Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Al Salaam (Studi Kasus Pada BPRS Al Salaam Cabang Cinere)

  ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MIKRO PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH AL SALAAM (Studi Kasus Pada BPRS Al Salaam Cabang Cinere) SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

SYAM MAULANA IDRIS

  NIM 1110046100212

  KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H ii

iii

iv

  

ABSTRAK

  Syam Maulana Idris, NIM:1110046100212, Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro pada BPRS Al Salaam (Studi pada BPRS Al Salaam Cabang Cinere), Strata Satu (S1), Kosentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayutullah Jakarta 2015, ix + 58 halaman + 13 halaman lampiran.

  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prosedur kelayakan pembiayaan mikro oleh BPRS Al Saalam Cabang Cinere, Untuk mengetahui analisis kelayakan pembiayaan mikro pada BPRS Al Saalam Cabang Cinere, Untuk mengkaji strategi BPRS Al Salaam Cabang Cinere dalam menganalisis kelayakan pembiayaan mikro.

  Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu pendekatan studi kasus yang menghasilkan data-data deskriptif, mengenai kata-kata lisan maupun tulisan dari fenomena yang diteliti atau dari orang-orang yang berkompeten dibidangnya.

  Kesimpulan dari analisis yang dilakukan adalah BPRS Al Salaam memiliki prosedur yang mengedepankan kemudahan dan persyaratan yang sederhana untuk memudahkan calon nasabah dalam mengajukan pembiayaan Kata Kunci: Analisis Kelayakan, Pembiayaan Mikro, BPRS Al Salaam.

  Pembimbing : Edy Setiadi, S.E., M.M. Daftar Pustaka : Tahun 1985 s.d. Tahun 2015

  

v

KATA PENGANTAR

  Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang senantiasa melimpahkan curahan rahmat dan kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta Salam tidak lupa penulis curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut- Nya.

  Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis akan menerima setiap pandangan dan saran yang terkait dengan skripsi ini dengan hati terbuka.

  Dalam menyusun skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis ucapkan terima kasih kepada : 1.

  Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

  2. A.M. Hasan Ali, MA. dan Bapak Abdurrauf, Lc., MA, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Muamalat.

  3. Bapak Edi Setiadi, S.E., M.M, atas kesediaannya memberikan waktu kepada penulis untuk membimbing dan mengarahkan dengan penuh perhatian dan kesabaran.

  4. A.M. Hasan Ali, MA. dan M. Nur Rianto Al Arif, S.E., M.Si selaku penguji pada skripsi saya ini.

  

vi

  5. Ibu Yuke Rahmawati, MA, Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam menuntut ilmu selama bangku kuliah.

  6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk memberikan ilmunya kepada penulis selama bangku kuliah.

  7. Bapak Azwar selaku Pimpinan BPRS Al Salaam Cabang Cinere yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengadakan riset.

  8. Bapak Zulfikar Zulkarnain dan para staf BPRS Al Salaam Cabang Cinere dalam memberikan data- data yang berkaitan dengan skripsi ini.

  9. Kepala Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.

  10. Kedua orang tuaku tercinta. Orang-orang nomor satu di hati saya, motivasi terbesa r saya. Terima kasih atas setiap doa’nya, setiap dukungannya. Berkat doa dan motivasi mereka penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

  11. Untuk orang-orang terdekatku, kakak-kakakku dan tanteku serta teman-temanku Jawa, Apoy (beserta kediamannya), Bendot (beserta kediamannya), Mamah Dalillah, Abi (beserta semua putranya) dan semua teman Wew family yang tidak bisa di sebutkan namanya satu persatu, dan juga teman kelas PerbankanSyariah(E) yang selama perkuliahan selalu bersama, anak-anak kelas Asuransi, anak Ekonomi, teman-teman Futsal FSH, serta teman KKN Tunas, terima kasih atas dukungan, semangat dan keceriaannya yang meyakinkan

  

vii penulis untuk tidak berhenti dan selalu melakukan yang terbaik.terima kasih atas dukungan, semangat dan keceriaannya yang meyakinkan penulis untuk tidak berhenti dan selalu melakukan yang terbaik.

