Kebijakan lelang jabatan pengangkatan camat dan lurah di DKI Jakarta Tahun 2013 dalam rangka good governance

(1)

(2)

(3)

KEBIJAKAN LELANG JABATAN PENGANGKATAN CAMAT DAN LURAn Dr DK! JAKARTA TAHUN 2013

DALAM RANGKA GOOD GOVERNANCE

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas IImu Sosial dan Umu Politik Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleb

Dinar Annisa Susanti 1110112000013

Dibawab Bimbingan

Drs. Ismadi Ananda, M.Si. NIP. 19520903198203001

PROGRAM STUDr ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERJ SYARlF RIDA YATULLAR

JAKARTA 2014

ii


(4)

(5)

(6)

-v ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang good governance studi tentang Kebijakan Gubernur Joko Widodo dalam lelang jabatan untuk posisi camat dan lurah di DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang melatar belakangi kebijakan Gubernur Joko widodo dalam lelang jabatan di Provinsi DKI Jakarta serta mengetahui lelang jabatan dalam prinsip – prinsip good governance dan pelaksaan lelang jabatan.

Peneliti menggunakan 3 teori, yaitu Good Governance, Reformasi Birokrasi dan Kebijakan Publik. Peneliti menemukan bahwa good governance dalam lelang jabatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 3 aspek, yaitu faktor – faktor yang melatarbelakangi lelang jabatan, lelang jabatan sebagai bentuk good governance di DKI Jakarta dan pelaksanaan lelang jabatan. Metodologi yang digunakan adalah kualitatif. Penelitian dilakukan di wilayah DKI Jakarta, tepatnya di Badan Kepegawaian Daerah (BKD), 2 kecamatan, 3 kelurahan, 1 RT. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Dari penelitian yang dilakukan berdasarkan studi lapangan dalam bentuk observasi dan wawancara, peneliti menemukan sistem lelang jabatan telah terjadi dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan para camat dan lurah yang lulus ujian lelang jabatan, dan sekarang menduduki jabatan tersebut, berdampak pada peningkatan pemberian pelayanan publik di lingkungan kecamatan dan kelurahan cukup menggembirakan. Pada lelang jabatan sebagai bentuk good governance ada 6 prinsip good governance, pertama adalah kompetensi. Pada tahap ini lelang jabatan dilakukan supaya mendapat pejabat yang benar – benar mumpuni. Kedua adalah transparansi. Transparansi pada lelang jabatan adalah agar lebih terbuka dalam proses pemilihan camat dan lurah. Ketiga adalah akuntabilitas, lelang jabatan harus berdasarkan hukum yang jelas supaya dapat dipertanggung jawabkan kegagalan dan keberhasilannya. Keempat adalah partisipasi, partisipasi masyarakat dan pemerintah harus mendukung agar berjalan dengan baik. Kelima adalah rule of law, rule of law adalah lelang jabatan berdasarkan hukum yang jelas. Keenam adalah social justice, sosial justice adalah lelang jabatan menjunjung tinggi kesetaraan atau keadilan dalam pemilihan camat dan lurah.

Lelang jabatan merupakan salah satu bentuk reformasi birokrasi, sebab dengan adanya lelang jabatan dapat meningkatkan kinerja para pejabat agar pelayanan berjalan dengan baik. Dengan adanya lelang jabatan diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan mutu kinerja di DKI Jakarta.


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kebijakan Lelang Jabatan Pengangkatan Camat dan Lurah di DKI Jakarta Tahun 2013 dalam Rangka Good Governance Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat,dan para

pengikutnya dari awal hingga akhir zaman nanti.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan di dalamnya, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan

kritik yang membangun dari semua pihak. Penulisan skripsi ini juga tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak yang telah mendukung. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Ali Munhanif, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak M. Zaki Mubarak, M.Si., selaku seketaris Program Studi Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Ismadi Ananda, M.Si., selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih

telah membimbing, meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberi

nasehat dan memotivasi terus tanpa henti sehingga penulis dapat


(8)

vii

5. Bapak Olanson Girsang, selaku Staf Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah

Provinsi DKI Jakarta yang bersedia meluangkan waktunya untuk menemui

dan diwawancarai oleh penulis.

6. Bapak dan Ibu camat dan lurah yang bersedia meluangkan waktunya untuk

menemui dan diwawancarai oleh penulis.

7. Orang tua tercinta, Bapak Hadi Susanto dan Ibu Sri Sumaryati, yang telah

membantu banyak dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, dengan memberi

ide penulisan, pengetahuan, dorongan moral dan semangat yang begitu

membangun.

8. Saudara kandung tersayang, Mba Intan Yuri Susanti, Mas Widi

Hastowahyudi, Berlian. M. Hadi serta ponakan tercinta Kenzie Ahza

Hastowahyudi selaku saudara kandung yang telah memberikan semangat,

serta keluarga besar tersayang yang telah memberikan bantuan do’a, dukungan, semangat, dan motivasi dalam setiap langkah penulis.

9. Special thanks for Dewi Pratiwi Putri Aji, Vicky Anggia, Hafidz Muzavi dan

Teddy Dwi Prasetyo yang selalu memberi semangat, masukan, dan tidak

bosan mendengarkan curahan hati penulis.

10. Teman dekat, Siti Fauziah, Kinanti Pelangi, Afini. R, Marliana, Rachma

Humairah, Bramanda Prastomo, Rama Fauzi, Rizki Dewa Ruci, Yoga Arya.

Yang selalu memberi semangat dan juga hiburan kepada penulis.

11. Teman-teman perkuliahan, Raisa, Alia, Dini A, Dewi, Ibem, Deci, Abudan

Herman, Ade, , Aris, Ismet, Imam, Aslus, Dona, Hilman, Ikhwan, Wafa,

Sofyan, Fadil, Aldy, Yosep, Maulana, Ramdan, Oye, Sandi, Ajo, Iqbal,

Camen, Indra, Aris B, Aisyah, Dini B, Adis, Lela, Lulu, Luckluck, Minah, ,


(9)

viii

terlewat dalam penyebutan ini, terima kasih telah memberikan banyak

masukan dalam hal teknik penulisan, semangat, dan hiburan kepada penulis.

12. Seluruh pihak yang turut memberikan dukungannya yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu yang telah ikut serta memberikan semangat sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak mungkin dapat

dilaksanakan tanpa bantuan, petunjuk, bimbingan dan saran dari berbagai pihak.

Semoga Allah SWT melimpahkan karunia serta anugrah-Nya atas segala bantuan

yang telah diberikan, Amin.

Karena keterbatasan waktu, dana, data, pengetahuan, dan pengalaman

yang dimiliki, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pikiran bagi

para pembaca sekalian dan semua pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 22 Desember 2014


(10)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME. ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D.Tinjauan Pustaka ... 9

E. Metode Penelitian ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KERANGKA TEORI A.Good Governance ... 16

B. Reformasi Birokrasi... 22

C.Kebijakan Publik ... 34

BAB III PROFILE DKI JAKARTA A.Sejarah Provinsi DKI Jakarta ... 39

B. Geografis DKI Jakarta ... 42

C.Unsur Demografi DKI Jakarta... 42

1. Jumalah Penduduk ... 43

2. Tingkat Ekonomi ... 45

3. JumlahKecamatan dan Kelurahan...47

D. Struktur Pemerintahan DKI Jakarta ... 48

E.Peta DKI Jakarta ... 53

BAB IV PENERAPAN SISTIM LELANG JABATAN POSISI CAMAT DAN LURAH DI DKI JAKARTA A.Faktor – Faktor Lelang Jabatan ... 54

1. Keinginan Sosok Camat dan lurah yang bisa terjun ke lapangan ... ... 56

2. Menghindari KKN... .. 57

3. Menciptakan Budaya Demokratis dari Ruang Lingkup yang Lebih Kecil ... ... 59

B. Lelang Jabatan Sebagai Bentuk Good Governance ... 61

1. Prinsip Kompetensi...61


(11)

x

3. Prinsip Akuntabilitas...63

4. Prinsip Partisipasi... .... 65

5. Rule Of Law... ... 66

6. Social Justice... ... 67

C.Pelaksanaan Lelang Jabatan ... 68

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... xiv

LAMPIRAN... ... xix


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta tahun 2013...43

Tabel 3.2 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta tahun 2007 - 2010...46

Tabel 3.3 Laju pertumbuhan Ekonomi di DKI Jakarta tahun 2007 - 2010....46

Tabel 3.4 Jumlah Kecamatan dan Kelurahan di DKI Jakarta tahun 2008...47

Tabel 4.1 Tabel Pendaftar Lelang Jabatan Camat dan Lurah di DKI Jakarta... ... ... ...71


(13)

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Skema Urutan Tahapan Kebijakan Publik...38


(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR


(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mekanisme pengangkatan untuk jabatan Camat dan Lurah di Indonesia

menggunakan sistem tertutup, yaitu dengan cara diangkat langsung oleh Bupati atau

Walikota. Untuk calon Camat diusulkan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota

kepada Bupati atau Walikota dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menguasai

pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.1 Sedangkan untuk calon Lurah diusulkan oleh Camat kepada

Bupati atau Walikota dari PNS yang memiliki kemampuan teknis di bidang

administrasi pemerintahan dan memahami sosial budaya masyarakat setempat.2

Nama-nama calon Camat yang diajukan oleh Sekertaris Daerah

Kabupaten/Kota dan Lurah yang diajukan oleh Camat akan menjadi pertimbangan

Bupati atau Walikota untuk selanjutnya diputuskan dan mengangkatnya. Walaupun

dalam mekanisme pengangkatan jabatan tersebut Sekertaris Daerah Kabupaten/Kota

1

Peraturan Pemerintah Nomor. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/27871/node/1019/pp-no-19-tahun-2008-kecamatan diunduh pada 3 Februari 2014

2

Peraturan Pemerintah Nomor. 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan


(16)

2 dan Camat berhak untuk mengajukan nama-nama calon, akan tetapi keputusan akhir

berada di tangan Bupati atau Walikota.3

Sistem pengangkatan di DKI Jakarta, kecamatan dipimpin oleh seorang

Camat dan dibantu oleh seorang Wakil Camat yang diangkat dari pegawai negeri sipil

(PNS). Camat dan Wakil Camat diangkat dan diberhentikan oleh gubernur atas usul

Bupati atau Walikota. Camat bertanggung jawab kepada Bupati atau Walikota

melalui Sekertaris Kabupaten atau Kota. Sedangkan kelurahan dipimpin oleh seorang

Lurah dan dibantu oleh Wakil Lurah yang diangkat dari pegawai negeri sipil (PNS).

