PARTISIPASI ANGGOTA DALAM PENGELOLAAN KEGIATAN DI KWT AN-NABA PADUKUHAN GAMPING LOR, DESA AMBARKETAWANG, KECAMATAN GAMPING, KABUPATEN SLEMAN

(1)

Skripsi

Disusun Oleh : Aji Tri Suwarto

20110220062

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Partisipasi Anggota Dalam Pengelolaan Kegiatan di KWT An-Naba Padukuhan Gamping Lor, Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman”

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Kedua orang tua, Babe Eko Suwarto dan Nyak Tri Silo yang senantiasa dengan tulus dan ikhlas memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan segala bentuk pengorbanan yang diberikan.

2. Kakak dan keponakan tersayang Eka Fitriyani, Dwi Riyanti, Mas Mono, Ananda, Dinar dan Gandhini yang selalu memberikan kasih sayang, semangat dan motivasi.

3. Dr. Ir. Sriyadi, M.P. selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan arahan, saran dan dukungan kepada penulis

4. Ibu Retno Wulandari, S.P., M.Sc. selaku dosen pembimbing pendamping yang dengan tulus senantiasa memberikan motivasi, bimbingan, arahan dan pembelajaran.


(3)

ii

5. Ir. Siti Yusi Rusimah, M.S. selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam skripsi ini.

6. Bapak Triyono, S.P., M.P. selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen dan karyawan Fakultas Pertanian UMY, terimakasih atas segala kebaikan, kesabaran, nasehat, masukan, arahan dan ilmunya.

7. Pengurus dan anggota KWT An-Naba yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan ilmunya.

8. Pacar tercinta yang selalu memberikan bantuan, dukungan dan motivasi.

9. Sahabat terkasih Anang Ardiyanto yang selalu menjadi tumpuan pertolongan saat kuliah. Faiz dan Prima yang selalu memberikan motivasi.

10. Sahabat terkasih anak-anak kontrakan Pak Feri dan kontrakan Guci yang telah memberikan kenangan manis selama menempuh pendidikan di Jogja serta anak-anak Agribisnis 2011 yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta motivasi.

11. Semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini.

Semoga Allah memberikan balasan yang berlipat atas budi baik yang kalian lakukan.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya masih banyak kekurangan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan mampu menjadi bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.

Yogyakarta, 5 Januari 2017


(4)

iii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Kegunaan Penelitian ... 4

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Kelembagaan Pertanian ... 5

2. Pengelolaan Kegiatan ... 12

3. Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Kelompok ... 13

B. Kerangka Pemikiran ... 15

III. METODE PENELITIAN ... 18

A. Metode Penelitian ... 18

B. Penentuan Lokasi ... 18

C. Metode Pengambilan Responden ... 20

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 20

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 21

F. Teknik Analisis Data ... 24

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 32

A. Keadaan Geografis ... 32

B. Keadaan Penduduk ... 33


(5)

iv

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Profil Kelompok Wanita Tani (KWT) An-naba ... 39

1. Sejarah Kelompok... 39

2. Struktur Kepengurusan Kelompok ... 41

B. Profil Anggota KWT An-Naba ... 42

C. Pengelolaan Kegiatan KWT An-Naba ... 45

D. Partisipasi Anggota KWT An-Naba ... 51

1. Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Pertemuan ... 51

2. Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Simpan Pinjam ... 58

3. Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Produksi ... 61

4. Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Pemasaran... 65

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(6)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Skor Indikator Partispasi Anggota Dalam Pertemuan Rutin ... 25

Tabel 2. Kategori Skor Partisipasi Anggota Dalam Pertemuan Rutin ... 25

Tabel 3. Skor Indikator Partisipasi Anggota Saat Pelatihan ... 26

Tabel 4. Kategori Skor Partisipasi Anggota Saat Pelatihan ... 27

Tabel 5. Skor Indikator Partisipasi Anggota Dalam Simpan Pinjam ... 27

Tabel 6. Kategori Skor Partisipasi Anggota Dalam Simpan Pinjam ... 28

Tabel 7. Skor Indikator Partisipasi Anggota Dalam Produksi ... 29

Tabel 8. Kategori Skor Partisipasi Anggota Dalam Produksi ... 30

Tabel 9. Skor Indikator Partisipasi Anggota Dalam Pemasaran ... 30

Tabel 10. Kategori Skor Partisipasi Anggota Dalam Pemasaran ... 31

Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Ambarketawang ... 34

Tabel 12. Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 35

Tabel 13. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 36

Tabel 14. Penggunaan Lahan Pertanian di Desa Ambarketawang ... 38

Tabel 15. Profil Anggota KWT An-Naba ... 43

Tabel 16. Produk dari anggota KWT An-Naba ... 49

Tabel 17. Partisipasi Angoota KWT An-Naba ... 51

Tabel 18. Partisipasi Anggota Dalam Pertemuan Rutin ... 53

Tabel 19. Kategori Skor Partisipasi Anggota Dalam Pertemuan Rutin ... 53

Tabel 20. Partisipasi Anggota Dalam Pertemuan Saat Pelatihan ... 56

Tabel 21. Kategori Skor Partisipasi Anggota Saat Pelatihan ... 56

Tabel 22. Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Simpan Pinjam ... 59

Tabel 23. Kategori Skor Partisipasi Anggota Dalam Simpan Pinjam ... 59

Tabel 24. Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Produksi. ... 63

Tabel 25. Kategori Skor Partisipasi Anggota Dalam Produksi ... 64

Tabel 26. Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Pemasaran ... 65


(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran ... 17 Gambar 2. Struktur Kepengurusan KWT An-Naba ... 41


(8)

(9)

vii

PARTISIPASI ANGGOTA DALAM PENGELOLAAN KEGIATAN DI KWT AN-NABA PADUKUHAN GAMPING LOR, DESA

AMBARKETAWANG, KECAMATAN GAMPING, KABUPATEN SLEMAN Aji Tri Suwarto/20110220062

Dr. Sriyadi, SP, MP/Retno Wulandari, SP, MSc Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil, pengelolaan dan tingkat partisipasi pada Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba yang berlokasi di Padukuhan Gamping Lor, Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif. Penentuan responden dilakukan dengan cara sensus yaitu terhadap seluruh anggota KWT yang berjumlah 20 orang. Data dikumpulkan melalui metode wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pastisipasi anggota KWT An-Naba dalam kegiatan pertemuan anggota yaitu pertemuan rutin termasuk dalam kategori kurang aktif. Tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan pertemuan saat pelatihan termasuk kategori aktif. Tingkat partisipasi anggota KWT An-Naba dalam kegiatan simpan pinjam dilihat dari kegiatan menabung, meminjam uang, dan mengembalikan uang pinjaman termasuk kategori aktif. Tingkat partisipasi anggota KWT An-Naba dalam kegiatan produksi secara pribadi termasuk kategori kurang aktif. Tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan produksi secara bersama termasuk kategori aktif. Tingkat partisipasi anggota KWT An-Naba dalam kegiatan pemasaran baik itu melalui toko atau melalui bazzar dan pameran termasuk kategori aktif.


(10)

viii

THE MEMBER PARTICIPATION IN MANAGING ACTIVITIES IN KWT AN-NABA PADUKUHAN GAMPING LOR, AMBARKETAWANG VILLAGE,

KECAMATAN GAMPING, KABUPATEN SLEMAN Aji Tri Suwarto/20110220062

Dr. Sriyadi, SP, MP/Retno Wulandari, SP, MSc Agribusiness Study Program of Faculty of Agriculture

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT

This research aimed at learning the profile, management and participation level on Farmer Women Association (KWT) An-Naba located in Padukuhan Gamping Lor, Ambarketawang Village, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. The research method used was descriptive analysis. The respondents were determined with census method towards all 20 KWT members. The data collected with interview and observation method. The research result indicated that the participation of the KWT An-Naba members in the member meeting activity which was the routine meeting was categorized as not really active. The participation of the members in the meeting activity during training was in active category. The participation of KWT An-Naba members in the savings and loan activity; saving, borrowing money, and returning the loan, was in active category. The participation of KWT An-Naba members in production activity individually was in the category of not really active. The participation of the members in production activity as a group was in active category. The participation of KWT An-Naba members in marketing activity both through shops or bazaar and exhibition was in active category.


(11)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai Negara agraris, Indonesia masih sangat bergantung pada sektor pertanian sebagai kunci pembangunan ekonomi Negara. Didukung dengan kondisi alam yang subur, tentunya menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi Indonesia untuk terus meningkatkan pembangunan di bidang pertanian. Sumber daya manusia yang unggul mutlak menjadi salah satu faktor yang mampu menunjang pembangunan di bidang pertanian selain faktor keadaan alam (Ervinawati, 2015). Salah satu sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk meningkatkan pembanguan di bidang pertanian adalah sumber daya wanita.

Peran kaum wanita merupakan sumber daya manusia yang dapat dimanfaatakan sebagai penunjang pembangunan pertanian di Indonesia. Pada era globalisasi seperti sekarang, jenis gender tidak begitu berpengaruh terhadap profesi atau pekerjaan seseorang. Peran kaum wanita bisa disetarakan dengan kaum pria atau bahkan bisa menggantikan kaum pria dalam suatu profesi atau pekerjaan (Aini, 2014).

Menurut (Pranowo, 2009) pembangunan memang dapat juga berjalan dengan mengandalkan kekuatan yang ada pada pemerintah, namun hasilnya tidak akan sama jika dibandingkan dengan pembangunan yang mendapat dukungan dan partisipasi rakyat karena partisipasi masyarakat tersebut sangat penting.


(12)

2

Adanya dukungan, peran dan partisipasi dari kaum wanita diharapkan mampu menunjang pembangunan pertanian di Indonesia. Peran dan partisipasi kaum wanita dalam pembangunan pertanian bisa diwujudkan dengan berbagai bentuk usaha. Salah satunya adalah dengan membentuk kelompok yang bergerak di bidang pertanian.

Salah satu usaha untuk meningkatkan pembangunan pertanian melalui peran dan partisipasi wanita adalah dengan membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT). Diaharapkan dengan dibentuknya Kelompok Wanita Tani (KWT), mampu meningkatkan tingkat ekonomi masyarakat dengan mendirikan usaha/industri yang bergerak di bidang pengolahan makanan dengan mengutamakan produk lokal sebagai produk utama dari usaha/industri tersebut. Salah satu KWT yang fokus bergerak pada bidang pengolahan makanan adalah KWT An-Naba yang berada di Padukuhan Gamping Lor, Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.

Berdirinya KWT An-Naba bermula dari ibu-ibu yang berkumpul pada pengajian Al-Ikhlas. Untuk meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga, ibu-ibu ini sepakat untuk mendirikan Kelompok Wanita Tani (KWT). Harapannya supaya anggota ibu-ibu pengajian Al-Ikhlas selain mendapatkan ilmu agama, tetapi juga mendapatakan ketrampilan dan mengalami penigkatan dalam bidang ekonomi.


