Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam. Dalam ajarannya, Islam memerintahkan wanita yang telah
memasuki usia akil baligh untuk menutup auratnya dengan menggunakan jilbab. Karena ajaran Islam baru memasuki Indonesia pada sekitar abad ke- 13,
maka tidak mudah untuk kebudayaan Islam diterima oleh masyarakat Indonesia, yang dalam penelitian ini dikhususkan pada budaya penggunaan
jilbab oleh wanita yang menganut agama Islam di Indonesia. Jilbab di dalam Al-
Qur‟an disebut dengan istilah khumur, sebagaimana terdapat dalam surat An-
Nuur ayat 31: “Hendaklah mereka menutupkan khumur jilbabnya ke dadanya
.” Dalam KBBI 2003:490, jilbab adalah kerudung lebar yang dipakai
wanita muslim untuk menutupi kepala, leher, dan dada. Tafsir Ibnu Kasir dalam Cordoba, 2012: 850 mengatakan bahwa jilbab merupakan sejenis
pakaian ukurannya di atas kerudung. Jilbab itu sekarang sejenis pakaian jubah.
Ada berbagai alasan mengapa wanita memutuskan untuk mengenakan jilbab dalam kehidupannya sehari-hari. Seperti yang dikatakan oleh Satriya
2013 dalam artikelnya bahwa ada beberapa alasan wanita untuk berjilbab yaitu sebagai ciri-ciri wanita muslim, mendapat pahala, terlihat cantik dan
berakhlak, terhindar dari godaan pria, menjaga aurat, melindungi kulit dari sinar matahari, bukti bagi kesuciannya, dan kebanggaan menjadi wanita
muslim. Pembahasan mengenai jilbab pun terdapat dalam beberapa ayat Al-
Qur‟an yang memperkuat kewajiban wanita yang beragama Islam untuk menutup
auratnya dengan menggunakan jilbab, yaitu: Katakanlah kepada orang laki-
laki yang beriman, „Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian
Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
itu adalah lebih suci bagi mereka; sesungguhnya Allah Maha Mengetahu
i apa yang mereka perbuat,‟ Katakanlah kepada wanita- wanita yang beriman, „Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putra-putra saudara mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka
miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
wanita. Dan janganlah mereka memikulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian
kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung Q.S. An-Nur : 30-31.
Islam memandang bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak serta punggung tangannya. Muslimah wajib menutup auratnya
dengan pakaian yang tidak ketat dan tidak transparan seperti dalam firman Allah berikut ini:
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak wanitamu, dan istri-istri orang mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Alah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
”Q.S. Al-Ahzaab : 59. Selain itu, Rasulullah saw. menjelaskan batasan aurat yang harus ditutup:
“Wahai Asma‟, jika seorang wanita telah menjalani haid balig, maka tidak boleh terlihat kecuali ini dan ini. Beliau mengisyaratkan
menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya”H.R. Abu Daud. Jumlah wanita yang menggunakan jilbab dalam kehidupan kesehariannya
di Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya. Hal tersebut memacu untuk munculnya berbagai macam komunitas yang diperuntukkan bagi wanita
berjilbab, salah satunya adalah Hijabers Community. Dalam kolom media sosial resmi dari Hijabers Community, disebutkan
bahwa Hijabers Community merupakan komunitas yang didirikan pada tanggal 27 November 2010 di Jakarta. Komunitas ini awal mulanya
Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
beranggotakan 30 wanita dari berbagai macam latar belakang dan profesi yang berkumpul untuk berbagi mengenai keinginan mereka dalam sebuah
komunitas ini yang insya Allah akan memfasilitasi acara yang berhubungan dengan hijab dan muslimah. Berasal dari busana lalu kemudian mempelajari
ajaran agama Islam, dari gaya berhijab untuk mempelajari agama Islam, yang insya Allah akan membuat para wanita tersebut menjadi wanita muslimah
yang lebih baik. Komunitas ini berharap para muslimah dapat menemui teman baru, mengetahui diri masing-masing, dan belajar dari masing-masing teman
yang ditemui dari komunitas ini. Hal yang paling menonjol dari Hijabers Community merupakan cara
mereka berpakaian. Hampir semua anggota dari Hijabers Community memiliki gaya berpakaian yang serupa, contohnya adalah menggunakan baju
dan rok yang berwarna sedikit mencolok atau memiliki model yang unik dan gaya berkerudung yang bervariasi. Gaya berbusana tersebut seakan-akan
menjadi sebuah pertanda yang ditunjukkan kepada masyarakat bahwa mereka merupakan anggota dari Hijabers Community.