Lurah dan Wakil Lurah diangkat dan diberhentikan oleh Bupati atau Walikota

berdasarkan pendelegasian wewenang Gubernur. Lurah bertanggung jawab kepada

Bupati atau Walikota melalui Camat.4

Pada pemerintahan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama sebagai

Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta menolak sistem tersebut dan membuat

terobosan baru yaitu dengan adanya seleksi terbuka (lelang jabatan). Menurut Joko

Widodo, lelang jabatan adalah suatu terobosan yang baru untuk lebih memajukan

birokrasi yang ada, dalam lelang jabatan ini menggunakan proper test pada tingkat

3

Peraturan Pemerintah Nomor. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/27871/node/1019/pp-no-19-tahun-2008-kecamatan diunduh pada 3 Februari 2014

4

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia


(17)

3 Lurah dan Camat yaitu harus memenuhi syarat sesuai dengan aturan undang-undang

yang berlaku.5

Penerapan sistem lelang jabatan Camat dan Lurah menurut Joko Widodo

merupakan salah satu cara untuk mengatasi adanya campur tangan para politisi dalam

birokrasi pemerintahan. Sebagai seorang Gubernur yang diangkat melalui jalur

politik, Joko Widodo mengakui adanya tekanan untuk mengangkat orang-orang

tertentu dalam birokrasi. Kemudian ia menerapkan kebijakan lelang jabatan untuk

menghindari hal tersebut.6 Sistem lelang jabatan Camat dan Lurah juga merupakan

upaya untuk memberantas penyakit nepotisme dalam perekrutan jabatan pada posisi

yang startegis di Pemprov DKI Jakarta.7 Menurut Basuki Tjahaja Purnama

penerapan seleksi terbuka Camat dan Lurah didorong demi meningkatkan pelayanan

publik di Jakarta untuk kepentingan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).8

Selain itu, penerapan sistem lelang jabatan dimaksudkan agar terjadi sistem

transparansi terhadap publik dan mendapatkan pemimpin yang kompeten atau

memenuhi syarat sebagai pemimpin Camat dan Lurah. Dalam kebijakan yang

dikeluarkan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama tersebut seorang Camat

dan Lurah dapat diangkat sesuai dengan hasil ujian atau yang disebut dengan fit and

proper test, maka siapapun yang bisa mengikuti ujian berkesempatan menjadi Camat

5

http://m.sindonews.com/read/2013/02/06/16/714821/lelang-jabatan diunduh pada 30 November 2013

6

http://news.liputan6.com/read/587988/alasan-jokowi-terapkan-lelang-jabatan-camat-lurah diunduh pada 15 April 2014

7

http://bappedajakarta.go.id/?p=1161diunduh pada 25 April 2014 8

http://news.detik.com/read/2014/04/22/162929/2562169/10/ahok-lelang-jabatan-lurah-dan-camat-tak-hina-uu-dan-lulusan-ipdn diunduh pada 24 April 2014


(18)

4 dan Lurah.9 Fit and proper test adalah suatu uji kelayakan dan kepatuhan, melalui uji

kelayakan dan kepatuahan ini maka seseorang dapat dikatakan layak menduduki

jabatan baik dari segi kemampuan manajerial maupun pengetahuan, serta visi dan

misi terhadap oraganisasi.10

Seleksi secara terbuka pada Camat dan Lurah adalah dalam rangka

optimalisasi penyelenggaraan tugas kecamatan dan kelurahan yang membutuhkan

seorang pejabat yang memiliki keunggulan. Sistem lelang jabatan yang dimaksud

Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama adalah menggunakan fit and proper test.

Kriteria untuk bisa mengikuti lelang jabatan tersebut adalah memiliki nilai penunjang

akademik, memiliki mental kepribadian yang baik, dan sehat jasmaninya. Selain itu,

pegawai yang ingin mengikuti lelang jabatan Camat dan Lurah juga harus memiliki

performa komunikasi yang baik, sehingga dia mampu menyampaikan programnya

kepada masyarakat.11

Dasar hukum lelang jabatan atau seleksi terbuka adalah mengacu pada Surat

Edaran (SE) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

(Menpan-RB) Nomor. 16 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pengisian Jabatan

Struktural Yang Lowong Secara Terbuka di Lingkungan Instansi Pemerintah, yang

9

http://megapolitan.kompas.com/read/2013/10/11/1705099/Putuskan.Rantai.Nepotisme.Lela ng.Jabatan.ala.Jokowi.Jawabannya diunduh pada 22 Februari 2014

10

http://www.bphn.go.id/data/documents/fit_and_proper_testdalam_proses_pemilihan.pdf Zaenal Arifin, Badan Pembina Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia 2005 diundug 29 Desember 2014

11

Peraturan Gubernur No. 19 Tahun 2013 tentang Seleksi Terbuka Camat dan Lurah http://www.jakarta.go.id/web/produkhukum/search diunduh pada 3 februari 2014


(19)

5 berdasar pada Undang-undang Nomor. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

Undang-undang Nomor. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.12

Dengan rendahnya kinerja pelayanan publik dewasa ini, maka adanya

terobosan baru yang dilakukan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnam dalam

langkah-langkah reformasi birokrasi di Pemprov DKI Jakarta perlu diapresiasi dan

diharapkan membawa dampak yang positif.

Tujuan dari lelang jabatan secara terbuka yaitu13:

Pertama, mendapatkan outcome yang positif yaitu terangkatnya PNS yang

memiliki kompetensi dan profesionalitas yang memadai sesuai dengan jabatannya

sekaligus memiliki hati nurani yang bersih atau paling tidak memiliki rekam jejak

yang baik. Bahwa kita masih mempercayai adanya PNS yang masih memiliki

ketulusan dalam pengabdiannya untuk negara maka dengan adanya promosi lelang

jabatan terbuka seperti ini kita akan mendapat pemimpin yang berkoptensi tinggi,

berkinerja baik, berintegritas dan juga sesuai dengan harapan.

Kedua, dengan adanya fit and proper test persaingan positif akan terbuka.

Ada logika yang mengatakan bahwa tidak ada kualitas yang lahir tanpa sebuah

persaingan. Tentu dengan adanya persaingan mendorong semangat bagi peningkatan

kualitas, kinerja dan disiplin PNS. Dengan adanya fit and proper test PNS dapat teruji

12

Landasan hukum Lelang Jabatan http://www.menpan.go.id/jdih/permen-kepmen/se-menpan-rb diunduh pada 3 Februari 2014

13

Lelang Jabatan Dalam Perspektif Kebijakan Publik, Drs. Mahmun Syarif Nasution, M.APhttp://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANPENGAJAR/vdyr1370450043.pdf diunduh pada 28 Januari 2014


(20)

6 kualitasnya, karena selama ini dinilai masih banyak yang belum berkualitas. Dengan

demikian tidak adanya lagi budaya yang mengindikasikan keterkaitan emosional

ataupun ekonomi untuk mendapatkan suatu jabatan, tetapi siapapun dapat

dipromosikan atau mendapatkan kesempatan menjabat melalui fit and proper test

secara adil.

Ketiga, bagi pejabat pembina kepegawaian dan pejabat eselon I, II yang

berwenang dalam memberi mandat bagi PNS dalam jabatan tertentu, maka lelang

jabatan dapat bermanfaat untuk menghindarkan diri dari intervensi berbagai pihak

yang berusaha menempatkan “orangnya” dalam jabatan strategis di lingkungan masing-masing. Dengan demikian atasan sangatlah berpengaruh pada posisi suatu

jabatan karena atasan yang menentukan posisi bawahan, dan dengan pola ini

diharapkan pihak atasan dapat memberikan mandat yang baik dan benar agar tidak

terjadinya intervensi dari berbagai pihak.

Keempat, memperkuat sistem managemen karir berdasarkan merit system

dimana terbuka peluang yang sama bagi setiap PNS untuk meningkatkan karir

berdasarkan kompetensi yang dimilikinya. Selama ini yang kita ketahui proses

rekrutment kurang objektif dan tidak transparan, sehingga para PNS kurang

meningkatkan prestasinya, bahkan banyak dari mereka lebih memilih kedekatannya

dengan pejabat. Dengan ini diharapkan proses rekrutmen lebih objektif dan

transparan agar mendapatkan PNS yang berkompetensi.

Kelima, peran aktif masyarakat juga menjadi faktor penting bagi peningkatan


(21)

7 pengawasan masyarakat yang jauh lebih intens agar pejabat yang telah diseleksi lebih

fokus pada kerja pelayanan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat perlu mengetahui

dan ikut mengawasi kinerja pejabat yang telah diseleksi agar dapat bekerja dengan

baik dan masyarakat juga mendapatkan pelayanan yang baik pula.

Provinsi DKI Jakarta sebagai sebuah Ibu Kota Negara tentunya menjadi

sebuah contoh bagi daerah-daerah yang ada di Indonesia. Sistem lelang jabatan yang

dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta bisa saja menjadi sebuah pemantik bagi

daerah-daerah lain untuk merubah sistem rekrutmen pajabat publik Lurah dan Camat

di daerahnya masing-masing dengan sistem serupa (lelang jabatan).

Berdasarkan pernyataan dan pengalaman mengenai lelang jabatan Camat dan

Lurah di DKI Jakarta yang dilaksanakan pertama kali pada 2013, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitan yang berjudul “Kebijakan Lelang Jabatan Pengangkatan Camat dan Lurah Di DKI Jakarta Tahun 2013 dalam Rangka

Good Governance”.

Alasan peneliti memilih judul tersebut karena; Pertama, masalah lelang

jabatan Camat dan Lurah cukup menarik untuk dibahas. Kedua, masalah tersebut

masih dalam jangkauan penguasaan penulis. Ketiga, mudah dalam mengakses data.


(22)

8 B. Perumusan Masalah

Sistem pemilihan Camat dan Lurah melalui lelang jabatan merupakan

terobosan baru di Pemprov DKI Jakarta dan berbeda dengan wilayah lain di

Indonesia. Perubahan sistem rekrutmen melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh

Gubernur Joko Widodo ini merupakan hal baru dan menurut penulis menarik untuk

diteliti. Dalam penelitian skripsi ini secara umum ingin memberikan analisa terhadap

kebijakan Gubernur Joko Widodo dalam lelang jabatan posisi Camat dan Lurah di

DKI Jakarta, dengan pertanyaan peneliti sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi sistem lelang jabatan ?