  12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulusmenjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga akhir.

  Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan karunia, limpahanrahmat dan berkat-Nya atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, danpenulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca danpihak-pihak yang memerlukan.

  Ciputat, 28 Mei 2015 M

  10 Syaban 1436 H

  

viii

DAFTAR ISI

  

ix

  ABST RAK…………………………………………………………………………...iii

  KATA PENGANTAR………………………………………………………………..iv DAFTAR ISI………………………………………………………………………...vii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………..1 B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ……………………………5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………….6 D. Kerangka Teori…………………………………………………...8 E. Sistematika Penulisan …………………………………………..11 BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Serta BPRS Terhadap UMKM ……………………….13 1. Konsep Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ……….13 2. Usaha Mikro, Kecil , Menengah (UMKM) ……………….17 B. Model Pembiayaan Bank Syariah ……………………………19 1. Teori Pembiayaan ……………..………………………..….19 2. Analisis Kelayakan Pembiayaan ………………………...…25 C. Strategi Bank Syariah Dalam Menganalisis Pembiayaan Mikro

  …………………………………………………………….28 D. Tinjauan Kajian Terdahulu ……………………………………..29

  

x

  BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian …………………………………………………31 B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………32 C. Jenis Data ……………………………………………………….32 1. Data Primer ………………………………………………...32 2. Data Sekunder ……………………………………………...32 D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………..33 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) …....................33 2. Penelitian Lapangan (Field Research) ……………………33 E. Teknik Analisis Data …………………………………………..34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

  ……………………………………38 A. Gambaran Umum Objek Penelitian …………………………..38 B. Hasil dan Pembahasan ………………………………………..43 1.

  Prosedur Pembiayaan Mikro Pada BPRS Al Salaam ……44 2. Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro Pada BPRS Al-

  Salaam ……………………………………………………..49 3.

  Strategi dalam Menganalisis Pembiayaan Mikro Pada BPRS Al-Salaam

  …………………………………………………57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………..61 B. Saran ……………………………………………………………63

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian atau

  perkembangan usaha dari suatu perusahaan maka akan dirasakan perlu adanya sumber-sumber untuk penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut. Salah satu bentuk sumber dana yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan adalah pembiayaan. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara pertumbuhan suatu kegiatan perekonomian atau suatu kegiatan usaha dari perusahaan dengan eksistensi pembiayaan mempunyai koefisien, korelasi yang sangat erat.

  Peraturan Bank Indonesia No.14/22/PBI/2012 tanggal 21 Desember 2012 tentang Pemberian Kredit Atau Pembiayaan dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, bawsannya bank umum diwajibkan untuk menyalurkan dananya dalam bentuk kredit/ pembiayaan kepada UMKM dengan pangsa sebesar minimal 20% secara

  1 bertahap yang diikuti dengan penerapan insentif/disinsentif.

1 Peraturan Bank Indonesia No.14/22/PBI/2012 tanggal 21 Desember 2012 tentang

  

Pemberian Kredit Atau Pembiayaan dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah

  Badan Pusat Statistik (2003) di dalam Sri Winarni (2006) mengidentifikasikan permasalahan umum yang dihadapi oleh UMKM adalah (1) Kurang permodalan, (2) Kesulitan dalam pemasaran, (3) Persaingan usaha ketat, (4) Kesulitan bahan baku, (5) Kurang teknis produksi dan keahlian, (6) Keterampilan manajerial kurang, (7) Kurang pengetahuan manajemen keuangan, dan (8) Iklim usaha yang kurang kondusif (perijinan, aturan/perundangan)

  Hasil penelitian kerjasama Kementerian Negara KUKM dengan BPS (2003) di dalam Sri Winarni (2006) menginformasikan bahwa UKM yang mengalami kesulitan usaha 72,47 %, sisanya 27,53 % tidak ada masalah.

