ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG : Studi Kasus Deskriptif Terhadap Mahasiswa Tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI Tahun Ajaran 2013/2014.

(1)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT

IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

(Studi Kasus Deskriptif Terhadap Mahasiswa Tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagai syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan jurusan pendidikan bahasa jepang

oleh Uripah NIM 0906662

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

(Studi Kasus Deskriptif Terhadap Mahasiswa Tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI Tahun Ajaran 2013/2014)

oleh Uripah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas

Pendidikan Bahasa dan Seni

© Uripah 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin penulis.


(3)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu URIPAH

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI DAN V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG MAHASISWA TINGKAT II

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UPI

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dianni Risda, S.Pd., M.Ed. NIP: 197105261998032002

Pembimbing II

Juju Juangsih, S.Pd., M.Pd. NIP: 197308302008122000

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Dra. Neneng Sutjiati, M.Hum. NIP: 196011081986012001


(4)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI DAN V-TE

KUDASAI BAHASA JEPANG MAHASISWA TINGKAT II JURUSAN

PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UPI” ini beserta seluruh isinya adalah benar -benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuia dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.

Bandung, Juni 2014 Yang membuat pernyataan,

Uripah


(5)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR... xiv

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR TABEL ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan dan Batasan Masalah Penelitian... 6

1.3Tujuan Penelitian... 7

1.4Manfaat Penelitian... 7

1.5Sistematika Penulisan... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1Teori Analisis Kesalahan Berbahasa ... 10

A. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa ... 10

B. Tujuan dan Klasifikasi Analisis Kesalahan Berbahasa ... 12

C. Kesalahan Berbahasa... 13

D. Klasifikasi Kesalahan Berbahasa ... 15

2.1Teori Kalimat Imperatif ... 16

A. Pengertian Kalimat Imperatif ... 16

B. Jenis-Jenis Kalimat Imperatif Bahasa Jepang ... 17

1. Kalimat Perintah ... 17


(6)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

3. Kalimat Larangan ... 26

C. Perbedaan dan Persamaan Penggunaan V-nasai dan V-te kudasai ... 27

D. Penelitian Terdahulu ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1Metode Penelitian... 32

3.2Sumber Data ... 33

A. Populasi dan Sampel... 33

B. Instrumen Penelitian ... 34

3.3Teknik Pengolahan Data ... 36

3.4Landasan Operasional ... 41

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 43

1.1Pengambilan Data ... 43

1.2Hasil Tes Tertulis ... 43

1.3Analisis dan Pembahasan ... 48

1.4Hasil Pengolahan Data Angket ... 61

1.5Faktor Penyebab dan Upaya Mengatasi Kesalahan ... 68

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1Simpulan ... 73

5.2Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN


(7)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Analisis Kesalahan Berbahasa A. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa

Setiap orang yang sedang belajar bahasa ke dua pasti mengalami kesalahan dalam proses pembelajaranya, hal ini sesuai dengan pendapat Pranowo yang mengatakan bahwa

Bahasa antara merupakan bahasa yang dihasilkan oleh seseorang yang sedang dalam proses menguasai bahasa ke dua. Ciri utama bahasa antara (interlanguage) adalah adanya penyimpangan struktur lahir dalam bentuk kesalahan (errors) berbahasa. Kesalahan-kesalahan ini bersifat sistematis dan terjadi pada setiap orang yang berusaha menguasai bahasa ke dua. (Pranowo, 1996, hlm. 51)

Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar perlu dilakukan analisis kesalahan berbahasa, analisis tersebut bertujuan untuk membantu pembelajar dalam memahami materi dan mengurangi kesalahan yang terjadi. Beberapa pengertian tentang nalisis kesalahan berbahasa menurut para ahli yaitu:

Pranowo (1996, hlm.58) menjelaskan bahwa, analisis kesalahan berbahasa adalah suatu teori yang dipergunakan untuk menganalisis bahasa antara (interlanguage) pembelajar bahasa. Lebih lengkap menjelaskan analisis kesalahan berbahasa adalah usaha untuk membantu tercapainya tujuan belajar bahasa pembelajar dengan mengetahui sebab-sebab dan cara mengatasi kekeliruan-kekeliruan berbahasa yang mereka lakukan dalam proses menguasai B2.

Sedangkan Ellis (1987) dalam Tarigan (1988, hlm. 300) berpendapat, analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya.


(8)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Dari dua pendapat tersebut, penulis menyetujui pendapat Ellis yang mengatakan bahwa, Analisis Kesalahan Berbahasa merupakan prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru. Karena setiap orang yang belajar bahasa ke dua pasti mengalami kesalahan dalam menggunakannya, untuk membantu pembelajar memahami bahasa ke dua yang sedang dipelajari, perlu dilakukan penelitian kesalahan berbahasa yang terjadi dalam pembelajaran bahasa ke dua melalui prosedur penelitian Analisis Kesalahan Berbahasa. Prosedur Analisis Kesalahan Berbahasa menurut Corder (1974) dalam Tarigan (1988, hlm. 299) sebagai berikut:

1. Memilih korpus bahasa, meliputi: a. menetapkan luas sampel

b. menentukan media sampel (lisan atau tulisan) c. menentukan kehomogenan sampel

2. Mengenali kesalahan dalam korpus

Menurut Corder (1971) perlu diadakan pembedaan antara lapses (yaitu kesalahan atau penyimpangan yang terdapat dalam kalimat yang merupakan akibat dari pembatasan-pembatasan pemrosesan ketimbang kurangnya kompetensi dengan errors (yaitu kesalahan atau penyimpangan yang terdapat dalam kalimat yang merupakan akibat kurangnya kompetensi).

3. Mengklasifikasikan kesalahan

Kegiatan dalam tahap ini mencakup penetapan atau penentuan pemerian gramatikal bagi setiap kesalahan, misalnya: kesala han di bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.

4. Menjelaskan kesalahan

Kegiatan pada tahap ini merupakan upaya untuk mengenali penyebab psikolinguistik kesalahan-kesalahan tersebut.

5. Mengevaluasi kesalahan

Kegiatan pada tahap ini mencakup penaksiran keseriusan setiap kesalahan agar dapat mengambil keputusan bagi pengajaran bahasa. Evaluasi kesalahan


(9)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

berbahasa hanyalah bermanfaat kalau maksud dan tujuan AKB bersifat pedagogis.

B. Tujuan dan Klasifikasi Analisis Kesalahan Berbahasa

Tujuan dan klasifikasi Analisis Kesalahan Berbahasa adalah sebagai berikut: a. Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa

Menurut Tarigan (1988, hlm. 273) tujuan analisis kesalahan berbahasa yaitu: 1. Untuk memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk membuat atau

menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai hakikat proses belajar bahasa; 2. Untuk memberikan indikasi atau petunjuk kepada para guru dan para

pengembang kurikulum, bagian mana dari bahasa sasaran yang paling sukar diproduksi oleh para pembelajar secara baik dan benar, setiap kesalahan mana yang paling menyukarkan atau mengurangi kemampuan pelajar untuk berkomunikasi secara efektif (Dulay , 1982).

b. Klasifikasi Analisi Kesalahan Berbahasa

Selinker (1972) dalam Tarigan (1988, hlm. 300) menjelaskan klasifikasi-klasifikasi AKB antara lain:

Kesalahan interlingual yaitu kesalahan yang diperkirakan sebagai akibat transfer bahasa.

