Analisis Wacana Penolakan Front Pembela Islam Terhadap Pengangkatan Ahok Sebagai Gubernur Dki Jakarta Di Merdeka.Com

ANALISIS WACANA PENOLAKAN FRONT PEMBELA ISLAM
TERHADAP PENGANGKATAN AHOK SEBAGAI
GUBERNUR DKI JAKARTA DI MERDEKA.COM
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :
Fajar Yugaswara
NIM : 1110051100064

KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H /2015

PtrNGESAI{AN PANITIA U.IIAN
Skripsi yang berjudulAnalisis Wacana Penolaksn Front Pembela Islam
Terhodap Pengangkatan Ahok Sebagai Gabernur DKI lakarta di Merdeko^com

telah diujikan dala.m sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 6 Januari 2015. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I) pada jurusan Konsentrasi Jurnalistik, Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
Jakarta,6 Januari 2015

Sidang lVlunaqasyalt

Sekretaris,

Ketua,

o-

hr*-

Drs. Jumroni. M.$i
NrP. 19630515 199203 1 006


NrP. 19710412 2200003 2 001

Anggota
Penguji

II

WH'

Cecen Castrawiiava" MA
NrP. 19670818 199803 I 002

Pembimbing

q^^a\
$iti Nut'bpva. M.Si
NrP. 19790823 200912 2 002

ABSTRAK


Fajar Yugaswara
1110051100064
Analisis Wacana Penolakan Front Pembela Islam Terhadap Pengangkatan
Ahok Sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com
Pasca terpilihnya Jokowi sebagai Presiden pada Pilpres kemarin rupanya
menyisakan kekosongan pada kursi Gubernur DKI Jakarta. Jika nanti Jokowi telah
resmi dilantik sebagai Presiden, maka secara otomatis Wakil Gubernur Basuki
Tjahaja Purnama (Ahok), akan menggantikan posisi Jokowi sebagai Gubernur.
Aturan ini telah tertuang dalam Pasal 26 ayat 3 Undang-undang no.12 Tahun
2008. Isu kemungkinan naiknya Ahok sebagai Gubernur cukup memanas karena
menuai pro dan kontra. Salah satu penolakan tersebut datang dari Ormas Front
Pembela Islam (FPI). Mereka menilai Ahok terlalu keras dan tidak
merepresentasikan mayoritas warga Jakarta.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka peneliti ingin mengetahui
bagaimana level teks dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap
pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com? Bagaimana
level kognisi sosial dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap pengangkatan
Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com? Bagaimana level konteks
sosial dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai
Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pisau analisis
wacana model Teun van Dijk. Van Dijk membagi wacananya ke dalam tiga
dimensi yaitu dimensi teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Van Dijk tidak
hanya meneliti perihal wacana teks yang dikonstruksikan saja, tapi juga mental
dari pengarang serta menganalisa wacana yang berkembang di masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada segi teks Merdeka.com
menggambarkan bagaimana penolakan keras FPI terhadap Ahok yang dilakukan
secara anarkis dan melanggar hukum. Kemudian level kognisi sosial, penulis dan
redaktur menempatkan posisi dirinya mendukung pengangkatan Ahok sebagai
Gubernur DKI Jakarta meskipun berlatar belakang non muslim. Pada level
konteks sosial, berita yang ditulis merupakan isu yang sedang berkembang di
dalam masyarakat.
Dari penjelasan singkat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa teks
tersebut tidak lahir dari realitas yang diambil apa adanya, melainkan telah
dikonstruksi oleh media. Sama halnya dengan pemberitaan FPI dan Ahok yang
dihadirkan oleh Merdeka.com. Wacana itu dibangun untuk merepresentasikan
nilai-nilai pancasila, agar masyarakat tidak termakan isu SARA yang disuarakan
oleh FPI dalam demo penolakan terhadap Ahok.
Kata kunci : Ormas FPI, Gubernur, Media Online


i

KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan kuasa-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
dan salam terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, serta keluarga,
sahabat dan para pengikutnya.
Sebagai manusia biasa, peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi
ini masih terdapat kekuarangan dan kelemahan. Peneliti yakin skripsi ini tidak
akan berjalan lancar tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Dr. Arif Subhan, MA. selaku Dekan, Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D, selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum, dan Dr. H. Sunandar, MA selaku Wakil
Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.


Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si beserta Sekretaris
Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A yang
selalu berkenan membantu peneliti.

3.

Dr. Rully Nasrullah, M.Si selaku dosen Penasihat Akademik. Terimakasih
atas saran dan masukan yang diberikan selama ini.

4.

Siti Nurbaya, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
membimbing saya. Terima kasih atas waktu, tenaga serta ilmunya yang
telah Ibu berikan selama ini.

ii

5.


Orang Tua ku, Bapak Wahyu dan Ibu Kurniasih dan kedua kakak ku
Yunia Azani Munggaran dan Yudhitya Witasari yang telah banyak
memberikan doa, waktu, tenaga, pikiran, cambukan semangat dan harta
kalian untuk peneliti. Maaf jika sampai saat ini belum bisa menjadi yang
diharapkan. Alhamdulilah akhirnya Ayang sebentar lagi wisuda.

6.

Teman-teman Marawis An-Nazah, Daus, Panji, Reza, Madon, Nunu,
Alfan, Asep, Didit, Rozak, dan alm.Bowo. Terimakasih atas suka duka nya
selama ini. Tetap kompak ya guys.

7.

Kawan-kawan Band Jelly Spotters, Rizki Dwi Summaputra, Hedy Afwan,
Surya Agung Wibisono. Ayo cepat selesaikan kuliahnya, agar bisa fokus
di dunia musik dan wujudkan mimpi kita, Go Internasional.

