MOTIVASI PETANI DALAM USAHATANI TANAMAN BUNGA KRISAN DI DESA HARGOBINANGUN KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN

(1)

Skripsi

Disusun Oleh Nanda Makendra

20120220028

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh: Nanda Makendra

20120220028

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(3)

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “Motivasi Petani Dalam Usahatani Tanaman Bunga Krisan

di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman”. Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini tak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan yang berbahagia ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga tercinta, Ayahanda Suwaldi dan Ibunda Mardiyati, kedua orang tua terhebat dan terbaik di dunia ini, penyemangat hidup penulis yang telah membesarkan penulis dan dengan tulus ikhlas selalu memberikan doa, dukungan, mencurahkan segenap kasih sayang dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan meraih gelar Sarjana.

2. Ibu Retno Wulandari, SP., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

4. Ir. Siti Yusi Rusimah, M.S selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis saat ujian skripsi dan memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

5. Ir. Sarjiyah, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Ir. Eni istiyanti, M.P selaku ketua jurusan Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak membantu dalam proses pendidikan dan khususnya dalam penelitian ini.

8. Teman-teman Dewan Mahasiswa Fakultas Pertanian periode 2013-2014 dan periode 2014-2015 yang telah membantu saya dalam berproses dan berkembang

9. Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun beserta pengurus dan anggota yang telah bersedia memberikan informasi, membantu dalam memperoleh data dan arahan dalam proses penelitian skripsi ini.

10. Teman-teman Agribisnis dan Argoteknologi 2012 terimakasih atas persaudaraan, pertemanan, kebersamaan dan semangat selama ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.


(5)

Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi pembaca dan semoga Allah SWT selalu meridhoi setiap langkah dan senantiasa membalas budi kebaikan Bapak / Ibu / sdr sekalian. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016


(6)

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Kegunaan Penelitian ... 5

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Penelitian Sebelumnya ... 19

C. Kerangka Pemikiran ... 21

III. METODE PENELITIAN ... 23

A. Lokasi Penelitian ... 23

B. Responden Penelitian ... 24

C. Jenis dan Sumber Data ... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Asumsi dan Pembatasan Masalah ... 25

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 26

G. Teknik Analisis ... 32

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 35

A. Keadaan Umum Daerah... 35

B. Keadaan Penduduk ... 37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Profil Petani Tanaman Bunga Krisan ... 40

B. Profil Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA) .. 44

C. Motivasi Petani Dalam Usahatani Tanaman Bunga Krisan ... 51

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Petani Dalam Usahatani Tanaman Bunga Krisan ... 58

E. Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Petani Dengan Motivasi Petani Dalam Usahatani Tanaman Bunga Krisan .... 67


(7)

(8)

Tabel 2 Pengukuran Variabel Kebutuhan Keberadaan (Existence) ... 27

Tabel 3 Pengukuran Variabel Kebutuhan Keterkaitan (Relatedness) ... 28

Tabel 4 Pengukuran Variabel Kebutuhan Pertumbuhan (Growth) ... 29

Tabel 5 Pengukuran Variabel Faktor Internal Yang Mempengaruhi Motivasi... 30

Tabel 6 Ketersediaan Modal Usahatani ... 31

Tabel 7 Resiko Usahatani ... 31

Tabel 8 Kelembagaan ... 32

Tabel 9 Batas Wilayah Kecamatan Pakem ... 35

Tabel 10 Luas Wilayah Pakem Menurut Desa ... 36

Tabel 11 Penggunaan Tanah Pakem Menurut Desa ... 36

Tabel 12 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 ... 37

Tabel 13 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan Tahun 2014 ... 38

Tabel 14 Profil Petani Bunga Krisan Desa Hargobinangun Berdasarkan Umur .. 40

Tabel 15 Profil Petani Bunga Krisan Desa Hargobinangun Berdasarkan Pekerjaan ... 41

Tabel 16 Profil Petani Bunga Krisan Desa Hargobinangun Berdasarkan Luas Lahan... 42

Tabel 17 Profil Petani Bunga Krisan Desa Hargobinangun Berdasarkan Luas Lahan... 43

Tabel 18 Daftar Kelompok Tani Anggota Astha Bunda ... 45

Tabel 19 Kategori Tingkat Motivasi Berdasarkan Rata-Rata Indikator ... 51

Tabel 20 Tingkat Kebutuhan Akan Keberadaan (Existence) di Desa Hargobinangun ... 52

Tabel 21 Tingkat Kebutuhan Keterkaitan (Relatedness) di Desa Hargobinangun 54 Tabel 22 Tingkat Kebutuhan Pertumbuhan di Desa Hargobinangun ... 56

Tabel 23 Tingkat Motivasi Petani Dalam Usahatani Tanaman Bunga Krisan di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman ... 57

Tabel 24 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Formal ... 58

Tabel 25 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Non Formal ... 59

Tabel 26 Distribusi Responden Menurut Penerimaan Usahatani ... 61

Tabel 27 Distribusi Responden Menurut Pengalaman Usahatani ... 62

Tabel 28 Distribusi Responden Menurut Ketersediaan Modal ... 63

Tabel 29 Distribusi Responden Menurut Resiko Usahatani ... 64


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 22 Gambar 2 Bagan Struktur Organisasi ASTHA BUNDA ... 46


(10)

(11)

1

Village, Pakem Sub District, Sleman Regency.

Nanda Makendra

Retno Wulandari, SP., M.Sc / Ir. Diah Rina Kamardiani, MP Agribussines Department, Faculty of Agriculture

University of Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT

This study aims to determine the motivation of farmers and the factors that influence the motivation of farmers in crop farming chrysanthemums in Hargobinangun village of Pakem Sub-District, Sleman Regency. The basic method used in this research is descriptive method. Techniques to determine the respondents using census method, which takes all the chrysanthemum plant farmers in the village Hargobinangun as many as 20 respondents. Primary data were collected through observation and interviews with the help of questionnaires while the secondary data obtained from the relevant authorities regarding the state of the research area. The results show profile of farmers chrysanthemum flower in the Hargobinangun village of Pakem Sub-District, Sleman Regency were in the age range 30-50 years, cropland chrysanthemum narrow, and the main occupation as a farmer. Motivation farmers in crop farming chrysanthemums in mind that the need for the presence (existence) are categorized as low, while the need for linkage (relatedness) and the need for growth (growth) in the high category. The most influential factor or factors that have a relationship high enough to motivate farmers in crop farming chrysanthemum flowers in the Hargobinangun village of Pakem Sub-District, SlemanRegency is is farm receipts, non-formal education, and the institutions that affect the need for the presence (existence) and the risks of farming most affect the linkage needs (relatedness) while the demand growth (growth) is affected by the risk of farming, farming experience and formal education


(12)

1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian saat ini, secara umum dihadapkan pada banyak tantangan yang sangat berbeda sifatnya dibandingkan masa-masa lalu. Tantangan pertama berkaitan dengan kondisi eksternal seperti perkembangan arus globalisasi yang berhubungan dengan liberalisasi arus investasi dan perdagangan global, sedangkan yang kedua bersifat internal, yaitu berkaitan dengan perubahan persepsi masyarakat tani terhadap efektifitas kegiatan usaha tani dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga petani. Tantangan internal disini meliputi transformasi pola sosial masyarakat tani, kecepatan arus informasi, ketahanan pangan, masalah ketersediaan lahan pertanian, masalah investasi dan permodalan, masalah iptek, SDM, lingkungan dan masih banyak lagi.

Semula perhatian masyarakat hanya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pokok (pakan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan), sekarang keindahan dan kenyamanan lingkungan telah menjadi kebutuhan. Saat ini sudah hampir tidak ditemui tempat-tempat hunian dan sarana umum yang tidak dihiasi dengan tanaman bunga. Di lain pihak, kultur masyarakat yang menjunjung tinggi adat-istiadat lokal seperti adat keagamaan, peringatan hari besar, dan hajat keluarga juga berkembang sedemikian rupa mengikuti kemajuan-kemjauan yang terjadi di linkungannya. Perubahan-perubahan ini mengarah pada kehidupan modern yang penuh dengan keindahan. Kalau sebelumnya aktualisasi kultur masyarakat ini cukup dengan simbol-simbol formal, sekarang telah dilengkapi


(13)

dengan hiasan-hiasan bunga sehingga terkesan lebih semarak dan indah tanpa mengurangi makna yang terkandung dari tujuan acaranya. Sebagai konsekuensi dari perubahan-perubahan pola hidup ini, permintaan bunga menjadi makin tinggi. Krisan (seruni) adalah salah satu jenis tanaman hias yang banyak diminati masyarakat, karena memiliki beragam bentuk, ukuran dan warna bunga.

Krisan (Chrysanthemum sp.) termasuk salah satu sub sektor komoditi hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan prospek yang cerah. Hal ini disebabkan usahatani yang terbatas sedangkan permintaan pasar yang cukup banyak. Bagi para produsen bunga potong di Indonesia, bunga krisan merupakan salah satu pilihan utama untuk ditanam. Selain karena merupakan salah satu primadona bunga potong, bunga krisan bersifat universal, artinya diminati oleh semua kalangan. Martini dalam Setyono et al (2011) menerangkan bahwa kebutuhan pasar bunga di Daerah Istimewa Yogyakarta cukup tinggi. Kebutuhan bunga krisan di DIY mencapai ± 5.000 ikat/minggu (± 240.000 ikat/tahun) dengan kisaran harga Rp 10-15 ribu/ikat. Dari kebutuhan tersebut petani lokal DIY hanya baru bisa memenuhi sekitar 30% sedangkan 70% masih dipasok dari luar DIY (Bandungan, Pasuruan, Malang). Tingginya permintaan khususnya bunga krisan di tingkat domestik dan luar negeri akibat dari meningkatnya pendapatan menyebabkan bisnis bunga utamanya bunga krisan menarik untuk diusahakan. Meningkatnya bisnis bunga selain memacu perekonomian masyarakat pedesaan dan meningkatkan devisa negara, juga akan membuka kesempatan kerja, namun bahwa usahatani bunga krisan pada saat ini masih baru diusahakan oleh sebagian


(14)

kecil masyarakat antara lain di Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.