Gaya berbusana yang serupa tersebut merupakan salah satu bentuk dari konformitas dalam sebuah komunitas karena anggota komunitas tersebut
merubah gaya berbusananya agar sesuai dengan anggota komunitas lainnya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian mengenai konformitas menurut Myers
2010: 192 yaitu konformitas merupakan perubahan tingkah laku atau kepercayaan agar dapat sesuai dengan orang lain. Perubahan tingkah laku atau
kepercayaan tersebut merupakan hasil dari tekanan kelompok yang asli atau hanya merupakan imajinasi. Konformitas tidak hanya bertingkah laku
sebagaimana tingkah laku orang lain; tetapi juga terpengaruh dari bagaimana orang lain bertingkah laku. Taylor, Peplau, dan Sears 2009: 205
mendefinisikan konformitas sebagai perbuatan secara sukarela karena orang lain melakukannya. Pengertian lainnya mengenai konformitas, yaitu menurut
Cialdini Goldstein, 2004 dalam Tayor et al. 2009: 205, bahwa konformitas merupakan kecenderungan untuk merubah kepercayaan atau
tingkah laku seseorang agar sesuai dengan tingkah laku orang lain.
Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Selain memengaruhi gaya berbusana, komunitas pun menjadi salah satu fakor eksternal yang memengaruhi keimanan atau sikap keagamaan seseorang.
Seperti yang diungkapkan oleh Ramayulis 2007 bahwa keimanan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Lingkungan
termasuk ke dalam faktor eksternal dan komunitas termasuk ke dalam aspek lingkungan.
Jika dijelaskan lebih lanjut mengenai sikap keagamaan, menurut Ramayulis 2007, sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada
dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut oleh
adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur efektif dan perilaku terhadap agama
sebagai unsur konatif. Jadi sikap keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak keagamaan
dalam diri seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap keagamaan menyangkut atau berhubungan erat dengan gejala kejiwaan.
Fitrah beragama merupakan disposisi kemampuan dasar yang mengandung kemungkinan atau peluang untuk berkembang. Jiwa beragama
atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah dan pengaktualisasiannya melalui
peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat hablumminallaah maupun hablumminannaas. Keimanan kepada Allah dan aktualisasinya dalam ibadah
merupakan hasil dari internalisasi, yaitu proses pengenalan, pemahaman, dan kesadaran pada diri seseorang terhadap nilai-nilai agama. Proses ini terbentuk
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal fitrah, potensi beragama dan eksternal lingkungan. Faktor eksternal adalah lingkungan dimana individu
itu hidup, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat Ramayulis, 2007. Tingkah laku keagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas
didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu, tingkah laku itu umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengertian dan keluasan
pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama bagi orang
Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dewasa sudah merupakan bagian dari komitmen hidupnya dan bukan sekedar ikut-ikutan Ramayulis, 2007.
Terdapat beberapa aspek keagamaan yang ada di dalam diri seseorang, diantaranya adalah spiritualitas. Pengertian spiritualitas menurut Kozier, et al.
2007: 1042 meliputi kepercayaan dengan kekuatan yang lebih tinggi, yang menciptakan, makhluk, atau sumber energi yang tidak terbatas.
Selanjutnya Taylor et al. 2010: 1646 mendefinisikan spiritualitas sebagai segala sesuatu yang menyinggung tentang hubungan individu dengan
kekuatan non-materi dalam hidup atau kekuatan yang lebih besar. Seorang individu mendeskripsikan spiritualitas sebagai berusaha mengetahui, cinta,
dan taat kepada Tuhan, dan yang lainnya mendefinisikan sebagai transendensi dari batas diri dan pengalaman energi dunia. Ahli lain menyebutkan bahwa
spiritualitas merupakan jantung dan jiwa dari agama, fungsi inti dari kehidupan agama Pargament Zinnbauer, 2005, dalam Park Paloutzian,
2005: 36. Selain itu spiritualitas memiliki karakteristik yang berkaitan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain,
dan hubungan dengan lingkungan Bukhardt, 1993 dalam Kozier, Erb, Blais, 1995.
Perkembangan spiritual merupakan proses yang akan dilalui oleh individu dan prosesnya akan berbeda dalam setiap orang. Spiritualitas memiliki dua
proses, yaitu: pertama, proses ke atas, yang merupakan tumbuhnya kekuatan internal yang mengubah hubungan seseorang dengan Tuhan. Kedua, proses
ke bawah yang ditandai dengan peningkatan realitas fisik seseorang akibat perubahan internal Aliah, 2006.
Menurut Hood 2003 dalam Paloutzian, et al., 2005 proses dari penjelasan religiusitas dan spiritualitas dapat terlihat dari tingkatan individu,
sosial, kebudayaan, dan global. Perubahan sosial menghasilkan pengertian baru
mengenai spiritualitas
diri. Beberapa
penganut spiritualitas
mendefinisikan spiritualitas sebagai istilah dari praktek kepercayaan seseorang, spiritualitas selalu meliputi kejadian-kejadian. Kebudayaan,
komunitas, lingkungan sosial, keluarga, dan tradisi diartikan sebagai tempat
Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dimana spiritualitas berkembang, atau latar belakang dari hal-hal yang membedakan.
