Analisis Pendapatan Usahatani Bunga Potong Krisan di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng.

(1)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BUNGA

POTONG KRISAN DI DESA PANCASARI

KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN

BULELENG

SKRIPSI

Oleh

I G ANGGA DIAN PUTRA P

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKU LTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

i

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BUNGA

POTONG KRISAN DI DESA PANCASARI

KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN

BULELENG

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Oleh

I G. Angga Dian Putra P. NIM. 1205315036

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

ii

PERYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri atau mengandung tindakan plagiarism.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Denpasar, 1 Juni 2016 Yang menyatakan,

Materai Rp 6.000,-

I G. Angga Dian Putra P. NIM. 1205315036


(4)

iii

ABSTRACT

I G. Angga Dian Putra P. Student Number 1205315036. Farming Income Analysis of Chrysanthemum Cut Flowers at Pancasari Village, Sukasada District, Buleleng Regency. Supervised by: Dr. I Wayan Budiasa, SP, MP. and Drs. I Ketut Rantau, MSi.

Cut flowers are one of the agricultural commodities that can help improve the income and welfare of farmers. One of the cut flowers having high economic value is chrysanthemum. The aim of this study was to determine the total cost spent by the farmers of chrysanthemum cut flowers, total incomes of chrysanthemum cut flower farming and the farmers' net income of chrysanthemum cut flower farming. This study used 30 respondents through simple random sampling. The data analysis method used was quantitative analysis method that would be obtained by using the formula of farming net income.

The results showed the average costs spent by farmers of chrysanthemum cut flowers amounted to Rp. 5,941,823.71, detailed from variable and fixed costs. Acceptance in one harvest season was Rp. 15.526.500,00-, detailed from chrysanthemum cut flower crops with an average greenhouse area of 355 m2, so in

one harvest season the net income earned was Rp. 9,584,676.29.

The suggestion recommended in this research is that the chrysanthemum cut flower growers in the village of Pancasari should retain chrysanthemum cut flower farming because it is very profitable looked at from the high market demand the production will definitely be sold so that farmers do not have to worry about the farming and there is a need for further research on the constraints faced by the farmers of chrysanthemum cut flowers on his farm and the opportunity cost arising due to choose a farm of several alternative farming opportunities available.


(5)

iv

ABSTRAK

I G. Angga Dian Putra P. NIM 1205315036. Analisis Pendapatan Usahatani Bunga Potong Krisan di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Dibimbing oleh: Dr. I Wayan Budiasa, SP, MP., dan Drs. I Ketut Rantau, MSi.

Bunga potong merupakan salah satu komoditi pertanian yang dapat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Salah satu bunga potong yang memiliki nilai ekonomis tinggi yakni bunga potong krisan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan petani dari usatani bunga potong krisan, total penerimaan petani dari usahatani bunga potong krisan dan pendapatan bersih petani dari usahatani bunga potong krisan. Penelitian ini menggunakan 30 responden dengan cara simple random sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif yang nantinya diperoleh dengan menggunakan rumus pendapatan bersih usahatani.

Hasil penelitian menunjukan rata-rata biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani bunga potong krisan satu kali musim tanam sebesar Rp. 5.941.823,71 -, yang terinci dari biaya tidak tetap dan biaya tetap. Penerimaan dalam satu musim panen sebesar Rp. 15.526.500,00-, dirinci dari hasil panen bunga potong krisan dengan rata-rata luas rumah kaca 355 m2, sehingga dalam satu musim panen

diperoleh pendapatan bersih sebesar Rp. 9.584.676,29.

Saran yang direkomendasikan dalam penelitian ini adalah petani bunga potong krisan di Desa Pancasari agar tetap mempertahankan usahatani bunga potong krisan karena usahatani bunga potong krisan sangat menguntungkan, dilihat dari permintaan pasar yang tinggi produksi pasti akan terjual sehingga petani tidak perlu khawatir dengan berusahatani bunga potong krisan serta perlu adanya lanjutan penelitian tentang kendala petani bunga potong krisan terhadap usahataninya dan biaya peluang atau opportunity cost yang timbul karena memilih sebuah peluang usahatani dari beberapa alternatif usahatani yang tersedia.

Kata kunci :Krisan, Bunga Potong, Rumah Kaca, Pendapatan Bersih, Kelompok Tani


(6)

v

RINGKASAN

Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan persaingan mencari pekerjaan semakin ketat. Menjadi negara maju dibutuhkan pergeseran paradigma dari mencari pekerjaan menjadi pencipta pekerjaan atau wirausaha. Pertanian mempunyai banyak komoditi yang bisa dijadikan suatu wirausaha, salah satunya bunga potong. Bunga potong merupakan salah satu komoditi pertanian yang dapat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Salah satu bunga potong yang memiliki nilai ekonomis tinggi yakni Bunga Potong Krisan. Bunga Potong Krisan merupakan salah satu tanaman hias yang mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan dan dijadikan sumber penghasilan, karena dilihat dari permintaan terhadap Bunga Potong Krisan sangat di kota Denpasar mencapai 3.600.000 potong setiap bulannya dan pada daerah penelitian lahan yang digunakan utuk usahatani bunga potong krisan adalah lahan pertanian rumah kaca yang tidak terlalu luas.Petani lokal tidak mampu memenuhi permintaan pasar, petani enggan berusahatani Bunga Potong Krisan karena keterbatasan informasi biaya dan apa saja yang diperlukan untuk melakukan usahatani tersebut.

Jenis dan varietas Bunga Potong Krisan di Indonesia umumnya Hibrida berasal dari Belanda, Amerika, Jepang dan Varietas Balithi 27.108,13.9722.177,28.7 dan 30.13A adalah Bunga Potong Krisan produksi Indonesia. Bunga potong Krisan di tanam dalam rumah kaca dengan ketentuan media tanam tanah yang bertekstur liat dan berpasir, subur, gembur dan drainase yang baik, tidak mengandung hama atau penyakit ulat tanah dan ber-pH 5,5 s.d 6,7 serta suhu udara yang ideal untuk pertumbuhan Bunga Potong Krisan antara 20o s.d 26o C pada siang hari dan malam

hari antara 16o s.d 18o C dengan bantuan lampu untuk penyinaran di malam hari

untuk mendorong pertumbuhan Bunga potong Krisan.