  Dari 72,47 % yang mengalami kesulitan usaha tersebut, diidentifikasi kesulitan yang muncul adalah (1) Permodalan 51,09 %, (2) Pemasaran 34,72 %, (3) Bahan baku 8,59 %, (4) Ketenagakerjaan 1,09 %, (5) Distribusi transportasi 0,22% dan (6) Lainnya 3,93 %.

  Persentase kesulitan yang dominan dihadapi UMKM terutama meliputi kesulitan permodalan (51.09%). Lebih lanjut disebutkan bahwa dalam mengatasi kesulitan permodalannya diketahui sebanyak 17,50% UKM menambah modalnya dengan meminjam ke bank, sisanya 82,50% tidak melakukan pinjaman ke bank tetapi ke lembaga Non bank seperti Koperasi Simpan Pinjam (KSP), perorangan, keluarga, modal ventura, lainnya.

  Sedangkan permasalahan yang dihadapi UMKM dalam mendapatkan kredit modal usaha antara lain adalah (1) Prosedur pengajuan yang sulit

  30,30 %, (2) Tidak berminat 25,34 %, (3) Pelaku UMKM Tidak punya agunan 19,28 %, (4) UMKM yang tidak tahu prosedur 14,33 %, (5) Suku bunga tinggi 8,82 %,, (6) Proposal ditolak (1,93 %).

  Dibalik besarnya peran dari usaha mikro bagi perekonomian nasional,sektor ini masih dihadapkan pada permasalahan utama yang dihadapi oleh sektor UMKM untuk mengembangkan usahanya adalah kurangnya modal.

  Perkembangan sektor UMKM yang demikian menyiratkan bahwa terdapat potensi yang besar atas kekuatan domestik, jika hal ini dapat dikeloladan dikembangkan dengan baik tentu akan dapat mewujudkan usaha menengah yang tangguh.Semakin hari persaingan dalam bisnis perbankan dalam pembiayaan UMKM sangat ketat.

  Persaingan tersebut tidak hanya terjadi antar bank,tetapi persaingan juga datang dari lembaga keuangan lain yang berhasil mengembangkan produk-produk keuangan baru.

  Persaingan dan perkembangan yang cukup pesat pada usaha perbankan tersebut menjadikan masing-masing lembaga perbankan harus berlomba

  2 untuk memenangkanpersaingan bisnis.

2 Chandra Dewi, Faktor-Faktor yang mempengaruhi Strategi Pemberian Kredit dan Dampaknya Terhadap Non Performing Loan, 2009.

  Namun sektor UMKM memiliki resiko yang besar, karena suatu usaha tidak ada yang bisa memastikan apakah akan mendapatkan keuntungan atau justru akan mengalami kerugian.

  Berdasarkan hal-hal tersebut maka penulis ingin meneliti lebih jauh dan mencoba menuangkan hasil analisa berdasarkan data yang faktual melalui penulisan karya ilmiah, yang berupa skripsi dengan judul

  “Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaa m” (Studi Kasus BPRS Al Salaam Cabang Cinere).

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah a. Identifikasi Masalah

  Seiring berkembangnya lembaga keuangan yang menawarkan pembiayan syariah di Indonesia, maka semakin beragam dan semakin berinovasi akad dan sistem untuk mengakses pembiayaan tersebut. Pembiayaan yang diberikan oleh BPRS Al-Salam tidak serta merta selalu diberikan kepada nasabahnya, ada beberapa faktor yang akan didalami dan di pertimbangkan oleh BPRS Al-Salam.

  Dalam pemberian pembiayaan, suatu lembaga keuangan harus mengidentifikasi apa yang dibiayai pada nasabahnya. Pada penelitian ini penulis hanya akan membahas prosedur kelayakan pembiayaan mikro pada BPRS Al-Salam.

b. Pembatasan dan Rumusan Masalah

  Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih fokus dan terarah, penulis akan membatasi masalah berkisar pada prosedur yang digunakan BPRS Al-Salam dalam menganalisis kelayakan pembiayaan mikro.

