Kalimat Perintah Meireibun Meirei Hyougen.

Uripah, 2014 ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Dari pengertian imperatif bahasa Indonesia dengan bahasa Jepang, penulis menyimpulkan, kalimat imperatif dalam bahasa Jepang d i istilahkan koui youkyuu bun yang terdiri dari meirei, irai, susume, jogen, dan kinshi. Kesamaan pengertian imperatif bahasa Indonesia dengan imperatif dalam bahasa Jepang yaitu, komunikasi dari pembicara kepada lawan bicara dalam memerintah ataus memohon untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan: berat ringannya beban untuk dilaksanakan oleh lawan bicara, hubungan pembicara dengan lawan bicara, sehingga pembicara mampu menggungkapkan kalimat imperatif dengan baik dan benar kepada lawan bicaran.

B. Jenis - Jenis Kalimat Imperatif Bahasa Jepang

Jenis-jenis kalimat imperatif bahasa Jepang adalah sebagai berikut:

1. Kalimat Perintah Meireibun Meirei Hyougen.

Gendai Nihongo Bunpou 4 2000, hlm. 67 menjelaskan, meirei adalah “ 命 令 位者 位者 対 行為 実行 強制 いう機能 あ ” Artinya: “meirei adalah kalimat yang berfungsi memaksa melaksanakan tindakan dari pembicara kepada lawan bicara” Lebih jelas Isao, dkk 2001, hlm. 146 berpendapat “ 命令 何 行 為 い 聞 手 強 制 う い 原則的 話 手 聞 手 強 制 力 発揮 う 人 間 関 係 状 況 う う 使わ 表現 Artinya: “Meirei adalah memaksa kepada lawan bicara untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, karana pada prinsipnya, meirei merupakan ungkapan yang digunakan dalam situasi dan hubungan yang memperlihatkan kuasa pembic ara kepada lawan bicara.” Isao, dkk 2001, hlm. 147-148 menjelaskan pola-pola kalimat perintah sebagai berikut: Uripah, 2014 ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu a. V-NASAI Kata kerja bentuk masu, jika akhiran masu tersebut diganti nasai, maka berarti menyatakan makna perinta kepada seseorang yang diartikan dalam bahasa Indonesia “…lah”. Penggunaan pola ini untuk lawan bicara yang kedudukannya lebih rendah, terkadang bukan dimaksudkan untuk menyampaikan perintah secara sopan tapi lebih untuk menegaskan perintah yang ingin disampaikan dan menjelaskan dominasi pembicara terhadap yang diperintah atau lawan bicara. Biasanya digunakan oleh orang tua kepada anaknya, guru kepada muridnya, orang yang berusia lebih tua kepada yang lebih muda. Meski termasuk cara yang sopan dalam memerintah. Tapi tingkatannya dibawah o kudasi dan V-te kudasai. Contoh: 1 先生 学生 :少 静 い Sensei gakusei ni : sukoshi shizuka ni shinasai ‘Guru kepada murid: Jangan berisik’ 2 母 :太郎明日テスト あ 早 寝 い 太郎 : い Haha: Tarou ashita tesuto ga aru desuyo, hayaku nenasai. Tarou: hai ‘Ibu: Taro,besok ada teskan,cepatlah tidur’ ‘Tarou: ya’ 3 来 い Sugu, koko ni kinasai. ‘Datanglah segera ke sini’ Uripah, 2014 ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Untuk membuat pola kalimat ini agar lebih sopan bisa menambahkan di awal kalimat sehingga polanya menjadi ~ い . Contoh: 4 待 い Omachinasai. ‘Tunggu’ Akan teapi ada beberapa kata kerja ketika menggunakan pola ~ い bukan dari kata kerja dasar. 行 来 い い い い い い 言う い い 見 い 寝 い 食べ 飲 あ い b. Kata Kerja Bentuk Perintah Meireikei Kalimat perintah dapat pula dibentuk dengan mengubah bunyi akhiran kata kerja. Perubahan kata kerja dari bentuk kamus menjadi bentuk perinta h. Meireikei biasa digunakan tanpa mempertimbangkan kesopanan ketika situasi atau kondisi darurat terjadi. Aturan mengubah kata kerja bentuk kamus menjadi kata kerja bentuk perintah yaitu: 1. Kate kerja bentuk pertama, mengubah akhiran U menjadi E. Uripah, 2014 ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Contoh: う kaU え kaE beli 読 yomU 読 yomE baca 話 hanasU 話 hanasE bicara 2. Kata kerja bentuk kedua, akhiran RU diganti RO. Contoh: 起 okiRU 起 okiRO bangun 見 miRU 見 miRO lihat 寝 neRU 寝 neRO tidur 3. Kate kerja bentuk ketiga. suru menjadi shiro dan kuru menjadi koi. c. V-TAMAE Ungkapan yang menambahkan V-tamae biasanya digunakan pada saat seorang senior laki- laki memberikan perintah kepada juniornya. Pembentukannya dari akhiran kata kerja bentuk masu ditambah tamae. Contoh : 5. 時 園 集 え Hachi ji ni kouen de atsumaritamae. ‘Harap berkumpul di taman jam delapan’ 6. 一生懸命 え Isshokenmei yaritame. Uripah, 2014 ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu ‘Lakukanlah sungguh-sungguh’ 7 . 君 早 行 え Kimi, hayaku ikitamae. ‘Kamu, cepat pergi’ d. V-KOTO, V-YOUNI Bentuk ini merupakan suatu pola perintah tertulis dan digunakan dalam situasi formal untuk mempertegas maksud yang ingin disampaikan. Biasanya berupa penyampaian peringatan. Pembentukannya adalah dengan menambahkan koto atau youni setelah kata kerja Contoh: 8. 明日8時 駅前 集合 Ashita hachiji ni eki mae ni shuugousuru koto. ‘Besok, harap berkumpul di depan stasiun jam delapan’ 9. 遅 場合 連絡 う Okereru baai wa renraku suru youni. ‘Harap menghubungi ketika terlambat’ 10. 責任者:自転車 ク 決 場 出 転者: い 満車 う Sekininsha: Jitensha ya baiku wa kimerareta bashoni kichinto dasu koto. Untensha: Hai wakarimashita, demo mansha ni nattara dou desuka. ‘Pengawas: Pastikan mengeluarkan sepeda dan moter di tempat yang sudah ditetukan’ Uripah, 2014 ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu ‘Pengemudi: Ya mengerti, kalau mobilnya sudah penuh bagaimana?’

2. Kalimat Permohonan Iraibun Irai Hyougen