2. Apakah sistem lelang jabatan Camat dan Lurah dapat mendorong terciptanya

Good Governance di DKI Jakarta ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan dari penelitian :

a. Mengetahui factor-faktor yang melatarbelakangi sistem lelangan jabatan.

b. Mengetahui proses sistem lelang jabatan Camat dan Lurah dapat


(23)

9 2. Manfaat Penelitian :

a. Manfaat Akademis

Mengembangkan ilmu politik dalam hal Good Governance,

khususnya penerapan sistem lelang jabatan Lurah dan Camat dalam upaya

menciptakan Good Governance di DKI Jakarta.

b. Manfaat Praktis

1) Memberikan kontribusi literatur keilmuan serta menjadikan penulisan

ini sebagai literatur dalam bidang Ilmu Politik.

2) Menambah informasi bagi penulisan skripsi yang serupa di waktu

yang akan datang.

D. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, terdapat penelitian yang mengkaji mengenai Good

Governance:

1. Penelitian yang berjudul “Model Skala Prioritas Pembangunan Kota Bandung

Berbasis Good Governance” dengan nama peneliti Dewi Kurniasih jurusan

Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Komputer Indonesia Bandung. Penulis menemukan perbedaan penelitian


(24)

10

Governance yang diteliti oleh peneliti Dewi Kurniasih lebih fokus pada

Pembangunan di kota Bandung yang diterapkan berbasis good governance,

sedangkan yang diteliti pada penelitian skripsi ini adalah mengenai lelang

jabatan Camat dan Lurah di DKI Jakarta yang menuju good governance.

2. Penelitian yang berjudul “Reformasi Sistem Rekrutment Pejabat dalam Birokrasi Pemerintahan (Studi kasus rekrutment pejabat eselon II di Provinsi

Nangroe Aceh Darussalam)” dengan nama peneliti Muhammad Nasir. Pada

penelitian ini fokus pada reformasi birokrasi rekrutment khusus eselon II yang

ada di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, sedangkan yang membedakan

dengan yang peneliti tulis adalah selain wilayahnya yakni berada di DKI

Jakarta dan penelitian ini fokus pada faktor – faktor yang melatar belakangi lelang jabatan.

3. Penelitian yang diambil dari jurnal oleh peneliti yang bernama Irwan Noor

dengan judul “Inovasi Pemerintahan Daerah : Mengapa Gagal?” pada

penelitian ini terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan penulis teliti

diantaranya adalah perbedaan dalam mewujudkan kemajuan suatu daerah atau

reformasi birokrasi suatu daerah. Pada penelitian Irwan Noor lebih kepada

berbagai daerah dalam pembenahan manajemen RSUD Banjarnegara,

pembedayaan ekonomi di Kabupaten Deli, dan Gianyar Sejahtera di

Kabupaten Sumba Timur. Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti hanya

fokus pada Kebijakan Gubernur Joko Widodo dalam Lelang Jabatan untuk


(25)

11 4. Penelitian yang berjudul “Reformasi Birokrasi Pemerintah Surakarta” dengan nama peneliti Myrna Nurbarani program studi Magister Ilmu Politik, Program

Pascasarjana Universitas Diponegoro yang membahas tentang Reformasi

Birokrasi pada Pemerintahan Surakarta, dan yang membedakan dengan

penelitian yang akan penulis lakukan adalah bahwa penelitian ini hanya fokus

pada prinsip – prinsip good governance dalam kebijakan Gubernur Joko Widodo tentang lelang jabatan pada posisi Camat dan Lurah di DKI Jakarta.

E.Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif menghasilkan prosedur analisis

dan tidak menggunakan analisis data statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Secara

prosedur menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan

perilaku yang diamati.14 Dalam kaitan ini, metode penulisan yang digunakan penulis

dalam mengkaji permasalahan ini adalah pendekatan kualitatif. Sesuai dengan

penelitian yang akan peneliti ambil yaitu cenderung mengeksplorasi sedetail mungkin

sistem lelang jabatan yang dicetuskan oleh Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama di

tingkat kecamatan dan kelurahan Pemprov DKI Jakarta melalui pendekatan kualitatif

dengan melakukan antara lain wawancara.

14


(26)

12 2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di wilayah DKI Jakarta, sedangkan waktu penelitian

akan dilaksanakan secara bertahap hingga selesai penelitian tersebut.

3. Tehnik Pengumpulan Data a. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan berupa buku-buku yang diperlukan, data-data

yang terkait dengan penelitian ini, kutipan dari gambar-gambar atau surat kabar,

foto-foto dan segala macam benda yang dapat memberikan keterangan yang bersifat

tertulis ataupun tidak. Dokumetasi diperlukan untuk mempermudah peneliti

menemukan jawaban dari permasalahan tersebut dan juga peneliti dapat menjelaskan

secara detail dan jelas terkait dengan permasalahan Good Governance di DKI Jakarta

(Studi tentang penciptaan kepemimpinan adiministrasi lokal melalui prinsip lelang

jabatan).

b. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan antara periset dan responden, di mana jawaban

responden akan menjadi data mentah. Secara khusus, wawancara adalah alat yang

baik untuk menghidupkan topik riset. Wawancara juga merupakan metode bagus


(27)

13 ekstensif dan tidak banyak literatur yang membahasnya.15 Beberapa responden yang

peneliti wawancarai adalah sebagai berikut :

1) Olanson Girsang, Staf Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah DKI

Jakarta.

2) Dian Purfanto Camat Kramatjati, Jakarta Timur.

3) H.R.M. Amien Haji Camat pasar minggu, Jakarta Selatan.

4) H.M. Delas, Sekretaris Lurah Batu Ampar, Jakarta Timur.

5) Grace Tiaramudi, Lurah Pejaten Timur, Jakarta Selatan.

6) Susan Jasmine Zulkifli, Lurah Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

7) Mursyid Hidaya, Ketua RT. 004/RW.05 Jalan Raya Margasatwa,

Pejaten Barat.

Alasan peneliti mewawancarai Badan Kepegawaian Daerah karena Badan

Kepegawaian Daerah sebagai ketua dalam tim seleksi lelang jabatan, kemudian

peneliti mewawancarai camat, lurah dan ketua RT untuk mendukung jawaban

peneliti. Peneliti hanya mendapatkan data dari camat dan lurah di Jakarta timur dan

selatan karena keterbatasan waktu.

Sumber data diperoleh dari dokumen-dokumen yang peneliti masukan serta

hasil dari observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Sebelum digunakan

dalam proses analisis, data dikelompokan terlebih dahulu sesuai dengan jenis dan

15


(28)

14 karakteristik yang menyertainya. Berdasarkan sumber pengambilannya, data

dibedakan atas dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah

data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan dari sumber asli oleh

orang yang melakukan penelitian.16 Data sekunder adalah data yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah

ada.17

c. Analisis Data Penelitian

Analisis data penelitian untuk mengelola data yang sudah dikumpulkan,

penulis menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian

yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara sistematis

dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu.18

F. Simtematika Penulisan

Dalam penelitian skripsi ini peneliti menyusun pembahasan menjadi beberapa

bagian dari sistematika penelitian sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan, pada bab ini peneliti akan memaparkan permasalahan

yang melatarbelakangi pembahasan dan perumusan masalah serta tujuan terkait

dalam penelitian Kebijakan Lelang Jabatan Pengangkatan Camat dan Lurah di DKI

16

Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011),h. 146.

17

Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan, h.147. 18


(29)

15 Jakarta Tahun 2013 dalam Rangka Good Governance berdasarkan pada metode

penelitian kualitatif.

Bab II : Pada bab ini akan dipaparkan menegenai teori dan konsep yang

dipergunakan dalam pendekatan yang menjelaskan pokok permasalahan skripsi ini

yaitu Kebijakan Lelang Jabatan Pengangkatan Camat dan Lurah di DKI Jakarta

Tahun 2013 dalam Rangka Good Governance.

Bab III : Pada bab ini peneliti akan membahas tentang gambaran umum atau

profil mengenai DKI Jakarta

Bab IV : Pada bab ini merupakan bagian yang berisikan tentang permasalahan

yang peneliti angkat. Peneliti akan menjelaskan factor-faktor apa yang

melatarbelakangi sistem pelelangan jabatan, apakah sistem lelang jabatan Camat dan

Lurah dapat mendorong terciptanya good governance di DKI Jakarta dan pelaksanaan

lelang jabatan di DKI Jakarta.

Bab V : Pada bab ini peneliti akan berusaha untuk menyimpulkan

pembahasan mengenai skripsi ini sekaligus menjadi penutup pada pokok

permasalahan Kebijakan Lelang Jabatan Pengangkatan Camat dan Lurah di DKI

Jakarta Tahun 2013 dalam Rangka Good Governance. Selanjutnya di bab penutup


(30)

16 BAB II

KERANGKA TEORITIS DAN KONSEPTUAL

Kerangka teoritis dan konseptual merupakan penjelasan mendalam

mengenai teori-teori dan konsep yang akan digunakan oleh peneliti dalam

penelitian. Dalam bab ini teori-teori dan konsep akan dipaparkan secara jelas dan

rinci yaitu yang berhubungan dengan Kebijakan Lelang Jabatan Pengangkatan

Camat dan Lurah di DKI Jakarta Tahun 2013 dalam Rangka Good Governance.