Peluang pasar atau prospek dari bunga krisan yang baik membuat sebagian petani di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman terdorong untuk membudidayakan bunga krisan di daerahnya. Desa Hargobinangun merupakan sentra usahatani tanaman bunga krisan di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman. Tercatat pada tahun 2014 produksi bunga krisan di Desa Hargobinangun mencapai lebih dari 4 juta tangkai bunga, jumlah produksi ini meningkat hampir 300% dari jumlah produksi pada tahun 2012 yang hanya berada di angka 1,8 juta tangkai bunga yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Produksi krisan per Desa di Kecamatan Pakem

NO PRODUKSI

2012 2014

Luas Lahan (M2)

Produksi (Tangkai)

Luas Lahan (M2)

Produksi (Tangkai)

1 Harjobinangun 1.000 82.000 1.000 90.000

2 Pakembinangun 400 32.800 5.225 400.329

3 Hargibinangun 23.145 1.897.890 56.020 4.412.961 Sumber: Kecamatan Pakem Dalam Angka 2012 dan 2014

Peningkatan jumlah produksi dua tahun terakhir yang cukup signifikan dari usahatani tanaman bunga krisan menjadi suatu hal yang menarik mengingat usahatani bunga krisan tergolong sulit dengan tingkat keberhasilan usahatani tanaman bunga krisan yang hanya berkisar antara 70-80% dan memerlukan perawatan yang cukup intensif. Hasil kajian sementara menunjukkan masih dijumpai adanya faktor penghambat dalam usahatani tanaman bunga krisan yakni sulit dibudidayakan karena tergantungan terhadap kualitas bibit, dan serangan organisme pengganggu tanaman, selain sulit dibudidayakan modal awal untuk


(15)

usaha budidaya juga cukup tinggi. Sebagai gambaran untuk mendirikan bangunan green house berukuran 200 m2 memerlukan biaya sekitar tujuh juta rupiah.

Berdasarkan uraian pemilihan krisan sebagai komoditas yang dibudidayakan di Desa Hargobinangun ini menarik untuk diteliti karena peningkatan produksi tanaman bunga krisan yang cukup signifikan disertai dengan fakta bahwa usahatani tanaman bunga krisan ini tergolong sulit. Hal ini mendorong peneliti ingin mengungkap lebih dalam siapa petani yang mengusahakan bunga krisan, motivasi apa yang mendorong petani yang mengusahakan tanaman bunga krisan, dan faktor yang mempengaruhi timbulnya motivasi ditingkat petani

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui profil petani tanaman bunga krisan di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman

2. Mengetahui motivasi petani dalam usahatani tanaman bunga krisan di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani dalam usahatani tanaman bunga krisan di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.


(16)

C. Kegunaan Penelitian

1. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya.

2. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis.

3. Bagi petani, sebagai bahan informasi tambahan petani dalam mengelola dan mengembangkan usahatani bunga krisan.


(17)

1

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Usahatani Bunga Krisan

Krisan atau seruni (Chrysanhemum sp.) tergolong famili compositac yang berasal dari Cina. Saat ini tanaman yang dibudidayakankan merupakan hasil dari beberapa spesies yang telah di kenal sejak ribuan tahun lalu. Namun, pada dasarnya varietas krisan terdiri dari dua tipe yaitu tipe standar (single) dan tipe bercabang banyak (spray). Dari tipe tersebut tanaman krisan dapat dikelompokkan dalam enam golongan yaitu tanaman berbunga spider, pompon, anemone, incurved, standar, aster dan dekoratif (BPTP Yogyakarta, 2006)

Usahatani tanaman krisan yang baik akan menghasilkan bunga potong krisan yang bermutu tinggi dan tentu meningkatkan pendapatan karena harga jual bunga potong krisan dipengaruhi oleh kualitas bunga yang dihasilkan petani (BPTP Yogyakarta, 2006). Untuk menjamin hasil yang baik maka perlunya usahatani tanaman bunga krisan yang sesuai dangan standar operasional prosedur bunga krisan. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Sleman (2009) telah merumuskan tahapan proses usahatani bunga krisan dengan cara standar operasional prosedur (SOP) bunga krisan sebagai berikut:

a. Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi ditentukan berdasarkan kesesuaian tanah dan agroklimat. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman berjalan secara optimal. Lokasi yang sesuai untuk usaha produksi bunga krisan


(18)

adalah lokasi dengan tanah yang bertekstur liat berpasir, subur, berdrainase baik, tidak mengandung OPT, pH tanah sekitar 6,2 - 6,7, ketinggian tempat berkisar antara 400 – 1.200 mdpl dan harus bebas dari cemaran bahan beracun berbahaya, pohon yang menaungi rumah lindung serta bahan lain yang menghalangi pertumbuhan tanaman secara optimal.

b. Penyiapan Rumah Lindung

Rumah lindung adalah bangunan dengan persyaratan fisik bangunan tertentu yang mempunyai fungsi menjaga pertumbuhan tanaman secara optimal serta melindungi tanaman dari curah hujan dan sinar matahari langsung yang tidak menguntungkan bagi pertanaman. Petani bunga krisan membangun rumah lindung sesuai dengan luasan lahan yaitu sekitar 200-400 m2 ke arah matahari dan dilengkapi sarana drainase untuk membuang air yang berlimpah sehingga tidak menggenangi bedengan atau kubung. Selain itu bahan atap kubung adalah plastik UV dan bahan penutup dinding (insect screen) adalah kain kasa yang biasa disebut jaring-jaring kecil.

c. Sarana Irigasi dan Drainase

Penyiapan irigasi atau drainase bertujuan menyediakan air untuk pemupukan dan penyemprotan pestisida, memberikan air secara efisien dan efektif dan membuang air yang berlebihan dari pertanaman. Sarana irigasi meliputi jaringan distribusi air yang masuk ke setiap kubung, saluran pemberian air dan saluran pembuangan air.


(19)

d. Instalasi Pencahayaan

Kegiatan pemasangan instalasi pencahayaan dalam rumah lindung dimaksudkan memfasilitasi penambahan cahaya pada tanaman krisan sehingga tersedia pencahayaan tambahan pada malam hari sesuai yang diperlukan tanaman krisan potong (lebih dari batas kritisnya antara 13,5 – 16 jam) untuk memperpanjang periode vegetativ sebelum tanaman memasuki fase generatif.

Petani menyediakan penambahan cahaya untuk tanaman krisan pada malam hari berkisar 4-6 jam. Penambahan pencahayaan selama fase vegetatif dengan intensitas cahaya berkisar 70 lux setara dengan lampu pijar 75-100 watt dengan jarak lampu dalam barisan 2 meter sedangkan antar barisan berjarak 2,5 meter dan antara ujung tanaman krisan dengan lampu berjarak 1,5 meter.

e. Penyiapan Lahan untuk Tanaman

Kegiatan penyiapan lahan dilakukan dengan cara membersihkan, mengolah dan membuat lahan menjadi bedengan-bedengan sehingga lahan siap untuk ditanami dan krisan dapat tumbuh secara optimal. Petani mengolah lahan menggunakan cangkul atau cultivator kurang lebih sedalam 20-30 cm untuk memperbaiki aerasi tanah. Petani membuat bedengan dengan ukuran panjang yang disesuaikan dengan lahan, lebar 100-120 cm, tinggi 10-30 cm dan antar bedengan berjarak 40-50 cm. Kemudian petani memberikan dolomit atau kapur pertanian. Tanah yang telah diolah dibiarkan mengering agar senyawa-senyawa toksik menguap.


(20)

f. Sterilisasi dan Perlakuan Tanah

Sterilisasi tanah adalah kegiatan untuk mengendalikan OPT dalam tanah melalui penggunaan bahan sterilan. Adapun perlakuan tanah adalah kegiatan untuk memperbaiki struktur, tekstur, unsur hara dan biologi tanah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggenangi tanah minimal 24 jam atau solarisasi tanah dengan cara menutup bedengan dengan mulsa/plastik hitam minimal 1 minggu, setelah pemberian pupuk dasar dalam bedengan

g. Penyiapan Bibit dan Penanaman

Penyiapan bibit adalah kegiatan menyiapkan bibit yang berkualitas serta memiliki varietas tertentu yang akan ditanam, sedangkan penanaman adalah kegiatan menanam bibit krisan dalam bedengan. Bibit yang ditanam tentunya merupakan bibit dengan varietas yang sesuai permintaan pasar. Petani memasang jaring penegak dan menyiram bedengan hingga tanah basah mencapai kedalaman minimal 10 cm. Kemudian petani membuat lubang tanam di tengah lubang jaring penegak. Selanjutnya petani menanam bibit bunga krisan di lubang tersebut dan menyiramnya setelah selesai tanam.

h. Pengaturan Pencahayaan Tambahan

Pengaturan Pencahayaan tambahan merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai usaha untuk mempertahankan fase generatif dan menjaga pertumbuhan vegetatif tanaman krisan. Petani melakukan pencahayaan tambahan mulai pukul 22.00. Pencahayaan tambahan selama 4-6 jam setiap malam secara terus menerus atau dengan menggunakan metode siklik (15 menit on, 15 menit off).


(21)

i. Pengairan Tanaman

Pengairan adalah kegiatan memberikan air dengan jumlah dan waktu aplikasi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman krisan sehingga menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal. Penyiraman dilakukan setiap hari, mulai bunga krisan baru tanam dengan hati-hati menggunakan selang sampai tanaman berumur satu minggu. Setelahnya penyiraman sesuai kebutuhan tanaman bunga krisan (2-3 hari sekali) hingga panen.

j. Pemupukan Tanaman

Pemupukan tanaman adalah kegiatan memberikan tambahan berbagai jenis unsur hara dengan dosis, waktu aplikasi dan cara aplikasi sesuai kebutuhan tanaman. Pemupukan dapat dilakukan pada saat pengolahan tanah (pemupukan dasar) dan pemupukan lanjutan dilakukan setelah tanaman berumur dua minggu, sementara untuk pupuk pelengkap cair (PPC) perlu diberikan untuk menunjang pertumbuhan tanaman supaya optimal.

k. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Pengendalian OPT adalah segala upaya untuk mencegah kerugian pada usahatani tanaman yang diakibatkan oleh OPT. Pengendalian OPT dilaksanakan dengan tujuan untuk mengelola populasi OPT pada tingkat yang tidak merugikan secara ekonomi tanpa mengganggu keseimbangan lingkungan dan kesehatan pekerja, meningkatkan produksi dan mutu krisan potong dengan menjaga kesehatan tanaman dan mengendalikan gulma untuk mencegah persaingan penyerapan unsur hara dengan tanaman utama.