(13)

KWT An-Naba berdiri pada tahun 2007. Pada awalnya KWT ini mempunyai 23 orang anggota. Fokus usaha pada KWT ini adalah pengolahan produk lokal seperti jamur tiram, jamur kuping serta singkong untuk dijadikan produk olahan yang lebih menarik daya beli masyarakat. Saat ini KWT An-Naba memiliki 20 anggota aktif karena beberapa anggota memilih keluar dari KWT An-Naba karena kesibukan masing-masing.

Menurut informasi dari Ibu Ari Widiastuti bendahara KWT An-Naba, KWT An-Naba sempat mempunyai toko yang berada di Depan Gereja Katolik St.Maria Assumpta yang lokasinya masih berada di Padukuhan Gamping Lor. Toko ini dulunya adalah toko yang khusus menjual produk-produk olahan hasil produksi dari KWT An-Naba. Seiring berjalannya waktu, toko tersebut ditutup karena kesibukan masing-masing dari anggota KWT.

Ibu Ari menginformasikan ada empat kegiatan yang dilaksanakan oleh KWT An-Naba yaitu pertemuan anggota, kegiatan simpan pinjam, produksi dan pemasaran. Pada ke empat kegiatan tersebut ada beberapa kegiatan yang diikuti oleh semua anggota KWT, tapi ada beberapa kegiatan yang tidak diikuti oleh semua anggota KWT.

Melihat dari informasi tersebut, perlu diketahui tingkat partisipasi anggota pada setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh KWT, sehingga menarik untuk diteliti tentang bagaimana tingkat partisipasi anggota KWT dalam mengelola setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh KWT An-Naba.


(14)

4

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui profil Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba di Padukuhan Gamping Lor, Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. 2. Mengetahui pengelolaan kegiatan Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba di

Padukuhan Gamping Lor, Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.

3. Mengetahui tingkat partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba di Padukuhan Gamping Lor, Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.

C. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang partisipasi anggota pada kegiatan yang dilaksanakan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba.

2. Bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan supaya pengurus dan anggota KWT bisa lebih aktif dalam mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba.


(15)

5

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Kelembagaan Pertanian

(Djogo et al, 2003) kelembagaan adalah suatu tatanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling mengikat yang dapat menentukan bentuk hubungan antar manusia atau antara organisasi yang diwadahi dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal maupun informal untuk pengendalian prilaku sosial untuk bekerjasama dan mencapai tujuan bersama. Kelembagaan didominasi oleh unsur-unsur aturan, tingkah laku atau kode etik, norma, hukum dan faktor pengikat lainnya antar anggota masyarakat yang membuat orang saling mendukung dan bisa berproduksi atau menghasilkan sesuatu karena ada keamanan, jaminan akan penguasaan atas sumber daya alam yang didukung oleh peraturan dan penegakan hukum untuk mentaati aturan atau menjalankan institusi.

Menurut (Sesbany, 2010) kelembagaan petani memiliki titik strategis (entry

point) dalam menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan. Untuk itu segala sumber

daya yang ada di pedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme petani (kelompok tani). Saat ini potret petani dan kelembagaan petani di Indonesia diakui masih belum sebagaimana yang diharapkan. Menurutnya kelembagaan di Indonesia perlu melakukan upaya pengembangan, pemberdayaan


(16)

6

dan penguatan kelembagaan petani (seperti : kelompok tani, lembaga tenaga kerja, kelembagaan penyedia input, kelembagaan output, kelembagaan penyuluh dan kelembagaan permodalan).

Pengembangan masyarakat petani melalui kelembagaan pertanian/kelompok tani merupakan suatu upaya pemberdayaan terencana yang dilakukan secara sadar dan sungguh-sungguh melalui usaha bersama petani untuk memperbaiki keragaman sistem perekonomian masyarakat pedesaan. Arah pemberdayaan petani akan disesuaikan dengan kesepakatan yang telah dirumuskan bersama. Dengan partisipasi yang tinggi terhadap kelembagaan petani, diharapkan rasa ikut memiliki dari masyarakat atas semua kegiatan yang dilaksanakan akan juga tinggi.

Ada tiga kriteria agar kelompok petani itu kuat dan mampu berperan aktif dalam memperjuangkan hak-haknya, yaitu : i) asosiasi harus tumbuh dari petani sendiri, ii) pengurusnya berasal dari para petani dan dipilih secara berkala, iii) memiliki kekuatan kelembagaan formal.

a. Kelompok tani

Menurut Peratutan Menteri Permentan (Permentan) No. 82 tahun 2013 pengertian dari kelompok tani atau yang bisa disebut poktan adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya, kesamaan komoditas dan keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota.


(17)

Kelompok tani pada dasarnya merupakan kelembagaan petani non-formal di pedesaan yang memiliki karakteristik sebagai berikut : i) Saling mengenal, akrab dan saling percaya di antara sesama anggota; ii) Mempunyai pandangan dan kepentingan serta tujuan yang sama dalam berusaha tani; 3) Memiliki kesamaan dalam tradisi, pemukiman, jenis usaha, status ekonomi dan sosial, budaya/kultur, adat istiadat, bahasa serta ekologi.

Fungsi kelompok tani menurut permentan adalah sebagai berikut : i) Sebagai kelas belajar. Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggota guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar tumbuh dan berkembang menjadi usahatani yang mandiri sehingga dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan serta kehidupan yang lebih baik; ii) Sebagai wahana kerjasama. Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama baik di antara sesama petani dalam poktan dan antar poktan maupun dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha tani lebih efisien dan lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, gangguan serta lebih menguntungkan; iii) Sebagai unit produksi. Usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota poktan secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomis usaha, dengan menjaga kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.


(18)

8

b. Gabungan kelompok tani (Gapoktan)

Menurut Peratutan Menteri Permentan (Permentan) No. 82 tahun 2013 pengertian dari gabungan kelompok tani atau bisa disebut gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

Sedang ciri-ciri gabungan kelompok tani (Gapoktan) adalah sebagai berikut : i) Adanya pertemuan/rapat anggota, rapat pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan; ii) Disusunnya rencana kerja gapoktan secara bersama dan dilaksanakan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan, serta dilakukan evaluasi setiap akhir pelaksanaan; iii) Memiliki aturan/norma tertulis yang disepakati dan ditaati bersama; iv) Memiliki pencatatan administrasi dan keuangan yang rapih untuk setiap anggota; v) Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama mulai sektor hulu sampai sektor hilir; vi) Memfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi agribisnis; vii) Sebagai sumber pelayanan informasi dan teknologi bagi usahatani anggota kelompok tani yang bergabung dalam gapoktan; viii) Adanya jalinan kerjasama melalui kemitraan usaha antara gapoktan dengan pihak lain; ix) Adanya pemupukan modal usaha baik yang bersumber dari iuran anggota maupun dari penyisihan hasil usaha gapoktan.

Gabungan kelompok tani (Gapoktan) mempunyai fungsi sebagai berikut : i) Sebagai unit usaha penyedia sarana dan prasarana produksi. Gabungan kelompok tani merupakan tempat pemberian layanan kepada seluruh anggota untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi (pupuk termasuk pupuk bersubsidi, benih bersertifikat dan


(19)

pestisida) dan alat mesin pertanian, baik yang berdasarkan kredit/permodalan usahatani bagi anggota kelompok tani yang memerlukan maupun dari swadana petani/sisa hasil usaha; ii) Sebagai unit usaha tani/produksi. Gabungan kelompok tani dapat menjadi unit yang memproduksi komoditas untuk memenuhi kebutuhan anggotanya dan kebutuhan pasar sehingga dapat menjamin kuantitas, kualitas dan kontinuitas serta stabilitas harga; iii) Gabungan kelompok tani dapat memberikan pelayanan baik berupa penggunaan alat mesin pertanian maupun teknologi dalam pengolahan hasil produksi komoditas yang mencakup proses pengolahan, sortasi/grading dan pengepakan untuk meningkatkan nilai tambah produk; iv) Sebagai unit usaha pemasaran. Gabungan kelompok tani dapat memberikan pelayanan/fasilitasi pemasaran hasil pertanian anggotanya baik dalam bentuk pengembangan jejaring dan kemitraan dengan pihak lain maupun pemasaran langsung. Dalam pengembangannya gapoktan dapat memberikan pelayanan informasi harga komoditas, agar gapoktan tumbuh dan berkembang menjadi usahatani yang mandiri sehingga dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan serta kehidupan yang lebih baik bagi anggotanya; v) Sebagai unit usaha keuangan mikro (simpan-pinjam). Gabungan kelompok tani dapat memberikan pelayanan permodalan bagi anggota, baik yang berasal dari iuran dan/atau simpan-pinjam anggota serta sisa hasil usaha, maupun dari perolehan kredit melalui perbankan, mitra usaha, atau bantuan pemerintah dan swasta.


(20)

10

c. Kelompok wanita tani (KWT)

Menurut BPP Tanjung Sari Kabupaten Sumedang kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan salah satu bentuk kelembagaan petani dimana para anggotanya terdiri dari para wanita yang berkecimpung dalam kegiatan pertanian. Berbeda dengan kelompok tani yang lainnya, kelompok wanita tani dalam pembinaannya diarahkan untuk mempunyai suatu usaha produktif dalam skala rumah tangga yang memanfaatkan atau mengolah hasil-hasil pertanian maupun perikanan, sehingga dapat menambah penghasilan keluarga.

Menurut (Hidayat, 2015) Kelompok Wanita Tani (KWT) dibentuk sebagai upaya pelibatan kaum perempuan secara langsung dalam usaha-usaha peningkatan hasil pertanian, seperti menjadi bagian dari motivator dalam adopsi dan pengenalan teknologi tani. Dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa dengan dibetuknya Kelompok Wanita Tani (KWT) dapat meningkatkan peran dan produktivas wanita tani sebagai pengurus rumah tangga dan tenaga kerja pencari nafkah (tambahan maupun utama). (Ervinawati et al, 2014) juga mengungkapkan peranan wanita tani sangat besar dalam memberikan kontribusinya terhadap keluarga bukan saja sebagai penunjang bahkan sebagian besar sebagai tulang punggung keluarga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Kondisi ini menjadi pendorong kearah peran aktif wanita tani yang memiliki keberdayaan, kemandirian dan keswadayaan dalam upaya membantu suami meningkatkan taraf hidupnya.


(21)

d. Kelompok Wanita Tani (KWT) Pengolah Hasil Pertanian

Menurut Aini F. N. (2014) kelompok wanita tani (KWT) pengolah adalah salah satu bentuk lembaga dalam pertanian yang anggotanya adalah wanita yang berkecimpung dalam kegiatan pertanian. Berbeda dengan KWT lain, KWT pengolah hasil pertanian kegiatan pokok mereka adalah mengolah hasil pertanian yang ada dilingkungan KWT untuk dijadikan produk olahan yang lebih bermanfaat dan bernilai jual tinggi.