A. Good Governance

Good Governance terdiri dari dua kata “good” dan “governance”. Good yang berarti baik dan governance yang berarti pengurusan, pengelolaan,

pengarahan, pembinaan, dan penyelenggaraan pemerintahan. Menurut UNDP

governance merupakan pelaksana kewenangan atau kekuasaan dalam bidang

ekonomi, politik, dan administratife dalam mengelola berbagai urusan negara

agar terciptanya kondisi kesejahteraan, integritas dan kohesivitas sosial dalam

masyarakat. 19 Good Governance merupakan proses penyelenggaraan

pemerintah dalam suatu negara dengan melibatkan bukan saja negara, tetapi

juga semua stake holder yang ada, baik itu di dunia usaha atau bisnis dan

19

Adi Sujatno, Moral Dan Etika Kepemimpinan merupakan Landasan ke Arah Kepemerintahan yang Baik (Good Governance), (Jakarta : Team4AS, 2007) h. 41-42


(31)

17 masyarakat madani (civil society).20 Good Governance merupakan suatu

bentuk manajemen pembangunan, yang juga disebut administrasi

pembangunan. Pengelolaan perubahan masyarakat dan pengelolaan

pembangunan. 21 Untuk mewujudkan good governance adalah suatu

persyaratan yang harus dilakukan bagi setiap pemerintahan, seperti Indonesia

yang sedang mengalami krisis, baik ekonomi, budaya, sosial, moral, serta

kepemimpinan. Oleh karena itu Indonesia perlu mengambil langkah yang

strategis guna mewujudkan kepemerintahan yang baik pada era reformasi saat

ini.22

a. Konsep – konsep yang terdapat dalam Good Governance23, yaitu :

 Teori Political Society terdiri dari partai politik, birokrasi dan negara merupakan kumpulan suatu organisasi dalam masyarakat yang tujuan

pendirian dan aktifitas utamanya adalah memperoleh dan menjalankan

kekuasaan politik seperti partai politik dan lembaga-lembaga negara.

 Teori Economic Society merupakan kumpulan organisasi di dalam masyarakat yang pendirian dan aktifitas tujuan utamanya adalah untuk

memperoleh keuntungan financial seperti korporasi dan unit ekonomi

lainnya.

20

Dr. Asmawi Rewansyah MSc, Reformasi Birokrasi dalam Rangka Good Governance

(Jakarta : CV Yusaintanas Prima,2010) h. 80 21

Prof. H. Bintoro Tjoktoamidjojo, MA, Reformasi Nasional Penyelenggaraan Good Governance dan Perwujudan Masyarakat Madani (Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, 2002) h. 61

22

Adi Sujatno, Moral Dan Etika Kepemimpinan Merupakan landasan ke arah kepemerintahan yang baik (Good Governance), (Jakarta : Team4AS, 2007) h. 39

23


(32)

18

 Teori Civil Society merupakan kumpulan organisasi di masyarakat yang tujuan utamanya adalah non politis dan non ekonomi, inisiatif

pendiriannya datang dari bawah, menjunjung pluralitas dan

mengembangkan demokrasi egaliter.

b. Enam prinsip good governance menurut Feisal Tamim sebagai berikut24 :

1. Competence, yaitu penyelenggaraan pemerintahan suatu daerah harus

dilakukan dengan mengedepankan profesionalitas dan kompetensi

birokrasi. Maka setiap pejabat yang dipilih atau ditunjuk untuk menduduki

suatu jabatan dapat benar-benar yang memiliki kompetensi yang dilihat

dari semua aspek penilaian, baik dari pendidikan atau keahlian,

pengalaman, moralitas, dedikasi, ataupun aspek lainnya.

2. Transparancy, yaitu dalam proses pengambilan kebijakan publik dan

pelaksanaan seluruh fungsi pemerintahan harus diimplementasikan dengan

mengacu pada prinsip keterbukaan. Dengan kemudahan mengakses

informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif. Hal ini merupakan

penyelenggaraan pemerintahan oleh birokrasi yang haknya harus

dijunjung tinggi.

3. Accountability, yaitu setiap tugas dan tanggung jawab dalam

pemerintahan daerah harus diselenggarakan dengan cara yang terbaik

yaitu dengan pemanfaatan sumber daya yang efisien demi keberhasilan

24

Dr. Bambang Istianto HP. M.Si. Manajemen Pemerintahan dalam Perspektif Pelayanan Publik (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009) h. 107


(33)

19 penyelenggaraan pemerintahan di suatu daerah, karena setiap kebijakan

dan tindakan yang diambil haruslah dipertanggungjawabkan ke hadapan

publik ataupun terhadap hukum.

4. Participation, yaitu dengan adanya otonomi daerah maka magnitude dan

intensitas kegiatan suatu daerah menjadi sedemikian besar. Hal ini

dihadapkan dengan kemampuan sumber daya masing-masing daerah,

maka mau tidak mau harus ada perpaduan antara upaya pemerintah daerah

dan masyarakat. Pemerintah daerah harus mampu mendorong prakarsa,

kreativitas, dan peran serta masyarakat dalam setiap upaya yang dilakukan

pemerintah daerah dalam rangka setiap meningkatkan keberhasilan

pembangunan daerah.

5. Rule of law, yaitu penyelenggaraan pemerintahan daerah harus didasarkan

pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang jelas. Dengan

demikian perlu dijamin adanya kepastian dan penegakan hukum yang

merupakan persyaratan keberhasilan dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

6. Social justice, yaitu penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam

implementasinya harus menjamin penerapan prinsip kesetaraan dan

keadilan bagi setiap anggota masyarakat. Tanpa adanya hal tersebut maka

masyarakat tidak akan mendukung suatu kebijakan dan program


(34)

20 Menurut UNDP, prinsip-prinsip Good Governance, yang Pertama, adalah

Accountability, akuntabilitas yaitu adanya mekanisme penggantian pejabat atau

penguasa secara berkala, tidak ada usaha untuk membangun monoloyalitas secara

sistematis, definisi yang jelas terhadap pelanggaran kekuasaan di bawah kerangka

penegakan hukum. Kedua, Transparency atau keterbukaan dapat dilihat dalam

tiga aspek yaitu: adanya kebijakan yang terbuka terhadap pengawasan, adanya

akses informasi, sehingga masyarakat dapat menjangkau setiap kebijakan

pemerintah, berlakunya check and balance antara eksekutif dan legeslatif. Dalam

hal ini transparansi bertujuan untuk membangun rasa percaya antara pemerintah

dan publik dimana pemerintah memberikan informasi yang akurat kepada publik.

Ketiga, Participatory yaitu melibatkan masyarakat dalam pengambilan kebijakan

yang dibuat oleh pemerintah. Keempat, Rule of Law yaitu kerangka hukum yang

diperlukan untuk menjamin hak-hak warga negara dalam menegakkan

pertanggungjawaban pemerintah.25

c. Terdapat 3 pilar dalam mewujudkan Good Governance26 :

1. Transparansi merupakan suatu upaya menciptakan kepercayaan timbal

balik antar pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan

menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan

memadai. Informasi merupakan bagian penting masyarakat untuk

25

Ibid., h.95-98 26

Adi Sujatno, Moral Dan Etika Kepemimpinan merupakan Landasan ke Arah Kepemerintahan yang Baik (Good Governance), (Jakarta : Team4AS, 2007) h. 39-40


(35)

21 berpartisipasi dalam pengelolaan negara. Pemerintah perlu proaktif

memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang

disediakan kepada masyarakat yaitu pemerintah perlu mendayagunakan

jalur komunikasi seperti brosur, leaflet, koran, radio, dan televisi.

2. Partisipasi merupakan upaya mendorong warga negara untuk

mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses

pengambilan keputusan yang mencangkup kepentingan masyarakat, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Partisipasi yang dimaksud adalah

untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan

aspirasi rakyat.

3. Akuntabilitas merupakan suatu perwujudan kewajiban mempertanggung

jawabkan keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan misi organisasi

dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat

pertanggung jawaban secara periodik.

Untuk memenuhi persyaratan good governance diperlukan strategi

kepemimpinan yang meliputi tiga hal yaitu tujuan (end), sarana (means), dan metode

(ways). Maka dalam konteks ini yang menjadi tujuan adalah mewujudkan good

governance dan clean governance di dalam penyelenggaraan kenegaraan, kemudian

dalam rangka mewujudkan good governance dan clean governance maka sarana apa

saja yang dapat dan telah digunakan oleh kepemimpinan nasional. Selanjutnya


(36)

22

good governance dan clean governance dapat terwujud. Dalam PP No. 1 Tahun 2000

dinyatakan, kepemerintahan yang baik adalah: “Kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip Profesionalitas, Akuntabilitas,

Transparansi, Pelayanan Prima, Demokrasi, Efisiensi, Efektivitas, Supremasi hukum

dan diterima oleh seluruh masyarakat”.27

Good governance menjadi salah satu teori yang digunakan dalam lelang

jabatan karena di dalam kebijakan yang di ambil oleh gubernur dan wakil gubernur

Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama yang berdasarkan prinsip prinsip good

governance, karena prinsip – prinsip good governance adalah salah satu cara mewujudkan good governance dalam sistem pengisisan jabatan camat dan lurah.

B. Reformasi Birokrasi

Dalam mewujudkan good governance kita perlu mengetahui terlebih dahulu

mengenai birokrasi. Birokrasi adalah alat utama dalam penyelenggaraan negara dan

pemerintahan, yang tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana pelayanan publik

melainkan bertugas dalam menerjemahkan berbagai keputusan politik ke dalam

berbagai kebijakan publik dan menjamin pelaksanaan berbagai kebijakan tersebut

secara operasional. Oleh karena itu birokrasi adalah faktor penentu keberhasilan

27


(37)

23 keseluruhan agenda negara dan pemerintahan, dalam upaya merealisasikan sebuah

tata pemerintahan yang baik (good governance).28

Birokrasi selalu dikaitkan oleh seorang tokoh yang bernama Max Webber.

Begitu besar pengaruh pemikirannya sehingga jika bicara mengenai birokrasi maka

nama Max Weber akan muncul. Max Weber adalah salah seorang tokoh asal Jerman

yang dipandang sebagai bapak birokrasi. Birokrasi Weber membentuk sebuah

hierarki atau sebuah struktur organisasi dimana atasan memberikan tugas dan

kewajiban kepada bawahannya.29

Birokrasi yang menjadi tiang negara menjadi salah satu bagian penting dalam

membangun sebuah negara. Banyak ahli yang menyimpulkan bahwa birokrasi adalah

sebuah landasan dari keberhasilan sebuah negara, karena jika birokrasi dapat berjalan

dengan baik maka akan bisa lebih besar negara tersebut memperoleh kemakmuran

dan kesejahteraan bagi para rakyatnya. Menurut Max Weber sendiri yang dapat

dilihat pada paragraph sebelumnya bahwa Max Weber berpendapat birokrasi

sebaiknya dijalankan dengan pimpinan yang memimpin langsung bawahannya agar

dapat dijalankan dengan baik, pesan atau mandat yang disampaikan dan diinginkan

oleh atasannya tersebut sampai ke bawahan.