Metode survei langsung di lokasi penelitian, dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah di susun digunakan untuk memperoleh data primer dari beberapa responden penelitian yaitu dua kelompok tani Bunga potong Krisan. Dokumen yang diberikan oleh Kepala Desa, sumber pustaka, catatan pustaka ilmiah maupun dokumen yang terkait dalam penelitian ini digunakan sebagai cara memperoleh data sekunder. Analisis data yang digunakan yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran umum


(7)

vi

Lokasi penelitian dan alat-alat yang digunakan responden dalam proses penanaman Bunga Potong Krisan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata Biaya yang dikeluarkan responden usahatani Bunga potong krisan dalam sekali musim tanam sebesar Rp. Rp. 5.941.823,71-,. Penerimaan usahatani Bunga Potong Krisan dengan rata-rata pengolahan lahan rumah kaca seluas 355 m2 diperoleh penerimaan dalam satu

musim panen sebesar Rp. 15.526.500,00-, dirinci dari hasil panen Bunga Potong Krisan di luas lahan rumah kaca 355 m2 sebesar 10.351 potong dikalikan dengan

harga Bunga Potong Krisan pada saat itu sebesar Rp. 1.500-, per potongnya. Berdasarkan rata-rata pernerimaan yang diperoleh responden dikurangi dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan maka diperoleh pendapatan usahatani Bunga potong Krisan per musim panen adalah sebesar Rp. 9.584.676,29-, dengan kata lain usahatani bunga potong Krisan menguntungkan.

Simpulan dari penelitian berdasarkan hasil pembahasan, usahatani bunga potong krisan dengan rata-rata pengolahan lahan rumah kaca seluas 355 m2 dalam

semusim panen memperoleh penerimaan sebesar 15.526.500,00-, petani bunga potong krisan meneluarkan biaya sebesar 5.941.823,71 dalam sekali musim tanam. Petani bunga potong krisan memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp. 9.584.676,29-, dalam sekali musim panen.

Saran penulis dari uraian dan simpulan, petani bunga potong krisan di Desa Pancasari agar tetap mempertahankan usahatani bunga potong krisan karena usahatani bunga potong krisan sangat menguntungkan, dilihat dari permintaan pasar yang tinggi produksi pasti akan terjual sehingga petani tidak perlu khawatir dengan berusahatani bunga potong krisan. Perlu adanya lanjutan penelitian tentang kendala petani bunga potong krisan terhadap usahataninya dan biaya peluang atau

opportunity cost yang timbul karena memilih sebuah peluang usahatani dari beberapa alternatif usahatani yang tersedia.


(8)

vii

Analisis Pendapatan Usahatani Bunga Potong Krisan di Desa

Pancasari Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng

I G. Angga Dian Putra P. NIM. 1205315036

Menyetujui,

Pembimbing I

Dr. I Wayan Budiasa, SP, MP. NIP. 19701116 199403 1 003

Pembimbing II

Drs. I Ketut Rantau, MSi. NIP. 19561130 198103 1 001

Mengesahkan, Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Udayana

Prof.Dr. I Nyoman Rai, MS. NIP. 19630515 198803 1 001


(9)

viii

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BUNGA

POTONG KRISAN DI DESA PANCASARI

KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN

BULELENG

dipersiapkan dan diajukan oleh

I G. Angga Dian Putra P. NIM. 1205315036

telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji pada tanggal

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana No : 103/UN/14.1.23/DL/2016

Tanggal : 1 Juni 2016 Tim Penguji Skripsi adalah :

Ketua : Prof. Dr. Ir. I Made Antara, M.S Anggota :

1. Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, M.P 2. Ir. I Dewa Gede Agung, M.MA 3. Drs. I Ketut Rantau, M.Si


(10)

ix

RIWAYAT HIDUP

I G. Angga Dian Putra P. dilahirkan di Denpasar pada tanggal 28 Juni 1994. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan I Nyoman Yansen Subendi, S.Pt dan Ir. I Gusti Ayu Dewi Seri Rejeki, M.Si. Riwayat pendidikan penulis dengan menempuh pendidikan di TK Pradnyandari I Kuta Utara (1999 s.d 2000). Setelah Lulus TK, penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 12 Dauh Puri Denpasar selama enam tahun (2000 s.d 2006). Pendidikan menengah pertama diselesaikan di SMPN 2 Denpasar (2006 s.d 2009). Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Denpasar pada tahun 2009 s.d 2012. Pada tahun 2012 Penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana melalui jalur SNMPTN tahun 2012.

Selama masa kuliah, penulis aktif dalam berbagai kegiatan, diantaranya mengikuti ASC 2013 (Agriculture Sport Competition) yaitu lomba futsal di Fakultas Pertanian UNUD dan AFC 2013 (Agribusiness Futsal Competition).

Penulis juga aktif di kegiatan kemahasiswaan Fakultas Pertanian antara lain menjadi panitia Agriculture Music, Panitia Pembangunan Simantri, Panitia Agribusiness Futsal Competition dan Reboisasi Himagri. Penulis juga tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Agribisnis tahun 2014 s.d 2015 dan menjabat sebagai Kepala Bidang 5 yaitu Bidang Bina Hubungan.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan ini adalah pengawasan mutu dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Bunga Potong Krisan di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng.

Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil terselesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu yaitu.

1. Prof. Dr. I Nyoman Rai, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

2. Dr. Ir. I Dewa Putu Oka Suardi M.Si. selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

3. Dr. I Wayan Budiasa, SP., MP., sebagai pembimbing I yang sudah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Drs. I Ketut Rantau MSi., selaku pembimbing II yang juga sudah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, MP selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan semangat, perhatian dan masukan selama masa kuliah dan dalam proses penelitian ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang telah mendidik dan mengajar penulis selama mengikuti perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu Pegawai Administrasi Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang telah membantu penulis dalam memenuhi kelengkapan administrasi. 8. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Bapak (I Nyoman Yansen Subendi SPt),

Ibu (Ir. I Gusti Ayu Dewi Seri Rejeki MSi), Nenek (Ni Luh Sudjini), serta adik tersayang (Pande Widya Rahmadewi) yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan yang tulus untuk kelancaran skripsi penulis.


(12)

xi

9. Sahabat dekat penulis Kadek Ayu Ratna Budhiarti yang sudah memberi semangat dan dukungan untuk kelancaran skripsi penulis.

10.Bapak I Gusti Made Arjana dan Bapak Gede Sudiatmika selaku Ketua Kelompok tani Agro Pudak Lestari dan Sari Mekar serta anggota kelompok tani Agro Pudak Lestari dan Sari Mekar yang telah memberikan izin, dan membantu penulis dalam pengumpulan data penelitian.

11.Sahabat-sahabat HMJ, Himagri dan sahabat SMA tercinta dan keluarga (Kana, Manik, Oka, Tessa, Dekput, Bayu, Gus Wisnu, Juni, Wira, Yogi, Kencana, Gung is, Dessy, Nana, Lia, Defri, Jeje, Nova, Imron, Kentak, Arif, Janet, Angga, Riski, Komang, Heni, Anom, Teguh, Yoga, Boim, dan teman-teman lainnya) yang terus memberikan semangat, selalu menemani, dan membantu penulis selama mengikuti perkuliahan.

12.Teman-teman angkatan 2012 Agribisnis dan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian yang memberikan semangat dan dukungan kepada penulis selama perkuliahan.