8.


Teman-teman Jurnalistik B (JB), Mae, Welda, Hetty, Anas, Butet, Tanti,
Lala, Ami, Ika, Diyah, Babay, Ema, Fika, Viky, Fiki sunyi, Teh Anis,
Dinoy, Fauziah, Ntep, Tifa, Farhan, Dede, Aki, Damar, Tyo, Dwiyan,
Bang Algi, Jali, Agoy, Farid, Hendro. Terimakasih untuk empat tahun
yang berkesan ini.

9.

Keluarga besar Jurnalistik angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu
per satu. Jaga terus tali silaturahmi diantara kita ya.

10. Kawan-kawan KONTRAS Musik. Terimakasih sudah memberikan warna
hidup selama di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
11. KKN Pionir, Apoy, Desan, Ricky, Risang, Nizar, Akbar, Yanu, Yandi,
Dadan, Uwii Shantika, Merizka, Zahra, Fatimah, Viky. Terimakasih atas
suka duka selama sebulan di Rajeg Tangerang. Jangan lupakan semua
kenangan kita yah.

iii


12. Mas Asis selaku Redaktur Politik dan Mas Fendi selaku reporter
Merdeka.com yang sudah banyak membantu dan memberikan peneliti
data-data yang dibutuhkan. Terimakasih banyak atas waktunya.
13. Seluruh Dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi atas ilmu dan bantuannya selama ini.
14. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan perpustakaan Ilmu
Dakwah dan Komunikasi.
15. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini hingga
akhir yang tak disebutkan satu-persatu, semoga Allah senantiasa membalas
kebaikan kalian semua, Amin.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu peneliti membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar
kedepannya bisa lebih baik lagi. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan bisa menjadi bahan pembanding untuk
penelitian selanjutnya.

Jakarta, 6 Januari 2015

Fajar Yugaswara


iv

DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR………………………………………………………........ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...v
DAFTAR BAGAN DAN TABEL......………………………………………….vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………..……. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah …………………………….....……...4
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian……………………….…………........5
D. Metodologi Penelitian……………………………….……………….. 6
1. Paradigma Penelitian………………………………...………6
2. Metode Penelitian……………………………..………......... 7
3. Subjek dan Objek Penelitian.......………………………….... 8
4. Tahap Penelitian………………………….....….....................8
E. Tinjauan Pustaka.......………………………...................................... 10
F. Sistematika Penulisan………………….……..…………………….. 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Analisis Wacana...................……………………………….....…......13
B. Macam-macam Model Analisis Wacana.............................................15
C. Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk...………………….......... 17
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Situs Berita Online Merdeka.com…………………………….…...... 28
B. Karakteristik Merdeka.com………………………………………….29
C. Struktur Organisasi Dan Rubrikasi Merdeka.com………………...... 32
D. Alur Berita di Merdeka.com.....………………………………...........35

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
A. Analisis Berita I.................................……………..............................37
1. Analisis Level Teks....................................................................... 38
2. Analisis Level Kognisi Sosial....................................................... 49
3. Analisis Level Konteks Sosial.......................................................52
B. Analisis Berita II................................................................................. 55
1. Analisis Level Teks....................................................................... 55
2. Analisis Level Kognisi Sosial....................................................... 64
3. Analisis Level Konteks Sosial.......................................................65

v

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………69
B. Saran……………………………………………………………........71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Bagan 3.1 Struktur Organisasi Merdeka.com..………………………………….. 32
Tabel 3.1 Rubrikasi Merdeka.com………………………………………………. 33
Tabel 4.1 Analisis Teks Berita yang berjudul “FPI tolak Ahok jadi gubernur
karena bukan Islam & bacotnya busuk” edisi Rabu, 24 September 2014............. 47
Tabel 4.2 Analisis Teks Berita yang berjudul, “Ricuh demo Ahok, FPI pukuli
wanita pengendara sepeda motor” edisi Rabu, 24 September 2014...................... 61

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Teks Van Dijk..........................................................……….. 9
Gambar 2.2 Model Analisis Van Dijk.....................……………………………...18
Gambar 2.3 Struktur Teks Van Dijk............................................……………….. 19
Gambar 2.4 Elemen-Elemen Wacana Teun A. Van Dijk...................................... 20
Gambar 2.5 Skema/Model Van Dijk......................................................................25
Gambar 4.1 “FPI tolak Ahok jadi gubernur karena bukan Islam dan bacotnya
busuk”.................................................................................................................... 47
Gambar 4.2 “Ricuh demo Ahok, FPI pukuli wanita pengendara sepeda motor”. 61

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan sebuah negara majemuk yang terdiri dari berbagai
suku bangsa dan agama. Hal ini terlihat pada semboyan dan lambang negara
“Bhineka Tunggal Ika,” yang berarti berbeda-beda namun tetap satu. Tetapi
kemajemukan tersebut bisa menjadi titik awal lahirnya suatu masalah. Oleh
karena itu, kesadaran akan kemajemukan harus mendapat perhatian yang lebih
guna menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia.
Keberagaman yang ada dalam masyarakat Indonesia merupakan modal
awal untuk menciptakan sebuah negara yang demokratis. Keterlibatan masyarakat
merupakan unsur penting sehingga demokrasi bisa berjalan dengan baik. Sejarah
mencatat, partisipasi dalam memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
pertama kali diadakan tahun 1955, sekitar sepuluh tahun setelah Indonesia
diproklamasikan sebagai negara merdeka.1
Bicara tentang demokrasi, masyarakat Indonesia baru saja merayakan
pesta demokrasi dalam Pemilihan Legislatif (Pileg), dan Pemilihan Presiden
(Pilpres) 2014. Masyarakat terlibat langsung untuk ikut berpartisipasi dalam
memilih pemimpin mereka baik itu Pileg maupun Pilpres. Dimulai dari beberapa
bulan lalu, ketika Jokowi resmi dideklarasikan sebagai Calon Presiden dari Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Akhirnya pada Pilpres kemarin,
pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan M. Jusuf Kalla ditetapkan sebagai presiden
1

Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis
Tentang Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru,
(Jakarta; Mizan, 2011), h.1.