Waaijman 2006 menulis essay yang berjudul “Conformity in Christ” yang menyebutkan bahwa dalam spiritualitas agama Kristen, contoh utama
dari proses transformasi adalah Kristus. Spiritualitas agama Kristen dilakukan dengan cara bertransformasi menjadi diri baru melalui cara “Spirit” yang
melakukan konformitas diri mereka terhadap misteri kematian dan kebangkitan Kristus McGonigle, 1993 : 965. Spiritualitas agama Kristen
diberlakukan dengan semua hal agar dapat sesuai dengan Kristus. Transformasi melalui konformitas menunjukkan bahwa individu tidak hanya
menyesuaikan penampilan luar dari dirinya tetapi melalui hal ini pun individu dapat berhubungan dengan Tuhan yang menciptakannya. Dari penelitian ini
disimpulkan bahwa konformitas dalam agama Kristen berhubungan dengan spiritualitas penganutnya.
Barry et al. 2010: 318 dalam jurnalnya yang berjudul “Religiosity and
Spirituality During The Transition to Adulthood” mengungkapkan bahwa setiap komunitas keagamaan akan memiliki pemahaman dan struktur berbeda
yang akan mengembangkan sistem kepercayaan, nilai, dan tingkah laku individu lihat Yust et al., 2006 yang akan mengarahkan pada perbedaan
yang tidak hanya terhadap religiusitas dan spiritualitas individu, tetapi juga terhadap bagaimana kepercayaan dan ritual mereka berpengaruh terhadap
hasil berbagai tahap perkembangan. Disimpulkan bahwa dari sistem kepercayaan, nilai, dan tingkah laku yang diterapkan dalam komunitas
keagamaan tersebut menimbulkan terjadinya konformitas yang akan memengaruhi spiritualitas anggotanya.
Berdasarkan penjelasan diatas, essay yang ditulis oleh Waaijman 2006 dan penelitian yang dilakukan oleh Barry et al. 2010 membahas mengenai
hubungan antara konformitas dengan spiritualitas. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan penelitian tersebut, yaitu mencari
korelasi antara konformitas dengan spiritualitas dengan menggunakan subjek yang berbeda, yaitu Hijabers Community.
Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu yang dilaksanakan pada tanggal 28 Juni dan 2 Juli 2013
dengan menggunakan kuesioner yang berisi 40 item mengenai spiritualitas pada 20 orang anggota Hijabers Community Bandung HCB. Hasil studi
pendahuluan ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek merasakan bahwa terdapat perkembangan ilmu agama dan perkembangan positif dalam
diri setelah menggunakan jilbab. Contoh perkembangan positif dalam diri subjek setelah menggunakan jilbab antara lain : merasa lebih dekat dengan
Allah swt., merasa lebih mengenal diri sendiri, lebih percaya diri, lebih menghargai diri sendiri dan orang lain, dan lebih mengerti arti kehidupan.
Selain itu, ilmu agama pun turut berkembang setelah mereka menggunakan jilbab dalam kehidupannya sehari-hari. Komunitas yang mereka ikuti pun,
yaitu Hijabers Community, memberikan pengaruh positif. Mereka merasa bahwa komunitas yang diikuti selama ini menjadi salah satu penyebab
perubahan positif dalam diri dan juga perkembangan ilmu agama mereka. Berikut merupakan hasil studi pendahuluan dari 20 subjek yang
ditunjukkan melalui presentase dari jawaban subjek yang menyetujui pernyataan-pernyataan dalam kuesioner tersebut:
Tabel 1.1 Hasil Studi Pendahuluan Spiritualitas
pada Anggota Hijabers Community Bandung
Dimensi Presentase
Perkembangan ilmu agama setelah berjilbab 65
Perkembangan positif dalam diri setelah berjilbab
87.69 Pengaruh positif komunitas terhadap diri
64 Pengaruh positif komunitas terhadap fashion
40 Pengaruh positif komunitas terhadap
perkembangan ilmu agama 60
Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Dalam studi pendahuluan diatas, hal yang dibahas hanya mengenai perubahan positif dan perkembangan ilmu agama selama mengikuti
komunitas, tetapi konformitas dalam komunitas tersebut belum banyak dibahas. Hal lain yang lebih banyak dibahas merupakan karakteristik
spiritualitas, tetapi hanya sebatas hubungan dengan diri sendiri dan hanya sedikit yang membahas mengenai hubungannya dengan Tuhan, sedangkan
sebagian lainnya membahas mengenai fashion. Oleh karena itu, dalam penelitian ini konformitas yang terjadi dalam komunitas akan diteliti lebih
lanjut. Karakteristik spiritualitas yang lain seperti hubungan dengan orang lain dan lingkungan pun akan turut diteliti. Berdasarkan hal-hal tersebut,
maka peneliti memutuskan untuk meneliti “Hubungan Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung
”. B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di dalam latar belakang muncullah beberapa pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut:
a. Bagaimana konformitas yang terjadi dalam Hijabers Community
Bandung? b.
Bagaimana spiritualitas anggota Hijabers Community Bandung setelah mengikuti komunitas tersebut?
c. Seberapa besar hubungan konformitas Hijabers Community Bandung
dengan spiritualitas yang dialami oleh anggotanya?
C. Tujuan Penelitian