13.Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang turut membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis akan menerima segala masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan siapa saja yang memerlukannya.

Denpasar, April 2016 Penulis


(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ...iv

RINGKASAN ... v

HALAMAN PENGESAHAAN ... vii

TIM PENGUJI ... viii

RIWAYAT HIDUP ...ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 4

1.5Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Deskripsi Bunga Potong Krisan ... 6

2.1.1 Agroklimatologi dan hama penyakit bunga potong krisan ... 7

2.1.2 Teknologi budidaya bunga potong krisan ... 10

2.1.3 Nilai ekonomis bunga potong krisan ... 10

2.1.4 Manfaat bunga potong krisan ... 11

2.2 Teori Usahatani ... 12

2.2.1 Faktor produksi usaharani ... 13

2.2.2 Penerimaan usahatani ... 14

2.2.3 Biaya usahatani ... 15

2.2.4 Pendapatan bersih usahatani ... 16

2.3 Penelitian Terdahulu ... 17


(14)

xiii

III. METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.2 Data dan Metode Pengumpulan Data ... 21

3.2.1 Jenis data ... 21

3.2.2 Sumber dan metode pengumpulan data ... 22

3.3 Populasi dan Sampel ... 22

3.4 Konsep Pengukuran Variabel ... 23

3.5 Metode Analisis Data ... .24

3.6 Batasan Operasional ... 26

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 28

4.1 Letak Geografis dan Topografi ... 28

4.2 Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan ... 28

4.3 Keadaan Penduduk Desa Pancasari ... 29

4.4 Profil Kelompok Tani Agro Pudak Lestari dan Sari Mekar ... 31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

5.1 Karakteristik Responden ... 34

5.1.1 Umur ... 34

5.1.2 Tingkat pendidikan formal ... 35

5.1.3 Jumlah anggota rumah tangga ... 36

5.1.4 Pekerjaan pokok dan sampingan ... 37

5.1.5 Luas dan status garapan lahan ... 37

5.1.6 Pola tanam dan proses produksi bunga potong krisan ... 38

5.2 Biaya Usahatani Bunga Potong Krisan ... 40

5.3 Penerimaan Usahatani Bunga Potong Krisan ... 46

5.4 Pendapatan Bersih Usahatani Bunga Potong Krisan ... 47

VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 50

6.1 Simpulan ... 50

6.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman 1.1 Produksi Bunga Potong Krisan di Bali Serta Kabupaten Penghasil Bunga

potong krisan ... 3 3.1 Populasi dan Sampel ... 23 3.2 Variabel dan Pengukuran Penelitian ... 24 4.1 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng ... 29 4.2 Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng 2015 ... 30 4.3 Penduduk Bedasarkan Tingkat pendidikan di Desa Pancasri Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng 2015 ... 31 5.1 Distribusi Umur Responden Usahatani Bunga Potong Krisan di Desa Pancasri Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng ... 35 5.2 Tingkat Pendidikan Formal Responden Usahatani Bunga Potong Krisan di

Desa Pancasri Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng ... 36 5.3 Distribusi Umur Rumah Tangga Responden Usahatani Bunga Potong Krisan di Desa Pancasri Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng .. 37 5.4 Pekerjaan Utama dan Sampingan Responden di Desa Pancasri Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng ... 37 5.5 Rata-rata Biaya Usahatani Bunga Potong Krisan dengan Luas Rumah Kaca 355 m2 Per petani di Desa Pancasari Kecamatan SUkasada Kabupaten

Buleleng ... 44 5.6 Rata-rata Penerimaan Usahatani Bunga Potong Krisan dengan Luas Rumah Kaca 355 m2 Per Petani di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada Kabupaten

Buleleng ... 47 5.7 Rata-rata Pendapatan Bersih Usahatani Bunga Potong Krisan dengan Luas Rumah Kaca 355 m2 per petani di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada

Kabupaten Buleleng ... 48


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman 2.1 Kerangka penelitian ... 20 4.1 Struktur Organisasi Kelompok Tani Agro Pudak Lestari ... 33 4.2 Struktur Organisasi Kelompok Tani Sari Mekar ... 33


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Karakteristik Responden ... 54

2. Biaya Variabel ... 56

3. Biaya Tenaga Kerja ... 62

4. Biaya Tetap ... 64

5. Biaya Lain-lain ... 78

6. Kuisioner ... 84


(18)

50

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan persaingan dalam mencari pekerjaan semakin ketat. Menurut David Mc.Clelland dalam Robbins (2001) menyatakan untuk menjadi negara maju dan makmur, minimal wirausaha yang dibutuhkan adalah dua persen dari total jumlah penduduk. Oleh karena itu dibutuhkan pergeseran paradigma dari mencari pekerjaan menjadi pencipta pekerjaan yang disebut dengan wirausaha. Wirausaha adalah seorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovasi kedunia nyata secara kreatif untuk mendapatkan keuntungan. Pertanian mempunyai banyak komoditi yang bisa dikembangkan dan dijadikan suatu wirausaha, salah satunya adalah bunga potong.

Bunga potong merupakan salah satu komoditi pertanian yang dapat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Bunga potong ada beberapa jenis antara lain: gladiol, kerkrily, hebras, aster, krisan, mawar, dan anyelir. Salah satu bunga potong yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu bunga potong krisan. Bunga potong krisan memiliki keunggulan dibandingkan bunga potong jenis lainnya yaitu terletak pada masa tanam yang relatif singkat, tidak mengenal musim dan bisa ditanam kapan saja serta memiliki ketahanan terhadap debu vulkanik gunung berapi. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997) bunga potong krisan atau dikenal juga dengan seruni, mempunyai 1000 varietas yang tumbuh di dunia. Beberapa varietas bunga potong krisan yang dikenal antara lain adalah Chrysanthemum daisy, Chrysanthemum indicum, Chrysanthemum

coccineum, Chrysanthemum frustescens, Chrysanthemum maximum,


(19)

2

potong krisan yang banyak ditanam di Indonesia umumnya diintroduksi dari luar negeri, terutama dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Bunga potong krisan sangat populer di masyarakat karena banyaknya jenis, bentuk dan warna bunga. Selain bentuk mahkota dan jumlah bunga dalam tangkai, warna bunga juga menjadi pilihan konsumen. Pada umumnya konsumen lebih menyukai bunga potong krisan dengan warna dasar bunga potong krisan seperti warna merah, putih dan kuning.