Menurut Suwitaningrum (2013) untuk mengetahui karakteristik organisasi KWT pengolah hasil pertanian dapat digali melalui interaksi serta pola perilaku sosial yang sudah mengakar dan berlangsung terus menerus atau berulang yang ada dalam organisasi KWT atau sisi internal kelembagaan KWT itu sendiri. Dengan menggali sisi internal KWT dapat diketahui sejauh mana peran wanita tani dalam organisasi KWT. Dalam hasil penelitiannya disebutkan bahwa karakteristik organisasi KWT pengolah hasil pertanian sangat dipengaruhi dengan lingkungan kelembagaan pengolahan hasil pertanian. Karakteristik organisasi yang terdiri dari jenis usahatani/usahanya, anggota, struktur, sistem, dan aktor sangat dipengaruhi lingkungan kelembagaan antara lain nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, kerjasama dengan pihak lain, hubungan dengan kelembagaan/organisasi lain serta kelembagaan sistem politik sebagai pengambil keputusan ditingkat publik.


(22)

12

2. Pengelolaan Kegiatan

Menurut (Tahir, 2014) pada dasarnya pengelolaan merupakan proses kegiatan yang harus dilakukan dengan menggunakan cara-cara pemikiran ilmiah maupun praktis untuk mencapai tujuan melalui kerja sama dengan melibatkan orang lain serta menggunakan sumber-sumber yang tersedia.

Untuk melaksanakan kegiatan sudah tentu harus memerlukan penataan ataupun pengelolaan. Pengelolaan dimaksud sebagai suatu proses untuk melakukan aktivitas dalam usaha mencapai tujuan tertentu.’’manajemen (pengelolaan) adalah proses yang terdiri dari tindakan-tindakan planning, organizing, actuating, dan

controling’’, dimana pada masing-masing bidang digunakan baik ilmu pengetahuan

maupun keahlian dan diikuti secara berurutan dalam usaha mencapai sasaran yang telah diharapkan semula.

Pengelolaan merupakan sebuah bentuk bekerja dengan orang-orang secara pribadi dan kelompok demi tercapainya tujuan organisasi lembaga. Tidak sedikit orang yang mengartikan pengelolaan sama dengan arti manajemen karena antara manajemen dan pengelolaan memiliki tujuan yang sama yaitu tercapainya tujuan organisasi lembaga.

Menurut (Patimah, 2012) pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu. Menurutnya tahap-tahap dalam melakukan pengelolaan meliputi melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.


(23)

Menurut (Nanda, 2014) dalam hasil penelitiannya pengelolaan kegiatan pada KWT Sedyo Rahayu dilihat dari tiga indikator yaitu pembagian bantuan, pemeliharaan dan pelaporan menunjukan bahwa dalam kegiatan pembagian dilihat dari dua aspek yaitu pengetahuan anggota dan penilaian anggota cukup baik. Pengelolaan kegiatan pemeliharaan termasuk kategori cukup baik dan pengelolaan kegiatan pelaporan termasuk kategori baik.

3. Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Kelompok

(Hadi, 2010) partisipasi berarti "turut berperan serta dalam suatu kegiatan”,

keikutsertaan atau peran serta dalam suatu kegiatan”, “peran serta aktif atau

proaktif dalam suatu kegiatan”. Partisipasi dapat didefinisikan secara luas sebagai

bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya

(ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan. Sedang

(Bahaddur, 2012) mengungkapkan secara garis besar partisipasi adalah suatu wujud dari peran serta masyarakat dalam aktivitas berupa perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai tujuan. Wujud dari partisipasi dapat berupa saran, jasa, ataupun dalam bentuk materi.

Menurut (Yovita, 2015) mengungkapkan bahwa partisipasi anggota merupakan bagian vital dalam membangun koperasi. Melalui partisipasi anggota, koperasi dapat menggerakan sumber-sumber daya yang ada untuk mencapai tujuannya. Menurutnya semakin banyak dan aktif anggota sebuah koperasi maka semakin besar peluang keberhasilan koperasi tersebut untuk berkembang dan maju


(24)

14

sehingga dapat bersaing dengan badan usaha yang lain. Selain itu keanggotaan dalam koperasi merupakan salah satu aspek penting, karena maju tidaknya sebuah koperasi antara lain dipengaruhi oleh tingkat partisipasi anggotanya. Partisipasi koperasi memegang peranan yang menentukan dalam perkembangan koperasi. Tanpa partisipasi anggota, koperasi tidak akan bekerja secara efesien dan efefktif. Koperasi merupakan sebuah alat yang digunakan anggota untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu yang telah disepakati bersama. Sukses tidaknya, berkembang tidaknya, bermanfaat tidaknya dan maju mundurnya sebuah koperasi bergantung pada peran partisipasi aktif para anggotanya.

Dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang searah antara variabel partisipasi anggota terhadap keberhasilan Koperasi Inti Kapur. Hasil ini membuktikan bahwa semakin tinggi partisipasi anggota yang ditunjukkan oleh indikator-indikator partisipasi anggota, antara lain: Partisipasi dalam pengambilan keputusan rapat anggota, Partisipasi dalam kontribusi modal, Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan, Partisipasi dalam pengawasan koperasi, maka semakin tinggi keberhasilan Koperasi Inti Kapur.

(Aini, 2014) mengungkapkan adanya peranan dan partisipasi dari anggota dan pengurus dalam sebuah kelembagaan atau kelompok sangatlah penting, karena anggota dan pengurus dapat berbagi dan memberikan ide-ide dan kreasi baru.


(25)

(Aini, 2014) dari hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa partisipasi anggota pada kegiatan yang ada di KWT Seruni di Dusun Gamelan, Desa Sendangtirto, Kecamatan Berbah, Sleman tergolong aktif pada kegiatan produksi. Sedang partisipasi anggota KWT Seruni pada kegiatan pemasaran, dan simpan pinjam tegolong rendah. Namun pada kegiatan pertemuan anggota tergolong tinggi.

Menurut (Nanda, 2014) partisipasi anggota Sedyo Rahayu di Dusun Polaman, Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul memiliki tingkat partsiapasi yang tergolong sedang dilihat dari 3 kegiatan yang dilakukan oleh KWT Sedyo Rahayu. Yaitu sosialisasi, pelatihan dan pelaksanaan kegiatan di lapangan.

B. Kerangka Pemikiran

Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba yang berlokasi di Padukuhan Gamping Lor, Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Sleman merupakan KWT yang fokus mengolah produk lokal menjadi produk olahan. Beberapa produk yang dihasilkan dari KWT An-Naba antara lain jahe instan, tepung cassava dan tepung mocaf. Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba saat ini mempunyai 6 orang pengurus dan 14 orang anggota.

Profil Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba adalah gambaran menyeluruh tentang Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba meliputi sejarah berdirinya KWT dan struktur organisasi KWT. Profil Kelompok Tani (KWT) An-Naba mencakup profil pengurus dan profil anggota KWT meliputi usia, pekerjaan dan tingkat pendidikan.


(26)

16

Kegiatan KWT An-Naba akan didukung dengan partisipasi anggota terhadap kegiatan seperti kegiatan 1) Pertemuan anggota adalah kegiatan pertemuan antar anggota yang diadakan oleh KWT An-Naba 2) Pemasaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh anggota KWT An-Naba untuk menjual produk-produk yang dihasilkan oleh KWT An-Naba 3) Produksi adalah pembuatan produk-produk oleh KWT An-Naba 4) Kegiatan simpan pinjam adalah kegiatan simpan (menabung) uang dan meminjam uang yang dilaksanakan oleh KWT An-Naba.


(27)

Partisipasi Anggota KWT An-Naba

1. Kegiatan pertemuan anggota 2. Kegiatan simpan pinjam 3. Kegiatan produksi

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran KWT An-Naba

Pengelolaan Kegiatan 1. Kegiatan pertemuan 2. Kegiatan simpan pinjam 3. Kegiatan produksi 4. Kegiatan pemasaran

Keberhasilan KWT

1. Tidak aktif 2. Kurang aktif 3. Aktif


(28)

18

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif yaitu metode pengamatan atau penyelidikan secara kritis untuk memperoleh keterangan secara langsung tentang profil KWT An-Naba, pengelolaan kegiatan KWT An-Naba dan tingkat partisipasi anggota KWT An-Naba. Tujuan penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi yang sistematis, faktual dan akurat mengenai profil KWT An-Naba, pengelolaan kegiatan KWT An-Naba dan tingkat partisipasi anggota pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba.

B. Penentuan Lokasi

Lokasi penelitian ini yaitu di Padukuhan Gamping Lor, Keacamatan Gamping, Kabupaten Sleman. Alasan pemilihan lokasi tersebut yaitu karena KWT An-Naba banyak meraih prestasi dari tingkat Desa sampai tingkat Provinsi. Diantaranya adalah 1) Juara I lomba memasak berbahan baku jamur tingkat Desa Ambarketawang dan Kecamatan Gamping pada tahun 2010 2) Juara III lomba memasak olahan kering berbahan baku jamur tingkat Kabupaten Sleman 3) Juara I lomba menu makan siang tingkat Kecamatan tahun 2010 4) Juara I olahan kering berbahan baku tempe tingkat Kabupaten 4) Juara II lomba ketahanan pangan tingkat Kabupaten 5) Juara I olahan ikan tingkat provinsi DIY 6) Juara I membuat olahan


(29)

pangan lokal yang diselenggarakan oleh DPD Aisyiyah Provinsi DIY 6) Juara I prestator olahan pangan tingkat Kabupaten pada tahun 2015.

KWT An-Naba juga sering menjadi tempat pelatihan untuk mahasiswa atau perguruan tinggi, menjadi tempat pelatihan untuk KWT lain serta dinas dari pemerintahan. Beberapa contoh kegiatan pelatihan yang sudah dilaksanakan adalah 1) Kunjungan pelatihan tentang sekolah lapang dari KWT Kota Yogyakarta pada tahun 2012 2) Kunjungan pelatihan dari Dinas Pertanian Kalimantan Timur mengenai industri pengolahan pangan berbahan baku lokal pada tahun 2013 4) Kunjungan pelatihan dari Universitas Singapura tentang panganan lokal pada tahun 2014 5) Kunjungan pelatihan dari STTP Yogyakarta tentang kebun dan veltikultur pada tahun 2014 6) Program Learning Express yang diikuti oleh mahasiswa dari Jepang dan Korea yang bekerjasama dengan Universitas Veteran Negara (UPN) tengan industri pangan berbahan baku lokal pada tahun 2015.

Selain itu KWT An-Naba sering diundang untuk menjadi narasumber pada acara tertentu diantaranya adalah 1) Narasumber dalam radio RRI Yogyakarta tentang biofarmaka, vertikultur dan pemanfaatan lahan pekarangan 2) Narasumber di BKPP Prvinsi DIY tentang lumbung pangan 3) Narasumber di satasiun tekevisi TVRI dalam acara Agritekno.

Beberapa produk dari KWT An-Naba juga sering menjadi headline di surat kabar dan majalah diantaranya di Surat Kabar Merapi pada beberapa edisi yaitu edisi 12 Maret 2011, 22 Oktober 2012, 2 Januari 2015, pada majalah Sinar Tani pada edisi 21 Maret 2012.


(30)

20

C. Metode Pengambilan Responden

Metode sensus digunakan sebagai teknik penentuan responden dalam penelitian ini. Responden dalam penelitian ini adalah 6 orang pengurus KWT An-Naba dan 14 orang anggota KWT An-An-Naba.