(22)

l. Perompesan dan Pemotesan

Perompesan adalah kegiatan mengurangi daun tua tanaman dan daun yang terserang OPT. Pemotesan adalah kegiatan membuang titik tumbuh apical muda yang dapat berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tunas aksiler untuk percabangan tanaman. Pada pertanaman krisan untuk produksi bunga khususnya krisan tipe spray, pemontesan dilakukan pada saat tanaman muncul knop, dengan cara menghilangkan knop pada tunas apical. Untuk tipe standar pemotesan dilakukan pada seluruh tunas aksiler agar knop pada tunas apical tumbuh optimal. m.Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) adalah kegiatan memberikan zat pengatur tumbuh pada tanaman. Hal ini dilakukan untuk menyeragamkan masa pembungaan tanaman, memperbaiki penampilan tanaman, dan meningkatkan mutu bunga potong. Pemberian ZPT disesuaikan anjuran dosis yang berlaku kemudian dikonversikan dengan luasan lahan yang akan disemprot. Penyemprotan dilakukan secara merata pada tanaman bunga krisan pada sore hari. Petani memberikan ZPT minimal satu kali ke tanaman bunga krisan.

n. Panen

Panen merupakan tindakan memetik bunga potong krisan setelah masa produksi dari tanaman krisan dan telah memenuhi syarat mutu bunga krisan. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan waktu panen sesuai standar pembungaan tanaman, dan menentukan kreteria standar bunga yang siap panen. Tanda bunga krisan siap panen adalah ketika bunga sudah 80% mekar. Setelah pemotongan


(23)

tangkai bunga, petani mengumpulkan dam menempatkan bunga krisan pada ember yang telah diisi air ±20 cm dari dasar ember.

o. Pasca Panen

Pasca panen adalah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan pembersihan, pemilahan, pengkelasan dan pengepakan bunga krisan. Kegiatan ini dilakukan dengan membersihkan bunga dari kotoran dari lahan, memisahkan bunga tidak memenuhi standar pasar, mengelompokkan sesuai kelas/gradenya, sampai membungkus bunga agar terhindar dari kerusakan

2. Motivasi

A.Pengertian Motivasi

Hasibuan (2007) menjelaskan bahwa motivasi berasal dari kata movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi diartikan sebagai pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Robbins dalam Hasibuan (2007) mendefinisikan motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu.

Winardi (2001) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan imbalan non moneter, yang dapat


(24)

mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan.

Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat dan motif tidak dapat di amati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Uno 2007)

Dami (2004) menegaskan motivasi diartikan sebagai kekuatan dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologi yang mendorong sesama atau sekelompok untuk mencapai tujuan tertentu sesuai yang dikehendakinya. Dari berbagai definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga komponen utama, yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan (Siagian 2012).

Salah seorang pelopor yang mendalami teori motivasi adalah Abraham H. Maslow. Sumbangan Maslow mengenai teori motivasi sampai saat ini tetap di akui bukan hanya dari kalangan teoritisi, tetapi juga dikalangan praktisi (Siagian 2012). Keseluruhan teori yang dikembangkan oleh Maslow berintikan pendapat yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat di klasifikasikan pada lima hierarki kebutuhan sebagai berikut (Uno 2007)

1) Kebutuhan fisiologis, adalah kebutuhan yang harus dipuaskan untuk dapat tetap hidup termasuk makanan, perumahan, pakaian, udara untuk bernafas, dan sebagainya. Selama kebutuhan ini belum terpenuhi maka manusia tidak akan


(25)

tenang dan dia akan berusaha untuk memenuhinya. Sampai kebutuhan dan kepuasan biologis ini terpenuhi.

2) Kebutuhan akan rasa aman, yaitu kebutuhan akan kebebasan dari ancaman jiwa dan harta, baik di lingkungan tempat tinggal mapun tempat kerja.

3) Kebutuhan akan cinta kasih atau kebutuhan sosial yaitu kebutuhan akan perasaan untuk diterima oleh orang lain di lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja; kebutuhan untuk dihormati; kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal, kebutuhan untuk ikut serta.

4) Kebutuhan akan penghargaan yaitu kebutuhan untuk pengakuan orang lain, seperti memiliki pekerjaan yang dapat diakui bermanfaat dan pengakuan umum atau kehormatan di dunia luar.

5) Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu realisasi lengkap potensi seorang secara penuh. Untuk pemenuhan kebutuhan ini biasanya seorang bertindak bukan atas dorongan orang lain, tetapi atas kesadaran dan keinginan diri sendiri.

Maslow selanjutnya menegaskan bahwa kebutuhan yang diinginkan seseorang itu berjenjang, artinya jika kebutuhan yang pertama terpenuhi, kebutuhan tingkat kedua akan muncul menjadi yang utama. Selanjutnya jika kebutuhan tingkat kedua telah terpenuhi, muncul kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya sampai kebutuhan tingkat kelima.

Aldefer merumuskan kembali teori Maslow dalam tiga kelompok yang dinyatakan sebagai keberadaan, keterkaitan dan pertumbuhan dalam hal ini


(26)

hierarki kebutuhan hanya tiga tingkatan berbeda dengan Maslow, berikut hierarki kebutuhan menurut teori ERG Aldefer (Uno 2007)

1) Kebutuhan akan keberadaan (existence) adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor-faktor seperti makanan, air, udara, upah, dan kondisi kerja yang dipertahankan dalam teori Maslow berhubungan dengan kebutuhan fisiologis dan rasa aman.

2) Kebutuhan keterkaitan (relatedness) adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh hubungan sosial dan hubungan antar pribadi atau kemitraan.

3) Kebutuhan pertumbuhan (growth) adalah kebutuhan yang berhubungan dengan perkembangan potensi dalam suatu kontribusi (sumbangan) yang kreatif dan produktif.

Menurut teori ERG semua kebutuhan itu timbul pada waktu yang sama, kalau satu tingkat kebutuhan yang bersifat psikologis dan intelektual yaitu pertumbuhan perhatian akan ditujukan pada pemuasan kebutuhan yang bersifat kebendaan yaitu mempertahankan eksistensi (Siagian 2012)

Berkaitan dengan kepuasan, Herzberg mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua faktor tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor yang membuat orang merasa tidak puas dan faktor yang membuat orang merasa puas, kepuasan itu didasarkan pada faktor-faktor yang sifatnya intrinsik dan ketidakpuasan umumnya dikaitkan dengan faktor ekstrinsik (Siagian 2012).


(27)

Dari teori-teori tersebut pada dasarnya sama-sama bertujuan untuk mendapatkan alat dan cara terbaik dalam memotivasi semangat agar mau melakukan tindakan untuk pencapaian tujuan.

B.Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Istilah motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial yakni faktor pendorong atau pembangkit motivasi, tujuan dan strategi untuk mencapai tujuan. Kekuatan, dorongan, kebutuhan, tekanan, dan mekanisme psikologi dalam motivasi merupakan akumulasi dari faktor internal yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri dan eksternal yang bersumber dari luar individu (Dami 2004).

Berdasarkan teori yang ada mengenai motivasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi, maka hal itu digunakan sebagai titik perhatian dari penelitian ini yakni motivasi petani dalam usahatani tanaman bunga krisan di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman, maka faktor-faktor penting dan berperan dalam mempengaruhi motivasi petani terdiri dari dua faktor pertama faktor internal yang meliputi: (1) pendidikan, (2) penerimaan usahatani, (3) pengalaman usahatani kedua faktor eksternal yang terdiri dari: (1) peran pemerintah, (2) resiko usahatani (3) kelembagaan. Kesemua faktor ini pada dasarnya merupakan perincian dari faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi yang bersumber dari pendapat para ahli.

a. Faktor Internal yang Mempengaruhi Motivasi 1) Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pembentukan kepribadian seseorang, melalui pendidikan seseorang akan memperoleh pengetahuan, sikap dan


(28)

keterampilan baru. Proses belajar dalam arti luas terjadi dalam kerangka pendidikan, baik formal maupun non formal (Susantyo 2001).

Pendidikan formal dan informal sangat berpengaruh terhadap motivasi khususnya dalam tanggapan untuk menerima adanya inovasi ataupun adopsi teknologi baru yang berkembang. Dengan pendidikan biasanya individu lebih berpikiran rasional dalam adopsi teknologi atau inovasi demi meningkatkan standar kehidupan dan meningkatkan produktivitas usaha taninya.

2) Penerimaan Usahatani

Soekartawi dalam Primadesi (2010) berpendapat bahwa tingkat penerimaan merupakan salah satu indikasi kondisi sosial ekonomi seseorang yang sangat dipengaruhi oleh sumber daya dan kemampuan dalam diri individu. Jenis pekerjaan dan tingkat pengeluaran seseorang juga menentukan tingkat kesejahteraan dalam status sosial seseorang. Untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan status sosial individu akan berusaha untuk meningkatkan penerimaan.

3) Pengalaman Usahatani

Menurut Lamusa (2010) pengalaman seseorang sangat menentukan keterampilan atau kemampuan teknis dan manajemen dalam mengelola usaha. Semakin lama seorang petani menggeluti usahataninya, dapat dikatakan seseorang memiliki banyak pengalaman. Pengalaman tersebut akan membantunya untuk mencegah hal-hal yang menimbulkan kerugian usaha

Pengalaman berusahatani menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung keberhasilan usahatani, Pengalaman berusahatani merupakan


(29)

proses belajar yang dapat mempermudah adopsi dan penerapan tekhnologi yang dikembangkan secara dinamis. Pengalaman baik dalam berusahatani memotivasi petani untuk meningkatkan usahanya secara intensif dan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional dalam usaha taninya

b. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Motivasi 1) Ketersediaan modal usahatani

Pembiayaan usahatani merupakan salah satu faktor penunjang utama dalam pengembangan usahatani modern. Menurut Mardikanto (2011) pembiayaan usahatani seringkali menjadi kendala atau faktor penghambat petani dalam mengembangkan atau memulai suatu usahatani terutama petani yang tergolong sebagai pelaku usaha mikro dan usaha kecil. Modal digunakan untuk pengadaan sarana produksi, dan alat-alat pertanian, modal tersebut diperoleh dari pihak swasta dan dari pihak pemerintah.