28

Ismadi Ananda, Pokok – Pokok Pikiran Penataan Kelembagaan (Jakarta: PT Satria Muda Adi Ragam Terpadu, 2013), h. 3

29


(38)

24 Birokrasi dibuat untuk mencapai tujuan pemerintah dalam mensejahterakan

masyarakat. Menurut Weber tujuan penyedian birokrasi pemerintah adalah sebagai

berikut:

1. Menyediakan sejumlah layanan sebagai hakikat dari tanggung jawab pemerintah.

2. Memajukan kepentingan sektor ekonomi 3. Membuat regulasi atau aturan30

Pengertian birokrasi pada abad ke-18 yang berasal dari kata bureau yang

merupakan meja tulis dan diartikan sebagai suatu tempat para pejabat bekerja,

kemudian cracy yang berasal dari bahasa Yunani yang merupakan suatu aturan.

Istilah birokrasi pada awalnya diperkenalkan oleh Max Weber yang memandang

birokrasi sebagai unsur pokok dalam rasionalisasi dunia modern, suatu birokrasi

tentang legal rasional yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut31 :

1. Para anggota bebas staf secara pribadi bebas, hanya menjalankan tugas-tugas impersonal jabatan (berkemampuan memisahkan urusan pribadi dengan urusan dinas).

2. Ada hirarki atau tingkatan jabatan yang jelas (tingkat atas mempunyai kewenangan dan mengendalikan tingkat bawah).

3. Fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara tegas (pembagian kerja yang jelas).

4. Para pejabat diangkat berdasarkan suatu kontrak.

5. Mereka dipilih berdasarkan kualifikasi profesional, berdasarkan suatu diploma atau ijazah yang diperoleh melalui ujian.

6. Mereka memiliki gaji berjenjang menurut kedudukan dalam hirarki dan hak-hak pensiun pejabat dapat selalu menepati posnya serta dalam keadaan tertentu dapat diberhentikan.

30

Ibid.,h. 959 - 963 31

Syafuan Rozi, Zaman Bergerak, Birokrasi dirombak, (IP2P LIPI. Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2006) h. 6


(39)

25 7. Pos jabatan adalah lapangan kerjanya sendiri atau lapangan kerja pokok, terdapat suatu struktur karir dan promosi dimungkinkan berdasarkan senioritas ataupun keahlian (merit sistem).

8. Pejabat mungkin tidak sesuai dengan posnya ataupun dengan sumber yang tersedia di pos tersebut.

9. Pejabat tunduk pada diliner dan kontrol yang seragam.

Merit sistem adalah salah satu alternatif sistem penggajian PNS yang dapat memacu prestasi, penerapan merit sistem dalam manajemen PNS32 :

1. Menetapkan target prestasi kerja.

2. Mengembangkan sistem penilaian karya pegawai yang berfokus pada kekhasan jabatan.

3. Memberikan pelatihan penilaian prestasi kerja kepada para pemimpin unit kerja, dan pegawai umumnya terampil menilai prestasi kerja pegawainya serta menguasai seni penyampaian umpan balik tentang kondisi nyata prestasi kerja yang berhasil dicapai, sehingga pada masa mendatang memungkinkan untuk dicapainya prestasi kerja pegawai yang lebih baik. 4. Memberikan penghargaan berdasarkan prestasi kerja yang berhasil dicapai

oleh setiap pegawai.

5. Menggunakan skala kenaikan penghasilan yang besar dan bernilai signifikan.

Menurut Weber birokrasi adalah unsur terpenting dalam pertumbuhan dan

perkembangan organisasi. Organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan tertentu,

perhatian Weber tertuju pada struktur yang normatif dan mekanisme untuk

mempertahankan struktur tersebut, hal ini merupakan unsur formal yang menjadi ciri

khas dari Weber.33

Birokrasi dikembangkan dengan menggunakan konsep kontraktual yang

memiliki arti terdapat penerapan hubungan antara penyelengaraan pelayanan dengan

pengguna jasa dalam pemberian pelayanan publik. Hubungan mutualistis antara

32

Penerapan merit sistem, http://www.bkn.go.id diunduh pada 21 februari 2014 33

Syafuan Rozi, Zaman Bergerak, Birokrasi dirombak, P2P LIPI. Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2006. H. 6


(40)

26 aparat sebagai pihak yang memiliki wewenang harus berlangsung sejalan dengan

masyarakat sebagai pihak yang memegang otoritas. 34 Namun yang terjadi di

Indonesia dewasa ini pelayanan dilakukan dengan setengah hati atau karena adanya

keterpaksaan. Pemerintahan milik rakyat akan tercipta jika birokrat menjalankan

tugas dan fungsinya, tetapi selama ini banyak birokrat yang tidak menjalankan

tugasnya dengan baik dan tidak memahami secara pasti mengenai pelayanan.

Menurut Zeithaml, Parasuraman dan Berry (1990) pelayanan publik yang baik

dapat dilihat melalui indikator yang sifatnya fisik. Penyelenggaraan pelayanan publik

yang baik dapat dilihat melalui aspek fisik pelayanan yang diberikan seperti

tersedianya sebuah gedung pelayanan yang representatif, fasilitas pelayanan berupa

televisi, ruang tunggu yang nyaman, peralatan pendukung yang memiliki teknologi

canggih seperti computer, penampilan aparat yang menarik dimata pengguna jasa dan

berbagai fasilitas kantor pelayanan yang memudahkan akses pelayanan bagi

masyarakat.35

Publik berasal dari kata-kata bahasa Inggri public yang berarti umum,

masyarakat negara. Inu dan kawan-kawan mendefinisikan publik merupakan

34

Agus Dwiyanto, dkk, Reformasi Birokrasi Publik Di Indonesia,( Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2006) h.153

35


(41)

27 sejumlah manusia yang memiliki kebebasan berfikir, perasaan, harapan, sikap, dan

tindakan yang benar serta baik berdasakan nilai-nilai norma yang merasa memiliki.36

Reformasi birokrasi menjadi sesuatu yang mutlak harus dilakukan untuk

mewujudkan negara dan pemerintahan Indonesia yang memenuhi karakterisktik good

governance. Reformasi birokrasi menurut teori Max Weber adalah “ upaya-upaya strategis dalam menata kembali birokrasi yang sedang berjalan sesuai prinsip-prinsip

span of control, division of labor, line and staff, rule and regulation, and

professional staff”. Michael Dugget, Director General IIAS mendefinisikan reformasi

birokrasi adalah suatu proses yang dilakukan secara berkelanjutan untuk mendesign

ulang birokrasi yang berada di lingkungan pemerintah dan partai politik, sehingga

dapat berguna dan berhasil baik ditinjau dari segi hukum maupun politik. Reformasi

birokrasi yang dimaksud adalah adanya proses atau rangkaian kegiatan, tindakan

yang sungguh-sungguh dan rasional. Sehingga terdapat konsep dan sistem yang jelas

berlangsung terus menerus secara berkelanjutan dalam enam pekerjaan meliputi

evaluasi, penataan, penertiban, perbaikan, penyempurnaan, dan pembaruan.37

Konsep dan sistem tersebut akan dijelaskan pada delapan area penting agenda

reformasi birokrasi38 :

36

DR Lijan Poltak Sinambela, M.M.,Pd.,Dkk. Reformasi Pelayanan Publik – Teori Kebijakan dan Implikasinya(PT. Bumi Aksara, Jakarta 2006) h.66

37

Ismadi Ananda, Pokok – Pokok Pikiran Penataan Kelembagaan (Jakarta: PT Satria Muda Adi Ragam Terpadu, 2013), h.5

38


(42)

28 1. Aspek kelembagaan, yaitu melahirkan organisasi yang proporsional,

efektif dan efisien.

2. Aspek tata laksana, yaitu melahirkan sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.

3. Aspek peraturan perundang-undangan, agar melakukan regulasi yang lebih tertib, tidak terjadi tumpang tindih dan kondusif.

4. Aspek sumber daya manusia aparatur, agar dapat melahirkan sumber daya manusia yang berintegritas, netral, kompeten, kapabel, professional, berkinerja tinggi dan sejahtera.

5. Aspek pengawasan, yang bertujuan agar dapat meningkatkan penyelenggaraan pemerintah yang bersih dan bebas KKN.

6. Aspek aspek akuntabilitas, untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

7. Aspek pelayanan publik, untuk mewujudkan pelayanan yang prima sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat.

8. Aspek mindset dan cultural set aparatur, untuk melahirkan birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi.

Reformasi birokrasi menurut Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara

(Menpan) adalah langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih

berdayaguna dan berhasilguna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan

pembangunan nasional. Reformasi birokrasi menurut Drs. Taufik Effendi, Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara menjelaskan tentang pokok-pokok reformasi

birokrasi sebagai berikut39:

1. Kelembagaan adalah suatu organisasi yang ramping strukturnya dan

banyak fungsi, efisien, dan efektif. Suatu organisasi yang disusun

berdasaran visi, misi dan strategi yang jelas. Organisasi efisien dan efektif,

rasional, dan proporsional, ramping dalam pembidangan sesuai beban dan

39

Sekretaris Negara Republik Indonesia, Agenda Strategis Reformasi Birokrasi Menuju Good Goverance www.setneg.go.id/index2.php diunduh pada 19 Agustus 2014


(43)

29 sifat tugas yaitu mengedepankan kompetensi dan profesionalitas dalam

pelaksanaan tugas dan menerapkan strategi pembelajaran yang cepat

beradaptasi terhadap perubahan.

2. Sumber Daya Manusia Aparatur adalah suatu SDM yang ingin dibangun

yaitu professional, netral dan sejahtera. Manajemen kepegawaian modern,

PNS yang professional, netral, sejahtera, berdayaguna, berhasilguna,

produktif, trasparan, bersih dan bebas KKN untuk dan memberdayakan

masyarakat. Jumlah dan komposisi yang ideal yaitu sesuai dengan tugas,

fungsi dan beban kerja yang ada di masing-masing instansi pemerintah.

Penerapan sistem merit dalam manajemen PNS, klasifikasi jabatan,

standar kompetensi, sistem diklat yang mantap, standar kinerja,

penyusunan pola karir PNS, pola karir terbuka, PNS sebagai perekat dan

pemersatu bangsa, membangun sistem manajemen kepegawaian unified

berbasis kinerja, dan dukungan pengembangan database kepegawaian,

sistem informasi manajemen kepegawaian, sistem remunerasi yang layak

dan adil, menuju manajemen modern.