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian data ini ada dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti. Diambil melalui wawancara langsung dengan anggota KWT yang menjadi responden dengan menggunakan bantuan kuesioner sebagai panduan wawancara. Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara langsung , dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan menggunakan bantuan kuesioner.

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia. Diperoleh dari Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba berupa laporan kegiatan Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba, Kelurahan Desa Ambarketawang berupa monografi Desa Ambarketawang. Data sekunder digunakan untuk mendukung data primer sehingga memperoleh data yang akurat untuk memenuhi tujuan penelitian.


(31)

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Profil Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba adalah gambaran menyeluruh tentang Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba meliputi sejarah berdirinya KWT dan struktur organisasi.

2. Profil anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba adalah gambaran informasi mengenai anggota kelompok yang berkaitan dengan usia, pekerjaan dan tingkat pendidikan.

a. Usia adalah satuan waktu yang diukur sejak anggota lahir sampai sekarang yang dinyatakan dalam tahun. Dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu usia 30-45 tahun, 46-60 tahun dan 60-75 tahun.

b. Pekerjaan adalah mata pencaharian anggota KWT yang dilakukan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

c. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang ditempuh anggota KWT yang dibagi menjadi 5 yaitu tidak tamat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Mengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi (PT).

3. Kegiatan KWT An-Naba terbagi menjadi empat kegiatan yaitu kegiatan pertemuan anggota, kegiatan simpan pinjam, kegiatan produksi dan kegiatan pemasaran.


(32)

22

a. Kegiatan pertemuan anggota adalah kegiatan yang dilakukan oleh anggota KWT untuk mengikuti pertemuan-pertemuan anggota yang diadakan oleh KWT An-Naba. Mencakup kegiatan pertemuan rutin yaitu kegiatan pertemuan yang rutin dilaksanakan setiap hari Minggu pada minggu pertama setiap bulan, pertemuan insidental yaitu pertemuan anggota KWT yang dilaksanakan secara mendadak atau tidak direncanakan terlebuh dahulu, pertemuan pada saat pelatihan yaitu pertemuan anggota yang dilaksanakan saat ada pelatihan dan pertemuan saat menjadi narasumber pada acara tertentu yaitu pertemuan anggota yang dilaksanakan pada saat KWT diundang menjadi narasumber pada acara tertentu. b. Kegiatan simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan oleh anggota KWT

dalam mengikuti kegiatan simpan (menabung) dan peminjaman uang.

c. Kegiatan produksi adalah kegiatan yang dilakukan anggota KWT untuk mengikuti kegiatan pembuatan produk-produk dari KWT yang mencakup pembuatan produk secara individu (di rumah masing-masing anggota), pembuatan produk KWT secara bersama meliputi pembuatan produk tepung cassava, pembuatan produk tepung mocaf dan pembuatan produk jahe instan. d. Kegiatan pemasaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh anggota KWT untuk

menjual produk-produk yang dihasilkan oleh KWT melalui penjualan langsung melalui toko dan mengikuti pameran atau bazaar.

4. Partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba adalah keikutsertaan anggota KWT An-Naba dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang


(33)

ada di dalam KWT yang mencakup partisipasi anggota pada kegiatan pertemuan anggota, kegiatan simpan pinjam, kegiatan produksi dan kegiatan pemasaran. a. Partisipasi anggota dalam kegiatan pertemuan anggota adalah tingkat

keikutsertaan anggota KWT dalam mengikuti setiap kegiatan pertemuan anggota. Mancakup pertemuan insidental dan pertemuan pada saat menjadi narasumber pada acara tertentu. Kemudian pertemuan rutin dan pertemuan pada saat pelatihan yang diukur dengan skor 1 tidak aktif, 2 kurang aktif, 3 aktif.

b. Partisipasi anggota dalam kegiatan simpan pinjam adalah tingkat keikutsertaan anggota KWT dalam mengikuti kegiatan simpan (menabung), peminjaman uang dan pengembalian uang. Diukur dengan skor 1 tidak aktif, 2 kurang aktif, 3 aktif. c. Partisipasi anggota dalam kegiatan produksi adalah tingkat keikutsertaan anggota

KWT dalam mengikuti kegiatan pembuatan produk-produk dari KWT yang mencakup pembuatan produk secara individu (di rumah masing-masing anggota), pembuatan produk KWT secara bersama meliputi pembuatan produk tepung cassava, pembuatan produk tepung mocaf dan pembuatan produk jahe instan. Diukur dengan skor 1 tidak aktif, 2 kurang aktif, 3 aktif.

d. Partisipasi anggota dalam pemasaran adalah tingkat keikutsertaan anggota KWT dalam kegiatan untuk menjual produk-produk yang dihasilkan oleh KWT melalui penjualan langsung melalui toko dan melalui pameran atau bazaar. Diukur dengan skor 1 tidak aktif, 2 kurang aktif, 3 aktif


(34)

24

F. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui profil dan pengelolaan kegiatan yang ada di KWT An-Naba digunakan teknik analisis deskriptif. Yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan mengambil data secara langsung melalui wawancara dengan pengurus dan anggota KWT An-Naba dengan bantuan kuesioner. Sedang untuk mengukur tingkat partisipasi anggota KWT An-Naba yang berada di Padukuhuan Gamping Lor, Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman digunakan analisis skor. Indikator skor diperoleh dari kegiatan yang dilakukan oleh KWT An-Naba yaitu kegiatan pertemuan anggota, simpan pinjam, produksi dan pemasaran. Dari kegiatan tersebut dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu tidak aktif, kurang aktif dan aktif. Skor indikator dari kegiatan tersebut diberi skor dengan kisaran angka 1-3.

1. Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Pertemuan

Terdapat empat macam kegiatan pertemuan yang ada di KWT An-Naba yaitu pertemuan rutin, pertemuan insidental, pertemuan pada saat pelatihan dan pertemuan pada saat menjadi narasumber pada acara tertentu. Untuk mengetahui tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan pertemuan insidental dan pertemuan saat menjadi narasumber digunakan teknik analisis deskriptif. Kemudian untuk mengetahui partisipasi anggota pada kegiatan pertemuan rutin dan pertemuan pada saat pelatihan digunakan analisis skor.


(35)

Pertemuan rutin. Skor indikator pada kegiatan pertemuan rutin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Skor Indikator Partispasi Anggota Dalam Pertemuan Rutin

No Item Skor

1 2 3

1 Kehadiran saat

pertemuan rutin Tidak pernah hadir atau jarang sekali hadir

Sering hadir Selalu hadir atau jarang sekali absen 2 Keaktifan

dalam memberi usulan Tidak pernah memberi usul Memberikan usul 1-2 kali Memberikan usul lebih dari 2 kali 3 Keaktifan

bertanya / menjawab pertanyaan Tidak pernah memberikan pertanyaan atau jawaban Memberikan pertanyaan atau jawaban 1-2 kali

Memberikan pertanyaan atau jawaban lebih dari 2 kali

Untuk mengetahui kategori skor partisipasi anggota dalam pertemuan rutin digunakan rumus lebar interval.

� � � = � �ℎ � ��� – � � � � =9 −

=

Tabel 2. Kategori Skor Partisipasi Anggota Dalam Pertemuan Rutin

Kategori Kegiatan Skor

Tidak aktif 3,00 – 5,00

Kurang aktif 5,01 – 7,00


(36)

26

Pertemuan saat pelatihan. Skor indikator pada kegiatan pertemuan saat ada pelatihan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Skor Indikator Partisipasi Anggota Saat Pelatihan

No Item Skor

1 2 3

1 Kehadiran saat pelatihan

Tidak pernah hadir atau jarang sekali hadir

Sering hadir Selalu hadir atau jarang sekali absen 2 Keaktifan dalam

memberi usulan Tidak pernah memberi usul Memberikan usul 1-2 kali Memberikan usul lebih dari 2 kali

3 Keaktifan bertanya / menjawab pertanyaan Tidak pernah memberikan pertanyaan atau jawaban Memberikan pertanyaan atau jawaban 1-2 kali

Memberikan pertanyaan atau jawaban lebih dari 2 kali 4 Mengikuti dan

mempraktikan materi

Tidak ikut atau ikut sebentar saja

Ikut separuh bagian saja

Ikut dari awal sampai akhir

Untuk mengetahui kategori skor dalam kegiatan pertemuan pada saat ada pelatihan digunakan rumus lebar interval.

� � � = � �ℎ � ��� – �

� � � = −


(37)

Tabel 4. Kategori Skor Partisipasi Anggota Saat Pelatihan

Kategori Kegiatan Skor

Tidak aktif 4,00 – 6,66

Kurang aktif 6,67 – 9,33

Aktif 9,34 – 12,00

2. Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Simpan Pinjam

Untuk mengetahui tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan simpan pinjam di KWT An-Naba digunakan analisis skor. Skor indikator partisipasi anggota dalam kegiatan simpan pinjam di KWT An-Naba dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Skor Indikator Partisipasi Anggota Dalam Simpan Pinjam

No Item Skor

1 2 3

1 Keaktifan menabung

Tidak pernah menabung atau jarang menabung

Sering menabung Aktif menabung atau selalu menabung 2 Keaktifan

meminjam uang Tidak pernah meminjam uang atau jarang meminjam uang Sering meminjam uang Aktif meminjam uang atau selalu meminjam uang 3 Keaktifan

mengembalikan uang pinjaman

Tidak pernah mengembalikan uang atau jarang mengembalikan uang Sering mengembalikan uang pinjaman Aktif mengembalikan uang atau selalu mengembalikan uang


(38)

28

Untuk mengetahui kategori skor partisipasi anggota dalam kegiatan simpan pinjam digunakan rumus lebar interval.

� � � = � �ℎ � ��� – � � � � =9 −

=

Tabel 6. Kategori Skor Partisipasi Anggota Dalam Simpan Pinjam

Kategori Kegiatan Skor

Tidak aktif 3,00 – 5,00

Kurang aktif 5,01 – 7,00

Aktif 7,01 – 9,00

3. Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Produksi

Terdapat dua macam kegiatan produksi yang ada di KWT An-Naba yaitu produksi secara individu (produksi dirumah masing-masing anggota) dan produksi bersama KWT An-Naba meliputi produksi tepung mocaf, tepung cassava dan jahe instan.


(39)

Untuk mengetahui tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan produksi digunakan analisis skor. Skor indikator dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Skor Indikator Partisipasi Anggota Dalam Produksi

No Item Skor

1 2 3

1 Keaktifan produksi secara indivudu

Tidak pernah memproduksi

Memproduksi kalau ada pesanan

Aktif

memproduksi 2 Kehadiran saat

produksi tepung mocaf

Tidak pernah hadir atau jarang sekali hadir

Sering hadir Selalu hadir atau jarang sekali absen 3 Keikutsertaan

proses produksi tepung mocaf

Tidak ikut atau ikut sebentar saja

Ikut separuh bagian saja

Ikut dari awal sampai akhir 4 Kehadiran saat

produksi tepung mocaf

Tidak pernah hadir atau jarang sekali hadir

Sering hadir Selalu hadir atau jarang sekali absen 5 Keikutsertaan

proses produksi tepung mocaf

Tidak ikut atau ikut sebentar saja

Ikut separuh bagian saja

Ikut dari awal sampai akhir 6 Kehadiran saat

produksi tepung mocaf

Tidak pernah hadir atau jarang sekali hadir

Sering hadir Selalu hadir atau jarang sekali absen 7 Keikutsertaan

proses produksi tepung mocaf

Tidak ikut atau ikut sebentar saja

Ikut separuh bagian saja

Ikut dari awal sampai akhir

Untuk mengetahui kategori tingkat partisipasi anggota KWT An-Naba dalam kegiatan produksi digunakan rumus lebar interval.