  Oleh karena itu secara spesifikasi perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini difokuskan pada pembahasan sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur pembiayaan mikro oleh BPRS Al-Salam Cabang

  Cinere? 2. Bagaimana analisis kelayakan pembiayaan mikro pada BPRS Al-

  Salam Cabang Cinere? 3. Bagaimana strategi BPRS Al-Salam Cabang Pembantu Cinere dalam menganalisis kelayakan pembiayaan mikro yang diajukan oleh nasabah? C.

   Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.

  Tujuan dari penelitian ini adalah : Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a.

  Untuk mengetahui prosedur kelayakan pembiayaan mikro oleh BPRS Al-Salam Pembantu Cinere.

  b.

  Untuk mengetahui analisis kelayakan pembiayaan mikro pada BPRS Al-Salam Pembantu Cinere. c.

  Untuk mengkaji strategi BPRS Al-Salam Cabang Cinere dalam menganalisis kelayakan pembiayaan mikro.

2. Manfaat penelitian a.

  Bagi penulis, untuk meningkatkan pemahaman tentang ilmu pembiayaan.

  b.

  Bagi Akademisi 1.

  Dapat mengetahui praktek-praktek pada dunia perbankan, sehingga 2. dapat dijadikan bekal pada suatu saat nanti.

  3. Sebagai sumber ilmu untuk menambah wawasan pengetahuan kita secara langsung dengan menghubungkan dengan penerapan teori yang ada di bangku kuliah.

  c.

  Bagi Praktisi 1.

  Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pada nantinya untuk meningkatkan kinerja BPRS dalam pemberian pembiayaan.

  2. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dan kebijaksanaan dalam menjalankan pemberian pembiayaan, sehingga dapat meminimkan resiko tidak tertagihnya pembiayaan.

  d.

  Bagi Masyarakat Sebagai tambahan informasi bagi peneliti lain ataupun masyarakat untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan BPRS dan tata cara dalam melakukan permohonan pembiayaan.

D. Kerangka Teori 1.

  Pengertian BPRS Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

  3

  rakyat. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan, bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam

  4 kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

  BPR yang status hukumnya disahkan melalui Paket Kebijakan Keuangan Moneter dan Perbankan (PAKTO) tanggal 27 Oktober 1998 pada hakikatnya merupakan modifikasi (model baru) dari Lumbung Desa

  5 dan Bank Desa yang ada sejak 1980-an.

  Bank Pembiayaan Rakyat Syariah umumnya melayani masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Di dalam operasionalnya Bank Pembiayaan Rakyat juga melayani kegiatan atau operasional bank seperti menerima simpanan dan menyalurkan pembiayaan khususnya pada masyarakat ekonomi menengah ke bawah.

3 Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

  2009), h. 6 4 5 Undang-undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah M. Ma’ruf Abdullah, Hukum Perbankan dan Perkembangan Bank Syariah di Indonesia, (Banjarmasin: Antasari Press, 2006), h. 88

  2. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal yaitu pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumtif.

  6 Sedangkan menurut Undang-Undang Perbankan No. 21 Tahun

  2008 tentang pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah,salam, dan istishna’; d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa

  Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah

  6 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.160 jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi

  7 hasil.

3. Analisis Pembiayaan

  Sebelum penyaluran pembiayaan dilakukan maka harus diadakan analisis untuk menentukan layak tidaknya suatu pembiayaan direalisasikan. Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian pembiayaan yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5C (character, capacity, capital, collateral, condition), analisis 7P (personality, party, purpose, prospect, payment, profitability, protection) dan studi kelayakan. Kedua prinsip ini

  5C dan 7P memiliki persamaan yaitu apa-apa yang terkandung dalam 5C dirinci lebih lanjut dalam prinsip 7P dan di dalam prinip 7P di samping

E. Sistematika Penulisan

  BAB I : PENDAHULUAN Menguraikan dan menjelaskan tentang : latar belakang

  permasalahan, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat, metodologi penelitian serta sistematika penulisan.

  BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai dasar

  • –dasar teori yang
  • 7 melandasi pembuatan skripsi ini.

      UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

    BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menerangkan mengenai metode penelitian yang di gunakan penulis. BAB IV : ANALISIS PEMBAHASAN Bab ini diuraikan mengenai proses penganalisisan data dan hasil penelitian. BAB V : PENUTUP Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan penulisan skripsi yang dibuat.

    BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Serta Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Terhadap UMKM 1. Konsep Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-Undang (UU) Perbankan No.7 tahun 1992, adalah lembaga keuangan bank yang menerima

      simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangaka tabungan dan/ atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Sedangkan Dalam Undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998 disebutkan bahwa Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang 8 melaksanakan usaha secara konvensional atau berdasarkran prinsip syariah.

      Status hukum BPR diakui pertama kali dalam pakto tanggal 27 oktober 1998, sebagai bagian dari paket kebijakan keuangan, moneter, dan perbankan. Secara historis BPR adalah penjelmaan dari banyak lembaga keuangan seperti Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai Lumbung Pilih Nagari (LPN) , Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa(BKD), Badan Kredit Kecamatan (KURK), Lembaga 8 Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD) dan atau

      Lihat Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Bank Umum berdasarkanPrinsip Syariah dalam UU RI No. 10 taun 1998 Tentang Perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan.

      9

      lembaga lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Sejak dikeluarkannya UU No.7 Tahun 1992 tentang pokok perbankan, keberadaan lembaga- lembaga keuangan tersebut diperjelas melalui izin dari menteri keuangan.

      Sebagai langkah awal, ditetapkan tiga lokasi berdirinya BPR syariah tersebut adalah: a.

      PT. BPR Dana mardhatillah, Kec. Margahayu, Bandung b.

      PT. BPR Berkah Amal Sejahtera, Kec. Pandalarang, Bandung c. PT. BPR Amanah Rabbaniyah, Kec. Banjaran, Bandung

      Tanggal 8 Oktober 1990, Ketiga BPR syariah tersebut telah mendapatkan ijin prinsip dari Mentri Keuangan RI. Selanjutnya, dengan technical assistance dari bank bukopin cabang bandung yang memperlancar penyelanggaran pelatihan dan pertemuan para pakar perbankan, pada tanggal 5 juli 1991, BPR Dana Mardhatillah BPR berkah amal Sejahtera dan BPR Amanah Rabbaniyah tersebut masing-masing mendapatkan ijin usaha dari Mentri Keuangan RI. 10 Adapun tujuan yang dikehendaki dengan berdirinya BPR syariah adalah: a.

      Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat islam, terutama masyarakat golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di pedesaan.

      9 10 Subagyo, dll, 2002, Bank dan Lembaga KeuanganLainnya, (STIE YKPN, Yogyakarta), h, 117.

      Warkum Sumitro, 2002, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Lembaga Terkait, (Raja Grafindo Persada, Jakarta), h.117 b.

      Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi.

      c.

      Membina semangant Ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai.

      Untuk mencapai tujuan operasionalisasi BPR syariah tersebut di perlukan strategi operasional sebagai berikut. 11 a. BPR syariah tidak bersifat menunggu terhadap datangnya permintaan fasilitas, melainkan bersifat aktif dengan melakukan sosialisasi/penelitian kepada usaha-usaha yang berskala kecil dan perlu dibantu tambahan mdal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik.

      b.

      BPR syariah memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka pendek mengutamakan usaha skala menengah dan kecil.

      c.

      BPR syariah mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat kompetitifnya produk yang akan diberi pembiayaan.

      Kegiatan usaha yang diperbolehkan oleh BPRS sangat terbatas, yaitu meliputi perhimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, memberikan pembiayaan serta menempatkan dana dalam bentuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain. BPR tidak diperkenankan untuk 11 Warkum Sumitro, 2002, Ibid, h.120 menerima simpanan yang berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran serta melakukan kegiatan usaha selain yang diperkenankan.

      Selain itu BPRS tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan usaha yang berbentuk valuta asing kecuali untuk digunakan sebagai pedagang valuta asing (dengan izin Bank Indonesia), melakukan berbagai penyertaan modal, dan melakukan usaha pengasuransian.

      BPR Syariah tidak diijinkan pula untuk menerima dana simpanan 12 dalam bentuk giro sekalipun hal itu dilakukan dalam bentuk wadiah.