3. Tata laksana atau manajemen yaitu ketatalaksanaan aparatur pemerintah

disederhanakan, ditandai oleh mekanisme sistem prosedur, dan tata kerja

yang tertib, efisien dan efektif. Melalui ketatalaksanaan yang sederhana

meliputi standar oprasi, sistem prosedur, mekanisme, tata kerja, hubungan

kerja dan prosedur pada proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,


(44)

30 sarana dan prasarana kerja, penerapan perkantoran elektronik dan

pemanfaatan teknologi informasi dan apresiasi kearsipan. Unit organisasi

pemerintah yang mempunyai potensi penerimaan keuangan negara,

statusnya didorong menjadi unit korporatisasi dalam bentuk Badan

Layanan Umum (BLU), BHMN, BUMD, Perum, Persero, UPT, UPTD,

atau bentuk lainnya.

4. Akuntabilitas Kinerja Aparatur, pemahaman tentang akuntabilitas harus

ditingkatkan dan diupayakan agar tercipta suatu kinerja instansi

pemerintah yang berkualitas tinggi, akuntabel dan bebas KKN yang

ditandai dengan adanya sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

(SAKIP) yang efekti, sistem dan lingkungan kerja yang kondusif

berdasarkan peraturan dan tertib administrasi. Terlaksananya sistem

akuntabilitas instansi yang berguna sebagai sarana penilaian kinerja

instansi dan individu oleh stake holder (atasan, masyarakat dan pihak lain

yang berkepentingan) yang didukung oleh sistem informasi dan

pengolahan data elektonik yang terpadu secara nasional dan diterapkan di

semua lembaga/departemen di bidang perncanaan dan penganggaran.

5. Pengawasan, diharapkan terbangun sistem pengawasan nasional dengan

elemen-elemen pengawasan fungsional, pengawasan internal, pengawasan

eksternal, dan pengawasan masyarakat yang ditandai dengan sistem

pengendalian dan pengawasan yang tertib. Terbentuknya sistem


(45)

31 kualitas auditor profesional yang memadai, intensitas tindak lanjut

pengawasan dan penegakan hukum secara adil dan konsisten.

6. Pelayanan publik, sebagai barometer transparansi dan akuntabilitas dan

diharapkan dapat mendorong terwujudnya pelayan publik yang prima

dalam arti pelayanan publik yang cepat, tepat, efisien, transparan dan

akuntabel yaitu ditandai dengan pelayanan yang tidak berbelit-belit,

informatif, akomodatif, konsisten, cepat, tepat, efisien, transparan dan

akuntabel, menjamin rasa aman, nyaman, tertib, kepastian dan tidak

dijumpai pungutan tidak resmi.

7. Budaya kerja produktif, efisien dan efektif : penumbuh kembangan

budaya kerja produktif, efisien dan efektif harus didorong agar

terbangunnya kultur birokrasi pemerintah yang produktif, efisien dan

efektif. Terciptanya iklim kerja yang berorientasi pada etos kerja dan

produktifitas yang tinggi. Melalui pengembangan budaya kerja yang

mengubah mindset, pola piker, sifat dan prilaku serta motivasi kerja,

menemukan kembali karakter dan jati diri, membangun birokrat berjiwa

entrepreneur, dengan pengembangan budaya kerja yang tinggi (terbentuk

pola piker, sikap, tindak dan perilaku, serta budaya kerja pegawai etis,

bermoral, profesional, disiplin, hemat, hidup sederhana, jujur, produktif,

menghargai waktu, menjadi panutan dan teladan, serta mendapat


(46)

32 8. Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi: perlu ditingkatkan koordinasi

program dan pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, pengawasan dan

pengendalian program pendayagunaan aparatur negara. Koordinasi

dilakukan sejak penyusunan program kerja dan anggaran, institusi atau

unit kerja yang secara fungsional berwenang dan bertanggungjawab atas

sesuatu masalah dan pelaksanaan tugas. Program kerja instansi atau

organisasi yang jelas (memperlihatkan keserasian kegiatan unit-unit kerja)

di bidang pendayagunaan aparatur negara.

9. Best practice yaitu mengamati contoh keberhasilan beberapa pemerintah

daerah dalam melaksanakan reformasi birokrasi dan meningkatkan

kualitas pelayanan publik.

Selain itu dengan sangat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi

informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan strategis menuntut birokrasi

pemerintahan untuk direformasi dan disesuaikan dengan dinamika tuntutan

masyarakat. Oleh karena itu harus segera diambil langkah-langkah yang bersifat

mendasar, komprehensif, dan sistematik, sehingga tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Reformasi di sini merupakan

proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, sehingga

tidak termasuk upaya dan/atau tindakan yang bersifat radikal dan revolusioner.40

40

Reformasi Birokrasi http://www.menpan.go.id/reformasi-birokrasi/makna-dan-tujuan diunduh pada 19 Agustus 2014


(47)

33 Salah satu agenda reformasi pemerintahan dalam rangka mewujudkan

kepemerintahan yang baik (good governance) : reformasi dalam bidang administrasi

publik yang perlu diarahkan pada peningkatan profesionalisme birokrasi pemerintah

dalam rangka meningkatkan pengabdian umum, pengayoman, dan pelayanan publik.

Dalam hal ini perlu ditopang dengan sistem karier dan prestasi kerja yang jujur dan

adil. Reformasi yang juga strategis dalam menciptakan pemerintahan yang bersih

terdiri dari41 :

1. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dari praktek-praktek korupsi, kolusi, kronisme, dan nepotisme (KKKN)

2. Disiplin penerimaan dan penggunaan uang atau dana rakyat, agar tidak lagi mengutamakan pola deficit founding dan menghapuskan sama sekali adanya dana public non budgeter.

3. Penguatan sistem pengawasan dan akuntabilitas publik aparatur negara, baik yang dilakukan secara fungsional oleh perangkat pengawasan internal dan BPKP, ataupun oleh BPK dan DPR/DPRD serta peran aktif masyarakat madani dalam mengawasi praktek pemerintahan.

Reformasi birokrasi yang juga menjadi salah satu teori yang digunakan dalam

sistem lelang jabatan di posisi camat dan lurah. Reformasi birokrasi yang merupakan

perbaikan birokrasi. Sistem lelang jabatan yang berkaitan dengan aspek reformasi

birokrasi yang diharapkan dapat berjalan dengan baik dan mewujudkan pemerintahan

yang baik.

41

Adi Sujatno, Moral Dan Etika Kepemimpinan merupakan Landasan ke Arah Kepemerintahan yang Baik (Good Governance), (Jakarta : Team4AS, 2007) h. 53


(48)

34 C. Kebijakan Publik

Secara umum istilah “kebijakan” atau “policy” digunakan untuk menunjuk

perilaku seorang aktor yaitu seorang pejabat, suatu kelompok, suatu lembaga

pemerintah ataupun sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Menurut

Anderson kebijakan adalah arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan

oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu

persoalan.42

Kebijakan pemerintahan adalah suatu pilihan terbaik dalam usaha memproses

nilai pemerintahan yang bersumber pada kearifan pemerintahan dan mengikat secara

formal, etik, dan moral yang diarahkan guna menempati pertanggung jawaban aktor

pemerintah di dalam lingkungan pemerintahan.43 Kebijakan Publik adalah tindakan

yang dibuat dan diimplementasika oleh badan pemerintah yang memiliki kewenangan

hukum, politis dan financial untuk melakukannya.44 Kebijakan menurut Samuel P

Huntington yaitu pola-pola kegiatan pemerintahan yang secara sadar terbentuk untuk

mempengaruhi distribusi keuntungan dalam masyarakat.45

Menurut Anderson konsep kebijakan publik memiliki beberapa implikasi,

yaitu, Pertama, titik perhatian dalam membicarakan kebijakan publik berorientasi

42

Prof. Dr. Budi Winarno, MA, Kebijakan Publik Teori dan Proses , (Yogyakarta: Media Pressindo, 2007) h. 16

43

Taliziduhu Ndraha, Kybernology ( Ilmu Pemerintahan Baru) 2, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003) h. 498

44

Edi Suharto, PhD, Analisis Kebijakan Publik, ( Bandung : Alfabeta, 2005) h. 44 45


(49)

35 pada maksud dan tujuan dan bukan perilaku secara serampangan, melainkan

kebijakan publik secara luas dalam sistem politik modern. Hal ini bukan sesuatu yang

terjadi begitu saja tetapi direncanakan oleh actor-aktor yang terlibat di dalam sistem

politik. Kedua, kebijakan adalah arah atau pola tindakan yang dilakukan oleh pejabat

-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan tersendiri, tetapi suatu

kebijakan yang mencakup tidak hanya keputusan untuk menetapkan undang-undang

mengenai suatu hal melainkan keputusan-keputusan beserta pelaksanaannya. Ketiga,

kebijakan merupakan apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah dalam

mengatur perdagangan, mengendalikan inflasi, atau mempromosikan perumahan

rakyat dan bukan apa yang diinginkan oleh pemerintah. Keempat, kebijakan publik

dalam bentuknya bersifat positif atau negatif. Secara positif kebijakan mencakup

bentuk-bentuk tindakan pemerintah yang jelas untuk memengaruhi suatu masalah

tertentu. Secara negatif, kebijakan mencakup suatu keputusan oleh pejabat-pejabat

pemerintah, namun tidak untuk mengambil tindakan dan tidak untuk melakukan

sesuatu mengenai suatu persoalan yang memerlukan keterlibatan pemerintah.46

Dalam kebijakan publik terdapat suatu proses yang berkesinambungan antara

tahap satu dengan tahap lainnya. Tahap-tahap kebijakan publik meliputi beberapa

kegiatan, yaitu47 :

46

Prof. Dr. Budi Winarno, MA, Kebijakan Publik Teori dan Proses , (Yogyakarta: Media Pressindo, 2007) h. 20-21

47


(50)

36 1. Tahap penyusunan agenda.

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda

publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali atau ditunda dalam

waktu yang lama, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus

pembahasan.

2. Tahap formulasi kebijakan.

Para pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah.

Alternatif kebijakan melihat perlunya membuat perintah eksekutif,

keputusan peradilan, dan tindakan legislative. Pada tahap ini masing –

masing aktor akan “bermain” untuk mengusulkan pemecahan masalah

terbaik.