Kesalahan intralingual dikategorikan sebagai berikut:

1. Overgeneralization adalah kesalahan yang disebabkan oleh perluasan kaidah-

kaidah bahasa sasaran pada konteks- konteks yang tidak tepat;

2. Simplification adalah kesalahan yang diakibatkat oleh reduksi atau

pengurangan yang berlebihan (George, 1927. Dan Richard 1975);

3. Development Error adalah kesalahan yang mencerminkan tahap-tahap yang

terjadi dalam kesalahan perkembangan linguistik (Corder, 1967);

4. Communication Based Error adalah kesalahan yang diakibatkan oleh siasat-


(10)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

5. Induced Error adalah kesalahan yang berasal dari pengurutan dan penyajian

unsur- unsur bahasa sasaran (Stevenson, 1974);

6. Error of Avoidance adalahn kesalahan yang diakibatkan oleh kegagalan

menggunakan tipe- tipe tertentu ciri- ciri bahasa sasaran karena adanya kesukaran yang terasa (Sechachter, 1974);

7. Error of Everpro adalah kesalahan yang diakibatkan oleh penggunaan ciri- ciri

bahasa sasaran yang benar tetapi dipakai terlalu sering (Schachter dan Rutherford, 1979).

Dalam penelitia ini penulis menentukan klasifikasi analisis kesalahan

intralingual, karena kesalahan yang terjadi pada mahasiswa tingkat II dalam

menggunakan pola kalimat V-nasai dan V-te kudasai disebabkan oleh

Overgeneralization (kesalahan yang disebabkan oleh perluasan kaidah- kaidah

bahasa sasaran pada konteks- konteks yang tidak tepat). C. Kesalahan Berbahasa

Dulay (1982) dalam Tarigan (1988, hlm. 272) mengatakan, ‘kesalahan adalah bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa. Istilah “kesalahan” yang dipergunakan adalah padanan kata “errors” dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris sendiri kata errors mempunyai sinonim, antara lain: mistakes dan

goofs. Demikian pula dalam bahasa Indonesia, disamping kata kesalahan kita pun

mengenal kata kekeliruan dan kegagalan.’

Kesalahan berbahasa tidak sama dengan kekeliruan berbahasa. Keduanya memang merupakan pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang. Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan. Sedangkan kekeliruan berbahasa terjadi tidak secara sistematis, bukan terjadi karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan, melainkan karena kegagalan merealisasikan sistem kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai.


(11)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata, atau kalimat. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat terjadi pada berbagai tataran linguistik.

Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki sendiri oleh siswa bila yang bersangkutan lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian. Siswa sebenarnya telah mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakan, tetapi karena suatu hal dia lupa akan sistem tersebut. Kelupaan ini biasanya lama, karena itu pula, kekeliruan itu sendiri tidak bersifat lama.

Sebaliknya kesalahan yang disebabkan oleh faktor kompetensi memiliki arti, siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten dan sistematis. Kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. Perbaikannya bisa dilakukan oleh guru, misalnya melalui remedial, latihan, praktik dan sebagainya. Sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa siswa yang sedang dipelajari olehnya. Bila tahap pemahaman siswa tentang sistem bahasa yang sedang dipelajari ternyata kurang, kesalahan berbahasa tentu sering terjadi. Namun, kesalahan berbahasa akan berkurang apabila tahap pemahamannya semakin meningkat.

Dalam Tarigan (1988, hlm.273) sebab-sebab kesalahan menurut pakar dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

1. Kesalahan yang disebabkan faktor kelelahan, keletihan, dan kurangnya perhatian, yang oleh Chomsky (1965) disebut faktor performasi, kesalahan performasi ini merupakan kesalahan penampilan, dalam beberapa kepustakaan disebut mistakes.


(12)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

2. Kesalahan yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah bahasa yang disebut oleh Chomsky (1965) seba gai faktor kompetensi. Kesalahan ini merupakan penyimpangan-penyimpangan sistematis yang disebabkan oleh pengetahuan pelajar yang sedang berkembang mengenai sistem B2 disebut errors. Perbedaan antara mistakes dan errors tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.1.1

Perbedaan mistakes dan errors Kategori atau

Sudut Pandang Kesalahan Kekeliruan

1. Sumber 2. Sifat 3. Durasi 4. Sistem

linguistik 5. Hasil 6. Perbaikan

Kompetensi Sistematis Agak lama Belum dikuasai Penyimpangan Dibantu oleh guru: Latihan, remedia

Performasi Tidak sistematis Sementara Sudah dikuasai Penyimpangan

Siswa sendiri : pemusatan perhatian

D. Klasifikasi Kesalahan Berbahasa.

Empat taksonomi atau pengklasifikasian kesalahahan berbahasa yang perlu diketahui menurut (Tarigan, 1988, hlm. 276 - 294). Yaitu:


(13)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu 2. Taksonomi siasat permukaan;

3. Taksonomi komparatif; 4. Taksonomi efek komunikatif.

Klasifikasi kategori linguistik terdiri dari:

a. Kesalahan fonologi, yaitu kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna;

b. Kesalahan morfologi yaitu kesalahan memakai bahasa disebabkan salah memilih afiksasi, salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata majemuk dan salah memili bentuk kata;

c. Kesalahan sintaksis, yaitu kesalahan atau penyimpangan struktur frase, klausa atau kalimat, serta ketidak tepatan pemakaian partikel;

d. Kesalahan semantik dan leksikon, yaitu kesalahan makna dan memakai kata yang tidak atau kurang tepat.

Dalam penelitian ini penulis mengklasifikasikan kesalaha n sintaksis, semantik dan leksikon. Alasan kesalahan tersebut diantaranya:

1. Pola kalimat V-nasai dan V-te kudasai merupakan kontruksi kalimat;

2. Ada kesalahan penggunaan pola kalimat V-nasai dan V-te kudasai dengan kalimat lain;

3. Kesalahan penggunaan pola kalimat V-nasai yang ditujukan kepada lawan bicara yang berkedudukan lebih tinggi.

2.2 Teoti Kalimat Imperatif A.Pengertian Kalimat Imperatif

Beberapa ahli mengemukakan pengertian kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Pengertian kalimat imperatif adalah sebagai berikut:

Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan si penutur. Kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau kasar sampai dengan permohonan yang sangat halus atau santun. Kalimat imperatif dapat pula berkisar antara suruhan untuk


(14)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

melakukan sesuatu sampai dengan larangan untuk melakukan sesuatu. (Rahardi, 2000, hlm. 77).