1

2

dan wakil presiden terpilih setelah mampu mengungguli suara dari pasangan
Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Pemilu kemarin merupakan bentuk
implementasi demokrasi yang sukses, hal ini bisa menjadi refleksi bagi negara
lain yang juga menganut sistem demokratis.
Terpilihnya Jokowi sebagai Presiden ternyata menyisakan kekosongan
pada kursi Gubernur DKI Jakarta. Seperti diketahui sebelumnya bahwa Jokowi
menjabat sebagai Gubernur. Jika nanti Jokowi telah resmi dilantik sebagai
Presiden, maka secara otomatis Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
akan menggantikan posisi Jokowi sebagai Gubernur.
Aturan ini telah tertuang dalam Pasal 26 ayat 3 Undang-undang no.12
Tahun 2008. Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Wakil kepala
daerah menggantikan kepala daerah sampai habis masa jabatannya apabila kepala
daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus-menerus dalam masa
jabatannya.2
Isu kemungkinan naiknya Ahok sebagai Gubernur cukup memanas karena
menuai pro dan kontra. Unjuk rasa menolak pengangkatan Ahok sebagai
Gubernur akhir-akhir ini kencang disuarakan. Bahkan Organisasi Masyarakat
(Ormas) Front Pembela Islam (FPI) dengan gamblang menolak dan mengancam
akan melakukan demonstrasi. Selain itu terdapat ormas lain seperti Forum Betawi
Rempug (FBR), dan beberapa komunitas Betawi yang ramai-ramai menolak
pelantikan Ahok sebagai Gubernur. Mereka menilai bahwa sosok Ahok terlalu
keras dan tidak merepresentasikan mayoritas warga Jakarta.
2

www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_12_Tahun_%202008.pdf diakses pada 7 Oktober
2014, pukul 02.00 WIB

3

Penolakan yang dilakukan gabungan ormas, khususnya FPI bukan tanpa
alasan. Seperti dilansir Merdeka.com, Ketua FPI Tanah Abang, Suharto
menyatakan penolakan terhadap Ahok memiliki tiga dasar. Pertama karena Ahok
non muslim, kedua perilaku Ahok yang arogan, kasar dan tidak bermoral, dan
yang terakhir penolakan umat Islam Jakarta terhadap kepemimpinan Ahok.3
Diantara beberapa ormas yang menolak Ahok, FPI merupakan ormas yang
paling rajin menyuarakan penolakan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Penolakan tersebut didasarkan atas alasan perbedaan keyakinan, dalam hal ini
adalah agama. Alasan ini bisa dikategorikan menyinggung SARA (Suku, Agama,
dan Ras) yang sangat sensitif dan berpotensi memecah belah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Ketegasan Ahok dalam memimpin Jakarta sering
diartikan negatif oleh sebagian orang hanya demi menjatuhkannya. Padahal alasan
itu hanya pembungkus untuk alasan sebenarnya terkait SARA
Aksi demo yang dilakukan oleh FPI terhadap Ahok terpublikasi oleh
media massa. Media massa memiliki peranan penting dalam menyebarluaskan
isu-isu yang sedang berkembang. Beberapa hari belakangan isu terkait FPI versus
Ahok menjadi konsumsi publik setiap harinya. Setiap media mempunyai cara
pandang tersendiri dalam mengkonstruksi sebuah peristiwa, sehingga reaksi atas
berita yang dikonsumsi oleh khalayak menimbulkan persepsi yang berbeda.
Penulis beranggapan bahwa isu tersebut menarik untuk diteliti, karena
penulis ingin melihat perspektif sebuah media terhadap kasus FPI dan Ahok. Isu
tersebut adalah imbas dari sentimen SARA yang gencar dipropagandakan oleh
FPI terhadap Ahok.
3

http://www.merdeka.com/peristiwa/fpi-tolak-ahok-jadi-gubernur-karena-bukan-islambacotnya-busuk.html diakses pada 7 Oktober 2014, pukul 02.30 WIB

4

Berdasarkan uraian yang dipaparkan diatas, maka penelitian ini diberi
judul “Analisis Wacana Penolakan Front Pembela Islam Terhadap
Pengangkatan Ahok Sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com.”

B. Batasan Dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
membatasi masalah penelitian ini pada berita mengenai penolakan FPI
terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com
yang terdapat di bulan September 2014. Dari bulan tersebut lalu dipilih dua
berita yang dianggap telah mewakili sebuah wacana penelitian yang cover
both side.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana level teks dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap
pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com ?
b. Bagaimana level kognisi sosial dalam penyajian berita penolakan FPI
terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di
Merdeka.com ?
c. Bagaimana level konteks sosial dalam penyajian berita penolakan FPI
terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di
Merdeka.com ?

