Hipotesis Penelitian Posisi Peneliti

Amriana, 2014 KONSELING KRISIS DENGAN PENDEKATAN KONSELING REALITAS UNTUK MENURUNKANKECEMASAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu alternatif lain dari cara berperilaku. Konseling realita memandang bahwa kesulitan atau problema perilaku manusia berakar pada pengalaman pada masa kanak-kanak. Untuk dapat berkembang dengan sehat anak perlu berada ditengah-tengah orang dewasa yang dapat memberinya kasih sayang secara penuh. Kasih sayang yang memungkinkan anak untuk memeperoleh kebebasan kemampuan, dan kesenangan dalam cara-cara yang bertanggung jawab. Konseling realitas memandang manusia pada dasarnya dapat mengarahkan dirinya sendiri self-determining.

F. Hipotesis Penelitian

Dalam upaya menjawab pertanyaan penelitian, maka rumusan hipotesis penelitian ini adalah “Konseling krisis dengan pendekatan konseling realitas berpengaruh dalam menurunkankecemasan anak korban kekerasan seksual di Pusat Pelayanan Te rpadu PPT Provinsi Jawa Timur”.

G. Posisi Peneliti

Berdasarkan pada hasil penelitian terdahulu terhadap anak korban kekerasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan: 1 Masih sedikitnya penelitian tentang strategi pola penanganan terhadap anak korban kekerasan seksual; 2 Di Indonesia sendiri penelitian tentang strategi penanganan intervensi pada anak korban kekerasan masih sangat sedikit, sehingga diperlukannya penelitian lanjut untuk efektivitas pemberian konseling yang sesuai dengan nilai-nilai budaya Indonesia; 3 Angka tindak kekerasan seksual pada anak lambat laun semakin mengalami peningkatan, maka diperlukannya upaya penanganan yang cepat dan tepat. Untuk itu, posisi peneliti disini dianggap penting. Sebab dalam penelitian ini peneliti berusaha mendapatkan formulasi teknik konseling yang sesuai dengan kondisi anak korban kekerasan seksual dalam konteks Indonesia. Urgensi penelitian ini, selain untuk melengkapi hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti sebelumnya. Penelitianinidiharapkandapatdijadikansebagaisalahsatuteknikpendekatan yang efektifdalammenghadapikasus terhadap anak korban kekerasan seksual. Amriana, 2014 KONSELING KRISIS DENGAN PENDEKATAN KONSELING REALITAS UNTUK MENURUNKANKECEMASAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan pembahasan yang meliputi: 1 Metode dan desain penelitian, 2 Lokasi dan subyek penelitian, 3 Definisi operasional variabel, 4 Instrumen penelitian, 5 Prosedur pelaksanaan penelitian, 6 Teknik analisis data.

A. Metode dan Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode eksperimen. Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh penggunaan konseling krisis dengan pendekatan konseling realitas untuk mengurangi kecemasan pada anak korban kekerasan seksual. Adapun desain penelitian ini adalah single subject reasearch rancangan penelitian subjek tunggal.Penelitian dengan subjek tunggal, adalah penelitian yang dilaksanakan pada satu subjek dengan tujuan untuk mengetahui berapa besarnya pengaruh dari perlakuan yang diberikan berulang-ulang terhadap kasus tunggal. Dalam proses penelitian subyek tunggal, terdapat empat kegiatan utama yang perlu dilakukan, yaitu mengidentifikasi masalah dan mendefinisikan dalam bentuk perilaku yang akan diubah yang teramati dan terukur; menentukan tingkat perilaku yang akan diubah sebelum memberikan intervensi; memberikan intervensi; dan menindaklanjuti follow up untuk mengevaluasi apakah perubahan perilaku yang terjadi menetap atau bersifat sementara. Mengacu pada penjelasan diatas, makasecara implisit desain yang digunakan adalah desain A-B-A. Desain A-B-A ini digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas. Prosedur penelitiannya adalah mula-mula perilaku sasaran target behavior dalam hal ini indikasi kecemasan pada anak korban kekerasan seksual, diukur secara kontinu pada kondisi baseline A1 dengan periode waktu tertentu, kemudian pada kondisi intervensiyakni pemberian intervensi konseling krisis dengan pendekatan 45