  tekanan  hipobarik 
pada  saat  melakukan  pekerjaan  di  ketinggianl  penerbangan  pada 
ketinggian tertentu 

16

3.   Menentukan  adanya  hubungan  pajanan  dengan  diagnosis  klinis: 
perubahan  tekanan  udara  dan  dapat  mengakibatkan  hipoksia 
hipoksik 
4.   Besaran  pajanan  perubahan  tekanan  udara di  bawah  1 atmosfer. 
5.   Peranan  faktor individu:  anemia,  penyakit saluran  nafas.  kelelahan 
6.   Faktor risiko  di  luar pekerjaan:  7.   Diagnosis  Okupasi  :  Hipoksia  Hipoksik  Akibat  Pajanan  Hipobarik  di 
Tempat Kerja  (ICD­1O . T70.2) 
3.   Penatalaksanaan  : 
Segera dberikan oksigen sesuai dengan kebutuhan  kalau , 
diperlukan memakai tekanan  positif 
Istirahat berhenti melakukan pekerjaan 
Usaha  kan  mengatur frekuensi  Napas