5

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana level teks dalam penyajian berita
penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI
Jakarta di Merdeka.com ?
b. Untuk mengetahui bagaimana level kognisi sosial dalam penyajian
berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur
DKI Jakarta di Merdeka.com ?
c. Untuk mengetahui bagaimana level konteks sosial dalam penyajian
berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur
DKI Jakarta di Merdeka.com ?
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi
praktisi media bahwa dalam produksi suatu berita, teks bukan semata-mata
hanya sebuah tulisan yang netral, namun terdapat banyak faktor yang
memengaruhi dalam proses produksi sebuah berita. Termasuk kondisi
mental atau kognisi wartawan dan pandangan masyarakat dalam melihat
suatu isu yang ada.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kepada para
akademisi tentang bagaimana wacana itu dibuat oleh sebuah media

6

tertentu. Seperti wacana yang dibangun oleh Merdeka.com dalam kasus
FPI dan Ahok. Terdapat banyak faktor yang memengaruhi dalam proses
produksi sebuah berita.
D. Metodelogi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme.
Dalam paradigma konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat
untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai
faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan sosialnya.4
Paradigma konstruktivisme memperhatikan interaksi kedua belah pihak,
komunikator dan komunikan untuk menciptakan pemaknaan atau tafsiran dari
suatu pesan. Paradigma konstruktivisme menekankan pada politik pemaknaan dan
proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Paradigma ini
memandang kegiatan komunikasi sebagai sebuah proses yang dinamis. Titik
perhatian tidak terletak pada bagaimana seseorang mengirimkan pesan, melainkan
bagaimana masing-masing pihak yang terlibat dalam lalu lintas komunikasi
produksi

pesan

tersebut

dan

mempertukarkan

maknanya.

Paradigma

konstruktivisme ini merupakan cara berfikir yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitiannya, bahwa segala peristiwa maupun berita yang ada tidak lahir sebagai
realitas murni saja namun di balik realitas peristiwa yang dibangun terdapat
orang-orang tertentu yang turut mengkonstruksi berita.
Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk
membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Dalam pemberitaan di
4

h.5.

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),

7

media massa tidak sepenuhnya menggambarkan kejadian yang sebenarnya, tetapi
juga mempunyai maksud dan makna tertentu. Maka, dalam penelitian ini penulis
ingin mengetahui lebih jauh konstruksi yang terbentuk dalam kasus penolakan FPI
terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com.
2. Metode Penelitian
Mengutip
mendefinisikan

pernyataan
metodologi

Bogdan
kualitatif

dan

Taylor,

sebagai

Lexy

prosedur

J.

Moleong

penelitian

yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.5 Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan pisau analisis wacana yang dikembangkan oleh Teun van Dijk.
Pendekatan kualitatif ini memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang
mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam
masyarakat.6
Sedangkan

analisis

wacana

didefinisikan

sebagai

suatu

upaya

pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek yang mengemukakan suatu
pernyataan. Metode analisis wacana berbeda dengan analisis isi kualitatif yang
lebih menekankan pada pertanyaan apa (what), analisis wacana lebih melihat
kepada bagaimana (how) dari suatu pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis
wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi bagaimana
juga pesan itu disampaikan. Lewat kata, frase, kalimat, metafora macam apa suatu

5

Lexy J Maleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006), h.3.
6
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h.23.

8

berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan
tersebut, analisis wacana lebih bisa mengungkap permasalahan tersebut.7
3. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek nya adalah Merdeka.com,
sedangkan objeknya adalah pemberitaan mengenai penolakan FPI terhadap
pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com. Peneliti
memilih berita tersebut karena menilai ada pihak yang menjadi dominan
dalam pengkonstruksian berita tersebut.
4. Tahap Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
1). Wawancara Mendalam ( Depth Interview )
Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau
informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar
mendapatkan data yang lengkap dan mendalam. Peneliti melakukan
tanya jawab kepada dua orang narasumber secara detail, mengenai
berita tersebut. Peneliti melakukan wawancara pertama via email
kepada Muhammad Hasits selaku Redaktur Politik pemberitaan di
Merdeka.com pada tanggal 27 Oktober 2014.
Narasumber

selanjutnya

yaitu

Efendi

Ari

Wibowo,

yang

merupakan reporter di Merdeka.com pada tanggal 28 Oktober 2014.
Wawancara

kedua

narasumber

tersebut

sebagai

cara

untuk

mengumpulkan data dan fakta untuk memecahkan masalah yang
diteliti.
7

Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h.68.

9

2). Dokumentasi
Sebagai suatu cara pengumpulan data yang bertujuan untuk
dijadikan bukti dari data yang telah diambil dan berguna untuk
mengumpulkan data secara tersistem dan objektif. Peneliti juga
menggunakan beberapa referensi buku dari perpustakaan, yang terdapat
di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, dan
Perpustakaan Utama UIN Jakarta.
b. Teknik Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, maka selanjutnya adalah melakukan analisis
data. Setelah diperoleh wacana yang akan dianalisis, lalu peneliti
melakukan penelitian dengan menggunakan analisis wacana model
Teun van Dijk yang terdiri dari tiga elemen yaitu dimensi teks, kognisi
sosial, dan konteks sosial. Peneliti merasa perlu meneliti wacana
dengan menggunakan teknik van Dijk, karena selain menganalisis dari
struktur teks, analisa ini juga mengacu kepada elemen kognisi sosial
(mental wartawan dalam memahami peristiwa). Dan elemen terakhir
yaitu konteks sosial (menganalisa wacana yang berkembang di
masyarakat).
Dalam teknik analisis wacana van Dijk ini, terdapat tiga elemen, yang
pertama ialah dimensi teks.
Gambar 1.1 Struktur Teks Van Dijk
Struktur Makro
Makna Global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema
yang diangkat oleh suatu teks.
Super Struktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup,
dan kesimpulan.