2) Resiko usahatani

Setiap inovasi (teknologi baru) masih mengandung berbagai ketidakpastian, baik ketidakpastian secara kenaikan hasil yang akan di capai (ketidakpastian teknis), ketidakpastian tingkat harga jual dari produk yang dihasilkan serta tingkat keuntungan yang akan diperoleh dibanding dengan penerapan teknologi lama (ketidakpastian ekonomis) (Mardikanto 2011). Resiko atau ketidakpastian ini tentunya akan menjadi pertimbangan petani dalam menerapkan teknologi baru atau dalam memilih komoditas usahatani.


(30)

3) Kelembagaan

Menurut Kartikaningsih (2009)kelembagaan dapat diartikan sebagai tata aturan atau pola hubungan yang mengatur prilaku dalam suatu sistem. Dapat pula diartikan sebagai bentuk wujud berupa lembaga seperti organisasi tertentu. Kelembagaan merupakan sesuatu yang setabil, mantap dan berpola. Kelembagaan berfungsi untuk tujuan-tujuan tertentu dalam masyarakat yang ditemukan dalam sistem sosial tradisional dan moderen atau berbentuk tradisional dan modern. Kelembagaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun yang mendukung dan memfasilitasi aktivitas petani bunga krisan.

B. Penelitian Sebelumnya

Susantyo (2001) dalam penelitian tentang motivasi petani berusahatani di dalam kawasan hutan, di wilayah bandung selatan, menyimpulkan bahwa tingkat motivasi petani termasuk kategori sedang terdapat beberapa faktor yang terbukti memiliki hubungan nyata dengan motivasi petani dan berpotensi dapat meningkatkan motivasi motivasi petani dalam berusahatani didalam kawasan hutan lindung, yaitu pendidikan, kebutuhan rumah tangga, kemudahan pemasaran, dan intensitas penyuluhan.

Rukka (2003) dalam penelitiannya motivasi petani dalam menerapkan usahatani organik pada padi sawah di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, menyimpulkan bahwa tingkat motivasi petani dalam menerapkan usahatani padi organik termasuk dalam kategori tinggi. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi motivasi petani dalam menerapkan


(31)

usahatani organik padi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berhubungan nyata positif dengan tingkat motivasi yaitu pendidikan non formal, dan kekosmopolitan, sedangkan umur, pendidikan formal, serta luas lahan garapan tidak berhubungan nyata. Faktor eksternal yang berhubungan positif dengan tingkat motivasi petani adalah peluang pasar, sifat inovasi, ketersediaan sarana dan prasarana, serta ketersediaan modal, sedangkan intensitas penyuluhan tidak berhubungan nyata.

Menurut Dewandini (2010), dalam penelitian tentang motivasi petani dalam budidaya tanaman mendong (fimbristylis globulosa) di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman, menyimpulkan bahwa tingkat motivasi petani dalam budidaya tanaman mendong termasuk dalam kategori tinggi, dan faktor-faktor yang sangat signifikan mempengaruhi motivasi petani dalam budidaya tanaman mendong (Fimbristylis globulosa) di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman adalah ketersediaan sarana produksi, dan tingkat kesesuaian potensi lahan, sedangkan umur, pendidikan formal, luas penguasaan lahan, pendapatan, ketersediaan kredit usahatani, jaminan pasar, tingkat ketahanan terhadap resiko, tingkat penghematan waktu budidaya, dan tingkat kesesuaian budaya setempat tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap motivasi petani dalam budidaya tanaman mendong.

Primadesi (2010), dalam penelitian tentang motivasi petani dalam budidaya tanaman buah naga (hylocereus sp.) di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo menyimpulkan bahwa motivasi petani dalam budidaya tanaman buah naga dalam kategori tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani dalam budidaya tanaman buah naga adalah faktor pendidikan formal, pendidikan


(32)

non formal, luas lahan, dan lingkungan sosial. Pendapatan juga berpengaruh cukup signifikan terhadap motivasi petani dalam budidaya tanaman buah naga, sedangkan umur, ekonomi, dan kebijakan pemerintah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi petani dalam budidaya tanaman buah naga.

C. Kerangka Pemikiran

Tanaman bunga krisan merupakan salah satu tanaman hias yang di budidayakan oleh petani di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman. Petani krisan merupakan orang yang bercocok tanam bunga krisan, yang berdasarkan karakteristik atau profil petani bunga krisan di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman, dibedakan berdasarkan umur, pekerjaan, dan pengusaan lahan.

Berdasarkan konsep teori motivasi ERG, motivasi petani bunga krisan di bagi menjadi tiga jenis motivasi yakni kebutuhan akan keberadaan (existence), kebutuhan keterkaitan (relatedness), dan kebutuhan pertumbuhan (growth), motivasi petani ini dipengaruhi oleh dua faktor yang berasal dari dalam diri petani (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar pribadi petani (faktor eksternal).

Faktor internal yang diduga mempengaruhi motivasi adalah pendidikan, khususnya dalam tanggapan untuk menerima adanya inovasi ataupun adopsi teknologi baru yang berkembang. Penerimaan seseorang akan berpengaruh terhadap kesejahteraan petani, dan pengalaman usahatani menentukan keterampilan atau kemampuan teknis dan manajemen dalam mengelola usahataninya


(33)

Faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi adalah ketersediaan modal usahatani, resiko usahatani dan kelembagaan. Ketersediaan modal usahatani akan berpengaruh terhadap perkembangan petani dalam mengembangkan usahatani tanaman bunga krisan, resiko usahatani akan berpengaruh kepada pertimbangan petani dalam mengembangkan atau mengadopsi eknologi baru dalam budidaya tanaman bunga krisan dan kelembagaan mempunyai peranan penting dalam mendukung atau memfasilitasi aktivitas petani bunga krisan. Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran PETANI

1. Umur

2. Pekerjaan sampingan 3. Penguasaan Lahan

Faktor internal 1. Pendidikan formal 2. Pendidikan nonformal 3. Penerimaan usahatani 4. Pengalaman usahatani

Faktor eksternal

1.Ketersediaan modal usahatani 2.Resiko usahatani

3.Kelembagaan

Motivasi

1. Kebutuhan akan keberadaan (existence) 2. Kebutuhan keterkaitan (relatedness) 3. Kebutuhan pertumbuhan (growth)


(34)

1

III.METODE PENELITIAN

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat dan situasi-situasi tertentu, ternasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena sekaligus membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis mengenai motivasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani tanaman bunga krisan di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman

Teknik penelitian ini menggunakan teknik survey, yaitu teknik yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang intuisi sosial, dan ekonomi di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman yang dijadikan dengan pertimbangan wilayah tersebut merupakan satu-satunya wilayah di Kabupaten Sleman yang membudidayakan tanaman bunga krisan. Terdapat tiga desa yang membudidayakan tanaman bunga krisan di Kecamatan Pakem, yakni Harjobinangun, Pakembinangun, dan Hargobinangun, namun budidaya tanaman bunga krisan terkonsentrasi pada Desa Hargobinangun


(35)

.

B. Responden Penelitian

Populasi adalah subjek penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang kemudian dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiono, 2012). Penelitian ini menggunakan metode sensus dengan menjadikan semua petani yang membudidayakan tanaman bunga krisan di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman yang berjumlah 20 orang sebagai responden. Keseluruhan petani dijadikan responden hal tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran informasi secara menyeluruh tanpa adanya informasi yang bias.

C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari petani sebagai responden dan pengamatan langsung di lapangan. Data yang diambil diantaranya terkait profil petani tanaman bunga krisan, motivasi petani, serta, faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi motivasi usahatani tanaman bunga krisan.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak diambil secara langsung dari responden atau narasumber. Data seknder diperoleh dari dari buku, jurnal dan lembaga atau instansi yang ada kaitannya dengan penelitian. Data sekunder yang diambil berupa monografi Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.


(36)

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data tentang profil petani, faktor yang mempengaruhi motivasi, motivasi petani dan data pendukung dengan pengamatan serta pencatatan secara langsung terkait dengan usahatani tanaman bunga krisan dan objek yang diteliti yaitu petani tanaman bunga krisan.

2. Wawancara

Wawancara merupakan cara pengumpulan data tentang profil petani, faktor yang mempengaruhi motivasi, motivasi petani dan data pendukung dengan mengajukan pertanyaan secara langsung menggunakan kuisioner yang telah di tetapkan.

E. Asumsi dan Pembatasan Masalah

Asumsi dalam penelitian ini adalah dianggapnya sama keadaan fisik, keadaan alam, dan hasil produksi terjual semua dalam setiap musim tanam. Petani yang dijadikan responden ini adalah petani yang membudidayakan tanaman bunga krisan pada saat penelitian berlangsung.


(37)

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Petani merupakan petani tanaman bunga krisan yang masih aktif dalam berusahatani tanaman bunga krisan. Masing masing responden terbedakan atas karakteristiknya yaitu: umur, pekerjaan, dan penguasaan lahan..

a. Umur adalah usia petani bunga krisan saat dilakukan penelitian yang dinyatakan dalam satuan tahun.

b. Pekerjaan merupakan mata pencaharian yang dimiliki oleh responden diluar usahatani bunga krisan.

c. Penguasaan lahan merupakan status kepemilikan lahan dan luasan lahan yang digunakan dalam usahatani bunga krisan

2. Motivasi merupakan suatu kondisi yang mendasari atau mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau aktivitas dalam rangka untuk mencapai tujuannya. Motivasi petani dalam usahatani tanaman bunga krisan dibagi menjadi tiga jenis motivasi sebagai berikut:.

a. Kebutuhan akan keberadaan (existence) adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh pemenuhan kebutuhan pokok, peningkatan ekonomi dan tabungan.