Gendai Nihongo Bunpou 4 (2003, hlm.66) menjelaskan,“ 行 為 要 求 うい う う

テ 話 手 行為

う い

実 行 う

聞 手 求 表

あ わ

モ テ あ

行 為 要 求 うい う う

モ テ 担 う文 行為要求文 いう 行為 実行 要求

いう 聞 手 対 実行 負担

負わ 話

手 自 聞 手 関係 行為 実行 関 わ 負担 軽重 考 慮

適 形式 選択 う 行為要求文 形式 手 段 発 達

.”

Artinya: “modalitas imperatif adalah modalitas yang mengungkapkan permintaan kepada lawan bicara untuk melaksanakan tindakan dari lawan bicara. Kalimat yang mengandung modalitas imperatif disebut kalimat imperatif. Permintaan pelaksanaan tindakan menjadi beban tanggungan untuk dilaksanakan oleh lawan bicara. Kemudian, sambil mempertimbangkan berat ringannya beban yang berhubungan dengan pelaksanaan tindakan dan hubungan lawan bicara dengan pembicara sendiri, pembicara harus bisa memilih bentuk kalimat imperatif yang sesuai. Dalam kalimat imperatif berkembang bentuk dan penggunaannya”.

Jenis-jenis modalitas imperatif dalam Gendai Nihongono Bunpou (2003,

hlm.66) yaitu, “ 行為要求 モ テ 命令 依頼 勧 助言

禁 止 い 機 能 ” . Artinya: “Modalitas imperatif dibagi ke

dalam fungsi perintah, permohonan, anjuran, nasehat dan larangan”. Sedangkan Sutedi (2010, hlm. 68) mengemukakan bahwa,

Kalimat perinatah ‘hataraki kake no bun’ yaitu kalimat yang berfungsi

untuk menyampaikan keinginan kepada lawan bicara agar melakukan sesuatu. didalamnya termasuk kelimat yang berfungsiuntuk menyatakan perintah ‘meirei’, larangan ‘kinshi’, permohonan ‘irai’, dan ajakan ‘kanyuu’.


(15)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Dari pengertian imperatif bahasa Indonesia dengan bahasa Jepang, penulis menyimpulkan, kalimat imperatif dalam bahasa Jepang d i istilahkan koui youkyuu

bun yang terdiri dari meirei, irai, susume, jogen, dan kinshi. Kesamaan pengertian

imperatif bahasa Indonesia dengan imperatif dalam bahasa Jepang yaitu, komunikasi dari pembicara kepada lawan bicara dalam memerintah ataus memohon untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan: berat ringannya beban untuk dilaksanakan oleh lawan bicara, hubungan pembicara dengan lawan bicara, sehingga pembicara mampu menggungkapkan kalimat imperatif dengan baik dan benar kepada lawan bicaran. B.Jenis - Jenis Kalimat Imperatif Bahasa Jepang

Jenis-jenis kalimat imperatif bahasa Jepang adalah sebagai berikut: 1. Kalimat Perintah (Meireibun / Meirei Hyougen).

Gendai Nihongo Bunpou 4 (2000, hlm. 67) menjelaskan, meirei adalah “ 命

令 位者 位者 対 行為 実行 強制 いう機能 あ

” Artinya: “meirei adalah kalimat yang berfungsi memaksa melaksanakan

tindakan dari pembicara kepada lawan bicara”

Lebih jelas Isao, dkk (2001, hlm. 146) berpendapat “命令 何

行 為 い 聞 手 強 制

う い

原則的 話 手 聞 手 強 制 力 発揮 う 人 間 関 係

状 況

う う

使わ 表現 Artinya: Meirei adalah memaksa kepada lawan bicara untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, karana pada prinsipnya, meirei merupakan ungkapan yang digunakan dalam situasi dan hubungan yang memperlihatkan kuasa pembicara kepada lawan bicara.”

Isao, dkk (2001, hlm. 147-148) menjelaskan pola-pola kalimat perintah sebagai berikut:


(16)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu a. V-NASAI

Kata kerja bentuk masu, jika akhiran masu tersebut diganti nasai, maka berarti menyatakan makna perinta kepada seseorang yang diartikan dalam bahasa Indonesia “…lah”. Penggunaan pola ini untuk lawan bicara yang kedudukannya

lebih rendah, terkadang bukan dimaksudkan untuk menyampaikan perintah secara sopan tapi lebih untuk menegaskan perintah yang ingin disampaikan dan menjelaskan dominasi pembicara terhadap yang diperintah atau lawan bicara. Biasanya digunakan oleh orang tua kepada anaknya, guru kepada muridnya, orang yang berusia lebih tua kepada yang lebih muda. Meski termasuk cara yang sopan dalam memerintah. Tapi tingkatannya dibawah o kudasi dan V-te kudasai. Contoh:

(1) 先生 学生 :少 静 い Sensei (gakusei ni) : sukoshi shizuka ni shinasai

‘Guru kepada murid: Jangan berisik’

(2) 母 :太郎明日テスト あ 早 寝 い

太郎: い

Haha: Tarou ashita tesuto ga aru desuyo, hayaku nenasai. Tarou: hai

‘Ibu: Taro,besok ada teskan,cepatlah tidur’ ‘Tarou: ya’

(3) 来 い

Sugu, koko ni kinasai.


(17)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Untuk membuat pola kalimat ini agar lebih sopan bisa menambahkan di awal kalimat sehingga polanya menjadi ~ い.

Contoh: (4) 待 い

Omachinasai.

‘Tunggu!’

Akan teapi ada beberapa kata kerja ketika menggunakan pola ~ い bukan dari kata kerja dasar.

行 来 い い い い い

言う い

見 い

寝 い

食べ 飲 あ い

b. Kata Kerja Bentuk Perintah (Meireikei)

Kalimat perintah dapat pula dibentuk dengan mengubah bunyi akhiran kata kerja. Perubahan kata kerja dari bentuk kamus menjadi bentuk perinta h. Meireikei biasa digunakan tanpa mempertimbangkan kesopanan ketika situasi atau kondisi darurat terjadi. Aturan mengubah kata kerja bentuk kamus menjadi kata kerja bentuk perintah yaitu:


(18)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Contoh:

う (kaU) え (kaE) beli!

読 (yomU) 読 (yomE) baca! 話 (hanasU) 話 (hanasE) bicara! 2. Kata kerja bentuk kedua, akhiran RU diganti RO.

Contoh:

起 (okiRU) 起 (okiRO) bangun! 見 (miRU) 見 (miRO) lihat! 寝 (neRU) 寝 (neRO) tidur!

3. Kate kerja bentuk ketiga. suru menjadi shiro dan kuru menjadi koi.

c. V-TAMAE

Ungkapan yang menambahkan V-tamae biasanya digunakan pada saat seorang senior (laki- laki) memberikan perintah kepada juniornya. Pembentukannya dari akhiran kata kerja bentuk masu ditambah tamae.