      Kantor operasional BPRS dibatasi dalam satu wilayah provinsi, sedangkan Bank Umum Syariah wilayah kantor operasionalnya dapat dilakukan di seluruh dunia.

      BPRS berlokasi di tempat sekitar UKM dan masyarakat pedesaan, serta mengfokuskan pada pelayanannya yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dan kebutuhan masyarakat tersebut. BPRS memiliki karakteristik operasional yang spesifik yang memungkinkan BPRS dapat menjangkau dan melayani UKM dan masyarakat pedesaan.

      Pembatasan usaha BPRS secara lebih tegas dijelaskan dalam pasal 27 SK Direktur BI No. 32/KEP/DIR/1999. Menurut SK ini, kegiatan BPR Syariah adalah : a.

      Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang 12 meliputi: Sutan Remy Sjahdeini, 1999, Op Cit, h. 168.

      1) Tabungan

      a) Pembiayaan musyarakah

      Berdasarkan undang-undang (UU) nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil , Menengah (UMKM). 13 a. Usaha mikro adalah usah produktif milik perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana di atur dalam undang-undang ini. 13 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, “ Kriteria Usaha

       Usaha Mikro, Kecil , Menengah (UMKM)

      b) Al-qard 2.

      a) Gadai/rahn

      3) Pembiayaan lain.

      b) Pembiayaan mudharabah

      2) Pembiayaan Bagi Hasil (Syirkah)

      2) Deposito berjangka

      c) Pembiayaan Istishna

      b) Pembiayaan Salam

      a) Pembiayaan Murabahah

      Pembiayaan Jual Beli (Ba’i)

      Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan: 1)

      b.

      3) Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadhiah atau mudharabah.

      mikro, Kecil dan Menengah Tahun 2 008 tentang UMKM”, artikel diakses pada 9 Februari 2015 http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=129.

      b.

      Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang peruahaan yang dimiliki,dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

      c.

      Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang peruahaan yang dimiliki,dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha keci atau usaha besar dengan jumlah kekayaan besih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang- undang ini.

      Kriteria UMKM Kriteria

      Uraian Asset Omset

      Usaha Mikro Maks. 50 juta Maks. 300 juta Usaha Kecil >50 jt-500 jt >300 jt-2,5 Miliar

      >2,5 Miliar-50 Usaha Menengah >500 jt-10 Miliar

      Miliar

      Sumber: www.depkop.go.id

    B. Model Pembiayaan Bank Syariah 1. Teori Pembiayaan

      Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka 14 waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

      Sedangkan menurut Undang-Undang Perbankan No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.

      b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik.

      c. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.

      d. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.

      Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,

    14 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo

      Persada, 2001), h. 46 pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi 15 yang telah direncanakan.

      M enurut Syafi’I Antonio, Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan 16 deficit unit.

      Menurut Syafi’i Antonio berdasarkan sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua yaitu: a.

      Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.

      b.

      Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

      Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut: a.

      Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan 1) peningkatan produksi baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas dan mutu hasil produksi dan 2) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan 15 utility of place dari suatu barang.

      Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta, UPP AMP YKPN, 2005),

      h. 17 16 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) h.160 b.

      Pembiayaan Investasi Pembiayaan ini diperuntukkan bagi nasabah untuk keperluan investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha, ataupun pendirian proyek baru. Ciri-ciri pembiayaan ini adalah untuk pengadaan barang-barang modal, mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah, berjangka waktu menengah dan panjang.

      Secara prinsip pembiayaan bank syariah harus memenuhi dua aspek yaitu aspek syariah dan aspek ekonomi. Artinya selain harus syariah, bank syariah harus tetap memperhitungkan profitabilitas dari usaha yang dibiayai, agar menguntungkan bagi bank maupun nasabah.

      Menurut Kasmir dalam memberikan pembiayaan, suatu bank berusaha untuk memperkecil risiko melalui pengelolaan pembiayaan.. Suatu 17 bank dalam pengelolaan pembiayaan melakukan proses sebagai berikut.

      a.