Bunga yang mempunyai nama latin Chrysanthemum merupakan salah satu tanaman hias yang mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan dan dijadikan sumber penghasilan, karena dilihat dari permintaan pasar dari bunga potong krisan tersebut dan dari lahan pertanian rumah kaca yang tidak terlalu luas untuk melakukan usahatani bunga potong krisan. Lahan yang digunakan tidak luas karena Jarak tanam bunga potong krisan di tempat penelitian hanya 11 x 11 cm menjadi faktor tidak perlunya lahan yang luas untuk budidaya bunga potong krisan. Permintaan pasar terhadap bunga potong krisan sangat tinggi. Kota Denpasar merupakan daerah peminat bunga potong krisan tertinggi di Bali dimana pada satu bulannya Kota Denpasar memasok sekitar 3.600.000 potong bunga potong krisan. Permintaan yang besar tersebut membuat para petani kewalahan untuk memenuhi seluruh permintaan pasar. Petani bunga potong krisan di Bali hanya mampu memenuhi sekitar 8,3% saja dan sisa 91,7% di impor dari daerah penghasil bunga potong krisan disekitar Bali. Petani bunga potong krisan di Bali khususnya di Desa Pancasari sudah banyak yang mengusahakan untuk meningkatkan produksi dengan menggunakan pupuk organik dan mengurangi pupuk anorganik agar lahan bisa terus digunakan produksi. Lahan rumah kaca semi permanen digunakan oleh petani bunga potong krisan di Desa Pancasari agar


(20)

3

mampu mengurangi pengaruh negatif lingkungan terhadap tanaman, seperti intensitas cahaya matahari yang tinggi, terpaan air hujan secara langsung dan daya tahan rumah kaca yang lebih lama. Produksi bunga potong krisan di Bali meningkat setiap tahunnya, dari tahun 2010 s.d 2014 produksi bunga potong krisan terutama pada Kabupaten Buleleng meningkat dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Produksi bunga potong krisan tahun 2014 Produksi Bunga Krisan di Bali (batang)

Kabupaten penghasil Bunga Krisan

Tahun Tabanan Karangasem Buleleng Badung Total Produksi/ Tahun 2010 145,175 53,108 469,700 0 667,983

2011 46,124 1,614 699,335 0 747,073 2012 46,124 1,614 1,457,940 2,360 1,508,038 2013 456,815 0 1,456,990 26,280 1,940,085 2014 2,215,039 0 2,860,899 93,670 5,169,608 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali Tahun 2015

Produksi bunga potong krisan tertinggi di Bali terdapat pada tahun 2014 dengan jumlah Produksi 5.169.608 batang, tapi dengan jumlah produksi tersebut petani belum mampu untuk memenuhi seluruh permintaan pasar. Petani bunga potong krisan tidak mampu memenuhi permintaan pasar karena sedikitnya petani yang membudidaya bunga potong krisan di Bali. Banyak petani dan pengusaha tani takut berinvestasi bunga potong krisan karena persoalan tidak tahunya luas dan ciri lahan yang digunakan dalam budidaya bunga potong krisan, biaya produksi, pengelolaan, sumber daya manusia, persaingan harga dan bibit bunga potong krisan yang susah diperoleh.

Melihat kondisi sedikit petani yang mau berinvestasi usahatani bunga potong krisan dan pasar bunga potong krisan yang tinggi maka menarik untuk untuk


(21)

4

dikaji berapa biaya yang dikeluarkan untuk berusahatani bunga potong krisan, penerimaan serta pendapatan bersih yang diperoleh dari usahatani bunga potong krisan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian :

1. Berapa biaya total yang dikeluarkan petani dari usahatani bunga potong krisan?

2. Berapa penerimaan total petani dari usahatani bunga potong krisan? 3. Berapa pendapatan bersih petani dari usahatani bunga potong krisan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Biaya total yang dikeluarkan petani dari usatani bunga potong krisan 2. Penerimaan total petani dari usahatani bunga potong krisan

3. Pendapatan bersih petani dari usahatani bunga potong krisan

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak. Manfaat dari penlitian ini antara lain seperi berikut.

1. Petani, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai pendapatan bersih yang diperoleh dalam berusahatani bunga potong krisan. 2. Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan pemerintah dapat menetapkan kebijakan yang tetap terkait dengan pengembangan usahatani florikultura dalam hal ini tentang bunga potong krisan.


(22)

5

3. Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai usahatani bunga potong krisan sebagai penerapan ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang dilaksanakan di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng yang merupakan salah satu sentra produksi bunga potong krisan di Bali. Petani yang dijadikan responden adalah petani yang tergabung di dalam dua kelompok tani yang ada di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Penelitian dilakukan dan dilanjutkan dengan cara survey langsung ke daerah penelitian, memberi kuesioner dan bertanya langsung kepada petani. Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani. Segala kekurangan dan keterbatasan penelitian, maka penelitian ini hanya menekankan kepada proses analisis pendapatan bersih usahatani bunga potong krisan.


(23)

6

II. TINJAUN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Bunga Krisan

Deskripsi bunga potong krisan (Chrysanthemum) adalah sebagai berikut. Kingdom : Plantae (Tumbuh – tumbuhan)

Devisi : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji) Sub-divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup) Kelas : Dycotiledonae (Biji berkeping dua) Ordo : Asterales (Compositae)

Famili : Asteraceae

Genus : Chrysanthemum

Krisan dalam Bahasa latinnya disebut Chrysanthemum sebenarnya bunga asli dari kawasan Asia Timur, seperti Korea, Jepang dan China Utara tapi saat ini lebih banyak ditanam di Negara Eropa dan Amerika. bunga potong krisan mempunyai banyak spesies antara lain: Chrysanthemum indicum (berbunga kuning) Chrysanthemum morifolium (berbunga ungu dan merah muda) dan Chrysanthemum daisy (bulat pompon). bunga potong krisan dapat sebagai tanaman musiman (annual) atau tahunan (parenial). Jika siklus hidupnya hanya sampai menghasilkan bunga tanaman ini termasuk musiman, tetapi jika tanaman setelah dipanen bunganya dan kemudian tanaman dibiarkan berbunga kembali secara periodik maka tanaman ini termasuk tahunan. Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya Hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat, Jepang dan Varietas Balithi 27.108,13.9722.177,28.7 dan 30.13A adalah bunga potong krisan produksi Indonesia.


(24)

7

Bunga potong krisan adalah komoditi bunga potong yang paling banyak dibudidayakan dan paling diminati di dunia. bunga potong krisan sangat diminati untuk berbagai keperluan seperti untuk mengucapkan selamat, dekorasi upacara pernikahan, pertemuan resmi dan lain-lain. bunga potong krisan memiliki semua jenis warna kecuali biru dan hitam serta memiliki ribuan varietas, 60 varietas diantaranya tumbuh di Indonesia. bunga potong krisan mempunyai usia hidup setidaknya 2 minggu setelah di panen. bunga potong krisan adalah salah satu tanaman hias yang mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan dan dijadikan sumber penghasilan, karena jarak tanam bunga potong krisan hanya 11 x 11 cm menjadi faktor tidak perlunya lahan yang luas untuk budidaya bunga potong krisan.