(40)

30

� � � = � �ℎ � ��� – �

� � � = −

= ,

Tabel 8. Kategori Skor Partisipasi Anggota Dalam Produksi

Kategori Kegiatan Skor

Tidak aktif 7,00 – 11,66

Kurang aktif 11,67 – 16,33

Aktif 16,34 – 21,00

4. Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Pemasaran

Untuk mengetahui tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan pemasaran digunakan analisis skor. Skor indikator dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9. Skor Indikator Partisipasi Anggota Dalam Pemasaran

No Item Skor

1 2 3

1 Keikutsertaan memasarkan produk KWT melalui toko

Tidak pernah ikut atau jarang ikut

Sering ikut Selalu ikut atau jarang sekali absen 2 Keikutsertaan

memasarkan produk KWT melalui bazar atau pameran

Tidak pernah ikut atau jarang ikut

Sering ikut Selalu ikut atau jarang sekali absen


(41)

Untuk mengetahui kategori tingkat partisipasi anggota KWT An-Naba pada kegiatan produksi digunakan rumus lebar interval.

� � � = � � – �

�ℎ � �� � � � = − = ,

Tabel 10. Kategori Skor Partisipasi Anggota Dalam Pemasaran

Kategori Kegiatan Skor

Tidak aktif 2,00 – 3,33

Kurang aktif 3,34 – 4,66


(42)

32

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Keadaan umum wilayah penelitian menjelaskan tentang keadaan geografis, keadaan penduduk dan keadaan pertanian yang ada di Desa Ambarketawang. Keadaan geografis mencakup wilayah administratif, letak dan luas wilayah. Keadaan penduduk menjelaskan karakteristik penduduk yang dilihat dari jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan. Sedang keadaan pertanian menggambarkan tentang potensi pertanian yang ada di Desa Ambarketawang. Semua data tersebut bersumber dari Data Monografi Desa Ambarketawang tahun 2013.

A. Keadaan Geografis

Desa Ambarketawang merupakan salah satu Desa yang berada di wilayah Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada awalnya terbentuk atas penggabungan empat wilayah kelurahan lama yaitu 1) Kelurahan Mejing 2) Kelurahan Gamping 3) Kelurahan Bodeh 4) Kelurahan Kalimanjung. Berdasarkan Maklumat Pemerimtah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diterbitkan pada tahun 1946, empat kelurahan tersebut digabung menjadi satu dengan nama Desa Ambarketawang.

Wilayah Desa Ambarketawang membujur dari arah utara ke selatan yang meliputi wilayah seluas kurang lebih 653,8975 Ha. Terdiri dari 13 padukuhan yaitu Mejing Lor, Mejing Wetan, Mejing Kidul, Gamping Lor, Gamping Tengah, Gamping Kidul, Patukan, Bodeh, Tlogo, Depok, Kalimanjung, Mancasan dan Watulangkah.


(43)

Letak Desa Ambarketawang berada di jalan utama Yogyakarta - Purworejo/Jakarta. Hal ini mengakibatkan wilayah Desa Ambarketawang berkembang dengan pesat terutama dalam bidang perekenomian, perindustrian, pendidikan, perdagangan dan kependudukan. Dengan perkembangan yang begitu pesat dan didukung keberadaan kantor dinas pemerintahan Kecamatan Gamping yang terlatak wilayah Desa Ambarketawang, mengakibatkan wilayah ini menjadi pusat pengembangan Ibukota Kecamatan Gamping, bahkan merupakan wilayah pengembangan Ibukota Propinsi D.I. Yogyakarta ke arah barat.

B. Keadaan Penduduk

Keadaan jumlah penduduk suatu daerah umumnya akan mengalami perubahan setiap tahun. Keadaan tersebut disebabkan dengan adanya kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk baik yang masuk maupun keluar. Jumlah penduduk dalam suatu daerah dapat dikategorikan atau dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan dan mata pencaharian.

1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Desa Ambarketawang tercatat sebanyak 21.252 jiwa yang terdiri dari 49,12% laki-laki dan 50,88% perempuan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Ambarketawang diketahui bahwa selisih penduduk berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yaitu 1,76%. Selisih tersebut menunjukkan penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih besar 1,76% dari penduduk laki-laki.


(44)

34

Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Ambarketawang

Jenis kelamin Jumlah (orang) Presentase (%)

Jumlah laki-laki 10439 49,12

Jumlah perempuan 10813 50,88

Jumlah total 21252 100

Adanya potensi SDM berupa jumlah penduduk wanita yang lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki perlu dimanfaatkan agar dapat meningkatkan pembangunan khususnya di bidang pertanian. Hal ini diwujudkan oleh pemerintah dengan adanya beberapa KWT di Desa Ambarketawang salah satunya adalah KWT An-Naba. Diharapkan dengan partisipasi wanita dalam bentuk Kelompok Wanita Tani (KWT) mampu menambah penghasilan keluarga sehingga taraf hidup masyarakat akan meningkat dan akan mempercepat pembangunan Desa di bidang pertanian.

2. Komposisi Penduduk Menurut Usia

Komposisi penduduk menurut usia penting untuk diketahui dalam hal ini yaitu komposisi penduduk menurut usia produktif. Komposisi usia menurut usia produktif bisa berguna sebagai acuan informasi bagi Desa Ambarketawang untuk menentukan kebijakan.

Menurut undang-undang tenaga kerja No. 13 Tahun 2003, usia produktif adalah usia antara 15 sampai 64 tahun dan usia non produktif adalah usia antara 0 sampai 14 tahun seta usia diatas 64 tahun. Jika jumlah penduduk suatu daerah memiliki usia produktif lebih besar dari pada yang tidak produktif maka daerah


(45)

tersebut akan cepat mengalami kemajuan. Komposisi penduduk menurut usia Desa Ambarketawang dapat dilihat pada tabelberikut.

Tabel 12. Jumlah Penduduk Menurut Usia

Golongan umur (tahun) Jumlah (orang) Presentase (%)

<14 5528 26.01

15-56 13523 63.63

>56 2201 10.36

Jumlah 21252 100

Pada tabel 12 diketahui penduduk Desa Ambarketawang mayoritas berusia 15 sampai 56 tahun dengan presentase yaitu sebanyak 63.63 %. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Ambarketawang termasuk dalam golongan usia produktif. Bila dimanfaatkan dengan baik, potensi penduduk yang berusia produktif tersebut dapat membantu pembangunan yang salah satunya bisa diwujudkan dengan memajukan pertanian dengan dibetuknya Gapoktan dan KWT.

3. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan yang dimilki seseorang melalui pendidikan formal. Tingkat pendidikan yang didapatkan sesesorang akan menggambarkan kemampuan seseorang untuk menyerap dan menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan yang didapat oleh masyarakat suatu daerah akan menambah pengetahuan dan keterampilan sehingga penduduk dengan pendidikan tinggi cenderung lebih maju. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Ambarketawang dapat dilihat pada tabel berikut.


(46)

36

Tabel 13. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Belum sekolah 1206 5.67

Tidak sekolah 4125 19.41

Tidak tamat SD 301 1.42

SD 3535 16.63

Tamat SMP/sederajat 3135 14.75

Tamat SMA/sederajat 6539 30.77

Tamat D-1/sederajat 88 0.41

Tamat D-2/sederajat 113 0.53

Tamat D-3/sederajat 736 3.46

Tamat S1/sederajat 1349 6.35

Tamat S2/sederajat 109 0.51

Tamat S3/sederajat 11 0.05

Tamat SLB A 0 0.00

Tamat SLB B 2 0.01

Tamat SLB C 3 0.01

Total 21252 100

Pada tabel 13 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa Ambarketawang sudah mengenyam pendidikan baik itu SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 74.89% orang. Jumlah tersebut terbagi ke dalam beberapa kategori yaitu 1.42% orang pernah sekolah SD tapi tidak lulus, 16.63% orang tamat SD, 14.75% orang tamat SMP, 30.77% orang tamat SMA, 3.99% orang menempuh jenjang Diploma (D1-D3) dan 6.91% orang menempuh jenjang Sarjana (S1-S3). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Ambarketawang termasuk dalam kategori tinggi karena secara umum penduduk telah mendapatkan pendidikan formal.


(47)

Banyaknya penduduk yang sudah mengenyam pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan pembangunan Desa Ambarketawang. Penduduk yang berpendidikan dapat membantu mengembangkan dan membawa perubahan diberbagai bidang salah satunya adalah bidang pertanian. Masyarakat yang berpendidikan tinggi dapat membantu pemerintah untuk mensosialisasikan berbagai perubahan kepada masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan sehingga dapat ikut serta dalam kegiatan pembangunan khusunya di bidang pertanian.

C. Keadaan Pertanian

Lahan pertanian di Desa Ambarketawang berupa sawah, pekarangan dan tanah perkebunan. Tanah sawah yang digunakan berupa sawah irigasi. Sedangkan tanah perkebunan berupa tegal/ladang yang merupakan milik perorangan.

Lahan pertanian yang paling luas difungsikan untuk menanam padi yaitu sebesar 185 Ha (tabel 14). Penduduk lebih besar memanfaatkan lahan pertanian untuk ditanami padi sawah karena keadaan lahan sawah di Desa Ambarketawang lebih luas dibandingkan tegalan dan tanah perkebunan. Padi juga merupakan tanaman yang menjadi sumber karbohidrat utama masyarakat Indonesia. Penduduk Desa Ambarketawang juga mengembangkan tanaman palawija yang termasuk dalam sumber karbohidrat yaitu jagung 15 Ha, ubi jalar 3 Ha, ubi kayu 1,5 Ha dan talas 1 Ha. Penggunaan lahan pertanian lainnya juga dimanfaatkan untuk ditanami sayuran seperti kacang tanah 15 Ha ,kacang panjang 13,5 Ha, kacang kedelai 1 Ha, cabe 5 Ha, tomat 6 Ha, sawi 1 Ha, buncis 2 Ha, bayam 3 Ha, kangkung 2 Ha, dan kacang turis 2 Ha. Selain itu lahan pekarangan juga dimanfaatkan untuk mengembangkan tanaman


(48)

38

buah-buahan diantaranya jeruk 0,30 Ha, manga 0,40 Ha, rambutan 44 Ha, manggis 0,1 Ha, salak 0,50 Ha, pepaya 0,20 Ha, dan durian 0,05 Ha.