(38)

Tabel 1 Pengukuran Variabel Kebutuhan Keberadaan (Existence)

No Indikator Kriteria

1 Membudidayakan tanaman bunga krisan sebagai salah satu usaha memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari

3) Apabila hasil yang diperoleh cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi hingga panen selanjutnya

2) Apabila hasil yang diperoleh tidak cukup atau hanya tambahan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi

1) Apabila hasil yang diperoleh tidak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi

2 Membudidayakan tanaman bunga krisan sebagai salah satu usaha memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal

3) Apabila hasil yang diperoleh cukup untuk membeli atau membuat rumah baru

2) Apabila hasil yang diperoleh tidak cukup untuk memperbaiki rumah yang ada

1) Apabila hasil yang diperoleh tidak untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal 3 Membudidayakan tanaman

bunga krisan di tabung untuk berjaga jaga kalau ada keperluan mendadak

3) Apabila hasil yang diperoleh untuk di tabung

2) Apabila hasil yang diperoleh di tabung sebagian

1) Apabila hasil yang diperoleh tidak untuk di tabung

4 Membudidayakan tanaman bunga krisan untuk biaya pendidikan

3) Apabila hasil yang diperoleh cukup untuk memenuhi biaya pendidikan

2) Apabila hasil yang diperoleh tidak cukup untuk memenuhi biaya pendidikan

1) Apabila hasil yang diperoleh tidak untuk memenuhi biaya pendidikan

5 Membudidayakan tanaman bunga krisan sebagai modal usaha baru

3) Apabila hasil yang diperoleh cukup untuk memulai usaha baru

2) Apabila hasil yang diperoleh tidak cukup untuk meningkatkan atau mengembangkan usaha yang telah ada

1) Apabila hasil yang diperoleh tidak untuk modal usaha


(39)

b. Kebutuhan Keterkaitan (relatedness) adalah kebutuhan yang mendorong petani untuk memenuhi kebutuhan kejiwaan seperti perasaan ingin dihargai dan dihormati atau hubungan sosial dengan masyarakat sekitar.

Tabel 2 Pengukuran Variabel Kebutuhan Keterkaitan (relatedness)

No Indikator Kriteria

1 Membudidayakan tanaman bunga krisan dapat membuka kesempatan bekerjasama dengan orang lain

3)Dengan budidaya tanaman bunga krisan petani memiliki keinginan untuk menjalin

hubungan dengan ≥ 4 elemen masyarakat

2) Dengan budidaya tanaman bunga krisan petani memiliki keinginan untuk menjalin hubungan dengan 2-3 elemen masyarakat 1)Dengan budidaya tanaman bunga krisan

petani memiliki keinginan untuk menjalin hubungan dengan ≤ 1 elemen masyarakat 2 Membudidayakan tanaman

bunga krisan memungkinkan petani untuk lebih sering berkomunikasi dengan orang lain

3)Dengan budidaya tanaman bunga krisan petani memiliki keinginan untuk menjalin

komunikasi dengan dengan ≥ 4 elemen

masarakat

2)Dengan budidaya tanaman bunga krisan petani memiliki keinginan untuk menjalin komunikasi dengan 2- 3 elemen masyarakat 1) Dengan budidaya tanaman bunga krisan

petani memiliki keinginan untuk menjalin

komunikasi dengan ≤ 1 elemen masyarakat

3 Membudidayakan tanaman bunga krisan memungkinkan petani untuk membantu petani lain dalam usahatani tanaman bunga krisan

3)Apabila petani membudidayakan tanaman bunga krisan bertujuan untuk mempererat persaudaraan dan ada keinginan untuk saling membantu dengan petani lain secara sukarela 2)Apabila petani membudidayakan tanaman

bunga krisan bertujuan untuk kepentingan sendiri dan kadang-kadang bersedia membantu petani lain

1)Apabila petani membudidayakan tanaman bunga krisan bertujuan hanya untuk kepentingan sendiri tanpa mau membantu petani lain

4 Apabila membudidayakan tanaman bunga krisan petani memiliki keinginan untuk dihargai atau dihormati oleh petani lain atau masyarakat

3)Ada keinginan untuk dihargai dan dihormati oleh petani lain dan masyarakat

2)Ada sedikit untuk dihargai dan dihormati oleh petani lain dan masyarakat

1)Tidak ada keinginan untuk dihargai dan dihormati oleh petani lain dan masyarakat


(40)

c. Kebutuhan pertumbuhan (growth) adalah kebutuhan yang berhubungan dengan perkembangan atau peningkatan pengetahuan dan kontribusi dalam pertemuan rutin.

Tabel 3 pengukuran variabel kebutuhan pertumbuhan (growth)

No Indikator Kriteria

1 Mengikuti pelatihan

meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman bunga krisan.

3) ≥ 5 pemahaman tentang tanaman

bunga krisan

2) 3-4 pemahaman tentang tanaman bunga krisan

1) ≤ 2 pemahaman tentang tanaman

bunga krisan 2 Kontribusi petani dalam

pertemuan rutin petani krisan

3) Aktif dalam diskusi 2) Aktif jika diminta. 1) Hanya sekedar hadir

3) Faktor internal yang mempengaruhi motivasi adalah karakteristik atau ciri-ciri pribadi petani yang diduga berhubungan dengan motivasi petani dalam usahatani tanaman bunga krisan, yang meliputi: pendidikan, penerimaan, dan pengalaman berusahatani.

a. Pendidikan formal adalah tingkatan pendidikan yang dicapai responden pada bangku sekolah lainnya berdasarkan ijazah terakhir yang dimiliki, diukur dengan tingkat pendidikan formal tertinggi responden.

b. Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang diperoleh diluar bangku sekolah atau lembaga pendidikan formal. Diukur dengan frekuensi partisipasi responden dalam pelatihan, diskusi kelompok dan komunikasi dengan penyuluh atau pendamping untuk berdiskusi yang berhubungan dengan budidaya bunga krisan


(41)

c. Penerimaan merupakan perolehan dari kegiatan usahatani bunga krisan diukur dengan menghitung besarnya penerimaan yang diperoleh petani selama satu tahun yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

d. Pengalaman usahatani adalah lamanya responden melakukan usahatani tanaman bunga krisan mulai dari awal hingga wawancara dilakukan, diukur dengan satuan tahun

Tabel 4 Pengukuran Variabel Faktor Internal yang Mempengaruhi Motivasi

No Variabel Indikator

1 Pendidikan formal Tingkat pendidikan yang dicapai responden dibangku sekolah

2 Pendidikan non formal Frekuensi responden mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan budidaya tanaman bunga krisan.

Frekuensi responden mengikuti diskusi kelompok yang berkaitan dengan budidaya tanaman bunga krisan.

Frekuensi responden komunikasi dengan penyuluh / pendamping untuk berdiskusi yang berhubungan dengan budidaya bunga krisan 3 Penerimaan Usahatani Besarnya penerimaan dari kegiatan usahatani

bunga krisan dalam satu tahun

4 Pengalaman Usahatani Lama responden melakukan usahatani tanaman bunga krisan

4) Faktor eksternal adalah karakteristik atau ciri-ciri yang berasal dari luar pribadi petani yang diduga berhubungan dengan motivasi petani dalam usahatani tanaman bunga krisan, yang meliputi ketersediaan modal usahatani dan resiko usahatani.


(42)

a. Ketersediaan modal usahatani adalah ketersediaan atau dimilikinya sarana dan prasarana yang berperan dalam usahatani tanaman bunga krisan yang bersumber dari pinjaman pihak swasta atau bantuan dari pemerintah.

Tabel 5 Ketersediaan Modal Usahatani

No Indikator Kriteria

1 Bantuan dari pihak pemerintah

3) Tersedia bantuan sesuai dengan kebutuhan petani.

1) Tersedia bantuan tetapi masih belum mencukupi.

1) Tidak ada bantuan

2 Pinjaman dari pihak swasta

3) Seluruh modal usahatani bersumber dari pinjaman.

2) Sebagian modal usahatani merupakan pinjaman.

1) Tidak menggunakan pinjaman untuk usahatani

b. Resiko usahatani adalah ketidakpastian dalam usahatani yang dapat menimbulkan kerugian terhadap usahatani tanaman bunga krisan.

Tabel 6 Resiko Usahatani

No Indikator Kriteria

1 Resiko hama dan penyakit

3) Tidak perlu penanganan intensif 1) Perlu penanganan intensif berkala 1) Perlu penanganan intensif setiap hari

2 Resiko keberhasilan panen

3) ≥ 91 % hasil panen

2) 71-90 % hasil panen


(43)

c. Kelembagaan adalah peran Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun dalam usahatani krisan berupa penyedia sarana dan prasarana usahatani krisan , penyelenggara diskusi, jaminan pasar, dan jaminan harga.

Tabel 7 Kelembagaan No Indikator Kriteria

1 Penyedia sarana dan prasarana usahatani krisan

3) Tersedia dan bisa dibeli setiap saat 2) Tersedia jika dipesan

1) Tidak menyediakan sarana dan prasarana usahatani krisan

2 Penyelenggara diskusi 3) Mengadakan diskusi rutin

2) Mengadakan diskusi jika diminta petani 1) Tidak memfasilitasi diskusi

3 Jaminan Pasar 3) Memberikan kepastian pasar

2) Hanya memberikan kepastian pasar saat-saat tertentu

1) Tidak memberikan kepastian pasar 4 Jaminan harga 3) Memberikan kepastian harga

2) Hanya memberikan kepastian harga saat-saat tertentu

1) Tidak memberikan kepastian harga

G. Teknik Analisis

Guna mengetahui motivasi petani dalam usahatani tanaman bunga krisan di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman digunakan analisis deskriptif yaitu apa motivasi petani dalam usahatani tanaman bunga krisan, serta faktor yang mempengaruhi motivasi usahatani tanaman bunga krisan. Motivasi petani dalam usahatani tanaman bunga krisan dikategorikan menjadi tiga yaitu dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mengukur kategori tersebut


(44)

digunakan rumus interval sebagai berikut:

Kategori tingkat motivasi kebutuhan keberadaan (existence)

a. Motivasi rendah = 5-8,3 b. Motivasi sedang = 8,4-11,6 c. Motivasi tinggi = 11,7-15

Kategori tingkat motivasi kebutuhan keterkaitan (relatedness)

a. Motivasi rendah = 4-6,7 b. Motivasi sedang = 6,8-9,4 c. Motivasi tinggi = 9,5-12

Kategori tingkat motivasi kebutuhan pertumbuhan (growth)

a. Motivasi rendah = 2-3,3 b. Motivasi sedang = 1,4-4,6 c. Motivasi tinggi = 4,7-6