Usia tanam sampai dengan masa panen akhir cukup berpengaruh dan menentukan jumlah investasi yang ditanamkan dalam usaha budidaya bunga potong krisan. Usia bunga potong krisan dipengaruhi dengan cuaca setempat, bila cuaca kering atau musim kering akan mempercepat waktu tanam hingga panen sebaliknya, bila musim hujan akan memperpanjang umur tanaman sampai dengan panen. Secara umum umur tanaman bunga potong krisan sampai dengan panen terakhir berkisar 80 s.d 125 hari.

2.1.1 Agroklimatologi dan hama penyakit bunga potong krisan

Tanah atau media tanam yang ideal untuk media tumbuh bunga potong krisan adalah tanah yang bertekstur liat dan berpasir, subur, gembur dan drainase yang baik, tidak mengandung hama atau penyakit ulat tanah (agrotis ipsilon) dan ber-pH 5,5 s.d 6,7. Kandungan bahan organik yang tinggi dan mengandung


(25)

8

berbagai unsur hara mineral yang dibutuhkan tanaman jua merupakan syarat untuk media tanam yang baik bagi bunga potong krisan.

Temperatur udara merupakan faktor yang penting dalam proses pembungaan. Temperatur atau suhu udara yang ideal untuk pertumbuhan bunga potong krisan berkisar antara 20o s.d 26o C pada siang hari dengan toleransi batas

minimum 17o dan batas maksimum 30o C. Suhu yang ideal pada malam hari antara

16o s.d 18o C, jika suhu turun dibawah 16o C maka pertumbuhan tanaman menjadi

cenderung lebih mendorong pertumbuhan vegetative sehingga bertumbuh bertambah tinggi dan akan memperlambat pembungaan. Pada suhu redah 16oC akan

mempengaruhi intensitas warna menjadi lebih pudar sebaliknya jika suhu siang hari tinggi mengakibatkan warna pudar, sehingga penampilan tampak kusam walaupun bunga masih segar. bunga potong krisan memerlukan intensitas cahaya pada siang hari sekitar 32.000 lux agar pertumbuhannya optimal. Intensitas cahaya siang hari di dataran tinggi Indonesia pada ketinggian 1.000 meter diatas permukaan laut sebesar 50.000 lux. Upaya mengatur intensitas cahaya yang sesuai pada bunga potong krisan diperlukan rumah kaca (greenhouse).

Umumnya bunga potong krisan membutuhkan kondisi kelembaban udara yang tinggi yaitu 70-80 %. Kelembaban udara yang tinggi perlu diimbangi dengan sirkulasi udara yang lancar, bila kelembaban udara tinggi tapi sirkulasi udara tidak lancar mengakibatkan mudah berkembangnya organisme penyebab penyakit pada bunga potong krisan terutama jamur. Curah hujan juga sangat mempengaruhi pertumbuhan bunga potong krisan. Budidaya bunga potong krisan di daerah bercurah hujan tinggi sebaiknya dilakukan di dalam bangunan rumah lindung plastik atau menggunakan greenhouse.


(26)

9

Hama bunga potong krisan ada beberapa jenis antara lain ulat tanah (agrotis ipsilon), Penggerek daun (Liriomyza sp) dan Tungau Merah (Tetranycus sp). bunga potong krisan yang terkena hama ulat tanah (agrotis ipsilon) dapat dilihat gejalanya pucuk dan tangkai terkulai karena ulat memakan ujung batang tanaman muda, pengendalian hama ulat tanah (agrotis ipsilon) dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida. Penggerek daun (Liriomyza sp) gejala bunga potong krisan yang terkena hama ini adalah daun menggulung seperti trowongan kecil, berwarna putih keabuan yang mengelilingi permukaan daun, pengendalian hama ini dapat dilakukan memotong daun yang terserang dan aplikasi insektisida. Tungau Merah (Tetranycus sp) gejala yang disebabkan adalah daun yang terserang berwarna kuning kecoklatan, terpelintir dan bercak-bercak kuning, pengendalian hama Tungau Merah (Tetranycus sp) dengan cara memotong bagian tanaman yang terserang berat dan dibakar agar tidak menular ke tumbuhan yang lain serta dilakukan aplikasi insektisida.

Bunga potong krisan mempunyai penyakit antara lain Karat daun danTepung oidium. Karat daun disebabkan oleh jamur Puccinia sp dengan gejala pada sisi bawah daun terdapat bintil-bintil coklat atau hitam dan terjadi lekukan-lekukan mendalam yang berwana pucat pada permukaan daun bagian atas. Serangan karat daun yang hebat dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga, karat daun dapat dikendalikan dengan pemotongan daun yan sakit dan penyemprotan insektisida. Penyakit tepung oidium disebabkan oleh jamur Oidium chrysatheemi dengan gejala permukaan daun tertutup tepung putih dengan cara pengendalian memotong daun yang sakit dan penyemprotan fungisida.


(27)

10

2.1.2 Teknologi budidaya bunga potong krisan

Bunga potong krisan dibudidayakan dengan cara penyetekan dan ditanam pada lahan dengan ketinggian antara 700 s.d 1200 diatas permukaan laut (dpl). Penanaman bunga potong krisan dilakukan di dalam bangunan rumah kaca atau plastik UV (greenhouse). bunga potong krisan dalam perkembangannya juga membutuhkan cahaya yang lebih lama, maka dimalam hari perlu bantuan cahaya dari lampu pijar. Penyinaran paling baik untuk bunga potong krisan di malam antara jam 23.00 s.d 03.00 dengan lampu 100 watt atau setara dengan 100 lux untuk areal sembilan meter persegi, dan lampu dipasang setinggi 1,5 meter dari permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2 s.d 6 minggu) untuk mendorong hormone pertumbuhan atau hormon auxin pada bunga potong krisan. Bunga potong krisan siap untuk dipanen setelah berumur tiga bulan. bunga potong krisan dipanen 2 kali dalam seminggu selama tiga minggu. Selesai masa panen dilakukan pembersihan lahan dari sisa panen bunga potong krisan, kemudian dilakukan pengolahan lahan untuk dipersiapkan menanam kembali selama tujuh hari.

2.1.3 Nilai ekonomis bunga potong krisan

Bunga potong krisan ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi ini dilihat dari kebutuhan akan bunga potong krisan masih sangat tinggi. Kota Denpasar merupakan daerah peminat bunga potong krisan tertinggi di Bali yang pada satu bulannya Kota Denpasar memasok sekitar 3.600.000 potong bunga krisan per bulan. Permintaan yang besar membuat para petani lokal kewalahan dalam memenuhi permintaan tersebut. Petani bunga krisan di Bali tidak mampu memenuhi seluruh permintaan pasar bunga potong krisan dan hanya mampu memenuhi sekitar


(28)

11

8,3 % saja dan sisa sebesar 91,7% di impor dari daerah disekitar Bali yaitu dari pulau Jawa. bunga potong krisan Bali dihargai sebesar Rp. 1.500,- per batang, sedangkan bunga potong krisan yang diimport hanya diharga sebesar Rp. 1000,- per batang. Pebedaan harga antara bunga Krisan Bali dan di luar Bali terjadi karena kualitas bunga yang dimiliki bunga potong krisan Bali dari segi warna lebih Bagus dan dari segi ukuran Bunga Krisan Bali lebih besar ukurannya serta pengantaran yang cukup jauh akan menyebabkan penurunan kesegaran bunga potong krisan.