Tabel 14. Penggunaan Lahan Pertanian di Desa Ambarketawang

No Jenis komoditas Luas lahan pertanian (Ha)

1 Padi sawah 185

2 Jagung 15

3 Kacang kedelai 1

4 Kacang tanah 15

5 Kacang panjang 13,5

6 Ubi kayu 1,5

7 Ubi jalar 3

8 Cabe 5

9 Tomat 6

10 Sawi 1

11 Buncis 2

12 Bayam 3

13 Kangkung 2

14 Kacang turis 2

15 Talas 1

16 Jeruk 0,3

17 Mangga 0,4

18 Rambutan 44

19 Manggis 0,1

20 Salak 0,5

21 Pepaya 0,2

22 Durian 0,05


(49)

39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Kelompok Wanita Tani (KWT) An-naba

Profil Kelompok Wanita (KWT) An-Naba mendiskripsikan tentang sejarah dan struktur organisasi kelompok. Data mengenai sejarah KWT An-Naba didapatkan dari wawancara kepada pengurus kelompok sedang data struktur organisasi didapatkan dari buku administrasi KWT An-Naba dan wawancara kepada pengurus kelompok.

1. Sejarah Kelompok

Kelompok Wanita Tani An-Naba (KWT) mempunyai sekretariat di Padukuhan Gamping Lor RT 001 RW 10, Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Sleman. Berjarak sekitar 500 meter dari Jalan Yogyakarta-Jawa Tengah atau Jalan Wates. Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba berawal dari sebuah kelompok pengajian ibu-ibu yang dilaksanakan setiap malam Jumat dengan nama pengajian Al-Ikhlas. Anggotanya merupakan ibu-ibu yang berasal dari padukuhan Gamping Lor dan Pathuk. Sebagian dari ibu-ibu pengajian ini adalah ibu rumah tangga yang memiliki usaha pengolahan makanan. Kemudian tercetus pemikiran untuk memanfaatkan potensi tersebut agar menjadi usaha mereka semakin maju. Sebagian ibu-ibu dari pengajian Al-Ikhlas sepakat untuk membentuk kelompok wanita tani yang diberi nama Kelompok Wanita Tani (KWT) An-Naba yang dipandu oleh Ibu Indah Lestari dan Ibu Mita Sugara pada tanggal 1 Januari 2007.


(50)

40

Produk awal KWT An-Naba adalah makanan olahan berupa kue dan jajanan pasar yang di produksi oleh setiap anggota KWT di rumah masing-masing. Kemudian produk tersebut dijual bersama di berbagai kegiatan seperti senam masal, sepeda gembira, acara wisuda, kampanye dan lainnya.

Setelah mendapatkan dana dari P2KP pada tahun 2011, anggota KWT An-Naba mencoba untuk menciptakan produk olahan makanan dengan menggunakan hasil pertanian yang ada di sekitar secretariat KWT. Kemudian terciptalah produk-produk makanan olahan yang kreatif dan inovatif serta sehat dan aman untuk dikonsumsi dan bernilai jual tinggi seperi produk olahan jamur yang diolah menjadi bakso jamur, olahan singkong yang diolah menjadi tepung mocaf dan tepung cassava, produk olahan dari jahe yang dibuat menjadi jahe instan, produk dari kedelai yang dibuat menjadi susu kedelai dan masih banyak lagi.

Dalam perkembangannya, kegiatan kelompok menjadi bertambah. Yaitu dengan adanya kegiatan simpan pinjam bagi anggota kelompok untuk menambah modal usaha. Setiap anggota diwajibkan mengisi kas dan bagi anggota yang modal usahanya kurang, bisa meminjam uang kas KWT untuk digunakan sebagai modal usaha. Kemudian dana pinjaman dicicil selama 5 kali atau 10 kali.

Sampai saat ini kegiatan di KWT masih berjalan. Dengan jumlah total pengurus dan anggota kelompok adalah 20 orang.


(51)

2. Struktur Kepengurusan Kelompok

Kelompok Wanita Tani An-Naba memiliki 6 orang pengurus yang terdiri dari 2 ketua, 2 sekertaris dan 2 bendahara. Berikut ini struktur organisasi KWT An-naba.

Gambar 2. Struktur Kepengurusan KWT An-Naba

Adapun masing-masing tugas dalam struktur organisasi Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu sebagai berikut.

a. Ketua I, secara umum bertugas membina semua kegiatan yang dilakukan kelompok, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan internal kelompok.

b. Ketua 2, bertugas pada kegiatan ekstern kelompok seperti jika ada pertemuan atau undangan dari dinas atau instansi, maka yang akan bertanggung jawab adalah ketua II dan selanjutnya memberitahukan informasi hasil kegiatan yang telah diikuti kepada anggota maupun pengurus.

Ketua I

Bendahara I Ketua II

Sekertaris I Sekertaris II

Anggota


(52)

42

c. Sekertaris I, bertugas untuk mengelola kegiatan kesekretariatan, mengumpulkan dan mencatat seluruh data, laporan dan dokumen-dokumen, mengatur penerimaan dan pendistribusian surat menyurat.

d. Sekertaris II, bertugas sebagai notulen pada saat pertemuan rutin, mendata buku tamu, mencatat keperluan kelompok dan mencatat saran dari anggota.

e. Bendahara I, bertugas menangani seluruh kegiatan administrasi keuangan kelompok, menyimpan dan memelihara arsip keuangan kelompok, menyelenggarakan dan memelihara administrasi keuangan kelompok, dan melaporkan keuangan kelompok pada setiap pertemuan.

f. Bendahara II, bertugas mencatat uang simpan pinjam anggota, mendata jika ada anggota yang ingin meminjam uang dan membawa kunci kotak tabungan.

B. Profil Anggota KWT An-Naba

Merupakan deskripsi tentang profil anggota KWT An-Naba yang dilihat dari usia, pekerjaan pokok dan pendidikan terakhir. Profil dibutuhkan untuk mengetahui latar belakang dan kondisi anggota KWT. Jumlah seluruh anggota KWT An-Naba adalah 20 orang.


(53)

Tabel 15. Profil Anggota KWT An-Naba

Uraian Jumlah (Orang) Presentase

Usia (Tahun)

30-45 7 35%

46-60 10 50%

60-75 3 15%

Jumlah 20 100%

Tingkat pendidikan

Tidak tamat SD 1 5%

SD 4 20%

SMP 2 10%

SMA 11 55%

Perguruan tinggi 2 10%

Jumlah 20 100%

Pekerjaan

Mengurus rumah

tangga 13 65%

Wirausaha 2 10%

Buruh 3 15%

PNS 1 5%

Pensiunan 1 5%

Jumlah 20 100%

Usia. Anggota KWT An-Naba anggota yang usianya paling muda adalah 30 tahun sedang anggota yang mempunyai usia paling tua adalah 72 tahun. Mayoritas atau separuh anggota KWT An-Naba berusia 46 tahun sampai 60 tahun. Kelompok usia ini merupakan kelompok usia yang anggotanya mempunyai kontribusi paling besar untuk KWT. Mereka menjadi penggerak di semua kegiatan KWT mulai dari kegitan pertemuan, produksi dan pemasaran. Selain itu semua pengurus KWT An-Naba juga berada pada kelompok usia tersebut. Di KWT An-Naba terdapat tiga orang yang usianya sudah bisa dikatakan memasuki usia lanjut usia yaitu kelompok usia 60-70


(54)

44

tahun. Pada kelompok usia ini, kontribusi untuk KWT semakin berkurang karena orang yang memasuki usia lanjut tenaga dan pikiran mereka sudah tidak optimal. Tingkat pendidikan. Semua anggota KWT sudah mengenyam pendidikan formal. Hanya 1 anggota KWT yang tidak lulus SD. Mayoritas anggota KWT adalah lulusan SMA atau sederajat. Tingkat pendidikan merupakan faktor penting bagi kemjauan suatu kelompok, sebab orang yang berpendidikan tentu mempunyai pengalaman dan wawasan yang lebih luas disbanding orang yang tidak berpendidikan.

Pekerjaan. Mayoritas anggota KWT An-Naba merupakan ibu rumah tangga. Pada umumnya seorang ibu rumah tangga memiliki banyak waktu luang karena tugas sehari-hari mereka hanya mengurusi rumah tangga seperti mengasuh anak, memasak, bersih-bersih rumah dan lain sebagainya. Hal ini merupakan salah satu faktor alasan bagi mereka untuk bergabung dengan KWT An-Naba. Menurut mereka menjadi anggota KWT An-Naba bisa mengurangi waktu luang mereka yang kurang dimanfaatkan. Selain itu menjadi anggota KWT juga memiliki banyak manfaat. Selain ilmu dan pengalaman, mereka juga mendapat penghasilan tambahan dari penjualan produk dari KWT An-Naba.


(55)

C. Pengelolaan Kegiatan KWT An-Naba 1. Kegiatan Pertemuan

Kegiatan pertemuan yang terdapat di KWT An-Naba meliputi pertemuan rutin, pertemuan insidental, pertemuan pada saat ada pelatihan dan pertemuan saat menjadi narasumber.

a. Pertemuan rutin

Kegiatan pertemuan rutin merupakan kegiatan pertemuan yang diadakan rutin setiap bulan sekali di hari Minggu, minggu pertama setiap bulan dan dilaksanakan pada sore hari antara jam 16.00 sampai menjelang Maghrib. Tempat pelaksanaan pertemuan rutin dilakukan bergiliran dan diacak pada akhir acara setiap pertemuan rutin dilaksanakan. Kegiatan yang dilakukan pada saat pertemuan rutin diantaranaya adalah penyampaian informasi dari pengurus mengenai agenda yang akan dilakukan KWT, informasi mengenai arus keuangan KWT, kemudian evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan KWT serta kegiatan simpan pinjam

b. Pertemuan insidental

Kegiatan pertemuan insidental merupakan pertemuan yang diadakan secara mendadak atau tidak direncanakan sebelumnya dan tidak ada agenda pasti. Waktu pelaksanaan pertemuan ini juga tidak menentu, tidak ada waktu yang pasti karena pertemuan ini bersifat mendadak menentukan kondisi saja. Pertemuan insidental bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai agenda kegiatan KWT yang belum dibahas pada pertemuan rutin. Biasanya pertemuan ini hanya diikuti oleh pengurus atau anggota yang berkepentingan saja karena informasi datang dengan


(56)

46

mendadak jadi para pengurus dengan spontan melakukan pertemuan ini. Kemudian informasi yang didapat pada pertemuan insidental baru disebarkan kepada anggota lain melalui pesan singkat (SMS) atau whatsap. Tempat dilaksanakan pertemuan insidental biasanya di sekretariat KWT An-Naba yaitu di Padukuhan Gamping Lor RT 01 RW 10.

c. Pertemuan saat pelatihan

Pertemuan saat pelatihan meruapakan kegiatan saat KWT An-Naba mengadakan kegiatan pelatihan. Biasanya kegiatan pelatihan diadakan oleh dinas dari pemerintahan. Selain dari dinas pemerintahan, KWT juga mengadakan pelatihan dengan berkunjung ke KWT lain untuk mempelajari ilmu dan kegiatan dari KWT lain. Selain itu KWT An-Naba juga sering mendapat kunjungan pelatihan dari Perguruan Tinggi atau KWT lain yang ingin menimba ilmu dan pengalaman di KWT An-Naba. . Beberapa kegiatan pelatihan yang sudah pernah dilaksanakkan oleh KWT An-Naba diantaranya adalah sebagai berikut 1) Kunjungan pelatihan tentang sekolah lapang dari KWT Kota Yogyakarta pada tahun 2012 2) Kunjungan pelatihan dari Dinas Pertanian Kalimantan Timur mengenai industri pengolahan pangan berbahan baku lokal pada tahun 2013 4) Kunjungan pelatihan dari Universitas Singapura tentang panganan lokal pada tahun 2014 5) Kunjungan pelatihan dari STTP Yogyakarta tentang kebun dan veltikultur pada tahun 2014 6) Program Learning

Express yang diikuti oleh mahasiswa dari Jepang dan Korea yang bekerjasama

dengan Universitas Veteran Negara (UPN) dengan industri pangan berbahan baku lokal pada tahun 2015.