      Pengajuan Proposal. Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit hendaknya yang berisi antara lain sebagai berikut: 1)

      Latar Belakang Perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama 17 pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan

      Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 98 perusahaan serta relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta.

      2) Maksud dan tujuan Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru

      (perluasan) serta tujuan lainnya. 3)

      Besarnya kredit dan jangka waktu Dalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya. Penilaian kelayakan besarnya kredit dan jangka waktunya dapat kita lihat dari cash flow serta laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) tiga tahun terakhir. Jika dari hasil analisis tidak sesuai dengan permohonan, maka pihak bank tetap berpedoman terhadap hasil analisis mereka dalam memutuskan jumlah kredit dan jangka waktu kredit yang layak diberikan kepada sipemohon. 4)

      Cara pemohon mengembalikan kredit Dijelaskan secara rinci cara- cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan atau cara lainnya. 5)

      Jaminan kredit Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala risiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada unsur kesengajaan atau tidak. Penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa, palsu, dan sebagainya.

      Biasanya jaminan diikat dengan sutu asuransi tertentu. b.

      Tahap selanjutnya yaitu penyelidikan berkas pinjaman Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup , maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.

      c.

      Penilaian kelayakan pembiayaan/analisis pembiayaan. Langkah ini untuk menilai nasabah dari berbagai aspek untuk menjadi bahan pertimbangan bagi bank apakah nasabah tersebut layak mendapatkan pembiayaan. Prinsip yang digunakan oleh bank dapat berupa 5C yaitu character, capacity, capital, condition of economy, collateral maupun 7 P yaitu personality, party, prospect, purpose, payment, profitability, dan protection. Namun untuk kredit yang lebih besar jumlahnya perlu dilakukan metode penilaian dengan Studi Kelayakan. Dalam Studi Kelayakan menurut Kasmir perlu adanya penilaian pada beberapa aspek, yaitu aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan, aspek teknis/ operasi, aspek manajemen, aspek ekonomi social, dan aspek AMDAL. d.

      Wawancara Pertama Wawancara awal merupakan penyidikan kepada calon nasabah yang berfungsi untuk meyakinkan bank bahwa berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap sesuai persyaratan bank.

      e.

      On The Spot (Peninjauan ke Lokasi) Tahap ini berupa kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil

      Onthe Spot dicocokkan dengan hasil wawancara.

      f.

      Wawancara Kedua Wawancara kedua ini merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan.

      g.

      Keputusan pemberian pinjaman.

      Keputusan dalam hal ini berupa apakah pembiayaan akan diberikan atau ditolak. Pada umumnya keputusan tersebut: 1)

      Akad kredit yang akan ditandatangani 2)

      Jumlah uang yang diterima 3)

      Jangka waktu pembiayaan

    4) Biaya-biaya yang harus dibiayai.

      Jika permohonan pembiayaan ditolak maka pihak bank akan melakukan pemberitahuan kepada calon nasabah dan dikirim surat penolakan. h.

      Penandatanganan Akad Kredit/Perjanjian Lainnya Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya pembiayaan, maka sebelum dana dicairkan, terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad pembiayaan, mengikat jaminan dengan hipotik dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu.

      Penandatanganan dilakukan: 1)

      Antara bank dengan debitur secara lansung 2)

      Dengan melalui notaris i. Realisasi pembiayaan

      Realisasi pembiayaan diberikan setelah penandatanganan akad dan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan jika nasabah tidak memiliki tabungan di bank.

      Selain prinsip 5C ataupun 7P, Bank Perkreditan Rakyat juga harus memenuhi prinsip mengenal nasabah Berkenaan dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/23/PBI/2003 tanggal 23 Oktober 2003 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles) Bagi Bank Perkreditan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4328), maka perlu ditetapkan Pedoman Standar Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana terdapat dalam lampiran Surat Edaran Bank Indonesia ini. Pedoman Standar Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Bank Perkreditan Rakyat tersebut merupakan acuan standar minimum yang wajib dipenuhi oleh Bank Perkreditan Rakyat dalam menyusun Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.

      18 2.