10

Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata,
kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.
Sumber: Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta, LKiS,
2001, h.227.

Kedua adalah kognisi sosial, yaitu bagaimana wartawan atau penulis
mengetahui dan memahami peristiwa yang sedang ditulisnya.
Ketiga, konteks sosial yaitu mengetahui apa yang sedang terjadi di
masyarakat dan dampak yang ditimbulkan setelah adanya pemberitaan tersebut.
Dalam

pengolahan

data,

peneliti

menggabungkan

hasil

melalui

pengumpulan data. Unit analisis dalam penelitian ini adalah berita yang ditulis
oleh Merdeka.com pada bulan September 2014. Lalu hasil tersebut digabungkan
dan diteliti menggunakan metode analisis wacana Teun A. van Dijk. Sedangkan
teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) terbitan Ceqda.

E. Tinjauan Pustaka
Analisis ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku
yang membahas tentang analisis wacana. Beberapa skripsi mengenai analisis
wacana yang menjadi acuan diantaranya yaitu:
1. Analisis Wacana Van Dijk Terhadap Berita “Sebuah Kegilaan di Simpang
Kraft” di Majalah Pantau karya Tia Agnes Astuti.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana teks yang
dibangun dalam peristiwa simpang kraft di majalah Pantau. Dalam proses

11

produksinya, teks tersebut dibangun oleh faktor dari pihak GAM dan
militer Indonesia.
2. Analisis Wacana Penulisan Feature di Media Indonesia Edisi 25-26
Oktober 2011 karya Apristia Krisna Dewi.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana penulisan
feature di produksi di Media Indonesia. Dalam prosesnya teks tersebut di
pengaruhi oleh faktor lain yang memengaruhi isi teks.
Dari kedua skripsi tersebut terdapat perbedaan dengan skripsi peneliti,
yaitu dari segi kasus yang diteliti dan media nya.

F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan, maka sistematika penulisan ini terdiri
dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub-bab dengan penyusunan
sebagai berikut:
BAB I :

PENDAHULUAN Menguraikan tentang latar belakang masalah

penelitian, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORITIS Bab ini akan menguraikan kajian teoritis
mengenai Analisis Wacana, Macam-macam Model Analisis Wacana, dan Analisis
Wacana Model Teun A. van Dijk.
BAB III : GAMBARAN UMUM Bab ini memaparkan latar belakang
Merdeka.com sebagai media online, Karakteristik Merdeka.com, Struktur
Organisasi dan Rubrikasi Merdeka.com serta Alur Pemberitaan Merdeka.com.

12

BAB IV : HASIL TEMUAN DAN ANALISIS Membahas tentang level
konstruksi mengenai pemberitaan penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok
sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com yang dilihat dari tiga aspek yaitu
teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
BAB V : PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran. Bab ini merupakan bab
penutup dari berbagai sub bab yang memuat kesimpulan penulisan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Analisis Wacana
1. Pengertian Analisis Wacana
Analisis wacana adalah ilmu yang baru muncul beberapa puluh tahun
belakangan

ini,

aliran-aliran

linguistik

selama

ini

membatasi

penganalisaannya hanya pada soal kalimat, dan barulah belakangan ini
sebagian ahli bahasa memalingkan perhatian kepada penganalisaan wacana.1
Analisis wacana terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan wacana, keduanya
memiliki pengertian masing-masing yang berbeda.
Istilah analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai suatu sifat penelitian atau kupasan. Pengertian analisa atau analisis
adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan
sebenarnya.2
Wacana sendiri merupakan terjemahan dari bahasa inggris, yakni
discourse. Namun istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para ahli
linguis (ahli bahasa) di Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa
Inggris, „discourse‟. Kata „discourse‟ sendiri berasal dari bahasa Latin,
discursus (lari ke sana lari ke mari). Kata ini diturunkan dari kata „dis‟
(dan/dalam arah yang berbeda-beda) dan kata „currere‟ (lari).3 Menurut
Syamsuri wacana adalah rekaman utuh tentang peristiwa komunikasi,
1
2

Hamid Hasan Lubis, Analisis Wacana Pragmatik (Bandung: Angkasa, 1993), h.12.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, Cet Ke-1, 1998),

h.32.
3

Dede Oetomo, Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana (Yogyakarta: Kanisius,
1993), h.3.

13

14

biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan
pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi itu dapat menggunakan
bahasa lisan dan dapat pula memakai bahasa tulisan.4
Secara etimologi analisis wacana sebagaimana dikutip Mulyana
berasal dari bahasa sansekerta wac/wak/vac yang memiliki arti „berkata‟,
„berucap‟. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana,
kata ana yang berada di belakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang
bermakna „membedakan‟. Dengan demikian kata wacana dapat diartikan
sebagai perkataan atau tuturan.5
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, terdapat tiga makna
dari istilah wacana. Pertama, percakapan, ucapan, dan tutur. Kedua,
keseluruhan tutur atau cakapan yang merupakan satu kesatuan. Ketiga, satuan
bahasa terbesar, terlengkap yang realisasinya pada bentuk karangan yang
utuh, seperti novel, buku, dan artikel.6
Sara Mills berpendapat bahwa analisis wacana merupakan sebuah
reaksi terhadap bentuk linguistik tradisional yang bersifat formal (linguistik
struktural). Menurut Mills, linguistik tradisional ini memfokuskan kajiannya
pada pilihan unit-unit dan struktur-struktur kalimat tanpa memperhatikan
analisis bahasa dalam penggunaannya. Berbeda dari linguistik tradisional,
analisis wacana justru lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan
struktur pada level kalimat, misalnya hubungan ketatabahasaan (gramatikal)
seperti subjek-kata kerja-objek, sampai pada level yang lebih luas daripada
4