Contoh :

(5). 時 園 集 え

Hachi ji ni kouen de atsumaritamae.

‘Harap berkumpul di taman jam delapan’

(6). 一生懸命 え Isshokenmei yaritame.


(19)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu ‘Lakukanlah sungguh-sungguh’

(7) . 君 早 行 え Kimi, hayaku ikitamae.

‘Kamu, cepat pergi!’ d. V-KOTO, V-YOUNI

Bentuk ini merupakan suatu pola perintah tertulis dan digunakan dalam situasi formal untuk mempertegas maksud yang ingin disampaikan. Biasanya berupa penyampaian peringatan. Pembentukannya adalah dengan menambahkan

koto atau youni setelah kata kerja

Contoh:

(8). 明日8時 駅前 集合

Ashita hachiji ni eki mae ni shuugousuru koto.

‘Besok, harap berkumpul di depan stasiun jam delapan’ (9). 遅 場合 連絡 う

Okereru baai wa renraku suru youni.

‘Harap menghubungi ketika terlambat’

(10). 責任者:自転車 ク 決 場 出

転者: い 満車 う

Sekininsha: Jitensha ya baiku wa kimerareta bashoni kichinto dasu koto.

Untensha: Hai wakarimashita, demo mansha ni nattara dou desuka.

Pengawas: Pastikan mengeluarkan sepeda dan moter di tempat yang sudah ditetukan!’


(20)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Pengemudi: Ya mengerti, kalau mobilnya sudah penuh bagaimana? 2. Kalimat Permohonan (Iraibun / Irai Hyougen)

Isao, dkk (2001, hlm. 148-150) berpendapat kalimat permohonan (Irai)

adalah “依 頼 話 利益 何 行 為 い

聞 手 頼 表現 ”. Artinya:“Irai adalah ungkapan kepada lawan

bicara untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu untuk kepentingan pembicara. Perbedaan dengan kalimat perintah, kalimat permohonan tidak ada paksaan dan memberikan lawan bicara hak untuk memutuskan”

Sedangkan Matsuoka (1995, hlm. 29) dalam Habili (2009) berpendapat “Irai

wa, hito ni dousa o suru you tanomu baai no nado de aru, aite no ishi o sonchou suru ten de meirei yori teinei na hyougen de aru”. “Irai adalah ungkapan yang

lebih sopan dari bentuk perintah dengan nilai menghormati lawan dan adanya nuansa meminta lawan bicara untuk melakukan sesuatu”

Pola-pola kalimat permohonan yang dikemukakan oleh Isao (2001, hlm.148-150) yaitu:

a. Permohonan langsung 1. V-TE KUDASAI

Yasuko (2005, hlm. 96) menjelaskan V-te kudasai adalah kalimat imperatif bentuk permohonan yang bermakna sopan ditunjukan kepada lawan bicara secara langsung. Untuk menggunakan pola imperatif permohonan umumnya menambahkan douzo….., sumimasenga,… Namun pola kalimat V-te kudasai bisa bermakna perintah dengan mengeraskan nada bicara, dan bermakna anjuran atau saran. Pembentukannya dari kata kerja bentuk -te ditambah kudasai.

Contoh:

(10). 名前 書い い Onamae o kiitekudasai


(21)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu ‘Mohon tuliskan nama’

(11). 冷 い

Sumimasen, reibou o kittekudasai

‘Maaf, tolong matikan AC’

(12). ( クシー ) あ ス停 停 い (Takusi de) ano basutei no tokoro de tometekudasai. ‘Tolong berhenti di pemberhentian bis itu’

2. V-TEKURE

Dalam Gendai Nihongo Bunpo (2003, hlm. 71) menjelaskan, karena pola V-te

kure dibentuk dari meireikei yaitu kureru, sehingga ada kesan sedikit memaksa.

Biasanya digunakan oleh laki- laki. Pembentukannya dari kata kerja bentuk -te ditambah kure.

Contoh:

(13). 家 車 送

Ie made kuruma de okuttekure.

‘Antarkan sampai rumah dengan mobil!’

(14) . 皆 集

Minna, chotto atsumattekure ‘Semuanya, harap kumpul sebentar!’

(15). 方 作

Kono kata o tsukuttekure.


(22)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu 3. V-TE

Bentuk V-te sama dengan V-te kure, tetapi bentuk ini digunakan juga oleh wanita. Habili (2009) menjelaskan, nada pengucapan ‘te’ dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu dengan nada datar dan nada tinggi. Nada datar digunakan saat berhadapan dengan lawan bicara yang posisinya sederajat atau lebih renda dari pembicara, sedangkan nada tinggi digunakan saat berhadapan dengan lawan bicara yang lebih dihormati. Penggunaan pola ini terhadap seseorang yang dihormati memberikan kesan kasar dan kurang sopan. Selain bisa dilihat dari nada pengucapannya yang tinggi, biasanya juga dikarenakan suasana hati pembicara sedang kesal atau marah.

Contoh :

(16). 待 Chotto matte.

‘Tunggu sebentar!’ (17) . 早 帰

Hayaku kaettekite.

‘Cepat pulang!’

(18). ス ー ミ ク Supa ni miruku o kaette Belikan susu di super market b. Permohonan tidak langsung 1. Bentuk pertanyaan positif


(23)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu V-te itadakimasuka

2. Bentuk pertanyaan negatif

V-te kuremasenka, V-te kudasaimasenka, V-te moraemasenka, V-te

itadakemasenka

Biasanya bentuk pertanyaan negatif lebih sopan dari pertanyaan positif, V-te

moraeru, V-te itadakeru lebih sopan dari V-te kureru, V-te kudasaru.

Contoh :

(19). 来週引 越 手伝 い

Moshidekireba, raishuu hikkoshi tetsudatte kudasaimasenka.

‘Kalau bisa, maukah membantu pindahan rumah minggu depan’

(21). 話 あ 来 い Hanashi ga arunda, sugu ni kitekurenaika.

‘Ada yang akan dibicarakan, bisakah segera datang kesini.’ (22). 私 先生 初会 え

Watashi ni sono sensei o shokaishitemoraimesnka. ‘Maukah mengenalkan sensei itu kepada saya?’

(23). 手 え

Sumimasen , chotto te o kashitemoraimasuka. ‘Maaf, bisa membantu?’


(24)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu (24). 悪い 子 家 送 い Waruinda kedo, kono ko o ie made okuttekurenaika. ‘Maaf, bisakah mengantarkan anak ini sampai ke rumah?’

Untuk memohon tidak melakukan sesuatu menggunakan pola V-naide

kudasai, V-naide kudasaimasenka, V-naide kure, sehingga bisa dikategorikan ke

dalam kalimat larangan kinshi hyougen.