(45)

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengauhi motivasi dengan tingkat motivasi petnani dalam usahatani tanaman bunga krisan di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman maka digunakan analisis korelasi untuk mencari keeratan hubungan antara dua variabel dengan

rumus koefisien korelasi Rank Spearman sebagai berikut

Keterangan rs : Koefisien Rank Spearman n : Jumlah sampel

d : Selisih rangking antar variabel

Menurut Sugiyono (2012) kategori nilai koefisien korelasi adalah sebagai berikut

0,00 – 0,199 = Sangat lemah 0,20 – 0,399 = Lemah 040 – 0,599 = Sedang 0,60 – 0,799 = Kuat


(46)

1

IV.GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Daerah

Kecamatan Pakem adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Kecamatan Pakem merupakan kecamatan paling utara Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jarak 20,2 km dari ibukota provinsi daerah istimewa Yogyakarta, dengan batas wilayah administratif ditampilkan pada Tabel 9

Tabel 1 Batas Wilayah Kecamatan Pakem

No Arah Mata Angin Batas Wilayah

1 Timur Kecamatan Cangkringan

2 Barat Kecamatan Turi

3 Utara Gunung Merapi

4 Selatan Kecamatan Ngemplak

Sumber data : BPS DIY, Statistik Daerah Kecamatan Pakem 2015

Kecamatan Pakem berada di daratan tinggi yang berkisar 100-1500 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Pakem beriklim seperti layaknya daerah dataran tinggi di daerah tropis dengan cuaca sejuk sebagai ciri khasnya yang sangat cocok untuk menanam tanaman hortikukltura. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Pakem adalah 32 °C dengan suhu terendah 18 °C. Bentangan wilayah di Kecamatan Pakem berupa dataran dan perbukitan dengan luas wilayah desa adalah 43,85 Km2 yang terbagi menjadi 5 (lima) desa. Luas wilayah Pakem berdasarkan luas wilayah per desa dapat dilihat pada Tabel 10.


(47)

Tabel 2 Luas Wilayah Pakem menurut Desa

No Desa Luas Wilayah (km2)

1 Purwobinangun 13,48

2 Candibinangun 6,36

3 Harjobinangun 5,52

4 Pakembinangun 4,19

5 Hargobinangun 14,30

Kec. Pakem 43,85

Sumber data : BPS DIY, Statistik Daerah Kecamatan Pakem 2015

Dari Tabel 10 dilihat bahwa desa terluas di Kecamatan Pakem adalah Desa Hargobinangun dengan luas 14,30 km2 (32,62 %), sedangkan untuk desa dengan luasan terkecil adalah Desa Pakembinangun, dengan luas 4,19 km2 (9,56 %) desa Pakembinangun tersebut merupakan ibukota Kecamatan Pakem. Sebagian besar luas wilayah digunakan untuk pertanian, secara rinci penggunaan tanah dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 3 Penggunaan tanah Pakem menurut Desa

Desa Tanah

sawah Tanah bukan sawah Tanah non pertanian Hutan

negara Lainnya

Purwobinangun 522,8 48,3 483,3 231,8 61,8

Candibinangun 338,4 19,7 277,9 - -

Harjobinangun 301,5 5,9 221 - 23,6

Pakembinangun 268 92,8 27,3 - 30,9

Hargobinangun 238,4 202,5 423,7 525 40,4

Kecamatan 1.668,8 369,2 1.433,2 756,8 156,7

Sumber data : BPS DIY, Statistik Daerah Kecamatan Pakem 2015

Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa penggunaan tanah terbesar adalah untuk persawahan. Hal ini didukung oleh ketersediaan air yang melimpah dari beberapa sungai yang melintasi desa dan beberapa mata air dari Gunung Merapi. Tanah persawahan yang ada di Kecamatan Pakem sebagian besar dimanfaatkan


(48)

untuk budidaya hortikultura, karena kesesuaian iklim yang mendukung untuk budidaya hortikultura.

B. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk di suatu daerah erat hubungannya dengan kondisi sosial ekonomi di daerah tersebut. Unuk mengetahui masalah kependudukan suatu wilayah maka harus diketahui komposisi dan perkembangan jumlah penduduk suatu wilayah yang pada umumnya selalu mengalami perubahan setiap tahun. Hal ini disebabkan adanya kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk. Jumlah penduduk dalam suatu daerah dapat dikategorikan atau dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan mata pencaharian.

1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Mengetahui keadaan penduduk menurut jenis kelamin bertujuan untuk melihat jumlah dan perbandingan penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Berikut keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Pakem yang dapat dilihat pada Tabel 12

Tabel 4 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin Tahun 2014

No Desa Laki-laki Perempuan Rasio Jenis

Kelamin (%)

1 Purwobinangun 4682 4790 98

2 Candibinangun 3076 3119 99

3 Harjobinangun 2947 3010 98

4 Pakembinangun 3235 3299 98

5 Hargobinangun 4360 4397 99

Kec. Pakem 18300 18615 98

Sumber data : BPS DIY, Statistik Daerah Kecamatan Pakem 2015

Jumlah penduduk Desa Hargobinangun tercatat sebanyak 36.915 jiwa yang terdiri dari 49,57% laki-laki dan 50,43% perempuan Dengan selisih penduduk


(49)

berjenis kelamin laki-laki dan perempuan hanya 0,86% dengan jumlah perempuan lebih besar daripada laki-laki, perempuan di Kecamatan Pakem memegang peranan yang cukup besar terutama dalam proses budidaya dan perawatan tanaman bunga krisan.

2. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Kecamatan Pakem bersifat heterogen, masyarakat Kecamatan Pakem bekerja di berbagai sektor untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sector yang paling dominan yang menjadi mata pencaharian penduduk Kecamatan Pakem adalah sektor pertanian. Komposisi penduduk menurut pekerjaan di Kecamatan Pakem dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 5 Jumlah Penduduk menurut Pekerjaan Tahun 2014

No Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Belum/Tidak Bekerja 3.682 3.378 7.060

2 Mengurus Rumah Tangga 1 5.514 5.515

3 Pelajar/Mahasiswa 3.188 2.943 6.131

4 Pensiunan 845 305 1.150

5 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 633 493 1.126

6 Petani/Pekebun 2.266 1.658 3.924

7 Karyawan Swasta 3.045 1.764 4.809

8 Buruh Harian Lepas 844 184 1.028

9 Buruh Tani/Perkebunan 836 619 1.455

10 Wiraswasta 1.595 732 2.327

11 Lain-lain 1.365 1.025 2.390

Jumlah 18.300 18.615 36.915

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sleman, 2014 Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa pendududuk yang memiliki mata pencaharian yang menghasilkan adalah sejumlah 18,209 jiwa atau 49,33%. Sektor pertanian dan karyawan swasta mempunyai jumlah yang paling banyak dibanding


(50)

dengan jumlah pekerja lain. Terdapat pekerjaan yang tidak memperoleh penghasilan, yaitu pelajar dan mengurus rumah tangga.


(51)

1

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Tanaman Bunga Krisan

1. Umur

Umur petani bunga krisan akan berpengaruh pada proses budidaya tanaman bunga krisan. Hal ini dikarenakan usia akan berpengaruh terhadap kemampuan fisik seseorang. Keampuan fisik dibutuhkan dalam usahatani bunga krisan terutama dalam pengolahan lahan. Profil petani bunga krisan didominasi usia 30-49 tahun (Tabel 14)

Tabel 1 Profil petani bunga krisan Desa Hargobinangun berdasarkan umur

No Umur (tahun) Jumlah (orang) Persetase (%)

1 30 - 40 8 40

2 41 - 49 9 45

3 50 – 56 3 15

Jumlah 20 100

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa 17 petani masih dalam kategori umur produktif. Dengan 85% jumlah petani dalam usia produktif kedepannya pengembangan tanaman bunga krisan tentunya akan lebih baik dan optimal. Adanya petani yang membudidayakan tanaman bunga krisan dengan umur diatas 50 tahun, membuktikan bahwa usahatani bunga krisan tidak hanya dapat dilakukan oleh petani muda, tetapi juga dapat dilakkukan oleh petani yang memiliki usia yang tidak produktif.


(52)

2. Pekerjaan

Pekerjaan atau mata pencaharian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang guna memperoleh pendapatan atau penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masayarakat, semakin besar masyarakat yang memiliki pekerjaan tetap dan baik maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraannya, dan sebaliknya. Profil petani bunga krisan didominasi dengan pekerjaan utama petani (Tabel 15)

Tabel 2 Profil petani bunga krisan Desa Hargobinangun berdasarkan pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Pedagang 1 5

2 Petani 14 70

3 Peternak 1 5

4 Pegawai negri 3 15

5 Pegawai swasta 1 5

Jumlah 20 100

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa 70% petani bunga krisan berprofesi sebagai petani pada komoditas tertentu. Petani mengaku selain membudidayakan tanaman bunga krisan petani menanam padi atau sayuran. Petani dengan usia di bawah 50 tahun lebih memilih menanam sayuran karena umur panen yang pendek dengan keuntungan yang lebih tinggi, sedangkan untuk petani dengan usia lebih dari 50 tahun lebih memilih menanam padi karena perawatan yang tergolong mudah dan tidak memerlukan tenaga lebih. Selain bertani 30% petani berprofesi sebagai pedagang sayur, peternak sapi perah, pegawai negri dan pegawai swasta. Petani tanaman bunga krisan mengaku usahatani bunga krisan merupakan usahatani sampingan yang dikerjakan oleh ibu rumah tangga.


(53)

3. Penguasaan Lahan

Luas lahan garapan merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi petani. Penguasaan lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas lahan yang digunakan untuk usahatani tanaman bunga krisan. Dalam usahatani bunga krisan, lahan atau tempat produksi berupa greenhouse atau yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan kubung. Pada umumnya satu kubung berukuran 200-400 m2 sesuai dengan SOP dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Sleman tahun 2009. Profil petani bunga krisan Desa Hargobinangun berdasarkan luas lahan adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Profil petani bunga krisan Desa Hargobinangun berdasarkan luas lahan No Penguasaan lahan (m2) Jumlah (orang) Persetase (%)

1 200 - 533 14 70

2 534 - 867 4 20

3 868 - 1200 2 10

Jumlah 20 100

Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa 70% petani bunga krisan masuk dalam kategori sempit, hal ini tentu berpengaruh terhadap pendapatan atau penghasilan yang diterima oleh petani, dengan lahan yang kecil tentu saja penghasilan yang diterima petani akan kecil juga. Menurut penjelasan responden setiap 200m2 dapat ditanami hingga 10.000 batang bunga krisan dan dengan tingkat keberhasilan 65-75% petani, mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 6.000.000- Rp. 7.000.000.