Panuti Sudjiman. Bunga Rampai Stilistika (Jakarta: Pustaka Utama Grifiti, 1993), h.6.
Deddy Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-prinsip Analisis
Wacana (Yogyakarta: Tiara Wacana 2005), h.3
6
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta:
Modern English Press, Edisi Ke-3, 2002), h.1709
5

15

teks. Bagi teks tertulis, analisis wacana yang dilakukan bertujuan untuk
mengeksplisitkan norma-norma dan aturan-aturan bahasa yang implisit.
Selain itu, analisis wacana juga bertujuan untuk menemukan unit-unit hirarkis
yang membentuk suatu struktur diskursif.7
B. Macam-macam Model Analisis Wacana
Pada perkembangannya selain model analisis wacana Teun van Dijk,
model analisis wacana dikemukakan para ahli melalui pendekatan yang beragam,
di antara para ahli yang mengembangkan model analisis wacana adalah:
1. Michael Foucault
Foucault memulai analisis wacana atau diskursus yang bersifat politis
dan ideologis. Michael Foucault menjelaskan definisi fenomenal dari wacana
beserta potensi politis dan kaitannya dengan kekuasaan “Diskursus atau
wacana adalah elemen taktis yang beroperasi

dalam kancah relasi

kekuasaan”.8 Antara wacana dan kekuasaan memiliki timbal balik seperti
yang dikatakan Michael Foucault, „elemen taktis‟ yang sangat terkait dengan
kajian strategis dan politis.
Dari definisi yang dikatakan Foucault, terungkap bahwa wacana
adalah alat bagi kepentingan kekuasaan, hegemoni, dominasi budaya dan
ilmu pengetahuan. Distribusi wacana ke tengah masyarakat pada era
postmodern ini dilaksanakan secara strategis melalui media, baik itu media
cetak maupun elektronik.9

7

Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 9-13
Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis (Bandung: Yrama Widya, 2009), h. 83.
9
Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis, h.83.
8

16

2. Theo Van Leeuwen
Model yang diperkenalkan Theo Van Leeuwen untuk mendeteksi dan
meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang yang dimarjinalkan
posisinya dalam suatu wacana. Bagaimana suatu kelompok dominan lebih
memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaannya.
Sementara, kelompok lain yang posisinya rendah cenderung untuk terus
menerus menjadi objek pemaknaan dan digambarkan secara buruk.10
Analisis wacana Van Leeuwen secara umum menampilkan bagaimana
pihak-pihak dan aktor (bisa individu atau kelompok) ditampilkan dalam
pemberitaan, sehingga mempunyai dua pusat perhatian.

3. Roger Fowler, dkk
Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew mulai
dikenal sejak diterbitkannya buku Languange and Control pada tahun 1979.
Mereka menggunakan pendekatan critical linguistics yang memandang
bahwa bahasa sebagai praktik sosial. Para linguis kritis percaya bahwa pilihan
bahasa dibuat menurut seperangkat kendala, seperti ideologi, politik, sosial,
dan kultural. Implikasinya masyarakat dapat dimanipulasi dalam aturan yang
baik sesuai dengan apa yang dikehendaki dan dinilai peran dan statusnya ke
dalam dikotomi atasan-bawahan, superior-inferior melalui strategi sosial yang
melibatkan aspek kekuasaan, aturan, subordinasi, solidaritas, kohesi,
antagonis, kesenangan dan sebagainya, yang semuanya merupakan bagian
integral dari sistem kontrol masyarakat. Critical Linguistics terutama

10

Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis, h.166.

17

dikembangkan dari teori linguistik yang melihat bagaimana tata bahasa
(grammar) tertentu menjadikan kata tertentu (diksi) membawa implikasi dan
ideologi tertentu.11
Secara ringkas atau sederhana, teori wacana mencoba menjelaskan
terjadinya sebuah peristiwa seperti terbentuknya sebuah kalimat atau
pernyataan. Wacana sebagai upaya untuk mengungkap makna yang tersirat
dari subjek yang mengungkapkan pernyataan tersebut. Dalam penelitian ini
penulis lebih mengarah kepada tokoh Teun A. van Dijk, yang lebih
memaksudkan bahwa analisis wacana sebagai suatu analisis untuk
membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu.

C. Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk
Model analisis wacana yang diperkenalkan van Dijk mengolaborasi
elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara praktis.
Oleh sebab itu, model van Dijk banyak dipakai. Model yang diperkenalkan oleh
van Dijk sering disebut juga “Kognisi Sosial”. Menurut van Dijk, penelitian atas
wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks
hanya hasil dari suatu praktik dari produksi yang harus diamati. Disini harus
dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu
pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu.12
Van Dijk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok
kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi / pikiran dan
kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana oleh
11
12

h.221.

Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis, h.84.
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),

18

van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi / bangunan: teks, kognisi sosial,
dan konteks sosial. Intinya, menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut
kedalam satu kesatuan analisis.13
Gambar 2.2 Model analisis Van Dijk

TEKS
KOGNISI SOSIAL
KONTEKS
Sumber: Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta,
LKiS, 2001, h.225.

Berikut adalah penjelasan dari ketiga dimensi yang digambarkan oleh van
Dijk:
1. Teks
Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan
strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada
level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan
kognisi individu dari komunikator. Sedangkan aspek ketiga, konteks,
mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan
suatu masalah.
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan
yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya kedalam tiga
tingkatan. Pertama, struktur makro, merupakan makna global/umum dari
suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang
dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, Superstruktur, merupakan struktur
13

Eriyanto, Analisis Wacana, h.224.