3. Kalimat Larangan ( Kinshibun /Kinshi Hyougen)

Dalam Gendai Nihongo Bunpou 4 (2003, hlm.79) menjelaskan kalimat larangan (kinshibun) adalah “聞 手 行為 命令 依頼

禁止 あ .”. Artinya: “Kinshi adalah permintaan dan permohonan untuk

tidak melakukan sesuatu kepada lawan bicara.” a. V -NA

Penambahan ‘na’ di belakang kata kerja bentuk kamus dalam suatu kalimat, digunakan untuk melarang melakukan sesuatu kepada seseorang. Tidak digunaakan oleh wanita, meskipun boleh digunakan oleh laki- laki namun harus mempertimbangkan kedudukan lawan bicara. Larangan bentuk ini merupakan larangan keras, banyak digunakan dalam papan pengumuman atau rambu-rambu lalu lintas. Pola kalimat V-na bisa bermakna memerintah. Contoh:

(25). 車 止

Koko ni kuruma o tomeruna. ‘Jangan parkir di sini’

(26). (親友 ) い 田中 電話 勝手 使う (shinyuu ni) oi, tanaka ore no denwa o katte ni tsukau na.


(25)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu (27). 子供 ク 転

Kodomo wa bauku o unten suruna. ‘Anak-anak dilarang mengendarai motor.’

b. V-TE WAIKENAI

Pola ini mengungkapkan larangan kepada lawan bicara baik secara langsung atau tidak langsung. Larangan langsung biasanya digunakan oleh pembicara yang berkedudukan lebih tenggi. Misalnya dari orang tua kepada anaknya, guru kepada muridnya. Larangan tidak langsung biasanya digunakan dalam peraturan dan etika umum dalam masyarakat. Pembentukannya dari kata kerja bentuk ‘te’ ditambah

waikenai.

Larangan langsung (V-te waikenai) dalam bahasa percakapan biasanya menggunaka (V-te wanaranai) atau (V-te wadame). V-tewa atau V-dewa bisa diganti V-cha. Larangan tidak langsung ditambahkan koto ni natteimasu .

Contoh:

(28). 危 い 入

Abunai desukara, koko ni haicha dame.

‘Karena bahaya, dilarang masuk ke sini’

(29). 写真 撮 い

Koko de shashin wo teotewaikemasen. ‘Dilarang foto di sini’

(30). 会議中 い 吸 い


(26)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu ‘Sedang rapat, dilarang merokok’

C.Perbedaan dan Persamaan Penggunaan V-nasai dan V-te kudasai

Pola kalimat V-nasai berasal dari kata kerja sonkeigo yaitu nasaru. V-nasai adalah kalimat imperatif bentuk perintah yang dihubungkan dengan kata kerja yang berkonjugasi dari bentuk masu. Semua kalimat imperatif perintah ditunjukan kepada lawan bicara yang berkedudukan lebih rendah atau usianya jauh lebih muda biasanya dari orang tua kepada anaknya, guru kepada muridnya. Meski berasal dari bentuk sopan (keigo) terkadang bukan dimaksudkan untuk menyampaikan perintah secara sopan tapi lebih untuk menegaskan perintah yang ingin disampaikan dan menjelaskan adanya dominasi pembicara terhadap lawan bicara.

Pola kalimat V-te kudasai juga berasal dari kata kerja sonkeigo yaitu

kudasaru. Untuk membentuk konstruksi imperatif ini dibentuk dari kata kerja

bentuk te. Pola kalimat V-te kudasai adalah kalimat imperatif bentuk permohonan yang bermakna sopan, ditunjukan kepada lawan bicara secara langsung. untuk menggunakan pola imperatif permohonan umumnya menambahkan douzo….., sumimasenga,…. dan mengubah menjadi bentuk negatif dan atau permohonan tidak langsung …..V-te kudasaimasenka. Namun ada juga yang berpendapan pola kalimat V-te kudasai bisa bermakna perintah dengan mengeraskan nada bicara, dan bermakna anjuran atau saran. Contoh di bawah ini untuk membedakan antara permohonan, perintah dan anjuran. Contoh:

(31). い (勧 / anjuran) Yukkuri shitekudasai.

‘Lakukan pelan-pelan’

(32). う い (依頼/ permohonan ) Douzo yukkuri shitekudasai.

‘Silahkan, lakukan pelan-pelan’


(27)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Sumimasenga, chotto tetsudattekudasai.

‘Maaf, bisakah membantu’

(34). 住 名前 書い い 指示/ perintah Koko ni basho to namae to kaitekudasai.

‘Tuliskan nama dan alamat di sini’

(35). 漢字 読 方 教え い (依頼) Sumimasenga, kono kanji no yomi kata o oshietekudasaimasenka.

‘Maaf, bisakah menjelaskan cara baca kanji ini’ (36.) 来 い 勧 / anjuran Zehi azobi ni kitekudasai

‘Sebaiknya datanglah untuk bermain’

V-te kudasai digunakan kepada orang yang berkedudukan lebih tinggi. semakin tinggi kedudukan lawan bicara kalimat permohonan yang digunakan semakin sopan. Seperti berikut.

Sumimasenga, V-te kudasaimasenka Sumimaasenga , V-te kudasai V-te kudasai

Tabel 2.2.1

Perbedaan penggunaan V-nasai dan V-te kudasai. Perbedaan V-nasai V-te kudasai Jenis imperatif Perintah Permohonan.

bisa bermakna perintah, anjuran dan izin Asal kata Songkeigo

Nasaru

Songkeigo

Kudasaru

Konjugasi kata Bentuk ‘masu’ Bentuk ‘te’


(28)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu lawan bicara muda

Fungsi Memaksa lawan bicara

Pembicara diberi hak untuk menentukan

Sedangkan persamaan V-nasai dan V-te kudasai: keduanya ditujukan kepada lawan bicara untuk melakukan sesuatu. Namun untuk perintah (V-nasai) bersifat memaksa, sedangkan untuk permohonan (V-te kudasai) lawan bicara diberikan hak untuk memutuskan. Karena po la kalimat V-te kudasai bisa digunakan untuk memerintah, sehingga keduanya bisa di kategorikan imperatif perintah atau

meireibun / meirei hyougen.