(57)

d. Pertemuan saat menjadi narasumber

Pertemuan saat menjadi narasumber merupakan kegiatan KWT yang dilaksanakan saat KWT diundang untuk menjadi narasumber pada acara tertentu. Beberapa contoh kegiatan yang sudah dilakukan oleh KWT An-Naba sebagai narasumber diantaranya adalah 1) Narasumber dalam radio RRI Yogyakarta tentang biofarmaka, vertikultur dan pemanfaatan lahan pekarangan 2) Narasumber di BKPP Prvinsi DIY tentang lumbung pangan 3) Narasumber di stasiun tekevisi TVRI dalam acara Agritekno.

2. Kegiatan simpan pinjam

Kegiatan simpan pinjam dilaksanakan bersama dengan kegiatan pertemuan rutin dan pelaksanaanya di akhir acara pertemuan rutin. Kegiatan yang ada di simpan pinjam antara lain menabung, peminjaman uang untuk menambah modal usaha anggota KWT dan pengembalian uang pinjaman.

Dalam kegiatan menabung seluruh anggota diwajibkan untuk mengikuti kegiatan ini. Setiap anggota akan diberi kotak yang dikunci. Kotak tersebut dibawa kerumah masing-masing anggota KWT sedang kuncinya akan disimpan oleh bendahara KWT. Setiap anggota yang membutuhkan uang dan ingin membuka kotak tabunganya bisa meminjam kunci kotak tersebut ke bendahara KWT.

Untuk meminjam uang dari KWT anggota harus mendaftar terlebih dahulu kepada bendahara KWT satu bulan sebelumnya. Bila anggota KWT ada keperluan mendadak dan dana kas mencukupi, anggota bisa meminjam uang langsung kepada bendahara KWT tanpa harus mendaftar terlebih dahulu. Nominal peminjaman uang


(58)

48

tidak terbatas, tergantung ketersediaan uang kas yang ada. Biasanya anggota hanya meminjam uang dengan nominal antara Rp.100.000,- sampai Rp.1.000.000,- saja, tapi bila ada kebutuhan yang mendesak dan membutuhkan banyak uang, anggota KWT bisa meminjam uang dengan nominal antara Rp.1.000.000,- sampai Rp.5.000.000,-. Untuk pengembalian uang akan dicicil 5 kali atau 10 kali sesuai permintaan anggota dan diserahkan kepada bendahara KWT pada saat pertemuan rutin. Untuk kemajuan KWT, anggota KWT yang meminjam uang disarankan untuk memberi infaq seikhlasnya. Nominal infaq biasanya berkisar antara Rp.20.000,- sampai Rp.50.000,- .Uang infaq pinjaman dari anggota dimasukkan ke dalam uang kas KWT.

3. Kegiatan produksi

Kegiatan produksi dibagi menjadi dua yaitu kegiatan produksi yang dilakukan sendiri dirumah masing-masing anggota dan kegiatan produksi bersama dengan seluruh anggota KWT yang dilaksanakan di sekretariat KWT An-Naba.

Hampir semua anggota KWT An-Naba mempunyai produk yang diproduksi di rumah masing-masing seperti jajanan pasar, kue-kue kecil, gorengan, katering, jus buah, susu kedelai dan masih banyak yang lainya. Berikut adalah tabel produk dari anggota KWT An-Naba.


(59)

Tabel 16. Produk dari anggota KWT An-Naba

No Nama Produk

1 Tri Heni Suryawati Cup cake cassava, snack

2 Asmini bakso jamur, sate jamur

3 Indah Lestari bakso jamur, sate jamur, soto

4 Tri Pargi Astuti Emping melinjo

5 Melania Anaryani Snack, jajanan pasar

6 Tri Indaryanti Snack, katering

7 Ari Widiastuti Katering, snack

8 Siti Aminah Krupuk

9 Sri Suryanti Tepung cassava, kue dari tepung cassava 10 Kawit Suraningsih Ceriping singkong, emping melinjo 11 Yuni Lestariningsih Snack

12 Sri Lestari Telur asin

13 Ani Rachmawati Jus buah, susu kedelai, sari buah naga

14 Suryanti Olahan jamur lingsi, snack

Beberapa anggota memproduksi produknya setiap hari dan yang lainya memproduksi kalau ada pesanan saja. Sedang anggota yang tidak memiliki produk pribadi dikarenakan kesibukan anggota dan faktor usia anggota yang sudah memasuki usia lanjut.

Anggota KWT yang memproduksi kue-kue kecil, gorengan dan minuman sperti juice dan sari kedelai memasarkan produknya dengan cara menitipkan produk mereka ke toko jajanan pasar yang lokasinya tidak jauh dari sekretariat KWT An-Anaba.

Produksi bersama KWT An-Naba yaitu membuat produk dari olahan singkong yaitu tepung cassava dan tepung mocaf. KWT An-Naba juga membuat produk olahan dari jahe yang dibuat menjadi minuman jahe instan. Produksi KWT


(60)

50

An-Naba dilaksanakan di sekretariat KWT An-Naba yaitu di Padukuhan Gamping Lor RT 01 RW 10. Produk KWT diproduksi jika mendapat pesanan, akan ada kunjungan pelatihan atau akan ada undangan untuk menjadi narasumber dan jika ada

event seperti pameran atau bazar. Biasanya KWT An-Naba memproduksi tepung

mocaf, tepung cassava dan jahe instan satu bulan sekali hal ini karena beberapa anggota KWT yang membuat kue jajanan pasar juga ikut memanfaatkan produk berupa tepung mocaf dan tepung cassafa yang diproduksi bersama oleh KWT untuk dijadikan bahan baku produk pribadi mereka. Untuk tepung mocaf dan tepung cassava KWT An-Naba memproduksi sebanyak 30kg singkong untuk dijadikan tepung cassava dan tepung mocaf. Dari 30kg singkong, akan menjadi 5kg tepung cassava dan 5kg tepung mocaf. Untuk jahe instan KWT An-Naba memproduksi 1,5kg gula dan 250g jahe untuk dijadikan jahe instan. Dari bahan baku tersebuat akan menjadi 30 bungkus kemasan minuman jahe instan dengan netto 30g perbungkusnya.

4. Kegiatan Pemasaran

Kegiatan pemasaran KWT An-Naba dilakukan dengan dua cara yaitu pemasaran di sekretriat KWT An-Naba dengan menggunakan etalase toko yang ada di rumah bendahara KWT An-Naba Ibu Ari Widiastuti dan dikelola sendiri oleh Ibu Ari Widiastuti. Cara kedua yaitu pemasaran saat ada pameran atau bazar. Pada kegiatan pemasaran saat ada pameran atau bazar biasanya hanya pengurus saja yang ikut berpartisipasi. Hal ini dikarenakan anggota lain mempunyai kesibukan sendiri dan beberapa anggota sudah memasuki usia lanjut. Untuk produksi pribadi anggota KWT memasarkan produknya dengan cara menitipkan produk mereka ke toko


(61)

jajanan pasar yang ada di depan Padukuhan Gamping Lor jalan menuju ke kantor Kecamatan Gamping.

D. Partisipasi Anggota KWT An-Naba

Partisipasi merupakan keikutsertaan setiap anggota KWT dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di dalam KWT An-Naba. Meliputi kegiatan pertemuan anggota, simpan pinjam, produksi dan pemasaran. Tingkat partisipasi anggota KWT An-Naba pada setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh KWT An-Naba bisa dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17. Partisipasi Anggota KWT An-Naba

No Kegiatan Rata-rata skor Kategori

1 Pertemuan anggota 16.25 Aktif

2 Simpan pinjam 9.00 Aktif

3 Produksi 18.70 Aktif

4 Pemasaran 4.70 Aktif

Partisipasi anggota KWT An-Naba

pada semua kegiatan 48.65 Aktif

Dapat dilihat pada tabel 17 tingkat partisipasi anggota KWT An-Naba pada kegiatan pertemuan anggota, simpan pinjam, produksi dan pemasaran termasuk ke dalam kategori aktif. Rincian tingkat partisipasi anggota KWT An-Naba pada kegiatan pertemuan anggota, simpan pinjam, produksi dan pemasaran bisa dilhat pada uraian di bawah ini.


(62)

52

1. Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Pertemuan

Partisipasi anggota KWT An-Naba dalam kegiatan pertemuan anggota merupakan tingkat keikutsertaan setiap anggota dalam mengikuti kegiatan pertemuan anggota. Tujuan dari kegiatan ini adalah memberi informasi yang berhubungan dengan KWT baik itu kegiatan KWT yang akan dilaksanakan, kegiatan KWT yang sudah dilaksanakan, keuangan KWT atau informasi lainnya yang berkaitan dengan KWT. Selain itu kegiatan pertemuan juga bertujuan untuk memperkuat kelompok. Dengan adanya pertemuan anggota, hubungan dan komunikasi antar anggota akan terus terjalin sehingga kelompok tersebut akan semakin kuat dan kompak.

Ada beberapa macam kegiatan pertemuan anggota yang ada di KWT An-Naba yaitu kegiatan pertemuan rutin, pertemuan insidental, pertemuan saat ada pelatihan dan pertemuan saat menjadi narasumber pada acara tertentu.

a. Partisipasi Anggota Dalam Pertemuan rutin

Pertemuan rutin merupakan kegiatan pertemuan yang dilaksanakan oleh KWT An-Naba rutin setiap hari Minggu, pada minggu pertama setiap bulan. Kegiatan ini dilaksanakan secara bergiliran di rumah anggota.