2.1.4 Manfaat bunga potong krisan

Selain untuk tanaman hias, bunga potong krisan juga mempunyai manfaat lain yaitu bermanfaat untuk kesehatan seperti, bermanfaat untuk pengobatan influenza bahkan membersihkan liver. Bunga potong krisan dapat diambil maanfaatnya dengan dikonsumsidalam bentuk teh. Teh bunga krisan dibuat dengan dilakukannya proses pengeringan pada bunga potong krisan kemudian setelah kering diseduh dengan air panas. Teh bunga krisan ini selain bermanfaat untuk pengobatan influenza dan membersihkan liver dapat juga sebagai bahan relaksasi, menyembuhkan panas dalam serta menyerap racun dalam tubuh karena di dalam bunga potong krisan mengandung zat antioksidan. Bunga potong krisan juga dapat melancarkan peredaran darah. (Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura Direktorat Jendral Hortikultura Kementrian Pertanian, 2013).

Bunga potong krisan mengandung minyak astiri juga dapat dimanfaatkan untuk pengharum ruangan dan bahan anti serangga. Untuk produksi minyak astiri faktor terpenting yang harus diperhatikan adalah tingkat kemekaran bunga, varietas dan metode ekstraksi. Bunga potong krisan warna kuning dengan tingkat kemekaran 75% yang terbaik untuk diekstrak minyak astirinya (Balai Peneltian


(29)

12

Tanaman Hias Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2006).

2.2 Teori Usahatani

Usahatani merupakan kegiatan bercocok tanam dengan mengalokasikan sumber-sumber daya seperti tanah, lahan, tenaga kerja, modal, dan air untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Soekartawi (1995) usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki atau yang dikuasai sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

Usahatani memiliki empat unsur pokok produksi (Hermanto, 1996). Unsur yang pertama adalah lahan. Lahan berperan sebagai faktor produksi yang dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, luas lahan, lokasi, intensifikasi, dan fasilitas. Unsur kedua adalah tenaga kerja yang dapat berasal dari orang lain atau dari anggota keluarga sendiri. Unsur ketiga adalah modal yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan kekayaan usahatani. Unsur keempat adalah pengelolaan dalam menentukan, mengkoordinasi, dan mengorganisasikan faktor-faktor produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan

2.2.1 Faktor produksi usahatani

Proses produksi usahatani untuk menghasilkan suatu produk dapat dipengaruhi oleh satu atau beberapa faktor. Faktor produksi usahatani adalah input


(30)

13

yang digunakan untuk menghasilkan produk. Faktor-faktor produksi yang digunakan, seperti luas lahan, modal, tenaga kerja dan manajemen, faktor -faktor ini dapat mempengaruhi biaya dan pendapatan petani (Hernanto, 1993).

1. Tanah (lahan)

Tanah merupakan faktor produksi terpenting dalam pertanian karena tanah merupakan tempat dimana usahatani dapat dilakukan dan tempat hasil produksi dikeluarkan karena tanah tempat tumbuh tanaman. Tanah sifatnya tidak sama dengan faktor produksi lain yaitu luas relatif tetap dan permintaan akan tanah semakin meningkat sehingga sifatnya langka. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan ditanami maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan.

2. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi keberhasilan atau produksi. Dalam usahatani ditemukan dua macam tenaga kerja yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja dalam usahatani tidak dibayar upahnya, sedangkan tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga dalam usahatani yang dibayarkan upahnya sehingga dinamakan tenaga upahan.

3. Modal

Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal apalagi proses produksi komoditas pertanian. Modal adalah barang yang bernilai ekonomi atau uang yang digunakan untuk meningkatkan produksi. Modal dalam usahatani secara bersamaan dengan faktor produksi lainnya akan menghasilkan produk pertanian.


(31)

14

modal pada usahatani dapat diperoleh dari dalam atau dari luar usahatani. Modal dari dalam usahatani diperoleh dari warisan atau keuntungan yang disimpan sedangkan modal dari luar usahatani diperoleh dari pinjaman dari lembaga keuangan.

4. Manajemen Usahatani

Manajemen usahatani adalah kemampuan petani menentukan, mengkoordinasikan faktor produsi yang dikuasainya dan mampu menerapkan serta memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan. Tujuan dari manajemen usahatani untuk meningkatkan taraf hidup petani menjadi lebih tinggi. Manajemen usahatani meliputi perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengawasan.

2.2.2 Penerimaan usahatani

Menurut Soekartawi (2002) penerimaan dapat diartikan sebagai nilai produk total dalam jangka waktu tertentu baik yang dipasarkan maupun tidak. Penerimaan usahatani yaitu jumlah produksi dari komoditas yang dihasilkan oleh petani dikalikan dengan harga yang berlaku saat itu. Penerimaan usahatani dapat diketahui dari perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual produk. Rumus yang digunakan sebagai berikut.

TR = Y. Py Dimana:

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) Y = Output (Produksi)


(32)

15

2.2.3 Biaya usahatani

Biaya dalam arti sempit adalah harga pokok (merupakan harga pertukaran dari sumber ekonomi yang dikorbankan atau diserahkan untuk mendapatkan suatu barang dan jasa) dan beban (merupakan pengorbanan yang diperlukan dalam rangka merealisasikan pendapatan). Menurut Soekertawi (1995), mengemukakan bahwa biaya usahatani dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu:

1. Biaya tetap (Fixed Cost) biaya yang relative tetap jumlahnya dan harus dikeluarkan walaupun produk yang dihasilkan banyak atau sedikit seperti tanah, penyusutan alat dan bangunan, pemeliharaan pompa air dan lainnya. 2. Biaya tidak tetap (Variable cost) biaya tidak tetap yang sifatnya berubah -

ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan seperti biaya bibit, pupuk, obat – obatan, biaya tenaga kerja dan lainnya.