D.Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Habili (2009) dalam skripsinya yang berjudul Analisi Meirei dan Irai Hyougen dalam Drama Jyoo no Kyooshitsu. Penelitian tersebut menganalisis ungkapan meirei dan irai yang ada dalam drama Jepang. Dalam ke dua ungkapan tersebut ada pola kalimat imperatif V-nasai dan V-te kudasai . Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Kalimat perintah dan permohonan yang terdapat dalam drama Jyoo no

Kyooshitsu adalah kalimat yang biasa digunakan dalam situasi formal dan

informal, namun sebagian besar digunakan dalam situasi formal. Penggunaanya meliputi berbagai hubungan antara pembicara dan lawan bicara, seperti percakapan guru dengan murid, percakapan sesama murid, orang tua dengan anaknya;

2. Dalam meirei dan irai hyoogen, selain pengucapan dengan nada bicara yang tinggi, penambahan partikel “ne” dan “yo” sering digunakan untuk lebih menekankan maksud yang ingin disampaikan. Meskipun perintah dan


(29)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

permohonan itu diucapkan kepada lawan bicara yang dihormati atau yang posisinya lebih tinggi. Sedikitnya emosi pembicara juga ikut mempengaruhi nada bicara saat perintah atau larangan diucapkan;

3. Tidak semua kalimat perintah digunakan dalam dialog, beberapa kalimat lebih menyerupai sebuah pernyataan daripada suatu perintah meski diucapkan dihadapan lawan bicara. Tapi karena di dalamnya terkandung kewajiban untuk dilaksanakan oleh lawan bicara maka tetap dipahami sebagai suatu kalimat perintah;

4. Dalam drama jyoo no Kyooshitsu ditemukan beberapa pola kalimat yang selain berperan sebagai meirei, pada konteks kalimat yang lain pun bisa berperan sebagai irai hyougen. Contohnya: adalah pola ~tekudasai dan “te”. Cara membedakan penggunaannya adalah: bisa dilihat dari situasi atau keadaan saat kalimat diucapkan, posisi pembicara terhadap lawan bicara, jumlah kata kerja sebagai pembentuk kalimat, ataupun dari nada pengucapan.

5. Penulis menemui beberapa istilah baru dalam drama Jyoo no Kyooshitsu yang sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia. Contohnya: “ii kagen me zamenasai” yang dalam bahasa Indonesia diartikan secara kiasan menjadi “bukalah matamu” atau “sadarlah”.

6. Sebagai meirei ~tekudasai bisa digunakan untuk memerintah seseorang yang kedudukannya lebih rendah. Sebagai irai pola ini digunakan oleh seseorang yang posisinya lebih rendah kepada lawan bicara yang lebih dihormati.

Tabel 2.2.2

Pola kalimat meirei dan irai hyougen dalam drama jyoo no kyoushitsu No Pola kalimat Situasi penggunaan Jenis hyougen 1 V-te kudasai Formal/ informal Meirei, irai

2 V- te Formal/ informal Meirei, irai

3 V - nasai Formal/ informal Meirei


(30)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu 5 V- te goran nasai Formal Meirei

6 V- te morau Formal Meirei

7 V- te rasshai Formal Meirei

8 Perubahan doushi Informal Meirei

9 V- njanai Informal Meirei

10 ~go kudasai Informal Irai

11 V- agete kudasai Informal Irai

12 V -te kure Informal Irai

13 V -te kureru Formal/ informal Irai


(31)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1.1Simpulan

Kalimat imperatif bahasa Jepang diantaranya meirei hyougen dan irai

hyougen. Pola kalimat meirei hyougen antara lain, V-nasai, V-na, meireikei dan

lain- lain. Sedangkan pola kalimat irai hyougen antara lain te kudasai, te,

V-te kure dan lain- lain. Kedua ungkapan V-tersebut memiliki makna yang berbeda, Meirei hyougen bermakna perintah. Sedangkan irai hyougen bermakna

permohonan. Namun, beberapa ahli bahasa berpendapan V-te kudasa juga bermakna memerintah. Sehingga pola ka limat V-nasai dan V-te kudasai bermakna sama. Tetapi penggunaan pola kalimat tersebut berbeda. Adanya perbedaan tersebut menyebabkan terjadi kesalahan penggunaan pola kalimat. Berdasarkan hasil Analisis Kesalahan yang telah dilakukan, berikut kesalahan-kesalahan responden dalam menggunakan kalimat imperatif V-nasai dan V-te

kudasai.

a. Kesalahan yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah bahasa atau errors.

1. Soal mengubah kata kerja kamus ke bentuk V-nasai dan V-te kudasai. Kesalahan mengubah kata kerja kamus ke bentuk V-nasai dan V-te kudasai disebabkan oleh:

 Tidak memahami kelompok kata kerja, dalam bahasa Jepang kata kerja dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: kelompok I (godan doushi), kelompok II (ichidan doushi) dan kelompok ke III (fukisoku doushi).

Tidak memahami perubahan kata kerja bentuk masu untuk membentuk

V-nasai.

Tidak memahami perubahan kata kerja bentuk te untuk membentuk V-te


(32)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

 Kesalahan mengubah kata kerja kelompok II adalah dengan menambahkan

sokuon.

 Banyaknya kata kerja yang sama dan hampir sama pengucapannya, namun berbeda jenis atau kelompok kata kerjanya, sehingga dalam mengubah bentuk kata kerja tersebut ke bentuk V-nasai dan V-te kudasai banyak yang salah. Contohnya , kittekudasai ‘memotong’ menjadi kitekudasai ‘datang’.

 Persamaan perubahan yang diawali dengan huruf ‘na’. Misalnay ~ な さ い

dengan ~ な い. kesalahan tersebut terjadi pada kata kerja 拾 う Bentuk

kesalahan yaitu 拾わなさい.

2. Soal memilih bentuk V-nasai dan V-te kudasai dan soal benar-salah

Soal memilih dan soal benar salah digunakan untuk mengetahui kesalahan dan pemahaman mahasiswa menggunakan pola kalimat V-nasai dan V-te kudasai. Dari kategori Analisi Kesalahan Berbahasa Intralingual, penulis menyimpulkan kesalahan tersebut disebabkan oleh faktor overgeneralisasi atau penyamarataan, yaitu kesalahan yang disebabkan oleh perluasan kaidah- kaidah bahasa sasaran pada konteks- konteks yang tidak tepat, hasil tes tertulis yang berdasarkan jawaban responden. Ketidak tepatan dalam menggunakan V-nasai dan V-te

kudasai misalnya:

a. Penggunaan V-nasai yang ditujukan kepada lawan bicara yang berkedudukan lebih tinggi.

b. Penggunaan V-nasai yang digunaan pada situasi dan kondisi formal (di tempat kerja, penyiar informasi).

c. Penggunaan V-nasai yang ditujukan kepada lawan bicara yang berkedudukan sama atau sederajat.

d. Penggunaan V-te kudasai yang ditujukan kepada lawan bicara yang berkedudukan lebih rendah. Sehingga makna imperatifnya yang bermaksud menyuruh berubah menjadi memohon.