Dari Tabel 16 diketahui juga bahwa 20% petani bunga krisan masuk dalam kategori sedang dan 10% lainnya masuk dalam kategori luas. Luas lahan yang dikelola petani untuk kategori sedang dan luas ini dikelola oleh petani yang telah berpengalaman atau telah membudidayakan tanaman krisan lebih dari 4 tahun.


(54)

Pengalaman usahatani berpengaruh pada perluasan lahan, sebagian dari petani telah dapat melakukan perluasan lahan dari hasil usahatani bunga krisan, sebagian lainnya tambahan lahan diperoleh dari bantuan ditahun-tahun berikutnya atau mengelola lahan petani lain yang berhenti dalam usahatani bunga krisan.

4. Jenis Kelamin

jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang menunjang dalam usahatani tanaman bunga krisan. Petani krisan yang berjenis kelamin laki-laki umumnya lebih efisien dalam hal pengolahan lahan dan perawatan sedangkan perempuan lebih pada penanganan pasca panen dari bunga krisan. Profil petani bunga krisan Desa Hargobinangun berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:

Tabel 4 Profil petani bunga krisan Desa Hargobinangun berdasarkan luas lahan No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persetase (%)

1 Laki-Laki 9 45

2 Perempuan 11 55

Jumlah 20 100

Sumber : Analisis data primer 2016

Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa 55% petani tanaman bunga krisan adalah perempuan. Besarnya jumlah perempuan yang lebih besar daripada laki-laki ini disebabkan karena usahatani tanaman bunga krisan merupakan salah satu usahatani sampingan. Usahatani sampingan ini dilakukan oleh perempuan atau ibu rumah tangga, akan tetapi fakta di lapangan usahatani tanaman bunga krisan dijalankan secara bersama-sama antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki berperan dalam pengolahan lahan dan perawatan atau kegiatan yang membutuhkan tenaga lebih besar, sedangkan perempuan berperan dalam pengamatan dan proses pasca panen.


(55)

B. Profil Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA) 1. Sejarah dan Kedudukan ASTHA BUNDA

Asosiasi Petani Krisan Yogyakarta berdiri sejak tahun 2008 dengan anggota 6 kelopok tani di Desa Hargobinangun, Pakem, Sleman yang dikenal dengan nama APRISTA. Pada bulan Oktober 2010 APRISTA melebur menjadi Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA). Hingga saat ini kelompok tani aktif di ASTHA BUNDA berjumlah 9 kelompok tani yang merupakan petani bunga krisan yang berada di sekitar Desa Hargobinangun.

2. Visi, Misi dan Tujuan ASTHA BUNDA

a. Visi Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA) adalah meningkatan kesejahteraan pelaku usahatani melalui komoditas bunga krisan.

b. Misi Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA) adalah mengembangkan wawasan pola pikir pelaku usahatani menuju agribisnis tanaman hias bunga krisan.

c. Tujuan Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA) adalah mewujudkan kehidupan yang sejahtera bagi pelaku usahatani dan masyarakat di lingkungannya.


(56)

3. Keanggotaan dan Struktur Organisasi ASTHA BUNDA

Keanggotaan di Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA) merupakan kelompok tani yang memiliki usaha budidaya bunga krisan yang berdomisili di Kecamatan Pakem (Desa Hargobinangun dan Desa Pakembinangun). Adapun kelompok tani tersebut tersebar di sembilan dusun yang terdiri dari Dusun Kaliurang Barat, Sidorejo, Panggeran, Wonokerso, Randu, Pandanpuro, Gondanglegi, Jetisan dan Purwodadi. Daftar nama-nama kelompok tani anggota ASTHA BUNDA dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 5 Daftar Kelompok Tani Anggota ASTHA BUNDA

No Nama Kelompok Tani Alamat

1 SAE Kaliurang Barat, Hargobinangun, Pakem

2 Ngudi Makmur Sidorejo, Hargobinangun, Pakem 3 Tunas Merapi Panggeran, Hargobinangun, Pakem

4 Udi Makmur Wonokerso, Hargobinangun, Pakem

5 KWT Asri Randu, Hargobinangun, Pakem

6 Timbul Pandanpuro, Hargobinangun, Pakem

7 KWT Puspita Gondanglegi, Hargobinangun, Pakem

8 Amanah Jetisan, Hargobinangun, Pakem

9 Dadi Makmur Purwodadi, Pakembinangun, Pakem

Kelompok tani yang aktif yang menjadi anggota ASTHA BUNDA berjumlah sembilan kelompok yang tersebar di dua desa yaitu Desa Hargobinangun dan Pakembinangun. Sedangkan untuk struktur organisasi Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA) dapat dilihat pada Gambar 2.


(57)

Gambar 1 Bagan Struktur Organisasi ASTHA BUNDA

Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun (ASTHA BUNDA) mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan membantu menangani masalah-masalah yang timbul dalam proses usaha budidaya bunga krisan. Dalam mencapai tujuan tersebut ASTHA BUNDA harus mampu memaksimalkan kinerja fungsi dari setiap lini yang ada, dengan tugas masing- masing pengurus sebagai berikut

1. Ketua mempunyai tugas bertanggung jawab secara keseluruhan yang menyangkut kebijakan operasional, administrasi, yang berlangsung di

kelompok usahatani bunga krisan “ASTHA BUNDA”.

2. Seketaris mempunyai tugas bertanggung jawab atas keseluruhan aktivitas kegiatan baik persiapan kegiatan pelatihan dan kegiatan lainnya.


(58)

3. Bendahara mempunyai tugas bertanggung jawab atas semua aktivitas keuangan di kelompok usahatani “ASTHA BUNDA”.

4. Pemasaran bertanggung jawab atas semua aktivitas yang berhubungan dengan informasi pemasaran produksi bunga krisan.

5. Sarana dan prasarana bertanggung jawab atas semua aktivitas yang

berhubungan dengan sarana dan fasilitas yang ada di “ASTHA BUNDA”.

6. Produksi dan budidaya bertanggung jawab atas semua aktivitas yang berhubungan dengan produksi dan penyediaan bibit untuk budidaya.

7. Litbang bertanggung jawab dengan kegiatan pelatihan dan pengembangan. (Pada saat ini peran Litbang dalam kepengurusan di Asosiasi belum berjalan secara maksimal, hal ini disebabkan oleh kurangnya kegiatan pelatihan dan pengembangan untuk petani bunga krisan sehingga menyebabkan petani tidak mendapatkan inovasi khususnya terkait tentang SOP terbaru).

8. Anggota kelompok usahatani “ASTHA BUNDA” adalah petani pelaku

usahatani tanaman hias bunga krisan yang bertempat tinggal dan memiliki tempat usaha di wilayah Desa Hargobinangun.

4. Hak dan Kewajiban Anggota ASTHA BUNDA Setiap anggota ASTHA BUNDA berhak untuk: a. Menyampaikan pendapat dan usulan

b. Mendapatkan laporan keuangan dan jalannya usaha

c. Memperoleh pelayanan usaha yang dikelola ASTHA BUNDA d. Memilih dan dipilih menjadi pengurus


(59)

Setiap anggota ASTHA BUNDA berkewajiban untuk: a. Memajukan usaha-usaha ASTHA BUNDA

b. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan ASTHA BUNDA

c. Mematuhi ketentuan yang ada dalam AD-ART dan keputusan-keputusan rapat d. Berpartisipasi aktif dalam usaha kegiatan ASTHA BUNDA

e. Wajib mengembangkan dan memelihara kebersamaan dan azas kekeluargaan f. Berusaha terus untuk mendalami, menghayati dan melaksanakan tujuan, visi,

misi dan fungsi ASTHA BUNDA

g. Memasarkan hasil produknya ke ASTHA BUNDA. Bagi anggota yang melanggar akan dikenakan penalti dan dianggap gugur.

5. Hak dan Kewajiban Pengurus ASTHA BUNDA Pengurus mempunyai hak:

a. Menyeleksi dan mengangkat pengelola guna mensukseskan program usaha ASTHA BUNDA

b. Mendapat bagian sisa hasil usaha tahunan yang besarnya sesuai ketentuan ART

c. Menerimma dan menolak anggota baru dan memberhentikan anggota sesuai dengan ketentuan AD

Pengurus memiliki kewajiban:

a. Bertanggungjawab dalam pengelolaan dan usaha ASTHA BUNDA

b. Bertanggungjawab atas pembukuan keuangan, inventaris dan pencatatan lain yang dianggap perlu secara tertib dan teratur


(1)

Tabel 15 Distribusi Responden Menurut Peran Kelembagaan

Indikator Kriteria Skor Jumlah

Penyedia sarana dan prasarana usahatani krisan

Tersedia dan bisa dibeli setiap saat 3 5

Tersedia jika dipesan 2 10

Tidak menyediakan sarana dan prasarana usahatani krisan

1 5

Penyelenggara diskusi

Mengadakan diskusi rutin 3 20

Mengadakan diskusi jika diminta petani 2 0

Tidak memfasilitasi diskusi 1 0

Jaminan Pasar Memberikan kepastian pasar 3 20

Hanya memberikan kepastian pasar saat-saat tertentu

2 0

Tidak memberikan kepastian pasar 1 0

Jaminan harga Memberikan kepastian harga 3 20

Hanya memberikan kepastian harga saat-saat tertentu

2 0

Tidak memberikan kepastian harga 1 0 Sarana produksi usahatani bunga krisan sama dengan usahatani yang lain, baik pupuk, ataupun pestisida yang digunakan. Dalam hal penyedia sarana dan prasarana Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun membantu petani untuk membeli bibit bunga krisan baik itu yang dibeli dari Kabupaten Sleman ataupun dari luar Sleman.

Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun memfasilitasi anggotanya utuk diskusi atau sekedar bertukar pendapat tentang budidaya krisan yang sedang dijalani saat ini. Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun menjamin akan membeli semua hasil panen anggotanya dengan harga yang telah disepakati sejak awal dengan kesepakatan bahwa petani harus menjual dengan sistem satu pintu atau petani dilarang menjual hasil panen ke pedagang lain selain Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun.

E. Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Petani Dengan Motivasi Petani Dalam Usahatani Tanaman Bunga Krisan

Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani dengan motivasi petani dalam usahatani tanaman bunga krisan digunakan uji korelasi rank spearman (rs) yang perhitungannya menggunakan program spss versi 20 for windows. Secara lebih jelas hubungan antara


(2)

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani dengan motivasi petani dalam usahatani tanaman bunga krisan di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman dapat dilihat pada Tabel 31 sebagai berikut:

Tabel 16 Analisis Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Petani dengan Motivasi Petani Dalam Usahatani Tanaman Bunga Krisan

Existence Relatedness Growth

Pendidikan Formal Correlation Coefficient -0.228 -0.040 0.218 Pendidikan Nonformal Correlation Coefficient -0.547

* 0.000 0.063

Penerimaan Usahatani Correlation Coefficient 0.552

* 0.072 0.163

Pengalam Usahatani Correlation Coefficient 0.042 -0.026 0.237 Ketersediaan Modal Correlation Coefficient 0.153 0.161 0.000 Resiko Usahatani Correlation Coefficient 0.140 -0.294 0.376 Kelembagaan Correlation Coefficient -0.438 -0.145 -0.087 Pemenuhan kebutuhan fisiologis dan rasa aman merupakan hal pokok dan yang paling utama untuk dipenuhi setiap manusia, berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan budidaya tanaman bunga krisan merupakan salah satu usaha dan bukti konkrit dalam usaha pemenuhan kebutuhan tersebut. Terdapat tiga kategori hubungan faktor yang motivasi dengan kebutuhan akan keberadaan (existence) yang meliputi: (1) ada hubungan yang sangat lemah antara pengalaman usahatani, ketersediaan modal, dan resiko usahatani dengan kebutuhan akan keberadaan (existence), (2) ) ada hubungan yang lemah antara pendidikan formal dengan kebutuhan akan keberadaan (existence) (3) ada hubungan yang sedang antara pendidikan nonformal, pendapatan usahatani dan kelembagaan dengan kebutuhan akan keberadaan (existence).

Faktor yang memiliki hubungan cukup tinggi terhadap kebutuhan akan keberadaan (existence) adalah penerimaan usahatani. Hal ini terjadi karena pemenuhan kebutuhan akan keberadaan (existence) tergantung pada penerimaan dari usahatani bunga krisan yang diusahakan oleh petani. Semakin tinggi penerimaan usahatani maka semakin tinggi pula pemenuhan kebutuhan yang dapat dipenuhi petani bunga krisan. Sedangkan untuk faktor pendidikan


(3)

nonformal dan kelembagaan memiliki hubungan yang negatif dimana pendidikan formal yang tinggi petani akan menyita waktu petani sehingga petani tidak dapat melakukan hal produktif lain untuk pemenuhan kebutuhan akan keberadaan. Kelembagaan memiliki hubungan yang negative karena peran lembaga yang tinggi menjadikan petani tidak mandiri.

Hidup di tengah-tengah masyarakat mengharuskan petani untuk membangun kehidupan sosial atau jaringan yang baik atara satu dengan yang lain. manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri dan untuk memenuhi kebutuhan akan keberadaan, petani haruslah berkomunikasi, kerjasama, saling membantu dan saling menghargai antar satu dengan yang lain. Terdapat dua kategori hubungan faktor yang motivasi dengan kebutuhan keterkaitan

(relatedness) yang meliputi: (1) ada hubungan yang sangat lemah antara

Pendidikan Formal, Pendidikan Nonformal, Penerimaan Usahatani, Pengalam Usahatani, Ketersediaan Modal, dan Kelembagaan dengan kebutuhan keterkaitan

(relatedness), (2) ) ada hubungan yang lemah antara resiko usahatani dengan

kebutuhan keterkaitan (relatedness).

Faktor yang memiliki hubungan cukup tinggi terhadap kebutuhan keterkaitan (relatedness) adalah resiko usahatani. Hal ini dikarenakan tingginya resiko usahatani menyebabkan petani membutuhkan petani lain untuk berdiskusi akan masalah yang dihadapi. Resiko usahatani bunga krisan menjadi salah satu faktor yang memungkinkan petani untuk membantu petani lain yang kurang mengerti dalam penanganan hama dan penyakit. Jadi dapat disimpulkan hubungan yang lemah ini disebabkan kebutuhan petani akan mentor atau pendamping dalam usahatani bunga krisan.

Manusia selalu tumbuh dan berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu sesuai kebutuhan dan pertumbuhan sosial budaya yang ada di lingkungannya. Terdapat dua kategori hubungan faktor yang motivasi dengan kebutuhan pertumbuhan (growth) yang meliputi: (1) ada hubungan yang sangat lemah antara Pendidikan Nonformal, Penerimaan Usahatani, dan Kelembagaan dengan kebutuhan pertumbuhan (growth), (2) ) ada hubungan yang lemah antara


(4)

pendidikan formal, pengalaman usahatani dan resiko usahatani dengan kebutuhan pertumbuhan (growth).

Faktor yang memiliki hubungan cukup tinggi terhadap kebutuhan pertumbuhan (growth) adalah resiko usahatani. Hal ini terjadi karena dengan mengikuti pelatihan dan ikut berkontribusi dalam pertemuan rutin dapat meminimalisir kerugian yang disebabkan hama dan penyakit yang menyebabkan rendahnya persentase keberhasilan panen. Selain resiko usahatani pengalaman usahatani dan pendidikan formal juga memiliki hubungan yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan pengalaman petani akan berpengaruh kepada kedewasaan sikap petani dan dalam mensikapi teknologi baru.

IV.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai motivasi petani dalam usahatani tanaman bunga krisan di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem kabupaten Sleman dapat diperoleh kesimpulan antara lain: 1. Profil petani bunga krisan di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem

kabupaten Sleman menunjukkan bahwa sebagian besar petani dengan rentang usia 30-50 tahun dengan lahan tanaman bunga krisan yang sempit dan berlatar belakang atau pekerjaan utama sebagai petani.

2. Motivasi petani dalam usahatani tanaman bunga krisan di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman terbagi menjadi tiga yaitu kebutuhan akan keberadaan (existence), kebutuhan keterkaitan (reletedness), dan kebutuhan pertumbuhan (growth). dari ketiga motivasi tersebut diketahui bahwa kebutuhan akan keberadaan (existence) masuk dalam kategori rendah sedangkan kebutuhan keterkaitan (reletedness) dan kebutuhan pertumbuhan

(growth) masuk dalam kategori tinggi.

3. Faktor yang memiliki hubungan cukup tinggi terhadap motivasi petani dalam


(5)

kelembagaan yang paling berpengaruh terhadap kebutuhan akan keberadaan

(existence) dan resiko usahatani yang paling berpengaruh terhadap kebutuhan

keterkaitan (relatedness) sedangkan kebutuhan pertumbuhan (growth) dipengaruhi oleh resiko usahatani, pengalaman usahatani, dan pendidikan formal

B. Saran

1. Perlunya pendampingan atau bantuan dari pihak pemerintah yang lebih difokuskan kepada penguatan lembaga-lembaga penunjang usahatani bunga krisan.

2. Motivasi yang tinggi dalam usahatani tanaman bunga krisan menunjukkan bahwa petani masih ingin terus mengusahatanikan tanaman bunga krisan, untuk itu perlu ditingkatkan pendampingan dari peyuluh yang sesuai dengan usahatani bunga krisan untuk membantu menyelesaikan permasalahan tingkat keberhasilan panen tanaman bunga krisan.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. 2006. Budidaya Tanaman Krisan. BPTP Yogyakarta

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2012. Kecamatan Pakem Dalam Angka 2012. Yogyakarta

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2014. Kecamatan Pakem Dalam Angka 2014. Yogyakarta

Dami, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan Dan Efektifitas Kelompok. Rineka Cipta, Jakarta

Dewandini, Sri Kuning Retno. 2010. Motivasi Petani dalam Budidaya Tanaman Mendong Di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Sleman. 2009. Standar Operasional Prosedur Produksi Bunga Krisan, Sleman.

Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Organisasi Dan Motivasi Dasar Peningkatan

Produktivitas. Bumi Aksara, Jakarta

Kartikaningsih, Anita. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Petani dalam Berusahatani Tebu (Studi Kasus : Petani Tebu di


(6)

Wilayah Kerja PG Trangkil, Kabupaten Pati). Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Lamusa, Arifudin. 2010. Risiko Usahatani Padi Sawah Rumah Tangga Di Daerah

Impenso Provinsi Sulawesi Tengah. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako.

Mardikanto, Totok. 2011. Membangun Pertanian Modern, LPP UNS dan UNS Press, Surakarta

Nazir, Moh. 2014. Metode Penelitian, Cet. 10. Ghalia Indonesia, Bogor

Primadesi, Febriana. 2010. Motivasi Petani dalam Budidaya Tanaman Buah Naga (Hylocereus Sp.) Di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Rukka, Hermaya. 2003. Motivasi Petani dalam Menerapkan Usahatani Organic Pada Padi Sawah Kasus di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Tesis. Program Pascasarjana Institute Pertanian Bogor. Bogor.

Setyono Et Al.2011. Rehabilitasi Usahatani Bunga Krisan Pasca Erupsi Gunung Merapi, Hlm.319-330. dalam Pengembangan Pertanian Berbasis Inovasi Di Wilayah Bencana Erupsi Gunung Merapi. BPTP, Dipertan, Yogyakarta Siagian, Sondang P. 2012. Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Rineka Cipta, Jakarta. Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Alfabeta,

Bandung

Susantyo, Badrun. 2001. Motivasi Petani Berusahatani di dalam Kawasaan Hutan Wilayah Bandung Selatan. Tesis. Program Pascasarjana Institute Pertanian Bogor. Bogor.

Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi Dan Pengukurannya Analisis Di Bidang

Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta.

Winardi, J. 2001. Motivasi Dan Permotivasian dalam Manajemen. Rajagrfindo Persada, Jakarta.