19

wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagianbagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro,
adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks
yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.14

Gambar 2.3 Struktur Teks Van Dijk
Struktur Makro
Makna Global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema
yang diangkat oleh suatu teks.
Super Struktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup,
dan kesimpulan.
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata,
kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.

Pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu bukan sematamata dipandang sebagai cara berkomunikasi, tetapi dipandang sebagai politik
berkomunikasi.
memengaruhi

Politik berkomunikasi
pendapat

umum,

merupakan suatu cara untuk

menciptakan

dukungan,

memperkuat

legitimasi dan menyingkirkan lawan atau penentang. Berikut akan diuraikan
satu peristiwa elemen wacana van Dijk tersebut.15

14
15

Eriyanto, Analisis Wacana, h.225-226.
Eriyanto, Analisis Wacana, h.228.

20

Gambar 2.4 Elemen-elemen Wacana Teun A. Van Dijk
STRUKTUR
HAL YANG DIAMATI
ELEMEN
WACANA
Struktur Makro Tematik
Topik
Tema/topik yang dikedepankan
dalam suatu berita.
Superstruktur
Skematik
Skema
Bagaimana bagian dan urutan berita
di skemakan dalam teks berita utuh.
Struktur Mikro Semantik
Latar, Detil,
Makna yang ingin ditekankan dalam Maksud,
teks berita. Misalnya dengan memPra-anggapan,
beri detil pada satu sisi atau membuat Nominalisasi
eksplisit satu sisi dan mengurangi
detil sisi lain.
Sintaksis
Bentuk kalimat,
Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) Koherensi, Kata
yang dipilih.
Ganti
Stilistik
Leksikon
Bagaimana pilihan kata yang dipakai
dalam teks berita.
Retoris
Bagaimana dan dengan cara apa
penekanan dilakukan.

Grafis, Metafora
Ekspresi

a. Tematik
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks.
Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama
dari suatu teks. Gagasan penting van Dijk, wacana umumnya dibentuk
dalam tata aturan umum (macrorule). Teks tidak hanya didefinisikan
mencerminkan suatu pandangan tertentu atau topik tertentu, tetapi
suatu pandangan umum yang koheren. Van Dijk menyebut hal ini
sebagai koherensi global (global coherence), yakni bagian-bagian

21

dalam teks yang dirunut menunjuk pada satu titik gagasan umum, dan
bagian-bagian

itu

saling mendukung satu

sama

lain

untuk

menggambarkan topik umum tersebut.16
b. Skematik
Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari
pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana
bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk
satu kesatuan aksi. Menurut van Dijk, arti penting dari skematik
adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin
disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan-urutan
tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan
bagian

mana

yang

bisa

kemudian

sebagai

strategi

untuk

menyembunyikan informasi penting.17
c. Semantik
Semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang telah menelaah makna
satuan lingual, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.18
Menurut van Dijk, beberapa elemen semantik dijabarkan lebih detil
sebagai berikut:
1) Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi
semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih
menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa.

16

Eriyanto, Analisis Wacana, h.229-230.
Eriyanto, Analisis Wacana, h.231-234
18
Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001). h.78
17

22

Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam
suatu teks. Oleh karena itu, latar teks merupakan elemen berguna
karena dapat membongkar apa maksud yang ingin disampaikan
oleh komunikator.
2) Detil
Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi
yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan
secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra
yang baik. Detil yang dibuat lengkap dan panjang lebar merupakan
penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra
tertentu kepada khalayak.
3) Maksud
Maksud hampir sama dengan detil, bagaimana penulis
mengkonstruksi suatu berita secara eksplisit maupun implisit.
d. Sintaksis
Sintaksis merupakan salah satu bagian dari tingkatan Struktur
Mikro. Sintaksis mempunyai pengertian bagaimana pemilihan kalimat
pada suatu teks ditinjau dari bentuk dan susunan. Adapun elemen
sintaksis diantaranya ialah bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti.
e. Stilistik
Pusat perhatian Stilistik adalah style atau gaya, yaitu cara yang
digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan
maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Gaya bahasa
mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas dan

23

citraan, pola rima, matra yang digunakan seorang sastrawan yang
terdapat dalam sebuah karya sastra. Elemen pemilihan leksikal pada
dasarnya menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan
kata atau frase atas berbagai kemungkinan kata atau frase yang
tersedia. Kata “meninggal” misalnya mempunyai kata lain: mati,
tewas, gugur, terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan
sebagainya.19
f. Retoris
Retoris merupakan kategori Struktur Mikro yang terakhir. Retoris
adalah bagaimana dan dengan cara penekanan apa yang dilakukan
terhadap suatu teks atau wacana. Elemen–elemen dalam retoris antara
lain:
1) Grafis
Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa saja yang
ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh
seseorang yang dapat diamati dari teks. Elemen grafis itu juga
muncul dalam bentuk foto, gambar, atau tabel untuk mendukung
gagasan atau untuk bagian lain yang ingin ditonjolkan. Elemen
grafis memberikan efek kognitif, dalam arti ia mengontrol
perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah
suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus
dipusatkan/difokuskan.

19

Alex Sobur. Analisis Teks Media, h.82-83.

24

2) Metafora
Dalam suatu wacana, seorang wartawan

tidak hanya

menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan,
ungkapan metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau
bumbu dari suatu berita.20

2. Level Kognisi Sosial
Dalam pandangan van Dijk, kognisi sosial terutama dihubungkan
dengan proses produksi berita. Bagaimana berita tersebut dibuat dan siapa
yang membuatnya. Karena dalam suatu berita akan dipengaruhi oleh
subyektifitas dari wartawan yang bersangkutan. Titik kunci dalam memahami
produksi berita adalah dengan meneliti proses terbentuknya teks.21
Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada
skema.