(33)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Sementara itu, kesalahan juga diperkirakan disebabkan oleh faktor

interferensi atau pengaruh bahasa asli pembelajar. Meskipun bahasa daerah yang

digunakan oleh pembelajar mempunyai tingkatan berbahasa, namun kebanykan mahasiswa menggunakan bahasa kasar atau kurang sopan dalam berkomunikasi sehari- hari. Sehingga, hal tersebut berpengaruh terhadap pembelajaran bahasa ke dua. Berikut tabel penjelasan kesalahan berdasarkan indikator dalam instrumen tes penggunaan V-nasai dan V-te kudasai:

Tebel 5.1.1

Indikator Kesalahan mengubah kata kerja dan penggunaan pola kalimat V-nasai dan V-te kudasai

Kesalahan-kasalahan tersebut bisa diatasi dengan melakukan tes khusus terhadap pola kalimat yang berpotensi menyebabkan kesalahan, terutama jika pola kalimat atau ungkapan tersebut berbeda mak na dan penggunaannya dengan bahasa asli pembelajar. Kemudian tes khusus juga dilakukan pada pola kalimat yang mempunyai makna sama namun berbeda penggunaannya. Selain itu,

buku-0 10 20 30 40 50 60

V-nasai V-te kudasai Kedudukan

pembicara lebih tinggih

Kedudukan pembicara lebih

rendah

Kedudukan pembicara sama

Kesesuaian situasi dan kondisi


(34)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

buku yang digunakan dalam perkuliahan hendaknya dibuat sama dengan penjelasan yang ada di dalam buku-buku tata bahasa bahasa Jepang yang berasal dari Jepang, yang sudah diterjemahkan dalam bahsaa Indonesia. Membuat kelompok-kelompok belajar untuk mempresentasikan ungkapan atau pola kalimat yang berpotensi menyebabkan kesalahan dalam menggunakanya.

Sedangkan hasil angket yang diperoleh, penulis mendapatkan perbedaan yang signifikan antara responden yang mendapatkan nilai >75 dengan jawaban angketnya dengan responden yang mendapatkan nilai <75 dengan jawaban angketnya.

Responden yang mendapatkan nilai >75 menjawab, kesalahan yang telah dilakukan disebabkan oleh kurangnya penje lasan dari dosen pengajar, sedangkan upaya mengatasi kesalahan tersebut dilakukan dengan bertanya kepada orang lain yang dianggap menguasai bahasa Jepang. Selain itu, untuk memudahkan responden memahami bahasa Jepang, banyak responden menjawab sering menggunakan bahasa Jepang dalam percakapan sehari- hari dan mencari referensi di sumber belajar lainnya. Sedangkan responden yang mendapatkan nilai <75 menjawab, kesalahan yang dilakukan disebabkan oleh, kurangnya menggunakan bahasa Jepang. Kemudian upaya untuk mengatasi kesalahan, paling banyak responden menjawab, mendengarkan lagu atau menonton film Jepang. Sehingga dari hasil tersebut pengajar maupun pembelajar bisa mengetahui cara belajar dan strategi belajar mahasiswa yang mendapatkan nilai > 75 dengan mahas iswa yang mendapatkan nilai <75.

1.2Saran

Banyaknya pola kalimat dan ungkapan bahasa Jepang, penulis menyarankan perlu melakukan penelitian-penelitian mengenai pola kalimat atau ungkapan yang berpotensi menyebabkan kesalahan dalam penggunaanya. Terutama pola kalimat atau ungkapan yang mempunyai perbedaan dengan bahasa asli pembelajar. Penelitian yang perlu dan mungkin dilakukan misalnya, “Analisis Pragmatif Kalimat Imperatif Bahasa Jepang Ungkapan Permohonan”. Diperkirakan


(35)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

kesalahan yang terjadi pada pembelajar bahasa Jepang khususnya mengenai unkapan atau pola kalimat bahasa Jepang disebabkan oleh interferensi bahasa asli pembelajar. Untuk itu perlu melakukan penelitian pada bahasa asing lain yang berkenaan dengan kesalahan tersebut misalnya: “Analisis Kesalahan Penggunaan Kalimat Perintah Bahasa Jepang dan Bahasa Inggris ”.


(36)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ANGKET

Nama : Kelas :

Pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi anda dalam mempelajari bahasa Jepang. 1. Apakah anda mengetahui jenis kalimat imperatif bahasa Jepang ?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah anda mengetahui pola kalimat imperatif bahasa Jepang?

a. Ya b. Tidak

3. Ketika anda menggunakan pola kalimat imperatif bahasa Jepang, apakan anda memperhatikan maksud dari kalimatnya?

a. Ya b. Tidak

4. Menurut anda, mengetahui kesesuain antar kalimat imperatif dengan tidak mengetahui akan sama saja?

a. Ya b. Tidak

5. Menurut anda, mengetahui penggunaan dan maksud pola kalimat imperatif dengan tidak mengetahui penggunaannya akan sama saja?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah anda memahami penggunaan meirei hyougen dan irai hyougen?

a. Paham b. Kurang Paham c. Tidak Paham

7. Apakah anda memahami jenis pola kalimat yang termasuk meirei hyougen dan irai hyougen.

a. Paham b. Kurang Paham c. Tidak Paham

8. Apakah anda, memahami penggunaan pola kalimat V-nasai dan V-te kudasai?


(37)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

9. Menurut anda, pola kalimat V-nasai adalah pola kalimat imperatif apa?

a. Permohonan b. Perintah c. Anjuran

10. Menurut anda, pola kalimat V-te kudasai adalah pola kalimat imperatif jenis apa?

a. Permohonan b. Perintah c. Anjuran

11. Apakah anda memahami persamaan dan perbedaan penggunaan pola kalimat V-nasai dan V-te kudasai?

a. Paham b. Kurang Paham c. Tidak Paham

12. Apakah anda pernah melakukan kesalahan dalam menggunakan pola kalimat V-nasai dan V-te kudasai?

a. Selalu c. Sering

b. Jarang d. Tidak Pernah

13. Menurut anda, faktor apa yang meenyebabkan terjadinya kesalahan dalam menggunakan pola kalimat V-nasai dan V-te kudasai?

a. Kurang jelasnya penjelasan dari dosen

b. Kurangnya sumber belajar mengenai pola kalimat tersebut c. Jarang Menggunakan bahasa Jepang

14.Jika anda pernah melakukan kesalahan dalam menggunakan pola kalimat

V-nasai dan V-te kudasai, usaha apa yang anda lakukan untuk mengurangi

kesalahan dalam mempelajari bahasa Jepang?

a. Bertanya kepada orang lain (dosen, teman, native speaker) b. Membaca materi tentang pola kalimat tersebut

c. Mendengarkan lagu, film atau anime bahasa Jepang d. Tidak melakukan usaha apapun

15.Apakah yang memudahkan anda memahami bahasa Jepang? a. Mendengar bahasa Jepang dari lagu, anime dan film b. Membaca materi bahasa Jepang


(38)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu c. Melakukan percakapan dengan bahasa Jepang d. Jawaban a, b, dan c


(1)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Sementara itu, kesalahan juga diperkirakan disebabkan oleh faktor

interferensi atau pengaruh bahasa asli pembelajar. Meskipun bahasa daerah yang

digunakan oleh pembelajar mempunyai tingkatan berbahasa, namun kebanykan mahasiswa menggunakan bahasa kasar atau kurang sopan dalam berkomunikasi sehari- hari. Sehingga, hal tersebut berpengaruh terhadap pembelajaran bahasa ke dua. Berikut tabel penjelasan kesalahan berdasarkan indikator dalam instrumen tes penggunaan V-nasai dan V-te kudasai:

Tebel 5.1.1

Indikator Kesalahan mengubah kata kerja dan penggunaan pola kalimat V-nasai dan V-te kudasai

Kesalahan-kasalahan tersebut bisa diatasi dengan melakukan tes khusus terhadap pola kalimat yang berpotensi menyebabkan kesalahan, terutama jika pola kalimat atau ungkapan tersebut berbeda mak na dan penggunaannya dengan bahasa asli pembelajar. Kemudian tes khusus juga dilakukan pada pola kalimat yang mempunyai makna sama namun berbeda penggunaannya. Selain itu,

buku-0 10 20 30 40 50 60

V-nasai V-te kudasai Kedudukan

pembicara lebih tinggih Kedudukan pembicara lebih rendah Kedudukan pembicara sama Kesesuaian situasi dan kondisi


(2)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

buku yang digunakan dalam perkuliahan hendaknya dibuat sama dengan penjelasan yang ada di dalam buku-buku tata bahasa bahasa Jepang yang berasal dari Jepang, yang sudah diterjemahkan dalam bahsaa Indonesia. Membuat kelompok-kelompok belajar untuk mempresentasikan ungkapan atau pola kalimat yang berpotensi menyebabkan kesalahan dalam menggunakanya.

Sedangkan hasil angket yang diperoleh, penulis mendapatkan perbedaan yang signifikan antara responden yang mendapatkan nilai >75 dengan jawaban angketnya dengan responden yang mendapatkan nilai <75 dengan jawaban angketnya.

Responden yang mendapatkan nilai >75 menjawab, kesalahan yang telah dilakukan disebabkan oleh kurangnya penje lasan dari dosen pengajar, sedangkan upaya mengatasi kesalahan tersebut dilakukan dengan bertanya kepada orang lain yang dianggap menguasai bahasa Jepang. Selain itu, untuk memudahkan responden memahami bahasa Jepang, banyak responden menjawab sering menggunakan bahasa Jepang dalam percakapan sehari- hari dan mencari referensi di sumber belajar lainnya. Sedangkan responden yang mendapatkan nilai <75 menjawab, kesalahan yang dilakukan disebabkan oleh, kurangnya menggunakan bahasa Jepang. Kemudian upaya untuk mengatasi kesalahan, paling banyak responden menjawab, mendengarkan lagu atau menonton film Jepang. Sehingga dari hasil tersebut pengajar maupun pembelajar bisa mengetahui cara belajar dan strategi belajar mahasiswa yang mendapatkan nilai > 75 dengan mahas iswa yang mendapatkan nilai <75.

1.2Saran

Banyaknya pola kalimat dan ungkapan bahasa Jepang, penulis menyarankan perlu melakukan penelitian-penelitian mengenai pola kalimat atau ungkapan yang berpotensi menyebabkan kesalahan dalam penggunaanya. Terutama pola kalimat atau ungkapan yang mempunyai perbedaan dengan bahasa asli pembelajar. Penelitian yang perlu dan mungkin dilakukan misalnya, “Analisis Pragmatif Kalimat Imperatif Bahasa Jepang Ungkapan Permohonan”. Diperkirakan


(3)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

kesalahan yang terjadi pada pembelajar bahasa Jepang khususnya mengenai unkapan atau pola kalimat bahasa Jepang disebabkan oleh interferensi bahasa asli pembelajar. Untuk itu perlu melakukan penelitian pada bahasa asing lain yang berkenaan dengan kesalahan tersebut misalnya: “Analisis Kesalahan Penggunaan Kalimat Perintah Bahasa Jepang dan Bahasa Inggris ”.


(4)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu ANGKET

Nama : Kelas :

Pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi anda dalam mempelajari bahasa Jepang. 1. Apakah anda mengetahui jenis kalimat imperatif bahasa Jepang ?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah anda mengetahui pola kalimat imperatif bahasa Jepang? a. Ya b. Tidak

3. Ketika anda menggunakan pola kalimat imperatif bahasa Jepang, apakan anda memperhatikan maksud dari kalimatnya?

a. Ya b. Tidak

4. Menurut anda, mengetahui kesesuain antar kalimat imperatif dengan tidak mengetahui akan sama saja?

a. Ya b. Tidak

5. Menurut anda, mengetahui penggunaan dan maksud pola kalimat imperatif dengan tidak mengetahui penggunaannya akan sama saja?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah anda memahami penggunaan meirei hyougen dan irai hyougen? a. Paham b. Kurang Paham c. Tidak Paham

7. Apakah anda memahami jenis pola kalimat yang termasuk meirei hyougen dan irai hyougen.

a. Paham b. Kurang Paham c. Tidak Paham

8. Apakah anda, memahami penggunaan pola kalimat V-nasai dan V-te kudasai? a. Paham b. Kurang Paham c. Tidak Paham


(5)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

9. Menurut anda, pola kalimat V-nasai adalah pola kalimat imperatif apa? a. Permohonan b. Perintah c. Anjuran

10. Menurut anda, pola kalimat V-te kudasai adalah pola kalimat imperatif jenis apa? a. Permohonan b. Perintah c. Anjuran

11. Apakah anda memahami persamaan dan perbedaan penggunaan pola kalimat V-nasai dan V-te kudasai?

a. Paham b. Kurang Paham c. Tidak Paham

12. Apakah anda pernah melakukan kesalahan dalam menggunakan pola kalimat V-nasai dan V-te kudasai?

a. Selalu c. Sering b. Jarang d. Tidak Pernah

13. Menurut anda, faktor apa yang meenyebabkan terjadinya kesalahan dalam menggunakan pola kalimat V-nasai dan V-te kudasai?

a. Kurang jelasnya penjelasan dari dosen

b. Kurangnya sumber belajar mengenai pola kalimat tersebut c. Jarang Menggunakan bahasa Jepang

14.Jika anda pernah melakukan kesalahan dalam menggunakan pola kalimat

V-nasai dan V-te kudasai, usaha apa yang anda lakukan untuk mengurangi

kesalahan dalam mempelajari bahasa Jepang?

a. Bertanya kepada orang lain (dosen, teman, native speaker) b. Membaca materi tentang pola kalimat tersebut

c. Mendengarkan lagu, film atau anime bahasa Jepang d. Tidak melakukan usaha apapun

15.Apakah yang memudahkan anda memahami bahasa Jepang? a. Mendengar bahasa Jepang dari lagu, anime dan film b. Membaca materi bahasa Jepang


(6)

Uripah, 2014

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF V-NASAI dan V-TE KUDASAI BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu c. Melakukan percakapan dengan bahasa Jepang d. Jawaban a, b, dan c