       Analisis Kelayakan Pembiayaan

      Prinsip-prinsip pemberian pembiayaan mengacu pada prinsip 5C yaitu: 19 a. Character

      Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan pembiayaan harus dapat dipercaya.

      Untuk membaca watak atau sifat dari calon debitur dapat dilihat dari latar belakang nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial. Kegunaan dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

      18 Peraturan Bank Indonesia mengenai Pedoman Standar Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 19 Kashmir, Dasar – dasar Perbankan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 117. b.

      Capacity

      Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam 20

      membayar pembiayaan (ability to pay). Dari penilaian ini dapat terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan pembiayaan yang disalurkan.

      capacity sering disebut dengan capability.

      c.

      Capital

      Capital digunakan untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau

      tidak, dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dianalisis dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk persentase modal yang digunakan untuk membiayai usaha yang akan dijalankan, berapa modal sendiri dan berapa modal pinjaman.

      d.

      Condition Dalam menilai pembiayaan hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial politik yang ada sekarang dan prediksi di masa yang akan datang. 20 Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya

    Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1997), h.243. benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan pembiayaan tersebut bermasalah relatif kecil.

      e.

      Collateral

      Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang

      bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah pembiayaan yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya sehingga jika terjadi suatu masalah maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan.

      f.

      Constrain

      Constrain adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan

      suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalnya pendirian suatu usaha pompa bensin yang di sekitarnya banyak bengkel las atau pembakaran batu bara.

    C. Strategi Bank Syariah Dalam Menganalisis Pembiayaan Mikro

      Mengamati realita bahwa UMKM khususnya usaha mikro memiliki kontribusi besar dalam pengembangan sektor riil, maka baik bank konvensional maupun bank syariah, masing-masing berusaha untuk menguasai pangsa pasar tersebut. Maka diperlukan langkah dan strategi bank syariah untuk lebih berperan aktif dalam menggiatkan pembiayaan khususnya sektor mikro agar memperoleh 21 keunggulan kompetitif.

      Sejalan dengan visi pengembangan perbankan syariah yang tercantum dalam blueprint Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia yaitu terwujudnya sistem perbankan syariah yang kompetitif, efisien dan memenuhi prinsip kehati- hatian yang mampu mendukung sektor riil secara nyata melalui kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil dan transaksi riil dalam kerangka keadilan, tolong menolong, dan menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan masyarakat maka poin inti yang tercantum pada blue print tersebut menjelaskan bahwa pembiayaan pada bank syariah berlandaskan sistem bagi hasil tidak terlepas dari 22 prinsip kehati-hatian.

      Secara konseptual dalam pemberian pembiayaan bank syariah memiliki konsep yang serupa dengan bank konvensional, tetapi jika ditinjau perbedaannya terletak pada penekanan pada aspeknya yang lebih memprioritaskan pada aspek karakter dan aspek syariah.

      Bank syariah memposisikan nasabah sebagai mitra sedangkan pada bank konvensional hubungan yang terjalin bersifat kreditur dan debitur. Prinsip keadilan tercermin pada prinsip bagi hasil sehingga nasabah dan pihak bank memberikan kontribusi terhadap usaha yang dijalankan. 21 Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, (Jakarta: Gelora Aksara Pertama, 2005), h. 31. 22 Rizqullah, “Pembenahan Manajemen Perbankan Syariah Menyongsong Industri Perbankan 2010”, Makalah disampaikan pada seminar Bulanan MES, 21 Februari 2010, h. 4.

      Seperti yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya bahwa usaha Mikro, Kecil dan Menengah memiliki nature yang berbeda dimana sektor ini menghadapi kendala dalam masalah permodalan dan prosedur bank yang mewajibkan adanya jaminan, maka hal ini yang dapat menjadi peluang bagi bank syariah dengan menerapkan strategi yang tepat seperti :

      1. Kemudahan dan fleksibilitas dalam prosedur pembiayaan dengan mengutamakan aspek karakter.

      2. Analisis dengan berdasarkan prinsip syariah sehingga bisnis dan proyek yang dibiayai sesuai dengan koridor syariah.