Biaya di dalam usahatani dikeluarkan oleh petani bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang optimal bagi usahatani yang dikerjakan. Dengan mengeluarkan biaya maka pertanian mengharapkan pendapatan yang setinggi-tingginya melalui peningkatan produksi. Biaya juga sebagai suatu sumberdaya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya total Usahatani yang dikeluarkan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

TC = TFC + TVC Dimana :

TC = Total Cost (total biaya)

TFC = Total Fixed Cost (total biaya tetap)

TVC = Total Variable Cost (total biaya tidak tetap) 2.2.4 Pendapatan bersih usahatani


(33)

16

Pendapatan bersih usahatani (net farm income) merupakan ukuran keuntungan yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran total usahatani. Usahatani yang dijalankan dinilai menguntungkan apabila total penerimaan lebih besar dari pengeluaran total usahatani, sebaliknya bila total penerimaan lebih kecil dari pengeluaran total usahatani maka usahatni tersebut dikatakan rugi. Pengeluaran total usahatani atau total biaya yang dikeluarkan (total farm expences) didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis pakai atau dikeluarkan didalam proses produksi (Soekartawi, 1995).

Untuk meningkatkan pendapatan maka petani harus berusaha meningkatkan hasil produksi agar memperoleh peningkatan pendapatan dengan memaksimalkan input–input yang mempengaruhi. Menurut Soekartawi (2006) pendapatan bersih usahatani bunga potong krisan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Π = TR – TC Dimana:

Π = Income (Pendapatan Bersih)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya)

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan kumpulan dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan dalam kaitannya dengan analisis pendapatan usahatani yang dijalankan. Analisis pendapatan disasarkan pada biaya, penerimaan, serta keuntungan yang didapat.


(34)

17

Pada penelitian yang dilakukan Marissa (2010) yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Tebu (Studi Kasus PT PG Rajawali II Unit PG Tersana Baru, Babakan, Cirebon, Jawa Barat) menunjukkan bahwa pendapatan petani tebu di PT PG Rajawali II Unit PG Tersana Baru sebesar Rp 27.923.500,00 untuk satu kali musim panen dengan nilai R/C ratio sebesar 1,69 dengan kata lain usahatani ini dikatakan menguntungkan.

Wigati (2014) dengan judul “Analisis Pendapatan Usahatani bunga potong

krisan (Crysanthemum. Sp) Di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta menunjukan rata-rata biaya usahatani bunga krisan sebesar Rp. 18.299.735,35/ ha, rata-rata penerimaan Rp. 30.898.920,00/ ha dan rata-rata pendapatan Rp.12.599.188,65/ ha, Petani bunga potong krisan di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman telah efisien dengan R/C Ratio sebesar 1,68. Dari hasil penelitian ini, maka usahatani ini layak untuk diusahakan.

Pada penelitian Nurliah (2002) yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Keriting diketahui bahwa usahatani cabai keriting sudah efisien dan menguntungkan. Kesimpulan tersebut sesuai dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 17.131.413 Petani yang digunakan sebagai responden berjumlah 30 orang, responden tersebut dipilih secara sengaja. Biaya usahatani cabai keriting sebagian besar diserap oleh upah tenaga kerja non keluarga dan pembelian pestisida. Biaya tenaga kerja dan pestisida yang dikeluarkan mencapai 26,86 persen dan 22,49 persen dari biaya total rata-rata sebesar Rp.14.311.487/ ha. Penelitian yang dilakukan Sriadi (2006) degan judul penelitian Analisis Pendapataan Usahatani jagung manis (kasus di kelompok tani Sari Manis, Subak Delod Sema Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur) pendapatan yang diterima


(35)

18

petani yang tergabung dalam kelompok tani Sari Manis, Subak Delod Sema Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur sebesar Rp. 7.070.250,00 hasil dibagi dua oleh pemilik lahan dimana 1/3 bagian atau Rp. 2.356.750,00 untuk pemilik lahan dan 2/3 atau Rp. 4.713.500,00 adalah penerimaan yang diperoleh petani. setelah dikurangi total biaya usahatani sebesar Rp. 1.183.135,00 maka pendapatan bersih petani sebesar Rp. 3.530.365,00 dalam semusim.

Penelitian ini memiliki persamaan maupun perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah menggunakan analisis pedapatan yang sama dan satu penelitian terdahulu menggunakan komoditi yang sama. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah objek yang diteliti, lokasi penelitian dan waktu penelitian serta penelitian ini tidak menggunakan R/C Ratio.

2.4 Kerangka Pemikiran

Pasar bunga potong krisan di Bali sangat baik dimana kota Denpasar merupakan daerah peminat bunga potong krisan di Bali. Produksi bunga potong krisan lokal belum dapat memenuhi permintaan akan bunga potong krisan karena sedikitnya petani yang mau mengusahatani bunga potong krisan. Para petani takut berusahatani Bunga potong ini karena tidak tahu berapa besar biaya yang harus dikeluarkan dalam berusahatani bunga potong krisan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar biaya yang dikeluarkan petani untuk usahatani bunga potong krisan dengan menghitung semua biaya yang dikeluarkan oleh para petani bunga potong krisan dalam satu kali musim tanam, mulai dari biaya pengolahan lahan, biaya penanaman, biaya perawatan bunga potong krisan dan biaya memanen bunga potong krisan.


(36)

19

Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penerimaan petani dalam berusahatani bunga potong krisan. Penerimaan usahatani diketahui dari seluruh produksi yang dihasilkan dalam satu kali musim tanam dikalikan dengan harga jual produksi yang berlaku. Penelitian ini juga dapat mengetahui seberapa besar pendapatan petani bunga potong krisan untuk meningkatkan taraf hidupnya dan keluarganya serta sebagai bahan pertimbangan kepada para petani dan masyarakat yang akan berinvestasi usaha bunga potong krisan.

Pasar bunga potong krisan ini menjadi peluang bagi masyarakat untuk memulai berbisnis usahatani bunga potong krisan. Analisis pendapatan usahatani bunga potong krisan ini dilakukan di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Letak geografis dan topografi Desa Pancasri sangat cocok untuk komoditi bunga potong krisan, selain itu Desa Pancasari mempunyai kelompok tani yang aktif dalam usahatani bunga potong krisan dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(37)

20

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Usahatani Bunga Potong Krisan

Produksi Bunga Potong Krisan

Biaya Usahatani

Biaya tetap

Biaya Variabel

Analisis Pendapatan TR=Y.Py TC=TFC+TVC

Π=TR-TC

Kesimpulan

Rekomendasi Penerimaan


(1)

2.2.3 Biaya usahatani

Biaya dalam arti sempit adalah harga pokok (merupakan harga pertukaran dari sumber ekonomi yang dikorbankan atau diserahkan untuk mendapatkan suatu barang dan jasa) dan beban (merupakan pengorbanan yang diperlukan dalam rangka merealisasikan pendapatan). Menurut Soekertawi (1995), mengemukakan bahwa biaya usahatani dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu:

1. Biaya tetap (Fixed Cost) biaya yang relative tetap jumlahnya dan harus dikeluarkan walaupun produk yang dihasilkan banyak atau sedikit seperti tanah, penyusutan alat dan bangunan, pemeliharaan pompa air dan lainnya. 2. Biaya tidak tetap (Variable cost) biaya tidak tetap yang sifatnya berubah -

ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan seperti biaya bibit, pupuk, obat – obatan, biaya tenaga kerja dan lainnya.