Van

Dijk

menyebut

skema

ini

sebagai

model.

Skema

dikonseptualisasikan sebagai struktur mental dimana tercakup di dalamnya
bagaimana kita memandang manusia, peranan sosial, dan peristiwa.22
Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur
teks, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Van Dijk menyebut sebagai
kognisi sosial. Untuk mengetahui bagaimana makna tersembunyi dari teks,
diperlukan analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif
didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu

20

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),

h. 257-259
21
22

Eriyanto, Analisis Wacana, h.266.
Eriyanto, Analisis Wacana, h.261.

25

diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental
dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas
representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita.23
Ada beberapa skema/model yang dapat digambarkan dalam tabel berikut
ini:24
Gambar 2.5 Skema/Model Van Dijk
Skema person (Person Schemas). Skema ini menggambarkan bagaimana
seseorang menggambarkan dan memandang orang lain.
Skema diri (Self Schemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri
sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan oleh seseorang.
Skema Peran (Role Schemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana
seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang
ditempati dalam masyarakat.
Skema peristiwa (Event Schemas). Setiap peristiwa selalu kita tafsirkan
dan maknai dalam skema tertentu. Umumnya skema inilah yang paling
banyak dipakai oleh wartawan.
Sumber: Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta, LKiS,
2001, h.262-263

3. Level Analisis Sosial (Konteks)
Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah analisis sosial. Wacana
adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga
untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti

23
24

Eriyanto, Analisis Wacana, h.259-260.
Eriyanto, Analisis Wacana, h.262-263.

26

bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam
masyarakat.25
Analisis sosial mencakup sosiokultural yang berkembang dalam
masyarakat. Norman Fairclough mengasumsikan bahwa konteks sosial yang
berada di luar media memengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam
media. Sosiocultural practice ini memang tidak berhubungan langsung
dengan produksi teks tetapi ia menentukan bagaimana teks diproduksi dan
dipahami.26
Menurut van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua
poin yang penting: kekuasaan (power) dan akses (acces).27
a. Praktek Kekuasaan
Teun A. van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai
kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya),
satu kelompok untuk mengontrol kelompok (atau anggota) dari
kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan
atas sumber-sumber yang bernilai seperti uang, status, dan
pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik,
kekuasaan itu dipahami oleh van Dijk, juga berbentuk persuasif;
tindakan seseorang untuk secara tidak langsung mengontrol dengan
jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan
pengetahuan.

25

Eriyanto, Analisis Wacana, h.271.
Eriyanto, Analisis Wacana, h.320.
27
Eriyanto, Analisis Wacana, h.272.

26

27

b. Akses Memengaruhi Wacana
Analisis Wacana Teun A. van Dijk memberi perhatian yang besar
pada akses bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam
masyarakat. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar
dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu,
mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk
memengaruhi kesadaran khalayak. Akses yang lebih besar bukan
hanya memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak
lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan isi wacana apa yang
dapat disebar dan didiskusikan kepada khalayak.

BAB III
GAMBARAN UMUM

A. Situs Berita Online Merdeka.com
1. Merdeka.com Sebagai Media Online
Merdeka.com adalah sebuah situs berita online yang didirikan pada 21
Februari 2012, hasil kolaborasi antara media dan teknologi. PT Integra Ventura
sebagai induk perusahaan yang terafiliasi dengan KapanLagi.com memilih jalur
media online karena dinilai lebih praktis dalam penyajiannya, dibandingkan
dengan media cetak. Pada umumnya, kebanyakan media online dibangun dan
didirikan sebagai bagian dari pengembangan perusahaan media atau dibangun
oleh orang-orang media. Tetapi Merdeka.com justru dibangun dari perusahaan
teknologi yang terdiri dari orang-orang yang ahli dibidang Teknologi Informasi.
Berangkat dari pengalaman Kapanlagi.com (KL), sebuah situs media yang
fokus di entertaintment. Portal tersebut didirikan oleh Steve Christian pada tahun
2003. Seiring berjalannya waktu, Steve berencana mendirikan sebuah portal berita
yang lebih serius, dalam artian berisi berita non entertainment. Dengan bermodal
pengalamannya ditambah dengan jajaran redaksi yang dimiliki, akhirnya
terbentuklah sebuah portal berita Merdeka.com.1
Merdeka.com berdiri tahun 2012 sebagai media online yang memberitakan
peristiwa politik nasional, olahraga, hiburan, dan otomotif, semuanya ada disini.
Merdeka.com merupakan penggabungan dari dua bagian, yaitu bagian teknik
informasi (TI) dan bagian redaksi. Berawal dari sekumpulan orang-orang TI yang

1

www.merdeka.com diakses pada Minggu 26 Oktober 2014, pukul 02.00.WIB

28

29

ingin membuat media, karena sebuah media tidak lepas dari seorang wartawan,
oleh karena itu mereka bergabung dengan orang-orang media.
Merdeka.com dibangun oleh orang-orang ahli tekhnologi yang bersinergi
dengan orang-orang jurnalistik handal dan berpengalaman. Diantaranya adalah
Didik Supriyanto (Pemimpin Redaksi ex tabloid Detik dan detikcom), Titis
Widyatmoko (Redaktur Eksekutif, ex Sindo), Arie Basuki (Foto, ex Tempo),
Anwar Khumaini wartawan kepresidenan sebagai