3. Tahap adopsi kebijakan.

Alternatif kebijakan yang diadopsi dengan dukungan dari mayoritas

legislatif, konsensus diantara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

4. Tahap implementasi kebijakan.

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika

program tersebut tidak diimplementasikan. Kebijakan yang telah diambil

dan dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan

sumberdaya financial dan manusia. Pada tahap implementasi berbagai

kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan

mendapat dukungan dari para pelaksana, namun beberapa yang lain


(51)

37 5. Tahap evaluasi kebijakan.

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau

dievaluasi, untuk melihat sejauhmana kebijakan yang dibuat telah mampu

memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk

memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu,

ditentukanlah ukuran-ukuran yang menjadi dasar untuk menilai apakah


(52)

38 Bagan 2.1

Skema Urutan Tahapan Kebijakan Publik

Tahap penyusunan agenda,

Tahap formulasi kebijakan,

Adopsi kebijakan,

Implementasi kebijakan,

Evaluasi kebijakan,

Sumber : William N. Dunn dalam Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori dan


(53)

39 BAB III

PROFILE DKI JAKARTA

A. Sejarah Provinsi DKI Jakarta

Pada Abad ke-14 Jakarta bernama Sunda Kelapa sebagai pelabuhan Kerajaan

Pajajaran, 22 Juni 1527 oleh Fatahilah, diganti nama menjadi Jayakarta (tanggal

tersebut ditetapkan sebagai hari jadi kota Jakarta keputusan DPR kota sementara No.

6/D/K/1956). Pada 4 Maret 1621 oleh Belanda untuk pertama kali bentuk pemerintah

kota bernama Stad Batavia. Pada 1 April 1905 berubah nama menjadi 'Gemeente

Batavia'. Kemudian pada 8 Januari 1935 berubah nama menjadi Stad Gemeente

Batavia. Pada 8 Agustus 1942 oleh Jepang diubah namanya menjadi Jakarta Toko

Betsu Shi. Pada September 1945 pemerintah kota Jakarta diberi nama Pemerintah

Nasional Kota Jakarta. Tanggal 20 Februari 1950 dalam masa Pemerintahan. Pre

Federal berubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia. Pada 24 Maret 1950 diganti

menjadi Kota Praj'a Jakarta. Pada 18 Januari 1958 kedudukan Jakarta sebagai Daerah

swatantra dinamakan Kota Praja Djakarta Raya. Tahun 1961 dengan PP No. 2 tahun

1961 jo UU No. 2 PNPS 1961 dibentuk Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Raya. Pada 31 Agustus 1964 dengan UU No. 10 tahun 1964 dinyatakan Daerah

Khusus Ibukota Jakarta Raya tetap sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia

dengan nama Jakarta. Tahun1999, melalaui uu no 34 tahun 1999 tentang pemerintah


(54)

40 pemerintah daerah berubah menjadi pemerintah provinsi dki Jakarta, dengan

otoniminya tetap berada ditingkat provinsi dan bukan pada wilyah kota, selain itu

wiolyah dki Jakarta dibagi menjadi 6 (5 wilayah kotamadya dan satu kabupaten

administratif kepulauan seribu).48

DKI Jakarta yang merupakan kota dengan banyak peran, yaitu sebagai pusat

pemerintahan, pusat kegiatan perekonomian, pusat perdagangan, pusat jasa perbankan

dan keuangan, dan juga sebagai gerbang utama wisatawan manca negara.

Pembangunan di wilayah DKI Jakarta mempunyai potensi yang besar, tantangan dan

permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan daerah lain. Untuk

mengembangkan potensi-potensi dan menangani tantangan serta permasalahan

tersebut diperlukan suatu perencanaan pembangunan yang terarah, terpadu, dan

menyeluruh dengan memperhatikan 4 (empat) pilar pembangunan yaitu pilar

Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Hidup yang didukung oleh pilar Aparatur atau

Birokrasi.49

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi DKI

Jakarta pada Tahun 2013-2017 adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah 5

(lima) tahunan yang menjabarkan visi, misi dan program gubernur terpilih pada

Pemilihan Gubernur (Pilgub) Tahun 2012. Tujuan dari pemerintah melaksanakan

pembangunan daerah sesuai visi, misi dan program tersebut dapat dijabarkan melalui

48

Sejarah DKI Jakarta http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/provinsi/detail/31/dki-jakarta diunduh pada 21 Desember 2014

49

Wilajyah DKI Jakarta http://www.jakarta.go.id/v2/news/2013/11/latar-belakang-2013-2017 diunduh pada 16 Desember 2014


(55)

41 strategi pembangunan daerah yang berupa kebijakan dan program pembangunan,

serta kerangka pendanaan pembangunan dapat terlaksana sesuai rencana.50

Persoalan yang menonjol yang memerlukan perhatian sangat serius di DKI

Jakarta adalah yang berkaitan dengan prasarana dan sarana publik yang meliputi:

Pertama, belum berhasilnya penanganan pemukiman kumuh melalui ressetlemenent.

Kedua, banjir yang terus terjadi setiap tahun di sejumlah lokasi meskipun sifatnya

hanya genangan sementara. Ketiga, belum tertanganinya persoalan sampah dengan

teknologi yang modern. Keempat, Kemacetan sebagai akibat pertumbuhan jumlah

kendaraan yang cukup signifikan dan belum memadainya fasilitas jalan dan trotoar.

Kelima, belum optimalnya penataan ruang dan peruntukan penggunaan lahan.

Keenam, masih buruknya prasaranan dan sarana pelayanan publik.51

Untuk mencapai tujuan dalam penyelenggaraan pemerintahan Daerah, DKI

Jakarta diberikan kekhususan dalam penyelenggaraan otonomi hanya pada tataran

Provinsi dan bukan pada wilayah kota. Wilayah DKI Jakarta di bagi menjadi enam

wilayah administrasi yaitu lima wilayah kotamadya dan satu wilayah administrasi

kepulauan seribu.

50

Ibid., 51


(56)

42 B. Geografis DKI Jakarta

DKI Jakarta yang terletak pada 6o 12’ Lintang Selatan dan 106 48’ Bujur Timur. DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian 7 meter diatas

permukaan laut, Keputusan Gubernur Nomor 1227 Tahun 1989, luas wilayah

Provinsi DKI Jakarta adalah 7.659,02 km2 yang terdiri dari dataran seluas 661,52

km2, termasuk 110 pulau di Kepualauan Seribu, dan lautan seluas 6.997,50 km252.

Berdasarkan posisi geografisnya, DKI Jakarta memiliki batas-batas wilayah

sebagai berikut :

 Sebelah Timur : Kabupaten/Kota Bekasi

 Sebelah Selatan : Kabupaten Tangerang dan Kota Depok

 Sebelah Barat : Kota Tangerang

 sebelah Utara : Laut Jawa

C. Unsur Demografi DKI Jakarta

Jakarta memiliki peran penting dalam peta politik Indonesia mengingat posisi

Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia, maka Jakarta menjadi barometer daerah

lain di Indonesia. Jakarta tidak saja pusat pemerintahan tetapi juga menjadi pusat

pertumbuhan perekonomian Indonesia. Jakarta meiliki jumlah penduduk sebesar

9.988.329 jiwa pada tahun 2013, tetapi pada waktu siang hari penduduk Jakarta

52


(57)

43 meningkat dikarenakan terjadi migrasi penduduk dari luar kota yang bekerja di

Jakarta. Banyak orang menggantungkan hidupnya pada kota Jakarta, dan kota Jakarta

menjadi penarik bagi banyak orang.53 Terlihat dari gambar pada tabel berikut :

1. Jumlah penduduk.

Berikut dipaparkan mengenai jumlah penduduk berdasarkan kelamin di DKI

Jakarta.

Table 3.1

Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta tahun 2013

Kabupaten/Kota

Adm.

Jenis kelamin

Laki laki Perempuan Jumlah/Total

Kepulauan Seribu 12.480 12.067 24.547

Jakarta Selatan 539.183 523.577 1.062.760

Jakarta Timur 858.499 822.080 1.680.579

Jakarta Pusat 1.168.167 1.117.409 2.285.576

Jakarta Barat 1.068.393 1.033.742 2.102.135

53

Badan Pusat Statistik

http://jakarta.bps.go.id/index.php?bWVudT0yMjAwJnBhZ2U9cHVibGlrYXNpJmlkPTU3


(58)

44 Jakarta Utara 1.443.353 1.389.397 2.832.732

Jumlah/Total 5.090.075 4.898.254 9.988.329

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil - Badan Statistik Pusat 2013

Dari table jumlah penduduk DKI Jakarta tersebut dapat dilihat jumlah

penduduk paling banyak yaitu di Jakarta Utara sebanyak 2.832.732 jiwa. Kemudian

Jakarta Pusat 2.285.576 jiwa, Jakarta Barat 2.102.135 jiwa, Jakarta Timur 1.680.760

jiwa, Jakarta Selatan 1.062.760 jiwa dan Kepulauan Seribu 24.547 jiwa. Sebagai

Ibukota Negara, pembangunan banyak bertumpu di Jakarta. Pembangunan fisik di

Jakarta yang begitu pesat, gedung perkantoran yang begitu menjulang tinggi,

pusat-pusat kesehatan, hiburan dan wisata tumpah ruah menghiasi wajah kota Jakarta. Hal

ini yang menjadikan kota Jakarta sebagai kota megapolitan di Indonesia dan Asia.

Tentunya tanggung jawab yang dipikul oleh pemerintah provinsi sangat besar dalam

mengelola kota Jakarta.

Persoalan kependudukan di DKI Jakarta yang pada dasarnya jumlah

penduduknya terlalu besar jika dibanding dengan daya tampung wilayah dan

pelayanan yang biasa diberikan oleh kota. Tingginya jumlah penduduk antara lain

disebabkan oleh tingginya angka kelahiran serta banyaknya pendatang dari luar

daerah ke Provinsi DKI Jakarta. Hal ini menjadi masalah di DKI Jakarta ketika kota

tidak mampu untuk menyediakan fasilitas yang layak bagi penduduk baik pendatang

maupun keluarga kurang mampu dengan angka kelahiran yang tinggi. Sehingga


(59)

45 tidak sehat. Masalah ketenagakerjaan yang muncul adalah pengangguran dan kualitas

tenaga kerja yang belum memadai atau tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan

pekerjaan yang tersedia. Permasalahan seperti ini menjadi kendala dalam

pembangunan Provinsi DKI Jakarta yang dituntut untuk memiliki sumber daya

manusia yang produktif dan efektif dalam bekerja. Beberapa masalah yang menonjol

sebagai berikut54 :

a. Tingginya tingkat pengangguran.

b. Pencari kerja yang melebihi ketersediaan lapangan kerja.

c. Ketidaksesuaian antara kualitas angkatan kerja dengan persyaratan

lapangan kerja.

d. Penduduk Provinsi DKI Jakarta kurang berminat menjadi TKI.

e. Ketaatan terhadap peraturan ketenaga kerjaan masih rendah.