Biaya di dalam usahatani dikeluarkan oleh petani bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang optimal bagi usahatani yang dikerjakan. Dengan mengeluarkan biaya maka pertanian mengharapkan pendapatan yang setinggi-tingginya melalui peningkatan produksi. Biaya juga sebagai suatu sumberdaya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya total Usahatani yang dikeluarkan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

TC = TFC + TVC Dimana :

TC = Total Cost (total biaya)

TFC = Total Fixed Cost (total biaya tetap)

TVC = Total Variable Cost (total biaya tidak tetap) 2.2.4 Pendapatan bersih usahatani


(2)

Pendapatan bersih usahatani (net farm income) merupakan ukuran keuntungan yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran total usahatani. Usahatani yang dijalankan dinilai menguntungkan apabila total penerimaan lebih besar dari pengeluaran total usahatani, sebaliknya bila total penerimaan lebih kecil dari pengeluaran total usahatani maka usahatni tersebut dikatakan rugi. Pengeluaran total usahatani atau total biaya yang dikeluarkan (total farm expences) didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis pakai atau dikeluarkan didalam proses produksi (Soekartawi, 1995).

Untuk meningkatkan pendapatan maka petani harus berusaha meningkatkan hasil produksi agar memperoleh peningkatan pendapatan dengan memaksimalkan input–input yang mempengaruhi. Menurut Soekartawi (2006) pendapatan bersih usahatani bunga potong krisan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Π = TR – TC

Dimana:

Π = Income (Pendapatan Bersih)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya)

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan kumpulan dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan dalam kaitannya dengan analisis pendapatan usahatani yang dijalankan. Analisis pendapatan disasarkan pada biaya, penerimaan, serta keuntungan yang didapat.


(3)

Pada penelitian yang dilakukan Marissa (2010) yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Tebu (Studi Kasus PT PG Rajawali II Unit PG Tersana Baru, Babakan, Cirebon, Jawa Barat) menunjukkan bahwa pendapatan petani tebu di PT PG Rajawali II Unit PG Tersana Baru sebesar Rp 27.923.500,00 untuk satu kali musim panen dengan nilai R/C ratio sebesar 1,69 dengan kata lain usahatani ini dikatakan menguntungkan.

Wigati (2014) dengan judul “Analisis Pendapatan Usahatani bunga potong

krisan (Crysanthemum. Sp) Di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta menunjukan rata-rata biaya usahatani bunga krisan sebesar Rp. 18.299.735,35/ ha, rata-rata penerimaan Rp. 30.898.920,00/ ha dan rata-rata pendapatan Rp.12.599.188,65/ ha, Petani bunga potong krisan di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman telah efisien dengan R/C Ratio sebesar 1,68. Dari hasil penelitian ini, maka usahatani ini layak untuk diusahakan.

Pada penelitian Nurliah (2002) yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Keriting diketahui bahwa usahatani cabai keriting sudah efisien dan menguntungkan. Kesimpulan tersebut sesuai dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 17.131.413 Petani yang digunakan sebagai responden berjumlah 30 orang, responden tersebut dipilih secara sengaja. Biaya usahatani cabai keriting sebagian besar diserap oleh upah tenaga kerja non keluarga dan pembelian pestisida. Biaya tenaga kerja dan pestisida yang dikeluarkan mencapai 26,86 persen dan 22,49 persen dari biaya total rata-rata sebesar Rp.14.311.487/ ha. Penelitian yang dilakukan Sriadi (2006) degan judul penelitian Analisis Pendapataan Usahatani jagung manis (kasus di kelompok tani Sari Manis, Subak Delod Sema Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur) pendapatan yang diterima


(4)

petani yang tergabung dalam kelompok tani Sari Manis, Subak Delod Sema Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur sebesar Rp. 7.070.250,00 hasil dibagi dua oleh pemilik lahan dimana 1/3 bagian atau Rp. 2.356.750,00 untuk pemilik lahan dan 2/3 atau Rp. 4.713.500,00 adalah penerimaan yang diperoleh petani. setelah dikurangi total biaya usahatani sebesar Rp. 1.183.135,00 maka pendapatan bersih petani sebesar Rp. 3.530.365,00 dalam semusim.

Penelitian ini memiliki persamaan maupun perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah menggunakan analisis pedapatan yang sama dan satu penelitian terdahulu menggunakan komoditi yang sama. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah objek yang diteliti, lokasi penelitian dan waktu penelitian serta penelitian ini tidak menggunakan R/C Ratio.

2.4 Kerangka Pemikiran

Pasar bunga potong krisan di Bali sangat baik dimana kota Denpasar merupakan daerah peminat bunga potong krisan di Bali. Produksi bunga potong krisan lokal belum dapat memenuhi permintaan akan bunga potong krisan karena sedikitnya petani yang mau mengusahatani bunga potong krisan. Para petani takut berusahatani Bunga potong ini karena tidak tahu berapa besar biaya yang harus dikeluarkan dalam berusahatani bunga potong krisan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar biaya yang dikeluarkan petani untuk usahatani bunga potong krisan dengan menghitung semua biaya yang dikeluarkan oleh para petani bunga potong krisan dalam satu kali musim tanam, mulai dari biaya pengolahan lahan, biaya penanaman, biaya perawatan bunga potong krisan dan biaya memanen bunga potong krisan.


(5)

Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penerimaan petani dalam berusahatani bunga potong krisan. Penerimaan usahatani diketahui dari seluruh produksi yang dihasilkan dalam satu kali musim tanam dikalikan dengan harga jual produksi yang berlaku. Penelitian ini juga dapat mengetahui seberapa besar pendapatan petani bunga potong krisan untuk meningkatkan taraf hidupnya dan keluarganya serta sebagai bahan pertimbangan kepada para petani dan masyarakat yang akan berinvestasi usaha bunga potong krisan.

Pasar bunga potong krisan ini menjadi peluang bagi masyarakat untuk memulai berbisnis usahatani bunga potong krisan. Analisis pendapatan usahatani bunga potong krisan ini dilakukan di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Letak geografis dan topografi Desa Pancasri sangat cocok untuk komoditi bunga potong krisan, selain itu Desa Pancasari mempunyai kelompok tani yang aktif dalam usahatani bunga potong krisan dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(6)

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Usahatani Bunga Potong Krisan

Produksi Bunga Potong Krisan

Biaya Usahatani

Biaya tetap

Biaya Variabel

Analisis Pendapatan TR=Y.Py TC=TFC+TVC

Π=TR-TC

Kesimpulan

Rekomendasi Penerimaan