(63)

Tabel 18. Partisipasi Anggota Dalam Pertemuan Rutin Indikator Kriteria Skor Jumlah

Anggota Presentase % Rata-rata Skor Kategori 1 Kehadiran 1. Tidak aktif 1 0 0

3 Aktif

2. Kurang aktif 2 0 0

3. Aktif 3 20 100

2 Keaktifan dalam memberi usul

1. Tidak aktif 1 8 40

2 Kurang aktif

2. Kurang aktif 2 4 20

3. Aktif 3 8 40

3 Keaktifan dalam tanya/jawab

1. Tidak aktif 1 9 45

1.85 Kurang aktif

2. Kurang aktif 2 5 25

3. Aktif 3 6 30

Jumlah rata-rata skor pertemuan rutin 6.85

Kategori skor pertemuan rutin Kurang

aktif Tabel 19. Kategori Skor Partisipasi Anggota Dalam Pertemuan Rutin

Kategori Kegiatan Skor

Tidak aktif 3,00 – 5,00

Kurang aktif 5,01 – 7,00

Aktif 7,01 – 9,00

Pada tabel 18 menunjukkan bahwa seluruh anggota KWT An-Naba aktif menghadiri pertemuan rutin. Semua anggota KWT An-Naba akan meluangkan waktunya pada hari Minggu untuk menghadiri pertemuan rutin. Beberapa anggota KWT yang menjadi buruh dan PNS juga bisa meluangkan waktunya untuk menghadiri kegiatan pertemuan rutin karena pada hari Minggu mereka libur. Selain itu pada kegiatan pertemuan rutin juga dilaksanakan kegiatan simpan pinjam sehingga anggota KWT antusias dalam menghadiri kegiatan ini. Sangat disayangkan


(1)

89

Tabel 11. Kategori Skor Partisipasi Anggota Dalam Produksi

Kategori Kegiatan Skor

Tidak aktif 7,00 – 11,66

Kurang aktif 11,67 – 16,33

Aktif 16,34 – 21,00

Produksi secara bersama adalah pembuatan produk dari KWT An-Naba berupa tepung cassava, tepung mocaf dan jahe instan yang dilakukan secara bersama-sama oleh semua anggota KWT An-Naba. Pada tabel 23 dapat dilihat bahwa partisipasi kehadiran anggota KWT An-Naba dalam kegiatan produksi secara bersama-sama masuk dalam kategori aktif, hal ini karena masing-masing anggota KWT An-Naba mempunyai kesadaran yang tinggi untuk mengikuti kegiatan produksi. Anggota KWT An-Naba sebisa mungkin akan meluangkan waktunya untuk mengikuti kegiatan produksi secara bersama. Anggota yang tidak aktif dalam kegiatan produksi bersama dikarenakan pekerjaan sebagai buruh yang tidak bisa ditinggal.

Mayoritas anggota KWT An-Naba mengikuti semua proses produksi tepung mocaf, tepung cassava dan jahe instan. Untuk produksi tepung mocaf dan tepung cassava yang proses produksinya tidak bisa selesai dalam satu hari, anggota yang rumahnya jauh dari sekretariat KWT An-Naba kurang aktif mengikuti proses produksi pada hari berikutnya. Anggota yang bekerja sebagai PNS juga tidak mengikuti semua tahapan dari proses produksi secara bersama. Hal ini karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan anggota ini untuk selalu berangkat ke kantor dan menunaikan pekerjaannya. Anggota yang sudah memasuki usia lanjut juga tidak mengikuti semua proses produksi secara bersama. Hal ini karena tenaga mereka yang sudah semakin berkurang sehingga anggota yang sudah memasuki usia lanjut hanya mengikuti sebagian proses produksi saja.

4. Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Pemasaran

Partisipasi anggota KWT An-Naba dalam kegiatan pemasaran yaitu tingkat keikutsertaan anggota KWT dalam mengikuti kegiatan memasarkan atau menjual


(2)

90

produk-produk yang dihasilkan oleh KWT melalui penjualan langsung di toko dan mengikuti pameran atau bazaar.

Tabel 12. Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Pemasaran Indikator Kriteria Skor Jumlah

Anggota Presentase % Rata-rata Skor Kategori 1 Pemasaran

melalui toko

1. Tidak aktif 1 6 30

2.30 Tidak aktif

2. Kurang aktif 2 2 10

3. Aktif 3 12 60

2 Pemasaran melalui bazar dan pameran

1. Tidak aktif 1 6 30

2.40 Tidak aktif

2. Kurang aktif 2 0 0

3. Aktif 3 14 70

Jumlah rata-rata skor pemasaran 4.70

Kategori skor pemasaran Aktif

Tabel 13. Kategori Skor Partisipasi Anggota Dalam Pemasaran

Kategori Kegiatan Skor

Tidak aktif 2,00 – 3,33

Kurang aktif 3,34 – 4,66

Aktif 4,67 – 6,00

Pada tabel 25 menunjukkan bahwa partisipasi anggota KWT An-Naba dalam mengikuti kegiatan pemasaran melalui toko masuk kedalam kategori tidak aktif karena dalam memasarakan produknya memaluli toko KWT An-Naba hanya memanfaatkan etalase kecil yang ada di sekretariat KWT An-Naba yairu rumah Benadahara KWT An-Naba Ibu Ari Widiastuti. Pengelolaan pemasaran KWT melalui toko sepenuhnya diserahkan kepada Ibu Ari Widiastuti, sehingga yang aktif dalam kegiatan ini yaitu Ibu Ari saja.

Dapat dilihat pada tabel 25 partisipasi anggota KWT An-Naba dalam mengikuti kegiatan pemasaran melalui pameran dan bazar masuk ke dalam kategori tidak aktif. Mayoritas anggota KWT An-Naba tidak pernah mengikuti kegiatan ini karena kebanyakan dari mereka merasa kurang percaya diri dalam berbicara di depan umum, menjelaskan produknya dan menawarkan produknya pada konsumen. Dalam


(3)

91

kegiatan ini pengurus KWT An-Naba merupakan anggota KWT yang paling aktif dan selalu mengikuti kegiatan ini.

VI.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Tingkat partisipasi anggota KWT An-Naba dalam mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh KWT An-Naba termasuk ke dalam kategori aktif. Berikut adalah rincian tingkat partisipasi anggota pada kegiatan yang dilaksanakan oleh KWT An-Naba.

1. Tingkat pastisipasi anggota KWT An-Naba dalam kegiatan pertemuan saat pelatihan, simpan pinjam, produksi secara bersama dan pemasaran temasuk ke dalam kategori aktif.

2. Tingkat partisipasi anggota KWT An-Naba dalam kegiatan pertemuan rutin dan produksi secara individu termasuk ke dalam kategori kurang aktif.

B. Saran

1. Jangkauan pemasaran perlu diperluas. Pemasaran kurang efektif jika hanya mengandalkan etalase di satu toko ataupun bazar dan pameran yang relatif jarang diadakan. Caranya bisa dengan menitipkan pada pusat oleh oleh, toko makanan, rumah makan atau tempat lainnya yang memungkinkan.

2. Merekrut karyawan untuk mengelola toko bisa dilakukan supaya pemasaran produk KWT An-Naba lebih efektif.


(4)

68

DAFTAR PUSTAKA

Aini, F.N. 2014. Partisipasi Anggota Kelompok Dalam Kegiatan Kelompok Wanita Tani.

Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Bahhadur, Muslikh. 2012. Partisipasi Orang Tua Dalam Pembelajaran di SD Islam Terpadu Salam Al Farizi Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

BPP Tanjung Sari Kabupaten Sumedang. 2013. Produk Olahan Kelompok Tani. file:///E:/SKRIPSI/MATERI/Daftar pustaka/BPP TANJUNGSARI. Diakses pada 27 April 2016.

Dinas Pertanian Kabupaten Sleman. 2016. Rekap Tani Per Wilayah Kecamatan Gamping 2016 http://app1.pertanian.go.id. Diakses pada 23 April 2016

Djogo et al. 2003. Kelembagaan dan Kebijakan dalam Pengembangan Agroprofesi. Bogor.

Ervinawati et al. 2015. Peranan Kelompok Wanita Tani Perdesaan Dalam Menunjang Pendapatan Keluarga. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Tanjung Pura Pontianak, Pontianak.

Hadi, Agus P. Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan Dalam Pembangunan.Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA),Yogyakarta.

Hidayat, A.Y. 2015. Tujuan Dibentuknya Kelompok Wanita Tani (KWT) (Online). file:///E:/SKRIPSI/html. Diakses pada 23 April 2016.

Patimah, S. H. 2012. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah di Sekolah Dasar Negari Se Kecamatan Naggulan, Kabupaten Kulon Progo. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Pranowo, Dian. 2009. Model Penguatan Peran Perempuan di Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (MUSRENBANGDES) Dalam Rangka Pembangunan Desa Responsif Gender. Surakarta.

Purnamasari, L. 2014. Pemberdayaan Perempuan Melalui Klompok Wanita Tani (KWT) Bagi Aktualisasi Perempuan di Desa Kemanukan, Bagelan, Purworejo, Jateng. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta,


(5)

40

Sesbany. 2010. Penguatan Kelembagaan Petani Untuk Posisi Tawar Petani. STTP Medan. Medan.

Suwitanigrum. N. Y. Kelembagaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Pengolah Hasil Pertanian di Kota Salatiga. Tesis. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. Tahir. 2014. Pengelolaan Diklat pada Badan Kepegawaian Daerah Pendidikan dan Pelatihan (BKD DIKLAT) Kabupaten Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.

Yovita. 2015. Pengaruh Partisipasi Anggota dan Lingkungan Usaha Terhadap Keberhasilan Koperasi Inti Kapur Desa Glodogan, Kecamatan Klaten, Kebupaten Klaten. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.


(6)

Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH UNTUK PERLUASAN PASAR TRADISIONAL GAMPING AMBARKETAWANG KABUPATEN SLEMAN

0 2 104

PENDIDIKAN AKHLAK ISLAMI PADA ANAK USIA DINI DI TKIT NURUL ITTIHAD GAMPING LOR, AMBARKETAWANG, GAMPING, SLEMAN

0 3 123

KEARIFAN LOKAL DALAM PEMANFAATAN SULTANAAT GROUND DI KECAMATAN GAMPING KABUPATEN SLEMAN abstrak. 4. Kearifan Lokal

0 3 27

KONSEP IBU TENTANG MAKAN SEHAT ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA AMBARKETAWANG, KECAMATAN GAMPING, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA.

0 0 66

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SMPN 4 GAMPING Gamping Sleman.

0 0 271

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DI SMP NEGERI 4 GAMPING Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta.

0 1 198

PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS PADA KANTOR KECAMATAN GAMPING KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA.

13 139 135

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN ( PPL ) DI SMP N 4 GAMPING PERIODE 2 JULI – 17 SEPTEMBER 2014 Alamat: Kalimanjung, Ambarketawang, Gamping, Sleman.

0 0 129

PADA AKSEPTOR AKSEPTOR KB KB KB IIIIUD UD UD DI DI DI DESA DESA DESA AMBARKETAWANG AMBARKETAWANG AMBARKETAWANG GAMPING GAMPING SLEMAN SLEMAN TAHUN TAHUN TAHUN 2011 2011 NASKAH NASKAH PUBLIKASI PUBLIKASI - GAMBARAN KEJADIAN EFEK SAMPING PEMAKAIAN IUD PADA

0 0 7

HIPNOTERAPI UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI DI DUSUN GAMPING LOR AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH HIPNOTERAPI TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI DI DUSUN GAMPING LOR AMBARKETAWANG GAMPING SLE

0 0 14