2. Tingkat Ekonomi

Berikut di paparkan jumlah penduduk miskin dan laju pertumbuhan ekonomi

di DKI Jakarta tahun 2007 – 2010.

54


(60)

46 Tabel 3.2

Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta tahun 2007 - 2010

NO Tahun Penduduk miskin %

1 2007 4,48

2 2008 4,29

3 2009 3,62

4 2010 3,48

5 2011 3,75

6 2012 3,69

Sumber : http://www.jakarta.go.id/v2/news/2013/07/tingkat-kemiskinan-di-dki-jakarta-maret-2013 diunduh pada 29 Desember 2014

Tabel 3.3

Laju pertumbuhan Ekonomi di DKI Jakarta tahun 2007 - 2010

No Tahun Laju perekonomian %

1 2007 6,44

2 2008 6,22

3 2009 5,01

4 2010 6,51


(61)

47

6 2012 6,50

Sumber : BI,BPS DKI Jakarta

Dari data diatas dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa jumlah penduduk

miskin di DKI Jakarta tidak stabil tetapi jumlah penduduk miskin terdapat pada tahun

2007. Dengan demikian Laju perekonomian di DKI Jakarta tiap tahun berdampak

tidak stabil tetapi laju perekonomian paling tinggi pada tahun 2011.

3. Jumlah Kecamatan dan Kelurahan.

Berikut dipaparkan jumlah kecamatan dan kelurahan berdasarkan wilayah di

DKI Jakarta.

Tabel 3.4

Jumlah Kecamatan dan Kelurahan di DKI Jakarta tahun 2008

No Wilayah Jumlah

Kecamatan

Jumlah

Kelurahan

Kepulauan

1 Wilayah administrasi

Jakarta Selatan

10 65

2 Wilayah administrasi

Jakarta Timur

10 64

3 Wilayah administrasi

Jakarta Barat


(62)

48 4 Wilayah administrasi

Jakarta Utara

6 31

5 Wilayah administrasi

Jakarta Pusat

8 44

6 Wilayah administrasi

Kabupaten Kepulauan

Seribu

4 105

Sumber : http://www.organisasi.org/1970/01/daftar-nama-kelurahan-kecamatan-kotamadya-di-dki-jakarta-jumlah-masing-masing-wilayah.html diunduh pada tanggal 18 Desember 2014

D. Struktur Pemerintahan DKI Jakarta.

Sumber: http://birokrasi.kompasiana.com/2012/10/02/pejabat-pemda-dki-yang-pertama-bakal-diganti-498065.html diunduh pada16 Desember 2014


(63)

49 Menurut Undang–Undang Nomor 29 tahun 2007 tentang pemerintahan Provinsi daerah khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Otonomi Provinsi DKI Jakarta diletakkan pada tingkat Provinsi,

pelaksanaan pemerintahan Provinsi DKI Jakarta menurut asas otonomi, asas

dekonsentrasi, asas tugas pembantuan dan kekhususan sebagai Ibukota Negara

Kesatuan Repubik Indonesia. Pemerintahan DKI Jakarta dipimpin oleh satu orang

gubernur dan dibantu oleh satu orang wakil gubernur yang dipilih secara langsung

melalui pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah. DPRD memiliki

fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat

daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah, DPRD Provinsi DKI

Jakarta memberikan pertimbangan terhadap calon walikota/bupati yang diajukan oleh

gubernur. Gubernur dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah dan kepala

daerah Provinsi DKI Jakarta yang diberikan kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan

tanggung jawab dalam kedudukan DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang di bantu sebanyak empat Deputi yang terdiri dari55 :

1. Deputi bidang tata ruang dan lingkungan hidup

2. Deputi bidang pengendalian kependudukan dan pemukiman

3. Deputi bidang industri, perdagangan dan transportasi

4. Deputi bidang budaya dan pariwisata.

55

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia

http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/27871/node/1019/pp-no-19-tahun-2008-kecamatan diunduh pada 21 Desember 2014


(64)

50 Deputi diangkat dari pegawai negeri sipil (PNS) yang memenuhi persyaratan,

deputi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul gubernur. Sekertaris

daerah provinsi dipimpin oleh Sekertaris daerah diangkat dari pegawai negeri sipil

(PNS) yang memenuhi persyaratan. Sekertaris daerah juga di angkat dan

diberhentikan oleh presiden atas usul gubernur. Tugas sekertaris daerah adalah

membantu gubernur dalam menyusun kebijakan dan mengoordinasikan perangkat

daerah karena kedudukan sekertaris daerah nertugas sebagai Pembina pegawai negeri

sipil di daerahnya. Sekretariat DPRD yang merupskan unsur pelayanan terhadap

DPRD. Sekretaris DPRD dipimpin oleh sekertaris DPRD, sekretaris DPRD diangkat

dari pegawai negeri sipil (PNS) yang memenuhi syarat. Sekretaris DPRD diangkat

dan diberhentikan oleh gubernur. Tugas sekretaris DPRD secara teknis operasional

berada di bawah dan tanggung jawab pimpinan DPRD dan secara teknis administratif

bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah.56

Dinas daerah merupakan unsur pelaksanaan otonomi daerah, dinas daerah

yang dipimpin oleh kepala dinas yang diangkat dari pegawai negeri sipil (PNS) yang

memenuhi syarat. Kepala dinas diangkat dan diberhentikan oleh gubernur sesuai

dengan ketentuan peraturan undang – undang. Kepala dinas bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah. Lembaga teknis adalah unsur pendukung

tugas gubernur dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat

spesifik yang berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum ataupun rumah sakit

56


(1)

xxvii

8. Strategi apa saja yang bapak terapkan agar reformasi birokrasi dapat berjalan dengan baik ?

Kita lebih menginginkan bawahanya bekerja lebih giat

9. Apa kendala yang bapak alami setelah terpilihnya bapak menjadi camat atau lurah ?

Dengan adanya revolusi mental dan mainsetnya kendalanya harus bisa memilah bagaimna kepentingan kepentingan masyarakat tanpa merugikan masyarakat yang lain.


(2)

xxviii

Wawancara dengan Ibu Grace Tiaramudi (Lurah Pejaten Timur,Jakarta selatan)

1. Sejak kapan bapak/ibu menjadi camat/lurah? Sejak pelantikannya 27 juni

2. Sebelum menjadi camat/lurah ditugaskan dimana?

Sebelumnya saya bekerja di puskesmas dan saya perlu pembekalan lebih untuk menjadi lurah.

3. Dengan hasil seleksi lelang jabatan apakah bapak/ibu jauh lebih percaya diri?

Kalau dari satu sisi saya bangga karna lulus.

4. Bagaimana pelaksanaan lelang jabatan di DKI Jakarta? Apakah prosesnya rumit dan menyita banyak waktu?

Saya tidak merasa kesulitan karna tidak mempunyai beban.

5. Apakah bapak/ibu setuju jika pemilihan lurah/camat seperti ini menjadi sistem tetap dalam penentuan di Jakarta?

Saya setuju karenanlelang jabatan ini lebih fair, karna jauh dari KKN semoga terus di pertahankan dan bersifat positif.

6. Menurut bapak apa kekurangan dari lelang jabatan?

Untuk melakukan tugas harus ada pembekalan dalam orientasi yaitu dengan diadakannya diklat lebih sering.

7. Apa perbedaan lelang jabatan dengan sistem sebelumnya?

Kalau untuk sistem yang dulu belum menunjang kompetensi , kalau sekarang bisa menjaring kompetensi nya agar lebih baik dengan materi manajerial dan tes potensi akademik psikotes dan diskusi visi misi.


(3)

xxix

Wawancara dengan Bapak Mursyid Hidayat (RT Jalan Raya Margasatwa RT 004 RW 05)

1. Menurut ibu/bapak perlu atau tidak camat dan lurah terjun langsung ke masyarakat?

Sangat perlu karena dengan terjun langsung lurah dan camat ke lingkungan masyarakat, mereka akan tau betul bagaimana keadaan masyarakat tersebut.

2. Pendapat bapak/ibu tentang lelang jabatan? Lebih baik atau tidak?

Lebih baik, karena dengan adanya lelang jabatan itu berarti semua pihak di lingkungan pemprov Jakarta yang sesuai syarat yang dibutuhkan, diberi kesempatan untuk melamar pekerjaan sebagai pejabat di lingkungan pemprov. Dengan begitu peluang bisa didapatkan oleh semua pihak yang memang mempunyai kompeten dalam jabatan itu. Karena lelang jabatan juga bisa dijadikan terobosan untuk memperbaiki sistem pemerintahan pemprov.

3. Menurut pendapat bapak/ibu sosok pemimpin camat dan lurah yang baik untuk masyarakat yang seperti apa?

Sosok yang mau terjun langsung kelapangan atau ke masyarakat dan yang mau melihat keadaan masyarakat secara langsung atau istilahnya yang lebih popular “blusukan”.


(4)

xxx

4. Harapan masyarakat dengan diadakannya lelang jabatan?

Mampu menjadikan sistem pemerintahan provinsi DKI Jakarta menjadi lebih baik, dan terpenting mampu melayani masyarakat dengan adil sesuai dengan tugasnya tanpa mempersulit masyarakat.


(5)

xxxi

Wawancara dengan H. M. Delas (Sekretaris Lurah Batuampar, Jakarta Timur)

1. Bagaimana pendapat Bapak tentang lelang jabatan?

Saya tidak setuju dengan seleksi terbuka ini karena saya memulai karir saya dari bawah , seharusnya pemilihan camat atau lurah berdasarkan jenjang karir karena jauh lebih adil. Seharusnya seleksi jabatan ini di lakukan pada tingkatan tingkatan tertentu dan tidak langsung melompat dari tingakan bawah ke tinggatan yg lebih tinggi 2 tingkat dari posisi sebelumya. tetapi dengan diadakannya seleksi terbuka siapa saja dapat mengikuti asal kan memenuhi golongan yg di persyaratkan


(6)